• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN IPA SMP TAMAN DEWASA

KOTA YOGYAKARTA

HIDAYATI, TRISHARSIWI, ZAINNURWIJAYANTO

FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa E-mail: hidayati_ust@yahoo.com

ABSTRAK: Tujuan penelitian, secara umum mengembangkan model pengelolaan pembelajaran IPA berbasis luar kelas di SMP. Secara khusus ditujukan untuk mendiskripsikan pengelolaan pembelajaran IPA di SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta. Pendekatan penelitian, secara keseluruhan menggunakan penelitian dan pengembangan. Penelitian tahun 1, dengan desain penelitian kualitatif. Informan, kepala sekolah, guru kelas dan siswa SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data, observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif metode alir. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode dan sumber. Hasil penelitian: pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam bentuk RPP. Penulisan RPP terlebih dahulu diawali dengan kegiatan merancang (1) tujuan pembelajaran berdasarkan analisis SK dan KD, (2) situasi masalah yang akan diselesaikan siswa, (3) teknik dan prosedur penilaian proses maupun hasil belajar yang akan diterapkan, dan (4) langkah kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari pendahuluan, inti dan penutup. Dalam kegiatan inti mencakup tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Penyusunan penilaian pembelajaran, yaitu evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar dilakukan secara autentik berdasarkan aspek kognitif, psikomotorik, religius, dan sosial. Penilaian proses dilakukan untuk menilai partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Penilaian hasil didasarkan pada hasil kerja siswa dalam penyelesaian permasalahan lembar kerja, latihan terkontrol, latihan mandiri, dan tugas mandiri. Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran IPA berkaitan dengan: a) guru kelas, b) siswa, c) iklim kelas, d) fasilitas sekolah, dan e) sumber belajar.

Kata Kunci: Pengelolaan, pembelajaran, IPA.

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan penting untuk dilakukan, karena pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan bangsa. Salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui pengelolaan pembelajaran siswa. Pembelajaran merupakan komponen utama dalam pendidikan. Oleh karena itu pengelolaan pembelajaran dianggap penting. Proses pembelajaran sendiri sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat komplek. Antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan yang bersifat sistemik, artinya masing-masing komponen memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi memiliki hubungan yang saling terkait (Suwardi, 2007: 1). Pengelolaan masing-masing komponen harus baik, supaya tujuan pembelajaran dapat terwujud sesuai dengan harapan. Hal ini akan terwujud, jika guru sebagai desainer pembelajaran memiliki kompetensi manajemen pembelajaran.

(2)

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya; (2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi; (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam; (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan (7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Adrianus Nasar, 2011).

Paradigma pembelajaran IPA telah berubah dari sekedar produk ilmu pengetahuan menjadi keterampilan proses sains dan proses penyelidikan ilmiah. Perubahan paradigma tersebut mengarahkan panadangan pendidik bahwa pendidikan sebagai proses pembelajaran kompetensi, bukan sekedar transfer pengetahuan guru pada peserta didik. Terutama dalam pembelajaran IPA guru perlu memperhatikan karakterisrik pembelajaran IPA sebagai proses dan sebagai produk yang disesuikan taraf berfikir peserta didik sehingga dapat membangun pemahaman tentang alam semesta dan lingkungannya. Guru memiliki peran strategis dalam pembelajaran dapat berinovasi dan berimprovisasi dalam pengelolaan pembelajaran. Sebagai pengelola pembelajaran guru dapat menciptakan suatu lingkungan belajar guna mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Saat ini siswa belum memahami betul tentang tujuan pembelajaran IPA. Sehingga siswa cenderung tidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun, hal tersebut tidak selalu disebabkan oleh faktor dari siswa melainkan juga dari faktor guru yang mengemas pembelajran di kelas. Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru masih terpaku pada kebiasaan urutan dalam menyajikan pembelajaran IPA sebagai berikut: (1) dimulai dengan mengajarkan teori / teorema / definisi, (2) dilanjutkan dengan memberikan contoh-contoh soal dan (3) selanjutnya latihan soal-soal. Sesuai dengan pendapat Soebakri (2011: 1), yakni guru seyogyanya meninggalkan cara-cara rutinitas dalam pembelajaran, tetapi lebih menciptakan program-program pengembangan yang profesional.

Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti keadaan real pembelajaran IPA di SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran IPA SMP yang mencakup bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta faktor penghambat dan pendukung pembelajaran IPA SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan penelitian dan pengembangan. Penelitian tahun 1 menggunakan desain penelitian kualitatif. Lokasi penelitian SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta. Sumber data meliputi kepala sekolah, guru kelas dan siswa SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta.

(3)

nara sumber dalam penelitian ini. Dokumentasi untuk memperoleh data tentang perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.

Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif metode alir. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode dan sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Pembelajaran IPA

Pembelajaran pada dasarnya merupakan aktivitas yang dilakukan secara teratur, sistematis mengikuti aturan-aturan yang telah ada dalam kurikulum. Kurikulun yang diberlakukan secara Nasional masih bersifat umum dan sangat ideal. Realisasi tuntutan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran merupaka tugas dan tanggung jawab guru. Guru harus menjabarkan kegiatan pembelajaran kedalam bentuk perencannaan pembelajaran sebagai pedoman operasional pembelajaran. Perumusan tujuan, materi, isi, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh merupakan rangkaian keterampilan yang harus dikuasai guru guna mencapai tujuan pembelajaran. Data dan informasi dibutuhkan agar perencanaan yang dibuat terkait dengan masalah yang akan dihadapi peserta didik pada masa mendatang.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta menyiapkan rancangan pembelajaran. Rancangan itu merupakan bagian dari persiapan mengajar. Rancangan dibuat dalam bentuk model pembelajaran yang menggambarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dari awal pembelajaran sampai akhir untuk satu KD. Satu KD dapat dituangkan dalam satu atau lebih RPP. Model pembelajaran tersebut digunakan guru sebagai petunjuk strategi mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hanya saja dalam pembuatan rencana pengajaran masih kurang mandiri. Pembuatan model pembelajaran cenderung sama dengan hasil diskusi dalam KKG.

Model pembelajaran SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran dilaksanakan di awal tahun pembelajaran dengan membuat silabus, prota, promes dan kemudian dijabarkan dalam RPP yang didalamnya terkandung SK, KD, Indikator keberhasilan materi, metode pembelajaran dan alokasi waktu. Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, guru merencanakan pembelajaran dengan membuat silabus dan RPP.

Pengembangan RPP IPA dilakukan berdasarkan Standar Isi (SI) yang memuat silabus dan disesuaikan dengan kondisi sekolah dan siswa. Penyusunan RPP merupakan tahap perencanaan. Penulisan RPP terlebih dahulu diawali dengan kegiatan merancang (1) tujuan pembelajaran berdasarkan analisis SK dan KD, (2) situasi masalah yang akan diselesaikan siswa, (3) organisasi sumberdaya dan logistic, (4) teknik dan prosedur penilaian autentik proses maupun hasil belajar yang akan diterapkan, dan (5) langkah kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran diawali pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan pengondisian siswa agar siap menerima pembelajaran. Adapun kegiatannya mencakup: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi yang akan dipelajari serta prosedur pembelajaran, (b) Apersepsi, yaitu melalui tanya jawab mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya, (c) Memberikan motivasi yang akan merangsang keingintahuan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lynch dan Dorothy (2003: 1-4), bahwa pembelajaran tidak hanya mentransfer ilmu melainkan proses mengkontruksi pengetahuan. Belajar adalah suatu proses bukan sekedar menghafal konsep yang sudah jadi, tetapi belajar harus mengalami sendiri.

(4)

pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari.

Kedua, kegiatan inti merupakan tahap penciptaan makna terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Guru memberikan semua pengetahuan kepada siswa terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan soal-soal berkaitan dengan KD yang telah dijelaskan tadi. Dengan demikian dapat dimaknai siswa kurang mandiri dalam melakukan usaha untuk mencari pemecahan dari suatu permasalahan. Menemukan adalah proses yang penting dalam pembelajaran, sebab dengan menemukan pemecahan masalah sendiri, siswa mempunyai kepuasan tersendiri dan tidak mudah lupa. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman (2012:11-54), bahwa dengan menemukan, kemampuan berpikir mandiri akan terlatih dan menjadi terbiasa.

Ketiga, Kegiatan Penutup. Tahapan ini merupakan kegiatan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah mencakup: (a) mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang sudah dikuasai, materi yag belum dipahami dengan baik, akar penyebab belum menguasai, dan alternatif solusi tindakan berikutnya, (b) siswa diberikan tugas/pekejaan rumah. Guru dan siswa melakukan refleksi dengan mengadakan tanya jawab, tentang hal-hal yang baru saja dipelajari. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman.

Guru melakukan penguatan atau penekanan terhadap materi yang telah diajarkan, sehingga siswa mempunyai pemahaman yang sama. Hasil peneltian menunjukkan bahwa pengelolaan kelas supaya efektif salah satu caranya adalah dengan menggunakan penguatan kepada siswa. Ummu H. A. (2012: 87-100) menyampaikan bahwa untuk mengelola aktivitas di kelas agar menjadi efektif, yaitu sebagai berikut menunjukkan seberapa jauh guru mengikuti aktivitas yang sedang berlangsung di kelas, mengatasi situasi tumpang tindih secara efektif, menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran, melibatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang, menunjukkan sikap tangkap, membagi perhatian, memusatkan perhatian, memberikan petunjuk yang jelas dan menegur dan memberi penguatan.

Guru sudah mengadakan penilaian dengan baik, meliputi penilaian proses maupun penilaian hasil. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir semester, akhir tahun atau ujian akhir tapi penilaian juga dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sri Budiyati, Sutama, dan Sabar N (2013) yang menyampaikan bahwa penilaian tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga untuk menilai proses. Guru sudah melakukan penilaian pada saat siswa bekerjasama dalam kerja kelompok dan keaktifan siswa dalam bertanyapun juga dinilai oleh guru. Adapun evaluasi pembelajaran IPA dilakukan secara autentik berdasarkan aspek kognitif, psikomotorik, religius, dan sosial. Penilaian proses dilakukan untuk menilai partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Penilaian hasil didasarkan pada hasil kerja siswa dalam penyelesaian permasalahan lembar kerja, latihan terkontrol, latihan mandiri, dan tugas mandiri.

Media yang digunakan oleh guru berasal dari buatan guru sendiri maupun dari sekolah. Media pembelajaran dibuat berdasarkan hasil kreativitas guru. Penyusunan bahan ajar IPA memperhatikan dan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Selanjutnya menentukan bentuk bahan ajar, setiap materi yang akan diajarkan memerlukan bahan ajar yang berbeda-beda. Untuk mengajarkan suatu materi kadang sesuai dengan peragaan, buku teks, atau lembar kerja. Untuk itu kejelian dalam analisa diperlukan. RPP dilampiri dengan bahan ajar berupa lembar kerja siswa.

Hambatan Pengelolaan Pembelajaran IPA

(5)

yang lulusan sarjana pertanian, teknik dan pendidikan. Pengalaman mengajar bervariasi juga, minimal 6 tahun.

Guru memiliki pengalaman dan keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan. Guru memiliki pengalaman terhadap bermacam-macam kondisi siswa, KKG, seminar, dan workshop pembelajaran. Hasil penelitian menyebutkan bahwa sekolah membutuhkan guru yang berkualitas. Syakwan Lubis (2011) menyampaikan bahwa pada akhirnya setiap sekolah lembaga pendidikan besar membutuhkan guru yang berkualitas dan memadai dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.

Karakteristik siswa bermacam-macam. Ada yang mudah dalam menerima materi tetapi ada yang kurang. Pada salah satu kelas terdapat siswa yang berkebutuhan khusus sehingga memerlukan penanganan khusus. Latar belakang ekonomi para siswa bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik siswa menjadi tantangan guru untuk mengatasinya. Widarti, Sri Yutmini, dan Samsi H (2013: 385 - 386) menyampaikan bahwa kendala dalam proses pembelajaran berasal dari diri siswa dan hal tersebut menjadi tantangan bagi guru untuk mengatasinya.

Pada pelajaran IPA, respon siswa di kelas berbeda-beda tergantung guru yang mengkondisikan siswanya pada saat dijelaskan materi. Setiap siswa tidak selalu memperhatikan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hambatan yang dialami oleh guru salah satunya berhubungan dengan mental siswa. L. U. Ali, W. Suastra, dan A. A. I. A. R. Sudiatmika (2013) menyampaikan bahwa hambatan yang dialami guru adalah ketidaksesuaian materi pelajaran dengan alokasi waktu, orientasi aspek kognisi, kesiapan mental siswa, dan guru kurang memahami hakikat sains, dan hubungan antarsiswa dilihat dari perilakunya.

Iklim kelas dapat dilihat dari kondisi fisik dan non fisik suatu kelas. Kondisi fisik kelas dapat dilihat dari keadaan penerangan (cahaya), keadaan udara (sistem ventilasi), keadaan suara (tingkat ketenangan), keadaan meja kursi, dll. Keadaan penerangan di ruang kelas SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta sudah cukup terang dan terdapat lampu sebagai penerangan jika cuaca mendung atau hujan. Keadaan udara (sistem ventilasi) sudah baik, setiap kelas terdapat ventilasi yang cukup banyak sehingga sirkulasi udara dapat berjalan lancar. Dua sekolah yakni SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan dan Kumendaman letaknya jauh dari jalan raya sehingga sekolah tidak terganggu dengan suara kendaraan. Sedangkan SMP Taman Dewasa Jetis letaknya berada dipinggir jalan raya, sehingga suara bising kendaraan masuk ke dalam kelas. Keadaan meja dan kursi cukup baik, tidak ada yang rusak meskipun dicoret-coret oleh siswa.

Peralatan kebersihan dan peralatan untuk mengajar sudah lengkap dan tersedia di setiap kelas. Jadwal piket, jadwal pelajaran, susunan pengurus kelas, gambar-gambar termasuk peta dan motto belajar ditulis dan dipasang dengan rapi. Di setiap kelas juga terdapat papan pengumuman dan dan terdapat tata tertib sekolah untuk meningkatkan siswa akan peraturan yang harus dipatuhi.

Kondisi non fisik di SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta dapat dilihat dari hubungan kerjasama antara guru dan siswa serta hubungan antarsiswa. Hubungan kerjasama guru dan siswa dilihat dari perilaku guru terhadap siswa dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suasana pembelajaran perlu dirancang baik oleh guru agar dalam pembelajaran tumbuh minat belajar siswa. Ramdan Pelana (2012: 185-192) menyampaikan bahwa penciptaan suasana belajar merupakan langkah awal bagi guru untuk memfasilitasi siswa-siswanya untuk belajar serta suasana belajar yang kondusif memungkinkan imajinasi dan krestivitas siswa bekembang.

(6)

KESIMPULAN

Pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam bentuk RPP. Penulisan RPP terlebih dahulu diawali dengan kegiatan merancang (1) tujuan pembelajaran berdasarkan analisis SK dan KD, (2) situasi masalah yang akan diselesaikan siswa, (3) organisasi sumberdaya dan logistik, (4) teknik dan prosedur penilaian autentik proses maupun hasil belajar yang akan diterapkan, dan (5) langkah kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari pendahuluan, inti dan penutup. Dalam kegiatan inti mencakup tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Penyusunan evaluasi pembelajaran IPA, yaitu evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar dilakukan secara autentik berdasarkan aspek kognitif, psikomotorik, religius, dan sosial. Penilaian proses dilakukan untuk menilai partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Penilaian hasil didasarkan pada hasil kerja siswa dalam penyelesaian permasalahan lembar kerja, latihan terkontrol, latihan mandiri, dan tugas mandiri. Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran IPA berkaitan dengan: a) guru kelas, b) siswa, c) iklim kelas, d) fasilitas sekolah, dan e) sumber belajar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Berbagai ucapan terima kasih perlu kami sampaikan kepada berbagai pihak. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ditlitabmas DIKTI melalui KOPERTIS Wilayah V yang telah membantu dalam pendanaan biaya penelitian multitahun melalui Hibah Bersaing. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dekan FKIP dan Ketua Lembaga Penelitian UST beserta stafnya, yang telah memberikan fasilitas dan dorongan sehingga kami bisa melakukan penelitian. Ucapan terima juga kami sampaikan kepada para kepala dan guru SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta, yang telah membantu proses penelitian sehingga berjalan sesuai perencanaan.

DAFTAR RUJUKAN

Adrianus Nasar. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Ipa Berbasis Lingkungan Luar Kelas Untuk Menciptakan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Dan Menyenangkan Di SD. http://wwwpojokfisikauniflor.blogspot.com/2011/03/tujuan-mata-pelajaran-ipasmp.html.

L. U. Ali, W. Suastra, dan A. A. I. A. R. Sudiatmika. 2013. Pengelolaan Pembelajaran IPA Ditinjau dari Hakikat Sains Pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Vol. 3. Diakses pada tanggal 18 Juni 2014.

Lynch Richard L. dan Dorothy Harnish. 2003. Contextual Teaching and Learning: Lessons Learned from Teacher Preparation through Novice Teaching. University of Georgia

Ramdan Pelana. 2012. Manajemen pembelajaran yang Menyenangkan pada mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 3, No. 5, 185-192.

Soebakri, 2011. Lesson Study (Suatu Model Pembelajaran Profesional). http://soebakri.blogspot.com/2011/05/lesson-study-suatu-model-pembelajaran.html Sri Budiyati, Sutama, dan Sabar N. 2013. Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual di

Sekolah Menangah Kejuruan. Delta Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan. Vol. 1. No. 2. Abstrak.

(7)

Suherman, Erman, (2012:11-54). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya

Suwardi. 2007.Manajemen Pembelajaran. Surabaya: PT. Temprina Media Grafika. Syakwan Lubis. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran

di Kelas. Jurnal Demokrasi. Vol. 10. No. 2. Abstrak.

Ummu H. A. 2012. Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran. Jurnal Magistra. No. 79. Th. XXIV, 87-100.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

Tanah merupakan bagian terpenting dari semua struktur bangunan. Pada setiap pembangunan pasti akan selalu ditemukan permasalahan yang akan terjadi, seperti kasus yang

Penerbitan jurnal membutuhkan pengelolaan data yang baik dan dapat dengan mudah digunakan oleh pengguna (reviewer dan redaksi), hal ini dapat diwujudkan dengan penggunaan Sistem

Open Journal System (OJS) adalah sistem manajemen jurnal dan penerbitan online yang telah dikembangkan oleh Public Knowledge Project melalui upaya yang didanai

(2013) sangat mendorong dibutuhkannya aplikasi atau sebuah sistem informasi yang dapat mengelola manajemen publikasi ilmiah berbasis online yang mampu mengelola kegiatan

Sebuah sistem informasi yang baik dapat... meningkatkan kinerja dari semua

teliti pada penelitian adalah penempatan media iklan luar ruang di

Merupakan media luar ruang yang wujudnya berbentuk tugu atau monumen kecil yang menyatu dengan lingkungan yang