PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
DENGAN TERAPI DZIKIR TERHADAP PENINGKATAN DISIPLIN DIRI SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN
DARUL MUSTAGHITSIN LAMONGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Baharuddin Yusuf Fanani NIM. B03211046
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Baharuddin Yusuf Fanani ( B03211046 ), Pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir terhadap Peningkatan Disiplin Diri Santri di Yayasan Pndok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan .
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan?. 2) Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan?.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk memeriksa fakta dan data mengenai pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri Santri di Yayasan Pndok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yang pertama variabel X yaitu terapi dzikir dan yang kedua variabel Y yaitu disiplin diri. Adapun model penelitian yang dipakai, peneliti menggunakan model quasi eksperimen (eksperimen tidak murni) dengan bentuk one-shot case study. Subyek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan yang berjumlah 25 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode angket yang kemudian dianalisa. Berdasarkan dari hasil analisis data dengan menggunakan program IBM Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 22.0 for Windows, bahwa korelasi antara variabel terapi dzikir dengan variabel disiplin diri adalah sebesar 0.607. Setelah merujuk kepada tabel, ternyata pada df sebesar 23 dengan taraf signifikan 5%, sehingga r tabel yang diperoleh adalah 0.413. sedangkan r hitung yang dihasilkan adalah 0.607, ini menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel (0.607 > 0.413). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKIRPSI... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO... iv
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah...6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitia ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan... 7
2. Populasi dan Sampel... 9
3. Variabel dan Indikator... 10
4. Definisi Operasional ... ... 11
5. Teknik Pengumpulan Data ... 15
6. Teknik Analisis Data ... 17
7. Kerangka Teori dan Hipotesis... 18
F. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II : BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN TERAPI DZIKIR A. Bimbingan Konseling Islam ... 22
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 22
2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam... ... 27
3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam... 29
4. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ... ... 30
B. Dzikir dan Doa ... ... 31
1. Pengertian Dzikir... ... 31
2. Keutamaan dan Faedah Dzikir ...,... 33
3. Bentuk dan Cara Dzikir... ... 34
C. Disiplin Diri ... 37
1. Pengertian Disiplin Diri ... 37
2. Tujuan dan Kegunaan Disiplin Diri ... 39
3. Menanamkan Disiplin Diri ... 40
4. Indikator Disiplin Diri ... 42
D. Penelitian Dahulu yang Relevan... 44
BAB III : BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN TERAPI DZIKIR DI YAYASAN PONDOK PESANTREN DARUL MUSTAGHITSIN LAMONGAN A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian………. 46
1. Profil Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 46
2. Visi dan Misi Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 47
3. Jadwal kegiatan Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 48
4. Tata Tertib dan Peraturan Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 50
5. Deskripsi Santri yang Tidak Disiplin...58
B. Deskripsi Hasil Penelitian.. ... 58
C. Pengujian Hipotesis ... 82
BAB IV : ANALISIS DATA BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN TERAPI DZIKIR ISLAM DALAM PENINGKATAN DISIPLIN DIRI A.Proses Terapi Dzikir sebagai Bimbingan dan Konseling Islam...84
B.Pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir terhadap Peningkatan Disiplin Diri...88
BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan... ... 90
B. Saran... ... 91
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern saat ini, selalu ada satu waktu dimana
manusia merasa tidak mengerti, tidak tahu serta tidak mampu mengatasi
permasalahan kehidupan yang dihadapinya. Ketika seseorang merasa tidak
tahu dan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya,
maka ia akan membutuhkan kekuatan dari luar dirinya yang diyakini akan
bisa membantu mengatasi permasalahannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa
dari Sang Pencipta atau hal-hal lain yang dianggap dan diyakini mampu
membantu mengatasi permasalahan tersebut.
Sebagai insan yang beriman tentu saja dalam mangatasi problematika
kehidupan selalu disandarkan pada kekuatan Tuhan. Apalagi sebagai umat
islam, senantiasa dituntun untuk selalu meminta pertolangan kepada-Nya
ketika mendapatkan permasalahan dalam kehidupan. Salah satu ekspresi
seseorang dalam meminta pertolangan kepada Allah dengan melalui doa yang
dipanjatkan dengan tulus ikhlas dan dengan keyakinan penuh akan terkabul.
Doa merupakan harapan munculnya kekuatan dari Allah agar bisa
memecahkan permasalahan, doa juga sebagai sugesti sesorang agar mampu
mengatasi berbagai permasalahan hidup yang dihadapi.1
1
2
Dalam kehidupan sehari-hari, berdoa dan berdzikir sangat penting
untuk diterapkan khususnya bagi umat Muslim, karena kedua aktivitas
tersebut merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya, yakni
Allah SWT. Namun dalam prakteknya antara dzikir dan doa jarang sekali
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, walau mungkin ada itu pun hanya
sebagian manusia yang selalu menerapkannya.
Kebanyakan orang mengamalkan doa dan dzikir pada saat waktu dan
keadaan tertentu. Seperti halnya berdoa, berdoa hanya dilakukan oleh
manusia saat ada kemauan (menginginkan sesuatu) yang dimana dia berpikir
hanya Allah lah yang bisa membantu merealisasikan keinginannya itu.
Begitupun dengan berdzikir, jarang sekali manusia mengamalkan dzikir
dalam kehidupan sehari-hari, terkadang manusia berdzikir dan mengingat
Allah hanya saat dalam kesusahan dan tertimpa masalah saja.
Dzikir adalah suatu kegiatan atau cara yang dilakukan oleh seorang
hamba dalam mengingat Allah SWT. Dalam dzikir seorang hamba memuji
dan mengagungkan kebesaran Allah dengan merasa bahwa kita hanyalah
seorang hamba yang lemah tak berdaya dan hanya Allah lah yang Maha
Kuasa. Maka dari itu, kita seorang hamba-Nya hanyalah bagian kecil dari
kekuasaan-Nya.
Dzikir sangat penting bagi ketenteraman batin. Dengan berdzikir kita
dapat memupuk rasa optimis didalam diri, serta menjauhkan diri dari rasa
3
penting dalam penciptaan kesehatan mental dan semangat hidup. Dzikir juga
mempunyai makna penyembuhan bagi seseorang yang terkena stress dan
gangguan kejiwaan. Dzikir mengandung manfaat untuk pencegahan terhadap
terjadinya kegoncangan jiwa dan gangguan kejiwaan. Lebih dari itu, dzikir
mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat hidup. Atau
dengan kata lain, dzikir mempunyai fungsi kuratif, preventif dan konstruktif
bagi kesehatan mental.2
Pada hakekatnya setiap manusia memiliki fitrah sebagai makhluk
Allah yang beriman dan bertakwa, pada diri remaja maupun pada diri orang
dewasa sekalipun. Ketika dia sadar akan perilakunya yang melanggar
norma-norma, maka orang tersebut akan menyesali perbuatannya, kemudian dia
ingin merubah perilakunya ke arah yang lebih baik dan kembali ke jalan yang
diridloi Allah, dimana semua keinginan tersebut harus berawal dari
kesungguhan hati (niat), atau disebut juga dengan motivasi. Dari sinilah
orang-orang yang lupa akan jalan Allah dan mempunyai keinginan, harapan
atau motivasi untuk kembali kejalan yang benar, mereka membutuhkan suatu
bimbingan dengan pendekatan tertentu untuk penguatan motivasi dalam
perubahan perilaku negatif yang selama ini merugikan dirinya maupun orang
lain.
Seorang muslim memiliki banyak tugas dan hal yang harus dikerjakan
dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Ada hak Allah, hak Rasulullah dan
2
4
hak-hak dalam Islam yang harus ditunaikan. Ada juga hak orang tua, hak
anak, hak istri, hak kerabat, hak tetangga, hak sesama muslim dan bahkan hak
kepada non muslim yang juga harus dilaksanakan.
Di hadapakan dengan banyak tugas dan tanggung jawab tersebut,
seorang muslim dituntut untuk selalu memiliki kesehatan fisik dan ketegaran
mental. Semangat tinggi untuk selalu berbuat, berkarya dan beramal harus
senantiasa dinyalakan. Kemalasan dan keloyoan semangat harus dienyahkan
karena keduanya hanya akan menjadi benalu yang menggerogoti
keistiqamahan.
Seperti fenomena yang ada dalam dunia pondok pesantren yang
dialami para santri dalam menimba ilmu agama. Pondok pesantren
merupakan sistem pendidikan khas yang mempunyai tujuan untuk
membentuk seorang muslim yang senantiasa taat dalam melaksanakan
perintah agama serta mengetahui dan menguasai ilmu tentang tata cara dalam
melaksanakan ajaran agama. Hal tersebut merupakan perwujudan dalam
upaya menyempurnakan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT di bumi.
Pondok pesantren juga berusaha untuk mencetak para santri menjadi
insan yang mandiri, yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Pendidikan di pondok pesantren memiliki ciri khas tersendiri yang
membedakan ditempat pendidikan lain. Hal ini disebabkan karena pesantren
lebih mengutamakan ilmu keagamaan. Kegiatan yang ada dipesantren dalam
5
tadarrus alquran, sholawat Nabi, belajar kitab-kitab dll. Semua itu adalah
kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh semua santri. Disamping itu,
dalam pondok pesantren pasti mempunyai peraturan-peraturan yang harus
ditaati guna untuk melancarkan semua kegiatan dan aktivitas pesantren
tersebut. Meskipun sudah ada peraturan yang dibuat dan diterapkan oleh
pesantren, masih banyak santri yang melanggar peraturan tersebut dan kurang
disiplin dalam menjalankan aktivitas yang ada di pondok pesantren. Seperti
santri yang tidak mengikuti jamaah sholat fardhu, mengaji al-quran, diniyah
dan kegiatan pondok pesantren yang lainnya. Yang lebih parahnya lagi, ada
juga santri yang suka keluyuran dimalam hari dan ada pula santri yang
merokok di pesantren, padahal semua itu melanggar peraturan yang ada di
pondok pesantren.
Dari paparan diatas penulis tertarik meneliti tentang terapi dzikir, yang
mana kebanyakan terapi dzikir banyak digunakan untuk menyembuhkan
penyakit terutama penyakit jiwa atau psikis manusia. Namun peneliti akan
melakukan penelitian tentang terapi dzikir yang akan digunakan sebagai
pengontrol disiplin diri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari terutama
aktivitas dalam beragama. Dengan itu peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir
terhadap Peningkatan Disiplin Diri Santri di Yayasan Pondok Pesantren
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya,
maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir
terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren
Darul Mustaghitsin Lamongan?
2. Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir
terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren
Darul Mustaghitsin Lamongan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti uraikan di atas maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi
dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok
Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.
2. Untuk mengetahui pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan
terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok
Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya
7
pembacanya. Di antara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis
dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam bagi
peneliti yang lain dalam hal meningkatkan disiplin diri dengan
menggunakan terapi dzikir.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses
konseling dalam hal disiplin diri.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kedisiplinan
diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.
Dan juga untuk mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam sebagai
calon konselor.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam
menangani kasus yang sama dengan menggunakan dimensi-dimensi
yang ada pada terapi dzikir.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan jenis
8
Karena penelitian di sini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan
analisis statistik (menggunakan angka-angka untuk memperoleh kebenaran
hipotesis). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi
ekperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang
dilakukan pada subjek diteliti. Penelitian eksperimen dikenal dua jenis
yaitu eksperimen murni dan eksperimen tidak murni (Quasi eksperimen).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model quasi
eksperimen (eksperimen tidak murni) dengan bentuk one-shot case study. 3 Adapun pola desain one-shot case study digambarkan dalam bentuk skema
seperti yang berikut ini:
Keterangan:
X : Treatment
O : Test sesudah treatment
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan treatment yaitu
menggunakan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri
Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan tanpa
melakukan tes terlebih dahulu. Setelah melakukan treatment, test baru
dilakukan dan data yang diperoleh akan disusun dan dianalisa.
3
Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 77.
X
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Terapi Behavior
dengan Pendekatan Reward and Punishment terhadap Disiplin Diri Pelajar
Madrasah Al-Quran, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang pelajar Madrasah Al-Quran
dengan melalui tiga tahap yaitu, 1) Pra Eksperimen; 2) Tahap Eksperimen,
dan 3) Pasca Eksperimen. Pada tahap pra eksperimen, pelajar diberikan
angket yang mengadungi 20 pertanyaan berkaitan dengan reward and
O
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Te
dengan Pendekatan Reward and Punishment terhadap Disipli
Madrasah Al-Quran, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang pelajar Madra
dengan melalui tiga tahap yaitu, 1) Pra Eksperimen; 2) Taha
dan 3) Pasca Eksperimen. Pada tahap pra eksperimen, pe
9
2. Populasi dan Sampel
Populasi berasal dari bahasa inggris population, yang berarti
jumlah penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer,
digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang
menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian
merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,
sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi
sumber data penelitian.4
Populasi merupakan keseluruhan sasaran yang seharusnya diteliti
dan pada populasi itu hasil penelitian diberlakukan, sesuai tempat
terjadinya masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini populasinya adalah
santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan yang
berjumlah 158 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.5 Pengambilan sampel dari penelitian ini adalah dengan menggunakan santri yang ada di Pondok Pesantren sebagai
responden yang akan diteliti yang berjumlah 25 santri. Apabila subyeknya
lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan mengambil sampel 10% - 15%
atau lebih 20% - 25% atau lebih.
4
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 109.
5
10
3. Variabel dan Indikator
Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian yang bisa
juga disebut dengan yang menjadi titik pusat perhatian suatu penelitian.
Variabel dalam penelitian perlu ditentukan agar alur hubungan dua
atau lebih variabel dalam penelitian dapat dipastikan secara tegas dan
jelas. Penentuan variabel dalam suatu penelitian berkisar pada variabel
bebas, variabel terikat, maupun variabel kontrol. Kemudian menentukan
variabel penelitian.
Penelitian ini di dalamnya hanya terdapat dua variabel yakni X
(variabel bebas) dan Y (variabel terikat).
1) Variabel bebas (VX) adalah Bimbingan dan Konseling Islam dengan
terapi dzikir.
2) Variabel terikat (VY) adalah peningkatan disiplin diri santri di Yayasan
Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.
Indikator variabel
Indikator variabel adalah yang dipecahkan menjadi
kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Adapun indikator
dalam penelitian ini adalah:
1) Indikator variabel bebas (X) :
Terapi dzikir dibatasi pada:
11
b) Pemahaman terhadap dzikir yang diamalkan.
2) Indikator variabel terikat (y) :
Disiplin diri dalam hal ini dibatasi pada:
a) Shalat fardhu berjamaah 5 waktu di masjid setiap hari.
b) Selalu mengikuti kegiatan pondok pesantren.
c) Mentaati semua peraturan pondok pesantren.
4. Definisi Operasional
a. Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan
dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah
yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.6
Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling
agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah
usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang
sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan
tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan
12
membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk
mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.7
Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs.
Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan
Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu,
dan sistematis, kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan
cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al
Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw. ke dalam dirinya, sehingga ia
dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al
Hadits.8
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas
pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang
membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar
klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya,
keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan
baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.
7
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.
8
13
b. Terapi Dzikir
Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling
besar kedudukannya dan paling utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan
gerak lidah adalah gerakan yang paling ringan dan paling mudah dari
setiap anggota badan lainnya. Seandainya anggota badan lainnya
bergerak sebanyak lidah bergerak (karena dzikir), niscaya ia akan letih,
dan yang demikian itu tidak mungkin dilakukan.9
Dzikir menurut bahasa adalah ingat akan sesuatu atau menyebut
akan sesuatu. Dzikir menurut istilah Ahli Sufi adalah ingat Asma Allah
SWT. dengan sarana apa saja baik secara dhohir atau dalam bathin.
Orang yang senantiasa berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang
dalam hidupnya sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS Al-Ra'd
ayat 28 yang berbunyi:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS Al-Ra’d ayat 28)
c. Disiplin Diri
Menurut Bahasa disiplin diri berasal dari dua kata yaitu
“discipline” yang berarti kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan,
9
14
dan “self” yang berarti kemampuan diri untuk mengendalikan segala
perbuatan yang bertentangan dengan akal dan moral serta norma yang
berlaku. Disiplin diri dapat menjauhkan kita dari kemalasan, karena
disiplin diri memiliki nilai-nilai yang penting dan universal sehingga
keberadaannya menguntungkan bagi diri sendiri maupun orang lain.10
Menurut WJS Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa disiplin adalah latihan batin dan watak
dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.11
Adapun menurut Moh. Sohchib pula, disiplin berarti membatasi
keteraturan dan pengendalian diri berdasarkan nilai-nilai dari agama
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dalam tatanan pergaulan
yang memberikan pemaksaan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.12
Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bawa disiplin berasal dari
kata “disciple” yaitu seorang yang belajar secara sukarela mengikuti
seorang pemimpin yakni orang tua dan guru, sedangkan anak sebagai
murid yang belajar dari mereka cara hidup yang bermanfaat terutama
bagi diri sendiri.13
10
Thomas Gordon, Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 3.
11
WJS, Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka, 1976). hal. 286.
12
M. Shochib, Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 42.
13
15
Disiplin diri memiliki banyak makna yaitu mampu
menggerakkan dan mengatur diri serta waktu sendiri, mampu
mengendalikan emosi dan nafsu sendiri. Satu hal penting, sebelum kita
melakukan sesuatu itu terlebih dahulu tetapkanlah tujuan atau target dan
tidak menunda sampai situasi sempurna. Karena secara tidak langsung
kita telah menyimpannya di alam bawah sadar. Dan otomatis setiap
tindakan yang akan kita lakukan selaras dengan apa yang telah kita
simpan itu. “ not only what you see is what you get, but also what you
think is what you get”. Kemudian lakukan terus dengan disiplin
sehingga kita mendapatkan apa yang kita inginkan.14
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam
penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati santri Pondok
Pesantren Darul Mustaghitsin yang meliputi: keadaan atau kondisi
santri, kegiatan para santri di pesantren, dan proses terapi yang
dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang memperoleh informasi dari seorang lainnya
14
16
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu.15 Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk memperoleh informasi pendukung. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini
bersifat tidak struktur. Pedoman yang digunakan dalam wawancara
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk buku tentang pendapat
teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
Metode ini digunakan untuk mencari data tentang struktur
organisasi Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan, jumlah
ustad, pengasuh, dan santri serta sarana dan prasarana dan data-data lain
yang diperlukan. Disamping itu juga letak geografis, peta, foto kegiatan
dan wujud lain yang diperlukan untuk menunjang kejelasan obyek
penelitian.
d. Angket (Kuesioner)
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
15
17
tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
anggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.16
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan secara langsung dan tertulis kepada responden yang dalam
hal ini diberikan kepada santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul
Mustaghitsin Lamongan.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian. Sebab dari hasil itu dapat digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang telah diajukan peneliti.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif untuk
menjawab rumusan masalah yang berkaitan dengan proses bimbingan dan
konseling islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri.
Sedangkan langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini untuk
mengetahui pengaruhnya adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa (Editing)
Hal ini dilakukan setelah semua data yang kita kumpulkan
melalui kuesioner atau angket atau instrumen lainnya. Langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua kuesioner
tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
mengecek apabila terjadi kesalahan maka responden diminta untuk
mengisi angket kembali.
16
18
b. Memberi Tanda Kode (Coding)
Memberi tanda kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah
diajukan. Hal ini, dimaksudkan untuk mempermudah waktu
mengadakan tabulasi dan analisa.
c. Tabulasi Data
Tabulasi data dilakukan, jika semua masalah editing dan coding
kita selesaikan. Artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam
editing dan coding atau semuanya telah selesai.
Analisis perhitungan rumus statistik dengan menggunakan tabel
data. Ragam tabel data disesuaikan dengan kebutuhan komponen rumus
tersebut. Dengan demikian, rumus perhitungan analisis rumus-rumus
tersebut hanya dilakukan dalam tabel itu.17
Teknik Analisis data dimaksudkan untuk mengkaji kaitannya
dengan kepentingan pengajuan hipotesis penelitian. Tujuannya adalah
untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga dapat
membuktikan ada tidaknya pengaruh tentang terapi dzikir terhadap
peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul
Mustaghitsin Lamongan.
7. Kerangka Teori dan Hipotesis
Seperti yang diungkapkan Neumen “teori adalah seperangkat
konstruk (konsep) defisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
17
19
fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antara variabel,
sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Sedangkan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
yang empiris yang melalui pengumpulan data.18
Dalam hubungannya dengan rumusan masalah yang dikemukakan,
maka terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini yang perlu dibuktikan
kebenarannya yaitu:
1. Hipotesis kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternatif yang menyatakan
hubungan antara variable X dan variabel Y atau adanya perbedaan
antara dua kelompok. dalam penelitian ini hipotesis kerja (Ha) adalah
ada pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir
terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren
Darul Mustaghitsin Lamongan.
2. Hipotesis Nihil (Ho) atau Hipotesis yang sering juga disebut hipotesis
statistic, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik
yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Dalam penelitian ini hipotesis
nihil (Ho) adalah tidak ada pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam
18
20
dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan
Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.
F. Sistematika Pembahasan
Supaya mempermudah dalam memahami dan memsantrii apa yang
ada dalam penelitian ini, maka sistematika pembahasannya dapat dibagi
dalam beberapa bab. Lebih jelasnya dapat di deskripsikan dengan susunan
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi operasional, kerangka teori dan hipotesis, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampel
dan teknik sampling, variabel dan indikator penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data serta dalam bab satu ini juga berisi tentang
sistematika pembahasan.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Bab ini meliputi: kerangka teoritik, membahas tentang pengertian
bimbingan konseling islam, tujuan bimbingan konseling islam, fungsi
bimbingan konseling islam, terapi dzikir yang membahas tentang pengertian,
Keutamaan dan faedah dzikir, bentuk dan cara dzikir dan juga hubungan
konseling dengan terapi dzikir. Pada bab ini juga menjelaskan tentang
21
danjuga indikator-indikator disiplin diri. serta menjelaskan tentang penelitian
terdahulu yang relavan.
BAB III: Penyajian Data
Bab ini dalamnya berisi tentang deskripsi umum objek penelitian,
deskripsi hasil penelitian yang di dalamnya membahas tentang deskripsi
proses terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan
Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan, dan deskripsi pengaruh
terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok
Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan dan juga pengujian hipotesis.
BAB IV: Analisis Data
Bab ini membahas tentang analisis data tentang proses terapi dzikir
terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul
Mustaghitsin Lamongan dan juga pengaruh terapi dzikir sebagai bimbingan
konseling islam untuk peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok
Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.
BAB V: Penutup
Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang berisi Kesimpulan
BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN TERAPI DZIKIR
A. Bimbingan dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling terdiri atas dua kata
yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan “konseling”
(diadopsi dari kata counseling). Secara harfiah istilah “guidance” dari akar
kata “guide” berati mengarahkan (to direct), membantu (to pilot),
mengelola (to manage), dan menyetir (to steer).19
Dari segi pengertian bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, agar
individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya. 20
Untuk menjelaskan pengertian bimbingan, maka berikut ini adalah
penjelasan dari berbagai pakar diantaranya adalah sebagai berikut:
Miller (1961) dalam surya (1988), menyatakan bahwa bimbingan
merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman
diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
19
Syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cet.ke 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5.
20
23
diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk maderasah,
keluarga dan masyarakat.21
Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan dalam bukunya
Sofyan S. Wilis bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni
pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si
terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan,
menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.22
Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah tuntunan, bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
dalam menghindari atau menyatakan kesulitan-kesulitan dalam
kehidupannya agar supaya individu tersebut dapat mencapai
kebahagiaan.23
Menurut Sunaryo Kartadinata, dalam bukunya Syamsu Yusuf LN
dan Juntika Nurihsan mengartikan bahwa bimbingan sebagai proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.24
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
bimbingan dan konseling tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
21
Thoharin , M.pd, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dan madrasah (berbasis integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal 16-17.
22
Sofyan S. Wilis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alvabeta CV, 2010), hal. 11.
23
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III, (Yogyakarta: Adi Offset, 1995), hal. 4.
24
24
bimbingan merupakan bantuan yang diberikan seorang pembimbing
kepada seorang individu maupun kelompok agar individu maupun
kelompok yang dibimbing tersebut dapat mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasehat
serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang
berlaku sehingga akan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan pengertian konseling adalah dalam bahasa Inggris,
Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang diartikan sebagai berikut:
nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take
counsel). Dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian
nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program
bimbingan. Layanan ini memfasilitasi untuk memperoleh bantuan pribadi
secara langsung untuk mengatasi masalah yang timbul pada siswa.25
Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah suatu
proses berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan sosial,
antara seseorang dengan seseorang, dimana seorang konselor yang
memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan
pengetahuan psikologis, berusaha membantu klien dengan metode yang
cocok dengan kebutuhan klien tersebut, dalam hubungaannya dengan
keseluruhan program ketenagaan, supaya dapat mempelajari lebih baik
25
25
tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahamkan
tentang dirinya untuk realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota
masyarakat yang berbahagia dan lebih produktif.26
Dari berbagai pemaparan pengertian konseling dari para tokoh
konseling tersebut, dalam pemaparannya tidak jauh beda, yang intinya
bahwa konseling itu merupakan suatu proses bantuan yang dilakukan antar
pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk
meningkatkan suatu pemahaman dan kecakapan dalam menemukan suatu
masalah yang dihadapi dan menghasilkan sebuah solusi.
Setelah diketahui arti dari bimbingan dan konseling, maka
kemudian dalam hai ini, perlu diketahui juga maksud dari penulis dalam
mendefinisikan Bimbingan Konseling Islam itu sendiri, adalah sebagai
berikut:
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.27
26
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta : eLSAQ Press, 2007), hal. 38.
26
Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama
teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha
pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang
mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas
hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan
membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk mendorong
mengatasi masalah yang dihadapinya.28
Maka dari itu makna secara keseluruhan maksud dari Bimbingan
dan Konseling Islam itu adalah suatu aktivitas pemberian nasehat dengan
atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan
yang komunikatif antara konselor dan konseli atau klien.29 Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin,
M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses
pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu
agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai
yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw. ke
dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan
Al Qur’an, dan Al Hadits.30
28
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.
29
Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hal. 180-181.
30
27
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan
dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan
berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat
mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta
dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara
mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam
hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Secara garis besar tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dapat
dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
diakhirat. Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam
yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:
a. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai,
bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah
Tuhannya.
b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan
28
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,
tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan
menerima ujianNya.
e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup,
dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
f. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai
dengan Islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian.31
Sedangkan dalam bukunya Bimbingan Dan Konseling Dalam
Islam, Aunur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling
Islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akherat.
b. Tujuan khususnya adalah:
31
29
1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2) Membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
3) Membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain. 32 c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Dilihat dari beragamnya klien maka fungsi Bimbingan dan
Konseling Islam secara tradisional dibagi menjadi:
a Fungsi Preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar dapat
berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami
masalah kejiwaan, upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan
program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yan tidak
perlu terjadi.
b Fungsi Remedial atau Rehabilitatif yaitu konseling banyak memberikan
penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi psikologi
klinik dan psikiatri. Fokus peranan remedial adalah: penyesuaian diri,
menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi dan mengembalikan
kesehatan mental serta mengatasi gangguan emosional.
c Fungsi Edukatif (pengembangan atau developmental) yaitu berfokus
pada membantu meningkatkan keterampilan dalam kehidupan,
32
30
mengidentifikasi dan memecahkan masalah hidup serta meningkatkan
kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan.33
Sedangkan secara umum, fungsi Bimbingan dan Konseling
meliputi beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut:
a Fungsi pencegahan, yaitu merupakan usaha pencegahan terhadap
timbulnya masalah.
b Fungsi penyaluran, bimbingan konseling membantu mendapatkan
kesempatan penyaluran pribadi masing-masing.
c Fungsi penyesuaian, bahwa bimbingan konseling membantu
tercapainya penyesuaian dengan lingkungannya.
d Fungsi perbaikan, yaitu Bimbingan dan Konseling berusaha untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
e Fungsi pengembangan, pelayanan yang diberikan dapat membantu
dalam mengembangkan keseluruhan potensi dan keterampilan yang ada
dalam diri individu secara lebih terarah.
d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam bukunya Tohari Musnamar menyebutkan prinsip bimbingan
dan konseling islam antara lain:
a. Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan memahami
keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali akan
fitrahnya).
33
31
b. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya,
baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang
telah ditakdirkan oleh Allah, namun manusia hendaknya menyadari
bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu bertawakal kepada
Allah SWT.
c. Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang
dihadapinya.
d. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.
e. Membantu individu mengembangkan kemampuan mengantisipasi masa
depan, sehingga mampu memperkirakan kemungkinan yang akan
terjadi berdasarkan keadaan sekarang dan memperkirakan akibat yang
akan terjadi, sehingga membantu mengingat individu untuk lebih
berhati- hati dalam melakukan perbuatan dan bertindak.34
B. Terapi Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Lafadz dzikir berasal dari bahasa Arab yang menurut bahasa
memiliki bermacam-macam arti, diantaranya menyebut, mengingat,
menuturkan, menjaga, mengerti, dan perbuatan baik. Bahkan lafadz yang
tersusun dari akar kata dzal, kaf, dan ra’ dalam al-Qur’an terulang dalam
34
32
115 kali dengan berbagai bentuknya dan memiliki makna yang beraneka
ragam sesuai dengan konteks ayat.35
Dzikir menurut istilah Ahli Sufi adalah ingat Asma Allah SWT.
dengan sarana apa saja baik secara dhohir atau dalam bathin. Orang yang
senantiasa berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang dalam
hidupnya sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS Al-Ra'd ayat 28
yang berbunyi :
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS Al-Ra’d ayat 28)
Teungku Hasbie Ash Shiddiqie dalam bukunya Pedoman Dzikir
dan Doa, menjelaskan bahwasannya dzikir adalah menyebut nama Allah
dengan membaca tasbih (subhanaallah), membaca tahlil (la ilaha
illallahu), membaca tahmid (alhamdulillah), membaca taqdis (quddusun),
membaca takbir (allahuakkbar), membaca hauqollah (la hawla wala
quwwata illa billah), membaca hasbalah (hasbiyallah), membaca
35
33
basmalah (bismillahirrahmanir rahim), membaca al-qur’an al majid dan
membaca doa-doa yang ma’tsur, yaitu doa yang diterimadari Nabi SAW.36
Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling
besar kedudukannya dan paling utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan
gerak lidah adalah gerakan yang paling ringan dan paling mudah dari
setiap anggota badan lainnya. Seandainya anggota badan lainnya bergerak
sebanyak lidah bergerak (karena dzikir), niscaya ia akan letih, dan yang
demikian itu tidak mungkin dilakukan.
2. Keutamaan dan Faedah Dzikir
Banyak sekali ayat Al-Quran dan hadits Nabi saw. yang
menerangkan keutamaan dari dzikir antara lain sebagai berikut:
Allah berfirman dalam Al-Quran:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 2)
“laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)
36
34
Di antara faedah-faedah dzikir adalah sebagai berikut:
a Mengusir, mengalahkan dan menghancurkan swtan.
b Mendapat keridhaan Allah.
c Menghilangkan rasa susah dan kegelisahan hati.
d Membuat hati menjadi senang, gembira dan tenang.
e Dapat menghapus dan menghilangkan dosa-dosa.
f Dapat menyelamatkan seseorang dari kepayahan di hari kiamat.
g Dzikir merupakan tanaman surga. 37
3. Bentuk dan Cara Dzikir
Dzikir terbagi menjadi beberapa macam, adapun bentuk dan cara
dzikir adalah sebagai berikut:
a. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan
Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat
Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada
yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Dengan melakukan dzikir seperti
ini, keimanan seseorang kepada Allah SWT akan bertambah.
b. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan
lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan
oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan
tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur'an dan
sebagainya.
35
c. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus
diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat
melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan
keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari
nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan
agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.
4. Hubungan Konseling dengan Terapi Dzikir
Menurut Asisi (1994), bahwa dzikir merupakan proses penyadaran
diri sebagai hamba Allah, penyembuhan terhadap penyakit kerohanian
bahkan penyakit sosial. Dzikir ini selain sebagai pesan bimbingan
keagamaan juga sekaligus sebagai salah satu metode terapi penyakit
mental. Dzikir dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman dalam
jiwa, tak diragukan lagi merupakan obat kegelisahan yang dirasakan
manusia saat menghadapi berbagai tekanan dan bahaya hidup, serta tak
ada tempat bersandar dan penolong.38
Di antara kalimat yang digunakan dalam ber-dzikir adalah:
ا
ا
هل
اا
ه
“Tidak ada Tuhan selain Allah”.
Penggunaan kalimat tersebut sebagai bentuk dzikir selain
didasarkan pada al-Quran juga didasarkan pada hadits Nabi SAW.: “Dzikir
38
36
yang paling utama ialah membaca lafadz laa ilaaha illallaahu dan doa yang
paling utama ialah membaca kalimat alhamdu lillah.” (HR. Imam
Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Hiban, dan Hakim dari Jabir).
Ber-dzikir sama dengan berobat dan efektivitasnya dapat dibuktikan secara
empirik, misalnya dalam penyembuhan tekanan darah tinggi dan
peningkatan produktivitas kerja.
Ketekunan kita dalam berdzikir kepada Allah SWT. baik dengan
ber-tasbih, ber-takbir, ber-istighfar, ber-doa, maupun membaca al-Quran,
akan menimbulkan kesucian dan kebersihan jiwanya serta perasaan aman
dan tentram. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tentram.”(QS. Ar-Ra’d : 28)
Pengaruh dzikir tersebut menurut Salim (1995), selain dapat
memelihara diri dari kejahatan juga berpengaruh bagi penyembuhan
penyakit mental dan penyakit fisik. Fakhruddin (1994) mengemukakan
bahwa dzikir itu bagian dari nama al-Quran. Sedangkan al-Quran itu
berfungsi sebagai Syifa (Pengobatan) bagi penyakit rohaniyah dan
jasmaniyah. Dengan demikian dzikir dengan kalimat tauhid mengandung
fungsi yang sama dengan al-Quran sebagai Adz-Dzikru
37
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” (QS.
Al-Israa : 82) 39
Akan tetapi bagi kita yang ingin mendapat kemudahan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. tidaklah cukup dengan
ber-dzikir di kala shalat saja. Namun, kita harus banyak berber-dzikir di luar
shalat. Hal ini dilakukan dengan memperbanyak tasbih, tahmid, takbir, dan
berdoa. Mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui berbagai ibadah,
membaca al-Quran, wirid, dan doa akan meningkatkan keimanan di
dalam qalbu serta menambah perasaan damai, aman, dan tentram di dalam
jiwa.
C. Disiplin Diri
1. Pengertian Disiplin Diri
Menurut WJS Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa disiplin adalah latihan batin dan watak
dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.40
Adapun menurut Moh. Sohchib pula, disiplin berarti membatasi
keteraturan dan pengendalian diri berdasarkan nilai-nilai dari agama dan
39
Syamsuddin Noor, Rahasia doa-doa dalam Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Mawardi 2009), hal. 261
40
38
norma-norma yang berlaku di masyarakat dalam tatanan pergaulan yang
memberikan pemaksaan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.41
Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bawa disiplin berasal dari kata
“disciple” yaitu seorang yang belajar secara sukarela mengikuti seorang
pemimpin yakni orang tua dan guru, sedangkan anak sebagai murid yang
belajar dari mereka cara hidup yang bermanfaat terutama bagi diri
sendiri.42
Menurut Bahasa disiplin diri berasal dari dua kata yaitu
“discipline” yang berarti kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, dan
“self” yang berarti kemampuan diri untuk mengendalikan segala perbuatan
yang bertentangan dengan akal dan moral serta norma yang berlaku.
Disiplin diri dapat menjauhkan kita dari kemalasan, karena disiplin diri
memiliki nilai-nilai yang penting dan universal sehingga keberadaannya
menguntungkan bagi diri sendiri maupun orang lain.43
Disiplin diri memiliki banyak makna yaitu mampu menggerakkan
dan mengatur diri serta waktu sendiri, mampu mengendalikan emosi dan
nafsu sendiri. 44
41
M. Shochib, Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 42.
42
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Med. Maitasari Tjandra, Dalam Child Development (Jakarta: PT Erlangga, 1978), hal. 82.
43
Thomas Gordon, Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 3.
44
39
Disiplin biasanya dipahami sebagai perilaku dan tata tertib yang
sesuai dengan ketaatan dan kepatuhan dalam melakasanakan peraturan
atau norma-norma hidup yang diperoleh dari pelatihan.45 Sebagaimana yang tercantum dalam QS An-Nisa ayat 59, Allah berfirman:
...
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu....( QS An-Nisa : 59)
Pada intinya ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk
berdisipliin dalam mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa disiplin diri adalah kemampuan diri untuk
mematuhi dan mentaati segala tata tertib maupun peraturan yang diperoleh
melalui latihan dan pembiasaan.
2. Tujuan dan Kegunaan Disiplin Diri
Disiplin memiliki dua tujuan yaitu:
a. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak-anak
terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk
45
40
tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau masih asing bagi
mereka.
b. Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang dari disiplin ialah untuk perkembangan
pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and
self direction) yatu dalam hal ini, dimana anak-anak dapat mengarahkan
diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. Pengendalian
diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman
pada norma-norma atau aturan-aturan yang jelas. Menanamkan disiplin
pada anak bertujuan untuk menolong anak dalam memperoleh
keseimbangan antara kebutuhan dan penghargaan terhadap hak-hak
orang lain. 46
Jadi, disiplin berguna bukan hanya demi kepentingan masyarakat
sebagai suatu sasaran mutlak tanpa mana suatu kerjasama mustahil teratur,
melainkan juga demi kesejahteraan individu sendiri. Melalui disiplin, kita
belajar mengendalikan keiinginan, tanpa ini mustahil orang dapat
mencapai kebahagiaan.
2. Menanamkan Disiplin Diri
Menanamkan disiplin biasanya menjadi tujuan pokok dalam
mendidik anak. Menurut Schaefer, cara yang paling berkesan dan efektif
adalah dengna cara pendekatan positif, misalnya dengan memberikan
46
41
contoh, bersikap ramah, memberi semangat, pujian dan hadiah. Cara ini
lebih berhasil daripada menggunakan pendekatan negatif, seperti
menakut-nakuti, memberi hukuman dan sebagainya.47
Penanaman disiplin yang dikemukakan oleh Haimowitz M.L dan
Haimowitz N. adalah sebagai berikut: 48
a. Teknik yang berorientasi pada kasih sayang (love oriented technique)
Teknik ini dikenal pula sebagai “menanamkan disiplin dengan
meyakinkan tanpa kekuasaan” (non power assertive discipline).
Memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah laku
yang boleh atau tidak boleh dilakukan melalui penalaran dengan dasar
kasih saying yang dirasakan oleh anak, akan memperkembangkan rasa
tanggungjawab dan disiplin diri yang baik.
Tanggungjawab dan disiplin diri anak bukanlah tugas yang
sederhana, karena tanggungjawab dan disiplin diri harus diajarkan
dengan sebuah rencana khusus, tetapi tugas itu dapat dipermudahkan
dengan memanfaatkan hukum penerapan (law of reinforcement), seperti
memberi pujian, dan perhatian yang tulus.
b. Teknik yang bersifat material
Teknik ini mempergunakan hadiah-hadiah yang benar-benar
berwujud atau hukuman-hukuman fisik. Teknik ini juga dikenal dengan
47
Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak (Semarang: Dahara Prize, 1994), hal. 36.
48
42
“menanamkan disiplin dengan meyakinkan melalui kekuasaan (power
assertive discipline), tingkah laku baru dari luar ditanam dengan
paksaan. Anak patuh karena takut dihukum.
3. Indikator Disiplin Diri
Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar disiplin dapat
dibina dan dilaksanakan antaranya adalah sebagai berikut: 49
a. Melaksanakan tata tertib dengan baik, karena tata tertib yang berlaku
merupakan aturan dan ketentuan yang harus ditaati.
b. Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku
c. Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan
yang ada.
Adapun indikator disiplin diri menurut tim MGMP PAI adalah
sebagai berikut: 50
a. Disiplin dalam melaksanakan ibadah
Disiplin dalam beribadah maksudnya berpegang teguh kepada
perintah dan larangan Allah maupun Rasulnya, serta melaksanakannya
dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang disertai dengan perasaan
cinta kepada-Nya. Sebagaimana yang tercantum dalam QS Ali Imran
ayat 3:
49
Cece Wijaya, Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar dan Mengajar ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 18-19.
50
43
ْ لُق
ْ
ْ مُتنُكْنِإ
ْ
ْ نوبُُِ
ْ
ْ ُيْ ِِوُعِبتٱ فْ هللٱ
ُْمُك بِب
ْ
ْ غ ي وُْهللٱ
ْ مُك لْ رِف
ْ
ْ مُك بوُنُذ
ْْ و
ُْهللٱ
ْ روُف غ
ْْر
ْ ميِح
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
b. Disiplin dalam belajar
Seorang yang berdisiplin tidak akan menghabiskan waktunya
dengan perkara yang sia-sia melainkan dengan perkara yang berfaedah.
Seorang pelajar yang berdisiplin akan rajin dan berdisiplin dalam
belajar karena kegiatan belajar adalah prioritas dirinya sebagai seorang
pelajar.
c. Disiplin dalam mematuhi tata tertib sekolah
Setiap sekolah memiliki peraturan atau tata tertib yang harus
dipatuhi dan ditaati oleh semua pelajar. Pelajar yang berdisiplin adala