MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No.5 Tahun 2016
ISSN :
2301-9085
PEMBERIAN SCAFFOLDING BERDASARKAN KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL YANG BERKAITAN DENGAN PERSEGI DAN PERSEGIPANJANG DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIKA
Azizah Qurrotul Ummah
PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : azizahummah @mhs.unesa.ac.id
Rini Setianingsih
PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : riniswidodo @ gmail.com
Abstrak
Pelajaran matematika memegang peranan sangat penting dalam dunia pendidikan. Salah satu materi matematika yang dipelajari siswa SMP adalah materi segiempat, di antaranya persegi dan persegipanjang. Berdasarkan wawancara dengan guru mitra, siswa kelas VII MTsN Kembangsawit masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal terkait persegi dan persegipanjang. Oleh karena itu, guru dapat menelusuri jenis kesalahan siswa dan memilih strategi yang tepat untuk mengatasi kesalahan tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek penelitian sebanyak dua siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes tulis dan wawancara. Data yang dihasilkan berupa deskripsi jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang sebelum diberikan scaffolding, bentuk scaffolding yang diberikan berdasarkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, serta kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding. Pemberian scaffolding dalam penelitian ini mengacu pada scaffolding yang dikemukakan oleh Anghileri (2006).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, terdiri atas: (1) kesalahan konsep; (2) kesalahan prinsip; (3) kesalahan operasi; dan (4) kesalahan lainnya. Bentuk scaffolding yang diberikan berdasarkan kesalahan tersebut di antaranya: (1) meminta siswa untuk lebih teliti membaca lagi soalnya (reviewing); (2) melakukan tanya jawab untuk mengarahkan siswa ke situasi terkait (restructuring); (3) menjelaskan suatu konsep (explaining); dan (4) mengubungkan materi yang telah dipelajari dengan soal yang diberikan (developing conceptual thinking). Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding yaitu siswa mampu menyelesaikan soal dengan benar, walaupun dalam penulisan yang diketahui dan ditanyakan dalam soal kurang lengkap.
Kata Kunci: scaffolding, kesalahan siswa, persegi dan persegipanjang
Abstract
Mathematics plays an important role in education. One of mathematics materials learned by junior high school students is quadrilateral including square and rectangle. Based on interviews with mathematics teachers, students of class VII MTsN Kembangsawit still make mistakes in solving problems related to the square and rectangle. Therefore, teachers can trace types of students’ mistakes, and then choose the right strategy to resolve the mistakes.
research refers to the scaffolding proposed by Anghileri (2006).
The results of this study indicate that the types of students’ mistakes in solving problems related to square and rectangle, consisting of: (1) the misconception; (2) principle mistakes; (3) operation mistakes; and (4) other forms of mistakes. The forms of scaffolding given based on these mistakes include: (1) ask the students to more thoroughly re-read the question or the problem (reviewing); (2) conduct a question and answer to direct students to the relevant circumstances (restructuring); (3) describes a concept (explaining); and (4) connect the material that has been studied by a given problem (developing conceptual thinking). Moreover, after given scaffolding, students are able to solve problems correctly, although in writing the given and the asked in a problem is not complete..
Keywords: scaffolding, students' mistakes, square and rectangle.
Volume 3 No.5 Tahun 2016
Pendidikan memiliki peranan penting dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas
Peran pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai penentu arah keberhasilan suatu negara. Pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkompetensi dalam pekembangan ilmu pengetahuan. Di sekolah, ilmu pengetahuan dipilah menjadi beberapa kelompok yang disebut mata pelajaran.Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi telah disebutkan bahwa “mata pelajaran Matematika perlu diberikan pada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan Matematika”.Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika memegang peranan sangat penting dalam dunia
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa SMP yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007) di SMPN 2 Puger menunjukkan bahwa siswa melakukan kesalahan dalam memahami sifat-sifat dari persegi dan persegipanjang yang ditinjau dari sisi dan diagonalnya, kesalahan memahami melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal geometri, khususnya persegi dan persegipanjang.
Guru dapat menelusuri jenis kesalahan siswa dan memilih strategi yang tepat untuk mengatasi kesalahan tersebut. Banyak
strategi yang dapat digunakan salah satunya menggunakan scaffolding. Strategi scaffolding hanya membantu siswa menuntaskan tugas yang pada awalnya tidak mampu siswa peroleh secara mandiri. Ketika siswa sudah mampu melakukan tanggungjawab terhadap tugas-tugasnya, maka bantuan akan dilepaskan agar siswa mampu bekerja secara mandiri. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan masalah, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa mampu menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Strategi ini digunakan untuk mengajarkan materi yang dianggap sulit bagi siswa.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anghileri (2006) yaitu praktik scaffolding untuk meningkatkan pembelajaran matematika. Dalam penelitian yang dilakukan Anghileri bahwa scaffolding digunakan dalam pembelajaran matematika untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memecahkan masalah. Anghileri (2006:39) mengusulkan tiga hierarki dari penggunaan scaffolding yang merupakan dukungan dalam pembelajaran matematika di antaranya (1) level 1 environmental provisions, (2) level 2 explaining, reviewing, and restructuring, dan (3) level 3 developing conceptual thinking.
Pemberian scaffolding dalam penelitian ini berdasarkan level-level scaffolding yang dikemukakan oleh Anghileri yaitu explaining, reviewing, restructuring, and developing conceptual thinking. Hal itu dikarenakan penelitian ini dilakukan di luar kelas sehingga menggunakan level 2 dan level 3. Sedangkan level 1 tidak digunakan dalam penelitian ini dikarenakan lebih berorientasi pada pembelajaran di kelas. Peneliti membuat pedoman scaffolding dengan acuan level-level scaffolding yang dikemukakan oleh Anghileri dan disesuaikan dengan indikator kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal terkait persegi dan persegipanjang. Hal tersebut dilakukan supaya bantuan yang diberikan sesuai untuk mengatasi kesalahan tersebut.
Scaffolding Berdasarkan Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal yang Berkaitan dengan Persegi dan Persegipanjang Ditinjau dari Kemampuan Matematika”.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, pemberian scaffolding berdasarkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding. METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan data kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang sebelum diberikan scaffolding, mendeskripsikan bentuk scaffolding yang diberikan berdasarkan kesalahan siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, serta mendeskripsikan kemampuan siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan matematika yang digunakan untuk memilih subjek penelitian , tes diagnostik berbentuk soal uraian untuk mempermudah peneliti mendeskripsikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang sebelum dibeikan scaffolding, tes hasil belajar juga berbentuk soal uraian untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding, dan pedoman scaffolding yang disusun oleh peneliti yang mengacu pada teori scaffolding yang
dikemukakan oleh Anghileri (2006) sehingga mempermudah memberikan bentuk scaffolding yang tepat pada masing-masing subjek penelitian agar memperoleh hasil yang diharapkan.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut. Tes tulis dan tes wawancara tak terstruktur. Tes tulis yang meliputi tes kemampuan matematika, tes diagnostik, dan tes hasil belajar. Tes kemampuan matematika digunakan untuk memilih subjek penelitian, tes ini dikerjakan oleh masing-masing siswa pada kelas penelitian dan siswa diminta mengerjakan secara individu.Tes diagnostik diberikan kepada dua subjek penelitian untuk mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, tes diagnostik diberikan kepada dua subjek penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding, dan wawancara berlangsung ketika peneliti memberikan scaffolding pada masing-masing subjek penelitian dan setelah subjek penelitian mengerjakan tes diagnostik dan tes hasil belajar.
Untuk menganalisis data yang dimiliki, digunakan beberapa teknik analisis data sebagai berikut.
1. Data Hasil Tes Tulis
a. Tes Kemampuan Matematika
Volume 3 No.5 Tahun 2016
persegipanjang. Kemudian peneliti memberikan scaffolding berasarkan kesalahan masing-masing subjek penelitian. Data ini dianalisis secara kualitatif mengacu pada indikator jenis kesalahan dan alternatif jawaban tes diagnostik dengan scaffolding yang telah dibuat oleh peneliti.
Peneliti menggunakan triangulasi metode untuk keabsahan data tes diagnostik. Dalam hal ini metode yang digunakan peneliti adalah wawancara dengan subjek penelitian.
c. Tes Hasil Belajar
Data hasil tes digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding. Data ini juga dianalisis secara kualitatif mengacu pada indikator jenis kesalahan dan alternatif jawaban tes hasil belajar yang telah dibuat oleh peneliti. 2. Data Hasil Wawancara
Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data hasil wawancara sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi dapat diartikan sebagai proses menyeleksi, menajamkan, memfokuskan, menyederhanakan, mengelompokkan data yang diperoleh. Data yang diperoleh baik dari hasil tes maupun wawancara direduksi sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang dapat diterima. Hal yang dilakukan adalah mendengarkan berulang kali dan mentranskip hasil wawancara tersebut. b. Penyajian Data
Kegiatan analisis berikutnya adalah penyajian data yang diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun rapi dan terorganisir sehingga mudah untuk menafsirkan dan memaknainya. Hal yang dilakukan pada tahap ini, peneliti menggambarkan deskripsi singkat dari hasil wawancara yang telah diolah dalam tahap reduksi data.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan analisis terhadap data
yang telah dikumpulkan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persesgipanjang sebelum diberikan scaffolding, bentuk scaffolding yang diberikan berdasarkan kesalahan siswa persegipanjang setelah diberikan scaffolding. Hasil tes kemampuan matematika tercantum pada tabel di bawah ini:
No NAMA NILAI KETERA matematika siswa yang tercantum pada Tabel 4.2 tersebut, maka diperoleh dua subjek yang berkemampuan matematika rendah. Pemilihan subjek didasarkan pada nilai terendah yang diperoleh siswa dari hasil pengerjaan tes kemampuan matematika. Berikut rincian siswa yang dipilih sebagai subjek penelitian.
Tabel 4.3 Subjek Penelitian
N
O NAMA LABEL NILAI KETERANGAN
1 ARD S1 32 Kemampuan
Matematika Rendah
2 NRH S2 22 Kemampuan
Matematika Rendah
Deskripsi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal yang Berkaitan dengan Persegi dan Persegipanjang Sebelum Diberikan Scaffoding
S1 tidak menuliskan yang diketahui maupun yang ditanyakan. Kesalahan ini termasuk pada jenis kesalahan lainnya. Selain itu, S1 melakukan kesalahan konsep karena S1 salah dalm menggunakan konsep satuan lua an satuan panjang. Kemudian, S1 juga melakukan kesalahan prinsip karena S1 salah menggunakan rumus persegi dan materi prasyarat yaitu perbandingan. Selanjutnya, S1 melakukan kesalahan perhitungan yang melibatkan operasi perkalian.
Berdasarkan uraian di atas dan indikator kesalahan yang yang telah dibuat, peneliti menyimpulkan jenis kesalahan yang dilakukan S1 pada soal nomor satu adalah kesalahan konsep, kesalahan prinsip, kesalahan operasi, dan kesalahan lainnya.
Pada soal nomor satu, S2 hanya melakukan kesalahan lainnya. Kemudian, S2 melakukan kesalahan konsep karena S2 tidak memahami tentang konsep luas dan keliling persegi. Selain itu, S2 melakukan kesalahan prinsip karena S2 salah dalam menerapkan materi prasyarat yaitu perbandingan.
Berdasarkan uraian di atas dan indikator kesalahan yang telah dibuat, peneliti menyimpulkan jenis kesalahan yang dilakukan S2 adalah kesalahan konsep, kesalahan operasi, dan kesalahan lainnya. Deskripsi Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal yang Berkaitan dengan Persegi dan Persegipanjang setelah Diberikan Scaffolding
Berdasarkan jawaban tes hasil belajarpada nomor satu, S1 sudah menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Namun, S1 melakukan kesalahan lainnya karena S1 kurang lengkap menuliskan yang diketahui dalam soal. Selain itu, S1 langsung menuliskan luas sawah × 0,005 tanpa menuliskan secara lengkap maksud ia menuliskan seperti itu ialah mencari banyaknya pupuk yang dibutuhkan petani. Hal ini dapat terjadi karena S1 terburu-buru dalam mengerjakan. S1 mengatakan sudah waktu istirahat sekolah sehingga ia sudah tidak fokus dalam mengerjakan tes hasil belajar.
Volume 3 No.5 Tahun berbentuk persegi sehingga dalam hal ini S2 masih melakukan kesalahan lainnya. S2 beralasan ia terbiasa menuliskan yang diketahui secara singkat. Selanjutnya, S2 melakukan kesalahan operasi yaitu S2 salah dalam menggunakan operasi hitung perkalian yang melibatkan bilangan pecahan. Hal ini dapat terjadi karena S2 masih bingung melakukan operasi hitung perkalian yang melibatkan bilangan pecahan. Pekerjaan S2 belum dianggap benar karena hasil akhirnya masih salah.
Berdasarkan jawaban tes hasil belajarpada nomor dua, S2 mampu menjawab dengan benar. S2 sudah menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, menentukan panjang sisi kebun, menentukan keliling kebun, menentukan banyaknya pohon yang ditanam mengelilingi kebun, dan menuliskan jawaban akhir yang lengkap sesuai permintaan soal. Dalam hal ini S2 tidak melakukan kesalahan lainnya, konsep, prinsip, maupun operasi. Hal ini dapat terjadi karena S2 memperhatikan scaffolding yang diberikan oleh peneliti pada tes diagnostik dan kemiripan soal yang pernah S2 jumpai sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Jenis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang a. Jenis Kesalahan S1
Jenis kesalahan yang dilakukan S1 dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, yang dominan: (1) kesalahan konsep yang meliputi konsep keliling persegi, (2) kesalahan prinsip yang meliputi rumus luas persegipanjang, luas persegi, dan perbandingan, (3) kesalahan operasi yang meliputi operasi perkalian, bentuk akar dan kuadrat, dan (4) kesalahan lainnya. b. Jenis Kesalahan S2
Jenis kesalahan yang dilakukan S2 dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, yang dominan: (1) kesalahan konsep yang
meliputi konsep keliling persegi, (2) kesalahan prinsip yang meliputi rumus keliling persegi dan perbandingan, dan (4) kesalahan lainnya.
Bentuk scaffolding yang diberikan berdasarkan jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang
Berdasarkan jenis kesalahan yang dilakukan S1 terkait dengan kesalahan konsep keliling persegi, scaffolding yang diberikan berupa meminta siswa untuk lebih teliti lagi membaca soal terkait persegi dan persegipanjang (reviewing), melakukan tanya jawab untuk mengarahkan siswa pada pembenaran konsep terkait satuan panjang dan satuan luas serta keliling persegi dan persegipanjang (restructuring), memberikan penjelasan kepada siswa terkait konsep satuan panjang dan satuan luasserta keliling persegi dan persegipanjang (explaining).
Selanjutnya jenis kesalahan yang dilakukan S1 terkait dengan kesalahan prinsip yang meliputi luas persegi dan
persegipanjang serta
perbandingan ,scaffolding yang diberikanberupa meminta meminta siswa mencermati kembali hasil pekerjaannya dan meminta siswa untuk lebih teliti lagi melakukan tanya jawab untuk mengarahkan siswa pada pembenaran jawaban terkait materi perbandingan (restructuring), memberikan penjelasan terkait penggunaan rumus luas persegi dan persegipanjang (explaining), mengarahkan siswa untuk menghubungan materi perbandingan dengan soal yang terkait luas persegipanjang (developing conceptual thinking).
siswa mengenai operasi bentuk akar dan kuadrat (explaining). Untuk jenis kesalahan yang dilakukan S1 terkait kesalahan lainnya, scaffolding yang diberikan berupa meminta siswa untuk membaca kembali soal yang diberikan dan mengungkapkan informasi apa saja yang ia dapat (reviewing), dan konsep keliling persegi, scaffolding yang diberikan berupa meminta siswa untuk lebih teliti lagi membaca soal terkait persegi dan persegipanjang (reviewing), melakukan tanya jawab untuk mengarahkan siswa pada pembenaran konsep terkait luas dan keliling persegi (restructuring), dan memberikan penjelasan kepada siswa terkait konsep luas dan keliling persegi (explaining). Selanjutnya untuk jenis kesalahan prinsip yang meliputi rumus keliling persegi dan perbandingan, scaffolding yang diberikan berupa meminta siswa untuk lebih teliti lagi membaca kembali soal terkait persegi dan persegipanjang (reviewing), melakukan tanya jawab untuk mengarahkan siswa pada pembenaran konsep terkait keliling persegi (restructuring), dan memberikan penjelasan kepada siswa terkait konsep luas dan keliling persegi (explaining).
Sedangkan untuk jenis kesalahan yang dilakukan S1 terkait kesalahan lainnya, scaffolding yang diberikan berupa meminta siswa untuk membaca kembali soal yang diberikan dan mengungkapkan informasi apa saja yang ia dapat serta meminta siswa untuk memperbaiki jawabannya (reviewing),dan melakukan tanya jawab hingga siswa dapat menemukan kembali semua fakta yang ada pada soal (restructuring).
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding
Kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffoldingoleh peneliti adalah berbeda-beda setiap siswa. Berdasarkan tes hasil belajar,
S1 masih melakukan kesalahan lainnya yaitu tidak lengkap dalam menuliskan yang diketahui dalam soal. S1 tidak melakukan kesalahan konsep, prinsip, dan operasi. Secara keseluruhan S1 mengerjakan tes dengan hasil akhir yang sudah benar.
Berdasarkan tes hasil belajar, S2 masih melakukan kesalahan lainnya dan kesalahan operasi. Namun, S2 tidak melakukan untuk langkah-langkah dalam mengerjakan tes hasil belajar sudah benar.
Saran hendaknya memilih waktu yang tepat saat melakukan tes sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Daftar Pustaka
Anghileri, J. 2006. “Scaffolding Practices that Enhance Mathematics Learning”. Journal of Mathematics Teachers Education”. Vol 9: hal 33-52
Astar. 2014. Representasi Eksternal dalam Pemecahan Masalah Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana UNESA.
Damai, I. Wayan. 2000. Penelusuran Kesalahan Jawaban Siswa Kelas 1 SMU Kristen Petra V Surabaya dalam Menyelesaikan Soal Kubus, Balok, dan Prisma. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana UNESA.
Volume 3 No.5 Tahun 2016
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.