• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Jenjang Karir Perawat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Jenjang Karir Perawat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Jenjang Karir Perawat A. Pengertian Pengembangan Karir Perawat

Karir merupakan suatu deretan posisi yang selalu diduduki oleh seseorang selama perjalanan usianya (Robins, 2006). Karir diartikan sebagai semua pekerjaan yang dipegang seseorang selama kehidupan dalam pekerjannya (Davis & Werther, 96 dalam Meldona 96). Sistem pengembangan karir menurut Bernardin dan Russel adalah usaha secaa formal dan terorganisir serta terencana untuk mencapai keseimbangan antar kepentingan karir individu dengan organisasi secara keseluruhan. Sedangkan karir perawat menurut Depkes (2006) merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi.

Pengembangan karir professional Perawat Klinik (PK) bertujuan:

1. Meningkatkan moral kerja dan mngurangi kebuntuan karir (dead end job/career) 2. Menurunkan jumlah perwat yang keluar dari pekerjaannya (turn-over)

3. Menata sistem promosi berdasarkan mobilitas karir berfungsi dengan baik dan benar Prinsip Pengembangan

1. Kualifikasi

Kualifikasi perawat, dimulai dari lulusan D III Keperwatan. 2. Penjenjangan

Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akontebel dan etis seusai dengan batas kewenangan praktik dan kompleksitas masalah pasien/klien.

3. Penerepan Asuhan Keperawatan

Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatan langsung sesuai standar praktik kode etik perawat.

4. Kesempatan yang Sama

Setiap perawat klinik mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir sampai jenjang karir professional tertinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Standar Profesi

Dalam memberikan asuhahan keperawatan mengacu pada standar praktik keperawatan dan kode etik keperawatan.

6. Komitmen Pimpinan

Pimpinan sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan karir perawat, sehingga dapat dijamin kepuasan pasien/klien serta kepuasan perawat dalam pelayanan keperawatan.

B. Profesionalisasi Keperawatan di Indonesia

Pada awalnya, perawat dianggap sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh individu yang memiliki derajat sosial yang rendah. Perawat dilihat bukan sebagai pekerjaan yang bersifat sukarela atau memerlukan kemampuan intelektual tertentu. Seiring perkembangan situasi dan kondisi di tanah air, kebutuhan akan tenaga perawat akhirnya berubah.

Keperawatan sebagai profesi di Indonesia mulai disadari pada awal tahun 1983, yaitu setelah disepakatinya keperawatan sebagai profesi dan pendidikan keperawatan

(2)

berada pada jenjang pendidikan tinggi. Kesepakatan tersebut terjadi pada saat penyelenggaraan Lokakarya Nasional Keperawatan oleh Depdikbud, Depkes, dan DPP PPNI. Momentun ini selanjutnya dianggap sebagai tonggak profesionalisasi keperawatan di Indonesia.

Pada tahun 1984, sebagai perwujudan lokakarya tahun 1983 tersebut, diberlakukan kurikulum nasional untuk diploma III Keperawatan. Sedangkan Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dibuka pada tahun 1985 dan kurikulum pendidikan tinggi keperawatan jenjang S1 juga disahkan.

Tahun 1992 merupakan tahun penting bagi profesi keperawatan, karena pada tahun ini secara formal keberadaan tenaga keperawatan sebagai profesi diakui dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan PP Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan sebagai penjabarannya. Pada tahun 2000 diterbitkan Kepmenkes Nomor 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara profesional. Aturan ini disempurnakan pada tahun berikutnya melalui Kepmenkes Nomor 1239 Tahun 2001. Pada tahun 2014 telah disahkan UU Keperawatan untuk mengatur praktik profesi keperawatan (Tjiptoherijanto, 2008).

Perkembangan pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia ditandai dengan munculnya berbagai program studi ilmu keperawatan. Sampai saat ini, terdapat sekitar 60 institusi pendidikan sarjana keperawatan di seluruh Indonesia.

Menurut Nursalam (2008), sistem pendidikan tinggi di Indonesia dijelaskan sebagai berikut:

1. Program pendidikan DIII keperawatan

Program pendidikan DIII keperawatan yang meluluskan perawat generalis sebagai perawat vokasional (ahli madya keperawatan) berlandaskan keilmuwan dan keprofesian yang kokoh. Sebagai perawat vokasional atau profesional pemula harus tetap memiliki tingkah laku dan kemampuan profesional serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawah supervisi. Selain itu, mempunyai kemampuan mengelola praktik keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia dengan memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju dan tepat guna.

2. Program pendidikan Ners

Program pendidikan Ners menghasilkan lulusan perawat Sarjana Keperawatan dan Profesional (Ners= “First Profesional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar (sampai dengan kerumitan tertentu) secara mandiri. Sebagai perawat profesional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien dan melakukan supervisi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional pemula. Selain itu, juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan dengan memanfaatkan IPTEK, serta melakukan riset keperawatan dasar

(3)

dan penerapan sederhana. Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dan landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifat pendidikan profesi. 3. Program Magister Keperawatan

Program magister keperawatan menghasilkan perawat ilmuan dengan sikap dan tngkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan keperawatan. Sebagai perawat ilmuan diharapkan memiliki kemampuan berikut ini:

a. Meningkatkan pelayanan profesi dengan penelitian dan pengembangan b. Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya

c. Mengembangkan penampilannya yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu profesi yang serupa

d. Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah

4. Program Pendidikan Ners Spesialis

Program Ners Spesialis menghasilkan Magister Keperawatan dan profesional (ners spesialis, second profesional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan ketrampilan profesional, serta mampu untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan spesialistik.

C. Model Jenjang Karir Perawat

Model jenjang karir perawat telah dikembangkan oleh banyak pakar keperawatan di dunia. Jenjang karir perawat merupakan teori keperawatan yang dikemukakan oleh Benner tahun 1984 yang diadopsi dari model dryfus, disusul kemudian oleh Swansburg tahun 2000. Pada perkembangannya model jenjang karir diterapkan dan dikembangkan diberbagai Negara, antara lain di USA, IK, Kanada, Taiwan, Jepang dan Thailand termasuk juga Indonesia. Jenjang karir perawat di Indonesia telah disusun PPNI bersama departemen kesehatan dalam bentuk pedoman jenjang karir perawat tahun 2006. Berikut ini paparan beberapa model sistem jenjang karir perawat yang telah ada dan telah dikembangkan:

Teori From Novice To Expert dari Patricia Benner (1984)

Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) Competent, (4) Proficient, dan (5) expert

Model Karir dari Swansburg (2000)

Swansburg (2000), mengelompokkan jenjang karir menjadi empat, yaitu perawat klinik, perawat manajemen, perawat pendidik dan perawat peneliti. Model tahapan perawat klinik meliputi: Perawat klinis/ perawatan I (pemula/belum berpengalaman), Perawat klinis/ Staf II (pemula tahap lanjut), Perawat klinis/ Staff III (Kompeten), Perawat klinis/ Staff IV (terampil), Perawat klinis/ Staff V (ahli).

Model Career Pathways di United Kingdom

Blakemore, S (2010) memaparkan Nursing Careers di United Kingdom (UK) sejak tahun 2006 mengalamai proses modernisasi dengan model karir yang lebih fleksibel

(4)

tertuang dalam Career Pathways. Karir yang dikembangkan sejalan dengan konsep Benner dan Swansburg, yang menetapkan empat jalur karir, meliputi perawat klinik manajemen,pendidik, dan peneliti. Namun demikian, konsep pengembangan karir selanjutnya diarhkan pada lima career pathways yang meliputi: Family and public health, Acute and critical care, First contact, acces and urgent care, Supporting long-term care, Mental health and psychosocial care

Model Career Pathways di Jepang, Taiwan dan Thailand

Chiang-Hanisko, et al (2008), memaparkan jalur karir perawat yang dikembangkan di Jepang, Taiwan dan Thailand. Jenjang karir di Negara-negara teresebut dikembangkan mulai dari pendidikan keperawatan, dilanjutkan dengan dikeluarkan lisensi bagi perawat dengan kualifikasi tertentu. Secara umum kenaikan karir perawat di tiga Negara tersebut sama-sama mensyaratkan kualifikasi pendidikan formal, pengalaman kerja, pendidikan berkelanjutan dan uji kompetensi.

Karir perawat di Jepang terdiri dairi perawat generalis dan advanced spesialis. Perawat genera lmemiliki beberapa tingkatan yang meliputi Licensed Practical Nurse (LPN). Registered Nurse (RN), Public Health Nurse (PHN) dan Bidan. Karir perawat lanjutan diberikan pada perawat yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memenuhi syarat. Lisensi lanjutan bagi perawat di Jepang meliputi Certified Nurse (CN), Certified Nurse Administrator (CNA) dan Clinical Nurse Specialist (CNS)

Model Jenjang Karir Perawat di Indonesia (Pedoman Depkes, 2006)

Depkes RI pada tahun 2006 menyusun pedoman jenjang karir bagi perawat, yang didalamnya dijelaskan penjengjangan karir perawat professional yang meliputi perawat klinik, perawat manajer, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti. Selanjutnya, Depkes RI mengatur jenjang karir professional perawat klinik ke dalam lima tingkatan, sebagai berikut:

1. Perawat Klinik I (Umum).

Perawat klinik I (Novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki pengalaman kerja 2 tahun tau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan mempunyai sertifikat PK-I

2. Perawat Klinik II (Dasar)

Perawat klinik II (Advance Beginer) adalah perawat lulusan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja 5 tahun dan Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 3 tahun, dan mempunyai sertifikat PK-II

3. Perawat Klinik III (Lanjut)

Perawat klinik III (Competent) adalah perawat lulusan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Nets (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners Spesialis dengan pengalaman kerja 0 tahun , dan memiliki sertifikat PK-III. Bagi lulusan D-III Keperawatan yang

(5)

tidak melanjutkan ke jenjang S-I Keperawatan tidak dapat melanjutkan ke jenjang PK-IV dan seterusnya.

4. Perawat Klinik IV (PK IV)

Perawat klinik IV (Proficient) adalah Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners Spesialis dengan pengalaman kerja 2 tahun,dan memiliki sertifikat PK-IV.

5. Perawat Klinik V (PK V)

Perawat Klinik V (Expert) adalah Ners spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun dan memiliki sertifikat PK-V.

Jenjang karir perawat oleh DEPKES RI dari sumber PPNI D. Standar Kompetensi Perawat Indonesia

Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standart kinerja (performance) yang ditetapkan (PPNI, 2005).

Ranah dan unit kompetensi perawat menurut PPNI dibagi menjadi: 1. Praktik Profesional, etis, legal dan peka budaya

a. Bertanggung gugat terhadap praktik profesional

b. Melaksanakan praktik keperawatan (secara etis dan peka budaya) c. Melaksanakan praktik secara legal

2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan

a. Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan

b. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan c. Melakukan pengkajian keperawatan

d. Menyusun rencana keperawatan

e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana f. Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan

g. Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan

h. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman i. Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan

keperawatan/pelayanan kesehatan

(6)

3. Pengembangan Profesional

a. Melaksanakan peningkatan profesional dalam praktik keperawatan

b. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan dalam pelayanan keperawatan/pelayanan kesehatan

c. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi

Penetapan kompetensi perawat Indonesia mengacu pada ketentuan Standar Kompetensi Perawat Indonesia dari PPNI dan Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medis.

Kompetensi jenjang terbagi dalam lima macam kompetensi: 1. Kompetensi keperawatan dasar umum

2. Kompetensi keperawatan lanjutan atau kompetensi keperawatan dasar spesialistik 3. Kompetensi keperawatan spesialistik umum

4. Kompetensi keperawatan spesialistik khusus 5. Kompetensi keperawatan konsultan spesialistik

Standar kompetensi tiap jenjang: 1. Perawat Klinik I (PK I)

a. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien tanpa risiko (Klien minimal/partial care)

b. Pendokumentasian asuhan keperawatan c. Memahami teknik isolasi dan teknik disinfeksi d. Mampu mempersiapkan pasien pulang

e. Mampu melakukan penyuluhan kesehatan pada klien tanpa risiko

f. Mampu memberikan perawatan dasar untuk memenuhi kebutuhan personal hygine pada klien tanpa resiko, meliputi : memandikan, kebersihan mulut, perawatan kuku, merapikan tempat tidur pada klien tirah baring, membantu eliminasi, mengatur posisi tidur, membantu mobilisasi (membantu latihan fisik sederhana), monitoring TTV, monitoring intake-output, terampil memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

2. Perawat Klinik II (PK II)

a. Kompetensi Keperawatan Lanjutan Umum adalah kompetensi yang harus dimulai oleh semua Perawat Klinik II di semua area:

1) Identifikasi klien yang memerlukan pemasangan gastrointestinal tube

2) Mampu/terampil memasang gastrointestinal intubation pada klien tanpa risiko 3) Mampu memberi makan/minum melalui internal tube feeding

4) Identifikasi klien yang memerlukan kateterisasi urine 5) Mampu/terampil memasang kateter urine tanpa risiko

6) Mampu mengidentifikasi klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

7) Mampu/terampil memasang infus (limpah wewenang) 8) Monitoring IVFD (intra vena fluid doix)

9) Mampu melakukan injeksi sc/ic/im/iv (limpah wewenang) 10) Analisa nyeri dan pengelolaan nyeri

11) Mampu memberikan teknik relaksasi 12) Perawatan pre-operatif

13) Perawatan post-operatif

14) Perawatan luka operasi tanpa kontaminasi 15) Terampil BHD

(7)

17) Terampil identifikasi tanda-tanda syok hipovolemik, cardiogenik, hemoragik dan neurologik

18) Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien partial care

19) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan teknik isolasi 20) Mampu melakukan pendidikan kesehatan pada klien dengan resiko

21) Mampu membimbing PK I

22) Identifikasi tanda-tanda kegawat daruratan semua area

b. Keperawatan Lanjutan Khusus adalah keperawatan lanjutan sesuai area atau disebut juga Keperawatan Dasar Spesialistik;

1) Keperawatan Dasar Spesialistik Area Pediatrik

a) Asuhan keperawatan bayi segera setelah lahir pada persalinan normal atau aterm

b) Perawatan tali pusat c) Perawatan mata d) Perawatan telinga e) Memandikan bayi f) Perawatan bayi prematur

g) Perawatan bayi dengan foto terapi

h) Perawatan bayi dan anak dengan combustio 10%-20% 2) Keperawatan Dasar Spesialistik Area Maternitas

a) Mampu melakukan pemeriksaan kehamilan (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)

b) Mengidentifikasi dan monitoring persalinan normal

c) Mampu memberikan asuhan keperawatan masa nifas pada klien tanpa risiko, meliputi: vulva hygiene, perawatan payudara, monitoring pendarahan

d) Identifikasi tanda-tanda persalinan normal

e) Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi 3) Keperawatan Dasar Spesialistik Area Medigal/Surgical

a) Mampu melakukan kateterisasi urine pada klien dengan resiko b) Mampu melakukan pemasangan infus pada klien dengan resiko c) Mampu melakukan perawatan WSD

d) Mampu mengidentifikasi tanda-tanda gangguan metabolisme e) Mobilisasi klien dengan resiko

f) Identifikasi kasus kardiogenik dan neurogenik

g) Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi dan monitoring 3. Perawat Klinik III (PK III)

a. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Pediatrik 1) Mahir perawatan perinatal Area Pediatrik

2) Mahir perawatan bayi dan anak dengan total care 3) Mahir perawatan bayi dan anak dengan ostomi

4) Mahir perawatan bayi dan anak dengan combustio grade 30%-50%

5) Mahir melakukan asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan kegawatdaruratan

6) Mampu membimbing PK I dan PK II

7) Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga total care b. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Maternitas

1) Mampu memberikan pertolongan persalinan normal

2) Semua kompetensi keperawatan dasar spesialitik area pediatric 3) Monitoring dan identifikasi persalinan resiko tinggi

4) Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil monitoring

5) Mahir melakukan asuhan keperawatan pada klien denga total care (Perawatan PEB, eklamsi)

(8)

6) Mampu membimbing PK I dan PK II

c. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Medikal/Surgikal 1) Mampu mengidentifikasi EKG emergensi

2) Mampu melakukan pertolongan pertama klien dengan kegawatdaruratan 3) Mampu memasanga NGT dengan resiko

4) Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan total care 5) Mampu membimbing PK I dan PK II

6) Mampu melakukan ACLS 4. Perawat Klinik IV (PK IV)

a. Memberikan askep khusus atau sub-spesialisasi.

b. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub spesialis dgn keputusan secara mandiri

c. Melakukan bimbingan bagi PK III d. Melakukan dokumentasi askep

e. Melakukan kolaborasi dgn profesi lain f. Melakukan konseling kpd pasien

g. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga h. Membimbing peserta didik keperawatan

i. Mengidentifikasi hal-hal yg perlu diteliti lebih lanjut

5. Perawat Klinik V (PK V)

a. Memberikan askep khusus atau sub-spesialisasi dalam lingkup medikal bedah/ maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas/ gawat darurat

b. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri

c. Melakukan bimbingan bagi PK IV d. Melakukan dokumentasi askep

e. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain f. Melakukan konseling pada pasien

g. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien & keluarga h. Membimbing peserta didik keperawatan

i. Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya j. Berperan sebagai peneliti

Secara umum manfaat penerapan sistem jenjang karir menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003) adalah mengembangkan prestasi pegawai, mencegah pegawai minta berhenti karena pindah bekerja, meningkatkan loyalitas pegawai, memotivasi pegawai agara dapat mengembangkan kemampuannya, mengurangi subjektivitas dalam promosi, memberi kepastian dari depan, mendukung organisasi memperoleh tenaga yang cakap dan terampil melaksanakan tugas.

Manfaat sistem jenjang karir perawat berdasarkan riset da penerapan di rumah sakit adalah:

1. Pengembangan Karir

Pengembangan karir adalah perencanaan dan implentasi rencana karir dan dapat dipandang sebagai proses hidup kritis yang melibatkan individu dan pegawai (Marquis & Huston, 2010). Sistem jenjang karir menuntut manajemen suatu organisasi untuk menciptakan jalur karir termasuk cara yang dapat ditempuh oleh

(9)

pegawainya agar mencapai karir tersebut. Sistem jenjang karir juga bermanfaat untuk memperbaiki moral perawat melalui kepuasan kerja akibat pekerjaan yang dilakukan. 2. Pengakuan

Sistem jenjang karir klinik dapat meningkatkan pengakuan dari profesi lain terhadap peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien. Bentuk pengakuan yang tampak adalah memberi kesempatan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, peningkatan kewenangan dan otonomi mengenai kehidupan kerja mereka (Robins, 2006)

3. Penghargaan

Sistem jenjang karir klinik memungkinkan adanya penghargaan dalam bentuk kenaikan jenjang dan peningkatan penghasilan sebagagai dampak dari terpenuhinya kompetensi yang diharapkan (Swansburg, 2000)

4. Pekerjaan yang Menantang

Program karir yang kontinu dan menantang bagi pegawai mencakup dukungan untuk mencapai tingkat yang lebih maju dan setifikasi serta keterampilan spesialis dan pemindahan pekerjaan (Marquis & Huston, 2010). Sistem jenjang karir klinik dengan peningkatan kompleksitas kompetensi mengandung konsekuensi dan tanggung jawab yang semakin besar pada tiap levelnya. Kondisi ini dapat dijadian sebagai tantangan bagi perawat untuk terus berkembang dan mengurangi kebosanan dalam pekerjaannya.

5. Promosi

Promosi adalah penugasan ulang ke posisi yang lebih tinggi, sehingga biasanya diikuti dengan kenaikan gaji (Marquis & Huston, 2010). Promosi berkaitan erat dengan peningkatan status, perubahan title, kewenangan yang lebih banyak promosi menjadi hal penting yang diharapkan oleh sebagai besar atau bahkan seluruh karyawan. Sehingga sistem jenjang karir dapat menjadi alat yang digunakan sebagai panduan dalam menentukan kebijakan promosi.

Daftar Pustaka

Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Teori dan Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati dan Handayani. Jakarta. Edisi 4. EGC.

Nursalam & Effendi, Ferry. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT. Indeks

(10)

Suroso, Jebul. 2011. Penataan Sistem Jenjang Karir Berdasar Kompetensi untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah Sakit. Jurnal Ekplanasi Volume 6 Nomor 2

Swanburg, R.C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Terjemahan. Jakarta: EGC

PAPER

JENJANG KARIR KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Dosen Pembimbing:

Agus Santoso, S.Kp., M.Kep.

Oleh: Yeni Kiki Simarmata

22020111140110

(11)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Referensi

Dokumen terkait

Proses memori STM/WM ke LTM Working or Short-term Memory Sensory Memory Attention Long-term memory Retrieval Encoding Sensory Input.. Encoding & transfer

Controller sederhana tidak dapat melakukan I/O dalam waktu yang bersamaan, maka dilakukan interleaving (skip blok), memberi waktu untuk tranfer data ke

SIP tidak menyediakan layanan secara langsung, tetapi menyediakan pondasi yang dapat digunakan oleh protokol aplikasi lainnya untuk memberikan layanan yang lebih

Diduga terdapat interaksi antara variasi konsentrasi inokulum dan variasi Diduga terdapat interaksi antara variasi konsentrasi inokulum dan variasi waktu fermentasi

4k : pemeriksaan perkara nomor 2+56$ pdt.7$*2'3$Pa.8la dalam perkara Perbuatan ingkar janji (wanprestasi ekonomi syari’ah) antara saudara risky khairunnisa dan seterusanya

Lembaga Sertifikasi Profesi -Instruktur Kompeten Indonesia (LSP-IKI) oleh BNSP ditunjuk sebagai lembaga yang berwenang melakukan uji kompetensi dan memberikan

b) data sekunder dengan meminta bukti sertifikat atau izin sumber bahan baku utama lainnya yang digunakan. 3) Verifikasi dilakukan melalui kegiatan periksa dokumen, catatan

menghubungkan topik- topik dalam satu materi, menuliskan prosedur yang sesuai dengan konsep dalam satu materi. Memahami bagaimana ide-ide matematika berhubungan dan