PAARTISIPA PROGRAM
P
SI MASYA M PAKET B
NGUDI M Diajuk Untu Guna M PROGRAM JURUS FA UNIV ARAKAT DA B DI PUSAT MAKMUR P kan Kepada Universita uk Memenu Memperoleh NIM
M STUDI PE SAN PENDI AKULTAS VERSITAS N FEB ALAM KEB T KEGIATA PENGASIH SKRIPSI a Fakultas I
s Negeri Yo uhi Sebagia h Gelar Sar
Oleh
Sugiyono M 091022490
ENDIDIKA IDIKAN LU S ILMU PEN NEGERI Y BRUARI 20
BERHASIL AN BELAJ H KULON P
Ilmu Pendid ogyakarta an Persyarat
rjana Pendid
002
MOTTO
“…Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar.”(QS.Al
Baqoroh, 2: 153).
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.”(QS. Ath-Thalaaq, 65 : 2).
“…Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan.” (QS. Thahaa,20: 114).
“Barang siapa keluar mencari ilmu, ia berada di jalan Allah hingga
kembali.” ( HR. Imam Tirmidzi)
Tersenyumlah walaupun itu menyakitkan, karena senyum merupakan
salah satu ibadah. (penulis)
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT.
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ayah dan Ibuku terhormat yang tidak lupa
dan tak pernah lelah mendo’akan untuk
keberhasilan penulis dalam menyusun
karya ini.
2. Istri tercinta atas dorongan dan
motivasinya dalam menyelesaikan tugas
akhir skripsi ini.
3. Almamater tercinta UNY
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEBERHASILAN PENGELOLAAN PROGRAM PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
NGUDI MAKMUR PENGASIH KULON PROGO Oleh
Sugiyono NIM 09102249002
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Program Paket B di PKBM Ngudi Makmur, 2) Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat pelaksanaan partisipasi masyarakat terhadap program Paket B di PKBM Ngudi Makmur dan, 3) Upaya yang dilakukan pengelola PKBM Ngudi Makmur dalam menumbuhkan partisipasi di masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah masyarakat yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program paket B di PKBM Ngudi Makmur. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi,wawancara,dan dokumentasi (Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian dengan bantuan pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi).Teknik analisis data yang digunakan adalah display data.Teknik keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Bentuk partisipasi tersebut berupa kontribusi ide, tenaga dan harta benda. 2) Faktor yang menjadi pendorong partisipasi Kemampuan sumber daya pengelola, Kapasitas Organisasi , Pemahaman Informasi program Paket B. Faktor penghambat: Partisipasi masyarakat masih terbatas,kurangya pendekatan dan sosialisasi pengelola Paket B pada masyarakat. 3)Upaya yang dilakukan pengelola PKBM Ngudi Makmur dalam menumbuhkan partisipasi di masyarakat dengan melakukan sosialisasi program terhadap masyarakat sekitar.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Rabb, Sang Pemilik dunia dan
seisinya, tiada Tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nya lah kita patut memohon
dan berserah diri. Hanya karena nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah-lah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri
Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
memberikan fasilitas dan sarana sehingga proses studi saya lancar.
2. Bapak Dr.Sujarwo,M.Pd Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah,
yang telah memberikan kelancaran dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Mulyadi,M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
RB.Suharta,M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan
membimbing dan memberikan motivasi.
4. Bapak Dr.Ibnu Syamsi M.Pd yang telah berkenan sebagai Penguji Utama
skripsi ini.
5. Ibu Dra.Serafin Wisni Septiarti,M.Si. yang telah berkenan sebagai Sekretaris
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan.
7. Ketua PKBM Ngudi Makmur Pengasih Kulon Progo beserta staf jajarannya
atas ijin dan bantuan yang diberikan untuk penelitian.
8. Semua teman-teman Mahasiswa PTK- PLS angkatan 2009 yang selalu
memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan studi.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang peduli dan konsen terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar Sekolah
dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Yogyakarta,21 Desember 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Persetujuan... ii
Pernyataan... iii
Pengesahan... iv
Motto... v
Persembahan... vi
Abstrak... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar... xiv
Daftar Lampiran... xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9
A. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 9
B. Pengertian PKBM... 15
C. Pengertian Paket B ... 22
D. Kerangka Berfikir ... 25
E. Pertanyaan Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A. Pendekatan Penelitian ... 28
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 29
D. Metode Pengumpulan Data ... 32
E. Instrumen Penelitian ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 38
G. Teknik Keabsahan Data... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42
A. Diskripsi Lokasi Penelitian... 42
1. Sejarah Berdirinya Lembaga... 43
2. Letak Geografis... 46
3. Visi dan Misi Lembaga... 47
4. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas... 47
5. Program yang dilaksanakan... 51
6. Tujuan dan Hasil yang telah dicapai... 51
B. Data Hasil Penelitian ... 54
1. Keadaan Masyarakat Sekitar Lembaga... 55
2. Gambaran Umum Subyek Penelitian... 55
3. Bentuk Partisipasi Masyarakat... 56
4. Faktor pendorong dan Penghambat Partisipasi... 60
5. Upaya yang dilakukan dalam Menumbuhkan Partisipasi... 62
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 63
1. Bentuk Partisipasi Masyarakat... 63
2. Faktor pendorong dan Penghambat Partisipasi... 67
3.Upaya yang dilakukan dalam Menumbuhkan Partisipasi... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 74
A. Kesimpulan... 74
B. Saran... 76
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Teknik Pengumpulan Data... 37
Tabel 2. Data Pendidikan Formal di Desa... 45
Tabel 3. Data Pendidikan Non Formal di Desa... 45
Tabel 4. Daftar Inventaris di PKBM Ngudi Makmur... 50
Tabel 5. Program yang dilaksanakan PKBM Ngudi Makmur... 51
Tabel 6. Identitas Responden... 55
Tabel 7. Pedoman Observasi... 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Adminitrasi Kecamatan Pengasih... 44
Gambar 2. Struktur organisasi PKBM Ngudi Makmur... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Pengumpulan data... 79
Lampiran 2. Catatan Lapangan... 87
Lampiran 3. Display Data... 106
Lampiran 4. Foto Hasil Penelitian... 110
Lampiran 5. Data Peserta didik ... 116
Lampiran 6. Ijin Penelitian... 117
Lampiran 7. Surat Keterangan... 118
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi dewasa ini, pentingnya pendidikan dalam rangka
pengembangan potensi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia,
mengingat globalisasi akan menjadikan kondisi kehidupan penuh dengan
persaingan yang memerlukan kualitas sumber daya manusia sebagai penentu
keberhasilan dalam menghadapi semua itu. Perkembangan Ilmu dan
Teknologi yang sangat cepat, keunggulan suatu bangsa tidak dapat lagi
mengandalkan pada sumber daya alam, melainkan harus pada sumber daya
manusia yang aktif dan kreatif.
Tuntutan pengembangan sumber daya manusia dari waktu kewaktu
semakin meningkat. Oleh karena itu layanan pendidikan harus mampu
mengikuti perkembangan tersebut. Selain keluarga dan sekolah, masyarakat
memiliki peran tersendiri terhadap pendidikan, antara lain pendewasaan dan
pematangan individu. Aktivitas pendidikan telah dimulai semenjak individu
pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Sehingga pendidikan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan
masyarakat, Ikut berpartisipasi dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung merupakan peran dari kelompok masyarakat. Antara
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memiliki keterikatan yang
sangat kuat. Masyarakat merupakan pembantu pada proses pematangan
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti diatas maka perlu
diadakan pemerataan pendidikan dan kesempatan belajar. Untuk melakukan
pemerataan kesempatan belajar bagi setiap warga negara Indonesia, maka
pada tahun 1994 lalu pemerintah mencanangkan program Wajar Dikdas
sembilan tahun bagi seluruh warga negara. Di Indonesia upaya peningkataan
pendidikan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia menjadi target
utama dalam pembangunan masyarakat oleh pemerintah. Untuk
mensukseskan Wajib Belajar pendidikan dasar sembilan tahun, diperlukan
partisipasi semua pihak antara lain keluarga, masyarakat, pemerintah dan
organisasi sosial. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
penanaman nilai-nilai yang akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sehingga mampu selaras dan dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1) tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu: Pendidikan
formal, Non formal dan In formal. Melalui pendidikan non formal pemerintah
dalam hal ini Direktorat Pendidikan Masyarakat, Dirjen PLS dan pemuda,
(1) Program Paket A, yaitu program yang memeberikan pelayanan
pendidikan setara sekolah Dasar, (2) program Paket B, yaitu program yang
memberikan layanan pendidikan setara sekolah menengah pertama/SMP dan
(3) Program paket C, yaitu program yang memberikan layanan pendidikan
setara sekolah menengah atas/SMA.
Pendidikan kesetaraan merupakan proses pemberian kekuatan atau daya
dalam bentuk pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran,
pengertian dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan sosial,
ekonomi, budaya dan politik, sehingga pada akhirnya mereka memiliki
kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam
masyarakat. Ditegaskan pada (UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1)
bahwa “ Pendidikan non formal termasuk pendidikan kesetaraan berfungsi
sebagai pengganti (substitute), penambah (suplement), dan/atau pelengkap
(complement), pendidikan formal dalam rangka life long education.’’
Sehingga untuk mendapatkan output yang berkualitas dan mampu bersaing
ditentukan oleh kapabilitas yang dimiliki oleh tenaga pendidik, lembaga
pelaksana dan partisipasi dari masyarakat sekitar. Bahkan sekarang ini
pendidikan luar sekolah sudah menjadi alternatif proses dan belajar mengajar
dikarenakan asumsi masyarakat kelas bawah yang menganggap kurangnya
jaminan yang pasti bahwa pendidikan itu dapat membawa perubahan
ekonomi dan jaminan kesejahteraan keluarga.
Peran pendidikan Kesetaraan baik program Paket A, B, dan C sangat
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Penyelenggaraan program ini
terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan
ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti
daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum
memiliki fasilitas pendidikan yang memadai. Memahami nilai dan manfaat
program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat
untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan.
Pendidikan kesetaraan dapat dilaksanakan pada satuan pendidikan
nonformal seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM) pondok pesantren, komunitas sekolah
rumah/ homeschooling, dan satuan pendidikan sejenis lainnya. Dari berbagai
lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan tersebut, “PKBM merupakan
salah satu alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang pemberdayaan
masyarakat, PKBM diharapkan dapat menjadi sentra seluruh kegiatan
pembelajaran masyarakat, kemandirian dan kehandalannya perlu dijamin
semua pihak” (Sihombing,1999:104).
Data Program Pendidikan Nonformal Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011 menunjukkan
jumlah sasaran program Keaksaraan 45.717 orang, sasaran program Paket A
459 orang, jumlah sasaran program Paket B 11.342 orang, sasaran program
lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat 217 lembaga, jumlah organisasi
pemuda 35 organisasi, dan jumlah organisasi olahraga 50 organisasi.
Melihat data diatas dapat kita ketahui bahwa sasaran program
kesetaraan terutama program kesetaraan Paket B masih cukup tinggi. Hal ini
mendorong lembaga pendidikan Non formal seperti PKBM yang dikelola
masyarakat untuk menyelenggrakan program tersebut dengan tujuan
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Pendidikan luar sekolah yang
akan diteliti dan dalam karya ilmiah ini mengenai pendidikan kesetaraan
Paket B yang diselenggarakan di PKBM.
Program layanan satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan
ditengah masyarakat merupakan bagian dari pembangunan masyarakat lokal
yang diselenggarakan oleh masyarakat itu sendiri sehingga berbagai program
pendidikan Nonformal dapat menjadi layanan pendidikan yang
diselenggarakan oleh, untuk, dan dari masyarakat itu sendiri. Upaya untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Paket B
sangat diperlukan. Penyelenggaraan pendidikan Paket B ini harus mengacu
pada pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan dukungan
potensi lokal dan partisipasi masyarakat sekitar lembaga penyelenggara.
Keberadaan PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Ngudi Makmur,
ikut berperan serta dalam menyelenggarakan pendidikan Paket B dalam
meningkatkan kualitas pendidikan yang sedang di butuhkan oleh masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk
PKBM Ngudi Makmur didalam melaksanakan program pendidikan program
Paket B, sehingga dapat memberikan arti yang signifikan natinya bagi
kemajuan daerahnya sendiri.
B.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa permasalahan
yang ada di PKBM Ngudi Makmur tersebut, sebagai berikut:
1. Pendayagunaan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan
belum maksimal.
2. Peran masyarakat dalam pendidikan masih rendah dan kurang menyadari
pentingnya Pendidikan.
3. Asumsi masyarakat bahwa pendidikan hanya pada jalur formal , sehingga
kurangnya partisipasi masyarakat terhadap pendidikan Nonformal seperti
program Paket B.
4. Warga masyarakat tidak mengetahui keberadaan PKBM di lingkungannya
sebagai penyelenggara Paket B.
5. PKBM Ngudi Makmur kurang mengikutsertakan masyarakat sekitar
dalam kegiatan yang dilaksanakan di PKBM tersebut.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu kompleknya masalah, agar penelitian ini terfokus dan
lebih mendalam maka permasalahan dibatasi pada partisipasi masyarakat
program pendidikan berdasarkan standar kompetensi lulusan, serta peningkatan
hasil belajar warga belajar dilihat dari berapa jumlah warga belajar yang
mengikuti program pendidikan di PKBM tersebut.
D. Rumusan Masalah
Merujuk pada hasil identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program
Paket B di PKBM Ngudi Makmur?
2. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam
partisipasi masyarakat terhadap program Paket B di PKBM Ngudi
Makmur?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan pengelola PKBM Ngudi Makmur
dalam menumbuhkan partisipasi di masyarakat?
E.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1. Mendiskripsikan bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggarakan
program Paket B di PKBM Ngudi Makmur.
2. Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat pelaksanaan partisipasi
masyarakat terhadap program Paket B di PKBM Ngudi Makmur.
3. Mendiskripsikan upaya pengelola PKBM Ngudi Makmur dalam
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi
tentang pendidikan luar sekolah khususnya program pendidikan
Program Paket B.
b. Mengembangkan konsep-konsep yang ada di dalam pendidikan luar
sekolah khususnya mengenai konsep partisipasi juga diharapkan dapat
menjadi pendorong atau bahan kajian penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan informasi dan masukan yang lebih jauh tentang
kegiatan tentang pelaksanaan Pembelajaran dalam Program Paket B.
2. Bagi Tutor dan Penyelenggara
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam memperbaiki dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Partisipasi Masyarakat
1.Pengertian Partisipasi
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, “Partisipasi adalah hal turut
berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta.” (Departemen
Pendidikan Nasional, 2005:1198). Seperti diungkapkan bahwa: “ Partisipasi
adalah keterlibatan mental atau fikiran dan perasaan seseorang didalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan tertentu serta turut bertanggung
jawab terhadap usaha yang bersangkutan.” (Sastropeotro 1988:13).
Hal senada diungkapkan bahwa: “ Partisipasi adalah keterlibatan orang
secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari perintah.” Hetifah (2003: 188).
Dari pendapat ini mengandung arti bahwa seseorang dikatakan turut
berpatisipasi apabila hal tersebut dilakukan secara sukarela dan sadar tanpa
adanya paksaan maupun tekanan, serta bukan karena ada yang memberi
perintah tetapi murni dari keikhlasan seseorang dalam berpartisipasi.
Menurut FAO dalam Britha Mikkelsen yang dikutip oleh (Hiryanto,
2005:58-60) menyatakan bahwa partisipasi memiliki arti:
a. Kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.
b. Membuat peka msayarakat untuk meningkatkan kemampuaan
c. Suatau proses aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil ininsiatif dan menggunakan kebebasanya untuk melakukan hal itu.
d. Pemantapan dialog antara masyarakat setempat yang memerlukan
persiapan,pelaksanaan,monitoring proyek agar semua memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.
e. Keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukan sendiri.
f. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,kehidupan dan
lingkungan mereka.
Berdasarkan beberapa pengertian partisipasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa partisipasi bukan hanya keterlibatan yang sifatnya fisik
atau lahiriah saja, tetapi keterlibatan ini menyangkut pikiran dan perasaan.
Adanya kesediaan memberikan sumbagan untuk usaha untuk mencapai
tujuan dengan rasa suka rela dan adanya rasa tanggung jawab.
2. Pengertian Masyarakat
“Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang beriteraksi menurut
suatu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas” (Koentjaraningrat 1981: 146-147). Sedangkan
menurut (Mayo 1998:162) masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep
yaitu:
a. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah
wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.
b. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama” yakni kesamaan
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, yang dimaksud dengan
masyarakat adalah sekumpulan orang yang tinggal disatu wilayah dimana
setiap anggotanya mempunyai satu rasa identitas dan kepentingan bersama
untuk mencapai tujuan. Adapun yang dimaksud partisipasi dalam penelitian
ini adalah keterlibatan masyarakat secara fisik,mental,dan emosi seseorang
dalam situasi tertentu yang mendorong masyarakat untuk menyumbang
demi tercapainya tujuan. Partisipasi masyarakat ini berupa tenaga,dana,
barang serta ide maupun gagasan.
3. Bentuk Partisipasi
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dilontarkan (Sukmana, 2009:17)
dan menjelaskan jenis partisipasi terdiri, yaitu:
a. Partisipasi buah fikiran, yaitu menyumbangkan ide/gagasan,
pendapat,pengalaman, untuk keberlangsungan suatu kegiatan. b. Partisipasi tenaga, dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau
pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, partisipasi spontan atas dasar sukarela.
c. Partispasi harta benda, menyumbangkan materi berupa uang,
barang dan penyediaan sarana atau fasilitas untuk kepentingan program.
d. Partisipasi keterampilan, yaitu berupa pemberian bantuan skill yang dia miliki untuk perkembangan program.
e. Partisipasi sosial yaitu keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial demi kepentingan bersama.
Pendapat senada menyoroti bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. (Isbandi 2007: 27).
Pendapat diatas dapat disimpulkan jenis atau bentuk partisipasi
adalah tenaga,buah fikiran, ide/gagasan, pendapat,pengalaman yang
disumbangkan dalam kegiatan-kegiatan sosial demi kepentingan bersama.
4. Faktor yang mempengaruhi Partsipasi Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu
program juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Ada 4 faktor yang
dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari
luar/lingkungan, yaitu:
1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;
2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat;
3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;
4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam
keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok (Holil, 1980: 10).
Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, di pengarui faktor dari luar
masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.
masyarakat. Sedangakan (Hetifah,2003:188),faktor yang mendorong
kerelaan orang untuk terlibat dalam partisipasi antara lain:
a. Kepentingan pribadi,yaitu seseorang turut berpartisipasi untuk
mendapatkan penghargaan dari orang lain guna meningkatkan pretise
b. Solidaritas,yaitu seseorang memiliki jiwa sosial yang berusaha ikut merasakan dan membantu apa yang sedang dialami orang lain.
c. Memiliki tujuan yang sama, yaitu dengan berpartisipasi dalam
bentuk apapun(fisik dan lain sebagainya) tetapi memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan masyarakat menjadi lebih baik.
d. Ingin melakukan langkah-langkah yang sama walaupun tujuannya
itu berbeda.Tujuan ini disesuaikan untuk kepentingan apa masyarakat tersebut berpartisipasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang
mempengarui partisipasi masyarakat adalah adanya kesadaran dari
masyarakat untuk berpartisipasi yang timbul dari faktor internal maupun
ekternal masyarakat itu sendiri.
5. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan
Tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan.
Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 7 tingkatan, yang
dimulai dari tingkat terendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkatan
tersebut terinci sebagai berikut:
a. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia.
Jenis PSM ini adalah jenis yang paling umum. Masyarakat hanya
b. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan
tenaga. Pada PSM jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam
perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan
menyumbangkan dana, barang, dan/atau tenaga.
c. Peran serta secara pasif. Artinya, menyetujui dan menerima apa
yang diputuskan oleh pihak sekolah (komite sekolah), misalnya
komite sekolah memutuskan agar orangtua membayar iuran bagi
anaknya yang bersekolah dan orangtua menerima keputusan
tersebut dengan mematuhinya.
d. Peran serta melalui adanya konsultasi. Orang tua datang ke sekolah
untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami
anaknya.
e. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam
kegiatan sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah
ketika ada studi banding, kegiatan pramuka, kegiatan keagamaan,
dan sebagainya.
f. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan/
dilimpahkan. Misalnya, sekolah meminta orangtua/masyarakat
untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah
jender, gizi. Dapat juga berpartisipasi dalam mencatat anak usia
sekolah di lingkungannya agar sekolah siap menampungnya,
g. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/masyarakat
terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan (baik akademis
maupun non akademis) dan ikut dalam proses pengambilan
keputusan dalam rencana. Menurut Dzaki (2009) Diakses dari
(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/jenis-
jenis-peranserta-masyarakat.html. )
Dalam UU No.2 tahun 1989 “ Sumberdaya pendidikan adalah
dukungan dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai
tenaga, dana, sarana dan prsarana yang tersedia yang digunakan dan
didayagunakan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat, peserta didik dan
pemerintah secara bersama-sama.” ( Abudin Nata, 2003:147).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan peranserta
masyarakat dalam pendidikan adalah dukungan dan penunjang pelaksanaan
pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana dan prasarana.
B. PKBM
1. Pengertian PKBM
Menurut Direktorat PTK-PNF (2006), bahwa “Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran
masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan
pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya”. Diakses dari
Pendapat senada menurut Mustofa Kamil (2011:85),yaitu:
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan di luar system pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Lebih jauh lagi menurut PKBM adalah “sebuah model pelembagaan”
(Umberto Sihombing 1999:113). yang diartikan, bahwa PKBM sebagai
basis pendidikan masyarakat, dikelola secara profesional oleh LSM atau
organisasi kemasyarakatan lainnya, sehingga masyarakat dengan mudah
dapat berhubungan dengan PKBM dam meminta informasi tentang berbagai
program pendidikan masyarakat, persyaratannya, dan jadwal
pelaksanaannya. Pelembagaan artinya menempatkan PKBM sebagai basis
penyelenggaraan program pendidikan masyarakat di tingkat operasional
(desa/kelurahan). Program pendidikan yang selama ini terpisah-pisah dan
dilaksanakan di berbagai tempat seperti di rumah penduduk, gedung
sekolah, balai desa, dan tempat lainnya diupayakan untuk dipusatkan di
PKBM. Berdasarkan beberapa rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa
PKBM adalah suatu institusi atau lembaga, satuan, wadah, tempat dan pusat
kegiatan belajar masyarakat dalam menggali, mencari, menerima dan
bertukar informasi mengenai berbagai macam pengetahuan yang di bentuk
2.Tujuan PKBM
“Tujuan pelembagaan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan,
mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat
untuk pemberdayaan masyarakat itu sendiri” (Sihombing 2009: 87).
Sedangkan menurut (Kamil,2009:87) menjelaskan bahwa ada tiga
tujuan penting dalam rangka pendirian dan pengembangan PKBM :
Memberdayakan masyarakat agar mampu mandiri (berdaya), (b) meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi, (c) meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya sehingga mampu memecahkan permasalahan tersebut.
Tujuan PKBM tersebut sejalan dengan tujuan PKBM menurut
Direktorat PTK-PNF (2006), yaitu:
Tujuan PKBM, memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Dalam upaya menyamakan persepsi dan menyelaraskan penyelenggaraan PKBM, dengan ide dasar PKBM sebagai pusat kegiatan pendidikan luar sekolah, PKBM yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kepentingan dan kemampuan masyarakat, maka perlu dikembangkan alat ukur kelayakan penyelenggaraan PKBM. Diakses dari (http://www.jugaguru.com. 07 Maret 2012).
PKBM dibentuk bertujuan untuk memperluas kesempatan warga
masyarakat khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan tujuan PKBM adalah
kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan
untuk mengembangkan diri dan bekerja dan mencari nafkah.
3. Fungsi PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat memiliki Fungsi Menurut Mustofa
Kamil (2011:88-90), fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
yaitu sebagai:
1) Tempat belajar bagi masyarakat.
2) Tempat pusaran berbagai potensi yang ada dan berkembang di
masyarakat.
3) Pusat dan sumber informasi yang handal bagi masyarakat yang
menumbuhkan keterampilan fungsional.
4) Ajang atau tempat tukar menukar berbagai pengetahuan dan
keterampilan fungsional diantara masyarakat.
5) Tempat berkumpulnya masyarakat.
6) Loka belajar yang tidak pernah berhenti .
Terdapat beberapa fungsi PKBM yang dapat dijadikan acuan, dimana
fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan satu sama lain secara terpadu,
diantaranya:
a. Sebagai tempat masyarakat belajar (learning society), PKBM
merupakan tempat masyarakat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan bermacam ragam keterampilan fungsional sesuai dengan kebutuhannya, sehingga masyarakat berdaya dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.
b. Sebagai tempat tukar belajar (learning exchange), PKBM memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran berbagai informasi (pengalaman), ilmu pengetahuan, dan keterampilan antar warga belajar, sehingga antara warga belajar yang lainnya bisa saling mengisi.
c. Sebagai pusat informasi atau taman bacaan masyarakat
keterampilan secara aman dan kemudian disalurkan kepada seluruh masyarakat atau warga belajar yang membutuhkan.
d. Sebagai sentra pertemuan berbagai lapisan masyarakat, fungsi
PKBM dalam hal ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertemuan antar pengelola dengan sumber belajar dan warga belajar, akan tetapi PKBM berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh komponen masyaraka, dalam berbagai bidang dan sesuai dengan kepentingan, masalah dan kebutuhan masyarakat serta selaras dengan azas dan prinsip belajar masyarakat atau pengembangan pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat.
e. Sebagai pusat penelitian masyarakat (community research centre) terutama dalam pengembangan pendidikan nonformal. PKBM berfungsi sebagai tempat menggali, mengkaji, menelaah berbagai persoalan atau permasalahan dalam bidang pendidikan keterampilan baik yang berkaitan dengan program yang dikembangkan di PKBM maupun berkaitan dengan program-program yang lain yang selaras dengan azas dan tujuan PKBM. (Kamil, 2009: 89).
“Fungsi utama PKBM adalah Sebagai wadah berbagai kegiatan
belajar masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan masyarakat” (BPKB
Jayagiri 2003:4).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi PKBM sebagai
pusat bagi warga masyarakat untuk menimba ilmu dan memperoleh
berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional, pusat informasi
yang dapat didayagunakan secara tepat dalam upaya memperbaiki kualitas
4. Asas PKBM
Azas-azas PKBM meliputi: “Azas kemanfaatan, Azas kebermaknaan,
azas kebersamaan, Asas kemandirian, azas keselarasan, azas kebutuhan,
azas tolong menolong” (Sihombing,1997:108). Asas-asas yang dianut
PKBM diidentifikasi menjadi tujuh azas, dan mungkin jika dikembangkan
lagi dapat lebih dari tujuh, sepanjang azas-azas itu tidak saling bertentangan
dan sesuai dengan misi yang harus diemban PKBM.
5. Program-Program yang dikembangkan PKBM
Dijelaskan dalam Kamil (2009:93), terdapat beberapa program yang
dikembangkan di PKBM, diantaranya adalah: “Program Keaksaraan
Fungsional.Pengembangan Anak Usia Dini,Program Kesetaraan,Kelompok
Belajar Usaha, Pengembangan Program Magang pada PKBM Kursus
Keterampilan dan, Program PKBM di Luar Program Depdiknas.”
Sedangkan menurut Dikmas, terdapat 7 Program yang seyogyanya
dikembangkan oleh PKBM, diantaranya: Kesetaraan, Keaksaraan,
Pendidikan Anak Usia dini, Kursus dan Pelatihan, Kelompok Belajar Usaha,
Pendidikan Wanita dan Majelis Taklim.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa PKBM sebagai
pusat dalam menyelenggarakan pendidikan Masyarakat, program
keaksaraan kesetaraan pendidikan anak usia dini dan pendidikan kecakapan
6. Pengelolaan PKBM
PKBM merupakan sarana untuk mengintensifkan dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat yang
pelaksanaannya dipusatkan di suatu tempat yang status pengelolaan dan
kepemilikannya dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Pembentukan
PKBM dimaksudkan untuk memperluas pelayanan kebutuhan belajar
masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan dan sumber-sumber potensi
yang terdapat di sekitarnya terutama jumlah kelompok sasaran, jenis
usaha/keterampilan yang dibutuhkan secara ekonomi, sosial dan budaya.
“PKBM akan berhasil apabila pengelolaannya melaksanakan fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/penilaian” (Sukmana, 2009:41).
Langkah-langkah perencanaan PKBM adalah sebagai berikut:
“Identifikasi pembentukan PKBM , konsultasi dengan jajaran Depdikbud ,
koordinasi dengan instansi terkait , penyusunan usulan/proposal
pembentukan PKBM ,sosialisasi PKBM ,menyusun struktur organisasi ,
Mekanisme kerja , uraian tugas pengelola dan menyusun program kegiatan
belajar.” (Sukmana,2009:41).
Pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan dalam pelaksanaanya
PKBM berupaya mengembangkan berbagai macam program mulai dari
program Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) , program
Pendidikan Wanita, program Pemberantasan Buta Aksara Fungsional,
program Pendidikan Dasar untuk menunjang wajib belaja pendidikan dasar
pendidikan berkelanjutan seperti kelompok belajar usaha (KBU),
beasiswa/magang, dan kursus-kursus keterampilan yang pelaksanaanya
tersebar ke seluruh pelosok tanah air.
C. Program Paket B
“Program Paket B merupakan program pendidikan luar sekolah yang
setara dengan pendidikan formal SMP/MTs.” (Mustofa Kamil,2011:97).
Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan
nonformal setara SMP atau MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan
formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan
pendidikan dasar. Pemegang ijazah program Paket B memiliki hak eligibilitas
yang sama dengan pemegang ijazah SMP atau MTs.
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 13 ayat (1) menyebutkan “ Bahwa jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya”. Beberapa landasan hukum yang menjelaskan bahwa program
Paket B sebagai satuan program pendidikan nonformal, antara lain :
1. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tenatang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 26 ayat (3) “Pendidikan nonformal meliputi
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan parempuan, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik”.
2. PP No. 73 tentang Pendidikan Luar Sekolah, pasal 18 ayat (1)
“pendidikan luar sekolah yang setara dengan pendidikan dasar
diselenggarakan pada kelompok A dan kelompok belajar Paket B”
dan pada ayat (3) menyebutkan bahwa “kelompok belajar Paket B
diselenggarkan bagi sekumpulan warga belajar untuk memperoleh
pendidikan setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama”.
Mengacu pada standar nasional pendidikan Muatan kurikulum
Pendidikan Kesetaraan meliputi mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri. Pengaturan beban belajar diatur dengan menggunakan
dua sistem Jam belajar : Pertemuan sistem tatap muka (reguler), dan
Satuan Kredit Kesetaraan (SKK).
Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.14 tahun
2007 tentang standar isi untuk program kesetaraan, menejelasakan bahwa isi
kurikulum pendidikan kesetaraan, meliputi :”(1) Pendidikan Agama Islam
(2) Pendidikan Kewarganegaraan (3) Bahasa (4) Ilmu Pengetahuan Alam
(5) Ilmu Pengetahuan Sosial (6) Seni dan Budaya (7) Penjaskes, Olah Raga
dan Kesehatan (8) Keterampilan dan Kejuruan (9) Muatan Lokal.”
Kurikulum pendidikan kesetaraan memiliki kekhususan isi,
sekurang-kurangnya memuat mata pelajaran berorientasi akhlak mulia dan
akademik yang setara dengan kompentensi minimal dasar dan menengah.
bekerja, kewirausahaan, berusaha mandiri dan membuka lapangan kerja
yang disesuaikan dengan potensi daerah. Pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar program Kesetaraan Paket B
adalah :
1) Induktif, pendekatan ini pada dasarnya adalah memilih materi
pembelajaran yang khusus untuk kemudian dikembangkan
menjadi hal-hal yang bersifat umum.
2) Tematik, pendekatan tematik ini mendekatkan proses pembelajaran
dengan tema sehari-hari.
3) Konstruktif, adalah pola pembelajaran yang dilaksanakan memiliki
sifat membina, memperbaiki, membangun dan sebagainya, yang
dianggap akan memberikan kontribusi dalam perbaikan kondisi
kehidupan warga belajar, baik wawasan, keterampilan maupun
sikap hidup.
Menurut Mustofa Kamil (2011:97-98), sasaran Program Paket B
adalah seluruh lapisan masyarakat yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Lulusan Paket A atau SD
2) Belum menempuh pendidikan di SMP atau MTs dari kelompok
usia 15 – 44 tahun dengan prioritas usia 16 – 18 tahun, kecuali bagi peserta didik yang menentukan Paket B atas pilihan sendiri atau yang belum tuntas wajib belajar 9 tahun.
3) Putus SMP atau MTs
4) Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri
5) Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (waktu, geografi, ekonomi, sosial, hukum, dan keyakinan)
Pelaksanaan program Paket B dapat disimpulkan harus memiliki
kurikulum pendidikan kesetaraan Paket B meliputi mata pelajaran umum dan
muatan lokal,pengembangan diri dan kecakapan hidup dengan pendekatan
pembelajaran yang Induktif,Tematik dan Konstruktif.
D. Kerangka Berfikir
Partisipasi bukan hanya merupakan keterlibatan yang sifatnya fisik atau
lahiriah saja, tetapi keterlibatan ini menyangkut pikiran dan perasaan , adanya
kesediaan memberikan sumbagan untuk usaha untuk mencapai tujuan dengan
rasa suka rela dan adanya rasa tanggungjawab yang dilakukan oleh
sekumpulan orang yang tinggal disatu wilayah dimana setiap anggotanya
mempunyai satu rasa identitas dan kepentingan bersama untuk mencapai
tujuan, keterlibatan secara fisik,mental,dan emosi seseorang dalam situasi
tertentu yang mendorong masyarakat untuk menyumbang demi tercapainya
tujuan. Partisipasi masyarakat ini berupa tenaga,dana, barang serta ide maupun
gagasan yang disumbangkan dalam kegiatan-kegiatan sosial demi kepentingan
bersama yang dipengaruhi adanya kesadaran dari masyarakat yang timbul dari
faktor internal maupun ekternal masyarakat itu sendiri.
PKBM merupakan suatu institusi atau lembaga, satuan, wadah, tempat
dan pusat kegiatan belajar masyarakat dalam menggali, mencari, menerima
dan bertukar informasi mengenai berbagai macam pengetahuan yang di
bentuk dari, oleh dan untuk masyarakat melalui pendekatan partisipatif,dengan
tujuan untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan memperdayakan dan
kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan
untuk mengembangkan diri dan bekerja dan mencari nafkah.
Fungsi PKBM sebagai pusat bagi warga masyarakat untuk menimba
ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan
fungsional, pusat informasi yang dapat didayagunakan secara tepat dalam
upaya memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan Masyarakat, program keaksaraan ,program
kesetaraaan ,pendidikan kecakapan hidup,pengembangan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) , program Pendidikan Wanita, program Pemberantasan
Buta Aksara Fungsional, program kesetaraan dan Pendidikan Dasar untuk
menunjang wajib belaja pendidikan dasar 9 tahun yaitu program Paket A dan
program Paket B setara SLTP serta pendidikan berkelanjutan seperti
kelompok belajar usaha (KBU), beasiswa/magang, dan kursus-kursus
keterampilan yang pelaksanaanya tersebar ke seluruh pelosok tanah air.
Pelaksanaan program Paket B harus memiliki kurikulum yang mengacu
pada standar nasional pendidikan, muatan kurikulum pendidikan kesetaraan
Paket B meliputi mata pelajaran umum dan muatan lokal,pengembangan diri
dan kecakapan hidup dengan pendekatan pembelajaran yang Induktif,Tematik
E. Pertanyaan Penelitian
1. Apa bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program
Paket B di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Ngudi Makmur?
2. Apa faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan program Paket B di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat Ngudi Makmur?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan pengelola Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat Ngudi Makmur dalam menumbuhkan partisipasi di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian dari merumuskan
masalah sampai dengan penarikan kesimpulan. (Sugiyono,2010:06),
mengungkapkan bahwa “Metode penelitian pendidikan dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.”
Kemudian (Nana Sudjana,1995:64) menjelaskan bahwa “Penelitian
diskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.” “ Penelitian diskriptif
tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan apa
adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan” (Suharsimi
Arikunto,1995:201).
Penelitian ini dengan pendekatan driskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi
sasaran penelitian pengelola ,pendidik,peserta didik dan tokoh masyarakat di
sekitar PKBM Ngudi Makmur Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo,
tentang partisipasi masyarakat didalam pelaksanaan program Paket B di
PKBM Ngudi Makmur.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian diperlukan sebagai pemberi keterangan data-data atau
key informan adalah orang-orang yang terlibat langsung , menjadi pelaku dan
dapat memberikan informasi kepada peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.
1. Ketua Program Paket B PKBM Ngudi Makmur
Ketua Program Paket B PKBM sebagai penanggung jawab dan
mempunyai wewenang terhadap penyelenggaraan program. Informan
tersebut mengetahui data tentang masalah yang akan diteliti dan dapat
memberi informasi yang lengkap dan sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Pendidik atau Narasumber Teknis
Pendidik merupakan orang yang berperan langsung dalam proses
pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pendidik dapat memberikan informasi yang lengkap dan sesuai
dengan tujuan penelitian.
3. Peserta didik
Peserta didik mengetahui materi pendidikan yang diberikan oleh
pendidik, peserta didik dapat memberikan informasi dengan baik
kepada peneliti, responsif, mudah bergaul, dan aktif dalam proses
4. Tokoh Masyarakat
Merupakan anggota masyarakat/Kepala dukuh yang berperan
langsung dalam proses partisipasi dan merupakan tokoh masyarakat
yang berkontribusi dalam pelaksanan program Paket B sehingga
dapat memberikan informasi yang bersumber dari luar lembaga
PKBM.
Objek penelitian adalah suatu yang dijadikan sasaran untuk diteliti,
adapun objek penelitian penelitian ini partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan Program Paket B yang sedang dilaksanakan.
C. Lokasi,Waktu dan Seting Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di PKBM Ngudi Makmur, Kecamatan Pengasih
Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena peneliti
ingin memahami dan mengungkap keunikan secara mendalam bagaimana
partisipasi masyarakat dalam membantu keberhasilan Program Paket B
yang dilaksanakan oleh PKBM Ngudi Makmur secara komprensif dan
rinci.
2. Waktu Kegiatan penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu, mulai
bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Tahap-tahap yang
dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Tahap pengumpulan data awal, yaitu melakukan observasi awal
pemberdayaan yang dilaksanakan,wawancara formal pada obyek
penelitian.
b. Tahap penyusunan proposal penelitian. Dalam tahapan ini dilakukan
penyusunan proposal dari data-data yang telah dikumpulkan mulai
tahap penyusunan data awal.
c. Tahap perijinan. Pada tahap ini dilakukan pengurusan perijinan untuk
penelitian.
d. Tahap pengumpulan data dan analisis data. Pada tahapan ini
dilakukan pengumpulan data yang sudah didapat dan dilakukan
analisis data untuk pengorganisasian data, tambulasi data, interpretasi
dan penyimpulan data.
e. Tahap penyusunan laporan.Tahapan ini dilakukan untuk menyusun
seluruh data dari hasil penelitian yang didapat,selanjutnya disusun
sebagai laporan penelitian.
3. Seting penelitian ini adalah pelaksanaan Program Paket B kelas III di
PKBM Ngudi Makmur. Berdasarkan dimensi dari tempat penelitian ini,
peneliti memfokuskan pengamatan pada tempat lembaga PKBM
berada,masyarakat sekitar,tempat pembelajaran baik didalam maupun
diluar kelas,guna mengetahui kebiasaan pendidik meliputi aktivitas
pendidik pada waktu pembelajaran dan proses partisipasi dari
D. Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data dimana satu dan yang lain
mempunyai fungsi yang berbeda dan dapat digunakan secara tepat sesuai
dengan tujuan penelitian dan jenis data yang akan digali. (Suharsimi Arikunto,
2010:192), menjelaskan sebagai berikut:
Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode wawancara,maka didalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini,pewawancara menggunakan alat bantu. Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan,serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima. Ancer-ancer ini disebut pedoman wawancara (interview guide). Oleh karena pedoman wawancara ini merupakan alat bantu, maka disebut juga instrumen pengumpulan data.
Berdasar pendapat tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode
antara lain observasi atau pengamatan,wawancara atau interview,dan
dokumentasi dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Observasi
“Observasi disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh
panca indra” (Suharsimi Arikunto,2010:199). Observasi adalah instrumen
lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam penelitian
kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat
pelengkap instrumen lain, termasuk kuesioner dan wawancara. Dalam
observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari panca
indranya yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif
tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya,
instrumen observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi
yang berupa pendapat atau persepsi dari subjek yang diteliti. Untuk
memaksimalkan hasil observasi, peneliti menggunakan alat bantu yang
sesuai dengan kondisi lapangan. Di antara alat bantu observasi tersebut
misalnya termasuk buku catatan dan check list yang berisi objek yang
perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan. Alat lain yang juga
penting yaitu kamera, film proyektor, dan sebagainya. Karena banyaknya
alat bantu observasi, maka peneliti dapat memilih yang tepat dan dapat
memaksimalkan pengambilan data di lapangan, Metode observasi dalam
penelitian ini adalah observasi partisipasi. Observasi partisipasi ini
merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi antara
peneliti dengan informan dalam suatu latar penelitian selama pengumpulan
data berlangsung,secara sistimatis tanpa menampakkan peneliti sebagai
seorang peneliti. Pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan
tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka,
sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi
secara wajar.
Teknik wawancara ini banyak digunakan dalam penelitian
pendidikan karena mempunyai beberapa keunggulan yang mungkin tidak
dimiliki oleh instrumen penelitian lainnya. Beberapa keunggulan itu adalah
Penelitian memperoleh rerata jawaban yang relatif tinggi dari
responden mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidakjelasan
pertanyaan, Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih
teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh
pertanyaan dalam proses wawancara.Pencatatan data dilakukan setelah
observasi atau wawancara selesai. Observasi dalam penelitiaan ini
digunakan untuk mengenali data mengenai partisipasi masyarakat dalam
kontek pelaksanaan Program Paket B di PKBM Ngudi Makmur.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberi jawaban atas pertanyaan (Moleong,2012:186).
Esterberg yang dikutip oleh (Sugiyono,2010:317), “mendefinisikan
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.” Wawancara berfungsi untuk pengambilan data di
lapangan adalah menggunakan teknik wawancara. Pada teknik ini peneliti
datang berhadapan muka secara langsung dengan responden atau subjek
yang diteliti dan menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada
responden. Hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian.
Pada wawancara ini dimungkinkan peneliti dengan responden melakukan
tanya jawab secara interaktif maupun secara sepihak saja misalnya dari
Maksud digunakan Metode ini adalah untuk memperoleh keterangan
atau data yang diperlukan untuk tujuan penelitian. Data yang digali
melalui wawancara ini berkaitan dengan pendapat atau pertanyaan dari
sumber data. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara tersetruktur. “ Wawancara tersetruktur adalah
pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan” (Moleong,2012:190). Wawancara terstruktur yaitu
wawancara di mana peneliti ketika melaksanakan tatap muka dengan
responden menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan lebih
dahulu. Penggunaan pedoman secara terstruktur ini penting bagi peneliti
agar mereka dapat menekankan pada hasil informasi yang telah
direncanakan dalam wawancara.
Wawancara diadakan dalam bentuk percakapan antara interviewer
dengan interviewee Seperti dirumuskan dalam panduan wawancara.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data primer
mengenai bentuk partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Program
Paket B di PKBM Ngudi Makmur Kecamatan Pengasih Kulon Progo.
Wawancara digunakan untuk menggali data secara mendalam sebagai
kelengkapan untuk memproleh makna dari informasi yang dikumpulkan
melalui pengmatan. Wawancara dalam penelitian ini dengan tanya jawab
kepada peserta didik, tutor, pengelola ,kepala dukuh sebagai tokoh
masyarakat informan yang dianggap mengerti dan mengetahaui
tentang partisifasi masyarakat dalam membantu keberhasilan Program
Paket B yang dilaksanakan oleh PKBM Ngudi Makmur. Adapun
permasalahan yang ditanyakan oleh peneliti, diantaranya: Proses partisipasi
masyarakat dan hasil yang dicapai dalam keberhasilan program Paket B
tersebut.
3.Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk
mengungkapkan data-data yang bersifat kongkrit dokumenter atau
tertulis,terpampang ataupun dapat dibaca. Obyek yang diperhatikan dalam
memperoleh informasi,memperhatikan tiga macam sumber yaitu:
tulisan,tempat,dan kertas atau orang.
Menurut Guba dan Lincoln dalam (Lexy J.Moleong,2012:216),
“dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film.” Menurut Suharsimi
Arikunto (2010:274), “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.”
Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan
teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh
informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada
pada responden atau tempat, di mana responden bertempat tinggal atau
melakukan kegiatan sehari-harinya.
Sumber dokumen yang ada pada umumnya dapat dibedakan menjadi
instruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor atau
organisasi yang bersangkutan dan sumber dokumentasi tidak resmi yang
mungkin berupa surat nota, surat pribadi yang memberikan informasi kuat
terhadap suatu kejadian. Di samping itu dalam penelitian pendidikan,
dokumentasi yang ada juga dapat dibedakan menjadi dokumen primer,
sekunder, dan tersier yang mempunyai nilai keaslian atau autentisitas
berbeda-beda. Dokumen primer biasanya mempunyai nilai dan bobot lebih
jika dibanding dokumen sekunder. Sebaliknya dokumen sekunder juga
mempunyai nilai dan bobot lebih jika dibandingkan dengan dokumen
tersier, dan seterusnya. Peneliti sebaiknya memanfaatkan kedua sumber
dokumentasi tersebut secara intensif, agar mereka dapat memperoleh
informasi secara maksimal, yang dapat menggambarkan kondisi subjek
atau objek yang diteliti dengan benar. Dalam penelitian ini dokumentasi
digunakan untuk menggungkap data-data mengenai hasil partisipasi
[image:51.595.134.516.527.700.2]dimasyarakat dalam keberhasilan Program Paket B di PKBM.
Tabel 1.
Teknik Pengumpulan Data
No Aspek Sumber Data Teknik Pengumpulan
Data 1. 2. 3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program paket B Pelaksanaan Program Paket B
Faktor pendukung dan pengahambat
Pengelola dan Tokoh masyarakat sekitar PKBM
Pengelola,Pendidik dan Peserta didik
Pengelola PKBM Tokoh masyarakat Wawancara,Observasi, Dokumentasi Wawancara,Observasi, Dokumentasi Wawancara,Observasi, Dokumentasi
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau disebut juga dengan alat pengumpul data
diperlukan sebagai alat pendukung bagi peneliti dalam pengumpul data.
(Suharsimi Arinkunto,2010:203), mengemukakan bahwa “instrumen
penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat,lengkap sistematis sehingga lebih mudah diolah”.
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang
didukung dengan alat bantu berupa pedoman observasi dan pedoman
wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisa secara diskriptif
kualitatif,artinya data yang diperoleh dalam penelitian diinterpretasikan secara
kualitatif untuk mengambil kesimpulan. Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari beberapa sumber,dari wawancara
dengan responden,pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan,dokumentasi,observasi yang kemudian didiskripsikan dan
diinterpretasikan dari jawaban yang diperoleh.
Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh (Moleong,2012:248),
“analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.
Teknik Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat
ditafsirkan. Analisis data yang digunakan yaitu berupa display data. Display
data dalam penelitiaan ini menguraikan segala sesuatu yang terkait dengan
partisipasi masyarakat didalam pengelolaan Program Paket B di PKBM Ngudi
Makmur. Pendiskripsian ini dilakukan berdasarkan apa yang dilihat atau
diperoleh selama penelitian.
Mile dan Huberman (1984) yang dikutip (Sugiyono,2011:246),
mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data, yaitu: data reduction,
data display, and data conclusion drawing verification”. Secara lebih jelas
dijabarkan sebagai berikut:
1) Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang didapat dari catatan
di lapangan dengan tujuan untuk menggolongkan, mengarahkan, dan
membuang data yang tidak perlu sehingga ditarik suatu kesimpulan.
2) Display data (Data Display)
Display data adalah hasil reduksi data kemudian disajikan dalam
laporan yang sistematis dan mudah dibaca atau dipahami sesta
Sajian data merupakan sekumpulan informan yang tersusun dan
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Melalui sajian data peneliti akan dapat
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
yang memungkinkan untuk menganalisis dan mengambil tindakan
lain berdasarkan pemahamam.
3) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Kesimpulan yaitu peneliti mencari makna dari data yang terkumpul
kemudian menyusun pola hubungan tertentu ke dalam satu kesatuan
informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan sesuai dengan
masalahnya. Dalam tahapan ini dimana peneliti harus memakai data
yang terkumpul kemudian dibuat dalam pernyataan singkat dan
mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti. Data
tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan lainnya sehingga
mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan
G. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data yang telah terkumpul dalam penelitian dilakukan
dengan teknik trianggulasi, yaitu dengan cara mencari data yang mendukung
atau tidak bertentangan dengan tujuaan penelitian yang telah dirumuskan.
Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana temuan-temuan yang ada
dilapangan benar-benar representatif. “Trianggulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu” (Moleong,2012:330).
(Sugiyono,2011:330), mengatakan “bahwa dalam teknik pengumpulan
data, trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
sudah ada”. Trianggulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama.
Penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber data dengan
melakukan pengecekan dari informan yang berbeda-beda sehingga
didapatkan kesamaan informasi dari bermacam-macam informan tersebut.
Pengecekan dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil
obsevasi,wawancara,dan dokumentasi yang berkaitan dengan topik
permasalahan. Selanjutnya hasil wawancara tersebut di cross check lagi
melalui hasil observasi yang telah dilakukan dan mengecek dokumen yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Diskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya PKBM Ngudi Makmur
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi Makmur
merupakan salah satu lembaga Pendidikan Non Formal yang berada di Desa
Pengasih Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Sejarah berdirinya
lembaga ini berawal dari kebutuhan pendidikan yang teramat besar didaerah
Pengasih, membuat beberapa tokoh pemuda berkumpul dan berinisiatif
mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang berfungsi untuk mewadahi
dan memfasilitasi pendidikan di masyarakat. Baik untuk kepentingan
pendidikan warga belajarnya maupun untuk pendidik, tenaga kependidikan,
ataupun semua warga masyarakat yang terlibat dan secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan terjadinya interaksi dan komunikasi akan terserap
berbagai informasi baik dari pendidik, tenaga kependidikan maupun
berbagai komponen di masyarakat.
Untuk itulah beberapa tokoh masyarakat bersama dengan beberapa
lembaga desa membentuk wadah pembelajaran masyarakat dengan nama
”Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi Makmur” didirikan
pada tanggal 02 Mei 2003. Sebab PKBM merupakan salah satu satuan
pendidikan Non Formal yang dapat melaksanakan berbagai program
kegiatan seperti : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Keaksaraan,
Bacaan Masyarakat (TBM). PKBM didirikan atas prinsip dari oleh dan
untuk masyarakat, untuk itu PKBM mutlak sangat diperlukan guna
memberdayakan dan membelajarkan masyarakat agar semakin cerdas,
terampil, mandiri dan berakhlak mulia guna meningkatkan kualitas
hidupnya.
2. Letak Geografis
a.Wilayah
PKBM Ngudi Makmur berada di Pedukuhan Jamus, Desa Pengasih,
Kecamataan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, gambaran umum Desa
Pengasih dengan jumlah Kepala Keluarga 2429 KK atau 8.555 jiwa.
4.220 jiwa penduduk Laki-laki, 4.335 jiwa penduduk Perempuan,
terdiri dari 13 pedukuhan 28 RW dan 65 RT, Luas wilayah Desa
Pengasih 676,7350 ha.
1) Batas Wilayah Desa
a)Sebelah Utara Desa Sendangsari.
b)Sebelah Selatan Desa Margosari dan Desa Wates.
c)Sebelah Barat Desa Karangsari.
d)Sebelah Timur Desa Margosari.
2) Kondisi Geografis Desa
a)Ketinggian Tanah dari Permukaan laut 18 Meter.
b)Banyak curah Hujan 2.550 – 3.000 Mm / Tahun.
d)Suhu udara rata – rata 24 – 33 Co
3) Orbitan ( Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa )
a)Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan 0,5 Km.
b)Jarak dari Ibukota Kabupaten 2Km.
c)Jarak dari Ibukota Provinsi 30Km
d)Jarak dari Ibukota Negara 835 Km.
[image:58.595.162.514.247.619.2]
Data BPS Kulon Progo 2012
Gambar 1.
b. Kondisi Pendidikan
[image:59.595.157.515.148.321.2]1) Pendidikan Umum
Tabel 2.
Data Pendidikan Formal Desa
No Jenis
Pendidikan
Negeri Swasta
Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid
Buah Orang Orang Buah Orang Orang
1. Kelompok
Bermain
2 8 50
2. TK 6 12 225
3. SD 5 55 577
4. SLTP 1 24 648
5. SLTA 2 67 1458
6. Universitas 1 19 280
Jumlah 9 165 2963 8 20 275
Sumber: Profil Desa Pengasih Tahun 2012
2) Pendidkan Khusus
Tabel 3.
Data Pendidikan Non Formal Desa
No Jenis Pendidikan Gedung
( Buah )
Guru/ Pelatih ( Orang )
Murid ( Orang )
1. Pondok Pesantren 2 4 42
2. Madrasah 1 24 360
3. Sekolah Luar Biasa : a) SLB A
b) SLB B c) SLB C
1 1 1 5 5 6 25 35 28 4. PKBM a) Keaksaraan
b) Paket A
c) Paket B
d) Paket C
1 10 12 12 220 90 50 5. Sarana Pendidikan Non
Formal :
a) Balai Latih