• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara dalam Rumah Jamur (Kumbung) Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD) | Anisum | Agritech 10686 20433 2 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara dalam Rumah Jamur (Kumbung) Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD) | Anisum | Agritech 10686 20433 2 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DISTRIBUSI SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DALAM RUMAH JAMUR

(KUMBUNG) MENGGUNAKAN

COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

$QDO\VLVRIWKH7HPSHUDWXUH'LVWULEXWLRQDQG$LU+XPLGLW\LQ0XVKURRP+RXVH8VLQJ

&RPSXWDWLRQDO)OXLG'\QDPLFV&)'

Anisum

1,2

, Nursigit Bintoro

1

, Sunarto Goenadi

1

1Jurusan Teknik Pertanian, akultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Jl. lora o. 1, Bulaksumur, og akarta 55281

2Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur, Jl. Soekarno atta o. 1, Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur 75387

mail: sti er kutim ahoo.com

ABSTRAK

Salah satu u a a untuk mengo timalkan suhu dan kelembaban udara dalam rumah jamur ada musim kemarau dengan menggunakan evaporative cooler endingin engua ). Pada enelitian ini ada dua variasi erlakuan ang dikaji

endistribusian suhu dan kelembaban udara dalam rumah jamur dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics

D), aitu kondisi bangunan menggunakan ventilasi alamiah dan kondisi bangunan dengan endingin engua

evaporative cooler) menggunakan air. Analisis dengan Computational Fluid Dynamics D) mam u memodelkan

distribusi suhu dan kelembaban udara, serta ola ergerakan udara dalam rumah jamur. ilai validasi distribusi suhu dan kelembaban udara dalam rumah jamur menunjukkan error 0,70 2,62 . Dari hasil analisis D suhu dan kelembaban

udara mam u diturunkan sebesar ±1o dan ±5,1 untuk bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air. al

ini menunjukkan bahwa bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air mam u menurunkan suhu udara dan

meningkatkan kelembaban udara dalam rumah jamur.

Kata kunci: om utational luid D namics D), rumah jamur kumbung), eva orative cooler

ABSTRACT

ne effort to o timi e the tem erature and humidit in the mushroom house during the dr season using eva orative cooler. This research was conducted two treatment variation which were assessed about distribution of tem erature and humidit of air inside a mushroom house using om utational luid D namics D) is the condition of building using natural ventilation and condition of building with water used eva orative cooler. om utational luid D namics D) anal sis was able to model the distributions of tem erature and humidit , and air movement attern inside of a mushroom house. The validation oint of tem erature distribution and humidit in the mushroom house has an error 0.70-2.62 . The results D anal sis of tem erature and humidit were able to reduced b about ±1o and ±5.1 for

building with eva orative cooler used water. The indicated that buildings eva orative cooler used water able to reduced air tem erature and increasing humidit in the mushroom houses.

Keywords: om utational luid D namics D), o ster, mushroom house, eva orative cooler

PENDAHULUAN

Jamur memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan makanan lainn a, aitu gi in a ang tinggi dan cita rasan a ang le at Agromedia, 2009). Jamur tiram meru akan salah satu roduk komersial dan da at dikembangkan dengan teknik sederhana ervakis dan Balis, 1996 dalam Kibar dan Peksen, 2008). Dalam budida a jamur tiram sangat di engaruhi oleh

(2)

Gambar 1. Desain rumah jamur:

a. Bangunan kontrol tam ak de an inlet)

b. Bangunan tam ak belakang outlet)

c. Desain evaporative pad

d. Skematis dari sistem evaporative cooling

Analisis Data Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD)

Dalam simulasi ola aliran udara, udara digambarkan secara kuantitatif dalam besaran suhu dan kece atan dengan bentuk ersamaan differensial, dalam koordinat kartesian dan di ecahkan dengan teknik D tiga dimensi) berdasarkan analisis numerik menggunakan metode volume hingga. Tiga ersamaan atur aliran uida ang men atakan hukum kekekalan sika ersteeg dan Malalasekera, 1995), aitu:

Persamaan kekekalan massa. Bentuk matematika untuk uida ang tidak terkom resi din atakan ada

Persamaan 1:

1)

dimana adalah massa jenis uida kg m3) dan , , adalah

koordinat kartesian.

Persamaan momentum. Persamaan momentum dikembangkan dari ersamaan Navier-Stokes dalam bentuk

sesuai dengan metode ¿QLWHYROXPH ang ditunjukkan ada Persamaan 2 sam ai dengan Persamaan .

Momentum x:

2)

kemarau ertumbuhan jamur terhambat karena kelembaban rendah dan suhu udara tinggi. ah ana dkk. 2007) dalam anuati 2007) menjelaskan ada umumn a, jamur tiram bisa tumbuh ada suhu 2 -28o . Salah satu u a a untuk

mengo timalkan suhu dan kelembaban udara dalam rumah jamur dengan menggunakan evaporative cooler endingin

engua ). Dengan menggunakan evaporative cooler dalam

rumah jamur, tidak menjamin ertumbuhan jamur ang baik dan seragam tumbuh merata), kecuali udara didistribusikan merata di atas media tanam jamur baglog). Kekhawatiran

ini men ebabkan tuntutan erlun a menganalisis sifat dan ola aliran udara dalam rumah jamur. Pemecahan analisis aliran udara dalam rumah jamur da at dilakukan dengan Computational Fluid Dynamics D) ersteeg

dan Malalasekera, 1995). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi suhu dan kelembaban udara ada rumah jamur dengan dua variasi erlakuan, aitu kondisi bangunan tan a bantuan alat mekanis ventilasi alamiah) dan kondisi bangunan dengan endingin engua evaporative cooler) menggunakan air, serta melakukan validasi antara

hasil engukuran dengan erhitungan hasil Computational Fluid Dynamics D).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan ada bulan Maret sam ai Mei 201 berlokasi di akultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, og akarta.

Bahan dan Alat

Bahan ang digunakan dalam enelitian terdiri dari rumah jamur kumbung) dengan dimensi 3 2 3 m, rak-rak dan baglog media tanam jamur). umah jamur terbuat

dari an aman bambu gedek), baik untuk ata mau un dinding, sedangkan rangka rumah menggunakan bambu dan lantai dari concrete block hollow. Peralatan ang digunakan

aitu evaporative cooler, data logger, thermohygrometer, anemometer, termometer, termoko el dan se erangkat la to

dengan software Gambit 2.4.6 dan Fluent 6.3.

Desain Bangunan

Dalam enelitian ini, terda at dua desain rumah jamur, aitu bangunan kontrol ventilasi alamiah) tan a evaporative cooler dan bangunan dengan evaporative cooler Gambar 1).

Bangunan ang menggunakan evaporative cooler ini sama

se erti bangunan konvensional han a saja ada salah satu sisin a menggunakan evaporative cooler. Di belakang pad

(3)

Momentum y:

3)

Momentum z:

)

dimana adalah viskositas dinamik uida kg m det) dan

SMX, SMY, SMZ adalah momentum ang berasal dari body er

unit volume er unit waktu, masing-masing untuk koordinat

x, y dan z.

Persamaan energy.Persamaan energi diturunkan dari ukum I Termodinamika. Secara matematika din atakan ada Persamaan 5.

5)

p adalah tekanan uida Pa), k adalah konduktivitas termal

uida mo ) dan Si adalah energi ang ditambahkan er

unit volume er unit waktu.

Dengan menggunakan ersamaan- ersamaan di atas, kondisi batas ang dijadikan in ut diolah dan dikembangkan menjadi suatu model dengan menggunakan software Fluent 6.3 sehingga di eroleh suatu out ut. Data in ut kondisi batas

boundary condition) da at dilihat ada Tabel 1.

Pengaturan dasar ada Fluent 6.3 diawali dengan

memilih pressure-based sebagai ti e solver, implicit sebagai formulation, absolute sebagai tipe velocity formulation dan steady sebagai ti e time, dan mengaktifkan model energi.

Model k-epsilon digunakan ada enelitian ini karena model

ini ang sering digunakan ada simulasi aliran uida dan er indahan anas. Model k-epsilon meru akan model

ߩ ቂݑడ௩డ௫൅ ݒడ௩డ௬൅ ݓడ௩డ௭ቃ ൌడ௣డ௬൅ ߤ ቂడడ௫మ௩మ൅డ మ

డ௬మ൅డ మ

డ௭మቃ ൅ ܵெ௒

ߩ ቂݑడ௪డ௫൅ ݒడ௪డ௬൅ ݓడ௪డ௭ቃ ൌడ௣డ௭൅ ߤ ቂడడ௫మ௪మ൅డ మ

డ௬మ൅డ మ

డ௭మቃ ൅ ܵெ

ߩ ቂݑడ்డ௫൅ ݒడ்డ௬൅ ݓడ்డ௭ቃ ൌ ݌ ቂడ௨డ௫డ௬డ௩൅డ௪డ௭ቃ ൅ ݇ ቂడడ௫మ்మ൅

డమ

డ௬మ൅

డమ

డ௭మቃ ൅ ܵ௜

Tabel 1. Data in ut kondisi batas boundary condition) untuk Fluent 6.3 ada bangunan kontrol dan bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air

Uraian Satuan 08.00 IB 12.00 IB 17.00 IB 08.00 IB 12.00 IB 17.00 IBBangunan kontrol Bangunan dengan evaporative cooler

Inlet

Suhu udara o 27,1 30,7 29,0 26,7 29,2 27,8

Kece atan angin m det 0,3 0,3 0,3 0, 0, 0,

Atap

Suhu udara o 26,9 30,5 29,1 26,7 29,6 28

Koe sien indah anas m2.K 0,5 0, 5 0, 5 1, 3 1, 2 1, 2

Dinding selatan

Suhu udara o 27,3 31,1 29,5 26,9 30,5 28,3

Koe sien indah anas m2.K 0,88 1, 3 0,99 1, 3 1, 2 1, 2

Dinding utara

Suhu udara o 27, 30,9 29,9 27,8 31,3 29,2

Koe sien indah anas m2.K 0,9 1,3 1,27 1, 3 1, 2 1, 2

Lantai

Suhu udara o 26,7 28,2 27,7 26, 27,9 27.6

Koe sien indah anas m2.K 1,58 2,37 2,11 3,19 3,18 3,19

Rak I

Suhu udara di rak o 27,2 30,3 29, 27 29,8 28,8

Koe sien indah anas baglog m2.K 1,12 1,57 1, 7 ,31 ,3 ,3

Rak II

Suhu udara di rak o 27,1 29,8 29,3 27 29,3 28,7

Koe sien indah anas baglog m2.K 1,33 1,9 1,33 ,31 ,3 ,31

Rak III

Suhu udara di rak o 26,8 29, 28,7 26,5 28,8 28,1

(4)

turbulensi ang cuku lengka dengan dua ersamaan ang memungkinkan kece atan turbulen turbulent velocity) dan

skala anjang length scales) ditentukan secara inde enden

Tuakia, 2008). Kacira dkk. 1998) dalam an dkk. 2009)

men atakan bahwa analisis turbulensi ada aliran udara dalam rumah jamur dilakukan dengan model k-epsilon

untuk mem rediksi kece atan distribusi udara. Persamaan-ersamaan tersebut diselesaikan dengan metode iterasi Patankar, 1980 ersteeg dan Malalasekera, 1995). Di dalam analisis menggunakan D, material en usun rumah jamur kumbung) se erti ata , dinding, lantai, rak-rak diangga sebagai wall. Inlet dan outlet meru akan bukaan ventilasi

rumah jamur. Ada un asumsi ang digunakan dalam analisis D adalah: 1) Udara bergerak dalam keadaan steady state dan tidak terkom resi incompressible) 2) Udara

lingkungan diangga konstan selama simulasi 3) Panas jenis, konduktivitas dan viskositas udara konstan. ) Massa udara dalam rumah jamur tidak di erhitungkan 5) Distribusi suhu udara ada tia ata , dinding dan lantai rumah jamur seragam 6) Dinding rumah jamur beru a an aman bambu gedek) diangga tidak memiliki ori- ori atau diangga rata 7) Tanaman jamur tiram ang tumbuh tidak menghasilkan anas dan tidak menghambat ergerakan udara tanaman jamur tidak dide nisikan).

Validasi

Besarn a error dalam validasi dihitung menggunakan

Persamaan 6 ani, 2012) sebagai berikut:

6) dimana p adalah nilai suhu udara hasil D ) dan u

adalah nilai suhu udara hasil engukuran ). Selain itu juga menggunakan paired samples t-test untuk melakukan

erbandingan rataan antara out ut simulasi dan hasil observasi sistem n ata dengan asumsi bahwa variansi kedua sam le sama Pidd, 1992 dalam Singgih dan Susanto, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis CFD pada Bangunan Kontrol

Pada bangunan kontrol atau ventilasi alamiah suhu udara dalam rumah jamur berasal dari suhu udara lingkungan ang naik ada agi hari sam ai siang hari dan menurun kembali ada sore hari. Pada ukul 08:00 IB, dari Gambar 2a da at dilihat suhu udara dalam rumah jamur terdistribusi merata. Suhu udara rata-rata dalam rumah 27o ) lebih rendah

dari ada suhu udara lingkungan 27,1o ), karena radiasi

matahari ang diterima ata dan konveksi anas dari material en usun ang dihantarkan masih rendah. Kelembaban udara

) rata-rata di dalam rumah jamur 90 ) lebih tinggi dari udara lingkungan 88,37 ) karena roses emanasan dalam rumah jamur masih rendah sehingga ua air dalam bangunan belum ban ak ang terbuang karena efek anas dan angin lingkungan. Pada Gambar 3a, suhu udara ang terendah berada di rak bawah berkisar 26,81o 26,93o , sedangkan

suhu udara aling tinggi di rak atas 27,19o ).

Pada ukul 12:00, suhu udara dalam rumah lebih tinggi dari ada suhu udara lingkungan 30,7o ), sedangkan

kelembaban udara rata-rata dalam rumah jamur 76,06 ) mendekati kelembaban udara lingkungan 76,26 ). Suhu udara aling tinggi di daerah ata 30,9o ) da at dilihat ada

Gambar 2a. Tinggin a suhu udara di dekat bawah ata ) karena ata meru akan material en usun rumah jamur ang aling besar menerima radiasi matahari. Pada Gambar 3a, suhu udara terendah berada di rak bawah 29,71o 30,39o ).

Pada ukul 17:00, suhu udara rata-rata dalam rumah jamur 29,07o ) lebih tinggi dari ada suhu udara lingkungan

29o ). Tinggin a suhu udara ada sore hari karena terjadin a

konveksi dalam rumah jamur dan anasn a ter erangka di material en usun serta benda-benda baglog) ang ada

dalam rumah rumah jamur, sehingga men ebabkan kenaikan suhu udara. Dari Gambar 2a, suhu udara tertinggi berada di daerah ata . Tinggin a suhu ada ermukaan ata , disebabkan oleh model rumah jamur ang ada adalah jenis ventilasi dinding sehingga ada akhirn a suhu udara di atas dekat ata cenderung tinggi atau karena tidak adan a ventilasi di ata . Menurut Katsoulas dkk. 2006) dalam Suhardi anto 2009), kon gurasi bukaan ventilasi ang aling efektif adalah kombinasi bukaan dinding dan ata , diikuti oleh bukaan dinding saja dan terakhir adalah bukaan ata saja. Ada un suhu udara terendah berada di rak bawah dekat lantai) ada ketinggian kurang dari 2m da at dilihat ada Gambar 3a. endahn a suhu udara di rak bawah disebabkan udara lingkungan ang masuk melalui inlet ada ermukaan lantai

langsung menuju outlet bukaan ventilasi dekat ata ) dan

akibat terhalang dinding 2 m) ang berada di bawah outlet,

udara dibelokan kembali ke tengah dan terhalang oleh media tanam di rak bawah ketika diteruskan ke outlet, sehingga

suhu udara di lantai dan di rak bawah lebih rendah dari rak atas dan rak tengah. al ini meru akan sifat dari udara ang akan membelokkan ola alirann a a abila mengenai suatu halangan ang tidak da at dilewatin a. Pada ukul 17:00, udara rata-rata dalam rumah jamur 79,96 ) lebih rendah dari

udara lingkungan 80, 7 ) karena meningkatn a suhu udara dalam rumah jamur akibat anas ang dikonveksikan material en usun rumah jamur dan benda-benda baglog)

ang berada di dalamn a.

Dengan kece atan angin sebesar 0,3 m detik, udara masuk dalam rumah jamur melalui bukaan inlet ang terletak

di bagian bawah dinding dan keluar melalui outlet ang

(5)

terletak di bagian atas dinding. Dalam hal ini, faktor termal ber eran dominan karena kece atan udara rendah sehingga terjadi ergerakan udara akibat erbedaan suhu dan kera atan udara di dalam dan di luar rumah jamur atau disebut sebagai

buoyancy effect. Kamaruddin 1999) dalam Suhardi anto

2009) men atakan bahwa batas kece atan angin dimana faktor termal masih da at ber eran dominan sebesar 1 m s. Hasil Analisis CFD pada Bangunan dengan Evaporative Cooler Menggunakan Air

Pada analisis D, evaporative cooler sebagai inlet. Evaporative cooler menggunakan bebera a ki as dengan pad

ang dibasahi air. Ki as tersebut meniu kan udara kering menuju pad ang dibasahi air dan udara kering tersebut

men entuh ermukaan air ang kemudian diabsorbsi oleh udara sehingga udara akan mengandung ua air.

Pada ukul 08:00, suhu udara rata-rata dalam rumah jamur 26,76o ) lebih rendah dari suhu udara lingkungan

28,3o ) karena radiasi matahari ang diterima ata dan

konveksi anas dari material en usun ang dihantarkan masih rendah, selain itu juga adan a evaporative cooler ang

mam u menurunkan suhu udara dan menaikan kelembaban udara. Pada Gambar 2b, suhu udara dalam rumah jamur memiliki kecenderungan meningkat dari osisi dekat lantai menuju osisi dekat ata karena anas matahari ang diterima ata dihantarkan ke dalam rumah jamur sehingga semakin dekat dengan ata suhu udara semakin tinggi. Masukn a udara dingin dari evaporative cooling men ebabkan udara

rata-rata dalam rumah jamur 90,65 lebih besar dari ada udara lingkungan, aitu 88,7 . Dengan kece atan angin 0, m detik dari de an inlet da at dilihat ada Gambar 3b, daerah

ang lebih tinggi suhun a berada di rak atas dan rak tengah tem at di letakkann a media tanam jamur.

Pada ukul 12:00, suhu udara rata-rata dalam rumah jamur 29,29o dan lebih rendah dari ada suhu udara

lingkungan 31,3o . Sebalikn a, udara dalam rumah

jamur lebih tinggi 80,96 ) dari ada udara lingkungan 75,9 ). Suhu udara tertinggi 30,15o berada di ata , karena

radiasi matahari ang langsung mengenai ata Gambar 2b). Tinggin a suhu bagian ata dengan kece atan udara 0, m detik, men ebabkan tekanan udara di sekitar ata meningkat, udara terdorong ke luar melalui bukaan outlet membawa

udara anas di sekitar ata . Pada Gambar 3b, suhu terendah di rak bawah dan lantai berkisar 28,83o 28,97o .

Pada ukul 17:00 dari Gambar 2b,suhu udara dalam rumah jamur terdistribusi merata. Suhu udara rata-rata dalam rumah jamur 28,1 o ) lebih rendah dari ada suhu udara

lingkungan 28,9 o ). Pada Gambar 3b, suhu udara tertinggi

berada di rak atas dan rak tengah berkisar 28,18 o - 28,67 o . Sebalikn a, suhu udara terendah berada di selatan dan

utara rak ang kece atan udaran a tinggi. Bertambahn a

kece atan udara atau aliran udara ang berhembus jika saluran ang dilalui terjadi en em itan kondisi tersebut berlaku ukum Bernoulli). Pada ukul 17:00, udara rata-rata dalam rumah jamur 8 ,86 ) lebih tinggi dari ada udara lingkungan 82,3 ). udara tertinggi berada di rak bawah dengan nilai sebesar 86,90 .

Perbandingan Hasil Analisis CFD

asil analisis D ada bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air, suhu dan kelembaban udara mam u

diturunkan sebesar ±0,23o dan ±2 ukul 08:00) ±1o

dan ±5,1 ukul 12:00) ±0,2 o dan ±10,1 ukul

17:00). al ini menunjukkan bahwa roses evaporative cooling ini mam u menurunkan suhu udara dan menaikkan

udara walau un enurunann a kecil dan bisa ditera kan ada budida a tanam jamur tiram ang membutuhkan suhu rendah dan kelembaban udara tinggi.

Evaporative cooling ang efektif untuk iklim anas dan

kering, tidak efektif untuk iklim anas dan lembab. Sistem endinginan ini mengandalkan erbedaan suhu bola kering dan bola basah, teta i ada iklim tro ika basah, erbedaan suhu bola basah dan bola kering sangat kecil, sehingga endinginan udara melalui eningkatan kelembaban udara sam ai mendekati jenuh sekali un han a menurunkan suhu sangat kecil Suhardi anto, 2009).

Pukul 08:00 Pukul 08:00

Pukul 12:00 Pukul 12:00

Pukul 17:00 Pukul 17:00

a. Bangunan kontrol b. Bangunan dengan evaporative cooler

Gambar 2. Sebaran suhu udara dalam rumah jamur ada: a. Bangunan kontrol b. Bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air ada ukul 08:00 12:00 17:00

(6)

sebesar 1,56 Gambar ) dan 2,58 ada bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air Gambar 5). Ada un,

nilai error kelembaban udara rata-rata ada bangunan kontrol

sebesar 1,5 dan 2,15 ada bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air. Pada bebera a titik terjadi erbedaan

ang cuku mencolok karena terkait dengan enentuan jarak grid ang sedikit berbeda antara engukuran dan erhitungan D. ilai error ang tinggi disebabkan oleh embuatan

geometri ada dinding rumah jamur diasumsikan tidak berlubang-lubang, teta i dalam realitan a dinding rumah jamur ang beru a an aman bambu memiliki lubang-lubang kecil ang memungkinkan tem at keluar masukn a udara luar sehingga men ebabkan error ang cuku besar, teta i

masih dalam batasan ang rendah.

Keterangan:

1. ak atas de an) 7. ak bawah de an) 13.Dinding utara

2. ak atas tengah) 8. ak bawah tengah) 1 . Outlet selatan 3. ak atas belakang) 9. ak bawah belakang) 15. Outlet utara

4. ak tengah de an) 10. Selatan rak 16. Ata

5. ak tengah tengah) 11. Utara rak 17. antai

6. ak tengah belakang) 12. Dinding selatan

Gambar 5. alidasi suhu udara hasil D terhada hasil engukuran di 17 titik ada bangunan dengan evaporative cooler

menggunakan air ukul 12:00 IB)

Pada uji statistik paired sample t-test menggunakan data

hasil engukuran dan hasil erhitungan menggunakan D ada bangunan kontrol dan bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air menunjukkan bahwa nilai t hitung

lebih kecil dari t tabel dan nilai VLJQL¿FDQWOHYHO lebih besar dari

nilai 0.05), sehingga da at disim ulkan bahwa 0 diterima dan din atakan tidak ada erbedaan rataan secara signi kan antara hasil engukuran dengan hasil D. Kesim ulan ini menunjukkan bahwa model erhitungan dengan D valid dan da at digunakan sebagai re resentasi sistem dalam melakukan analisis terhada model rumah jamur.

KESIMPULAN

Distribusi suhu udara dan kelembaban udara dalam rumah jamur dengan dua variasi erlakuan da at dianalisis menggunakan Computational Fluid Dynamics D) karena

memiliki tingkat validasi cuku tinggi dengan nilai error Pukul 08:00

Pukul 08:00

Gambar 3. Kontur suhu udara di rak-rak ada: a. Bangunan kontrol b. Bangunan dengan evaporative cooler menggunakan

air ada ukul 08:00 12:00 17:00 IB

Validasi

alidasi distribusi suhu udara dilakukan dengan cara membandingkan data suhu hasil engukuran dengan data suhu udara hasil D di 17 titik engukuran. asil validasi distribusi suhu udara dalam ruang jamur menunjukkan kecenderungan hasil D mendekati hasil engukuran dengan nilai error ang rendah. ilai error suhu udara

rata-rata tertinggi ada bangunan kontrol ventilasi alamiah)

a. Bangunan kontrol b. Bangunan dengan evaporative cooler Pukul 12:00

Pukul 17:00 Pukul 12:00

Pukul 17:00

Gambar . alidasi suhu udara hasil D terhada hasil engukuran di 17 titik ada bangunan kontrol ukul 12:00 IB)

25 30 35

0 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 15 16 17

S

uhu

o)

Titik engukuran

T Simulasi T Ukur Error 1,56

(7)

suhu dan kelembaban udara rata-rata 1,56 ada bangunan kontrol dan 2,58 ada bangunan dengan evaporative cooler

menggunakan air. asil simulasi distribusi suhu ada ke dua erlakuan ang diberikan ada rumah jamur menunjukkan bahwa bangunan dengan evaporative cooler menggunakan

air mam u menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara dalam rumah jamur dan memiliki hasil ang seragam dengan ola aliran udara ang terjadi dari inlet menuju outlet.

UCAPAN TERIMA KASIH

Uca an terima kasih disam aikan ke ada Sekolah Tinggi Pertanian STIP ) Kutai Timur, Kalimantan Timur, atas bantuan dana enelitian sehingga enelitian bisa terlaksana dengan lancar. Tulisan ini adalah bagian enelitian tesis ang menggunakan dana enelitian tersebut. Dan uca an terima ke ada akultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada ang sudah memfasilitasi selama

roses enelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia 2009). Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka,

Jakarta.

Kibar. B. dan Peksen, A. 2008). Modelling the effects of tem erature and light intensit on the Develo ment and ield of different leurotus s ecies. Agricultura Tropica et Subtropica 41:2.

an, J. ., Kwon, .J., oon, J. ., Kim, K., am, S. . dan Son, J. . 2009). Anal sis of the thermal environment in a mushroom house using sensible heat balance and 3-D com utational uid d namics. Biosystem Engineering

104: 17- 2 .

Kacira, M., Short, T. . dan Stowell, . . 1998). A D evaluation of naturall ventilated, multi-s an, sawtooth greenhouses.Transactions of The American Society of Agricultural Engineers 41: 833-836.

Patankar, S. . 1980). Numerical Heat Transfer and Fluida Flow. emish ere Publishing or oration. Mc-Graw

ill. ew ork.

omdhonah, . 2011). Simulasi Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara untuk Pengembangan Desain Rumah Tanaman di Daerah Tropika Basah. Tesis.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Singgih, M. . dan Susanto, . 2006). Perancangan model simulasi downtime machines untuk menentukan kece atan mesin dan jumlah o erator ang o timal ada divisi ring s inning. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IV. Magister Manajemen Teknologi. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Suhardi anto, . 2009). Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika Basah Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan . IPB Press, Bogor.

Tuakia, . 2008). Dasar-Dasar CFD Menggunakan Fluent.

Informatika, Bandung.

ani, A. 2007). Distribusi Suhu dalam Kandang Sapi Menggunakan Computational Fluid Dynamics. Tesis.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

anuati, I. .T. 2007). Kajian Perbedaan Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram

3XWLK 3OHXURWXV ÀRULGD. Universitas Brawija a,

Malang.

Gambar

Gambar 1.  Desain rumah jamur: a. Bangunan kontrol tam�ak de�an �inlet)b. Bangunan tam�ak belakang �outlet)c
Tabel 1. Data in�ut kondisi batas �boundary condition) untuk Fluent 6.3 �ada bangunan kontrol dan  bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air
Gambar 2. Sebaran suhu udara dalam rumah jamur �ada: a. Bangunan kontrol� b. Bangunan dengan evaporative cooler menggunakan air �ada �ukul 08:00� 12:00� 17:00 �IB
Gambar �.  �alidasi suhu udara hasil ��D terhada� hasil �engukuran di 17 titik �ada bangunan kontrol ��ukul 12:00 �IB)

Referensi

Dokumen terkait

hari baik dalam upacara agama, dimana informasi tersebut sesuai dengan Kalender Saka hasil perhitungan PHDI dan real time yaitu pengguna tidak perlu melakukan pengecekan

Aplikasi Tryout Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama Berbasis Android mengacu pada peraturan Ujian Nasional konvensional yang berlaku dan merupakan aplikasi

Dari beberapa penelitian diatas berbeda dengan penelitian ini, karena dalam penelitian ini yang diteliti adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial masyarakat

Berdasarkan data distribusi responden menunjukkan mayoritas responden menggunakan sistem operasi pada smartphone adalah Android, Hal ini sesuai dengan penelitian oleh

Seandainya sebuah perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing dengan mencapai keunggulan biaya yang dapat dipertahankan (fokus biaya) atau diferensiasi (fokus diferensiasi) dalam

Saya aktif turut serta membantu dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat yang datang ke instansi.. 3 Kebijakan instansi agar

Analisis yang terakhir adalah penyusunan matrix SWOT guna menentukan alternatif strategi. Matrix ini disusun oleh faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

Motivasi kualitas adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kualitas atau kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan