• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

P

ERKEMBANGAN

P

EREKONOMIAN

D

AERAH

P

ROVINSI

B

ENGKULU

(2)

PROVINSI BENGKULU

Penerbit :

Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter –

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Jl. A. Yani No.1

BENGKULU

(3)

i|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

`|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan.

a|Ät| fàÜtàxz|á bÜztÇ|átá| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan.

i|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ

Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian.

`|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ

(4)

KATA PENGANTAR

Penerbitan Perkembangan Perekonomian Daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi, moneter dan perbankan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Pemerintah Daerah maupun instansi lainnya guna merumuskan suatu kebijakan. Perkembangan Perekonomian Daerah merupakan pengembangan dari Kajian Ekonomi Regional (KER) yang diterbitkan secara triwulanan dan tahunan.

Dalam kajian ini dibahas mengenai perkembangan perekonomian regional Provinsi Bengkulu, yang meliputi perkembangan kegiatan sektor riil dan perkembangan kegiatan sektor moneter perbankan, khususnya selama Triwulan I tahun 2009 dan membandingkannya dengan periode/kondisi laporan sebelumnya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam kajian yang kami susun ini, oleh karena itu kritik serta saran dari pengguna/pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan terbitan berikutnya.

Akhirnya kami berharap, semoga terbitan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bengkulu, Mei 2009 BANK INDONESIA BENGKULU

Achmad Bunyamin

Deputi Pemimpin

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU ... 4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 7

1.1. PDRB SISI PENGGUNAAN ... 8

1.1.1. Konsumsi Daerah ... 8

1.1.2. Investasi Regional ... 13

1.1.3. Ekspor dan Impor Regional ... 15

1.2. PDRB SISI SEKTORAL ... 19

1.2.1. Sektor Pertanian ... 20

1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air ... 21

1.2.3. Sektor Jasa-Jasa ... 22

1.2.4. Sektor Bangunan ... 23

1.3. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 24

BOKS 1 Gambaran Singkat Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Bengkulu BOKS 2 Perkembangan Sektor Perkebunan Bengkulu Triwulan I 2009 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 25

(6)

2.2. FAKTOR PENDORONG INFLASI ... 25

2.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA ... 26

2.4. INFLASI PERIODE JANUARI – DESEMBER 2008 ... 29

2.5. PERBANDINGAN INFLASI ANTAR KOTA DI SUMATERA ... 30

BAB III PERBANKAN ... 31

3.1. GAMBARAN UMUM ... 31

3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM ... 33

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT ... 40

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 42

4.1. GAMBARAN SISI PENERIMAAN ... 42

4.2. GAMBARAN SISI PENGELUARAN ... 45

BOKS 3 Rancangan Anggaran Belanja Daerah 2009 BOKS 4 Dampak Stimulus Fiskal Yang Diberikan Pemerintah Pusat Terhadap Provinsi Bengkulu BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 49

5.1. ALIRAN UANG KARTAL (OUTFLOW-INFLOW) ... 49

5.2. PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR ... 50

5.3. PENEMUAN UANG PALSU ... 51

5.4. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL ... 52

5.5. PERKEMBANGAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) ... 53

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 55

6.1. PERKIRAAN EKONOMI ... 55

(7)

LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN ... 59

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku

dan Konstan ... 8

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Berlaku Provinsi Bengkulu ... 15

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu ... 16

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu ... 18

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (q-t-q) Menurut Sektor ... 19

Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu... 20

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y) ... 26

Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu ... 27

Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu ... 33

Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu ... 34

Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu ... 36

Tabel 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu ... 37

Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Usaha Kecil di Provinsi Bengkulu ... 38

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu ... 39

Tabel 3.7. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu ... 40

Tabel 3.8. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR di Provinsi Bengkulu ... 40

Tabel 4.1. Sisi Penerimaan APBD Tahun 2009 Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu ... 42

Tabel 4.2. Sisi Pengeluaran APBD Tahun 2009 Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu ... 45

Tabel 4.3. Perkiraan Realisasi Upah/gaji Pemda Dirinci menurut Kabupaten/Kota ... 47

(9)

Tabel 5.2. Perkembangan Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Provinsi

Bengkulu ... 53

Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y)

Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) ... 7

Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu ... 9

Grafik 1.3. Konsumsi Listrik dan Perkembangan Kendaraan di Provinsi Bengkulu ... 10

Grafik 1.4. Dana Perorangan dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu ... 10

Grafik 1.5. Beberapa Hasil Survei di Provinsi bengkulu ... 11

Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu ... 12

Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu ... 13

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu ... 14

Grafik 1.9. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU ... 14

Grafik 1.10. Pertumbuhan Tahunan Ekspor Mancanegara Provinsi Bengkulu ... 17

Grafik 1.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu ... 17

Grafik 1.12. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu ... 21

Grafik 1.13. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu ... 21

Grafik 1.14. Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu ... 22

Grafik 1.15. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu ... 23

Grafik 1.16. Perubahan Bulanan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu... 24

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu ... 25

Grafik 2.2. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa ... 28

Grafik 2.3. Hasil Pantauan Harga Beberapa Komoditas di Kota Bengkulu ... 28

Grafik 2.4. Realisasi Inflasi Tahun 2009 ... 29

Grafik 2.5. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera ... 30

Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu... 31

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank Umum Provinsi Bengkulu ... 32

Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu ... 34

(11)

Grafik 4.1. Pendapatan Daerah Dalam APBD Tahun 2009 Pemerintah

Provinsi Bengkulu ... 43

Grafik 4.2. Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu ... 44

Grafik 4.3. Perkembangan Dana Milik Pemerintah Provinsi Bengkulu ... 45

Grafik 4.4. Alokasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu ... 46

Grafik 4.5. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat untuk Provinsi Bengkulu ... 47

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu ... 50

Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu ... 51

Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Bengkulu... 52

Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu... 55

Grafik 6.2. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu ... 57

Grafik 6.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu ... 57

(12)

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2009 terlihat mengalami

perlambatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,01%,

melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98%.

Melambatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena

masih rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan menurunnya ekspor daerah.

Sementara proporsi konsumsi rumah tangga dan ekspor sangat dominan dalam ekonomi

Bengkulu yaitu mencapai 91%. Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi

mengalami perlambatan di triwulan ini. Sektor ekonomi dominan di daerah seperti sektor

pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa terlihat tumbuh melambat.

RINGKASAN INFLASI

Perkembangan inflasi Kota Bengkulu1

pada triwulan I tahun 2009 masih dipengaruhi

oleh efek penurunan harga BBM pada Januari 2009 dan kondisi perekonomian yang

melemah akibat krisis global. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan inflasi yakni

dari 13,44%(yoy) pada triwulan IV 2008 menjadi 10,03%. Namun demikian, inflasi

Bengkulu masih lebih tinggi dibanding inflasi di tingkat nasional yang sebesar 7,92%(yoy).

Menurunnya inflasi di triwulan ini terutama masih didorong oleh efek turunnya

harga BBM pada Januari lalu dan terjaganya pasokan bahan makanan yang kerap menjadi

penyebab tingginya inflasi Bengkulu. Penurunan laju inflasi ini terutama didorong oleh

penurunan IHK dari kelompok komoditi transport-komunikasi-dan-jasa-keuangan.

1

(13)

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kondisi bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan

perkembangan yang lebih baik bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini

terlihat dari perbaikan indikator-indikator perbankan seperti tumbuhnya total asset

perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Dimana masing-masing

indikator meningkat sebesar 1,83%, 1,17%, dan 3% dibanding triwulan sebelumnya.

Demikian pula LDR meningkat menjadi 104,38% dari sebelumnya 102,53%. Namun, di

triwulan pertama ini NPL perbankan memburuk dari 1,52% menjadi 1,72%.

RINGKASAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Menurut data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah

disampaikan ke Departemen Keuangan, total pendapatan daerah dari 9 kab/kota dan 1

provinsi berjumlah Rp4.627 miliar dimana sebagian besar merupakan pendapatan dana

perimbangan. Dana perimbangan yang diterima sebesar Rp3.778 miliar atau mencapai

82% dari pendapatan daerah. Sementara sisanya berasal dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan pendapatan lainnya yang sah.

Sementara belanja daerah seluruh pemerintah provinsi/kabupaten/kota di tahun

2009 direncanakan sebesar Rp4.781 miliar yang sebagian besar merupakan belanja

pegawai. Belanja pegawai mencapai Rp2.305 miliar atau 48% dari total belanja.

Kemudian diikuti belanja modal yang mencapai Rp1.334 miliar atau 28%. Sisanya

merupakan belanja barang dan jasa serta belanja lainnya seperti belanja bunga, hibah dan

lain sebagainya.

RINGKASAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Berbeda dengan triwulan-triwulan sebelumnya, aliran uang kartal di Bank Indonesia

Bengkulu di triwulan laporan mengalami net cash inflow. Hal ini disebabkan adanya

peningkatan jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari setoran perbankan

daerah (cash inflow) yang cukup signifikan diikuti dengan penurunan jumlah uang kartal

(14)

Ringkasan Eksekutif Sedangkan transaksi non-kas dengan menggunakan kliring secara nominal

mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Perputaran kliring di triwulan ini

sebesar Rp446.844 juta sementara triwulan sebelumnya Rp464.311 juta atau menurun

3,76%. Perkembangan transaksi pemindahan dana melalui sistem Real Time Gross

Settlement (RTGS) baik jumlah warkat maupun secara nominal juga mengalami

penurunan. Hal itu terlihat dari transaksi pemindahan dana keluar, transaksi dana masuk,

dan transaksi antar nasabah di dalam Provinsi Bengkulu, masing-masing turun 23,72%,

30,60% dan 46,66%.

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Secara tahunan, perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan II tahun 2009

diperkirakan akan kembali mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut ditengarai

dipicu oleh masih belum pulihnya sisi konsumsi rumah tangga serta menurunnya ekspor

daerah di sisi permintaan. Sementara di sisi penawaran didorong oleh sektor pertanian

yang mulai memasuki masa tanam serta melambatnya kinerja sektor perdagangan yang

didorong oleh melemahnya konsumsi masyarakat. Bank Indonesia Bengkulu

memperkirakan perekonomian daerah secara tahunan akan tumbuh di kisaran 3,47%.

Sedangkan tekanan inflasi daerah di triwulan II tahun 2009 diperkirakan akan

mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia Bengkulu yang

memperkirakan inflasi di triwulan II tahun 2009 sebesar 5,29%. Melemahnya konsumsi

masyarakat dan perkembangan ekonomi yang cenderung melambat menjadi faktor utama

(15)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

PROVINSI BENGKULU

a. Inflasi dan PDRB

2008 2009

INDIKATOR 2007

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

MAKRO

IHK Kota Bengkulu 158,64 112,18 116,24 116,64 116,74 Laju Inflasi (y-o-y) 5,00 13,81 14,51 13,44 10,03 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 7.009 1.835 1.868 1.840 1.885 - Pertanian 2.772 725 740 719 763 - Pengangkutan & Komunikasi 594 151 154 153 152 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 325 84 85 85 86 - Jasa 1.138 315 314 316 317 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 6,16 4,16 3,66 4,98 4,01 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 1) 165 56 56 45 18 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.068 315 245 285 141 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1) 2

-Total Aset (Triliun Rp) 4,56 5,31 5,97 5,82 5,93 DPK (Triliun Rp) 3,49 4,01 4,35 4,14 4,19 - Tabungan (Triliun Rp) 1,96 2,01 2,05 2,40 1,98 - Giro (Triliun Rp) 1,01 1,42 1,67 1,05 1,35 - Deposito (Triliun Rp) 0,52 0,58 0,63 0,69 0,86 Kredit (Triliun Rp) – Lokasi Proyek 1) 3,41 4,30 4,70 5,29 5,24 - Modal Kerja 1,30 1,66 1,75 1,82 1,72 - Konsumsi 1,73 2,16 2,41 2,55 2,61 - Investasi 0,38 0,48 0,54 0,92 0,91 - LDR (%) 93,70 107,23 108,05 127,78 125,06 Kredit (triliun Rp) – Lokasi Kantor 2,97 3,71 4,10 4,25 4,38 - Modal Kerja 1,04 1,36 1,48 1,50 1,48 - Konsumsi 1,59 2,01 2,22 2,36 2,49 - Investasi 0,34 0,35 0,40 0,39 0,41 - LDR (%) 85,14 92,67 94,30 102,53 104,38

(16)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

2008 2009

INDIKATOR 2007

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

PERBANKAN

Kredit UMKM Bank Umum

Menurut Lokasi Proyek 1)

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2,94 3,74 4,17 4,30 4,34 Kredit Mikro (Triliun Rp) 1,44 1,47 1,55 1,51 1,55 - Kredit Modal Kerja 0,23 0,30 0,34 0,36 0,39 - Kredit Investasi 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 - Kredit Konsumsi 1,18 1,14 1,17 1,11 1,12 Kredit Kecil (Triliun Rp) 0,99 1,61 1,94 2,11 2,16 - Kredit Modal Kerja 0,42 0,56 0,63 0,62 0,62 - Kredit Investasi 0,08 0,10 0,13 0,13 0,12 - Kredit Konsumsi 0,49 0,95 1,18 1,36 1,42 Kredit Menengah (Triliun Rp) 0,51 0,66 0,68 0,68 0,63 - Kredit Modal Kerja 0,36 0,44 0,43 0,44 0,40 - Kredit Investasi 0,11 0,17 0,20 0,19 0,19 - Kredit Konsumsi 0,04 0,05 0,05 0,05 0,04 NPL MKM gross (%) na na na na na

BPR

Total Aset (Miliar Rp) 32 44 46 47 49 DPK (Miliar Rp) 19 23 27 27 29 - Tabungan (Miliar Rp) 10 12 13 13 14 - Deposito (Miliar Rp) 9 11 14 14 15 Kredit (Miliar Rp) – Lokasi Proyek1) 87 84 18 17 18 - Modal Kerja 40 36 9 9 10 - Konsumsi 4 5 6 6 6 - Investasi 43 43 3 2 2 Kredit UMKM (Miliar Rp) 87 85 18 17 18 Rasio NPL Gross (%) na na na na na Rasio NPL Net (%) na na na na na LDR 129,69 159,24 145,66 141,02 139,06

(17)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Nominal dalam jutaan Rp, volume dalam lembar kecuali disebutkan lain

2008 2009

INDIKATOR 2007

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

SISTEM PEMBAYARAN

Inflow (Triliun Rp) 0,70 0,02 0,11 0,26 0,31 Outflow (Triliun Rp) 1,87 0,79 0,39 0,52 0,22 Pemusnahan Uang (Triliun Rp) 0,29 0,02 0,06 0,09 0,03 Nominal Transaksi RTGS 60.421 283.057 14.914 16.825 11.898 Volume Transaksi RTGS 47.841 140.574 16.778 17.063 13.391 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS 143 4.493 237 285 202 Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS 192 2.231 266 289 227 Nominal Kliring Kredit 299.537 83.644 87.492 84.202 71.896 Volume Kliring Kredit 23.889 6.447 6.316 5.798 5.413 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit 13.615 3.802 3.977 3.827 3.268 Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit 1.086 293 287 264 246 Nominal Kliring Debet 1.163.954 399.186 412.162 380.109 374.948 Volume Kliring Debet 80.224 22.895 22.849 20.168 21.364 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet 52.907 18.145 18.735 17.278 17.043 Rata-rata Harian Volume Kliring Debet 3.647 1.041 1.039 917 971 Nominal Kliring Pengembalian 31.041 9.294 7.454 9.302 10.025 Volume Kliring Pengembalian 1.477 181 281 385 359 Rata-rata Harian Nominal Kliring

Pengembalian

1.411 422 339 423 456 Rata-rata Harian Volume Kliring

Pengembalian

(18)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

BAB

1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

REGIONAL

Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2009 terlihat mengalami

perlambatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,01%,

melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98%.

Melambatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena

masih rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan menurunnya ekspor daerah.

Sementara proporsi konsumsi rumah tangga dan ekspor sangat dominan dalam ekonomi

Bengkulu yaitu mencapai 91%. Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi

mengalami perlambatan di triwulan ini. Sektor ekonomi dominan di daerah seperti sektor

pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa terlihat tumbuh melambat.

Grafik 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) PDRB (skala kiri) LPE (y-o-y; skala kanan) LPE (q-t-q; skala kanan)

(19)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan

Perekonomian Provinsi Bengkulu dari sisi penggunaan masih bertumpu pada

sektor konsumsi. Proporsi konsumsi terhadap PDRB mencapai 78,73%, diikuti

ekspor-impor dan investasi. Proporsi konsumsi tersebut menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 81,63%.

1.1.1. Konsumsi Daerah

Pertumbuhan secara tahunan (y-o-y) di sisi konsumsi tertinggi dialami

oleh konsumsi lembaga nirlaba dan pemerintah. Pertumbuhan untuk

masing-masing konsumsi tersebut sebesar 12,06% dan 7,10%. Namun demikian

konsumsi rumah tangga masih memiliki proporsi terbesar.

Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga

Berlaku dan Konstan

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Q-I 2008 Q-I 2009

Jenis Penggunaan

Nilai Proporsi Nilai Proporsi

Pertum-buhan

I. Atas Dasar Harga Berlaku

1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan stok

II. Atas Dasar Harga Konstan

1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan stok

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan ini mulai mengalami

peningkatan meski terbilang masih cukup rendah. Pertumbuhan konsumsi

rumah tangga secara tahunan di triwulan ini sebesar 2,94% sementara

(20)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional rumah tangga ini didorong oleh mulai membaiknya harga komoditas

perkebunan yang menjadi unggulan daerah seperti karet dan kelapa sawit.

Selain itu juga terbantu dengan mulai menurunnya tingkat inflasi daerah. Hal

ini terlihat dari grafik di bawah.

Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Kons. RT

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah

Adanya peningkatan konsumsi tidak terlihat dari pola konsumsi rumah

tangga akan listrik. Hal ini terlihat pada grafik 1.3 dibawah, konsumsi listrik

rumah tangga di triwulan ini terlihat mengalami sedikit penurunan di

banding triwulan sebelumnya. Konsumsi listrik menurun dari 63,76 juta Kwh

menjadi 63,08 juta Kwh atau turun 1,07%.

Jumlah kendaraan roda 2 menurun signifikan dari 7.530 buah sepeda

motor baru di bulan Agustus 2008 menjadi hanya sekitar 2.373 buah pada

bulan Desember 2008 atau setelah krisis terjadi. Namun di bulan Januari

2009 mulai terjadi peningkatan jumlah kendaraan roda dua menjadi 2.894

buah atau naik 22% dibanding bulan sebelumnya. Namun trend

(21)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.3. Konsumsi Listrik dan Perkembangan Kendaraan di Provinsi Bengkulu

Konsumsi Listrik RT (juta Kwh)

40

Sumber : Dispenda Prov. dan PLN Bengkulu, diolah

Sementara itu, dana milik perorangan yang berada di bank umum di

Provinsi Bengkulu di triwulan ini relatif stagnan meski mulai sedikit tumbuh di

bulan Maret 2009. Dana perorangan ini dapat diasumsikan sebagai dana

milik masyarakat yang ada di perbankan. Kecenderungan penurunan

terutama terjadi untuk jenis simpanan yang berbentuk tabungan. Hal ini

dapat menggambarkan adanya kecenderungan peningkatan kebutuhan

konsumsi masyarakat di tengah relatif stabilnya pendapatan.

Grafik 1.4. Dana Perorangan dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu

(22)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan kredit konsumsi juga terlihat mulai menunjukkan

kecenderungan yang sama. Hal ini terlihat dari grafik 1.4 di bawah dimana

pertumbuhan kredit secara tahunan mulai mengalami peningkatan di bulan

Maret. Secara tahunan kredit konsumsi tumbuh sebesar 43% di triwulan ini.

Kredit konsumsi tumbuh dari Rp1.746 miliar di triwulan I tahun 2008

menjadi Rp2.489 miliar di triwulan ini.

Hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu juga

menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat. Hal ini terlihat

dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK). Peningkatan ini dipicu

oleh naiknya indeks kondisi ekonomi saat ini terutama terhadap kondisi

penghasilan saat ini yang mengalami perbaikan dibanding 6 bulan

sebelumnya. Hal ini kemungkinan dipicu oleh membaiknya harga komoditas

dan turunnya inflasi daerah.

Grafik 1.5. Beberapa Hasil Survei di Provinsi Bengkulu

35.00 45.00 55.00 65.00 75.00 85.00 95.00 105.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen, BI Bengkulu

Konsumsi pemerintah secara tahunan di triwulan laporan terlihat

mengalami pertumbuhan yang cukup baik meski tidak setinggi triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan tahunan konsumsi pemerintah di triwulan laporan

mencapai 7,10% sementara triwulan sebelumnya 7,62%. Sedangkan

(23)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 12,06% sementara triwulan

sebelumnya hanya sebesar 5,57%. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.6. di

bawah.

Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Kons. Pemerintah

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah

Dilihat dari pengeluaran pemerintah daerah terkait dengan belanja

pegawai, yang memiliki porsi 27% terhadap total belanja daerah Pemerintah

Provinsi Bengkulu, juga terlihat meningkat. Peningkatan tersebut mencapai

31% dibanding triwulan sama tahun sebelumnya. Adanya kenaikan tersebut

diduga karena kenaikan gaji PNS serta penambahan jumlah PNS di

lingkungan pemerintah daerah.

Sebaliknya pertumbuhan giro pemerintah yang ada di bank umum

terlihat semakin menurun. Giro pemerintah yang ada di bank umum di

triwulan I tahun 2008 sebesar Rp1.143 miliar sementara di triwulan ini

(24)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Giro Milik Pemerintah

Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah

1.1.2. Investasi Regional

Data investasi regional yang tercatat di BPS sebagaimana terlihat dari

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) dan ditunjukkan pada

tabel 1.1. di triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 9,92%.

Sementara pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 15,40%.

Sehingga terlihat adanya perlambatan pertumbuhan. Pencatatan BPS ini

merupakan investasi yang bersifat tambahan dan dilakukan oleh pelaku

ekonomi daerah setempat yang dapat berupa tambahan bangunan atau

peralatan untuk kegiatan usaha yang telah dijalaninya.

Adanya peningkatan ini juga terlihat dari data kredit investasi yang

disalurkan oleh bank umum di Provinsi Bengkulu. Dari data, sebagaimana

grafik di bawah, terlihat mulai adanya peningkatan kredit di awal tahun 2009

ini setelah sebelumnya cenderung tumbuh menurun. Namun pertumbuhan

tahunan konsumsi semen daerah di triwulan ini mengalami kecenderungan

yang menurun.

(25)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Kredit Investasi

Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sedangkan, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan

oleh Bank Indonesia Bengkulu di triwulan I 2009 kepada para pelaku usaha

menunjukkan bahwa para responden melaporkan tidak adanya realisasi

investasi di triwulan ini. Sementara data sebelumnya menunjukkan adanya

penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi investasi yang dilakukan

responde. Hal ini menunjukkan lebih sedikitnya responden yang menambah

jumlah realisasi investasinya.

Grafik 1.9. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU

(26)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1.3. Ekspor dan Impor Regional

Menurut data BPS Provinsi Bengkulu, pada triwulan laporan terjadi

sedikit penurunan net-ekspor secara tahunan (y-o-y) sebesar 0,5%. Tren

perkembangan ekspor dan impor antar daerah/negara di triwulan laporan

dapat dilihat dari tabel 1.2. di bawah ini. Ekspor turun dari Rp570.870 juta

pada triwulan I tahun 2008 menjadi Rp552.498 juta, sedangkan impor juga

menurun dari Rp313.014 juta menjadi Rp295.940 juta.

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu

juta rupiah

2008 2009

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1

Ekspor 570.870 569.879 578.057 530.229 552.498

Impor 313.014 313.115 312.954 301.649 295.940

Net Ekspor (Impor) 257.856 256.764 265.103 228.580 256.558

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

Sementara perkembangan ekspor daerah ke mancanegara berdasarkan

pemberitahuan ekspor barang diperkirakan akan menurun secara tahunan.

Tabel 1.3 di bawah menggambarkan kegiatan perdagangan lintas negara

dari dan ke Provinsi Bengkulu yang dicatat berdasarkan data Pemberitahuan

Ekspor Barang (PEB).

Dari tabel tersebut terlihat adanya penurunan ekspor daerah ini pada

triwulan laporan secara tahunan1

. Penurunan nilai ekspor yang cukup besar

terjadi pada mata dagangan karet dan lemak/minyak hewan nabati dengan

komoditas utama minyak sawit/CPO. Selain itu juga terjadi pergeseran porsi

ekspor dimana di tahun sebelumnya ekspor didominasi oleh karet dan CPO

namun sejak triwulan IV tahun 2008 ekspor lebih didominasi oleh karet dan

batubara. Menurut hasil liaison juga terungkap bahwa produsen CPO di

1

(27)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Bengkulu saat ini lebih memilih untuk memasarkan produknya ke pasar

domestik dibandingkan pasar ekspor.

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

2008 2009

Mata Dagangan Ket.

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1*

Pro-porsi

Nilai 10.263 15.321 10.778 7.608 5.256 19,82%

Lemak/minyak

hewan/nabati Volume 11.000 13.500 12.000 15.875 11.698

Nilai 290 475 704 333 218 0,82%

Kakao dan produk

kakao Volume 150 250 300 150 100

Nilai 9.896 10.097 9.007 12.555 7.517 28,34%

Bahan bakar

mineral Volume 311.403 276.801 200.589 252.221 175.109

Nilai 28.517 29.539 34.011 23.941 13.387 50,47%

Karet dan barang

dari karet Volume 11.882 11.055 11.404 9.707 10.151

Nilai 73 275 1.262 132 145 0,55%

Lainnya

Volume 3.013 12.842 20.925 6.778 4.804

Nilai 49.039 55.707 55.762 44.569 26.523 100% Total

Volume 337.448 314.448 245.218 284.731 201.862

Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) angka perkiraan

Penurunan nilai ekspor di triwulan laporan secara tahunan terlihat

sangat signifikan dan diperkirakan mencapai 46%. Penurunan ekspor terjadi

hampir di seluruh mata dagangan ekspor daerah terutama dialami komoditas

karet dan CPO yang masing-masing menurun sebesar 53% dan 49%.

Penurunan kinerja tampak terjadi baik secara kuantitas maupun nilai ekspor.

Namun signifikansi penurunan kinerja ekspor daerah terutama terjadi jika

dilihat secara nilai.

Pada grafik 1.10 di bawah terlihat pertumbuhan tahunan ekspor yang

terus menurun terjadi di seluruh mata dagangan ekspor utama daerah seperti

karet, CPO dan batubara. Bahkan telah terjadi pertumbuhan minus sejak

triwulan III tahun 2008. Namun jika dilihat ekspor secara kuantitas maka

terlihat penurunan pertumbuhan terjadi untuk komoditas batubara dan

karet. Sementara volume ekspor CPO mulai meningkat di triwulan ini, walau

(28)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.10. Pertumbuhan Tahunan Ekspor Mancanegara Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Nilai Ekspor

Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Indikasi penurunan pertumbuhan ekspor diduga karena dipengaruhi

harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang saat ini belum stabil

dan cenderung lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat

dari grafik 1.11 di bawah dimana harga komoditas karet dan batubara

mengalami kecenderungan menurun. Sedangkan harga CPO terlihat mulai

membaik.

Grafik 1.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu

dalam US$/kg untuk karet, US$/metric ton untuk CPO & batubara

(29)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sedangkan pertumbuhan volume ekspor relatif stabil dan cenderung

meningkat di triwulan ini kecuali batubara. Kurang baiknya pertumbuhan

volume batubara dikarenakan adanya permasalahan hukum terkait dengan

kegiatan penambangan batubara yang dialami dua perusahaan tambang

batubara di Bengkulu yang secara langsung mempengaruhi ekspor batubara

daerah. Permasalahan hukum yang dialami oleh perusahaan tersebut adalah

dugaan tidak adanya izin penambangan (illegal mining). Sehingga

perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penambangan kembali

sebagaimana biasanya.

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

2008 2009

Negara Pembeli Ket.

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1* Nilai 14.990 18.338 19.227 14.966 5.627

Singapura

Volume 39.233 57.886 22.527 16.064 4.328 Nilai 3.146 5.341 1.730 3.349 428

Malaysia

Volume 83.250 120.583 34.741 64.538 9.510

Nilai 230 - 406 - -

Volume 11.524 14.163 12.463 14.137 8.320 Nilai 6.223 5.939 12.821 8.806 1.946

Lainnya

Volume 106.861 87.520 154.047 180.913 35.430

Nilai 49.039 55.707 55.762 44.569 18.085

Total

Volume 337.448 314.448 245.218 284.731 141.261

Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) data hingga bulan Februari

Bila dilihat dari negara pembeli (tabel 1.4 di atas), Singapura

merupakan negara dengan nilai pembelian terbesar diikuti oleh Belgia dan

Thailand. Nilai ekspor Provinsi Bengkulu ke tiga negara ini mencapai

(30)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Adapun pembelian dari Amerika Serikat terlihat mulai menurun dan tidak

seperti triwulan sebelumnya.

1.2. PDRB Sisi Sektoral

Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (y-o-y)

terjadi pada sebagian besar sektor ekonomi. Sektor yang mengalami pertumbuhan

melambat dibanding triwulan sebelumnya terutama untuk sektor utama Provinsi

Bengkulu seperti pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa. Laju

pertumbuhan masing-masing sektor tersebut sebesar 4,35%, 2,89% dan 6,05%.

Melambatnya kinerja sektor perdagangan dan jasa-jasa terlihat pula dari hasil quick

survey Bank Indonesia Bengkulu kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Dimana

dari hasil survei terlihat adanya penurunan usaha yang cukup signifikan (lihat Boks 1

Gambaran Singkat Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap UMKM). Sementara

itu, sektor yang tumbuh cukup tinggi di triwulan ini adalah sektor jasa-jasa yaitu

sebesar 6,05%.

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Bengkulu (y-o-y) Menurut Sektor

persen

Lapangan Usaha Trw-II

2008

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Air dan Gas 5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Persewaan 9. Jasa-jasa

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

Sedangkan struktur perekonomian Provinsi Bengkulu sebagaimana terlihat dari

tabel 1.6 di bawah terlihat masih didominasi oleh sektor pertanian diikuti sektor

perdagangan-hotel-restoran dan sektor jasa-jasa. Kontribusi ketiga sektor ini

terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu mencapai 76,94% di triwulan laporan.

Dengan demikian naik turunnya ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi

(31)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Q3-2008 Q4-2008 Q1-2009

Lapangan Usaha

Nilai Porsi Nilai Porsi Nilai Porsi

1. Pertanian 739.702 39,60 719.113 39,09 763.445 40,50 2. Pertambangan dan Penggalian 59.190 3,17 59.438 3,23 60.692 3,22 3. Industri Pengolahan 75.518 4,04 73.707 4,01 73.945 3,92 4. Listrik, Gas dan Air 8.379 0,45 8.551 0,47 8.624 0,46 5. Bangunan 55.469 2,97 56.094 3,05 53.972 2,86 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 376.636 20,16 367.928 20,00 369.227 19,59 7. Pengangkutan dan Komunikasi 154.463 8,27 153.296 8,33 151.671 8,05 8. Keuangan dan Persewaan 84.868 4,54 85.204 4,63 85.770 4,55 9. Jasa – jasa 313.655 16,80 316.126 17,19 317.619 16,85

PDRB 1.867.880 100,00 1.839.455 100,00 1.884.966 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian tumbuh melambat di triwulan ini, yakni sebesar

4,35% sementara triwulan sebelumnya tercatat sebesar 5,35%. Relatif masih

baiknya pertumbuhan sektor ini kemungkinan didorong oleh musim panen

yang jatuh di akhir triwulan serta harga jual yang mulai membaik untuk

komoditas perkebunan. Mulai membaiknya kondisi subsektor perkebunan

tergambar melalui hasil liaison Bank Indonesia Bengkulu ke subsektor

tersebut (lihat Boks.2 Perkembangan Sektor Perkebunan Bengkulu

Tw.I-2009).

Hal tersebut juga terlihat di sektor perbankan dimana laju pertumbuhan

tahunan kredit pertanian terlihat meningkat cukup signifikan. Laju

pertumbuhan meningkat dari 5% di triwulan sebelumnya menjadi 61% di

triwulan ini. Hal ini diduga karena adanya beberapa program revitalisasi

perkebunan yang sudah mulai dilaksanakan di triwulan ini dan dibiayai

melalui dana perbankan.

Sementara persepsi pelaku usaha hasil SKDU menunjukkan kondisi

(32)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional usahanya di triwulan ini tetap. Hal ini dialami oleh 65% responden SKDU

terutama responden dari subsektor peternakan dan perikanan.

Grafik 1.12. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu

Kredit Pertanian (Rp Juta)

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi, diolah

1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air

Sektor listrik, gas dan air tercatat juga mengalami pertumbuhan

tahunan yang melambat di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 5,98%. Namun pertumbuhan tersebut terbilang masih cukup tinggi

di antara sektor lainnya.

Grafik 1.13. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu

Konsumsi Listrik

Jml. Pelanggan (ribu orang, axis kiri) Konsumsi (juta KWh, axis kanan)

Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)

250

(33)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Data konsumsi listrik memperlihatkan adanya penurunan konsumsi

listrik di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya. Pada bulan Desember

konsumsi listrik sebesar 26.360 ribu Kwh sementara di bulan Maret sebesar

26.141 ribu Kwh atau menurun 0,83%. Penurunan terutama terjadi untuk

konsumen rumah tangga. Sementara data kredit yang disalurkan perbankan

ke sektor ini di Provinsi Bengkulu mengalami sedikit peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya dari Rp302 juta menjadi Rp319 juta.

1.2.3. Sektor Jasa - Jasa

Sektor jasa-jasa secara tahunan juga mengalami pertumbuhan yang

mulai melambat dimana pertumbuhan triwulan ini sebesar 6,05%,

sementara triwulan sebelumnya mencapai 8,07%. Porsi sektor ini terhadap

ekonomi daerah juga cukup besar yaitu mencapai 16,85%, sehingga sektor

ini tetap menjadi pendukung tumbuhnya ekonomi daerah.

Dilihat dari pembiayaan perbankan, maka terlihat adanya penurunan

kredit di triwulan ini untuk sektor jasa-jasa. Kredit yang disalurkan perbankan

daerah ke sektor ini pada bulan Maret 2009 mencapai Rp261 miliar, turun

sebesar 21% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan terutama dialami

untuk kredit kepada jasa sosial yaitusebesar 48%.

Grafik 1.14. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu

-Kredit Sektor Jasa (juta Rp)

PDRB Sektor Jasa (juta Rp) Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU)

(0.60)

(34)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sementara hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha di triwulan I tahun 2009

menunjukkan kondisi yang stagnan dimana hasil saldo bersih tertimbang

(SBT) di triwulan ini sama dengan triwulan sebelumnya yang sebesar -0,40.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan realisasi

usahanya di triwulan ini relatif menurun.

1.2.4. Sektor Bangunan

Laju pertumbuhan sektor bangunan secara tahunan mengalami

peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 2,92%

dengan porsi terhadap ekonomi daerah sebesar 2,86%. Dengan porsi yang

relatif kecil tersebut belum memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi

Bengkulu. Kondisi ini tergambar pula pada penyaluran kredit konstruksi.

Dimana laju pertumbuhan secara tahunan meningkat 13% dari Rp117 miliar

di triwulan I tahun 2008 menjadi Rp132 miliar di triwulan ini. Kredit

perumahan di triwulan ini juga terlihat terus meningkat. Hal ini terlihat pada

grafik 11 di bawah.

Data konsumsi semen daerah di triwulan ini juga menunjukkan adanya

peningkatan. Pada triwulan I tahun 2008 konsumsi semen daerah sebanyak

89 ribu ton sementara di triwulan ini mencapai 107 ribu ton atau meningkat

hingga 20%. Meski begitu jika dilihat pertumbuhannya maka terlihat adanya

kecenderungan penurunan konsumsi semen daerah.

Grafik 1.15. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu

Kons. Semen (ton)

(35)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.3. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Indikator kesejahteraan petani sebagaimana tergambar melalui indikator nilai

tukar petani (NTP) di triwulan I sampai dengan bulan Februari 2009 cenderung

meningkat. Peningkatan NTP ini dapat menggambarkan bahwa secara relatif tingkat

kesejahteraan hidup petani semakin tinggi. Dibanding triwulan sebelumnya, terlihat

adanya perubahan NTP 102,04 menjadi 102,24 atau naik 1,38%. Hal ini dikarenakan

adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani terkait dengan hasil

produksinya. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh mulai membaiknya harga

komoditas perkebunan utama seperti karet dan kelapa sawit.

Grafik 1.16. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu

102.24 110.04

102.04 109.06

119.03

113.53

95 105 115 125

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb

2008 2009

(36)

BOKS 1

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI BENGKULU

Dalam rangka memahami dampak krisis terhadap perkembangan sektor riil di Bengkulu pada Triwulan I Tahun 2009, Bank Indonesia Bengkulu melakukan pengamatan langsung dan wawancara singkat kepada pelaku UMKM. Para pelaku usaha yang dilakukan pengamatan dan wawancara terbagi atas empat kelompok UMKM, yaitu: usaha makanan khas Bengkulu, batik khas Bengkulu (Besurek), jasa travel, dan toko kelontong.

Pertanyaan yang diajukan ke pelaku usaha tersebut mengenai perkembangan produksi, tenaga kerja, volume produksi & penjualan, biaya modal, pemasaran dan keuntungan. Selain itu ditanyakan pula apakah ada rencana investasi dalam jangka pendek (dalam tahun 2009). Adapun ringkasan hasil pengamatan dan wawancara tersebut sebagai berikut :

USAHA MAKANAN KHAS BENGKULU (Kue Tat, Lempok Durian, Emping)

Seluruh pelaku usaha pada industri rumah tangga (IRT) makanan khas Bengkulu menyatakan adanya penurunan volume usaha sejak akhir tahun 2008. IRT makanan khas ini biasanya mengalami lonjakan pada hari-hari besar dan liburan, namun hal ini tidak terjadi di tahun 2008. Bahkan selama triwulan I tahun 2009, IRT Lempok Durian dan Emping mengalami penurunan usaha hampir 50% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sepinya order dari luar daerah (seperti Lampung, Palembang dan Padang) diakui memberikan sumbangan terbesar pada penurunan volume penjualan ini. Untuk penjualan kue tat Bengkulu kondisinya lebih baik, karena volume penjualan hanya turun 10% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenaikan harga bahan baku, tidak begitu dirasakan oleh pengrajin, karena bahan baku ini banyak tersedia di Bengkulu. Mereka menyatakan kenaikan bahan baku masih dalam kategori wajar yaitu kurang dari 10%. Penggunaan tenaga kerja pada IRT makanan khas ini tanpa menggunakan tenaga kerja tetap. Apabila permintaan/pesanan mulai meningkat, maka tenaga kerja ditambah. Untuk IRT emping melinjo, biasanya pengrajin mengambil bahan baku kemudian mengerjakannya di rumah masing-masing. Oleh karena itu perubahan pada tenaga kerja tidak begitu berarti bagi IRT ini.

Dari segi keuntungan, seluruhnya menyampaikan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Karena peningkatan harga bahan baku dan anjloknya penjualan. Namun demikian, pelaku IRT masih memiliki keinginan untuk melakukan perluasan usaha pada tahun 2009, karena adanya harapan perbaikan perekonomian.

BATIK KHAS BENGKULU (Batik Besurek)

(37)

Dari sisi jangkauan pemasaran, dirasa tidak ada perubahan, karena masih dalam lingkup pemesanan di provinsi Bengkulu saja. Keuntungan usaha ini juga mengalami penurunan sebesar kurang lebih 30% dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun dilakukan anjuran untuk pemakaian pakaian produk daerah, namun belum mampu meningkatkan volume usaha ini.

JASA TRAVEL (Angkutan Udara & Angkutan Darat

Di bidang jasa travel baik untuk angkutan udara maupun darat mengalami penurunan sejak krisis (dirasakan sejak pertengahan tahun 2008). Untuk jasa travel angkutan udara pada akhir tahun 2008, bahkan mengalami penurunan sampai 50%. Meskipun penurunan ini tidak mencerminkan turunnya jumlah penumpang pesawat, karena justru pada pertengahan tahun 2008 jumlah penerbangan dari dan ke Bengkulu meningkat. Adanya penurunan jasa travel ini diduga karena mulai banyaknya jasa travel yang ada dan adanya kemudahan pemesanan melalui maskapai langsung.

Pada awal tahun 2009 ini, jasa travel mulai merasakan peningkatan dibanding akhir tahun 2008, namun belum setinggi tahun sebelumnya. Untuk jasa angkutan udara, biasanya ramai pada hari-hari libur dan akhir tahun. Dari sisi jumlah tenaga kerja juga tidak terjadi perubahan.

Pada jasa travel angkutan darat (bis–AKAP), jumlah penumpang mengalami penurunan sebesar 10% dibandingkan tahun yang lalu. Penurunan penumpang disebabkan oleh menurunnya kondisi usaha di Bengkulu. Penumpang angkutan darat pada umumnya adalah pengusaha dan pelajar. Biaya angkutan dari tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan 10%. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan harga BBM dan himbauan pemerintah untuk menurunkan ongkos angkutan penumpang. Disamping itu, juga karena adanya persaingan dengan jasa angkutan yang lain.

Meskipun terjadi penurunan jumlah penumpang, jasa angkutan masih merencanakan untuk penambahan trayek baru karena pesaing yang belum banyak serta pangsa pasar yang belum terserap untuk beberapa wilayah tertentu.

Peningkatan biaya terjadi pada naiknya biaya tenaga kerja. Pada tahun 2008, meningkat tiga kali dengan mengikuti peraturan pemerintah dan kebijakan dari pihak perusahaan. Selain itu peningkatan biaya yang cukup signifikan juga terjadi pada biaya spare part. Dampak dari kondisi ini adalah menurunnya keuntungan jasa angkutan darat.

TOKO KELONTONG

(38)

umumnya UMKM di Bengkulu terkena dampak negatif terkait dengan krisis keuangan global yang terjadi. Kondisi UMKM cenderung dalam kondisi yang kurang baik. Namun jika dilihat perkembangan kredit perbankan ke sektor UMKM di triwulan ini sudah mulai membaik. Pertumbuhan kredit secara bulanan ke UMKM terlihat mulai mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 4% di bulan Maret. Kredit Usaha Kecil (KUK) juga mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini terlihat pada grafik di bawah.

Perkembangan Kredit, Kredit UMKM dan KUK Perkembangan Kredit UMKM

2,500,000

Jan FebMar Apr Mei Jun Jul AugSep Oct Nov Dec Jan FebMar 2008 2009

(39)

BOKS 2 TRIWULAN I 2009

Permintaan komoditas CPO dan karet dunia yang cenderung tinggi

ditambah dengan melambungnya harga komoditas sawit dan karet sejak tahun

2007 membuat sektor perkebunan menjadi semakin menggiurkan. Hal ini

ternyata berdampak beralihnya 5.871 hektar lahan persawahan menjadi lahan

perkebunan kelapa sawit dan karet, hingga awal 2008. Informasi ini diperkuat

dengan pernyataan dari beberapa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di

Kabupaten Seluma yang menyatakan bahwa saat ini areal persawahan mereka

telah banyak beralih menjadi lahan karet dan sawit. Saat ini, areal persawahan

beberapa Gapoktan di Seluma hanya berkisar antara 20% hingga 30% dari total

luas lahan yang mereka miliki, sementara sisanya ditanami karet dan sawit. Selain

karena harga komoditas karet dan kelapa sawit yang lebih menguntungkan

dibandingkan beras, permasalahan irigasi, ketersediaan pupuk dan ketidakstabilan

harga beras turut mendorong petani untuk melakukan alih lahan.

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. Harga Komoditas Pertanian Dunia

Lonjakan harga komoditas karet dan CPO dunia di awal hingga pertengahan

2008 berbalik menjadi penurunan harga secara signifikan pada triwulan III 2008.

Dilihat dari dampaknya bagi ekspor Bengkulu, terjadi penurunan nilai ekspor yang

sangat drastis padahal dari segi volume ekspor masih cukup tinggi.

1

(40)

2000

Grafik 2. Perkembangan Ekspor Karet

0

Grafik 3. Perkembangan Ekspor CPO

Memasuki tahun 2009, perbaikan harga komoditas karet dan CPO dunia

memberikan perbaikan pada nilai ekspor karet dan CPO Bengkulu. Sementara

ditingkat petani, triwulan pertama tahun 2009 perkebunan kelapa sawit diwarnai

dengan perkembangan yang cukup baik. Dimana volume penjualan TBS tingkat

petani mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan tahun lalu meskipun harga

TBS tidak setinggi tahun lalu. Pada komoditas karet, beberapa petani menyatakan

mengalami penurunan penjualan karena petani enggan melakukan penyadapan

dengan kondisi harga yang tidak sebaik tahun lalu.

Pada tingkat perusahaan perkebunan, penjualan CPO masih baik karena

permintaan dunia terhadap CPO masih cukup tinggi. Perusahaan pengolahan

(41)

glonal, namun secara umum tingkat permintaan karet saat ini masih terbilang

cukup tinggi.

Produksi kelapa sawit dan karet di tingkat petani pada tahun depan

diperkirakan akan mengalami kenaikan karena masih tingginya keinginan petani

dalam melakukan alih lahan persawahan. Selain itu, pembukaan lahan baru dan

adanya bantuan dari Balai Pengembangan Teknologi Pertanian serta dukungan

penyediaan pupuk bagi petani dipercayai petani akan mampu meningkatkan

output dan produktivitas lahan mereka. Pada tingkat perusahaan pengolahan

CPO, ini beberapa responden menyatakan akan segera mengaktifkan pabrik

pengolahan baru mereka sehingga akan mendorong peningkatan produksinya.

Selain itu, beberapa perusahaan perkebunan juga menyatakan akan melakukan

perluasan lahan perkebunan dan revitalisasi perkebunan pada tahun 2009 ini.

Perusahaan perkebunan dapat dikatakan masih cukup optimis mensikapi

perkembangan perekonomian saat ini. Hal ini terlihat jelas dari masih adanya

keinginan untuk melakukan investasi jangka panjang meskipun responden juga

menyatakan adanya pengetatan terkait dengan ketenagakerjaan pada triwulan I

2009, namun ke depan mereka optimis akan adanya tambahan kebutuhan tenaga

kerja.

Terkait dengan komoditas tanaman pangan terutama beras, para petani

menyatakan bahwa tingkat penjualan pada triwulan pertama 2009 ini masih

dalam tingkat yang sama dengan tahun kemarin. Kendala ketersediaan pupuk

masih menghantui petani, begitu pula dengan tingkat harga beras ketika musim

panen. Pada beberapa wilayah, kondisi musim hujan mengakibatkan gagalnya

panen karena areal sawah terendam banjir. Areal persawahan di Bengkulu masih

banyak yang merupakan sawah tadah hujan yang hanya mengalami satu kali

masa panen dalam setahun. Setelah masa panen padi, areal persawahan akan

ditanami dengan jagung. Untuk triwulan I 2009 kondisi pasar komoditas jagung

masih belum dapat diinformasikan karena baru akan memasuki masa tanam pada

(42)

Inflasi Daerah

BAB

2

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Perkembangan Inflasi

Perkembangan inflasi Kota Bengkulu1

pada triwulan I tahun 2009 masih

dipengaruhi oleh efek penurunan harga BBM pada Januari 2009 dan kondisi

perekonomian yang melemah akibat krisis global. Kondisi ini menyebabkan

terjadinya penurunan inflasi yakni dari 13,44%(yoy) pada triwulan IV 2008

menjadi 10,03%. Namun demikian, inflasi Bengkulu masih lebih tinggi dibanding

inflasi di tingkat nasional yang sebesar 7,92%(yoy).

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu

14.51% 13.44%

10.03% 0%

5% 10% 15% 20% 25% 30%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Bengkulu (y-o-y) Nasional (y-o-y)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

2.2. Faktor Pendorong Inflasi

Menurunnya inflasi di triwulan ini terutama masih didorong oleh efek

turunnya harga BBM pada Januari lalu dan terjaganya pasokan bahan makanan

(43)

Inflasi Daerah

yang kerap menjadi penyebab tingginya inflasi Bengkulu. Bila dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun masih ada beberapa komoditi

yang mengalami kenaikan IHK namun secara umum terjadi penurunan IHK yang

signifikan pada triwulan ini. Penurunan laju inflasi ini terutama didorong oleh

penurunan IHK dari kelompok komoditi

transport-komunikasi-dan-jasa-keuangan.

Secara triwulanan, kelompok komoditi rata-rata masih mengalami inflasi

namun tidak terlalu signifikan. Melemahnya kondisi perekonomian akibat krisis

global turut menyebabkan terjadinya kembali deflasi pada bulan Maret 2009 ini.

2.3. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa

Pada tabel 2.1 di bawah terlihat hampir seluruh kelompok barang/jasa

mengalami inflasi. Kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau dan

perumahan-air-listrik-dan-gas terlihat mengalami inflasi tertinggi dibanding

kelompok lainnya.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y)

persen

Trw IV-2008 Trw I-2009

Kelompok Barang/Jasa

IHK Inflasi IHK Inflasi

Bahan makanan 125,45 19,19 126,36 0,68 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 122,86 17,54 126,63 18,1 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 118,22 14,69 118,79 14,41 Sandang 112,98 8,44 116,62 7,26 Kesehatan 109,60 10,42 110,33 9,37 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 106,28 6,58 107,29 7,51 Pengangkutan, Komunikasi dan Jasa Keuangan 105,89 6,26 100,15 1,03

Inflasi Umum 116,64 13,44 116,74 10,03

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau mengalami inflasi

tahunan (y-o-y) sebesar 18,1%. Inflasi atas kelompok ini terutama terjadi untuk

subkelompok makanan jadi dan minuman yang tidak beralkohol yaitu

(44)

Inflasi Daerah

kelompok perumahan-air-listrik-dan-gas sebesar 14,41% didorong oleh

subkelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 16,25%.

Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu

persen

No. Komoditas Inflasi Sumb. Komoditas Deflasi Sumb.

1. Sewa rumah 3,52 0,08 Bayam -34,46 -0,13

2. Bawang Merah 14,96 0,06 Daging Ayam Ras -3,98 -0,08

3. Angkutan Udara 16,53 0,06 Kangkung -19,99 -0,07

4. Emas Perhiasan 2,75 0,05 Tomat Buah -19,09 -0,06

5. Gula Pasir 6,34 0,04 Udang Basah -10,00 -0,06

6. Ikan Dencis 8,65 0,03 Semen -4,19 -0,05

7. Jengkol 22,71 0,03 Ikan Tongkol -5,89 -0,05

8. Kakap Merah 6,36 0,01 Cabe Merah -2,66 -0,05

9. Obat dengan resep 2,31 0,01 Ikan Mas -9,04 -0,03

10. Ikan kembung 6,52 0,01 Sawi Hijau -25,17 -0,03

Total Sumbangan 0,38 Total Sumbangan (0,61)

Komoditas lain -0,69 Komoditas lain 0,30

Inflasi Umum (0,31) Inflasi Umum (0,31)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Dilihat sumbangan inflasi per komoditas sebagaimana terlihat di tabel 2.2

di atas, komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah sewa rumah dan bawang

merah. Peningkatan harga sewa rumah ditengarai karena mengikuti adanya

kenaikan UMR di awal tahun. Sedangkan untuk bawang merah, kenaikan

harganya lebih disebabkan karena faktor cuaca yang masih terus diwarnai oleh

curah hujan Bengkulu yang masih berada pada tingkat menengah hingga tinggi,

sehingga mengakibatkan gangguan pasokan. Meningkatnya inflasi untuk

beberapa komoditas ikan segar karena kondisi cuaca yang kurang baik yakni

berupa hujan dan gelombang tinggi di perairan Bengkulu sehingga

menghambat nelayan untuk melaut.

Sedangkan komoditas penyumbang deflasi terbesar berasal adalah

komoditas bayam dan daging ayam ras. Terjaganya pasokan kedua komoditas

tersebut dan melemahnya daya beli masyarakat akibat krisis global mengambil

(45)

Inflasi Daerah

Sumbangan deflasi per kelompok secara bulanan (mtm) terbesar berasal

dari kelompok bahan makanan yang menyumbang deflasi sebesar 0,49%.

Sedangkan kelompok transport-komunikasi-dan-jasa-keuangan ternyata kembali

menyumbang inflasi terbesar yaitu 0,06%.

Grafik 2.2. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa

persen

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Grafik 2.3. Hasil Pantauan Harga Beberapa Komoditas di Kota Bengkulu

(46)

Inflasi Daerah

Dari grafik diatas terlihat bahwa harga-harga barang kebutuhan pokok

seperti beras dan minyak goreng selama triwulan I 2009 cukup stabil meskipun

masih terdapat kenaikan. Kenaikan harga beras ini ditengarai dipicu oleh

kebijakan pemerintah menaikkan harga pokok pembelian (HPP) beras oleh Bulog

dari sebelumnya Rp4.300/kg menjadi Rp4.600/kg. Sementara itu, adanya

kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh membaiknya harga CPO ditingkat

dunia.

2.4. Inflasi Periode Januari – Maret 2009

Grafik 2.4. Realisasi Inflasi Tahun 2009

7.84%

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2008 2009

Bengkulu y-o-y Bengkulu y-t-d Nasional y-o-y Nasional y-t-d

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Inflasi nasional maupun inflasi Bengkulu mengalami penurunan yang

cukup signifikan di triwulan pertama 2009 ini. Inflasi Bengkulu pada triwulan I

2009 merupakan inflasi tahun kalender triwulanan (ytd) yang paling rendah

(47)

Inflasi Daerah

2.5. Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera

Bengkulu merupakan salah satu dari total 13 kota di Pulau Sumatera yang

mengalami deflasi. Deflasi terbesar terjadi di Tanjung Pinang sebesar 1,15% dan

deflasi terendah terjadi di kota Palembang sebesar 0.,5%. Tiga kota di Pulau

Sumatera masih mengalami inflasi namun tidak terlalu besar, yaitu Banda Aceh,

Batam, dan Lampung. Deflasi yang dialami oleh Bengkulu berada diatas rata-rata

deflasi kota-kota di Pulau Sumatera yaitu berkisar anatar 0,05% hingga 0,7%.

Grafik 2.5. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera

-1.55% -1.05% -0.55% -0.05% 0.45% 0.95%

Band a Ace

h

Pang kal P

inang Medan Pada

ng

Peka n Ba

ru

Palem

bang Batam

Band ar La

mpu ng

Beng

kulu Jambi

Tanju ng Pi

nang

Inflasi (mtm)

(48)

Perbankan Daerah

BAB

3

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

3.1. Gambaran Umum

Kondisi bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2009

menunjukkan perkembangan yang lebih baik bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari perbaikan indikator-indikator

perbankan seperti tumbuhnya total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit

yang disalurkan serta meningkatnya LDR. Namun, di triwulan pertama ini NPL

perbankan memburuk dibanding triwulan sebelumnya.

Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non

Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu

S

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Penyaluran kredit mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh sebesar

3,00%, sementara pada triwulan IV 2008 mencapai 3,48%. Hal ini disebabkan

karena masih tingginya suku bunga pinjaman perbankan dan sikap sangat

hati-hati perbankan dalam memberikan kredit.

(49)

Perbankan Daerah

Penghimpunan DPK kembali mengalami peningkatan tipis sebesar 1,17%

setelah triwulan sebelumnya sempat mengalami penurunan. Kondisi positif ini

semakin memberikan optimisme dengan masih tumbuhnya kredit perbankan

sebesar 3,00% dan menyebabkan terjadinya kenaikan LDR menjadi sebesar

104,38% dari sebelumnya yang hanya 102,53%. Peningkatan LDR ini tidak

disertai dengan membaiknya kualitas kredit yang ditandai dengan terjadinya

peningkatan NPL dari 1,52% menjadi 1,76%.

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank

Umum Provinsi Bengkulu

S

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Dilihat dari sisi penggunaan kredit, 56,89% kredit yang dikucurkan

perbankan masih dalam bentuk kredit konsumsi. Sedangkan, sektor yang

memiliki porsi terbesar dalam penyaluran kredit perbankan di Propinsi Bengkulu

masih didominasi oleh sektor lain-lain, yaitu sebesar 57,23% dari total kredit.

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Provinsi Bengkulu

menunjukkan kondisi yang cukup baik di triwulan ini. Indikator perbankan

seperti total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit BPR

menunjukkan peningkatan di triwulan ini.

400,000 900,000 1,400,000 1,900,000 2,400,000 2,900,000 3,400,000 3,900,000 4,400,000 4,900,000

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 2007 2008 2009

(50)

Perbankan Daerah

3.2. Perkembangan Bank Umum

a. Kelembagaan

Secara kelembagaan, pada triwulan laporan terdapat penambahan

jaringan kantor perbankan di Provinsi Bengkulu yaitu 1 ATM. Jumlah bank

umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bengkulu sebanyak

14 bank yang terdiri dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 Bank

Pemerintah dan 9 Bank Swasta dengan 2 diantaranya merupakan bank

syariah. Jaringan kantor pelayanan bank di Provinsi Bengkulu tertera pada

tabel 3.1 dibawah.

Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu

KP KC KCP KK Unit PP ATM

Kota Bengkulu 1 14 11 11 10 3 47 Bengkulu Selatan - 2 4 1 7 1 4 Bengkulu Utara - 2 7 3 8 1 3 Rejang Lebong - 2 8 4 5 1 10 Lebong - - 2 1 2 - 1 Kepahiang - - 2 1 2 - 3

Kaur - - 1 1 4 - 1

Seluma - - 2 2 3 - 2 Muko-Muko - 1 5 2 4 - 2 Jumlah 1 21 42 26 45 6 73 Sumber : Bank Indonesia Bengkulu; Data hingga Februari 2009

b. Perkembangan Aset

Aset perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan

mengalami peningkatan kembali sebesar 1,83% atau sebesar Rp 106.467

juta bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan aset

perbankan tersebut terutama didorong oleh peningkatan aset salah satu

bank milik pemerintah yang mencapai 12,01%, sementara Bank

Pemerintah lainnya maupun Bank Swasta masih mengalami penurunan

jumlah aset. Jumlah aset perbankan di Propinsi Bengkulu sebagian besar

masih dikuasai oleh bank-bank pemerintah dengan porsi mencapai 80,57%

(51)

Perbankan Daerah

Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali disebutkan lain 2008 2009 Pert. TW. Kelompok Bank

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1

Pangsa Lalu Bank

Pemerintah 4.015.556 4.223.522 4.762.512 4.642.736

4.775.375 80,57% 2,86% Bank Swasta 776.477 1.095.404 1.202.632 1.177.731 1.151.559 19,43% -2,22% Bank Umum

(Total) 4.792.033 5.318.926 5.965.144 5.820.467 5.926.934 100% 1,83% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu

Kodya Bengkulu

67.29%

Bengkulu 

Selatan, seluma, 

dan Kaur,  12.24%

Bengkulu Utara 

dan mukomuko

9.04%

Rejang Lebong, 

Kepahiang dan  

Lebong, 11.42%

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Dari grafik 3.3. terlihat bahwa wilayah penyebaran aktiva bank umum

masih terpusat di wilayah Kota Bengkulu yang pada triwulan ini memiliki

porsi sebesar (67,29%), diikuti Kabupaten Bengkulu Selatan, Seluma dan

Kaur (12,24%), Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong

(11,42%), dan Kabupaten Bengkulu Utara dan Muko-Muko (9,04%).

Sementara dari kualitas aset terutama kredit yang diberikan,

mengalami penurunan di triwulan ini. Pangsa kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dari 1,52% menjadi 1,76% dari total kredit. Namun besaran

NPL di atas masih tergolong cukup baik, karena telah memenuhi ketentuan

Bank Indonesia yang mensyaratkan besaran NPL maksimal 5% dari total

Gambar

Grafik 1.12.   Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu
Grafik 1.16. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu
Grafik 3. Perkembangan Ekspor CPO
Grafik 2.1.  Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analsisis hasil dari penelitian ini yaitu jumlah guru agama di 3 Kecamatan belum sebanding dengan jumlah siswa, sebagian siswa belum mendapatkan layanan

Sehubungan dengan selesainya tahapan Evaluasi Dokumen Kualifikasi pekerjaan Pengawasan Pembangunan Jalan Akses Masuk Sport Centre pada proses Pengadaan Jasa

bulat melalui metode pembelajaran discovery. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 1. Sanggremab Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas

(a) Kumpulan wanita cantik, (b) Kumpulan wanita berambut panjanng, (c) Kumpulan hewan berkaki empat, (d) Kumpulan orang kaya, (e) Kumpulan siswa kelas VII MTs. Alkhairaat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan yang baik (6

Judul : Pelatihan pembuatan web pada jaringan internet untuk remaja di RT 03 RW 04 kelurahan Sukorejo kecamatan Gunungpati kota Semarang. Program : Pelatihan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan rekomendasi peningkatan kualitas layanan penjualan online pada website Esgotado yang sesuai dengan True Customer Needs (TCN)..

Adapun implikasi dalam penelitian ini menguatkan bahwa relasi suami istri jama’ah t abliq dan suami istri secara umum sangat berbeda dari segi pemenuhan nafkah