Bank dengan Pertumbuhan Bisnis Mikro,
Kecil dan Menengah Terbaik di Indonesia
Melalui
Layanan Berkualitas
Terbaik Melalui
Layanan Berkualitas
ke Pelosok Negeri
Bank dengan
Pertumbuhan Bisnis Mikro,
Kecil dan Menengah
dengan memberikan
layanan perbankan dan
jasa keuangan lainnya yang
berkualitas, dan berfokus
pada segmen bisnis mikro,
kecil dan menengah
termasuk segmen bisnis
lainnya dengan disertai
penyediaan jaringan kerja
yang memadai di seluruh
negeri, membuahkan hasil
yang membanggakan.
menjadi Rp626,18 triliun,
total kredit tumbuh
menjadi Rp448,35 triliun
dengan kualitas kredit yang
senantiasa terjaga pada
kisaran 1,63%, yang pada
akhirnya berkontribusi
terhadap pencapaian laba
bersih yang meningkat
14,3% yakni sebesar
Rp21,35 triliun.
Untuk mendukung
pengembangan bisnis
di segmen Mikro, Kecil
dan Menengah, BRI
melaksanakan kegiatan
perekrutan sumber daya
manusia secara substansial,
sehingga rasio jumlah
nasabah dibandingkan
tenaga pemasar khususnya
di segmen mikro membaik.
Manusia Yang Profesional
Selain itu, peningkatan
kompetensi sumber daya
manusia dan pelaksanaan
program edukasi layanan
perbankan yang baik yang
disertai pengembangan
usaha di segmen UMKM,
menjadikan jumlah nasabah
mikro terus meningkat,
outstanding
pinjaman naik,
Kredit mikro naik:
23,72%,
dibandingkan
18,41%
tahun 2012*
Total kredit
mikro:
Rp132,1
triliun*
M
ar
’13
Juni
’13
S
ep
’13
Des
’13
132.1
128.2 122.1 112.2 120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
.0 20.0
6.5
6.2
6.0 5.7 6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
.0 1.0
842
802
766
720 720.0
600.0
480.0
360.0
240.0
.0 120.0
NPL KUR
terjaga di angka
1,42%*
M
ar
’13
M
ar
’13
Juni
’13
Juni
’13
S
ep
’13
S
ep
’13
Des
’13
Des
Sepanjang tahun
2013, BRI berhasil
meningkatkan ekspansi
kredit untuk segmen
lainnya termasuk jasa
keuangan lainnya secara
berimbang, seiring
dengan peningkatan
ekspansi kredit di segmen
UMKM.
Ekspansi kredit untuk
segmen konsumer, ritel
komersial dan menengah
serta kredit korporasi
baik BUMN maupun Non
BUMN, maupun jasa
perbankan lainnya yang
meliputi jasa
e-banking
,
jasa
trade inance
, jasa
remitansi, jasa pasar
Kredit ritel komersial
dan Menengah
naik
24%
dan
23%
*
Kredit korporasi
BUMN dan
non BUMN naik
24%
dan
28%*
Kredit
Konsumer Naik
20%
*
Pendapatan
fee based naik
23,7%
*
Pendapatan
jasa e-banking
naik
78,5%
*
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
23,7%
-18% 11,5%
19,3% 29,2%
37,5%
Trade Finance
Kartu kredit
Biaya Administrasi Simpanan
Jasa Pembayaran
Biaya Administrasi Pinjaman
Di Tahun 2013, BRI
menambah756 unit kerja
yang terdiri dari kantor
cabang, kantor cabang
pembantu, Kantor Kas,
BRI Unit,dan Teras BRI,
serta menambah 45.329
jaringan
e-channel
.
BRI kini tumbuh menjadi
bank komersial terbesar
dan tersebar di Indonesia,
dengan dukungan
jaringan kerja operasional
mencapai 9.808 unit kerja
serta 104.570 jaringan
e-channel
yang tersebar,
terintegrasi dan mampu
menjangkau seluruh
pelosok negeri secara
real
time-online
. Dukungan
aplikasi teknologi
informasi perbankan
terkini menjadikan
interaksi langsung dapat
terkelola dengan baik,
yang disertai dengan
peningkatan akurasi
sehingga meningkatkan
kepercayaan dan
kepuasan nasabah.
104.570
Jaringan
e-Channel.*
18.292
Jaringan ATM,
terbesar di
Indonesia.*
9.808
Dan Struktur Modal Yang Kuat
Dengan basis nasabah
yang besar serta jumlah
rekening yang mencapai
48 juta, BRI mampu
menghimpun dana pihak
ketiga dengan jumlah
yang memadai untuk
mendukung ekspansi
kreditnya, sehingga
Loan
to Deposit Ratio
terjaga di
kisaran 85%-92%, dengan
komposisi dana murah
yang tetap berada dikisaran
60% sehingga biaya bunga
tetap terjaga.
Selain dana pihak ketiga
yang dihimpun dari
nasabah, tingginya
kepercayaan investor
sebagai hasil implementasi
tata kelola yang baik,
menjadikan BRI berhasil
mendapatkan sumber
dana jangka panjang
melalui penerbitan
Global
Bond
senilai US$500 juta,
berjangka waktu 5 tahun
dengan kupon 2,95%.
Keberhasilan
Ekuitas tahun 2013
Rp79.33
triliun,
Total CAR
16,99%
*
Dana Pihak
Ketiga naik,
12,02%
‘12 ‘13
200 100 150 200 250 300 350 400 450
450,16
504,28
‘12 ‘13
5 15 25 35 45 55 65
64,88
Kualitas Implementasi GCG
BRI konsisten
menerapkan
prinsip-prinsip dasar GCG dalam
proses penyaluran
kredit, yakni transparan,
terencana, bertanggung
jawab, akuntabel dan
fokus pada keunggulan
kompetitif. Sebagai
hasilnya, BRI mampu
meningkatkan total aset
melalui peningkatan
kredit dengan kualitas
yang semakin membaik,
ditunjukkan oleh
penurunan persentase
NPL secara total.
‘07 ‘08 ‘09 ‘10 ‘11 ‘12 ‘13
0.00 0.500 1.00 1.500 2.00 2.500 3.00 3.500
4.00 3,44
2,80 3,52
2,78 2,30
1,78
1,55
‘10 ‘11 ‘12 ’13
0.00 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700
0.800 0,74%
0,42% 0,34%
0,31%
Bank BRI berkomitmen
untuk menjadi bank
terbaik di Indonesia
dengan praktik-praktik
tata kelola perusahaan
yang baik
Nilai Komposit
Self Assesment
GCG kategori
SANGAT BAIK
8 Sentra
Pendidikan
yang tersebar di
seluruh Indonesia
18 Kantor
Wilayah
dan
Seluruh upaya
pengembangan usaha
yang terfokus, terarah
dan terintegrasi yang
disertai konsistensi
dalam meningkatkan
kualitas penerapan
praktek tata kelola
yang baik menjadikan
BRI mampu mencatat
kinerja membanggakan,
melampaui rata-rata
kinerja bank lainnya,
meskipun ditengah
kondisi perekonomian
yang penuh tantangan di
sepanjang tahun 2013.
Laba
Bersih Naik
14,3%
Pendapatan
Bunga Bersih
Naik
20,9%
Fee Based
Income naik
23,7%*
‘12 ‘13100 150 200 250 300 350 400 450
36.48
44,11
‘12 ‘13
0,5 2
1,5 3
2,5 3,5 4 4,5
3,93
4,86
‘12 ‘13
5 10 15 20
18,68
Ikhtisar Keuangan (Rp miliar)
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Neraca
Total Aset 316,947 404,286 469,899 551,337 626,183
Total Aset Produktif 299,063 379,696 432,647 499,042 568,546
Kredit - Gross 208,123 252,489 294,515 362,007 448,345
Obligasi Rekap Pemerintah 15,027 13,626 8,996 4,316 4,511
Penyertaan Saham Netto 111,461 133,888 164,689 196,742 222,851
Total Liabilities 289,690 367,612 420,079 486,455 546,856
Dana Pihak Ketiga 255,928 333,652 384,264 450,166 504,281
- Giro 50,094 77,364 76,779 79,723 79,337
- Tabungan 104,463 125,990 154,133 184,717 212,997
- Deposito 101,371 130,298 153,353 185,726 211,948
Liabilitas berbeban bunga lainnya 21,284 17,297 19,361 15,784 14,873
Modal/Ekuitas 27,257 36,673 49,820 64,882 79,327
Laba/Rugi Pendapatan Bunga :
- Dengan Bunga Obligasi Pemerintah 35,334 44,615 48,164 49,610 59,461
- Tanpa Bunga Obligasi Pemerintah 33,528 43,109 47,053 49,235 59,298
Pendapatan Bunga Bersih :
- Dengan Bunga Obligasi Pemerintah 23,049 32,889 34,427 36,484 44,106
- Tanpa Bunga Obligasi Pemerintah 21,244 31,382 33,316 36,109 43,943
Pendapatan Operasional Lainnya 3,270 5,545 5,776 8,390 8,348
Biaya Operasional Lainnya (11,960) (16,114) (17,086) (19,491) (22,381)
CKPN (5,799) (7,917) (5,533) (2,700) (3,946)
Laba Sebelum Pajak 9,891 14,908 18,756 23,860 27,910
Laba Bersih Tahun Berjalan 7,308 11,472 15,088 18,687 21,354
Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk N/A 11,472 15,083 18,681 21,344
Laba yang dapat diatribusikan kepada kepentingan
non pengendali N/A Nihil 5 6 10
Laba rugi komprehensif N/A 11,559 15,296 18,661 19,917
Laba Komprehensif yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk N/A 11,559 15,288 18,652 19,913
Laba yang dapat diatribusikan kepada kepentingan
non pengendali N/A Nihil 8 9 3
Laba Bersih per Saham (Rp) 304.75 478.36 628.91 757.26 865.22
Rasio Keuangan Permodalan
Rasio Kecukupan Modal (CAR)* 13.20% 13.76% 14.96% 16.95% 16.99%
Aktiva Produktif
Aset Produktif dan Non Produktif Bermasalah terhadap total aset produktif dan aset non produktif
2.59% 2.19% 1.79% 1.19% 1.06%
Aset Produktif Bermasalah 2.68% 2.24% 1.85% 1.46% 1.28%
CKPN aset keuangan terhadap aset produktif 4.29% 4.58% 4.51% 3.43% 2.90%
Kredit Bermasalah (NPL Gross) 3.52% 2.78% 2.30% 1.78% 1.55%
Proitabilitas
R O A 3.73% 4.64% 4.93% 5.15% 5.03%
R O E 35.22% 43.83% 42.49% 38.66% 34.11%
N I M 9.14% 10.77% 9.58% 8.42% 8.55%
B O P O 77.66% 70.86% 66.69% 59.93% 60.58%
Likuiditas
L D R 80.88% 75.17% 76.20% 79.85% 88.54%
2009 2010 2011 20122013
Dana Pihak Ketiga
(Dalam Rp miliar)
400000
2009 2010 2011 20122013
21.354
(Dalam Rp miliar)
20000 2009 2010 2011 20122013
626.183
(Dalam Rp miliar) 700000
2009 2010 2011 20122013
448.345
(Dalam Rp miliar)
350000
2009 2010 2011 20122013
4.860
3.928 3.367
2.813 2.102
Fee Based Income*
(Dalam Rp miliar)
3500
2009 2010 2011 20122013
23.049
Pendapatan Bunga dan
Pendapatan Bunga Bersih
(Dalam Rp miliar) 600000
Pendapatan Bunga Bunga Bersih
Posisi Devisa Netto 5.22% 4.45% 5.49% 3.00% 3.15%
Angka kinerja keuangan tersebut diatas merupakan laporan keuangan konsolidasi BRI dengan entitas perusahaan anak untuk tahun 2013 : PT BRISyariah, PT Bank Agroniaga Tbk, BRIngin Remittance Co. Ltd, sedangkan untuk tahun 2010 hanya dengan PT BRISyariah.
Rasio keuangan menggunakan data bank saja.
18
Januari
• Kerjasama dengan Pemda DKI Jakarta, BRI luncurkan e-Tax BRI, layanan pembayaran pajak secara online untuk warga DKI Jakarta
28
Februari
• Pemegang Saham setujui Dividend Payout Ratio 30%, dividend saham menjadi sebesar Rp225,23 per saham atau total sebesar Rp5,5 triliun, terbesar di sektor Perbankan.
14
Maret
• BRI sukses menggalang dana jangka panjang melalui penerbitan Obligasi Global senilai USD 500 Juta dengan kupon 2,95%, yang akan jatuh tempo pada tanggal 28 Maret 2018.
27
April
• Dukung perkembangan olah
raga, BRI Luncurkan Kartu BRIZZI Edisi Basket.
20
Mei
• Kegiatan CSR Direksi Mengajar “Mental Juara Bersama BRI” berlangsung serentak di 7Kota.
23
Mei
• BRI Tampilkan Teknologi Perbankan Terbaru dalam ajang IBEX (Indonesia Banking Expo)
20
Juni
• Bekerja sama dengan dengan PT Telkom (Persero) Tbk dalam rangka Sinergi BUMN untuk
1
Agustus
• Kerjasama dengan PT Berdikari, BRI siap kucurkan KKP-E kepada 500 Peternak Sapi.
5
September
• Demo Layanan Microinance di APEC – BRI ikut memfasilitasi kegiatan kegiatan Cultural Visit delegasi APEC Small Medium Enterprises Ministerial and Related Meetings 2013, dalam rangkaian konferensi APEC di Bali.
5
Oktober
• Majukan PKL, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan BRI sukseskan Jakarta Night Market
19
Desember
• Mudahkan Masyarakat, Bank BRI resmikan E-Banking Hybrid Lounge di Paciic Place
22
Desember
• Jalan sehat, 40 ribu keluarga besar Bank BRI di puncak HUT BRI ke-118.
27
November
kinerja BrI tahun 2013 yang membanggakan
mendapatkan apresiasi dari pihak eksternal
melalui raihan tidak kurang dari 40 penghargaan
dari berbagai kategori dan berbagi ajang
penyelenggaraan penghargaan, meliputi:
“GOLD BRAND CHAMPION OF MOST POPULAR BRAND”
Kategori Conventional Banking
“BRONzE BRAND CHAMPION OF BRAND EqUITY”
Kategori Conventional Banking (Asset>IDR 75 Trillion)
Pada acara :
“Indonesia Brand Champion 2013”
Penyelenggara :
MarkPlus Insight
Tanggal :
31 Januari 2013
BEST MICROFINANCE BUSINESS
Penyelenggara :
Asian Banker
EMITEN TERBAIK 2013
Acara :
Investor Award 2013
Penyelenggara :
Majalah Investor
Tanggal :
2 Mei 2013
TOP BRAND AWARD (in Recognition of Outstanding Achievement in Building the Top Brand)
Kategori :
• ATM Card BRI,
• BRI Junio - Children’s Savings Acount, Bank BRI - Deposit Account,
• Call BRI - Call Center
• BRI Britama – Saving Account.
Penyelenggara:
Majalah Marketing
Tanggal :
Penyelenggara :
BEI, KPEI dan KSEI
Tanggal :
15 Mei 2013
Companies
Penyelenggara :
Warta Ekonomi
Tanggal :
28 Mei 2013
Acara :
BUMN Award
Penyelenggara :
Kementerian BUMN
Tanggal :
19 Mei 2013
9th BEST CORPORATE GOvERNANCE
Acara :
Asia’s Best Companies 2013
Penyelenggara :
Finance Asia
Tanggal :
26 Juni 2013
Infobank Awards 2013
Penyelenggara :
Majalah Infobank
Tanggal :
BEST WEALTH CREATOR based on WAI Method
Acara :
Swa 100: ASEAN Best Public Company 2013 Indonesian Best Public Company 2013
Penyelenggara:
Majalah Swa
Tanggal :
27 Juni 2013
BANK OF THE YEAR 2013
• Bank Terbaik untuk Modal Inti > 30 T
• Peringkat 1 Corporate Social Responsibility
• Peringkat 1 Finance
• Peringkat 1 Information Technology
• Peringkat 1 Risk Management
Acara :
Anugerah Perbankan Indonesia
Penyelenggara:
Business Review dan Ideku Group
Tanggal :
26 September 2013
THE WORLD’S BIGGEST PUBLIC COMPANY
Acara :
The Global 2000
Penyelenggara :
Forbes Magazine
Tanggal :
3 Oktober 2013
BEST PERFORMANCE BANKING 2013
Kategori Bank Buku 4
Acara :
Indonesian Banking Awards
Penyelenggara :
Majalah Tempo dan CRMS Indonesia
Tanggal :
PERINGKAT I BUMN FINANCE-LISTED 2012
Acara :
Annual Report Awards Penyelenggara :
OJK-BI-KNKG-Dirjen Pajak
Tanggal :
01 Oktober 2013
PERINGKAT 2 UMUM DARI 230 PESERTA.
Acara :
Annual Report Awards Penyelenggara :
OJK-BI-KNKG-Dirjen Pajak
Tanggal :
01 Oktober 2013
25 LISTED COMPANY IN SUSTAINABLE RESPONSIBLE INvESTMENT (SRI) KEHATI INDEx
Penyelenggara :
Yayasan Kehati
Tanggal :
01 Mei 2013
Sertiikasi
ISO 9001:2008
Sistem Manajemen MutuISO 9001:2008
Sentra Operasi BRI telah beroperasi dengan sistem manajemen kualitas yang sesuai dengan ISO 9001:2008 untuk bidang Provision of Payment System by RTGS, Clearing and Remmittance. Sertiikasi dari Lloyd’s Register Quality Assurance, pada tanggal 12 Desember 2012 dan berlaku sampai dengan tanggal 12 Desember 2015
ISO 9001 : 2008
Layanan Contact Center (LCC) BRI telah beroperasi dengan sistem manajemen kualitas yang sesuai dengan ISO 9001:2008. Sertiikasi dari Veriication New Zealand Limited pada tanggal 5 Desember 2011 dan berlaku sampai dengan tanggal 5 Desember 2014
ISO 9001 : 2008
Quality Management untuk 2 (dua) ruang lingkup tugas/fungsi, yakni produksi kartu dan
114 Manajemen Aktiva Tetap dan Pengadaan Barang dan Jasa
116 Manajemen Risiko
202
Analisa dan Pembahasan
Manajemen
204 Tinjauan Umum
208 Kondisi Perbankan 2013
209 Pertumbuhan Kredit UMKM Nasional
210 Tinjauan Bisnis
210 Segmen Bisnis
212 Bisnis Mikro dan Program 220 Bisnis Ritel dan Menengah 228 Bisnis BUMN dan Korporasi 234 Bisnis Internasional
238 Bisnis Treasury dan Jasa Penunjang Pasar Modal
242 Tinjauan Kinerja Keuangan
244 Laporan Laba Rugi 249 Laporan Posisi Keuangan
258 Informasi Keuangan Lainnya
258 Pencapaian Target 2013 258 Target 2014
258 Komitmen dan Kontinjensi 259 Derivatif dan Fasilitas Lindung Nilai
259 Dampak Perubahan Suku Bunga Terhadap Kinerja Bank
260 Upaya Meningkatkan Perolehan Fee Based Income
263 Informasi-informasi Material Lain
263
Informasi dan Fakta Material Mengenai Investasi, Ekspansi, Divestasi, Akuisisi atau Restrukturisasi Hutang/Modal.
263
Perkembangan Terakhir Standar Akuntansi Keuangan dan Dampaknya terhadap Laporan Keuangan.
263 Kebijakan Akuntansi dan Informasi Keuangan Kejadian Luar Biasa
263
Perubahan Peraturan Perundang-undangan dan Dampaknya terhadap Kinerja Bank
266 Informasi dan Fakta Material setelah Tanggal Laporan Akuntan
266 Transaksi Benturan Kepentingan 266 Transaksi Berelasi
Ikhtisar Utama
16 Ikhtisar Keuangan18 Peristiwa Penting 2013
20 Penghargaan dan Sertiikasi
26
Laporan Pengurus
Perusahaan
28 Sambutan Komisaris Utama
38 Laporan Direktur Utama
50 Pernyataan Tanggung Jawab Laporan Tahunan Dari Komisaris dan Direksi
52
Proil
Perusahaan
54 Nama, Alamat & Informasi Umum Perusahaan
56 Sekilas Bank BRI
58 Milestone Bank BRI
60 Visi, Misi dan Nilai Utama Perusahaan
62 Produk dan Jasa Perbankan
64 Peta Wilayah dan Jaringan Kantor
66 Jaringan Kantor BRI
68 Struktur Organisasi
70 Entitas Anak dan Asosiasi
71 Struktur Usaha BRI beserta Anak Usaha dan Asosiasi
72
Informasi
Bagi Investor
75 Ikhtisar Saham
76 Ikhtisar Obligasi
76 Kronologi Pencatatan Saham
76 Management Stock Option Plan
78 Komposisi Pemegang Saham
78 Kondisi Pasar Modal dan Kinerja Saham BRI
80 Dividen dan Kebijakan Dividen
81 Obligasi Sub-Ordinasi
81 Obligasi Senior USD
82
Tinjauan
Operasional
Tata kelola Perusahaan
272 Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan 273 Dasar Acuan Implementasi GCG277 Road Map Implementasi BRI 280 Implementasi GCG
285 Pedoman Dan Kebijakan Tata Kelola Perusahaan
285 Pedoman Tata Kelola Perusahaan (GCG Corporate Charter)
289 Kebijakan dan Prosedur Operasional Perusahaan.
290 Informasi Kebijakan dan Program Penting Lainnya
295 Struktur Dan Mekanisme Tata Kelola Perusahaan
296 Rapat Umum Pemegang Saham 298 Dewan Komisaris
309 Direksi
322 Hubungan Komisaris dan Direksi 326 Komite Dibawah Dewan Komisaris 337 Komite - Komite Dibawah Direksi 347 Sekretaris Dewan Komisaris 348 Sekretaris Perusahaan
348 Dasar Acuan, Panduan, Struktur, Fungsi Sekretaris Perusahaan, dsb 349 Hubungan Masyarakat
350 Hubungan Investor
352 Biro Direksi dan Dewan Komisaris, dsb
353 Laporan Kepatuhan
353 Dasar Acuan, Panduan, Struktur, Pelaksanaan Tugas, dsb 354 Pelaksanaan APU-PPT
355 USA PATRIOT ACT, Evaluasi Efektiitas Kepatuhan, dsb
356 Manajemen Risiko
357 Sistim Pengendalian Internal 359 Audit Intern
359 Fungsi Audit Intern 359 Dasar Acuan 359 Piagam Audit
360 Struktur dan Kedudukan
361 Ketua dan Pengangkatan Ketua Audit Internal
362 SDM Audit Internal
379 Perkara Hukum
382
Tanggung
Jawab Sosial
384 Asas dan Komitmen
387 Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan
388 Tanggung Jawab Ketenagakerjaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
390 Tanggung Jawab Terhadap Komunitas
390 Penyaluran Kredit Program (KUR dan Kredit Program Lainnya)
391 Pelaksanaan Kegiatan CSR
397 Tanggung Jawab Terhadap Konsumen/Nasabah
400
Informasi
Perusahaan
402 Proil Dewan Komisaris 406 Proil Direksi
412 Proil Komite Dewan Komisaris 415 Daftar Pejabat Senior
416 Daftar Nama Kepala Divisi 417 Alamat Kantor
418 Unit Kerja
419 Alamat Kontak Bagi Pembaca
420
Lampiran-
Lampiran
420 Press Release
423 Korespondensi Dengan OJK dan BEI
TerasBrI, dan Teras BrI
keliling telah menyediakan
jangkauan yang lebih
luas sampai ke pelosok
negeri dengan tujuan
memperkokoh basis
nasabah melalui edukasi dan
informasi perbankan.
Sambutan Komisaris Utama
BRI berhasil mengatasi kurang kondusifnya kondisi
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia yang diberikan sehingga pada tahun 2013 Perseroan dapat mencapai kinerja yang sangat baik.
Pada tahun 2013 kondisi
makroekonomi masih menunjukkan kondisi yang penuh tantangan, hal ini dapat kita lihat dari beberapa pengaruh faktor eksternal maupun internal. Beberapa faktor eksternal yaitu terjadinya perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, seperti China, Jepang, Amerika, penurunan harga komoditas global, dan ekspektasi pemulihan perekonomian Amerika yang belum menunjukkan arah yang positif. Sedangkan beberapa faktor internal yaitu semakin besarnya deisit neraca perdagangan dan neraca pembayaran (balance of payment), melemahnya nilai tukar rupiah, inlasi, dan melambatnya pertumbuhan kredit serta kompetisi yang semakin ketat dalam pengumpulan dana.
Meskipun kondisi makroekonomi tersebut di atas, namun dengan semangat dan kerja keras dari jajaran manajemen dan seluruh pekerja BRI, maka pencapaian kinerja Bank BRI tahun 2013 masih sangat membanggakan. Pencapaian kinerja Perseroan tahun 2013 mengalami peningkatan yang sangat baik dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dalam pertumbuhan rasio keuangan pokok konsolidasi tahun 2013, seperti pertumbuhan total aset sebesar 13.6% dari posisi Desember
2012, kredit yang disalurkan tumbuh 23,8%, dana pihak ketiga tumbuh 12.0%, pendapatan bunga bersih sebesar 20.9%, laba setelah pajak sebesar Rp 21.35 triliun, dan non performing loan sebesar 1,63% atau lebih baik dibandingkan tahun 2012 sebesar 1,80%.
Pencapaian tersebut berkat dukungan SDM yang handal, teknologi informasi, dan perluasan jaringan kantor Perseroan. Adanya penambahan jumlah kantor sebanyak 756 unit kerja, yang terdiri dari 7 Kantor Cabang, 20 Kantor Cabang Pembantu, 144 BRI Unit, 36 Kantor Kas, 549 Teras BRI dan 1 Kantor Inspeksi, ditambah pertumbuhan jumlah layanan mobile banking sebesar 45.329 unit, Bank BRI senantiasa meningkatkan pelayanan terhadap nasabah untuk menjadi “The Biggest Payment Bank in Indonesia” yang siap menjangkau dan melayani seluruh lapisan masyarakat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Atas pencapaian kinerja tersebut Dewan Komisaris menyampaikan apresiasi, penghargaan dan terima kasih kepada seluruh jajaran Perseroan dan stakeholders atas kerja keras dan dukungan yang telah diberikan selama tahun 2013 sehingga pencapaian kinerja Perseroan lebih baik dibandingkan pencapaian kinerja tahun sebelumnya.
Tahun 2014 merupakan tahun yang penuh tantangan yang bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan
kerja keras manajemen
beserta seluruh
jajarannya dan
dukungan seluruh
pemangku kepentingan
telah membuat BrI
meraih hasil
umum. Untuk itu, Perseroan memandang tahun 2014 sebagai “Tahun Produktivitas dan Dana untuk Meraih Optimizing Capabilities to Sustain The Growth”. Terkait hal tersebut Manajemen telah merumuskan strategi berikut :
1. BRI sebagai Bank dengan jaringan kerja dan SDM yang produktif dan eisien, 2. Ekspansi kredit dengan risiko
rendah dengan memanfaatkan trickle down business,
3. Terjaganya aspek rasio kesehatan bank.
Berbagai strategi inisiatif yang telah dirumuskan tersebut perlu diimplementasikan dengan baik oleh para pihak atau Unit Kerja terkait, terutama dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat pada segmen UMKM. Seluruh kegiatan Perseroan harus dilakukan sesuai dengan strategi aset, strategi dana, strategi permodalan, pertumbuhan non organik, strategi fee based income, dan support strategy yang telah dirumuskan. Selain itu, seluruh
Sambutan Komisaris Utama
Bunasor Sanim
Komisaris Utama
pekerja Perseroan harus memegang teguh kode etik pekerja dan budaya kerja dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Destination Statement Perseroan pada tahun 2014 yaitu menjadi “Bank dengan Pertumbuhan Tabungan Masyarakat dan Pelayanan Kepada Nasabah Terbaik di Indonesia” dan tekad bersama Direksi dan Dewan Komisaris untuk menjadikan BRI sebagai “The Most Valuable Bank” pada tahun 2017 dapat direalisasikan. Sejalan dengan hal tersebut,
mengingat perkembangan dunia usaha yang dinamis dan kompetitif, terlebih status Perseroan sebagai perusahaan terbuka, maka Dewan Komisaris senantiasa menuntut komitmen seluruh jajaran Perseroan yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menjalankan tugasnya dengan semaksimal mungkin, sehingga destination statement tersebut dapat terwujud.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dewan Komisaris senantiasa berupaya untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan tugas pengawasan terhadap jalannya perseroan, serta bekerjasama secara harmonis dengan jajaran Direksi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan jalan kemudahan, bimbingan, dan kekuatan bagi seluruh insan BRI dalam menghadapi persaingan dan tantangan yang semakin kompleks. Aamiin.
Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Tahun 2013
Dewan Komisaris PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi dengan itikad baik, bertanggung jawab dan penuh kehati-hatian demi kepentingan Perseroan. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris melakukannya secara independen, berpedoman kepada ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundangan yang berlaku, serta berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Pengawasan Dewan Komisaris meliputi pengawasan terhadap kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan Perseroan oleh Direksi, memberikan nasihat kepada Direksi, dan memastikan bahwa Direksi telah melaksanakan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan serta ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
Pengawasan dan pemberian nasihat oleh Dewan Komisaris dilakukan demi kepentingan Perseroan dan untuk memastikan bahwa Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta untuk memastikan bahwa Perseroan telah dikelola oleh Direksi untuk menjaga kepentingan pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya. Dalam optimalisasi pelaksanaan tugas tersebut, Dewan Komisaris memiliki perangkat pendukung yang terdiri dari Komite Audit, Komite Pengawasan Manajemen Risiko, serta Komite Nominasi dan Remunerasi.
Dewan Komisaris sebagai suatu majelis telah memiliki kompetensi inti yang dibutuhkan. Untuk menjaga obyektivitas dan independensi, Dewan Komisaris dalam
melaksanakan tugas pengawasan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan operasional Perseroan, kecuali dalam penyediaan dana kepada pihak terkait dan hal-hal lain yang diatur dalam Anggaran Dasar
Evaluasi Kinerja
Dan Pengawasan
Perseroan Tahun 2013
Dewan Komisaris bersyukur bahwa Perseroan dapat melalui Tahun 2013 dengan baik mengingat sejak pertengahan tahun 2013 telah terjadi perlambatan ekonomi sebagai akibat kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Melambatnya PDB beberapa negara mitra dagang utama, penurunan harga komoditas global, isu tapering pada perekonomian Amerika, dan kondisi dalam negeri seperti deisit neraca pembayaran yang melebar, luktuasi nilai tukar rupiah dan meningkatnya inlasi telah menyebabkan industri perbankan mengalami pengetatan likuiditas yang diiringi dengan meningkatnya tekanan biaya dana.
Sepanjang tahun 2013, Direksi mampu menunjukkan peningkatan kinerja yang sangat signiikan. Secara konsolidasi, laba bersih mampu menembus angka Rp 20 triliun yaitu sebesar Rp 21,35 triliun dan asset mencapai Rp 626,18 triliun. Pencapaian ini juga diikuti oleh perbaikan pada indikator penting lainnya seperti pertumbuhan kredit yang mencapai 23,80% YoY dan pendapatan fee-based income yang berdasarkan angka bank saja mencapai Rp 4,86 triliun dengan kontribusi terhadap pendapatan mencapai 7,2% . Perseroan juga mencatat peningkatan rasio-rasio utama yang lebih baik dibanding bank pesaing. Rasio imbal hasil rata-rata ekuitas yang mencapai 34,11%, rasio imbal hasil rata-rata aktiva yang mencapai 5,03% dan rasio eisiensi biaya operasi (BOPO) yang mencapai 60,58%. Bersamaan dengan
pengembangan bisnis, Direksi juga mampu untuk fokus menjaga kualitas aset yang menghasilkan tingkat NPL gross 1,55% dan NPL nett 0,31%. Direksi juga berhasil menjaga likuiditas dengan mempertahankan GWM Utama Rupiah dan GWM Valas pada kisaran 8% dengan LDR
direksi mampu
menunjukkan
peningkatan kinerja
yang sangat signiikan,
baik dari sisi kuantitas
seperti kenaikan laba,
aset berkualitas dan
penghimpunan dpk
maupun kualitas
pengelolaan, seperti
tercermin pada indeks
nilai GCG dan
Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Tahun 2013
Menyadari bahwa selain pentingnya pencapaian target pertumbuhan bisnis, namun yang lebih penting lagi adalah dapat menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan, Dewan Komisaris berupaya melakukan pengawasan secara disiplin terhadap paramater-parameter mikro keuangan dan makro eksternal sebagai suatu cara untuk terciptanya sistem peringatan dini (early warning system).
1. Proil Risiko
Dengan semakin kompleksnya aktiitas usaha dan luasnya jaringan kerja BRI yang terbesar dan tersebar, maka perlu didukung dengan penerapan manajemen risiko yang memadai agar mampu mengidentiikasi setiap potensi risiko yang terjadi saat ini maupun yang akan datang. Penerapan manajemen risiko dilakukan terhadap 4 (empat) aspek yang saling berkaitan dan saling terintegrasi, yaitu tata kelola; kerangka manajemen risiko; proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya dan sistem informasi manajemen risiko; dan kecukupan sistem pengendalian risiko.
Risiko inheren BRI selama tahun 2013 masih dapat dimitigasi melalui penerapan manajemen risiko secara baik, yang tercermin pada tingkat risiko low untuk risiko pasar dan risiko kepatuhan, serta tingkat risiko low to moderate untuk risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, dan risiko reputasi. Dengan demikian tingkat risiko komposit berada pada kategori low to moderate (nilai 2).
2. Good Corporate Governance (GCG)
Penerapan Tata Kelola Perusahaan telah dilaksanakan oleh Perseroan berlandaskan pada lima prinsip dasar (Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Independen, dan Kewajaran).
Pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan antara lain:
a. Transparansi, keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dan mengemukakan informasi material yang relevan mengenai perusahaan, antara lain tercermin dari Laporan Keuangan Publikasi yang disampaikan setiap triwulan, menginformasikan jumlah saham yang dimiliki oleh Dewan Komisaris dan Direksi dalam laporan tahunan Perseroan.
b. Akuntabilitas, kejelasan fungsi pelaksanaan dan pertanggungjawaban manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara eisien dan ekonomis, antara lain tercermin dari penetapan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing struktur organisasi, sistem rekrutmen pegawai yang fair dan obyektif, sistem remunerasi manajemen dan pekerja yang berbasis kinerja.
c. Pertanggungjawaban, kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat, antara lain tercermin dari pelaksanaan pelaporan Perseroan kepada regulator dan otoritas berwenang lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Independen, suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat, antara lain tercermin dari adanya komitmen dari seluruh pekerja Perseroan untuk bekerja secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/
untuk memastikan
pertumbuhan yang
berkelanjutan
Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Tahun 2013
hukuman yang obyektif dan bersifat mendidik bagi setiap pelanggaran serta memberikan perlakuan yang sama bagi seluruh nasabah Perseroan.
Dewan Komisaris menilai secara umum Perseroan telah menerapkan dan
mengaplikasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan Perseroan.
3. Rentabilitas
Dewan Komisaris menilai sepanjang tahun 2013 Direksi telah berhasil menerapkan strategi yang dipilih sehingga Perseroan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp21,16 triliun, tumbuh 14,2% dari perolehan laba bersih tahun sebelumnya (angka bank saja).
Pencapaian laba bersih tersebut tidak terlepas dari keberhasilan mempertahankan NIM diatas 8% yaitu mencapai 8,55% yang lebih tinggi dari NIM periode tahun sebelumnya yang mencapai 8,42%.
Disamping itu, keberhasilan pencapaian laba bersih juga dikontribusi oleh terjaganya rata-rata biaya dana ditengah situasi persaingan untuk mendapatkan dana. Pada tahun 2013 cost of fund (COF) hanya meningkat 3 bps menjadi 3,71%.
Direksi juga mampu mencatat peningkatan rasio-rasio keuangan utama yang lebih baik dibanding bank pesaing, seperti rasio imbal hasil rata-rata ekuitas (ROE) yang mencapai 34,11%, dan rasio imbal hasil rata-rata aktiva (ROA) yang mencapai 5,03%. Namun apabila dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya, rasio ROE dan ROA tersebut mengalami sedikit penurunan dimana pada periode sebelumnya rasio
Tingkat eisiensi yang ditunjukkan dengan rasio BOPO dan CER masing-masing mencapai 60,58% dan 42,13% dibanding tahun lalu yang masing-masing mencapai 59,93% dan 43,11%, kenaikan BOPO lebih disebabkan karena adanya kenaikan biaya SDM yang signiikan yaitu sebagai akibat konversi pegawai dari tenaga outsourcing menjadi tenaga kontrak serta peningkatan status pekerja dari kontrak menjadi pekerja tetap.
4. Permodalan
Secara umum Dewan Komisaris menilai Direksi mampu melakukan pengelolaan permodalan dengan baik sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha Perseroan. Hal ini tergambar dari kemampuan Direksi menjaga tingkat permodalan di atas batas minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang dicerminkan dari pencapaian Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 16,99%.
Aktivitas Pengawasan
Dan Rekomendasi
Di dalam melaksanakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris melakukan :
1. Rapat rutin Dewan Komisaris minimal 1 minggu sekali. 2. Rapat Direksi dan Dewan
Komisaris minimal 1 bulan sekali. 3. Kunjungan Kerja ke seluruh
wilayah kerja BRI selindo secara terjadwal,
4. Rapat Dewan Komisaris dengan divisi terkait.
5. Mengundang Direksi dan unit kerja terkait untuk membahas masalah yang mendesak untuk mencari solusi.
Dari hasil Kunjungan Kerja Dewan Komisaris dan hasil Rapat tersebut di atas, direkomendasikan :
1. Perkreditan
Dewan Komisaris senantiasa memberi rekomendasi agar penyaluran kredit dilakukan dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, meningkatkan kualitas pengendalian internal dan penerapan manajemen risiko perkreditan yang memadai.
Untuk mempertahankan posisi Perseroan sebagai “Bank Pemimpin Bisnis Mikro, Kecil dan Menengah”, Dewan Komisaris juga selalu menegaskan agar penyaluran kredit pada segmen UMKM tetap dipertahankan minimal pada porsi tertentu.
Dewan Komisaris juga mendukung kebijakan Direksi dalam meningkatkan ekspansi kredit melalui strategi trickle down business. Selain itu Dewan Komisaris selalu berperan aktif memberikan saran dan masukan dalam forum konsultasi kredit antara Direksi dan Komisaris yang dilaksanakan untuk pemberian kredit kepada Debitur dalam jumlah tertentu.
2. Pendanaan
Dewan Komisaris senantiasa memberi rekomendasi dan saran agar Perseroan mengupayakan peningkatan komposisi dana murah sehingga tingkat bunga yang diberikan kepada nasabah dapat lebih kompetitif dibandingkan dengan bank pesaing. Target kenaikan dana pihak ketiga pada tahun 2014 agar selalu dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun, sehingga dapat mendukung pencapaian target ekspansi kredit dan menjaga likuiditas Perseroan.
3. Pendapatan dan Beban
Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Tahun 2013
Selain itu akselerasi pemenuhan SDM yang dilakukan tetap memperhatikan peningkatan kompetensi dan kualitas kepemimpinan melalui penyempurnaan kualitas pendidikan, pelatihan,
pembinaan dan pendampingan oleh senior, serta internalisasi dan penerapan budaya Perusahaan, sehingga dapat mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.
Dewan Komisaris mengapresiasi langkah-langkah terbentuknya komposisi jumlah pekerja yang ideal antara pekerja bisnis dan pekerja supporting. Hal ini harus didukung oleh peningkatan peran Teknologi Informasi yang menunjang SDM dalam operasional Perseroan. Disamping itu adanya strategi MSDM untuk mendukung tahun dana pada 2014, melalui optimalisasi pemenuhan SDM khususnya bidang pemasaran dana, dan perbaikan kebijakan di bidang ketenagakerjaan beserta implementasinya, yang pada akhirnya akan membantu terwujudnya Bank dengan jaringan kerja dan SDM yang produktif dan eisien.
6. Teknologi Informasi
Teknologi Informasi merupakan aspek penting dalam meningkatkan eisiensi sekaligus layanan kepada nasabah, oleh karena itu Dewan Komisaris menyarankan agar pengembangan Teknologi Informasi dititikberatkan pada peningkatan kehandalan jaringan agar dapat menyediakan layanan prima kepada nasabah. Dewan Komisaris menyarankan agar Direksi dapat mengoptimalkan Teknologi Informasi dalam mendukung peningkatan akurasi, kecepatan, dan kualitas melalui aktiitas trade inance,
remittance, cash management, dan transactional account dengan memanfaatkan jaringan Unit Kerja BRI yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan terkait dengan beban, Dewan Komisaris senantiasa memberi saran agar Perseroan senantiasa mengupayakan peningkatan eisiensi.
4. Permodalan
Dewan Komisaris merekomendasikan agar pertumbuhan modal Perseroan dapat dioptimalkan melalui peningkatan laba ditahan. Upaya peningkatan sumber pendanaan/modal kerja melalui penerbitan surat berharga, baik dalam bentuk MTN maupun obligasi, agar dilaksanakan dengan berdasarkan pada analisa yang cermat dan mendalam dengan mengupayakan term and condition yang paling menguntungkan bagi Perseroan, dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia memiliki peran yang sentral dalam Perseroan, oleh karena itu Dewan Komisaris senantiasa memberi perhatian khusus terhadap pengelolaan SDM Perseroan. Selama tahun 2013 Dewan Komisaris telah memberikan berbagai saran dan rekomendasi kepada Manajemen terkait dengan pengelolaan SDM, antara lain tentang pentingnya perencanaan SDM dan Manpower Planning dilakukan secara strategi integratif yang mengacu pada corporate plan, RBB dan RKAP, serta sesuai dengan kebutuhan riil
sumber daya Manusia
Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Tahun 2013
7. Manajemen Risiko
Peningkatan risiko terkait dengan adanya
penambahan jumlah jaringan kantor, peningkatan jumlah sumber daya manusia, dan semakin
beragamnya produk perbankan harus diikuti dengan upaya memperkuat infrastruktur manajemen resiko dan sistem pengendalian intern.
8. Pengendalian Intern
Dewan Komisaris merekomendasikan agar memperbaiki kualitas pengendalian internal antara lain:
a. Meningkatkan pengawasan melekat pada setiap proses operasional di unit kerja.
b. Mengoptimalkan peran dan fungsi Manajemen Risiko pada seluruh Unit Kerja.
c. Meningkatkan kualitas pengendalian internal melalui penerapan Risk Based Audit terhadap proses operasional di unit kerja dan meningkatkan kualitas internal auditor. d. Meningkatkan monitoring oleh pemimpin unit
kerja terhadap tindak lanjut yang dilakukan oleh Unit Kerja terhadap temuan audit internal maupun eksternal.
9. Penyertaan Modal
Penyertaan modal pada perusahaan anak agar didahului dengan kajian yang mendalam dan komprehensif, dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam penyertaan modal juga harus didasari atas strategi pengembangan Perusahaan Anak yang lebih baik, sinergis, dan saling
menguntungkan, yang disertai dengan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana bisnis Perusahaan Anak.
10. Belanja Modal
Penyusunan anggaran belanja modal diselaraskan dengan perencanaan proyek, perkembangan bisnis dan kesiapan SDM. Selain itu, penggunaan anggaran tersebut perlu dioptimalisasikan supaya layanan kepada nasabah dapat ditingkatkan.
11. Jaringan Kantor
Penambahan jaringan Unit Kerja perlu diimbangi dengan langkah-langkah strategis sebagai berikut :
a. peningkatan koordinasi antar Unit Kerja sehingga terjadi sinkronisasi dan dapat mendukung pencapaian target yang telah ditetapkan. Adapun koordinasi yang dimaksud mencakup :
• Sumber Daya Manusia, terkait manning analysis, penetapan formasi, dan pemenuhan formasi dilakukan dengan koordinasi aktif antar Unit Kerja yang terlibat.
• Teknologi Informasi, terkait pengadaan e-channel, dilakukan antara Divisi Teknologi Sistem Informasi, Divisi Manajemen Aktiva Tetap, Divisi Pengadaan Barang dan Jasa, Divisi Jaringan Kerja Bisnis Mikro, Divisi Jaringan Kerja Bisnis Ritel, dan Unit Kerja pengguna.
• Logistik pendukung, terkait pengadaan tanah, gedung, dan sarana serta prasarana Kantor dilakukan oleh Divisi Manajemen Aktiva Tetap, Divisi Pengadaan Barang dan Jasa dan Unit Kerja pengguna.
b. Direksi agar melakukan evaluasi terhadap rencana pembukaan kantor cabang baru agar diselaraskan dengan penerapan kebijakan branchless banking. Untuk itu diperlukan persiapan kerja sama dengan pihak lain yang akan menjadi mitra kerja (agen).
c. Optimalisasi penggunaan itur ATM maupun e-channel dengan meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada nasabah sehingga mampu meningkatkan fee based income.
12. Good Corporate Governance (GCG)
Dewan Komisaris merekomendasikan supaya setiap insan Perseroan menjaga konsistensi pelaksanaan Good Corporate Governance sehingga menjadi salah satu budaya Perseroan.
13. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL)
Penyaluran dana PKBL agar dititikberatkan pada bantuan bina lingkungan dan tidak terikat pada penyaluran kepada kelompok tetapi juga kepada individual. Adapun pencatatan dan pertanggungjawaban penggunaan dan penyaluran dana tersebut harus dilakukan dengan baik sesuai dengan kaidah akuntansi yang berlaku.
Komisaris
Ahmad Fuad
Komisaris Independen
vincentius Sonny Loho
Komisaris
Hermanto Siregar
Mustafa Abubakar
Wakil Komisaris Utama
Aviliani
Adhyaksa Dault
Komisaris Independen
Heru Lelono
Laporan Direktur Utama
Tahun 2013 kembali menjadi tahun ekspansi bisnis yang dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dengan memberikan hasil yang membanggakan berupa keberhasilan BRI dalam mencatat peningkatan kredit segmen UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) terbesar di Indonesia, meningkatkan pangsa pasar UMKM menjadi sekitar 29,5% dan mencatatkan peningkatan laba bersih 14,3% menjadi sebesar Rp21,35 triliun.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pemegang Saham Yang Terhormat,
Segala puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena berkat rahmat-Nya BRI dapat melalui tahun 2013 yang penuh tantangan dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Atas nama Direksi BRI, perkenankan kami menyampaikan beberapa pencapaian utama kinerja BRI selama tahun buku 2013 kepada para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Kondisi Perekonomian
dan Perbankan
Indonesia 2013
Seiring dengan ketidakpastian perekonomian global, melemahnya permintaan komoditas primer dari Indonesia dan meningkatnya porsi subsidi BBM, yang menyebabkan dilakukannya penyesuaian harga energi (BBM dan listrik), berdampak terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,23%, menjadi sekitar 5,7%. Pertumbuhan PDB tersebut kembali didukung oleh naiknya konsumsi rumah tangga, kegiatan investasi dan kegiatan ekspor. Namun demikian, pelemahan permintaan komoditas dan lonjakan konsumsi BBM tersebut membuat neraca berjalan mengalami tekanan yang pada akhirnya
berdampak terhadap meningkatnya inlasi dan pelemahan nilai tukar rupiah pada paruh kedua tahun 2013.
Upaya pengendalian inlasi dan nilai tukar rupiah selanjutnya dilakukan melalui dua pendekatan, pertama, mengurangi subsidi BBM melalui penyesuaian harga dan kedua, meningkatkan suku bunga rujukan BI rate menjadi sebesar 7,5% dari posisi 5,75% secara bertahap sejak pertengahan tahun 2013. Langkah ini pada akhirnya menjadikan tingkat inlasi mulai lebih terkendali, yang terlihat pada angka inlasi di akhir tahun 2013 yang berada pada 8,38%, lebih rendah dari ekspektasi yaitu
juga terlihat mulai stabil pada kisaran 12.000 rupiah/US Dollar pada akhir 2013.
Dalam situasi tersebut, stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan di tahun 2013 tetap terjaga cukup baik. Kinerja industri perbankan per Desember 2013 yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang tercatat sebesar 18,13% jauh diatas batasan minimum 8%. Kualitas kredit juga terjaga dengan baik, tercermin pada tingkat NPL (gross) sebesar 1,77% yang berada jauh dibawah batasan maksimum NPL sebesar 5%. Pertumbuhan kredit nasional tercatat sebesar 21,6%, sedikit menurun dari tingkat pertumbuhan kredit nasional di tahun 2012 yang mencapai 23,97%, dan tetap didominasi oleh pertumbuhan kredit komersial yang sekaligus mencerminkan kondisi dan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun demikian, kenaikan tingkat inlasi akibat penyesuaian harga BBM, volatilitas harga bahan pangan serta pelemahan kegiatan perekonomian mendorong peningkatan persaingan perbankan dalam akuisisi dana pihak ketiga.
Menghadapi kondisi perekonomian dan perbankan yang sudah diperkirakan akan semakin menantang di tahun 2013, manajemen BRI menetapkan target pertumbuhan bisnis yang berkualitas melalu ekspansi bisnis yang prudent didasarkan pada strategi market penetration, market development dan product development. Strategi tersebut bertujuan untuk mencapai target sebagai bank yang paling besar menyalurkan kredit ke segmen UMKM, disertai upaya optimalisasi aktiitas layanan jasa perbankan dan perluasan akses serta peningkatan kualitas layanan, guna menggali potensi fee based income yang pada akhirnya sekaligus mendukung upaya terwujudnya konsep inancial inclusion di Indonesia.
kontributor utama
pertumbuhan
perekonomian Indonesia
di tahun 2013 tetap
didominasi oleh
konsumsi domestik,
khususnya pengeluaran
konsumsi rumah tangga
yang mencapai
55,3%
dari pdB.
Melampaui Target
Kinerja Tahun 2013
Pertumbuhan Tertinggi Di
Segmen Mikro, Kecil dan
Menengah Yang Disertai
Perbaikan Kualitas Kredit
Pada tahun 2013, melalui penerapan strategi bisnis tersebut, BRI
membukukan pertumbuhan kredit yang membanggakan di seluruh segmen bisnis. Volume pertumbuhan kredit terbesar tercatat pada segmen bisnis mikro yang bertambah senilai Rp25,34 triliun (angka bank saja), atau naik 23,72% menjadi Rp132,13 triliun. Volume pertumbuhan tersebut menjadikan BRI sebagai Bank di Indonesia yang mencatatkan nilai pertumbuhan terbesar di segmen mikro sekaligus membuat posisi BRI semakin kokoh sebagai bank terbesar di segmen mikro dengan pangsa pasar mencapai 45% (angka bank saja).
Secara keseluruhan, BRI mampu memperkokoh posisinya sebagai bank penyalur kredit terbesar di segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang sekaligus kembali menegaskan hasil positif dari konsistensi dalam perencanaan strategis BRI yang tetap berfokus pada segmen tersebut. Pada tahun 2013, outstanding kredit UMKM BRI mencapai Rp179,61 triliun (bank only) tumbuh 21,50% dibandingkan tahun 2012. Dengan pertumbuhan tersebut, portfolio kredit untuk segmen UMKM berada pada kisaran 41,7%, sementara porsi kredit segmen mikro tetap mendominasi terhadap total kredit yang diberikan dengan persentasi mencapai 30,7%. Posisi outstanding kredit UMKM tersebut juga menegaskan posisi BRI sebagai Bank dengan pertumbuhan segmen UMKM tertinggi di Indonesia dan pangsa pasar UMKM sebesar 29.5% dari perbankan nasional.
Pertumbuhan di segmen mikro
2012. Revitalisasi yang meliputi penambahan kapasitas tenaga pemasar kredit, perluasan jaringan product development serta penambahan customer base berjalan sesuai yang diharapkan. Kapasitas tenaga pemasar di tahun 2013 menunjukkan peningkatan, dicerminkan oleh peningkatan rasio mantri per unit kerja mikro yang mencapai 3,7 meningkat dibanding tahun 2012 sebesar 3,1 yang
mercerminkan peningkatan kapasitas dalam menyalurkan kredit.
Sementara itu disisi jaringan, selama tahun 2013 BRI telah menambah 144 BRI Unit, 434 Teras BRI, 115 Teras BRI Keliling sehingga secara keseluruhan jaringan unit kerja mikro BRI tercatat sebesar 7.821, meningkat dari posisi tahun 2012 yang sebesar 7.128. Selain penambahan unit kerja baru, konsistensi program perluasan jaringan kerja tersebut juga diikuti dengan peningkatan produktivitas unit kerja sepanjang tahun 2013, khususnya pada Teras BRI.
Selanjutnya, dengan pertimbangan kinerja dan potensi bisnis, sepanjang tahun 2013, BRI kembali meningkatkan skala usaha sejumlah unit kerja operasionalnya dimana 10 Kantor Cabang Pembantu menjadi Kantor Cabang, 3 Kantor Kas menjadi Kantor Cabang Pembantu dan 43 TerasBRI menjadi BRI Unit.
Produktivitas Teras BRI tercatat sebesar Rp3,73 miliar outstanding kredit per teras dan Rp1,91 miliar dana pihak ketiga per Teras BRI, meningkat dari posisinya di tahun 2012 yang sebesar Rp2,49 miliar outstanding kredit per Teras dan Rp1,06 miliar dana pihak ketiga per Teras.
Target pemambahan customer base juga berhasil dicapai, ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah nasabah mikro BRI, baik disisi pinjaman maupun disisi simpanan. Jumlah
Laporan Direktur Utama
BrI berhasil mengatasi
kondisi perekonomian
yang cukup menantang
dengan membukukan
pertumbuhan kredit
hingga sebesar
23,66%,
lebih tinggi dari
pertumbuhan kredit
perbankan nasional
diikuti keberhasilan
meningkatkan kualitas
kredit, ditunjukkan
dengan penurunan
npL (angka bank
saja) menjadi
1,55%
Laporan Direktur Utama
juga berhasil meningkatkan jumlah migrasi nasabah KUR-Mikro menjadi nasabah Mikro-Komersial secara substansial, yaitu 842 ribu nasabah sehingga memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan jumlah nasabah kredit mikro.
Dari sisi simpanan juga terjadi peningkatan jumlah rekening tabungan, dari 23,83 juta di tahun 2012 menjadi 27,68 juta rekening di tahun 2013. Besarnya jumlah dalam portofolio kredit dan simpanan mikro khususnya tabungan tersebut menunjukkan bahwa Bisnis Mikro BRI terbukti mampu menjangkau masyarakat yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Hal ini menunjukan model bisnis BRI telah membantu mewujudkan upaya inancial inclusion di Indonesia, yang diharapkan membuat kegiatan perekonomian berlangsung semakin eisien, dan pada akhirnya akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Revitalisasi yang juga diikuti dengan penerapan strategi integrasi pertumbuhan antar segmen bisnis dengan menekankan adanya trickle down bisnis antara segmen korporasi dengan segmen mikro, ritel dan menengah, juga turut berkontribusi pada terciptanya keseimbangan pertumbuhan segmen bisnis tersebut diatas. BRI mencatat peningkatan nilai kredit segmen ritel menengah hasil trickle down bisnis di tahun 2013 yang mencapai Rp3,36 triliun naik 67,8% dari nilai sebesar Rp1,30 triliun di tahun 2012.
Upaya revitalisasi, cross selling antar produk segmen bisnis dan trickle down bisnis korporasi dengan segmen UMKM, menghasilkan capaian strategis lain yang membanggakan, yakni perbaikan kualitas kredit di seluruh segmen bisnis. Dengan kata lain, BRI berhasil menciptakan pertumbuhan aset yang berkualitas. Hal ini tercermin pada terus menurunnya tingkat Non Performing Loan (NPL) dari
1,78% di akhir tahun 2012 menjadi 1,55% di tahun 2013, jauh dibawah batasan maksimum NPL BI yang sebesar 5%. Tingkat pertumbuhan kredit BRI di sekitar 23,66% selama tahun 2013 yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional dengan disertai penurunan NPL tersebut menunjukkan keberhasilan BRI mengembangkan dan mengelola portofolio kredit yang sehat dan berkualitas.
Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga
Untuk penghimpunan dana pihak ketiga, strategi yang ditetapkan adalah peningkatan aksesibilitas dan kualitas layanan, dengan target terjaganya porsi dana murah sebagai sumber dana pihak ke tiga BRI secara optimal. Penerapan strategi ini juga memberikan hasil yang membanggakan. Selama tahun 2013, BRI berhasil menghimpun dana pihak ketiga dengan komposisi dana murah yang tetap optimal. Komposisi dana murah terhadap total dana pihak ketiga mampu dijaga di kisaran 60%.
Tabungan, sebagai sumber dana murah tumbuh relatif stabil dengan peningkatan lebih besar dibandingkan jenis simpanan lainnya. Setelah mengalami peningkatan 19,61% atau mencapai Rp184,37 triliun di tahun 2012, pada tahun 2013 dana tabungan yang berhasil dihimpun meningkat 15,20% menjadi sebesar Rp210,0 triliun. Sementara itu, deposito tumbuh sebesar 13,53%, menjadi senilai Rp198,34 triliun dari angka tahun 2012 yang sebesar Rp184,37 triliun, sedangkan giro, seiring melambatnya pertumbuhan perekonomian, mengalami penurunan sebesar 1,37% menjadi senilai Rp78,02 triliun dari nilai Rp78,75 triliun di tahun 2012. Sehingga secara keseluruhan, komposisi dana pihak ketiga BRI ditahun 2013 untuk dana murah berada pada 59,22%, sedangkan sisanya sebesar 40,78% adalah berupa deposito . Komposisi
realisasi pengembangan
jaringan membuat
operasional BrI kini
didukung oleh
9.808
unit
kerja konvensional
dan
104.570 e-channel
,
termasuk
18.292 unit
ATM
yang tersebar di
pengembangan jaringan
dan itur produk berbasis
TI berhasil meningkatkan
pendapatan fee based
income BrI yang terkait
e-banking sebesar
78.5%
menjadi sebesar
Rp673.6 miliar.
Laporan Direktur Utama
dan struktur nasabah simpanan tersebut menunjukkan keberhasilan BRI menjaga kestabilan sumber dana murah untuk mendukung pertumbuhan kredit dan bisnis lainnya secara berkesinambungan.
Peningkatan akses dan
kualitas layanan serta
penggalian potensi Fee
Based Income.
Target lain yang tak kalah pentingya untuk dicapai dengan strategi peningkatan aksesibilitas dan kualitas layanan adalah pertumbuhan fee based income dan target jangka panjang untuk menjadikan BRI sebagai the biggest national payment gateway dalam sistem keuangan Indonesia Salah satu strategi yang sudah diterapkan dengan seksama adalah melalui pengembangan e-banking.
Sebagai bentuk realisasi rencana tersebut, di tahun 2013 BRI memperkuat jaringan e-channel dengan menambah 4.000 ATM, sehingga total jaringan ATM di akhir tahun menjadi 18.292 ATM, menjadikan BRI sebagai bank yang memiliki jaringan ATM terbesar diantara bank-bank di Indonesia dengan lokasi ATM yang tersebar luas hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Selain ATM, BRI menambah jaringan EDC yang meliputi 41.221 EDC (Electronic Data Capture), 100 CDM (Cash Deposit Machine) dan 8 e-Buzz sehingga dengan penambahan tersebut hingga akhir Desember 2013, BRI telah memiliki total 104.570 jaringan e-channel, terdiri dari 18.292 ATM, 85.936 EDC, 100 kiosK, 192 CDM dan 50 e-buzz. Jaringan e-Buzz dimaksudkan untuk menambah mobilitas layanan. Dalam rangka menambah mobilitas dan membuka aksesabilitas daerah terpencil yang minim infrastruktur jalan, BRI juga mengkaji pengembangan Teras BRI Kapal.
menggali potensi fee based income. Hasil dari pengembangan jaringan e-banking dan pengembangan itur produk tersebut adalah peningkatan fee based income yang berasal dari peningkatan transaksi e-banking. Pertumbuhan fee yang berasal dari transaksi yang dilakukan di e-channel BRI mencatat pertumbuhan tertinggi. Sehingga BRI telah mencatatkan pergeseran fee based, dari time based ke transactional based. Pemegang debit card juga konsisten menunjukan peningkatan, sebagai proxy dari potensi peningkatan transaksi e-banking dan fee based income. Adapun total penerimaan fee based BRI di tahun 2013 mencapai nilai sebesar Rp4,86 triliun, naik 23,71% dari nilai sebesar Rp3,93 triliun di tahun sebelumnya.
Pengembangan jaringan baik konvensional maupun e-channel, bersama dengan pengembangan itur produk berbasis TI
merupakan salah satu cara BRI untuk meningkatkan kualitas layanan, membuka asksesabilitas nasabah yang tersebar di seluruh pelosok negeri dan mendukung pengembangan segmen UMKM yang merupakan core business BRI.
Peningkatan Laba dan
Penguatan Kondisi
Permodalan
Laba bersih BrI di tahun
2013, tumbuh
14,3%
mencapai
Rp21,35
triliun.
Laporan Direktur Utama
Sementara disisi permodalan, BRI memiliki kebijakan selain untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan regulator, juga untuk menjaga struktur modal yang mampu mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank, baik risiko pasar, risiko kredit dan risiko operasional. Di akhir tahun 2013, Total CAR mencapai 16,99% yang mengalami sedikit peningkatan dibandingkan posisi akhir tahun 2012 yang sebesar 16,95%.
Tantangan yang dihadapi dan solusi
Secara umum, kinerja perusahaan di sepanjang tahun 2013 terkait pencapaian target bisnis cukup menghadapi banyak tantangan. Tantangan yang dihadapi diantaranya terkait perubahan kondisi perekonomian domestik seiring
kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun, dimana perekonomian global belum pulih.
Kenaikan tingkat inlasi tersebut disertai dengan deisit transaksi berjalan akibat pelemahan permintaan komoditas Indonesia dan pelemahan nilai tukar rupiah sehingga BI meningkatkan suku bunga acuannya. Akibatnya, kegiatan investasi mengalami perlambatan dan pertumbuhan kredit terkena imbasnya. Disisi lain, inlasi ikut andil dalam penurunan daya beli masyarakat, yang selanjutnya menyebabkan kemampuan menabung berkurang, yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah dana pihak ketiga yang dapat diserap oleh perbankan.
Dalam menghadapi tantangan diatas, BRI konsisten untuk tetap fokus mengembangkan segmen UMKM yang disertai dengan peningkatan peran teknologi informasi, serta terus merealisasikan program penetrasi pasar melalui peningkatan akses layanan. Sementara itu, terkait pemenuhan SDM yang berkualitas, sebagian kegiatan rekrutmen dilakukan ditingkat regional dimana program pelatihan telah disesuaikan dengan kebutuhan bisnis BRI. Dalam hal ini BRI telah menambah sentra pendidikan di Medan, Sumatera Utara, sehingga secara keseluruhan BRI kini memiliki .8 sentra pendidikan tersebar di seluruh Indonesia.
Tata Kelola Perusahaan – Merealisasikan GCG
Excellence
Sebagai bentuk realisasi komitmen GCG excellence, BRI melaksanakan seluruh tahapan peningkatan kualitas penerapan GCG yang meliputi perumusan implementasi, evaluasi dan monitoring untuk menjamin pelaksanaan dan pencapaian praktek terbaik dimana seluruh aturan menyangkut tata kelola organisasi diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh segenap lapisan organisasi. BRI senantiasa melakukan peninjauan, penyusunan dan pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, The Indonesian Corporate Governance Code dan GCG Charter serta memperhatikan perkembangan terkini termasuk pemenuhan kaidah ASEAN Corporate Governance Scorecard untuk mendapatkan feed-back peningkatan kualitas penerapan GCG.
Laporan Direktur Utama
BrI telah menerapkan
manajemen risiko secara
terpadu berdasarkan asas
three lines of defense
serta membentuk fungsi
manajemen risiko yang
independen dari fungsi
bisnis dan audit.
BRI secara berkala juga melaksanakan kegiatan monitoring sebagai tahap lanjutan dari upaya peningkatan kualitas implementasi GCG, yakni pelaksanaan assessment GCG baik dengan metode self assessment sesuai ketentuan regulator, maupun pelaksanaan third party assessment, evaluasi kinerja Perusahaan berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan serta evaluasi terhadap kebijakan dan sistem BRI secara berkala. Hasil monitoring tersebut termasuk rekomendasi yang diberikan oleh assesor independent untuk digunakan sebagai feed back bagi upaya peningkatan kualitas penerapan GCG.
Sebagai realisasi upaya
peningkatan kualitas penerapan GCG, sepanjang tahun 2013, BRI telah menyelenggarakan sejumlah kegiatan diantaranya: Kick Of Revitalisasi Budaya Kerja, Eksternalisasi implementasi Corporate Governance BRI kepada Stakeholders BRI, Brainstorming Nilai-Nilai Budaya Dasar BRI (Core Values), Training Terhadap Change Agent untuk memastikan terjadinya perubahan dan internalisasi budaya kerja, self assesment kualitas penerapan GCG sesuai metode Bank Indonesia, assesment melalui CGPI, dan sebagainya.
Berbagai kegiatan tersebut
menunjukkan keteguhan komitmen Manajemen dan seluruh jajaran insan BRI dalam penerapan GCG . Bagi BRI, upaya peningkatan kompetensi SDM dalam bidang operasional dan pengembangan bisnis akan lebih bermakna dan memberi hasil optimal bagi seluruh pemangku kepentingan jika disertai dengan upaya peningkatan integritas dalam melaksanakan seluruh tugas yang diberikan. Integritas hanya dapat dibentuk melalui penerapan terbaik praktek-praktek dan kaidah GCG secara optimal.
Pengelolaan Risiko –
Mengatasi Tantangan
Menjadi Peluang.
BRI menetapkan fungsi manajemen risiko sebagai fungsi yang
independen terhadap fungsi bisnis dan fungsi audit dalam rangka mendapatkan suatu sistem manajemen risiko yang tepat serta menjaga obyektivitas penilaian dan pengukuran manajemen risiko. Melalui pelaksanaan
manajemen risiko tersebut, BRI telah merealisasikan berbagai langkah mitigasi risiko yang dihadapi sesuai dengan ketentuan regulator dan kebutuhan untuk mempersiapkan bank dalam menghadapi dan mengatasi seluruh jenis risiko dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya.
BRI telah menerapkan ketentuan Basel I dan Basel II dalam pengelolaan risiko, yang pada prinsipnya
tersusun dalam three lines of defense yang ditujukan untuk menjaga azas independensi dalam proses pengambilan keputusan. First line of defense yaitu unit kerja bisnis/ operasional dengan aktivitas fungsional sebagai pihak yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi pengendalian intern dan menjaga kualitas output dan proses bisnis sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Second line of defense adalah unit kerja manajemen risiko yang memantau penerapan manajemen risiko BRI sesuai toleransi risiko dan third line of defense adalah unit kerja audit internal yang berfungsi melakukan pengendalian melalui evaluasi kepada irst line dan second lineof defense serta melaporkan kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris secara independen.