• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 692008007 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 692008007 Full text"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2 1. Pendahuluan

Batik sudah lama dikenal sebagai warisan budaya Nusantara. Selama

berabad-abad, dunia mengenal batik berasal dari Indonesia[1]. Begitu banyak

macam batik yang ada di Indonesia, dengan motif yang beraneka ragam. Salah satunya motif batik Solo yang berasal dari lingkungan keraton, yang memiliki makna dan filosofi yang dalam pada tiap ornamen hiasnya. Dahulu kala motif ini hanya digunakan dan dibuat oleh kalangan keraton saja. Seiring perkembangan zaman motif-motif yang ada dapat dikenakan oleh semua orang. Namun dalam perkembangannya ada pihak yang kurang paham dengan makna yang ada pada motif batiknya, melakukan perubahan maupun penambahan gambar corak yang membuat makna yang terkandung pada corak aslinya menjadi hilang. Maka perlu adanya sebuah tindakkan yang dilakukan untuk mengembalikan arti dan filosofi pada setiap motif batik yang ada. Terlebih di era yang sudah modern ini, banyak orang yang belum tahu dengan makna ataupun arti yang tersirat pada tiap motif batik yang ada. Dari sinilah perlu diadakan penelitian untuk menciptakan inovasi baru dimana motif batik tetap mengandung filosofi aslinya, dikemas pada format

yang baru sesuai dengan era yang lebih modern kini. Maka dipilihlah pixel-art

sebagai format baru untuk batik yang akan dirancang. Pixel-art merupakan sebuah

seni digital yang dibuat dengan bantuan komputer. Tersusun dari sebuah titik-titik kecil, menyatu dan membentuk sebuah gambar. Banyak orang awam kurang paham dengan hal ini dan tidak memperhatikannya. Lantas dimana pixel-art dapat dijumpai. Sejujurnya semua hal yang biasa dilihat pada layar televisi, komputer,

layar handphone atau gadget lainnya yang memiliki layar display gambar adalah

pixel-art.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diangkatlah penelitian ini, dengan maksud membuat sebuah inovasi baru dalam bidang grafis, yang erat hubungannya dengan unsur seni dan hasil budaya. Dari banyaknya hasil budaya, batik Solo diambil sebagai objek utama. Karena batik Solo memiliki makna dan

filosofi pada tiap motifnya. Sedangkan pixel-art yang merupakan salah satu dari

karya seni yang sering di jumpai, namun keberadaannya sering tidak diperhatikan

oleh khalayak umum. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pattern motif

Batik Solo, dalam bentuk pixel-art tanpa mengurangi dan menghilangkan arti dari

tiap corak hias dan ornamen yang ada. Harapan dari penelitian ini budaya batik

semakin dikenal dan digandrumi oleh masyarakat yang lebih luas, dan seni pixel

atau yang lebih sering dikenal dengan pixel-art mendapatkan perhatian yang lebih

di khalayak pada umumnya. Dengan cara menggabungkan kedua unsur ini menjadi satu.

2. Tinjauan Pustaka Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya ada “Perancangan typeface menggunakan

(2)

3

batik dengan ilmu tentang typografi untuk membuat sebuah typeface yang baru[2].

Ada pula yang membahas tentang bagaimana cara membuat batik dengan cara yang sudah ada. Pada tahun 2011, Vicky Romario Utomo dari Universitas Kristen

Petra melakukan penelitian “Perancangan Modul Pembelajaran Batik Klasik Jawa

Timur Untuk Anak SD oleh KIBAS” yang membuat buku modul dengan ilustrasi

sebagai hasil akhir dari penelitiannya[3]. Dari beberapa temuan inilah diangkatnya

judul “Perancangan PIXEL-ART pada motif Batik Solo dengan Proses Pengolahan

Digital” karena belum adanya penelitian batik yang disinambungkan dengan

pixel-art.

Batik

Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya

diproses dengan cara tertentu[4]. Secara Etimologi, kata batik berasal dari bahasa

Jawa. Terdiri dari kata “amba” yang berarti lebar, luas, kain: dan “titik” yang

berarti titik atau matik (membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi

istilah “batik”, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu

pada kain yang luas dan lebar. Ada dua poin utama yang harus diperhatikan dalam perancangan batik. Poin pertama adalah warna, melalui warna dapat diketahui ciri sebuah motik batik. Warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu pada sebuah motif. Poin kedua adalah garis, garis membentuk corak dan motif batik sehingga menjadi gambar-gambar yang indah sesuai yang diharapkan. Tanpa garis-garis yang saling berpadu, tidaklah mungkin terbentuk pola-pola batik yang indah.

Batik sendiri dibedakan oleh banyak hal. Dilihat dari ragam coraknya batik dibagi menjadi tiga bagian: batik keraton, batik pesisir, dan batik pedalaman. Batik keraton adalah batik yang berasal dari daerah keraton, ciri batik keraton memiliki ragam khusus, hiasannya bersifat simbolis, berlatarkan budaya Hindu, Budha, dan Islam. Warna-warna yang digunakan cenderung netral atau kalem. Batik pesisir adalah batik yang berasal dari daerah pesisir atau pinggiran pantai tempat biasanya orang asing berlabuh. Memiliki ragam hias natural kebanyakan dipengaruhi oleh berbagai budaya asing, warna yang digunakan sangat beraneka ragam dan biasanya mencolok. Sedangkan batik pedalaman adalah batik yang berasal dari daerah pedalaman, batik ini biasanya sangat terkenal di daerah masing-masing, tetapi sering dianggap bukan batik. Bahkan sering disebut bukan batik, karena corak dan warnanya keluar dari aturan corak dan warna batik.

Berdasarkan bentuknya batik juga dibedakan menjadi tiga golongan yaitu batik dengan corak hias geometris, batik dengan corak hias nongeometris, dan batik dengan corak hias khusus. Ketiganya memiliki perbedaan masing-masing. Corak hias geometris adalah corak hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun (seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran, dll) yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan corak. Corak ini cocok untuk digunakan sebagai desain

(3)

4

hampir sama dengan corak hias nongeometris. Corak hias khusus ini diperuntukkan bagi batik diluar keraton (pesisir dan pedalaman).

Berdasarkan bentuknya corak geometris dan nongeometris memiliki berbagai macam bentuk dasar. Corak geometris secara garis besar memiliki

bentuk utama ceplokan, ganggong, parang, dan banji. Corak ceplokan memiliki

ciri bentuk lingkaran dan oval. Corak ganggong memiliki bentuk hampir sama

dengan ceplokan. Biasanya pada corak ganggong terdapat isen yang terdiri dari

seberkas garis yang panjangnya tidak sama. Isen sendiri merupakan motif yang

berfungsi sebagai pengisi bidang kosong dalam batik. Untuk garis yang paling panjang biasanya berbentuk tanda +. Corak parang merupakan corak yang terdiri atas lebih dari satu ragam rias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar

dengan sudut 45o. Corak banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau

disusun dengan menghubungkan swastika pada garis-garis, sehingga membentuk

sebuah corak. Corak nongeometris biasanya memiliki bentuk utama semen,

lung-lungan, buketan, pinggiran, dan dinamis. Tiap coraknya memiliki khas

masing-masing. Seperti corak semen mempunyai ragam rias utama berupa meru, suatu

gubahan yang menyerupai gunung. Meru berasal dari nama gunung Mahameru.

Hakikat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas

(bersemi) hingga corak ini disebut semen yang berasal dari kata dasar semi. Corak

lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda dengan

corak semen, ragam hias corak lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak

mengandung ragam hias meru. Corak buketan dikenali lewat rangkain bunga atau

kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa

kecil yang mengelilinginya. Corak pinggiran terdiri atas ragam hias yang biasa

digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada pola batik. Corak dinamis adalah corak-corak yang masih dapat dibedakan antara unsur-unsur corak-coraknya, tetapi ornamen di dalamnya tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisonal. Corak ini merupakan peralihan corak batik klasik dan modern.

Pixel-Art

Kata pixel-art berasal dari dua suku kata pixel dan art. Pixel merupakanunit terkecil dari sebuah gambar pada layar televisi atau komputer[5]. Art ( dalam bahasa Indonesia : seni) adalah pembuatan hal-hal seperti lukisan atau gambar,

atau hal lain yang dibuat [6]. Pixel-art sendiri merupakan salah satu jenis dari seni

digital. Sampai sekarang tiap orang memiliki definisi yang berbeda beda tentang

pixel-art. Jika dilihat dari berbagai faktanya pixel-art merupakan jenis grafis yang

dikembangkan dengan software raster image editor (MS Paint, Photoshop, GIMP,

dll). Untuk membuat gambar yang berupa garis solid, pixel demi pixel dengan

warna yang terbatas pada grafik komputer.

Pixel-art awalnya digunakan pada grafik game klasik pada komputer yang

masih terdiri dari pixel hitam dan pixel putih. Ambil salah satu contohnya adalah

game “Space Invader” tahun 1978 yang dibuat oleh Midway. Satu dari game

(4)

5

mengembangkan game Kid Icarus. Game yang dimainkan pada console NES

(Nintendo Entertainment System) ini memiliki jumlah warna maksimal 25 yang

bisa ditampilkan pada layar monitor. Lalu pada tahun 1991, dikeluarkanlah “The

Legend of Zelda : A Link to The Past”. Yang dapat dimainkan pada SNES (Super

Nintendo Entertainment System). Didukung dengan 15-bit color, yang memiliki

256 warna maksimal. Sampai kini pixel-art masih banyak ditemui pada permainan

pada console game (GBC, GBA, NDS, dll). Bukan hanya digunakan untuk game

saja. Pixel-art juga merambah pengaplikasiannya pada media cetak. Seperti

poster, adverting, t-shirt, action-figure, dll. Salah satu contohnya desain kaos

dengan corak pixel-art yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kaos dengan corak pixel-art[7]

3. Metode Penelitian Metode Proses Desain

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengadaptasi model proses desain yang digunakan Giesecke Frederick dalam mendesain.

Menggunakan pendekatan yang terorganisir dan teratur atas masalah yang ada[8].

(5)

6

Gambar 2 Diagram Proses Desain [8]

Tahap pertama yang dilakukan adalah Identifikasi Masalah. Dalam tahap ini ditemukan masalah berupa banyaknya desain batik yang beredar di pasaran tidak sesuai dengan aturan desain batik pada awalnya, sehingga membuat makna dan filosofi yang ada pada corak pembentuk ragam motifnya menjadi tidak sesuai. Masuk tahap berikutnya konsep dan gagasan yang akan dibuat, pada tahap ini diambil gagasan untuk merancang batik Solo yang memiliki makna dan arti pada

motifnya dengan pixel-art sebagai bentuk baru dari inovasi ini. Kompromi

Terhadap Masalah kemudian dilakukan, di tahap ini dicarilah data-data yang berhubungan dengan batik keraton Solo dengan mengadakan surve ke museum batik Danar Hadi untuk mencari tahu ciri-ciri dari batik Solo, kemudian didapatkan data-data tentang motif Batik Solo yang digunakan untuk perancangan

ini . Setelah itu pembuatan model dan prototype dikerjakan, dari data yang telah

didapat kemudian dibuatlah rancangan sketsa baru tanpa mengurangi inti dari tiap

motif yang ada. Kemudian dibuatlah desain pixel dari motif yang ada, dengan

mengikuti sketsa yang telah dibuat untuk mendapatkan desain yang baru. Tahap terakhir yang dilakukan adalah gambar produksi atau gambar kerja. Tahap terakhir pada proses ini desain yang telah dirancang telah jadi dan siap digunakan

dalam bentuk pattern batik pixel-art. Ditahap ini pattern yang telah dibuat

(6)

7 Analisis Kebutuhan

Dalam penelitian ini yang menjadi kebutuhan utama perancangan batik pixel

adalah data tentang batik Solo. Data tersebut menjadikan fokus utama jadi atau tidaknya hasil akhir dari penelitian ini. Data yang dibutuhkan berupa motif batik berserta dengan makna dari masing-masing gambar motifnya, supaya desain baru

yang dirancang tetap mengandung filosofi batik aslinya. Untuk mendapatkan data

yang diperlukan maka diadakanlah kunjungan untuk observasi di Museum Danar Hadi.

Metode Perancangan Batik Pixel-Art

Dalam perancangan batik pixel ini, langkah-langkah kerja desain

mengadaptasi cara membuat pixel-art[9]. Dimulai dengan langkah pertama

merancang batik yang ingin dibuat, dengan menggambar sketsa dari pola batik yang telah didapatkan. Selanjutnya, setelah langkah pertama selesai, bentuk utama

dari sketsa mulai dibangun. Dilangkah ini dilakukan pembuatan pixel yang

mengacu pada pola yang sebelumnya sudah dibuat. Langkah terakhir mulai

diberikan warna pada pixel yang telah dibuat. Detail pada pixel pun dapat

ditambahkan pada proses ini. Agar pixel yang dibuat menjadi lebih baik.

Motif Batik Solo

1. Dodot Alasan

Dodot Alasan merupakan salah satu motif batik keraton Solo yang digunakan oleh para raja untuk menolak bala. Dodot Alasan ini memiliki ciri khas corak binatang pada motifnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Motif Dodot Alasan

2. Grompol

(7)

8

Gambar 4 Motif Grompol

3. Nitik Cakar

Nitik Cakar memiliki filosofi agar setelah berumah tangga keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri. Motif ini memiliki ciri gambar garis-garis yang menyerupai dengan cakar ayam seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Motif Nitik Cakar

4. Parang Cantel

Motif Parang Cantel biasanya digunakan oleh para remaja putri. Maksud

yang tersirat pada motif ini agar dilancarkan dan cepat mendapatkan

jodoh. Ciri utama dari motif ini adanya gambar berupa cantelan (kait) pada

motifnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Motif Parang Canthel

5. Parang Pamor

Motif Parang Pamor berasal dari kata pamor yang berarti memancarkan

cahaya atau bersinar. Ciri khas dari motif ini adalah warna coraknya yang

terang dan ada lukisan keris yang menempel pada motif parang-nya

seperti yang dapat dilihat pada Gambar 7.

(8)

9

6. Parang Rusak

Parang Rusak diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Konon, sang raja sering bertapa di sepanjang pesisir selatan pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan yang terlihat seperti

pereng (tebing). Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng

yang kemudian berubah menjadi parang. Di salah satu tempat bertapa

tersebut, ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak

karena terkikis deburan ombak laut selatan, sehingga lahirlah ilham untuk

menciptakan motif batik yang diberi nama Parang Rusak. Ciri utama dari

motif ini adalah kotak yang disusun miring 45o. Dengan perpaduan

isen-isen lereng bentuk panjang berjajar disusun miring 45o. Dan diantara

lereng yang di berjajar tersebut disisipi dengan motif lereng yang rusak seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Motif Parang Rusak

7. Satria Wibawa

Satria Wibawa merupakan jenis batik ceplokan segi-empat dengan titik pusat ditengah. Dalam ajaran Jawa motif ini melambangkan kekuasaan raja, menunjukkan kewibawaan, watak yang bijaksana seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Motif Satria Wibawa

8. Sidoluhur

Motif Sidoluhur juga salah satu motif yang sering dipakai pada saat akad

nikah. Motif ini diciptakan dengan harapan bahwa pemakainya akan memiliki posisi tinggi di masyarakat dan menjadi sosok yang baik dari

masyarakat. Ciri utama dari motif ini adalah warna bidang isen-nya yang

(9)

10

Gambar 10 Motif Sidoluhur

9. Sidomulyo

Motif Sidomulyo adalah salah satu motif yang sering dipakai pada saat

akad nikah. Motif ini diciptakan dengan harapan bahwa hidup akan menjadi kaya, baik secara fisik maupun spiritual. Ciri utama dari motif ini

adalah warna bidang isen-nya yang cerah seperti yang dapat dilihat pada

Gambar 11.

Gambar 11 Motif Sidomulyo

10. Slobok

Slobok berasal dari bahasa jawa lobok yang yang berarti longgar. Motif ini sering digunakan saat menghadiri pemakaman. Makna dari kata longgar disini agar keluarga yang ditinggalkan diberi kelonggaran hatinya untuk melepaskan yang telah tiada. Ciri dari motif ini adalah bangun segiempat yang dibagi dua, dimana salah satu bagiannya sengaja tidak diisi atau kosong seperti yang dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Motif Slobok

11. Truntum

(10)

putra-11

putrinya dalam memasuki kehidupan berumah tangga dan mencapai ketenteraman hidup seperti yang dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Motif Truntum

12. Wora Wari Rumpuk

Motif Wora Wari Rumpuk memiliki arti berupa doa dari orang tua untuk

anak-anak, agar terus menerus memberkati oleh Tuhan. Konon, ciri dari motif ini diambil dari bentuk utama tempat orang berdoa seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Motif Wora Wari Rumpuk

13. Yuyu Sekandang

Yuyu Sekandang merupakan motif yang digunakan oleh ibu hamil. Motif

ini memiliki arti agar sang ibu diberikan anak yang banyak seperti yuyu

(kepiting kecil yang hidup disungai). Pada motif ini digambarkan dengan garis-garis yang saling berhubungan satu sama lain membentuk sebuah bangun segiempat kecil-kecil seperti yang dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Motif Yuyu Sekandang

Warna Motif Batik Solo

(11)

12

tidak ada warna pakem yang harus digunakan pada pembuatan tiap batik. Sampai kini pun belum ada aturan warna pakem yang digunakan untuk memproduksi batik, warna yang digunakan pada motifnya biasanya mengikuti permintaan pasar. Dan untuk batik yang digunakan kalangan keraton untuk acara-acara penting, dalam pembuatannya beracuan pada literatur batik klasik peninggalan raja-raja sebelumnya.

4. Hasil Desain

Pattern Batik Pixel

Hasil dari penelitian ini berupa pola atau pattern batik pixel. Desain pola

batik pixel yang dibuat serupa dengan motif aslinya, yang membedakan antara

motif asli dan batik pixel ini selain proses dan cara pembuatannya adalah bentuk

ornamennya. Desain baru yang dibuat semuanya terdiri dari bangun kotak-kotak

dimana pada tampilan layar monitor gambar ini sering disebut dengan nama dot.

Gambar 16 Desain Pola Batik Pixel Dodot Alasan

Desain pola batik pixel Dodot Alasan pada Gambar 16 merupakan desain

pola baru yang memiliki panjang lebih daripada desain pola batik lainnya. Hal ini dikarenakan perulangan geometris pada pola ini jatuh pada sisi panjang motifnya.

Gambar 17 Desain Pola Batik Pixel Grompol, Nitik Cakar, dan Wora Wari Rumpuk

Desain untuk pola batik pixel Grompol, Nitik Cakar, dan Wora Wari

(12)

13

Gambar 18 Desain Pola Batik Pixel Parang Canthel, Parang Pamor, dan Parang Rusak

Pada pola batik pixel Parang Canthel, Parang Pamor, dan Parang Rusak

disusun rapi dengan kemiringan 45o. Motif-motif ini dibuat sesuai dengan aturan

perancangan batik motif parang pada umumnya. Desain dengan alur yang rapi ini

dapat yang dilihat pada Gambar 18.

Gambar 19 Desain Pola Batik Pixel Satria Wibawa, Sidoluhur, dan Sidomulyo

Desain Pola batik pixel Satria Wibawa, Sidoluhur, dan Sidomulyo seperti

pada gambar 19 merupakan batik dengan pola yang komplek. Pada motif

Sidoluhur dan Sidomulyo tidak banyak perbedaan yang signifikan, karena pada dasarnya perbedaan dari kedua motif batik ini hanya pada warnanya saja.

Gambar 20 Desain Pola Batik Pixel Slobok, Truntum, dan Yuyu Sekandang

(13)

14 Implementasi Desain

Implementasi dari 13 pattern yang telah dirancang disajikan dalam bentuk

buku katalog Batik Pixel yang dibuat untuk menjelaskan makna dari tiap

motifnya. Sekaligus sebagai contoh penerapan pattern yang telah dibuat dalam

bentuk perulangan gambar layaknya kain batik pada umumnya. Ada pula motif kartu kecil yang berfungsi sebagai ensiklopedia batik mini yang dibuat seukuran kartu nama, dengan konten gambar pattern dan penjelasan singkat tiap

gambarnya. Untuk tampilan dari buku katalog dan kartu ensiklopedia batik pixel

ini dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Desain Buku Katalog dan Kartu Ensiklopedia

5. Pembahasan Desain

Motif Nongeometris pada Pattern Batik Pixel

Motif nongeometris kebanyaknya berdiri sendiri dan biasanya tidak memiliki bagian perpotongan baik secara vertikal, horisontal, ataupun diagonal seperti bangun geometris pada umumnya. Hal inilah yang sulit diimplementasikan

pada bentuk pattern, dimana pola yang sudah dibuat akan diulang-ulang secara

berjajar hingga membentuk sebuah gambaran motif yang diinginkan. Ornamen motif-motif seperti ini sering disebut dengan nama ragam hias batik. Terlebih pada ornamen ragam hias nongeometris, kebanyakkan memiliki gambar bentuk

yang rumit, sulit untuk dirancang dengan pixel-art.Salah satu contohnya adalah

(14)

15

Gambar 22 Pixel-art Buketan

Corak Lung-lungan pada Batik Pixel

Sama hal dengan masalah yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya.

Corak lung-lungan memiliki ciri yang hampir sama dengan corak semen. Hanya

saja corak lung-lungan tidak serumit bentuk dari corak semen. Corak lung-lungan

biasanya digambarkan dengan garis lengkung kecil. Meski merupakan salah satu jenis corak nongeometris, motif ini sering menjadi kombinasi corak gabungan, untuk mengisi ornamen kosong pada motif batik geometris. Salah satu contohnya

batik dengan motif Sidomukti.

Gambar 23 Motif Sidomukti

Jika diperhatikan pada Gambar 23, corak lung-lungan pada motif batik

(15)

16

Gambar 24Pixel-art Sidomukti

Hal ini tidak bisa diterapkan pada perancangan pixel-art. Sebab dengan

perubahan bentuk corak lung-lungan pada batik pixel membuat corak tersebut

bukan lagi menjadi bagian dari motif batik Sidomukti. Karena perubahan bentuk

total dari corak lung-lungan, yang tadinya merupakan ornamen kecil dan

komplek. Menjadi motif bukan lung-lungan saat di-pixel-kan. Membuat makna

dari batik tersebut berubah.

Perbandingan Desain Asli dan Desain Pixel-Art

Dilihat dari segi bentuk motifnya, untuk desain asli terlihat halus namun banyak gambar yang kurang rapi pada pengulangan motifnya. Sedangkan untuk desain pixel-art terlihat lebih kaku dan rapi dengan bentuk motif yang terlihat kotak-kotak. Perbandingan antara dua desain ini dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25 Perbandingan Desain Asli dan Desain Pixel-art

6. Pengujian Desain

Pengujian desain ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak desain

batik pixel yang telah dirancang. Pengujian desain menggunakan metode

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada pengujian kualitatif motif batik pixel

(16)

17

Untuk pengujian kuantitatif, motif batik pixel akan ditunjukkan kepada

masyarakat umum dalam jumlah tertentu agar dapat menilai motif batik yang telah dibuat.

Pengujian Kualitatif

Pengujian kualitatif adalah pengujian pertama yang dilakukan, untuk

mengetahui baik atau tidak desain batik pixel yang telah dirancang. Pada

pengujian ini hasil akhir dari desain yang telah dibuat, ditunjukan kepada pihak yang dekat dan mengerti tentang batik. Pada pengujian ini dipilihlah Bapak Edi Pratik, yang masih memiliki kerabat dengan keraton Solo sekaligus seniman dan pemerhati kebudayaan.

Hasil dari perancangan ini dinilai baik oleh Bapak Edi Pratik, dan

dijelaskannya perlu adanya inovasi-inovasi seperti perancangan batik pixel ini

untuk terus mengembangkan budaya di era yang terus berkembang ini agar budaya warisan nenek moyang tidak hilang dan dilupakan.

Selain pengujian kualitas gambar motif, dilakukan juga pengujian pra-produksi. Maksud dari pengujian pra-produksi ini untuk mengetahui bisa atau

tidak batik pixel ini untuk di produksi, untuk itu dilakukanlah wawancara dengan

Bapak Yahmanto selaku Kabag. Engraving di PT. Daya Manunggal Salatiga. Adapun pemilihan responden untuk pengujian produksi ini dikarenakan PT. Daya Manunggal merupakan satu dari banyak pabrik di Indonesia yang mengekspor

textile hingga keluar negeri. Setelah menunjukkan batik pixel yang telah

dirancang, Bapak Yahmanto mengatakan bahwa batik pixel ini dapat diproduksi

di pabrik.

Pengujian Kuantitatif

Pada pengujian kuantitatif dilakukan dengan cara pengisian kuisoner. Responden yang dilibatkan dalam pengujian ini adalah 30 orang mahasiswa. Responden yang dipilih sengaja diambil dari kalangan mahasiswa, sebab mahasiswa cenderung berfikir lebih kritis dalam mengambil keputusan pada umumnya.

Pengisian kuisioner dilakukan dengan menunjukkan desain batik pixel yang

telah dirancang pada responden, dan membandingkannya dengan corak batik aslinya. Aspek yang dinilai pada pengujian ini adalah gambar motif yang telah dirancang, kecocokan warna dengan batik aslinya, dan perulangan pola pada motif

batik pixel. Kuisioner yang diberikan bertujuan untuk menilai tanggapan para

(17)

18

Tabel 1 Tabel Hasil Pengisian Kuisioner Batik Pixel

no. nama motif Aspek Point

sangat baik baik kurang baik tidak baik

1 Dodot Alasan

gambar motif 47% 50% 3% 0%

kecocokan warna 13% 70% 17% 0%

perulangan motif 24% 70% 3% 3%

2 Grompol

gambar motif 47% 43% 10% 0%

kecocokan warna 37% 50% 13% 0%

perulangan motif 57% 40% 3% 0%

3 Nitik Cakar

gambar motif 40% 53% 7% 0%

kecocokan warna 23% 50% 27% 0%

perulangan motif 33% 67% 0% 0%

4 Parang Cantel

gambar motif 27% 57% 13% 3%

kecocokan warna 33% 40% 27% 0%

perulangan motif 17% 73% 10% 0%

5 Parang Pamor

gambar motif 27% 57% 17% 0%

kecocokan warna 7% 53% 37% 3%

perulangan motif 30% 60% 7% 3%

6 Parang Rusak

gambar motif 40% 50% 10% 0%

kecocokan warna 30% 60% 10% 0%

perulangan motif 57% 40% 3% 0%

7 Satria Wibawa

gambar motif 30% 63% 7% 0%

kecocokan warna 27% 63% 10% 0%

perulangan motif 27% 73% 0% 0%

8 Sidomulyo

gambar motif 53% 37% 10% 0%

kecocokan warna 56% 37% 7% 0%

perulangan motif 47% 50% 3% 0%

9 Sidoluhur

gambar motif 26% 67% 7% 0%

kecocokan warna 27% 63% 10% 0%

perulangan motif 30% 63% 7% 0%

10 Slobok

gambar motif 20% 63% 17% 0%

kecocokan warna 17% 66% 17% 0%

perulangan motif 13% 77% 7% 3%

11 Truntum

gambar motif 57% 40% 3% 0%

kecocokan warna 53% 37% 10% 0%

perulangan motif 53% 34% 13% 0%

12 Wora Wari Rumpuk

gambar motif 23% 67% 7% 3%

kecocokan warna 37% 57% 7% 0%

perulangan motif 37% 60% 3% 0%

13 Yuyu Sekandang

gambar motif 43% 40% 17% 0%

kecocokan warna 30% 67% 3% 0%

perulangan motif 27% 53% 20% 0%

Total keseluruhan 33,9% 55,4% 10,2% 0,5%

Dapat dilihat pada Tabel 1 untuk motif Dodot Alasan baik dari gambar

motif, kecocokan warna serta perulangan motif banyak dinilai baik oleh para

responden. Pada motif Grompol hampir sama dengan motif Dodot Alasan, untuk

semua aspek kurang dari 13% yang menilai kurang baik. Nitik Cakar dan Parang

Cantel tidak berbeda jauh, namun 27% responden menilai kecocokan warnanya

kurang baik. Sedangkan pada motif Parang Pamor 37% responden banyak yang

kurang cocok dengan warna yang digunakan. Pada motif Parang Rusak

didominasi oleh respon baik, khusus pada aspek perulangan motif 73% responden

menilai sangat baik. Motif Satria Wibawa, Sidomulyo, dan Sidoluhur juga banyak

yang merespon baik untuk setiap aspeknya, kurang dari 10% responden yang

menilai kurang baik. Motif Slobok masih banyak dinilai baik, tetapi pada gambar

motif dan kecocokan warna 17% responden menilai kurang baik. Hasil yang

bagus ditunjukan pada motif Truntum yang lebih dari 50% responden menilai

sangat baik untuk ketiga aspeknya. Motif Wora-wari Rumpuk didominasi oleh

respon baik, dan untuk motif Yuyu Sekandang cenderung dinilai baik, tetapi pada

perulangan motifnya 20% responden menilai kurang baik. Secara keseluruhan

(18)

19 7. Simpulan

Setelah merancang pixel-art pada motif batik Solo dengan proses

pengolahan digital ini dapat diambil kesimpulan tidak semua batik Solo dapat

dibuat pixel-art. Beberapa motif batik solo memiliki ornamen hias yang rumit dan

detail. Dikarenakan perancangan ini berfokus pada motif batik Solo, maka desain yang telah dibuat harus mengikuti aturan dari batik Solo. Sehingga ada aturan-aturan perancangan yang dilakukan pada pembuatan desainnya, baik gambar motif ataupun warna yang digunakan.

Salah satu ciri yang dimiliki dari batik Solo adalah adanya corak

lung-lungan pada beberapa motif tertentu. Dimana pada perancangannya corak ini tidak

dapat dibuat pixel-art, gambar coraknya yang kecil membuat corak mengalami

reduksi dan berubah bentuk tidak seperti gambar aslinya. Perubahan bentuk itu membuat batik yang didesain tidak lagi mengandung makna serta filosofi batik Solo.

8. Daftar Pustaka

1. Wulandari, Ari. 2011.batik nusantara:makna filosofis, cara pembuatan dan

industri batik. Yogjakarta : Penerbit Andi.

2. Purnamasari, Cindy. 2009. Perancangan typeface beserta aplikasi medianya

dengan menggunakan karakter motif batik Jogja. http://dewey.petra.ac.id

(diakses pada tanggal 20 Maret 2012).

3. Utomo, Vicky Romario. 2011. Perancangan Modul Pembelajaran Batik

Klasik Jawa Timur Untuk Anak SD oleh KIBAS. http://dewey.petra.ac.id

(diakses pada tanggal 20 Maret 2012).

4. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2008 . batik.

http://bahasa.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 29 Februari 2012).

5. Cambridge University Press. 2011 . pixel. http://dictionary.cambridge.org

(diakses pada tanggal 29 Februari 2012).

6. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2008 . seni.

http://bahasa.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 29 Februari 2012).

7. Pixelcute. 2009. PIXEL BARONG BALI. http://www.gantibaju.com (diakses

tanggal 20 Juni 2012).

8. Frederick E., Giesecke, Mitchell, Spencer,dkk. 2000. TECHNICAL

DRAWING, Eleventh Edition. Prentice Hall: Upper Saddle River.

9. Hanson-White, Alex. 2007. Pixel Artist’s Beginner Booklet chapter. 5. Pixel

Gambar

Gambar 1 Kaos dengan corak pixel-art[7]
Gambar 2 Diagram Proses Desain [8]
Gambar 3.
Gambar 7 Motif Parang Pamor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan fasilitas kepada investor di Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal bahwa fasilitas bagi

Data hasil seleksi yang akan digunakan untuk proses Data Mining, disimpan dalam suatu berkas, terpisah dari basis data

Distansi estetis pada peristiwa yang teguh pada pendirian salah satu yang dialami atau dilakukan tokoh dengan sikap yang mempercayai dan meyakini bahwa apa

Agar penyelenggaraan corporate governance dapat berjalan dengan baik, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam dengan Surat Edaran

Karya ini merupakan sebuah proses seni terapi yang berfungsi sebagai sarana katarsis penulis sendiri sekaligus menjadi penyadaran sosial akan efek negatif luka batin kepada

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, Pasal 15

Reading this publication with the title Galois Theory By Ian Stewart will let you know

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada