• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN

SEORANG LESBI DI SEMOLOWOWARU SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

Muhammad Qomaruddin B03212040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Muhammad Qomaruddin (B03212040), BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA

Dalam skripsi terdapat dua fokus permasalahan yang dikaji, yaitu (1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy

dalam menangani keterasingan seorang lesbi? (2) Bagaimana hasil pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy dalam menangani keterasingan seorang lesbi?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan. Sedangkan dalam mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, serta peneliti turun langsung kelapangan untuk mengumpulkan data. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil dengan membandingkan kondisi konseli sebelum dan sesudah pelaksanaan konseling.

Proses yang dilakukan oleh konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjutnya treatment dengan langkah pertama, konselor merubah pikiran-pikiran irrasionalnya kearah yang lebih rasional. Kedua, memperbaiki cara berfikir konseli dan menyadarkan bahwa pemikiran irrasional negatif dapat dirubah menjadi positif dan ketiga, memberi alternative pemecahan masalah, dengan member tugas-tugas dalam memperbaiki perilaku negatif konseli. Setelah proses konseli selesai yaitu langkah terakhir menindakk lanjuti masalah yang dialami oleh konseli setelah dilakukannya proses konseling. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi adalah keterasingan yang disebabkan pola pikir dan perilaku konseli yang negative. Perilaku tersebut sangat dilarang oleh norma agama. Dalam penelitian ini proses konseling yang dilaksanakan menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy, yang mana peneliti menggunakan beberapa teknik untuk menangani masalah tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan konseli bisa menerima kenyataan pada perilakunya saat ini dan bisa merubah perilaku buruknya menjadi perilaku yang baik. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling terhadap konseli dalam penelitian ini cukup berhasil yang mana hasil tersebut dapat diliihat dari adanya perubahan perilaku yang terjadi pada konseli yang sudah bisa berbaur dengan masyarakat dan meninggalkan perilaku negatifnya.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi konsep ... 9

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 7

2. REBT ... 10

3. Keterasingan... 10

F. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 11

2. Sasaran dan lokasi Penelitian ... 12

3. Jenis dan Sumber data Penelitian... 13

4. Tahap-tahap Penelitian... 14

G. Sistematika Pembahasan... 23

BAB II : KAJIAN TEORITIK A. Bimbingan Konseling Islam ... 24

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam... 24

(8)

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam... 27

4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam... 29

5. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam... 31

6. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling Islam... 37

7. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam... 38

B. Teknik Rasional Emotive Behavior Therapy... 40

1. Pengertian REBT ... 40

2. Teori Kepribadian REBT ... 41

3. Tujuan REBT ... 43

4. Teknik REBT ... 45

C. Keterasingan ... 50

1. Pengertian Keterasingan... 50

2. Penyebab Keterasingan ... 53

3. Ciri-ciri Individu yang Keterasingkan ... 55

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 56

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 58

1. Kelurahan Semolowaru ... 58

2. Deskripsi Konselor & Konseli ... 60

3. Deskripsi Maslah... 65

B. Deskripsi Pelaksanaan Konseling ... 64

1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam ... 67

2. Deskripsi Hasil Bimbingan dan Konseling Islam ... 86

BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Proses Penelitian ... 89

B. Analisis Hasil Akhir Penelitian... 93

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam hidupnya tak lepas dari permasalahan. Manusia dalam

hidupnya pasti pernah mengalami kegelisahan. Gelisah merupakan penyakit

batin, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, dari golongan apa, dan bangsa

apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas.

Sebab orang pemberani tidak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang

mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan dijelmahnya. Umpama orang

yang pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut dituntut.

Begitu pula orang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi

walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan

gelisah.

Kegelisaan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia,

rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa

tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini muncul. Pada

hakikatnya sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada

hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisahan sangatlah

perlu. Yaitu dengann dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan

tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang

(10)

2

Kegelisahan yang sering terjadi pada manusia adalah disaat seseorang

melakukan sebuah perbuatan buruk. Hal inilah yang membuat seseorang

mengalami kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia merasa cemas. Karena terlalu

memikirkan perbuatan buruk yang sudah dilakukannya. Akhirnya dia terlihat

murung, menyendiri, merasa kesepian dan terasingkan.

Salah satu masalah kegelisahan manusia yaitu keterasingan diri,

khususnya keterasingan diri yang dialami oleh seorang lesbi. Masalah

keterasingan diri adalah masalah yang paling rumit dihadapi seorang lesbi.

Tingkat penerimaan diri seseorang akan identitas dirinya atau identitas seksual

mempengaruhi aspek-aspek kepribadiannya. Seperti halnya yang dialami oleh

klien Boey yang mengalami keterasingan dalam lingkungannya, yang mana

keterasingan tersebut muncul akibat perilaku klien yang menjadi seorang lesbian

yang tidak disukai oleh warga lingkungan sekitar, sehingga banyak dari warga

yang menjahui klien akibat perilakunya tersebut.

Keterasingan artinya keadaan yang membuat tersisih, terpisah, dan

terpencil dari pergaulan masyarakat baik-baik. Hal yang menjadi sumber

keterasingan adalah perilaku yang tidak dapat diterima atau tidak dapat

dibenarkan oleh masyarakat atau karena kekurangan yang ada pada diri sendiri,

sehingga dia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.

Perilaku yang tidak dapat diterima atau dibenarkan itu pasti

(11)

3

dengan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini akan merugikan harta, nama baik,

martabat, dan harga diri orang lain.

Manusia yang bersifat angkuh, sombong, besar kepala, dan tidak

menghargai orang lain selalu akan tersisih dari pergaulan masyarakat karena

perilaku seperti ini tidak disenangi dan dibenci oleh masyarakat. Manusia lain

akan merassa tersentuh nilai kemanusiaannya apabila bergaul dengan manusia

yang bersikap seperti ini. Oleh karena itu, dia dibenci oleh orang lain sehingga

membuat dia dalam keterasingan.

Kekurangan pada diri seseorang dapat juga menempatkannya dalam

keterasingan. Dalam hal ini, bukan masyarakat yang membuat orang itu terasing.

Melainkan dirinya sendiri karena ketidakmampuannya. Ketidakmampuan ini

berpengaruh pada nama baik atau harga diri orang yang bersangkutan.

Ketidakmampuan disini meliputi rendahnya tingkat penguasaan ilmu

pengetahuan, hal ini disebabkan karena taraf pendidikannya yang belum sampai

pada taraf tertentu yang dihadapinya kini. Dengan demikian, orang yang

bersangkutan tidak mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat ilmiah yang

dihadapinya. Sehingga dia merasa gelisah dan terasing.

Permasalahan keterasingan diri sangatlah perlu suatu penanganan

bimbingan dan konseling secara profesional juga perlu mendapatkan perhatian.

Karena pada faktanya, dua lingkungan utama yang menjadi proses tumbuh dan

(12)

4

dan lingkungan pendidikan kurang atau tidak tepat dalam menangani

masalah-masalah yang berkaitan dengan orientasi seksual dan identitas gendernya.1

Melihat permasalahan tersebut peneliti berencana akan melakukan

konseling dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy yang bertujuan untuk memperbaiki sikap, presepsi serta pandangan yang irasional dan

tidak logis menjadi rasional dan logis. Sehingga klien dapat mengembangkan

diri seoptimal mungkin melalui tingkah laku yang baik yang dapat diterima di

lingkungannya.

Dengan menggunakan teknik-teknik yang ada dalam pendekatan

Rational Emotive Behavior Therapy diharapkan klien mampu mengubah cara

pandang dan tingkah laku yang keliru.

Pendekatan REBT bertujuan untuk menghilangkan kecemasan,

ketakutan, kekhawatiran, ketidakyakinan dan semacamnya dan untuk mencapai

perilaku yang rasional. Pendekatan REBT dikembangkan oleh Albert Ellis, yaitu

pendekatan behavior kognitif yang menekan pada keterkaitan antara perasaan,

tingkah laku dan pikiran. Dan pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia

adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berfikir irasional yang salah

satunya didapat melalui belajar social, disamping iti individu juga memiliki

kapasitas untuk belajar kembali supaya belajar berfikir rasional. Berfikir

irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari

1Zakiyuddin Baidhawy, ed.Wacana Teologi Feminis,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1997) hlm

(13)

5

orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berfikir secara irasional akan tercermin

dari kata-kata yang biasa digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan

cara berfikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berfikir yang

benar. Perasaan dan pikiran negative serta penolakan diri harus dilawan dengan

cara berpikir rasional dan logis yang dapat diterima melalui akal sehat.2

Albert Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam

REBT yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu meminimalkan pandangan

yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat

hidup yang lebih realistik.

Jadi pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian study kasus,

karena penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu

secara rinci dan mendalam secara kurun waktu tertentu untuk membantunya

mengatasi masalah yang dialaminya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti menyimpulkan

beberapa rumusan masalah yang menjadi fokus peneliti dalam menyelesaikan

penelitian skripsi ini. Antara lain:

1. Bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapydalam menangani masalah keterasingan diri seorang lesbi?

2 Rochman Natawidjaya, Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan (Bandung,

(14)

6

2. Sejauh mana keberhasilan Rational Emotive Behavior Therapy dalam menangani masalah keterasingan diri seorang lesbi?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan penelitian.

Diantaranya:

1. Untuk menjelaskan bagaimana layanan Bimbingan dan Konseling Islam

dengan Rational Emotive Behavior Therapy dalam menangani masalah keterasingan diri seorang lesbi.

2. Untuk menjelaskan sejauh mana keberhasilam Rational Emotive Behavior Therapidalam menangani masalah keterasingan diri seorang lesbi.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan ada manfaat teoritis

maupun manfaat prektis bagi para pembaca, antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Agar dapat dijadikan sebagai rujukan penelitian-penelitian selanjutnya

dalam bidang bimbingan dan konseling islam, terkait dengan masalah

keterasingan diri dan juga sebagai pedoman proses konseling dalam

penerimaan diri seorang klien yang merasa terasingkan dengan

(15)

7

Peneliti diharapkan dapat membantu khususnya kaum LGBT dalam

menangani masalah keterasingan, sehingga dengan diterapkannya

Rasional Emotive Behavior Therapy ini dapat menyadarkan cara sudut pandang yang irasional sehingga dapat mengubah perilaku negative dan

merubah menjadi perilaku yang positive, sehingga dapat diterima

dilingkungannya maupun keluarganya.

E. Definisi Konsep

Dalam pembahasan peneliti perlu membatasi dari sejumlah konsep

yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Bimbingan dan Konseling

Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapi Dalam Menangani Keterasingan Seorang Lesbi di Semolowaru Surabaya” yakni peneliti ini

mempunyai definisi konsep sebagai berikut:

1. Bimbingan

Konsep bimbingan berarti menolong individu agar dapat memahami

diri sendiri, sebagai suatu bentuk penidikan, bimbingan berarti pengalaman

yang disediakan untuk dapat menolong individu agar dapat memahami diri

sendiri, sebagai suatu proses program bimbingan mengikuti cara mengatur

dan proses yang disusun untuk mencapai beberapa tujuan pendidikan dan

tujuan pribadi. Secara garis besar bimbingan yaitu proses untuk menolong

individu memahami diri mereka serta dunia mereka.3

3 Abu bakar M. Luddin, Dasar-Dasar Konseling, (Bandung: Cita pustaka Media Perintis,

(16)

8

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik

anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.4 2. Konseling

Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan

dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara

dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru atau

konselor dengan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih

baik terhadap dirinya, mampu memecahakan masalah yang di hadapinya

dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki secara optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi

dan kemanfaatan sosial.5

Menurut sukardi definisi konseling sebagai bantuan secara tatap muka

antara konselor dan klien dengan usaha yang unik dan manusiawi yang

dilakukan dalam suasana keahlian dan didasarkan norma-norma yang

berlaku pada klien untuk memperoleh konsep diri dan kepercayaan demi

untuk memperbaiki tingkah laku pada saat ini dan masa yang akan datang.

4 Rayitno dan Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan Konseling,(Jakarta: Rineka Cipta,

2004) hal 99.

(17)

9

dengan demikian, aspek penting dalam suatu konseling adalah konseling

sebagai suatu proses bantuan hubungan terapeutik, usaha bantuan,

mengarahkan tercapainya tujuan, dan mengarahkan kemandirian klien.

3. Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk

Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petuniuk Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

Bimbingan dan konseling islami adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan

petunjuk Allah SWT sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia

dan di akhirat. tolak ukurnya bertumpu pada mampu hidup selaras dengan

petunjuk Allah SWT yang mana maksutnya sebagai berikut :

1.) Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang ditentukan Allah, sesuai dengan sunatulloh, sesuai dengan

hakikatnya sebagai makhluk Allah.

(18)

10

3.) Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk

mengabdi kepadanya, mengabdi dalam arti seluas-luasnya.6

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan

terarah, kontinue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat

mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara

optimal dengan cara menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung di

dalam Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia

dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadist.7

4. Rasional Emotive Behavior Therapy

Pendekatan Rasional Emotive Behavior Therapy adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterrkaitan antara perasaan,

tingkah laku, dan pikiran. Pendekatan iki dikembangkan oleh Albert Ellis

melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang

manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berfikir irasional

yang salah satunya didapat melalui belajar sosial. Di samping itu individu

juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berfikir rasional.

Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah

pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran-pikiran rasional melalui teori ABCDE.

6Muhammad Anas, Psycologi: Menuju Aplikasi Pendidikan

(https://books.google.co.id/books, diakses 20 Maret 2016).

7Samsul Munir,Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010) hal

(19)

11

5. Keterasingan

Keterasingan berasal dari kata asing. Kata asing berarti sendiri, tidak

dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan,

terpisahkan dari yang lain atau terpencil.8

Keterasingan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah keterasingan

seorang lesbian, yang mana hal tersebut muncul akibat dari pemikiran

klien yang masih labil sehingga dengan mudah merubah tampilan dan

perilaku layaknya seorang laki-laki, mudah tersinggung, ringan tangan

(mudah memukul), tertutup. Sehingga dari perilaku tersebut tidak disegani

oleh lingkungan sekitar dengan alasan bahwa lingkungan sekitar takut

anak-anaknya mempunyai perilaku yang sama dengan klien yang menurut

mereka meresahkan warga. Sehingga, warga sekitar menjahui klien dan

mengakibatkan diri klien terasingkan dari lingkungannya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun langkah-langkah dalam metode

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

(20)

12

yang alamiah.9 Penelitian dilakukan untuk memahami fenomena untuk memahai apa yang dialami oleh subyek penelitian. Penelitian dilakukan untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, secara

holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.10Pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien, baik perilaku, presepsi, maupun motivasi.

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan jenis penelitian studi

kasus. Penelitian berbasis kasus adalah penelitian kualitatif yang menjelaskan

kasus untuk menjelaskan suatu fenomena dan mengaitkannya dengan teori

tertentu.11 Penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk

membantunya mengatasi masalah yang dialaminya.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran dari penelitian ini adalah seorang remaja yang bernama Boey

(nama disamarkan) yang mana dia mempunyai kondisi fisik perempuan akan

tetapi mempunyai perilaku layaknya seorang laki-laki. Dia merupakan anak

dari keluarga yang sederhana. Aktivitas sehari-hari klien yaitu berjualan

untuk mencukupi kebutuhannya hidup di Surabaya. Klien sering mengajak

9Sugiono,Metode Penelitian Kualitatif(Bandung, Alfabeta, 2011) hal 9

10 Lexy J. Moleong, M.A , Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009) hal 20

11Burhan Bunguin,Analisis data penelitian kualitatif,(Jakarta, PT Grafindo Persada, 2003)

(21)

13

pasangannya untuk ke kostnya, yang awalnya klien berfikir bahwa tidak

menjadi masalah jika pasangannya bermain maupun menginap di tempat

tinggalnya dengan asumsi bahwa klien dan pasangannya merupakan sama

jenis. Klien mempunyai pemikiran tersebut karena klien mempunyai teman

yang lesbian yang tinggal satu atap. Sehingga hal tersebut juga dilakukan oleh

klien hingga saat ini.

Lokasi penelitian ini bertempat di desa Semolowaru Surabaya. Sebelum

penelitian dilakukan, peneliti sudah mempunyai kedekatan dengan klien.

Alasan dipilihnya lokasi ini karena adanya pemasalahan yang perlu ditangani

dan memerlukan bantuan. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

pengamat penuh, dimana peneliti mengamati stabilitas emosi dari klien

selama penelitian dilakukan.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

non statistic, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk kata/verbal

dan bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:

a. Data primer

Yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan. Dalam data

primer dapat diperoleh keterangan kegiatan keseharian, perilaku, latar

belakang masalah klien, pandangan klien tentang keadaan yang dialami,

(22)

14

proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan konseling. Sumber data

primer adalah sumber data yang diperoleh lansung dari lapangan, yaitu

informasi dari klien yakni seorang lesbi yang mengalami keterasingan.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan. Data ini digunakan untuk

melengkapi data primer.12 Data yang diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, riwayat pendidikan klien, dan

perilaku keseharian klien. Sumber data sekunder adalah sumber data

yang diperoleh dari orang lain guna melengkapi data yang diperoleh dari

sumber data primer. Sumber ini penulis peroleh dari data informan

seperti sahabat klien, dan tetangga klien.

4. Tahap-tahap penelitian

Dengan menggunakan acuan Bogdan yang dikutip dalam buku penelitian

kualitatif Lexy J.Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif terdapat tiga

tahapan.13

a. Tahap Pra Lapangan

Merupakan tahap penjajakan penelitian lapangan dalam suatu

penelitian. Yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu:

1. Menyusun Rancangan Penelitian

12 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek,(Jakarta, PT Rineka Cipta,

2004) hal 88

(23)

15

Peneliti memahami mengenai Bimbingan dan Konseling Islam

dengan Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk mengatasi

keterasingan pada seorang lesbian di Semolowaru Surabaya. Klien adalah rekan kerja ketika bekerja di Kendangsari Surabaya. Klien dapat

dikatakan seorang lesbi karena dapat dipandang dari beberapa sudut,

yaitu:

a. Dari segi penampilan seperti laki-laki.

b. Dari segi berperilaku (lesbi, sering membawa pasangan lesbi ke

kostnya, labil, ringan tangan, tertutup, individual)

Setelah mengetahui hal tersebut maka peneliti membuat latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep

dan membuat rancangan data-data yang diperlukan.

2. Memilih Lapangan Penelitian

Dengan memilih Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menagani masalah keterasingan seorang lesbi, menjadi obyek penelitian dan menentukan

laporan penelitian perlu mempertimbangkan teori subtantif yaitu untuk

melihat apakah yang terjadi kesesuaian dengan kenyataan di lapangan.

3. Mengurus Perizinan

Sebagai awal dari proses ini peneliti melakukan sejak awal

(24)

16

peneliti melanjutkan dengan rencana peneliti mengurus perizinan mulai

dari pihak yang bersangkutan hingga lembaga-lembaga terkait.

4. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Dalam memilih dan menjajaki lapangan, peneliti dapat melakukan

wawancara dengan orang-orang yang dekat dengan klien seperti teman

dekat, tetangga, informasi yang akan membantu peneliti menyelesaikan

penelitiannya.

5. Memilih dan Memanfaatkan Informasi

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang latar belakang penelitian, maka informan harus

benar-benar orang yang memahami tentang hal yang terkait dengan penelitian

ini.

6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, pedoman

wawancara, alat tulis, buku panduan, izin penelitian, dan lain-lain.

Selain itu perlengkapan yang digunakan untuk menyelesaikan laporan

penelitian seperti seperangkat komputer.

7. Persoalan Etika Penelitian

Salah satu ciri untuk peneliti kualitatif adalah orang sebagai alat

mengumpulkan data, sehingga perlu memperhatikan etika dalam

masyarakat yang menjadi obyek penelitian pada dasarnya penelitian ini

(25)

17

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki

lapangan dan mempersiapkan yang harus dipersiapkan yaitu jadwal

penelitian yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci.

Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di

lapangan.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti mulai terjun di lapangan penelitian, dan mulai

pendekatan dengan klien, sahabat klien, tetangga klien, dan lain-lain,

sehingga mendapat informasi selengkapnya. Adapun sasaran yang akan

digali adalah informasai keterasingan dan penyebab-penyebabnya.

d. Tahap Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.14

Dalam analisis data ini, peneliti mulai menganalisis data klien dan

menganalisis proses konseling dengan mengkomparasikan terlebih dahulu

proses pelaksanaan konseling tersebut, serta melihat kondisi klien sebelum

dan sesudah dilakukan proses konseling.

Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan, mengatur,

mengurutkan dan menyajikan data yang diperoleh bertujuan untuk

(26)

18

mengetahui factor penyebab keterasingan, bagaimana pelaksanaan

Bimbingan dan Konseling Islam, serta bagaimana hasil proses Bimbingan

dan Konseling Islam dengan Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menangani kasus keterasingan seorang lesbi.15

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah instrumen penentuan data yang

menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Adapun teknik data yang

peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai kasus keterasingan untuk kemudian dilakukan

pencatatan.16 Diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu obyek

yang diteliti menggunakan seluruh alat indra dalam penelitian ini,

observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien,

kegiatan klien, proses konseling yang dilakukan. Pada tahap awal

observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau

informasi sebanyak mungkin. Dengan itu peneliti melakukan observasi di

lingkungan klien bekerja, dan juga sahabat kecil klien, sehingga peneliti

mendapatkan data tentang klien dari tetangga warung klien dan juga

sahabat kecil klien. Adapun hasil dari observasi tersebut peneliti

15Lampiran verbatim

16Jonathan Sarwono,Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,(Yogyakarta: Graha Ilmu,

(27)

19

mendapatkan data yang valid bahwa kasus yang dialami oleh klien adalah

keterasingan yang disebabkan akibat prilaku klien yang lesbi, labil, ringan

tangan (mudah memukul), individualis. Dari faktor tersebut, klien

terasingkan dari teman dan lingkungannya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif

sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara

langsung.Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan

teknik observasi dengan wawancara.Sebagaimana bahwa dalam sebuah

penelitian kualitatif observasi saja, belum memadai itu sebabnya observasi

harus dilengkapi dengan wawancara.Wawancara merupakan metode

pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan

dengan sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 macam wawancara:

wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. Wawancara tak

struktur adalah wawancara yang bebas dimana peniliti tidak menggunakan

pedoman wawancara. Dalam melakukan wawancara tak struktur ini

digunakan peneliti untuk mencari data yang berkaitan dengan

aktivitas-aktivitas klien setiap harinya, berbagai informan berasal dari sahabat

(Pinkan sahabat atau teman dekat klien) mencari informasi tentang cara

pola pikir dan perilaku berteman, apa saja curhatan atau keluh kesah klien

(28)

20

klien tinggal saat ini) yang cukup mengenal klien tersebut yang tau

sehari-harinya tentang menganai pergaulan dengan temannya dan sebagainya.

Wawancara terstruktur dalam melakukan wawancara ini peneliti

menyiapkan pertanyaan – pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya

pun telah disiapkan. Dalam melakukan wawancara terstruktur ini peneliti

menyiapkan pertanyaan untuk klien sebagai ukuran berperannya program

konseling dalam mengubah cara pola pikir dan perilaku klien tersebut agar

lebih rasional lagi.17 c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi ada yang berupa

foto klien, dan karya yang berupa tulisan biasanya berupa gambar kegiatan

harian klien, yang berupa gambar biasanya mengenai foto-foto pribadi.18 Data yang diperoleh dalam metode ini adalah data berupa gambaran

umum mengenai lokasi penelitian dan dalam hal ini penelitian

memperoleh data-data dari sumber data.

Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1 a) Identitas klien

b) Tempat tanggal lahir klien c) Usia klien

Klien W + O

+D

17Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

Sosial Lainnya(Jakarta: Kencana, 2010),

(29)

21

d) Pendidikan klien

e) Masalah yang dihadapi klien f) proses konseling yang dilakukan 2 a) Identitas konselor

b) Pendidikan konselor c) Usia konselor

d) Penggalaman dan proses konseling yang dilakukan

Konselor W + O

3 a) Kebiasaan klien

b) Kondisi keluarga, lingkungan dan ekonomi klien

Informan ( tetangga, teman

dekat)

W + O

4 a) Luas wilayah penelitian b) Jumlah penduduk c) Batas wilayah

Perangkat Desa O + W

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data ini, peneliti mulai menganalisis data klien dan

menganalisis proses konseling. Di dalam pelaksanaan penelitian, peneliti

akan menganalisis data dengan cara analisis deskriptif. Adapun data yang

akan dianalis adalah:

1. Menguraikan tentang proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menangani masalah keterasingan seorang lesbi.

2. Menguraikan tentang keberhasilan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

(30)

22

3. Menggunakan teknik analisis deskriptif komperatif, yaitu membandingkan

data hasil observasi klien sebelum dan sesudah dilakukannya proses

konseling.

7. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan tingkat ketepatan antara data yang terjadi

pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. hasil

penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan valid maka di perlukan

teknik triangulasi. teknik triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang di peroleh untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah di peroleh.

untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. misalnya data yang

diperoleh dengan wawancara lalu di cek dengan observasi dan dokumentasi.

bila dengan kedua teknik pengujian kreadibilitas data tersebut menghasilkan

data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana

yang dianggap benar atau mungkin benar namun sudut pandangnya yang

berbeda-beda.19

19Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABETA,

(31)

23

8. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi tentang gambaran umum

yang memuat pola dasar penulisan skripsi ini yaitu latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan

metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, subjek

penelitian, tahap-tahap penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data serta teknik keabsahan data, dan sistematika

pembahasan.

Bab dua membahas tentang kajian teoretik yang meliputi pengertian

Bimbingan dan Konseling Islam, tujuan Bimbingan dan Konseling Islam,

fungsi Bimbingan dan Konseling Islam, pengertian Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), tujuan Rational Emotive Behavior Therapy

(REBT), fungsi Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). pengertian

keterasingan, sebab-sebabketerasingan.

Bab tiga membahas tentang gambaran umum pada subjek penelitian,

yakni seorang lesbi yang mana peneliti akan mengulas tentang permasalahan

keterasinganyang berdampak pada kehidupannya.

Bab empat mambahas tentang analisa Bimbingan dan Konseling Islam

dengan terapi rasional emotive untuk menangani masalah keterasingan diri

(32)

24

Bab lima membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

(33)

25

BAB II

TINJAUAN TEORITIK A. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan konseling secara etimologi dari kata guidance “guide” yang

diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan memberikan nasehat (giving advice).1

Menurut Bimo Walgito dalam buku bimbingan dan konseling

perkawinan. Bimbingan adalah “Bantuan kepada individu untuk

mengembangkan kemampuannya dengan baik, serta individu dapat

memecahkan masalahnya sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian diri.

Konseling adalah masalah yang akan dipecahkan bersama konselor dan klien

secara face to face”.

Sedangkan menurut Sofyan S. Willis Bimbingan adalah proses

pemberian bantuan terhadap individu agar ia mampu memahami dirinya dan

dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan

potensi-potensinya.2

Konseling menurut Husen adalah konseling secara mendasar

dikembangkan atas dasar metode vocational guidance untuk membantu

1 Thohirin , Bimbingan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, Berbasis Integral, (Jakarta:

Raja Persada), hal.16

(34)

26

individu secara tepat sesuai yang dibutuhkannya. Dengan demikian,

kondeling dalam makna helping relationship dipandang suatu relasi yang terjadi antara dua pihak dimana salah satu mempunyai kehendak untuk

meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan, memperbaiki

fungsinya dan kemampuan pihak lain untuk menghadapi dan menangani

kehidupannya sendiri.3

Sedangkan konseling menurut Rogers dalam buku Namora Lumongga

Lubis adalah sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor)

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain

(Klien), agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan

lebih baik.

Disamping itu, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt

kepada hamba-hamba-Nya melalui para Rasul. Sebagai agama, Islam memuat

seperangkat nilai yang menjadi acuan pemeluknya dalam berperilaku.

Aktualisasi nilai yang benar dalam bentuk perilaku akan berimplikasi pada

kehidupan yang positif, pahala dan surga, sedangkan praktik nilai yang salah

akan berimplikasi pada kehidupan yang negatif, dosa dan neraka.4

3Saiful Ahyar Lubis,Konseling Islam(Yogyakarta: eLSAQ press, 2007) hal 29

4 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(35)

27

Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu

agar ia mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga

dapat mencapai kebahagian hidup didunia dan diakhirat.5

Dari definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan

dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu

secara terarah, continue dan sistematis agar ia dapat hidup selaras dengan

ketentuan dan petunjuk Allah swt dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah, sehingga

dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling

islam dapat dirimuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya

sebagai manusia seutuhhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”.

HM. Arifin menyatakan secara garis besar dari tujuan bimbingan dan

konseling islam yaitu “untuk membantu pemecahan problema perseorangan

dengan melalui keinginan. Dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai

dan konseling tersebut, klien diberi insight (kesadaran adanya

hubungan sebab akibat dalam rangkaian problema- problema yang dialami)

dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai keimanannya yang

mungkin pada saat telah lenyap dari dalam jiwa klien”.6

5Ainur Rahim Faqih, Bimbingandan Konseling Dalam Islam.hal 4

6HM. Arifin,Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Di Sekolah

(36)

28

Adapun tujuan umumnya yaitu: untuk membantu individu

mengembangkan diri secara optimal dengan tahap perkembangan sesuai

dengan kemampuannya dengan berbagai latar belakang yang ada serta sesuai

dengan tuntutan positif lingkungan.7

Sedangkan tujuan secara khusus yaitu:

1. Agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya sehingga bisa

hidup lebih efektif dan terhindar dari masalah.

2. Membantu individu agar bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapinya

sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

3. Membantu individu agar bisa memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik tetap menjadi baik, sehingga tidak terjadi adanya

sumber masalah bagi dirinya dan masyarakat.8

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau

manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui pelayanan

tersebut. Fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dikelompokkan

menjadi empat, yaitu:9

a) Fungsi pemahaman (Undestanding Function)

Yaitu konseling yang menghasilkan pemahaman bagi konseli dari segi

7 Prayitno Erman Ami, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT.Asdi

Mahasatya, 1985), hal.114

8Thohari musnamar,Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,(Yogyakarta,

UII Press, 1992) hal 34

9Thohirin,Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah(Jakarta: PT, Raja Grafindo

(37)

29

psikologis baik fisik maupun intelegensi, lingkungan serta berbagai

informasi yang dibutuhkan seperti karier, keluarga maupun agama.

b) Fungsi Pencegahan (preventif)

Yaitu membantu individu agar dapat berupaya aktif dalam melakukan

pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaan. Upaya ini meliputi

pengembangan strategi dan program yang dapat diguunakan untuk

mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.

c) Fungsi remedial atau rehabilitate

Yaitu konseling yang banyak memberikan penekanan pada fungsi

remedial karena sangat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Focus

penekanan remedial adalah: penyesuaian diri, penyembuhan masalah

psikologi yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan mental serta

mengatasi gangguan emosional

d) Fungsi edukatif (pengembangan atau developmental).

Yaitu berfokus pada membantu meningkatkan keterampilan dalam

kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah hidup serta

meningkatkan kemampuan menghadapi transisi kehidupan.10

e) Developmental Atau Pengembangan Bimbingan Konseling

Merupakan usaha untuk memelihara dan memperkembangkan potensi

individu agar potensi tersebut dapat berkembang dengan baik. Untuk itu

Bimbingan dan Konseling Islam berfungsi untuk memelihara dan

(38)

30

mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap lebih baik

atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan muncul masalah

baru baginya.11

4. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling islam

Ada beberapa unsur dalam Bimbingan dan Konseling Islam, antara lain:

1. Konselor

Konselor adalah orang yang sedia dengan sepenuh hati membantu

konseli dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada keterampilan

dan pengetahuan yang dimilikinya.12

Persyaratan menjadi konselor, antara lain:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

2) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar, ramah dan

kreatif.

3) Mempunyai kemampuan, keterampilan dan keahlian (professional)

serta berwawasan luas dalam bidang konseling.13 2. Konseli

Konseli adalah orang yang perlu perhatian sehubungan dengan

masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain

untuk memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam

11Ainur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam.Hal 37 12Latipun,Psikologi Konseling(malang, UMM press, 2008) hal 55

13Syamsu Yusuf, Juntika Nur Ihsan,Landasan Bimbingan dan Konseling,(Bandung, Remaja

(39)

31

menyelesaikan masalah tersebut sangat ditentukan oleh pribadi individu itu

sendiri.

a. Konseli harus bermotivasi kuat untuk mencari penyelesaian masalah

yang dihadapi.

b. Keinsyafan akan tanggung jawab yang dipikul oleh konseli sendiri

dalam mencari penyelesaian masalah dan melaksanakan apa yang

diputuskan pada akhir konseling.

c. Keberanian dan kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya.14 3. Masalah

Dalam kamus psikologi, dikatakan bahwa masalah atau problem

adalah situasi yang tidak pasti, merugikan dan sukar dipahami, masalah

atau pernyataan yang memperlakukan pemecahan.15

Sedang menurut WS. Wingkel dalam bukunya “Bimbingan dan

Konseling di Sekolah Menengah”, masalah adalah sesuatu yang

menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha untuk

mencapai tujuan.16

Masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi atau

mempersulit usaha untuk mencapai tujuan, hal ini perlu ditangani atau

14WS Winkel,Bimbingan dan Penyuluhan di Institute Pendidikan(Jakarta, Grafindo 1991),

hal 309

15Kartini Kartono dan Dani Gulo,Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hal. 375

16WS. Wingkel,Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramedia, 1989),

(40)

32

dipecahkan oleh konselor bersama konseli, karena masalah bisa timbul

oleh berbagai faktor atau bidang kehidupan, antara lain.17

a. Bidang pernikahan dan keluarga

b. Bidang pendidikan

c. Bidang sosial

d. Bidang pekerjaan (jabatan)

e. Bidang keagamaan.

5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam

Di dalam Bimbingan dan Konseling Islam selalu mengacu terhadap

asas-asas bimbingan yang diterapkan dalam penyelenggaraan dan

berlandaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits atau Sunnah Nabi. Asas-asas

Bimbingan dan Konseling Islam merupakan ketentuan yang harus

diterapkan dalam peyelenggaraan pelayanan konseling.18 Berdasarkan landasan-landasan tersebut dijabarkan asas-asas pelaksanaan Bimbingan

dan Konseling Islam sebagai berikut:

a. Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Bimbingan konseling Islam tujuan akhirnya adalah membantu

konseli, yakni orang yang dibimbing mencapai kebahagiaan hidup yang

senantiasa didambakan oleh setiap manusia, yakni kebahagiaan dunia

17 Thohari Musnawar, dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,

(Yogyakarta: UII Press, 1992) hal 41-42

18Ainur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam(Yogyakarta: UII Press, 2011)

(41)

33

dan akhirat. Semua itu bisa tercapai karena bimbingan yang diberikan

adalah berlandaskan ajaran agama Islam yang bisa menentramkan hati.

Kebahagiaan hidup di dunia bagi seorang muslim hanya

kebahagiaan yang bersifat sementara, kebahagiaan akhiratlah yang

menjadi tujuan utama. Sebab kebahagiaan akhirat merupakan

kebahagiaan yang abadi.

Oleh karena itulah maka Islam mengajarkan hidup dalam

keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hidup keduniaan dan

keakhiratan.

b. Asas Fitrah

Bimbingan konseling Islam merupakan bantuan kepada konseli

untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, atau mengenal

kembali fitrahnya tersebut manakala pernah “tersesat” serta

menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mampu mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai

dengan fitrahnya.

Manusia menurut Islam, dilahirkan dengan keadaan membawa

fitrah, yaitu sebagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan

sebagai muslim atauu beragama islam. Bimbingan dan Konseling Islam

membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya tersebut.

Sehingga dengan demikian mampu mencapai kebahagiaan hidup di

(42)

34

c. Asas Lillahi Ta’ala

Asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh

keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima

atau meminta bimbingan pun dengan ikhlas dan rela, karena semua

pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk

pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya

sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.

d. Asas Bimbingan Seumur Hidup

Manusia hidup betapapun tidak ada yang sempurna dan selalu

bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai

berbagai kesulitan dan kesusahan. Maka bimbingan konseling Islam

diperlukan selama hayat masih dikandung badan.

e. Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani

Manusia dalam hidupnya di dunia merupakan satu kesatuan

jasmaniah-rohaniah. Sehingga bimbingan konseling Islam

memperlakukan konselinya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak

memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau makhluk

rohaniah semata. Bimbingan konseling Islam membantu individu untuk

hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah.

f. Asas Keseimbangan Ruhaniah

Dalam asas ini orang yang dibimbing diajak mengetahui apa-apa

(43)

35

dipikirkan, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu

saja, tetapi juga tidak menolak begitu saja. Konseli juga diajak untuk

menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua

kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan cuma mengikuti

hawa nafsu semata.

g. Asas Kemaujudan Individu

Bimbingan konseling Islam memandang seseorang individu

merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu merupakan

hak, perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai

kemerdekaan pribadi sebagai kosekuensi dari haknya dan kemampuan

fundamental potensial rohaniah. Artinya individu mampu

merealisasikan dirinya secara optimal, termasuk dalam mengambil

keputusan.

h. Asas Sosialitas Manusia

Manusia merupakan makhluk sosial, hal ini diakui dan diakui

dalam Bimbingan dan Konseling Islam. Pegaulan, cinta, kasih, rasa

aman, penghhargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa ingin

memiliki dan dimiliki, semua merupakan aspek-aspek yang

diperhatikan dalam Bimbingan dan Konseling Islam, karena merupakan

(44)

36

Dalam bimbingan konseling Islam, sosialitas manusia diakui

dengan memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui dalam

batas tanggung jawab sosial. Jadi bukan pula liberalism, dan masih

pula ada hal “alam” yang harus dipenuhi manusia, begitu pula hak

tuhan.

i. Asas Kekhalifahan Manusia

Manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola

alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus

memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem

kehidupan kerapkali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut

yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Di sinilah fungsi bimbingan

konseling Islam, yaitu untuk mencapai kebahagiaan dirinya dan umat

manusia.

Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam keseimbangan

kedudukan sebagai makhluk Allah yang harus mengabdi kepada-Nya.

Dengan demikian, jika memiliki kedudukan tidak akan

memperuntukkan hawa nafsu semata.

j. Asas Keselarasan dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,

keserasian dalam segala segi. Sehingga dengan bimbingan konseling

(45)

37

terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga

hak Tuhan.

k. Asas Pembinaan Akhlaqul Karim

Disini bimbingan konseling memelihara, mengembangkan,

menyempurnakan sifat-sifat yang baik, seperti mulia, berlaku adil

kepada semua orang, dan sebagainya.

l. Asas Kasih Sayang

Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari orang

lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan

banyak hal. Bimbingan konseling Islam dilakukan dengan berlandaskan

kasih dan sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan

konseling Islam akan berhasil.

m. Asas Saling Menghargai

Dalam bimbingan konseling Islam, kedudukan konselor dan

konseli adalah sama atau sederajat, perbedaannya hanya terletak pada

fungsinya, yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu

lagi menerima bantuan. Sehingga hubungan yang terjalin diantara

kedua pihak adalah saling menghormati sesuai dengan kedudukan

masing-masing sebagai makhluk Allah.

n. Asas musyawarah

Bimbingan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah,

(46)

38

lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan

keinginan tertekan.

o. Asas Keahlian

Bimbingan konseling Islam dilakukan oleh orang-orang yang

memang memiliki kemampuan, keahlian di bidang tertentu, baik

keahlian dalam metodologi, teknik-teknik bimbingan dan konseling

maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan

konseling.19

6. Prinsip-prisip Bimbingan dan Konseling Islam

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai landasan bagi

layanan bimbingan. Prinsip ini berasal dari konsep filosofi tentang

kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau

bimbingan. Prinsip-prinsip resebut antara lain:

1. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu.

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diperuntukkan bagi semua

individu yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria

maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini

pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan

pengembangan daripada kuratif.

2. Bimbingan bersifat individualisasi

Setiap individu bersifat unik (berbeda satu samma lain) dan melalui

19 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta; LPPAI UII

(47)

39

bimbingan, individu dibantu untuk memaksimalkan keunikannya tersebut.

3. Bimbingan menekankan hal yang positif

Selama ini, bimbingan sering dipandang satu cara yang menekan

aspirasi, namun sebenarnya bimbingan merupakan proes bantuan yang

menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara

untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri

4. Bimbingan merupakan usaha bersama

Bimbingan bukan hanya tugas konselor tapi juga tugas guru dan

kepala sekolah, jika dalam layanan bimbingan di sekolah, namun pada

umumnya yang berperan tidak hanya konselor tapi juga klien dan pihak

lain yang terkait.

5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan,

Bimbingan diarahkan klien agar dapat melakukan pilihan dan

mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan

motifasi dan nasihat kepada klien, dan semua itu sangat penting dalam

mengambil suatu keputusan. Kehidupan klien diarakan oleh tujuannya dan

bimbingan menfasilitasi klien untuk mempertimbangkan, menyesuaikan

diri dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang

tepat.

Kemampuan untuk mengambil pilihan secara tepat bukan kemampuan

bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama

(48)

40

masalah dan mengambil keputusan.

6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai adegan kehidupan.

Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlansung di sekolah,

tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan, industi, lembaga

pemerintahan/swasta dan masyarakat pada umumnya.20

7. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam Bimbingan Konseling Islam, ada beberapa langkah yang harus di

lakukan, antara lain:

1. Identifikasi Masalah

Yaitu langkah pengumpulan data dari berbagai sumber yang bertujuan

untuk mengetahui kasus dan gejala-gejala yang Nampak yang diperoleh

melalui interview, observasi dan analisis data. Pada langkah ini, konselor

mencatat semua kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus

mana yang harus ditangani terlebih dahulu.

2. Diagnosis

Yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta

latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah

mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan

menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dengan cara wawancara

terhadap klien, sahabat klien, dan juga warga sekitar klien tinggal,

20 Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

(49)

41

kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi oleh klien serta latar belakang

masalah keterasingan yang dialami klien.

3. Prognosis

Yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang

akan dilaksanakan untuk membimbing, kasus ditetapkan berdasarkan

kesimpulan dalam langkah diagnosis, dari diagnosis masalah bahwa klien

mengalami keterasingan akibat dari perilaku klien yang dianggap

lingkungan sekitar tidak baik, pasalnya klien sering mengajak pasangan

lesbiannya ke kostnya dan diketahui olehh warga skitar, sehingga banyak

dari warga sekitar yang menjahui klien akibat perilakunya tersebut.

Begitu pula dengan keterasingan klien terhadap teman-temannya,

karena kebanyakan teman-teman klien menjahui klien akibat perilaku klien

yang mudah turun tangan dan klien belum dapat mengendalikan emosinya,

sehingga banyak dari teman-teman klien lebih memilih menjauh dari klien

lantaran takut kepada klien.

4. Treatment

Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan

yang akan dilakukan pada saat proses konseling berlangsung, karena

melihat fenomena kasus klien dan penyebab terjadinya klien menjadi

seorang lesbi. Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam

prognosa.

(50)

42

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sampai

sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai

hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jelas.21

B. Rational Emotive Behavior Therapy.

1. PengertianRational Emotive Behavior Therapy(REBT)

Rational Emotive Behavior Therapyadalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran.

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dikembangkan oleh albert ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang

manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berfikir irrasional

yang salah satunya didapat melalui belajar social.22 Pendekatan ini

merupakan pengembangan dari behavioral. Pada proses konselingnya, REBT

berfokus pada tingkah laku. Akan tetapi REBT menekankan bahwa tingkah

laku yang bermasalah diaibatkan pemikiran yangh irrasional, sehingga focus

penanganan pada REBT adalah pemikiran individu. REBT adalah pendekatan

yang bersifat direktif, yaitu pendekatan yang membelajarkan kembali konseli

untuk memahami input kognitif yang menyebabkan gangguan emosional,

mencoba mengubah pemikiran konseli agar membiarkan pemikiran

21Djumhur dan Moh. Surya,Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.ILMU,

1975), hal. 104-106

(51)

43

irrasionalnya atau belajar mengantisipasi manfaat atau konsekuensi tingkah

laku.23

2. Teori kepribadian A-B-C-D-E

Secara umum teori kepribadian ABCDE dapat dijelaskan pada table

[image:51.612.145.517.210.704.2]

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Komponen Proses

A Activity, or Action, or Agent

Hal-hal. Situasi, peristiwa yang mendahului atau menggerakkan individu

External Event

Kejadian diluar atau disekitar individu.

iB

rB

Irrational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irrasional atau tidak layak terhadap kejadian eksternal A

Rational Beliefs, yakni keyakina-keyakinan rasional atau layak dan secara empiric mendukung kejadian eksternal A

Self-Verbalization:

Terjadi dalam diri individu, yakni apa yang secara terus menerus ia katakana berhubungan dengan A terhadap dirinya.

iC

rC

Irrational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi irasional atau tidak layak yang berasal dari (A).

Rational Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi rasional atau layak yang dianggap berasal dari (rB=keyakinan yang rasional).

Rational Beliefs, yakni

keyakinan-keyakinan yang

rasional atau layak dan secara empirik mendukung kejadian-kejadian eksternal (A).

D Dispute irrational beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irrasional dalam diri individu saling bertantangan(disputing).

Validate or

invalidate self-verbalizations: yakni suatu proses

(52)

44

verbalization dalam diri individu, apakah valid atau tidak.

CE

BE

Cognitive Effect of Disputing, yakni efek kognitif yang terjadi dari pertentangan (disputing) dalam keyakinan-keyakinan irasional.

Behavioral Effect of Disputing, yakni efek dalam perilaku yang terjadi dari pertentangan dalam keyakinan keyakinan irasional di atas.

Change Self-Verbalization,

terjadinya

perubahan dalam verbalisasi daripada individu.

Change Behaviour, yakni terjadinya perubahan perilaku

dalam diri

individu.24

Beberapa komponen penting dalam perilaku irrasional dapat dijelaskan

dengan simbol-simbol berikut:

A :Activiting eventatau peristiwa yang menggerakkan individu. iB :Irrational Belief, keyakinan irrasional terhadap A.

iC : Irrational Consequences, konsekuensi dari pemikiran irrasional terhadap emosi, melaluiself-verbalization.

D :Dispute irrational belief, keyakinan yang saling bertentangan.

CE : Cognitive Effect, efek kognitif yang terjadi karena pertentangan dalam keyakinan irrasional.

BE : Behavioral Effect, terjadi perubahan perilaku karena keyakinan irrasional.

3. TujuanRational Emotive Behavior Therapy

24Mohammad Surya,Teori-Teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), hal

(53)

45

Tujuan konseling menurut Ellis pada dasarnya membentuk pribadi yang

rasional, dengan jjalan mengganti cara berpikir yang irrasional. Cara berpikir

manusia yang irrasional itulah yang menyebabkan indivvidu mengalami

gangguan emosional dan karena itu cara berfikirnya atau iB harus diubah

menjadi cara berpikir yang lebih tepat yaitu cara berpikir yang rasional (rB)

Ellis mengemukakan secara tegas bahwa pengertian tersebut mencakup

meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri (self defeating) dan

mencapai kehidupan yang lebih realistic, falsafah hidup yang toleran,

termasuk didalamnya mencapai keadaan yang dapat mengarahkan diri,

menghargai diri, fleksibel, berfikir secara ilmiah, dan menerima diri.

Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien

bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih menjadi sumber

utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.25 Secara umum REBT mendukung konseli untuk lebih toleran terhadap diri

sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Ellis Bernard mendiskripsikan

beberapa sub tujuan yang sesuai dengan nilai dasar pendekatan REBT. Sub

tujuan ini dapat menjadikan individu mencapai nilai untuk hidup (to survive)

dan untuk menikmati hidup (to enjoy). Tujuan tersebut adalah:

1. Memiliki minat diri (self interest)

2. Memiliki minat social (social interest)

3. Memiliki pengarahan diri (self direction)

25 Rochman Natawidjaya, Konseling Kelompok, Konsep Dasar, & Pendekatan (Bandung:

(54)

46

4. Toleransi

5. Fleksibel

6. Memiliki penerimaan

7. Dapat menerima ketidakpastian

8. Dapat menerima diri sendiri

9. Dapat mengambil resiko

10. Memiliki harapan yang realistis

11. Memiliki toleransi terhadap frustasi yang tinggi

12. Memiliki tanggung jawab pribadi.26

Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman

klien tentang system keyakinan atau cara berpikirnya sendiri. Ada tiga

tingkatan insight yang perlu dicapai dalam REBT yaitu:

a. Pemahaman (insight) dicapai ketika konseli memahami tentang perilaku

penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang

sebagaian besar sesuai denga keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa

yang diterima (antecedent event) yang lalu dan saat ini.

b. Pemahaman terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami

bahwa apa yang mengganggu konseli pada saat ini adalah karena

berkeyakinan yang irrasional terus dipelajari dan yang diperoleh

sebelumnya.

(55)

47

c. Pemahaman

Gambar

Tabel 1.1
  Tabel 2.1Komponen
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal in i diduga karena med ia tanam pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1 (1 kg pupuk kandang + 1 kg tanah) dapat meningkatkan hara posfor dan kaliu m da la m

Pembuluh darah yang terluka atau rusak, infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada pembuluh darah dan katup jantung, peradangan dan infeksi-infeksi lain pada jaringan- jaringan

صوصنو .ررقلما يس�اردلا جهنلماب بسانم صوصنلا ةيبرعلا ةغللا سورد باتكلا يف دجوت لا عومسلما مهف باتك يف دجوت عومسلما مهفل صوصنلا لب ،بلاطلل .ةيبرعلا

1. Konsumen dalam penelitian adalah orang berbelanja buah naga dan mengenal buah naga di lokasi penelitian yang menjadi responden. Daerah penelitian dilaksanakan di

Dimana pada penelitian ini akan dilakukan eksperimen pembuatan bahan bakar biodiesel minyak biji kapuk dilanjutkan dengan uji peforma pada motor diesel untuk menganalisa

Prosentase (%) skor dari kuesioner tersebut adalah 90% yang diperoleh dari total skor yang diperoleh (9) yaitu 9 jawaban ya dan 1 jawaban tidak, dibagi skor maksimum yang bisa

Agar proses adsorpsi dan desorpsi mesin pendingin adsorpsi dapat berjalan dengan baik perlu diketahui jumlah perbandingan yang ideal antara adsorben dengan refrigeran yang

Saat ini rumput laut coklat yang banyak terdapat di pesisir pantai selatan yang terletak di dekat Desa Triharjo belum dimanfaatkan secara optimal, padahal berdasarkan