BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Saat ini persaingan antar sekolah menengah tingkat
pertama tidak dapat dihindarkan. Tiap sekolah memiliki
strategi sendiri untuk bersaing, hal tersebut sudah
menjadi tuntutan yang harus dilakukan untuk
memperbaiki mutu dan meningkatkan mutu pendidikan.
Sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten
Semarang dibagi menjadi 7 sub rayon, khususnya di
subrayon 02 terdapat 17 sekolah menengah pertama.
Dari 17 SMP tersebut terdapat 6 sekolah negeri dan 11
sekolah swasta. Banyaknya SMP dalam lingkup sempit
membuat persaingan semakin ketat. Hal ini menjadi
masalah bagi SMP yang kalah bersaing di mana mereka
pasti akan kesulitan untuk mendapatkan target perserta
didik baru yang diharapkan. Namun, bagi sekolah yang
siap dan mampu bersaing pasti akan mendapatkan target
yang diharapkan, bahkan lebih.
Orang tua peserta didik biasanya melihat dan
mengukur sebuah sekolah baik atau tidak dengan
melihat prosentase kelulusan peserta didik, nilai rata-rata
yang dicapai sekolah dan peringkat sekolah (Sumarni,
menengah pertama berlomba-lomba menyusun strategi
untuk meningkatkan mutu sekolah dengan tujuan
memiliki prosentase kelulusan tinggi, nilai rata-ratanya
tinggi dan juga mendapatkan peringkat yang baik. Selain
dalam bidang akademis sekolah juga berlomba
berlomba-lomba untuk meningkatkan bidang non-akademis,
contohnya: kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Keadaan tersebut juga dialami oleh SMP Negeri 1
Bawen, yang terletak di Jl. Soekarno-Hatta no. 54.
Sekolah ini merupakan sekolah yang paling strategis
dibandingkan dengan SMP yang lainnya di sub rayon 02
Kabupaten Semarang. Lokasinya terletak di pinggir jalan
raya dan semua angkutan umum dapat menjangkau
sekolah ini. Selain itu sekolah ini memiliki luas area yang
luas untuk mengembangkan sekolah. Namun demikian
masih kalah saing dengan sekolah lainnya dalam
beberapa hal, salah satunya adalah prestasi akademis.
Sebagai contoh, adalah peringkat ujian nasional dari
tahun 2008 sampai sekarang sekolah ini belum pernah
menjadi yang terbaik meskipun memiliki banyak
keunggulan dari beberapa sisi. Berikut ini adalah data
yang menunjukkan bahwa SMP Negeri 1 Bawen belum
bisa mengoptimalkan potensi yang ada. Pada Tabel 1.1
dapat dilihat data prosentase kelulusan dan peringkat
Tabel 1.1
Prosentase Kelulusan dan Peringkat SMPN 1 Bawen Tahun 2008/2009 s.d. 2012/2013
Sumber : Data Sekunder, diolah
Tahun 2008/2009 prosentase kelulusannya 100%
dengan peringkat 3, sedangkan tahun 2009/2010
prosentase kelulusan turun drastis menjadi 89,02%
dengan peringkat 3. Meskipun ada sekitar 29 anak yang
tidak lulus, tetapi mereka mendapatkan kesempatan
untuk mengulangnya dan akhirnya lulus 100%. Ditahun
2012/2013 ada 1 peserta didik yang tidak lulus dan
peringkat sekolah meningkat menjadi 2. Namun pada
tahun tersebut tidak ada ujian ulang sehingga satu
peserta didik yang tidak lulus harus diikutkan paket C.
Lebih lanjut data tentang jumlah minimal masuk,
jumlah nilai rata-rata lulusan dan selisih jumlah nilai
minimal masuk dengan jumlah nilai rata-rata lulusan
SMP Negeri 1 Bawen ditunjukkan dalam Tabel 1.2 di
Tabel 1.2
Jumlah Nilai Minimal Saat Masuk, Jumlah Nilai Saat Lulus dan Selisih Jumlah Nilai Minimal Masuk dengan
Jumlah Nilai Rata-Rata Lulusan SMP N 1 Bawen Tahun 2008/2009 s.d. 2012/2013
Tahun
Sumber : Data Sekunder, diolah
Dari tabel 1.2 terlihat bahwa rata-rata nilai UN
selalu lebih rendah dari rata-rata minimal penerimaan
peserta didik baru. Hal ini menunjukkan bahwa SMP
Negeri 1 Bawen memiliki masalah dalam hal pengelolaan
aspek proses di mana dari sisi input peserta didik sudah
cukup baik yaitu rata-rata yang diterima minimal 7,3.
Kemudian jika dicermati outputnya selalu dibawah input,
bahkan di tahun 2012/2013 terjadi selisih yang cukup
mencolok yaitu 1,1.
Dalam bidang non-akademis SMPN 1 Bawen juga
waktu ke waktu, meskipun ada beberapa cabang kegiatan
ekstrakurikuler yang sudah memiliki prestasi yang cukup
baik. Berikut ini data kegiatan non-akademis yang
diselenggarakan sekolah berserta kejuaraan yang
diperoleh.
Tabel 1.3
Prestasi Bidang Non – Akademis Tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi
Jenis Kegiatan
Peringkat yang diperoleh
2011 2012 2013 2014
Kec. Kab. Prop. Kec. Kab. Prop. Kec. Kab. Prop. Kec. Kab. Prop.
Pramuka - - - - 2 - - - -
PMR - - - -
Band - 1 - - 2 - - 3 - - 3 -
Vocal - - - 3 - - - -
Seni Lukis - 1 - - 1 - - - -
Rebana - - - 1 - - - -
Pildacil - - - 1
1 - - 1 -
Pencak
Silat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Bola Voli - - - - 2 - - - -
Basket - - - - 3 - - - -
Sepak Bola- - 1 - - 1 - - 1 - - 1 3
Bulutangkis - 2 - - 2 - - 2 - - - -
Renang - - - -
Jurnalistik - - - - -
Dari data di atas dapat diketahui bahwa selama
kurun waktu sekitar 4 tahun pencapaian bidang
non-akademis SMPN 1 Bawen masih kurang memuaskan.
Sekolah jarang mendapatkan nomor kejuaraan di tingkat
kabupaten apalagi propinsi. Berdasarkan pengamatan
dan wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 1 Bawen
dan beberapa guru hal tersebut disebabkan karena
kurang optimalnya pembimbing dalam melakukan
pembimbingan serta masih rendahnya motivasi peserta
didik dalam mengikuti kegiatan non-akademis tersebut.
Sesungguhnya potensi non-akademis SMPN 1 Bawen
dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik karena tidak
pernah kekurangan peserta didik bahkan selalu menolak
peserta didik pada saat penerimaan peserta didik baru.
Berikut ini adalah data jumlah peserta didik dan jumlah
rombel tahun pelajaran 2008/2009 s.d. 2013/2014.
Tabel 1.4
Jumlah Peserta didik dan Jumlah Rombel Tahun Pelajaran 2008/2009 s.d. 2013/2014
Angka
Melihat data di atas maka sangat mungkin menggali
potensi non-akademis untuk mengangkat kekurangan
bidang akademis agar bisa menjadi yang terbaik di sub
rayon 02 Kabupaten Semarang.
Sesungguhnya kepala SMPN 1 Bawen yang baru
menjabat 2 tahun sudah mencoba beberapa strategi
untuk meningkatkan mutu sekolah baik dari sisi
akademis maupun non-akademis. Strategi untuk
meningkatkan aspek akademis tersebut antara lain; (a)
Meningkatkan kedisiplinan tenaga pendidik dan
kependidikan memalui berbagai cara; (b) Menerapkan
reward dan punishment dalam penyelenggaraan
pendidikan: (c) Pengaktifan MGMP setiap mata pelajaran,
baik di lokal sekolah ataupun di tingkat sub-rayon; (d)
Monitoring kelas; (e) Pelibatan berbagai fihak dalam
menyusun program sekolah; (f) Menekankan keteladanan;
(h) Melengkapi fasilitas sekolah. Sementara itu strategi
yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi
non-akademis antara lain; (a) Membangun lapangan olahraga
yang lebih memadahi; (b) Studi banding; (c) Menjalin
kerjasama dengan instansi lain; (d) Menjadikan sekolah
berbasis olahraga; (e) Memberikan reward bagi peserta
didik yang berprestasi dalam bidang olahraga; (f)
Memperketat pengawasan kegiatan ekstrakurikuler; (g)
Selama 2 tahun terakhir ini sudah ada beberapa
peningkatan dalam berbagai segi seperti; (1) Prestasi ujian
nasional sekolah berada di peringkat 12 tingkat
kabupaten; (2) Kedisiplinan masuk sekolah sudah
membaik dengan diterapkan sangsi dan daftar hadir sidik
jari (finger print); (3) Pelibatan semua komponen sekolah
dalam menyusun program sekolah; (4) Sekolah aktif
membangun kerjasama dengan lembaga pendidikan lain
untuk meningkatkan prestasi akademis; (5) Menerapkan
sekolah berbasis olahraga untuk meningkatkan mutu non
akademis. Meskipun sudah mengalami peningkatan,
namun masih belum optimal dan banyak persolaan yang
harus segera diselesaikan untuk mewujudkan sekolah
yang lebih bermutu di sub rayon 02 atau bahkan di
lingkup Kabupaten Semarang dan sekitarnya.
Melihat data-data di atas, maka bisa dikatakan
bahwa SMPN 1 Bawen perlu strategi alternatif untuk
meningkatkan mutu pendidikan agar mampu bersaing.
Guna meningkatkan mutu pendidikan ditentukan oleh
aspek input, proses , dan output yang ada pada sekolah
tersebut, dengan melakukan perbaikan secara
berkesinambungan.
Peningkatan mutu sekolah memerlukan strategi
yang tepat yang tertuang dalam rencana strategis
(Renstra). Beberapa penelitian yang berkaitan dengan
Ujian Nasional sebagai salah satu ukuran mutu.
Sementara itu beberapa penelitian tentang mutu
pendidikan yang menggunakan analisis SWOT untuk
memberi alternatif peningkatan mutu pendidikan antara
lain oleh Sumarni (2011) yang dilakukan di SMP Kristen
Satya Wacana, Rozari (2011) yang dilakukan di SMK St.
Petrus Comoro Dili, Mariyatun (2012) yang dilakukan di
SMA Katolik Augustinus Kediri, R. Suharti (2013) yang
dilakukan di SDN 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung,
penelitian tersebut sama-sama memberikan strategi
agresif dalam usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
rumusan masalah yang dapat diangkat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Apa saja yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam meningkatkan mutu
di SMPN 1 Bawen?
2.Strategi apa saja yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan mutu SMPN 1 Bawen berdasarkan
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan faktor apa saja yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
meningkatkan mutu di SMPN 1 Bawen;
2.Menyusun strategi yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan mutu SMPN 1 Bawen berdasarkan
analisis SWOT.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi
dalam pengembangan ilmu managemen pendidikan
khususnya dibidang penyusunan rencana strategis
berdasarkan analisis SWOT.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan alternatif strategi peningkatan