1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Memasuki dunia industri yang semakin modern akan diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan makin kompleks dan rumit, tenaga kerja yang semakin ahli dan terampil. Namun tidak selamanya penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan yang bervariasi dalam suatu industri diikuti dengan selaras oleh keterampilan dan keahlian tenaga kerjanya yang mengoperasikan peralatan dan mempergunakan bahan dalam proses industri tersebut. Kemungkinan timbulnya bahaya yang besar berupa kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja ini dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan peralatan, pemahaman, kemampuan serta ketrampilan tenaga kerja yang kurang memadai. Masalah tersebut diatas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Untuk mengurangi masalah tersebut maka diperlukan peningkatan pelaksanaan K3 di tempat kerja baik listrik maupun mekanik agar kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apayang dimaksud dengan keselamatan kerja listrik? 2. Apa sajakah dasar hukum dan tujuan K3 listrik? 3. Apa sajakah bahaya listrik ?
4. Bagaimana upaya pencegahan kecelakaan kerja listrik? 5. Apakah yang dimaksud keselamatan mekanik?
6. Apa sajakah ruang lingkup kerja mekanik?
7. Apa sajakah tipe dan sumber bahaya kecelakaan kerja mekanik? 8. Bagaimana upaya pencegahan kecelakaan kerja mekanik? 9. Apa saja Alat pelindung diri pekerjaan kelistrikan dan mekanik?
2 1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan kerja listrik. 2. Untuk mengetahui dasar hukum dan tujuan K3 listrik. 3. Untuk mengetahuibahaya listrik.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan kecelakaan kerja listrik. 5. Untuk mengetahui pengertian keselamatan kerja mekanik. 6. Untuk mengetahui ruang lingkup kerja mekanik.
7. Untuk mengetahui tipe dan sumber bahaya kecelakaan kerja mekanik. 8. Untuk upaya pencegahan kecelakaan kerja mekanik.
9. Untuk mengetahui apa saja alat pelindung diri pekerjaan listrik dan mekanik
3 BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Keselamatan Kerja Listrik
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan. Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya listrik.
2.1.1 Dasar Hukum K3 Listrik
Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga Kerja No.Per. 04/MEN?1988. Prinsip- prinsip keselamatan pemasangan listrik Antara lain:
Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan Mengundahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL) Harus menggunakan tenaga terlatih
Bertanggungjawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya
Orang yang diserahi tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari instalasi yang berwenang. ketentuan lain mengenai persyaratan Keselamatan Kerja Bidang
Ketenagalistrikan
instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri listrik oleh pegawai pengawas spesialis listrik
instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi
4 2.1.2 Tujuan K3 Listrik
Tujuan K3 Listrik diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan penggunaannya. 2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
bahaya sentuhan langsung bahaya sentuhan tidak langsung bahaya kebakaran
2.1.3 Bahaya Listrik 1. Kejut Listrik
Kejut listrik terjadi karenabeberapa kemungkinan,antara lain :
– Menyentuh kabel telanjang berarus listrik – Menyentuh kabel berarus yang isolasinya rusak – Kegagalan peralatan
– Terkena muatan listrik statis – Disambar petir
Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500°C. Tegangan lebih dari 500 V merupakan resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak-balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan gangguan jantung (fibrilasi ventrikel).
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Efek Sengatan Listrik Beberapa faktor yang mengakibatkan beraneka ragam dampak sengatan listrik adalah :
1. Ukuran fisik bidang kontak
Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan perlengkapan listrik,semakin rendah hambatan instalasinya, semakin banyak arus listrik yang mengalir melewati tubuh dan akibatnya semakin parah.
5 2. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh korban maksudnya kondisi kesehatan korban. Apabila yang terkena sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit akibatnya tentu akan lebih parah dari korban yang dalam kondisi prima.
3. Hambatan / tahanan tubuh
Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran arus listrik. Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung tergantung kepada keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab.
Ketika kulit manusia dalam kondisi kering, tahanan tubuh menjadi tinggi dan cukup untuk melindungi bahaya sengatan listrik. Namun, kondisi kulit benar-benar kering sangat jarang dijumpai, kecendrungannya setiap orang akan mengelurkan keringat walaupun hanya sedikit. Oleh karena itu tubuh dianggap selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan kemungkinan terkena sengatan menjadi tinggi.
Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus listrik. Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa mengalami luka bakar.
4. Jumlah miliampere
Miliampere adalah satuan yang digunakan untuk mengukur arus listrik. Semakin besar arus listrik yang melewati tubuh manusia, semakin besar pula resiko sengatan yang ditimbulkan bagi tubuh manusia. Batas ambang sengatan listrik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Tingkatan Bahaya Akibat Arus Listrik
Batas Arus Pengaruh yang mungkin pada tubuh manusia
1 mA Level persepsi, terasa adanya arus listrik sedikit
6 6-30 mA Sakit dan sangat mengejutkan, otot kehilangan kontrol
50-150 mA Sakit yang hebat, pernapasan tertahan, otot berkontraksi keras dan tidak sanggup lagi melepaskan penghantar, mungkin terjadi kematian
1000-4300 mA
Ventricular fibrillation (jantung kehilangan irama denyut), kontraksi otot dan kerusakan syaraf terjadi. Sangat mungkin terjadi kematian.
10.000 mA Kegiatan jantung tertahan, terbakar hebat, dan terjadi kematian
b. Pertolongan Pertama pada Kejut Listrik
Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya lemas karena arus listrik mengalir pada bagian tubuhnya. Kejut listrik juga dapat mematikan korban. Dibawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut listrik tersebut:
1. Cepat matikan tegangan suplai: dengan menurunkan MCB (Mini atur Circuit Breaker) lokasi atau menghubungsingkatkan sikrit, atau mencabut tusuk kontak dari kotak kontaknya.Jika tegangan tidak dapat dimatikan, cepat lepaskan korban dari kontak listrik dengan menggunakan alat-alat ini : kayu kering, tali yang kuat atau kering, sabuk kulit, baju kering atau bahkan dengan menendang dengan sepatu kulit.
2. Jauhkan korban dari area tersebut
Perhatikan kondisi korban, apakah masih bernafas atau sudah tidak. Lakukan pernafasan buatan bila korban tidak bernafas lagi Buatlah kondisi korban senyaman mungkin, mungkin korban harus
ditutupi selimut agar hangat sebelum dilakukan pertolongan lain bila perlu.
7 c. Efek dari Kejut Listrik Terhadap Manusia
Sengatan listrik (electric shock) memiliki efek terhadap manusia, seperti :
Efek pada jantung (Cardiac)
Arus AC 30-200mA dapat menyebabkan ventricular fibrillation (VF)*. Sementara arus diatas 5A dapat menyebabkan asystole*. Efek lainnya adalah rusaknya pembuluh jantung (myocardial).
Efek pada otot tulang
Arus listrik lebih dari 15 -20 mA memunculkan gejala kontraksi yang hebat (tetanic contraction) yang menyebabkan tubuh sulit melepaskan diri dari sumber listrik mengakibatkan sindrome pelepasan lengan dan tulang belakang jika sengatan listrik mengenai lengan.
Cedera otot
Thrombosis (pembekuan darah) dan occlusion (penyumbatan dalam pembuluh) yang menghasilkan ischaemia (arteri koroner) dan necrosis (kematian sel atau jaringan).Yang terjadi pada lengan mengakibatkan kerusakan otot dan memerlukanamputasi.
Cedera susunan syaraf (Neurological injuries)
Dapat terjadi kerusakan terpusat atau sebagian dan seketika maupun jangka panjang. Jika sengatan listrik melewati kedua bahu, maka kerusakaan sumsum tulang belakang dapat terjadi.Sementara sengatan listrik pada bagian kepala menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, dan pengaruh jangka panjangnya seperti epilepsi, encephalopathy, dan Parkinsonism.
Efek lain dari sengatan listrik juga mengakibatkan gagal ginjal, pecahnya gendang telinga (tegangan tinggi), katarak.
d. Cara Mencegah Terjadinya Kejut Listrik
1. Jangan bergurau saat memasang instalasi
2. Tidak boleh menekan tombol semabarangan
8 4. Pastikan kondisi badan tidak basah saat memasang instalasi.
2. Kebakaran
Timbulnya kebakaran listrik akibat penggunaan energi listrik disebabkan oleh: 1. Penggunaan stop kontak atau adaptor yang berlebihan
Yang dimaksudkan di sini adalah penyambungan beban yang berlebihan sehingga melampaui kapasitas stop-kontak atau kabel yang mencatu dayanya. Sehingga terjadi percikan api pada saat mencolokkan listrik. Bila percikan tersebut mengenai benda yang mudah terbakar, maka kebakaran bukan hal yang mustahil untuk terjadi.
2. Penggunaan kabel yang tidak sesuai dengan beban
Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel atau penghantar tersebut sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Hal ini karena isolasi kabel rusak yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel jelek dan penampang kabel terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik yang mengalirinya. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan yang akhirnya bisa merusak isolasi dan atau membakar benda-benda sekitarnya. Agar terhindar dari peristiwa kapasitas lebih semacam ini maka ukuran kabel harus disesuaikan dengan peraturan instalasi listrik.
3. Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi
Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan mengeluarkan soket ke stop-kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya di mana terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar.
4. Instalasi kontak yang jelek
Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan kawat positip dan kawat negatip yang beraliran listrik. Terkadang untuk memperkuat sekering atau MCB (miniature Circuit Breaker), mengganti dengan ukuran yang lebih besar. Sehingga listrik tidak jatuh saat terjadi beban berlebihan, tetapi akan mengakibatkan sambungan listrik terbakar.
9 5. Penggunaan peralatan listrik dengan kualitas rendah.
a. Dampak Kebakaran Listrik Terhadap Manusia Mengalami luka bakar
Kecelakaan listrik dapat menyebabkan manusia mengalami luka ringan maupun berat.
Kematian
Kecelakaan listrik yang arusnya besar dapat menyebabkan kematian terhadap manusia
Kerugian material
Dalam kejadian kebakaran listrik di sebuah rumah ataupun industry menyebabkan harta benda manusia ikut terbakar.
b. Pencegahan dan penanggulan bahaya Kebakaran
Yakinkan isolasi kabel tidak terkelupas / pecah atau sambungan terminal tidak kendor yang bisa berakibat terjadinya percikan bunga api. Jika mendapati hal-hal yang demikian segera laporkan dan dibuatkan perbaikan.
Apabila menjalankan salah satu motor , kemudian MCB trip kembali sebaiknya hanya kita lakukan maximum 2 kali untuk meresetnya dan segera kita informasikan Crew untuk mengecek / memperbaikinya.
Apabila terjadi kebakaran segera isolasi daerah yang terkena dan gunakan alat pemadam kebakaran yang sesuai untuk memadamkannya
3. Radiasi
Menurut pakar kelistrikan yang setuju bahaya radiasi listrik , batas aman bagi kita pada jarak + 3 meter dan berada selama 4 jam terus menerus pada lingkungan yang terjangkau radiasi.
2.1.4 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Listrik Penyebab terjadinya kecelakaan listrik, diantaranya :
Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan menimbulkan bahaya kejut
Jaringan dengan hantaran telanjang Peralatan listrik yang rusak
10 Kebocoran listrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabila terjadi kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body
Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka
Penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan kapasitasnya sehingga dapat menimbulkan bahaya kebakaran
Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak ( stop kontak) dengan kotak tusuk lebih satu (bertumpuk)
2.1.5 Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Listrik
Langkah- langkah konkrit mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat bekerja dengan aliran listrik, berikut merupakan langkah-langkahnya :
Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain meliputi: a) Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
b) Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain : sepatu bot dari bahan karet atau berisolasi dan tidak diperkenankan dengan kaki telanjang.
Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu bekerja yang berhubungan dengan instalasi listrik. Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik
yang mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).
Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi listrik yang dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik
lainnya, bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan terbuka atau tidak terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa keadaan panel tersebut dan segera mengunci.
Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam kondisi terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus
11 segera diperbaiki dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan bahan isolator.
Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau instalasi listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat listrik.
Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan.
Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur tidak diperkenankan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik.
Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik dalam kondisi mati dan memasang label / tanda peringatan pada panel atau switch on / off “Aliran listrik Jangan Dihidupkan” untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat aliran listrik yang dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang lainnya atau pekerja.
Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus sudah dicabut dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.
2.2 Keselamatan Kerja Mekanik
Keselamatan kerja mekanik merupakan keselamatan kerja yang mencakup semua yang ada pada ruang lingkup kerja mekanik. Energi mekanik dianggap berbahaya bila energinya cukup besar untuk menimbulkan cedera fisik pada orang. Energi mekanik dapat dikelompokan menjadi:
Gravitasi (karena posisi) Tersimpan (pegas) Hidrolik
pneumatik
Penggunaan peralatan mekanik semakin meningkat, namun banyak peralatan yang digunakan tidak layak dioperasikan.Pengusaha, Pengurus, Tenaga Kerja belum mengenal dan memahami ketentuan dan syarat-syarat K3 Mekanik.Guna mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan PAK yang disebabkan
12 oleh penggunaan peralatan mekanik maka perlu pengendalian, pembinaan, dan pengawasan K3 Mekanik.
2.2.1 Ruang lingkup kerja mekanik a) Pesawat tenaga dan produksi
Pesawat tenaga dan produksi antara lain pesawat penggerak roda/beban, perlengkapan transmisi tenaga mekanik, mesin perkakas, mesin produksi, dapur las dan pengecoran logam
b) Pesawat angkat dan angkut
Pesawat angkat dan angkut meliputi: macam macam alat berat pada pertambangan, cane carrier, elevator, forklift, pita transportasi, alat angkut jalan landasan.
c) Alat perkakas tangan
Alat perkakas tangan meliputi: kikir, macam macam kunci, palu, pahat, tang, gunting, alat ukur, bor tangan, dan sebagainya.
2.2.2 Tipe Kecelakaan Kerja Mekanik • Peledakan
• Terjepit • Terpotong • Terpukul
• Terkena percikan besi panas • Luka bakar
• Luka terkena benda tajam • Kejatuhan alat perkakas • Terlemparnya alat perkakas • Terjungkit / Terguling • Tertimpa
13 2.2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja Mekanik
FAKTOR INSTALASI / PERALATAN
a. Konstruksi pesawat / instalasi tidak memenuhi syarat
o Material / proses pembuatan / pemasangan / pemeriksaan / pengujian
o Adanya kemunduran kualitas / perubahan dimensi pesawat / instalasi, dll. akibat pemakaian / kondisi operasi yang abnormal b. Alat pengaman / perlindungan / perlengkapan tidak memenuhi syarat atau
tidak berfungsi dengan baik c. Kondisi operasi tidak sesuai disain
o Beban melebihi batas maksimal o Proses operasi tidak sesuai prosedur d. Faktor Manusia / Pekerja
FAKTOR MANUSIA
– Sikap kurang baik (sembrono/arogansi) – Kesehatan tak memenuhi syarat – Tidak pakai APD
– Pengetahuan teknis/keterampilan kerja kurang, termasuk cara kerja yang aman
– Berbuat menyimpang/keterpaksaan FAKTOR MANAJEMEN
– Tidak melaksanakan syarat-syarat K3
– Tidak mengikuti petunjuk pembuat peralatan teknik – Prosedur kerja tidak ada
14 2.2.4 Sumber Bahaya
a. Sumber bahaya umum; – Kesalahan design – Kesalahan pemasangan – Kesalahan pemakaian – Kesalahan perawatan
– Tidak pernah diperiksa dan diuji kelaikannya b. Sumber bahaya khusus;
– Bagian-bagian berputar; poros, roda, puli, roda, dll
– Bagian-bagian bergerak; Gerak vertical, horizontal, maju dan mundur. – Bagian-bagian yang menanggung beban antara lain; pondasi, kolom-kolom,
chasis/kerangka, dll
– Tenaga penggerak; peledakan, suhu tinggi, kebisingan, getaran.
2.2.5 Pencegahan kecelakaan kerja mekanik
Pencegahan kecelakaan kerja pada bagian mesin perlu dilakukan sebelum, sewaktu, dan setelah bekerja.
a. Sebelum bekerja
Keselamatan kerja yang harus diperhatikan sebelum melaksakan pekerja meliputi:
• Persiapan dan pemakaian pelengkapan keselamatan kerja untuk si pekerja yakni; pakaian kerja sepatu kerja, helm, sarung tangan dan lain-lain.
• Pemeriksaan alat-alat dan perlengkapan yang digunakan seperti; pemeriksaan perlengkapan pengaman pada mesin-mesin dan lain-lain. • Pemeriksaan terhadap bahan yang akan dipekerjakan seperti pemeriksaan sisi-sisi pelat yang tajam.
• Lingkungan tempat bekerja juga perlu diperhatikan, sebab lingkungan kerja yang nyaman dapat memberikan motivasi terhadap pekerja untuk bekerja lebih kosenstrasi, sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil terjadi.
15 b. Sewaktu bekerja
Usaha-usaha yang diperlakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kecelakaan dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:
• Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
• Jangan coba-coba mengoperasikan mesin yang tidak diketahui prinsip-prinsip kerja yang benar tehadap pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan. • Pekerja harus menguasai pengetahuan keselamatan kerja.
• Konsentrsi penuh dalam bekerja. c. Selesai Bekerja
Setelah selesai bekerja keselamatan kerja juga perlu mendapat perhatian. Sebab akibat-akibat yang sering terjadi setelah selesai bekerja ini diantaranya terjadi kerusakan pada peralatan dan mesin-mesin, juga memungkinkan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja dan lingkungan tempat bekerja. Di samping itu kelalaian yang sering terjadi adalah lupa mematikan panel kontrol listrik. Hal ini sangat membahayakan bagi pekerja lainnya yang tidak mengetahui seperti tanpa sengaja menekan tombol mesin atau terpijaknya kabel arus listrik dan sebagainya.
2.3 Alat Pelindung Diri keselamatan kerja listrik dan Mekanik Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan ,memproses, dan
pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya. APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha oleh karyawan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah disepakati oleh
pemerintah melalui departement tenaga kerja Republik Indonesia .
16 Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet.pelindung kepala yang dikenal ada 4 jenis,yaitu Hard hat kelas A , kelas B , kelas C dan bump cap
klasifikasi masing –masing jenis adalah sebagai berikut: a. Kelas A
Hard hat kelas A dirancan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.
b. Kelas B
Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.
c. Kelas C
Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh,tetapi tidak melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif. d. .Bump cap
Bump cap dibuat dari plastic dengan berat yang ringan untuk melindungi kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol .bump cap tidak menggunakan system suspensi,tidak melindungi dari benda yang jatuh ,dan tidak melindungi dari kejutan listrik.karenanya bump cap tidak boleh digunakan untuk
menggantikan hard hat tipe apapun.
2.Pelindung mata
Pelindung mata disebut dengan Safety Glasses. Safety Glasses berbeda dengan kaca mata biasa, baik normal maupun kir (Prescription glasses), karena pada bagian atas kanan dan kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan jenis sinar UV (Ultra Violet) sampai persentase tertentu. Sinar ultaraviolet muncul karena lapisan ozon yang terbuka pada lapisan atmosfer bumi, UV dapat mengakibatkan pembakaran kepada kulit dan bahkan Kanker kulit.
17 3. Pelindung wajah
Pelindung wajah yang dikenal adalah ; a. Goggles.
Goggles memberikan pelindungan lebih baik dari pada safety glasses karena goggles terpasang dekat wajah.karena goggles mengitari area mata,maka goggles melindungi lebih baik pada situasi yang mungkin tejadi percikan cairan,uap logam,uap,serbuk,debu,dan kabut.
b. face shield.
face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering
digunakan pada operasi peleburan logam,percikan bahan kimia ,atau partikel yang melayang.Banyak Face shield yang dapat digunakan bersamaan dengan
pemakaian Hard Hat. Walaupun Facae Shield melindungi wajah, tetapi Face Shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan pemakaian Face Shield.
c.Welding Helmets
Jenis Pelindung Wajah yang lain adalah Welding Helmets (Topeng Las). Topeng las memberikan perlindungan pada wajah danmata. Topeng las memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yang dihasilkan selama operasi pengelasan. Sebagaimana Face Shield, Safety Glasses atau Goggles harus dipakai saat menggunakan Helm Las.
d.Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat zat berbau menyengat dan dari debu yang merugikan.
4. Pelindung Tangan
Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan cacat adalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Tangan manusia sangat unik. Tidak ada bentuk lain di dunia yang dapat mencengkram, memegang, bergerak dan memanipulasi benda seperti tangan manusia. Karenanya tangan harus dilindungi dan disayangi. APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai jenis penggunaanya. Berikut ini adalah
18 jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi dari bahan kimia.
Jenis-Jenis Safety Glove; a. Sarung Tangan Metak Mesh
Sarung metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong.
b. Sarung tangan Kulit
Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan kasar.
c. Sarung tangan Vinyl dan neoprene
Melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun d. Sarung tangan Padded Cloth
Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi.
e. Sarung tangan Heat resistant Mencegah terkena panas dan api f. Sarung tangan karet
Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet merupakan isolator (bukan penghantar listrik)
g. Sarung tangan Latex disposable
Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuk sekali pakai.
h. Sarung tangan lead lined
Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi.
5. Pelindung Kaki
Para ahli selama berabad-abad membuat rancangan dan struktur umtuk kaki manusia. Kaki manusia sangat kokoh untuk mendukung berat seluruh badan, dan cukup Flexible untuk memungkinkan berlari, bergerak, ataupun pergi. Tanpa kaki dan jari-jari kaki, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Hal-Hal yang
19 dapat menyebabkan kecelakan pada kaki salah satunya adalah akibat bahan kimia. Cairan seperti asam, basa, dan logan cair dapat menetes ke kaki dan sepatu. Bahan berbahaya tersebut dapat menyebabkan luka bakar akibat bahan kimia dan panas. Banyak jenis jenis sepatu keselamatan dan diantaranya adalah
a. Sepatu Latex/Karet
Sepatu ini tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan licin.
b. Sepatu Buthyl
Sepatu Buthyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol, asam, garam, dan basa.
c. Sepatu Vinyl
Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan darah. d. Sepatu Nitrile
Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.
6. Pelindung Telinga
Pelindung Telinga tidak boleh dianggap enteng terutama untuk pekerja yang bekerja di tempat yang berkondisi bising baik itu dari gesekan benda-benda keras ataupun bunyi-bunyi keras dari mesin. APD yang digunakan untuk kondisi seperti ini adalah dengan menggunakan Ear Phone, system kerja alat Earphone ini yaitu meredan suara yang akan masuk ke telinga sehingga suara bising tidak mengganggu dan merusak system kerja telinga, karena manusia mempuinyai batas pendengaran, apabila kekerasan suara yang terlalu keras maka akan
memyebabkan Kerusakan pada gendang telinga.
7. Tali Keselamatan
Tali Keselamatan Disebut Safety Belt, safety Belt diperlukan untuk perlindungan diri pekerja yang melakukan pekerjaannya yaitu diketinggian dan agar mengurangi resiko jatuh langsung dari ketinggian.
20 BAB III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja yang melakukan tugas di bagian listrik. Kecelakaan kerja listrik diantaranya adalah kejut listrik, sambaran petir, kebakaran, dan radiasi. Kecelakaan listrik umumnya disebabkan oleh penggunaan ataupun pemasangan alat listrik yang tidak sesuai standar yang dapat menyebabkan beberapa kecelakaan listrik tersebut.
Keselamatan kerja mekanik adalah keselamatan kerja yang berkaitan dengan pekerjaan seorang mekanik. Kecelakaan mekanik diantaranya Terjungkit/terguling,terjepit/terpotong,peledakan, roboh, tertimpa/tertimbun dan terkena radiasi. Kecelakaan mekanik dapat kita hidari dengan cara memperhatikan peralatan yang hendak kita pakai agar tejaga keamanannya.
21 Daftar Rujukan
Kustono, D., Solichim & Anny Martiningsih,2015. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Malang: Aditya Media Publishing
Hilman Muqayyimah , 2015, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dibidang Kelistrikan, (online),
http://muqayyimah.blogspot.co.id/2013/11/keselamatan-dan-kesehatan-kerja_25.html, Diakses 3 oktober 2016
Prasetya Purwa, 2014, Pengawasan-K3-Mekanik, (online),
https://id.scribd.com/doc/196698855/Pengawasan-K3-Mekanik, diakses 3 oktober 2016
_____, Cara Menangani Listrik Sesuai Prosedur K3, (online),
http://jurnalk3.com/cara-menangani-listrik-sesuai-prosedur-k3.html, diakses 3 oktober 2016
Sekar, 2014, k3-mekanik , (online), https://id.scribd.com/doc/239382202/k3-mekanik, diakses 2 oktober 2016
Chica Mayonnaise , 2010, Alat-Pelindung-Diri-K3,(online),
https://id.scribd.com/doc/31588533/Alat-Pelindung-Diri-K3, diakses 2 oktober 2016
Manguneh Alfian, Leni Nuraeni, Riza Julianty, Stefanus T. K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) Alat pelindung diri k3, (online),
https://id.scribd.com/doc/31588533/Alat-Pelindung-Diri-K3 diakses 3 oktober 2016
_____.pedoman-keselamatan-dari-jaringan-kabel-listrik-atas, (online), http://jurnalk3.com/pedoman-keselamatan-dari-jaringan-kabel-listrik-atas.html, diakses 2 oktober 2015
Ammha Tasmah, 2015, K3-bidang-kelistrikan , (online)
https://id.scribd.com/doc/256245882/K3-bidang-kelistrikan, diakses 2 oktober 2016