LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA
FARMASI FISIKA
DIFUSI DAN DISOLUSI
DIFUSI DAN DISOLUSI
KELOMPOK 1 KELOMPOK 1 SHIFT A SHIFT A KAMIS 07.00-10.00 KAMIS 07.00-10.00 Disusun Oleh : Disusun Oleh : Saarah
Saarah Yurva Yurva Salsabila Salsabila L L 2601101600260110160001 01 (Pendahuluan)(Pendahuluan) Ingka
Ingka Tisya Tisya Garnisa Garnisa 2601101600260110160002 02 (Perhitungan, (Perhitungan, Hasil, Hasil, Tabel)Tabel) Soleh
Soleh 260110160003 260110160003 (Simpulan, (Simpulan, Edit)Edit) Fuji
Fuji Fadhilla Fadhilla Sandy Sandy 2601101600260110160005 05 (Lampiran (Lampiran , , Abstrak)Abstrak) Wahyu
Wahyu Eka Eka Saputri Saputri 2601101600260110160006 06 (Pembahasan)(Pembahasan) Syifa
Syifa Hanifah Hanifah 2601101600260110160007 07 (Metode)(Metode) Renata
Renata Vania Vania 2601101600260110160008 08 (Pembahasan)(Pembahasan) Nita Listiani
Nita Listiani 2601101600260110160009 (Perhitungan, Hasil, Tabel)09 (Perhitungan, Hasil, Tabel) Adenita
Adenita Esa Esa Afiattami Afiattami 2601101600260110160010 10 (Pendahuluan)(Pendahuluan)
FAKULTAS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
2017
ABSTRAK
Uji disolusi merupakan suatu metode in vitro yang digunakan untuk mengetahui waktu pelepasan obat dari bentuk sediaan menjadi bentuk telarutnya. Dalam menentukan uji disolusi digunakan alat penentu yakni spektrofotometri UV yang mana merupakan pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa serta dengan dihitungnya absorbansi yang didapat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji disolusi yakni suhu, pH, ukuran partikel, waktu dan yang lainnya.
Kata kunci : uji disolusi, alat penentu uji disolusi, dan faktor yang berpengaruh. ABSTRACT
Dissolution test is an in vitro method used to know the release time of drug from dosage form to its telarut form. In determining the dissolution test, UV spectrophotometry is used, which is the measurement of light absorption in the ultraviolet region (200-400 nm) and visible light (400-800 nm) by a compound and by the calculated absorbance. There are several factors that influence dissolution test ie temperature, pH, particle size, time and
others.
PENDAHULUAN
Pada uji difusi dan disolusi bertujuan untuk menerangkan pengertian difusi, menentukan kecepatan difusi suatu zat melalui suatu perintang (membran), menggunakan alat untuk menentukan kecepatan difusi, menentukan kecepatan disolusi suatu zat, menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi suatu zat serta menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat.
Disolusi adalah suatu jenis khusus dari suatu reaksi heterogen yang menghasilkan transfer massa karena adanya pelepasan dan pemindahan menyeluruh ke pelarut dari permukaan padat. Teori disolusi yang umum adalah:
1. Teori film (model difusi lapisan)
2. Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)
3. Teori Solvasi terbatas/ Inerfisial (Amir, 2007).
Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk sediaan utuh atau pecahan atau partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri. Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan sebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di bawah kondisi
antar permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi media yang dibakukan. Kecepatan pelarutan memberikan informasi tentang profil proses pelarutan persatuan waktu (Shargel,
1988).
Kecepatan pelarutan berbanding lurus dengan luas permukaan bahan padat, koefisien difusi, serta berbanding lurus dengan turunnya konsentrasi pada waktu t. Kecepatan pelarutan ini juga berbanding terbalik dengan tebal lapisan difusi. Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan, dimana pelepasan zat aktif ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya (Tjay, 2002).
Tujuan pengujian disolusi untuk produk komersial secara rutin adalah bertujuan untuk pengendalian mutu dan penjaminan mutu, untuk memastikan konsistensi antara batch produksi atau untuk membenarkan perubahan skala dan perubahan pasca persetujuan yang dilakukan pada proses pembuatannya. Pada tahap awal pengembangan obat, disolusi pengujian membantu penyusunan desain dan optimasi pengiriman obat. Hal
ini terutama dilakukan untuk menilai stabilitas produk, memantau perubahan formulasi dari waktu ke waktu dan membangun korelasi in-vitro-in-vivo (Siew, 2016).
Difusi zat cair yang menempuh jarak makrosopis itu berlangsung lambat, dan aliran massa gas dan zat cair sangatlah lazim, maka difusi bukanlah suatu kejadian yang mudah terlihat walaupun demikian difusi sangat mudah diamati. (Frank, 1995).
Data kadar yang didapatkan dari tiap titik pengambilan sampel disolusi digambarkan ke dalam sebuah grafik untuk melihat profil disolusinya. Penilaian profil disolusi sampel generik bernama dagang dan generik dilakukan dengan cara membandingkan dengan profil disolusi sediaan inovatornya. Penilaian ini dilakukan dengan menghitung faktor perbedaan dan faktor kesamaan (Aini,
2015).
Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat rendah (Puspitasari, 2007).
Untuk peristiwa difusi, Adolf Fick, seorang ahli fisika Jerman menyatakan bahwa “ Pada arah tertentu, massa dari suatu bahan terlarut yang melewati suatu luasan tertentu tiap unit waktu adalah sebanding dengan gradien konsentrasi
bahan terlarut oada arah tersebut”. Untuk
proses difusi 1 dimensi, Hukum Fick dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut: F = -D dc/dx
(Haryanto, 2008)
METODE Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beaker gelas, Erlenmeyer, Gelas ukur, Kaca arloji, Labu ukur , Magnetik stirer, Pipet tetes, Shiring, Spektrofotometer, dan vial.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Aquades, Kalium Dihidrogen fosfat0,2 M ,Metanol, NaOH 0,2 N , dan Paracetamol.
Pembuatan Larutan dapar fosfat pH 7 Dibuat larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M sebanyak 250 ml lalu dicampurkan larutan NaOH 0,2 N sebanyak 112 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 1,5 L lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas. Pembuatan Kurva baku
Dibuat larutan paracetamol standar ( 500 ppm) dengan dilarutkannya 50 mg paracetamol dalam 100 ml aquades
kedalam labu ukur. dilakukan pengenceran bertingkat 4, 6, 8, 10, 12 ppm dari larutan standar parasetamol 50 ppm stok. Larutan paracetamol diukur absorbansinya pada spekrtofotometer dengan λ 254 nm kemudain dibuat kurva baku paracetamol.
Uji Disolusi
Larutan paracetamol dimasukkan kedalam beaker gelas yang berisi larutan dapar Fosfat 1,5 L lalu suhu diatur sebesar 37 °C
lalu larutan diaduk dengan magnetik stirer ( 75 rpm). Sampel diambil sebanyak 5 ml pada menit ke 5 lalu dituangkan kedalam vial dan ditambahkan larutan dapar fosfat sebanyak 5 ml kedalam beaker gelas. Diukur absorbansi sampel pada menit ke 5 pada spektrofotometer dengan λ 254 nm. Lakukan pengambilan pada menit ke 10, 15, 30 dan 45 lalu dihitung absorbansinya pada spektrofotometer dan dihitung kadar pacasetamol.
HASIL DAN PERHITUNGAN 1. Perhitungan Pembuatan NaOH 0,2 M 0,2 = 40x 1000 112 Gr = 0,2 40 112 1000 = 0,8 gram …… untuk 1 L = 0,4 gram….. untuk 500 ml Pembuatan KH2PO40,2 M 0,2 = 136x 1000 250 Gr = 0,2 136 250 1000 = 6,8 gram ……. untuk 1 L =3,4 gram …….. untuk 500 ml Pengenceran parasetamol 500ppm
Dibuat 500ppm parasetamol = 50mg dalam 100 mL aquadest Pengenceran 50 ppm 20 mL dari 500 ppm (stok)
V1.N1 = V2. N2 50 V1 = 50.20 V1 = 2 mL
50V1 = 100 V1 = 2 mL Pengenceran 8 ppm 10 mL 50V1 = 80 V1 = 1,6 mL Pengenceran 6 ppm 10 mL 50V1 = 60 V1 = 1,2 mL Pengenceran 4 ppm 10 mL 50V1 = 40 V1 = 0,8 mL Pengenceran 12 ppm 10 mL 50V1 = 120 V1 = 2,4 mL 2. Kurva Baku No ppm A 1 4 0,494 2 6 0,6852 3 8 0,7622 4 10 1,012 5 12 1,227 y = 0,0896x + 0,119 R² = 0,9769 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 0 2 4 6 8 10 12 14 A b s o r b a n s i Konsentrasi (ppm)
Chart Title
Series1 Linear (Series1)3. Uji Kecepatan Disolusi Waktu (menit) A1 A2 A3 A 5 0.799 0.7979 0.7991 0.798667 10 0.8033 0.802 0.8008 0.802033 15 0.8075 0.8066 0.8084 0.8075 30 0.8162 0.8123 0.8115 0.813333 45 0.8691 0.8694 0.8722 0.870233 Perhitungan Kadar y = 0,0896x + 0,119
9 mg PCT dalam 900 mL larutan dapar fosfat
Pada waktu 5 menit
0,79867 = 0,0896x + 0,119 0,67967 = 0,0896x x = 7,585 ppm 7,585 x 0,9 L = 6,82 mg 6,82 9 x 100 % = 75,85 % Pada waktu 10 menit
0.802033 = 0,0896x + 0,119 0,683033 = 0,0896x x = 7,6231 ppm 7,6231 x 0,9 L = 6,86 mg 6,86 9 x 100 % = 76,231 % Pada waktu 15 menit
0.8075 = 0,0896x + 0,119 0,6885 = 0,0896x
x = 7,6841 ppm
6,915
9 x 100% = 76,841 % Pada waktu 30 menit
0.813333 = 0,0896x + 0,119 0,69433 = 0,0896x x = 7,7492 ppm 7,7492 x 0,9 L = 6,974 mg 6,974 9 x 100 % = 77,49 %
Pada waktu 45 menit
0.870233 = 0,0896x + 0,119 0,751233 = 0,0896x x = 8,3842 ppm 8,3842 x 0,9 L = 7,545 mg 7,545 9 x 100 % = 83,84 %
4. Hasil Kecepatan Disolusi Parasetamol
Waktu Bobot Presentase 5 menit 6,82 mg 75,85 % 10 menit 6,86 mg 76,231 % 15 menit 6,9156 mg 76,841 % 30 menit 6,974 mg 77,49 % 45 menit 7,545 mg 83,84 % 0,76 0,78 0,8 0,82 0,84 0,86 0,88 5 10 15 30 45
Laju Disolusi PCT
PEMBAHASAN
Praktikum ini merupakan uji disolusi suatu senyawa yang dilihat dengan berdasarkan adsorbansi gelombang denga bantuan instrumen spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam
spektrofometri disebut spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Pada Spektrofotometer terdapat bagian yang bernama kuvet, Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible). Syarat kuvet yaitu tidak menyerap sinar yang digunakan. Pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuasa, karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Tebal kuvetnya umumnya 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragan keseluruhannya.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan
membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
Sinar berasal dari dua lampu yang berbeda, yaitu lampu wolfram untuk sinar Visible (sinar tampak = 38 – 780nm) dan lampu deuterium untuk sinar Ultra Violet (180-380nm) pada video lampu yang besar. Pilih panjang gelombang yang diinginkan/diperlukan. Kuvet, ada dua karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sample dan yang satu lagi untuk blanko. Detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan pada reader.
Yang harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat, biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis
jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah.
Pada praktikum ini dilakukan dengna sampel yaitu PCT (Prasetamol) , berdasarkan literatur didapatkan bahwa panjang gelombnag parasetaol adalah 244 nm. Sehingaa pada saat pengukuran adsorbansi dengan menggunakan spektofotometer digunakan panjag gelombang 244 nm. Pada prosedur dilakukan pengenceran dari 50 ppm sampai 1 ppm hal ini dilakukan karena pada saat pengabsoransi konsentrasi 10 ppm didaptkan adsorbansi panjang gelombang yang masih sangat tinggi selain itu pengenceran juga dilakukan untuk menghindari Interaksi elektrostatis ion-ion yang berdekatan dengan zat pengabsorpsi yang akan mempengaruhi harga molar absortivitas. Dilakukan dengan waktu yang berbeda-beda dikarenakan ingin mengetahui pengaruh waktu pada disolusi suatu zat. Berdasarakna literatur semakin lama waktu yang digunakn maka semakin tinggi adsorbansi panjang gelombang suatu sampel, sehingga dapat diketahui juga bahwa semakin lama waktu yang dgunakan maka semakin besar disolusi suatu zat.
Dari hasil praktikum, didapatsalah satu nilai absorbansi dari salah satu konsentrasi sampel berkisar 1, yang berarti kurva baku tidak dapat linear dan tidak termasuk pada batas rentang nilai
absorbansi yang seharusnya. Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi konsentrasi tidak linear atau tidak berada dalam rentang 0,2 - 0,8 pada kurva baku salah satunya adalah adanya serapan oleh pelarut. Hal ini diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. Kedua, serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. Lalu, kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan kurva kalibrasi pada umumnya adalah maching kuvet dengan mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya makin kecil.
Pada praktikum, dibuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi
larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan. Pada saat praktikum, salah satu larutan standar kemudian diukur pada berbagai panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang gelombang maksimum (λ maks).
Setelah, mendapat panjang gelombang maksimum, diukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang maksimum. Dicatat data absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan pada grafik absorbansi terhadap konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang disebut kurva kalibrasi. Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2 - 0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus.
Dalam penyiapan larutan uji perlu diperhatikan kadar larutan. Kadar larutan dibuat sedemikian rupa agar diperoleh serapan antara 0,2 - 0,8 sehingga memenuhi hukum Beer. Pada rentang serapan tersebut persentase kesalahan analisis masih dalam batas yang dapat diterima, yaitu 0,5-1%. Diluar rentang tersebut, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan fotometrik yang dapat
mempengaruhi keakuratan metode fotometrik.
Pada praktikum terjadi pengulangan pembuatan sampel. Akibat diperoleh hasil absorbansi yang terlalu tinggi, hal ini diakibatkan konsentrasi parasetamol yang dibuat pada saat waktu pertama terlalu tinggi sehingga dilakukanlah pengenceran dengan besar konsentrasi yang lebih kecil dan bertingkat.
KESIMPULAN
1. Dapat menentukan kecepatan disolusi suatu zat (Paracetamol)
dengan menggunakan tipe dayung dengan menghitung absorbansinya per satuan waktu.
2. Dapat menggunakan alat penentu kecepatan disolusi yaitu spektrometer dengan ƛ = 254 nm 3. Salah satu faktor kecepatan
disolusi, pada waktu semakin lama waktunya maka semakin banyak zat yang terdisolusi, semakin banyak zat aktif lepas dan dapat
Daftar Pustaka
Aini, N. 2015. Profil Disolusi Terbanding, Penetapan Kadar, dan Kualitas Fisik Tablet Atorvastatin Inovator, Generik Bernama Dagang, dan Generik. Jurnal Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2.
Amir, S., dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta : Gaya Baru. Frank, C. Lu., 1995, Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian
Resiko. Edisi II, Penerjemah Edi Nugroho, 358, UI-Press, Jakarta.
Haryanto, B. 2008. Pengaruh Pemilihan Kondisi Batas, Langkah Ruang, Langkah Waktu dan Koefisien Difusi pada Model Difusi. Jurnal “APLIKA” Vol.8
No.1.
Puspitasari, D. 2007. Bab 1. Tersedia Online di http://eprints.ums.ac.id/15343/2/bab_1.pdf [diakses pada 3 mei 2017] Shargel, Leon, dan Andrew, B. C. Y. U. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika
Terapan Edisi II. Surabaya : Airlangga University Press.
Siew, A. 2016. A Dissolution Testing. Tersedia online di www.pharmtech.com/dissolution-testing-3 [diakses pada 1 Mei 2017]. Tjay, Hoan, T., dan Kirana, R. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
LAMPIRAN
Larutan Dapar Fosfat Ala Pengaduk Magnetik
Penimbangan PCT Pegadukan PCT dalam Larutan Dapar Fosfat
Saat Pengambilan PCT dan Penambahan Larutan Dapar Fosfat