• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BIMA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BIMA TAHUN 2011"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN BIMA

(2)

1 BAB I

P E N D A H U L U A N

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum untuk mencapai Kabupaten Bima Sehat, yang selaras dengan Visi Kementerian Kesehatan yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, dengan misinya sebagai berikut :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk swata dan madani.

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan paripurna, merata, bermutu, berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Dalam rangka mendukung penyebarluasan informasi Program Pembangunan Kesehatan di Daerah diperlukan adanya Sistim Informasi Kesehatan (SIK) yang berisi tentang data dan informasi kesehatan dari tingkat dasar. Keterpaduan data dan informasi yang tersedia dapat menunjang perencanaan maupun koordinasi yang baik dalam menentukan langkah implementasi program pada tahun tahun yang akan datang.

Penyebarluasan Sistim Informasi Kesehatan belum sepenuhnya terlaksana

secara efektif dan efisien sehingga belum dapat menunjang program pembangunan yang dilaksanakan diwilayah Kabupaten Bima, padahal kebutuhan akan data/informasi semakin diperlukan dalam menunjang pembangunan kesehatan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi informasi dan data tentang kesehatan di Kabupaten Bima, yang salah satu upaya adalah disusunnya profil kesehatan Kabupaten Bima tahun 2011 yang isinya menggambarkan hasil-hasil yang dicapai didalam pembangunan kesehatan, permasalahan-permasalahan kesehatan yang

(3)

2

dihadapi serta situasi sumberdaya kesehatan yang dimiliki selama tahun 2011. Profil Kesehatan 2011 ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu :

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Gambaran Umum dan Lingkungan

BAB III : Situasi Derajat Kesehatan

BAB IV : Situasi Upaya Kesehatan

BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan

BAB VI : Kesimpulan

BAB VII : Lampiran

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten Bima, selalu diupayakan perbaikan baik dari segi materi, analisis maupun bentuk tampilan fisiknya disesuaikan dengan pedoman pusat yang mengacu pada indikator-indikator penunjang demi tercapainya Indonesia sehat dan semoga dapat bermanfaat bagi pemegang program khususnya, maupun pengguna informasi kesehatan lainnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bima.

(4)

3 BAB II

GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN

Kabupaten Bima secara geografis terletak antara 117 ,40 º - 119,22 º BT dan

7,3º – 90º LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Timur : Selat Sape

- Sebelah Barat : Kabupaten Dompu

- Sebelah Utara : Laut Flores

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah 4.596,9 km² dimana secara administratif terbagi atas 18 ( delapan belas ) kecamatan yang meliputi 168 Desa.

Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Bima Tahun 2011

NO KECAMATAN DESA 1 2 4 1 Donggo 8 2 Lambitu 5 3 Soromandi 6 4 Woha 15 5 Ambalawi 6 6 Wera 11 7 Sape 17 8 Lambu 12 9 Wawo 9 10 Langgudu 12 11 Bolo 12 12 Madapangga 10 13 Belo 8 14 Palibelo 9 15 Monta 12 16 Parado 5 17 Sanggar 6 18 Tambora 5 KAB. 168

(5)

4 A. KEPENDUDUKAN (DEMOGRAFIS)

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Bima sebesar 439.228 orang, yang terdiri dari 218.759 laki-laki dan 220.469

perempuan.(Tabel 2) Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Bima tahun 2011 sebesar

99 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 1 (satu) persen lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki . Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kecamatan Tambora yaitu sebesar 111 dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Wawo yaitu sebesar 95. Luas wilayah Kabupaten Bima adalah 4596,9 km² dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 96 jiwa per km² dan jumlah rata rata rumah tangga sebesar 3,98 RT. Sesuai distribusi penduduk menurut jenis kelamin, berikut merupakan perbandingan jumlah perkembangan penduduk tahun 2010 dan 2011:

Gambar 2.1

Jumlah Perkembangan Penduduk di Kabupaten Bima Tahun 2010 - 2011

= Perempuan = Laki-laki Th 2010 : 439.182 jiwa Th 2011 : 439.228 jiwa

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bima

Pertumbuhan penduduk selain dipengaruhi oleh kelahiran juga dipengaruhi oleh perpindahan penduduk dari daerah lain, karena Kabupaten Bima juga merupakan daerah tujuan transmigran dari pulau Jawa, Bali dan Lombok. Penyebaran penduduk diberbagai wilayah kecamatan di Kabupaten Bima terjadi secara tidak merata, dimana kecamatan Bolo merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya yaitu sebesar 658,62 jiwa/km² sedangkan kecamatan Tambora merupakan kecamatan

(6)

5

yang paling sedikit penduduknya yaitu sebesar 10,52 jiwa / km² . Berikut komposisi penduduk menurut rasio umur, jenis kelamin dan angka beban tanggungan yang digambarkan melalui grafik batang 2.2.

Gambar 2.2 2511 7745 21993 9066 14124 26496 17135 8351 13234 22174 13971 12645 12558 16538 4394 5875 3123 2563 7723 21911 9106 13908 26568 17105 7899 13058 22085 13414 12259 12228 16901 4308 5951 3479 Lambitu Soromandi Woha Ambalawi Wera Sape lambu Wawo Langgudu Bolo Madapangga Belo Palibelo Monta Parado Sanggar Tambora

JUMLAH PENDUDUK MENURUT RASIO KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KECAMATAN SE KABUPATEN BIMA TAHUN

2011

JML PENDUDUK LAKI-LAKI JML PENDUDUK PEREMPUAN

Komposisi penduduk Kabupaten Bima menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0 – 14 tahun) sebesar 34,05 %, yang berusia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 60,54 % dan yang berusia tua (≥ 65) sebesar 5,41 %. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan penduduk tahun 2011 adalah sebesar 65,18 %. Secara rinci angka beban tanggungan dapat digambarkan pada grafik 2.3.

(7)

6 Gambar 2.3 0 50 100 Ta m b o ra Sa n gg ar P ar ad o M o n ta P al ib el o B e lo M ad ap a… B o lo La n gg u d u W aw o La m b u Sa p e W er a Am b al aw i W o h a So ro … La m b it u D o n gg o

PERSENTASE RASIO BEBAN TANGGUNGAN DI KABUPATEN BIMA TAHUN 2011

RASIO BEBAN TANGGUNGAN

B. SOSIAL EKONOMI

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan baik fisik, sosial, mental dan spiritual disegenap pelosok terutama daerah terpencil. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk kesehatan menyebabkan masyarakat didaerah terpencil Di Kabupaten Bima antara lain : Pai, Wera, Tambora, Sanggar, Donggo, Soromandi, Parado, Langgudu, Lambitu mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

(8)

7 C. PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Indikator lainnya yang sejenis adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana. AMH untuk Kabupaten Bima adalah 79,19%, dengan persentase AMH tertinggi terdapat di Kecamatan Sanggar (86,07%), sedangkan terendah ada di kecamatan Monta (73,81%). Untuk persentase penduduk berumur 5 tahun keatas dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 0 5000 10000 15000 20000 T am b o ra San gg ar P arad o M o n ta P al ib e lo Be lo M ad ap an gg a Bo lo Lan gg u d u W aw o Lam b u Sap e W e ra A m b al aw i W o h a So ro M an d i Lam b it u D o n gg o

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS YANG MELEK HURUP DI KABUPATEN BIMA TAHUN 2011

LAKI-LAKI MELEK HUURUF PEREMPUAN MELEK HURUF LAKI - LAKI YANG BUTA HURUF PEREMPUAN BUTA HURUF D. KESEHATAN LINGKUNGAN

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian

(9)

8

pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.

1. Sarana Air Bersih yang digunakan

Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Bima tahun 2011 dapat diketahui persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan, berikut persentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan, yaitu : SGL 9,5% , ledeng 8,8 %, sumur pompa tangan 3,1%, penampungan air hujan 0 %, air kemasan 0%, serta lain-lainnya 78,6%, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar grafik 2.6. Gambar 2.6 PAH 0% 2. Rumah Sehat

Berdasarkan data dari laporan SP3 Puskesmas tentang jumlah rumah yang diperiksa pada tahun 2011 sebesar 100 % (115.062) mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 98,93 %. Sementara rumah yang tergolong sehat sebesar 52,3 %, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 50,61 %. (Tabel 62)

(10)

9 3. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

Sarana kesehatan lingkungan yang harus dimiliki keluarga terdiri dari jamban, tempat sampah dan pengolahan air limbah keluarga. Bila dilihat dari cakupan setiap jenis sarana, cakupan jamban keluarga sehat sebesar 55,9 % (2010: 54,70 %) dari jumlah KK yang memiliki jamban sebanyak 94.375 KK (2010: 94.385 KK), yang memiliki Pengelolaan Air Limbah sehat sebesar 27,8 % (111.974) KK, dan yang memiliki tempat sampah sehat sebesar 52,3 % dari 69.754 KK yang memiliki (2010: 51,22 % dari 64.779 KK yang memiliki tempat sampah).

a. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Jumlah tempat umum dan pengelolaan makanan yang terdaftar sebanyak 721 tempat, yang terdiri dari hotel sebanyak 4 tempat, restoran/ rumah makan sebanyak 72 tempat, pasar sebanyak 20 tempat , dan TUPM lainya 625 tempat, sedangkan jumlah tempat umum yang sudah diperiksa dan dinyatakan sehat sebesar 85,35 % (2010: 87,88 %). Menurut jenis TUPM, persentase TUPM sehat yang tertinggi adalah TUPM lainnya (89,60 %), hotel sehat (75 %), restoran sehat (64,52 %), pasar sehat (26,32%).. Persentase tempat umum sehat dapat di lihat pada gambar grafik 2.7.

(11)

10 E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Rumah tangga yang sehat adalah rumah tangga yang mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), jika kesadaran masyarakat tinggi akan PHBS maka dapat berpengaruh pada derajat kesehatan sebagai indikator penentu. Adanya pengetahuan tentang pentingya PHBS dalam rumah tangga dapat meningkatkan taraf hidup sehat berkualitas yang dimulai dari hygene perseorangan. Contoh paling sederhana adalah mencuci tangan sebelum makan pakai sabun, menggosok gigi dengan teratur, punya sarana air bersih, jamban, tempat pembuangan sementara (TPS) dan sebagainya. Berdasarkan pantauan, jumlah rumah tangga yang sudah menerapkan PHBS pada tahun 2011 adalah sebanyak 455 (17,1 %) dari total yang di pantau (2660 RT). Jumlah RT yang menerapkan cara hidup dengan PHBS di tiap Kecamatan di Kabupaten Bima tahun 2011 dapat dilihat pada gambar grafik 2.8. Gambar 2.8 300 600 0 0 100 200 0 60 0 100 0 200 0 600 0 300 200 0 35 74 0 0 50 13 0 2 0 71 0 72 0 95 0 34 9 0

PERBANDINGAN JUMLAH RT YANG DI PANTAU

DENGAN RT YANG BER-PHBS DI KAB. BIMA

TAHUN 2011

(12)

11 BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas (Angka kematian)

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dari waktu ke waktu, disamping itu dapat digunakan sebagai indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian dapat di hitung dari berbagai survey/penelitian. Berikut uraian perkembangan tingkat kematian dan penyakit penyebab kematian yang terjadi pada periode dua tahun terakhir :

1. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk melihat tingkat derajat kesehatan masyarakat. Dari 10.167 kelahiran bayi yang tercatat pada tahun 2011, kasus kematian bayi tercatat sebanyak 31 bayi (0,3%) dari 10.136 bayi yang lahir hidup. Hasil SDKI tahun 2007 juga mengestimasi Angka Kematian Bayi pada tingkat Provinsi, dimana Provinsi NTB merupakan daerah dengan Angka Kematian Bayi tertinggi kedua setelah Sulawesi Barat yaitu sebesar 72 per 1000 kelahiran hidup. Bayi lahir mati dapat disebabkan karena beberapa hal seperti kondisi ibu saat kehamilan, maka dari itu angka tersebut harus mendapatkan perhatian untuk perbaikan Sistim Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak terutama sistim pencatatan dan mutu pelayanan, sehingga disusun strategi untuk menurunkan angka kematian bayi , termasuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti pendidikan, kecukupan gizi, perilaku & lingkungan sehat.(Lihat Grafik. 3.1.

(13)

12 Gambar 3.1 4 0 6 1 2 0 0 0 2 4 3 2 7 2 1 8 1 0 4 1 4 1 4 1 1 2 0 3 1 3 2 6 7 3 3 3 8 1 6 1 0

JUMLAH KEMATIAN BAYI KABUPATEN

TAHUN 2011

JML BAYI MATI PEREMPUAN JML BAYI MATI LAKI-LAKI

Tabel 3.1

JUMLAH KEMATIAN BAYI KABUPATEN BIMA TAHUN 2005 s/d 2011

No Nama Puskesmas Jumlah Kematian Bayi

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Donggo 5 5 7 1 0 2 2 2 Lambitu 0 0 0 0 2 0 0 3 Soromandi 0 0 0 1 2 0 4 4 Woha 1 6 4 0 0 0 0 5 Ambalawi 0 2 2 0 0 0 0 6 Wera 4 1 11 11 9 1 1 7 Pai 1 0 0 0 0 0 0 8 Sape 7 1 10 4 2 0 6 9 Lambu 2 4 6 1 1 0 0 10 Wawo 5 5 6 1 3 1 3 11 Langgudu 4 6 10 4 4 1 2 12 Bolo 1 0 6 0 0 0 2 13 Madapangga 1 4 8 0 0 3 4 14 Belo 0 5 5 3 0 0 2 15 Ngali 4 0 2 0 1 0 0 16 Palibelo 6 8 13 7 4 5 4 17 Monta 2 5 8 4 0 0 1 18 Parado 2 0 2 0 2 6 1 19 Sanggar 4 2 1 1 1 3 4 20 Tambora 0 0 0 0 0 0 0 Total 46 54 101 38 31 22 29

Sumber Subdin Kesga Dikes Kab. Bima

(14)

13 2. Angka Kematian Balita

Berdasarkan laporan kematian dari puskesmas, jumlah kematian anak balita ditemukan sebanyak 6 anak balita, namun dari laporan tersebut tidak disertai data penyebab kematiannya. Untuk mengetahui angka kematian anak balita yang pasti perlu adanya survei yang melibatkan semua sektor yang terkait.

3. Angka Kematian Ibu Maternal

Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menentukan derajat kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 penduduk merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan, karena kualitas hidup wanita merupakan salah satu syarat pembangunan Sumber Daya Manusia, yang salah satu indikatornya adalah ibu hamil dan ibu melahirkan. Jumlah kematian ibu pada tahun 2011 sebanyak 10. Untuk jumlah kematian Ibu Maternal dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2

JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL KABUPATEN BIMA TAHUN 2006 s/d 2011

No Nama Puskesmas Jumlah Kematian Ibu Maternal

2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Donggo 1 1 2 0 2 0 2 Lambitu 0 0 0 0 1 0 3 Soromandi 0 0 2 0 0 0 4 Woha 2 1 1 1 1 0 5 Ambalawi 0 1 0 0 0 1 6 Wera 2 1 0 0 0 1 7 Pai 0 0 0 1 0 0 8 Sape 4 0 0 1 1 2 9 Lambu 2 2 0 0 0 0 10 Wawo 0 0 0 0 0 1 11 Langgudu 1 1 1 1 2 1 12 Bolo 0 1 3 2 0 1 13 Madapangga 1 1 2 0 1 0 14 Belo 1 0 0 0 0 0 15 Ngali 0 0 1 1 0 1 16 Palibelo 0 1 0 1 0 0 17 Monta 0 0 1 1 1 2 18 Parado 0 0 0 0 0 0 19 Sanggar 0 0 0 0 0 0 20 Tambora 0 0 0 0 0 0 Total 10 14 13 9 9 10

(15)

14

Berikut bentuk peyajian datanya dalam gambar grafik perbandingan kematian ibu hamil, kematian ibu bersalin dan kematian ibu nifas :

Gambar 3.2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0

GRAFIK IBU MATERNAL TAHUN 2011

KEMATIAN IBU HAMIL KEMATIAN IBU BERSALIN KEMATIAN IBU NIFAS

B. MORBIDITAS (Angka Kesakitan)

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dari suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian derajat kesehatan masyarakat Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat diperoleh melalui hasil pengumpulan data dari puskesmas melalui sistim pencatatan dan pelaporan.

1. Pola 10 penyakit terbanyak yang terjadi di Kabupaten Bima pada tahun 2011

Pola 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima menurut hasil laporan SP2TP menunjukkan bahwa kasus terbanyak adalah Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat dengan jumlah kasus 8.404. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut :

(16)

15

Tabel 3.3

Jumlah 10 penyakit terbanyak di Kabupaten BimaTahun 2011

No Nama Penyakit Jumlah Kasus

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 ISPA Infeksi Kulit Diare

Penyakit Kulit Alergi Myalgia Gastrifis Penyakit Lain Kecelakaan Karies Gigi Pneumonia Jumlah 45817 19847 15087 12376 12446 12073 10485 9997 6744 5832 150704

Sumber : Bidang Yankes Dikes Kab. Bima

2. Penyakit Menular a. TB Paru

Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV / AIDS, TB menjadi salah salah satu penyakit yang menjadi komitmen global dalam MDGs. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Pencapaian CDR pada tahun 2011 sebesar 65,76 %. Angka ini belum memenuhi target minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 68 %. Pada tingkat puskesmas, CDR tertinggi terdapat di puskesmas Sape sebesar 102 %, sedangkan puskesmas dengan CDR terendah adalah puskesmas Parado sebesar 16 %. Perbandingan Angka kesembuhan pada balita dapat dilihat pada gambar grafik 3.3.

(17)

16 Gambar 3.3 0 50 100 150 200 250

CAKUPAN TB PARU(+) DAN TB PARU YANG DIOBATI DI TIAP PUSKESMAS SE KAB. BIMA TAHUN 2011

ANGKA PENEMUAN KASUS (CDR) TB PARU DI OBATI

b. Pneumonia Balita

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia dapat juga terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Jumlah kasus pnemonia pada tahun 2011 sebesar 2.297 kasus dan mengalami penurunan sebanyak 260 kasus (11,32)% bila dibandingkan pada tahun 2009 (2.557) kasus, tapi untuk pencegahan pemberantasan penyakit pneumonia dapat ditangani 100%, sesuai target.(Table 13)

Pada tahun 2009 provinsi NTB merupakan provinsi yang cakupannya tertinggi untuk penemuan pneumonia pada balita sebesar 71,45%.

c. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan

(18)

17

kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Upaya pengendalian malaria untuk wilayah NTB (luar Jawa-Bali) menggunakan Annual Positive Incidence (API). Angka kesakitan malaria per 1000

penduduk untuk Kabupaten Bima adalah sebesar 2,5.(Tabel 24)

d. Kusta

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Pada tahun 2011, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler (kusta basah) sebanyak 105 kasus dan tipe Pausi Basiler (kusta kering) sebanyak 91 kasus dengan Newly Case detection Rate (NCDR) sebesar 44,62 per 100.000 penduduk. ( Tabel 17 )

3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Campak

Merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Pada tahun 2011 terdapat 258 kasus campak. Begitu pula dengan penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I seperti Hepatitis B ditemukan 15 kasus, Tetanus Neonatorum 0 kasus, Polio 0 kasus, pertusis 0 kasus dan difteri 0 kasus.

(19)

18 Tabel 3.4

JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) TAHUN 2011

No Puskesmas Campak Polio Hepatitis B

1 Donggo 0 0 0 2 Lambitu 0 0 0 3 Soromandi 0 0 0 4 Woha 55 0 0 5 Ambalawi 145 0 0 6 Wera 15 0 0 7 Pai 0 0 0 8 Sape 19 0 0 9 Lambu 0 0 15 10 Wawo 0 0 0 11 Langgudu 0 0 0 12 Bolo 0 0 0 13 Madapangga 22 0 0 14 Belo 0 0 0 15 Ngali 0 0 0 16 Palibelo 2 0 0 17 Monta 0 0 0 18 Parado 0 0 0 19 Sanggar 0 0 0 20 Tambora 0 0 0 Jumlah 258 0 15

Sumber : Bidang P2PL Dikes Kab. Bima

4. Penyakit Potensial KLB / Wabah

Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB / wabah yang sering terjadi di Kabupaten Bima diantaranya adalah Demam berdarah Dengue (DBD), Diare dan lain sebagainya. Seluruh penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Pada tahun 2011, jumlah kasus DBD sebanyak 32 kasus dengan Incidece Rate sebesar 7,3 per 100.000 penduduk. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 sebanyak 49 kasus.

(20)

19 b. Diare

Merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feces selain dari frekwensi buang air besar. Jumlah kasus diare pada tahun 2011 adalah 21.010 kasus dan yang tertangani adalah sebanyak 14.077 kasus (67 %). Bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 18577 kasus berarti terjadi peningkatan kasus. Walaupun diare bukan tergolong penyakit berat tapi tidak sedikit balita yang meninggal akibat diare sehingga diperlukan peningkatan peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan informasi tentang tindakan awal penanganan kasus sebelum dibawa ke sarkes terdekat. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga penderita untuk memberikan cairan pengganti seperti pemberian garam oralit kepada penderita untuk mengurangi resiko akibat penyakit diare. Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan jumlah kasus adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.(Tabel 16)

C. STATUS GIZI

Upaya Perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat, dilaksanakan melalui peningkatan intelektualitas dan produktifitas sumber daya manusia, peningkatan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi yang dapat dlihat dari hasil penimbangan Balita, BBLR, Balita BGM dan gizi buruk.

1. Penimbangan Balita

Jumlah balita yang ditimbang pada tahun 2011 adalah 35.130 balita. Dari hasil PSG posyandu jumlah balita gizi baik sebanyak 29.561 (84,15%) balita, gizi kurang 9.530 (27,13%) balita, gizi buruk 1.960 (5,58%) balita. Tabel 27

(21)

20 Gambar 3.4 GIZI KURANG 27,13% GIZI BURUK 5,6% GIZI BAIK 67,29%

PERSENTASE STATUS GIZI BALITA HASIL PSG POSYANDU

KABUPATEN BIMA TAHUN 2011

(22)

21 BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan sudah dapat diatasi.

Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anak.

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin dan teratur. Hal ini penting guna menghindari adanya gangguan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan dan perawat) antara lain pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai pedoman pelayanan Antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan prefentif.

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan

(23)

22

gambaran jumlah ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan yang sesuai standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester dua, dan 2x pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil. Adapun cakupan pelayanan K1 dan K4 pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : untuk cakupan K1 sebesar 97,5% (11.259) dari jumlah ibu hamil yang ada (11.553) sedangkan cakupan K4 sebesar 92,5% (10.685) dari jumlah ibu hamil, jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi peningkatan cakupan pelayanan K1 sebesar 6,68 % dari 90,92% (11.240) dan K4 sebesar 13,94 % dari 80,94% (10.007). Lihat cakupan pada gambar gafik 4.1. Gambar 4.1 402 122 352 1062 458 626 108 1337 820 424 644 1024 607 273 333 569 905 190 299 158 403 128 380 1110 476 650 139 1353 853 410 664 1112 650 279 354 610 985 209 317 177 0 Donggo Soromandi Ambalawi Pai Lambu Langgudu Madapangga Ngali Monta Sanggar

PERBANDINGAN CAKUPAN KUNJUNGAN K1 DAN K4 DI PUSKESMAS SE KAB. BIMA TAHUN 2011

(24)

23

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pertolongan persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal

Mortality : who, when, where, and why; Lancet 2006). Sedangkan target dalam

MDGs, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90 % pada tahun 2015 dari 40,7 % pada tahun 1992 (BPS). Cakupan persalinan ditolong nakes di Kabupaten Bima tahun 2011 adalah 88,2 % dari 11.028 persalinan. Terjadi peningkatan sebesar 13,48 % bila dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 74,72% dari 12.139 persalinan.

c. Rujukan Kasus Risti Dan Penanganan Komplikasi

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki resiki tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan yang lebih serius, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasusu tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.

Risti komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Persentase cakupan ibu hamil dengan risti/komplikasi yang ditangani pada tahun 2011 adalah sebesar 81,2, mengalami penurunan sebesar 1,99 % bila dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 83,39%.

Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti /komplikasi yang tertangani

(25)

24

adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang telatih baik dokter maupun bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin, dan rumah sakit. Persentase cakupan neonatal risti/komplikasi yang di tangani pada tahun 2011 sebesar 35,3%. Data selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 31)

d. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali. Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2011 adalah sebesar 89,7 % (9.889 orang) dari 11.028 ibu nifas.

e. Kunjungan Neonatal

Bayi bayi sapai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus umur 0-28 hari minimal 3 kali, yaitu pada 6 jam – 48 jam setelah lahir; pada hari ke 3 – 7 hari, dan hari ke 8 – 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini & Eksklusif, penegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi dan penyuluhan perawatan neonatus dirumah menggunakan buku KIA. Cakupan KN tahun 2011 adalah sebesar 92,5 %.perbandingan jumlah Neonatus dan kunjungan dapat dilihat pada gambar grafik 4.2.

(26)

25 Gambar 4.2 0 500 1000 1500 2000 2500

PERBANDINGAN JUMLAH NEONATUS

DAN KUNJUNGAN 2X (KN2) DI

PUSKESMAS SE KAB. BIMA TAHUN 2011

NEONATUS JML KN LENGKAP

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15–49 tahun. Oleh karena itu, untuk mengatur jarak kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi/ber-KB. Keikutsertaan Masyarakat dalam program KB di Kabupaten Bima pada tahun 2011 masih kurang, dimana persentase peserta KB Baru sebesar 28,4% (26.151) dari 92.006 PUS dan persentase KB Aktif 80,9 % (74.398). Cakupan KB Baru dan KB Aktif dapat di lihat pada grafik berikut :

(27)

26 Gambar 4.3 642 254 742 2085 746 202 840 1571 2103 1392 1537 1865 2496 197 1508 676 2169 904 404 1341 2101 2388 1424 5509 4384 973 4000 4717 6418 3734 2627 5939 8916 289 5000 2956 6930 2848 942 2483

PERBANDINGAN CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF DI PUSKESMAS SEKAB. BIMA TAHUN 2011

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF

3. Pelayanan Imunisasi

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0–1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk wanita usia subur/ ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas1: DT dan kelas 2–3 : TT), sedang kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Persentase cakupan imunisasi menurut Kecamatan di Kabupaten Bima tahun 2011 terbagi menjadi 5 macam pemberian imunisasi dari jumlah bayi sebanyak 10.518 orang adalah : BCG capaiannya 104%, DPT1+HB1 capaiannya 106,8%, DPT3 + HB3 capaiannya

106,4%, Polio 107,8%, Campak capaiannya 102,3%, (Tabel 39 dan 40)

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dalam hal ini

(28)

27

desa/kelurahan adalah 100%. Untuk cakupan kegiatan Imunisasi khususnya pelayanan desa/kelurahan UCI (Universal Child Immunization) sebesar 95,2 % dimana terdapat 5 Kecamatan yang jumlah desanya belum lengkap UCI (belum 100%) yaitu Madapangga, Bolo, Ambalawi, Donggo dan Wawo.

B. Perbaikan Gizi Masyarakat 1. Pemberian Kapsul Vitamin A

Tujuan pemberian kapsul vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA). Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan secara bermakna angka kematian anak, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya pemberian vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak. Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adala bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus). Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan ibu nifas. Persentase bayi yang mendapat vitamin A pada tahun 2011 sebesar 49,7 %, Anak balita sebesar 95,85 % dan ibu nifas sebesar 84,3 %.(Tabel 32)

2. Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe)

Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia, serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. untuk cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) dapat lihat pada gambar grafik 4.4.

(29)

28 Gambar 4.4 0 50 100 150 Ta m b o ra Sa n gga r P ar ad o M o n ta P al ib e lo n ga li B e lo M ad ap an gga B o lo La n gg u d u W aw o La m b u Sa p e P ai W e ra A m b al aw i W o h a So ro M an d i La m b it u D o n gg o

CAKUPAN BUMIL YANG MENDAPAT FE 1 DAN FE 3 DI

PUSKESMAS SE KAB. BIMA TAHUN 2011

FE 1 FE 3

Cakupan pemberian tablet besi (Fe-1) pada tahun 2011 adalah sebesar 94,71 % dan Fe-3 sebesar 88,33 %.

3. ASI Eksklusif (0-6)

Pemberian ASI Eksklusif dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui perbaikan status gizi bayi dan balita. Rata-rata cakupan pemberian ASI Eksklusif untuk Kabupaten Bima adalah sebesar 49 %, atau masih jauh dari target yang ingin dicapai yaitu 80%, begitu pula capaian menurut kecamatan, semua kecamatan persentase cakupannya masih dibawah target (80%). Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya peraturan perundangan tentang pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI maupun ASI, masih kurangnya sarana dan prasarana KIE ASI dan ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif dapat disebabkan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun

(30)

29

tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Di lain pihak adanya promosi dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang kadang sulit untuk dikendalikan. Untuk lebih jelas lihat grafik dibelakang :

Gambar 4.5

49%

51%

PERSENTASE JUMLAH BAYI YANG MENDAPAT ASI ESKLUSIF DENGAN BAYI TANPA ASI ESKLUSIF DI KAB. BIMA TAHUN

2011

BAYI DENGAN ASI ESKLUSIF (4667 BAYI TANPA ASI ESKLUSIF (5829)

C. Pelayanan Kesehatan Rujukan

Tujuan penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui Jamkesmas diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus – kasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya. Jumlah peserta Jamkesmas di Kabupaten Bima tahun 2011 adalah 197.814 ( 45,04 %) jiwa. Sementara yang mendapat pelayanan kesehatan dasar (strata 1) rawat jalan sebesar 50,9 %, rawat inap sebesar 7,7 %. (Tabel 56 & 57)

(31)

30 BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatam masyarakat. Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiyaan kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini adalah sebagai berikut

A. SARANA KESEHATAN 1. Puskesmas

Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten. Puskesmas sebagai unit pelayanan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.

Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun di upayakan terus meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat secara merata sampai di daerah terpencil. Pada tahun 2011 jumlah puskesmas adalah sebanyak 20 puskesmas dimana tiap Kecamatan memiliki 1 puskesmas kecuali untuk kecamatan belo terdapat 2 puskesmas yaitu Puskesmas Belo dan Ngali serta Kecamatan Wera terdapat 2 puskesmas yaitu puskesmas Wera dan Pai.

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (pustu). Jumlah pustu di Kabupaten Bima pada tahun 2011 adalah sebanyak 86 unit.

(32)

31 2. Rumah Sakit

Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, didalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai pelayanan kesehatan rujukan.

Kabupaten Bima memiliki 1 unit Rumah Sakit Umum Tipe C sebagi tempat rujukan bagi puskesmas.

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Kabupaten Bima belum memilki sarana produksi sediaan obat dan alat kesehatan, hanya memiliki sarana distribusi obat yaitu apotik sebanyak 5 unit.

4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang diantaranya terdiri dari Posyandu, Poskesdes di desa siaga, Tanaman Obat Keluarga (TOGA), dan Pos Obat Desa (POD). Jumlah posyandu aktif di Kabupaten Bima adalah 131 Unit, dengan rasio posyandu per 100 balita sebesar 1,13 %. Jumlah Poskesdes 106 Unit, POD 28 Unit.

B. TENAGA KESEHATAN

1. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis

Jumlah seluruh tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Bima sebanyak 702 orang dengan rincian seperti pada tabel berikut :

(33)

32

Tabel 5.1

Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis di Kabupaten Bima Tahun 2011

No Kriteria Tenaga Jumlah %

1 Tenaga Medis 56 7,98

2 Tenaga Keperawatan & Bidan 472 67,24

3 Tenaga Kefarmasian 23 3,28

4 Tenaga Gizi 43 6,13

5 Tenaga Teknisi Medis 24 3,42

6 Tenaga Sanitasi 41 5,84

7 Tenaga Kesehatan Masyarakat 43 6,13

Jumlah 702 100

Sumber: Bidang Kepegawaian

Data tersebut tidak termasuk tenaga administrasi dan tenaga penunjang lain, jumlah tenaga kefarmasian dan teknisi medis menunjukan angka terendah bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya.

2. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja

Pembagian secara umum jumlah tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten, Rumah Sakit, dan Puskesmas untuk tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2

Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten Bima Tahun 2011

No Tenaga Kesehatan Puskesmas Rumah Sakit Dinas Kesehatan

1 Medis 30 25 1

2 Perawat dan Bidan 325 137 10

3 Farmasi 2 12 9 4 Gizi 23 14 6 5 Teknisi Medis 1 22 1 6 Sanitasi 30 3 8 7 Kesehatan Masyarakat 15 4 24 Jumlah 426 217 59

(34)

33 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan

pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Anggaran kesehatan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bima tahun 2011 bersumber dari :

1. APBD Kab. Bima

a. Belanja Langsung sebesar Rp. 25.568.294.715,- b. Belanja Tidak langsung sebesar Rp. 17.706.468.525,- 2. APBD Propinsi Sebesar Rp. 218.403.000,-

3. APBN

Dana Dekon,ASKESKIN,BOK,Dana bantuan (GF atm, NRL/Kusta) sebesar Rp. 9.650.319.700,-

Jadi total anggaran kesehatan untuk Kabupaten Bima tahun 2011 sebesar Rp. 53.143485.667,- atau 17,10 % terhadap APBD Kabupaten Bima (Rp.

(35)

34 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Keberhasilan kegiatan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bima pada tahun 2011 dapat dilihat melalui berapa indikator yaitu :

1. Derajat Kesehatan

a. Angka Kematian

- Angka kematian Bayi

Dari 10.136 kelahiran bayi yang tercatat pada tahun 2011, Ditemukan Sebanyak 31 bayi (0,3%) meninggal Dunia hal ini mengalami peningkatan jika dibandingkan Tahun 2010 Sebanyak 22 Bayi.

- Angka kematian Anak Balita

Berdasarkan laporan kematian dari puskesmas, jumlah kematian anak balita ditemukan sebanyak 6 anak balita, namun dari laporan tersebut tidak disertai data penyebab kematiannya.

- Angka Kematian Ibu Maternal

Jumlah kematian ibu pada tahun 2011 sebanyak 10 orang, meningkat di bandingkan tahun 2010, yakni 9 Orang.

b. Angka Kesakitan

- 10 Penyakit Terbanyak

Pola 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima menurut hasil laporan SP2TP menunjukkan bahwa kasus terbanyak adalah Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dengan jumlah kasus 45.817.

- Penyakit Menular

(36)

35

Pencapaian CDR pada tahun 2011 sebesar 65,76%. Angka ini belum memenuhi target minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 68 %.

ii. Pneumonia Balita

Jumlah kasus pnemonia pada tahun 2011 sebesar 2.297 kasus dan mengalami penurunan sebanyak 260 kasus (11,32)% bila dibandingkan pada tahun 2010 (2.557) kasus, tapi untuk pencegahan pemberantasan penyakit pneumonia dapat ditangani 100%, sesuai target.

iii. Malaria

Angka kesakitan malaria per 1000 penduduk untuk Kabupaten Bima adalah sebesar 2,50.

iv. Kusta

Pada tahun 2011, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler (kusta basah) sebanyak 105 kasus dan tipe Pausi Basiler (kusta kering) sebanyak 91 kasus dengan Newly Case detection Rate (NCDR) sebesar 44,62 per 100.000 penduduk.

- Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Pada tahun 2011 terdapat Kasus Campak sebanyak 258. Begitu pula dengan penyakit lain yang dapat dicegah dengan Imunisasi PD3I seperti Hepatitis B ditemukan sebanyak 15 Kasus, AFP 8 Kasus, Sedangkan Kasus Tetanus Neonatorum, Pertusis, dan Difteri tidak ditemukan.

c. Status Gizi

Jumlah balita yang ditimbang pada tahun 2011 adalah 35.130 balita. Dari hasil PSG posyandu jumlah balita gizi baik sebanyak 29.561

(37)

36

(84,15%) balita, gizi kurang 9.530 (27,13%) balita, gizi buruk 1.960 (5,58%) balita.

2. Situasi Upaya Kesehatan a. Sarana Kesehatan

Di Kabupaten Bima terdapat 20 unit puskesmas yang semuanya telah menjadi puskesmas perawatan dan 1 unit Rumah Sakit Umum. b. Tenaga Kesehatan

Jumlah seluruh tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Bima sebanyak 702 orang.

B. SARAN

1. Untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam upaya penurunan angka kesakitan dan angka kematian diperlukan :

a. Peningkatan mutu Sumberdaya Manusia

b. Perbaikan sistem pengelolaan pelayanan kesehatan

c. Peningkatan dukungan dana baik dari Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.

d. Peningkatan peran serta masyarakat dalam program pembangunan kesehatan.

2. Untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat kabupaten Bima diperlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan melalui berbagai media baik cetak, elektronik maupun pertemuan yang dilaksanakan oleh berbagai sektor.

3. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di kabupaten Bima perlu kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat serta peran aktif dari berbagai organisasi masyarakat, organisasi sosial, organisasi politik dalam menggerakan masyarakat. Selain itu lingkungan

(38)

37

yang bersih dan sehat tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan praserana seperti antara lain :

a. Saluran pembuangan air limbah

b. Sarana Pembangunan dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA 4. Ketersediaan data yang menunjang indikator Kabupaten Bima sehat

sangat diperlukan sehingga mudah melakukan analisa dan evaluasi pencapaian kegiatan, untuk itu diharapakan dukungan dan keterlibatan sektor terkait.

5. Untuk meningkatkan upaya kesehatan, dukungan dana sangat diperlukan baik dari pemerintah maupun swasta dan masyarakat, terutama keikutsertaannya dalam asuransi kesehatan berupa ASKES, Jamkesmas, Jamkesda, Dana Sehat, Jamsostek dll.

(39)

38 BAB VII PENUTUP

Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bima tahun 2011 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan secara menyeluruh di Kabupaten Bima, yang mencakup derajat kesehatan masyarakat dan faktor – faktor yang mempengaruhinya .

Gambaran tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan bagi perencanaan kesehatan serta mendukung dan meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan di Kabupaten Bima untuk tahun berikutnya sehingga tujuan untuk membangun “ Kabupaten Bima Sehat“ dapat terwujud.

(40)

39

(41)

KABUPATEN BIMA TAHUN 2011

L P L + P Satuan

A. GAMBARAN UMUM

1 Luas Wilayah 4,390 Km2 Tabel 1

2 Jumlah Desa/Kelurahan 168 Desa/Kel Tabel 1

3 Jumlah Penduduk 218,771 220,484 439,228 Jiwa Tabel 2

4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4.0 Jiwa Tabel 1

5 Kepadatan Penduduk /Km2

100.1 Jiwa/Km2 Tabel 1

6 Rasio Beban Tanggungan 65.2 Tabel 2

7 Rasio Jenis Kelamin 99.2 Tabel 2

8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 76.8 79.2 81.7 % Tabel 4

9 Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan

tertinggi SMP+ #REF! #REF! #REF! % Tabel 5

B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian

10 Jumlah Lahir Hidup 4,980 5,156 10,136 Bayi Tabel 6

11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 0.0 0.0 0.0 Tabel 6

12 Jumlah Bayi Mati 60 48 108 Bayi Tabel 7

13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 12.0 9.3 10.7 per 1.000 KH Tabel 7

14 Jumlah Balita Mati 62 52 114 Balita Tabel 7

15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 12.4 10.1 11.2 per 1.000 KH Tabel 7

16 Jumlah Kematian Ibu 10 Ibu Tabel 8

17 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 98.7 per 100.000 KH Tabel 8

B.2 Angka Kesakitan

18 AFP Rate (non polio) < 15 th 113.83 per 100.000 pend <15thn Tabel 9 19 Angka Insidens TB Paru 0 0 135.24 per 100.000 penduduk Tabel 10 20 Angka Prevalensi TB Paru 0 0 139.56 per 100.000 penduduk Tabel 10

RESUME PROFIL KESEHATAN

ANGKA/NILAI

(42)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

21 Angka kematian akibat TB Paru 0 0 1.14 per 100.000 penduduk Tabel 10

22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 0.00 0.00 65.7 % Tabel 11

23 Success Rate TB Paru 0.00 0.00 - % Tabel 12

24 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 13

25 Jumlah Kasus Baru HIV 2 1 3 Kasus Tabel 14

26 Jumlah Kasus Baru AIDS 5 1 6 Kasus Tabel 14

27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 0 0 0 Kasus Tabel 14

28 Jumlah Kematian karena AIDS 5 1 6 Jiwa Tabel 14

29 Donor darah diskrining positif HIV #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 15 30 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 71.82 57.88 67.00 % Tabel 16

31 Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) 34 54 88 Kasus Tabel 17

32 Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) 58 49 108 Kasus Tabel 17

33 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 42 47 45 per 100.000 penduduk Tabel 17

34 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 31.18 41.75 35.71 % Tabel 18

35 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 9.68 0.00 4.59 % Tabel 18

36 Angka Prevalensi Kusta 3.29 2.49 2.89 per 10.000 Penduduk Tabel 19

37 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 1633.33 100.00 900.00 % Tabel 20 38 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 1812.12 0.00 1100.00 % Tabel 20

39 Jumlah Kasus Difteri 0 0 w Kasus Tabel 21

40 Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 21

41 Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 21

42 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 21

43 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 21

44 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 21

45 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 0 % Tabel 21

46 Jumlah Kasus Campak 99 159 258 Kasus Tabel 22

47 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 22

48 Jumlah Kasus Polio 3 5 8 Kasus Tabel 22

49 Jumlah Kasus Hepatitis B 8 7 15 Kasus Tabel 22

50 Incidence Rate DBD 6.40 8.16 7.29 per 100.000 penduduk Tabel 23

(43)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

52 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0.00 2.15 2.49 per 1.000 penduduk Tabel 24

53 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 24

54 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 25

B.3 Status Gizi

55 Bayi baru lahir ditimbang 0 0 0 % Tabel 26

56 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2.35 1.02 2.17 % Tabel 26

57 Balita Gizi Baik 25.24 58.90 84.15 % Tabel 27

58 Balita Gizi Kurang 8.13 19.27 27.13 % Tabel 27

59 Balita Gizi Buruk 1.67 3.90 5.58 % Tabel 27

C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan

60 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 98 % Tabel 28

61 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 92.98 % Tabel 28

62 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 88.16 % Tabel 28

63 Pelayanan Ibu Nifas 89.69 % Tabel 28

64 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 90.10 % Tabel 29

65 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 88.53 % Tabel 30

66 Bumil Risti/Komplikasi ditangani 81.38 % Tabel 31

67 Neonatal Risti/Komplikasi ditangani 100.00 99.95 99.97 % Tabel 31 68 Bayi Mendapat Vitamin A 103.54 106.20 104.64 % Tabel 32 69 Anak Balita Mendapat Vitamin A 106.20 105.30 104.70 % Tabel 32

70 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 81.30 % Tabel 32

71 Peserta KB Baru 31.42 % Tabel 35

72 Peserta KB Aktif 98.76 % Tabel 35

73 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 91.16 101.69 95.56 % Tabel 36 74 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 0.92 94.88 92.48 % Tabel 36 75 Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) 92.29 91.85 92.47 % Tabel 37

76 Desa/Kelurahan UCI 95.18 % Tabel 38

(44)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

78 Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak 4.19 % Tabel 39

79 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 44.71 43.98 44.46 % Tabel 41 80 Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin 17.23 16.98 17.08 % Tabel 42 81 Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) - - - % Tabel 43 82 Balita ditimbang 55.95 72.08 65.43 % Tabel 44

83 Balita berat badan naik 70 72 70 % Tabel 44

84 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 14 10 7 % Tabel 44

85 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 103.03 34.09 52.89 % Tabel 45 86 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan

Setingkat

#DIV/0! #DIV/0! - % Tabel 46

87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 47

88 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 100.19 114.32 108.46 % Tabel 48

89 Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1 100.00 % Tabel 49

90 Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam - % Tabel 51 91 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap - - 0.12 Tabel 52 92 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal - sekolah Tabel 49

93 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi - sekolah Tabel 49

94 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 0.39 0.36 0.37 % Tabel 53 95 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 50.59 44.04 47.22 % Tabel 53 96 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan

mulut 50.59 44.04 47.22 % Tabel 53

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar - - 49.15 % Tabel 55 98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup

Askeskin/Jamkesmas - - 100.00 % Tabel 56 99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1

- 50.88 %

Tabel 56 100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3

- 0.89 %

(45)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1

- 4.67 %

Tabel 57 102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3

- - %

Tabel 57 103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan - - 40.38 % Tabel 58 104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap - - 3.98 % Tabel 58 105 Gross Death Rate (GDR) di RS - - 3.25 per 100.000 pasien keluar Tabel 59 106 Nett Death Rate (NDR) di RS - - 1.39 per 100.000 pasien keluar Tabel 59

107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 77.91 % Tabel 60

108 Length of Stay (LOS) di RS 3.52 Hari Tabel 60

109 Turn of Interval (TOI) di RS 1.00 Hari Tabel 60

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat

110 Rumah Tangga ber-PHBS #REF! % Tabel 61

C.4 Keadaan Lingkungan

111 Rumah Sehat 52.26 % Tabel 62

112 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes 75.65 % Tabel 63

113 Keluarga dengan sumber air minum terlindung 25.00 % Tabel 65

114 Keluarga memiliki Jamban Sehat 55.89 % Tabel 66

115 Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat 52.31 % Tabel 66

116 Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat 27.84 % Tabel 66

117 TUPM Sehat 85.35 % Tabel 67

118 Institusi dibina kesehatan lingkungannya 98.62 % Tabel 68

D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan

119 Jumlah Rumah Sakit Umum 1.00 Tabel 70

120 Jumlah Rumah Sakit Khusus - Tabel 70

121 Jumlah Puskesmas Perawatan 20.00 Tabel 70

(46)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

123 Jumlah Apotek 5.00 Tabel 70

124 Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan 4.76 % Tabel 71

125 Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar 700.00 % Tabel 71

126 Jumlah Posyandu 538.00 Posyandu Tabel 72

127 Posyandu Aktif 24.35 % Tabel 72

128 Rasio posyandu per 100 balita 1.13 per 100 balita Tabel 72

129 Jumlah Desa Siaga 168.00 Desa Tabel 73

130 Desa Siaga Aktif 100.00 % Tabel 73

131 Jumlah Poskesdes 94.00 Poskesdes Tabel 73

D.2 Tenaga Kesehatan

132 Jumlah Dokter Spesialis 7.00 1.00 8.00 Orang Tabel 74 133 Rasio Dokter Spesialis 3.20 0.45 1.82 per 100.000 penduduk Tabel 74 134 Jumlah Dokter Umum 18.00 23.00 41.00 Orang Tabel 74 135 Rasio Dokter Umum 8.23 10.43 9.33 per 100.000 penduduk Tabel 74 136 Jumlah Dokter Gigi 2.00 5.00 7.00 Orang Tabel 74 137 Jumlah Bidan 19.00 86.00 211.00 Orang Tabel 75

138 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 48.04 Tabel 75

139 Jumlah Perawat 54.00 207.00 838.00 Orang Tabel 75 140 Jumlah Tenaga Kefarmasian 5.00 18.00 14.00 Orang Tabel 76 141 Jumlah Tenaga Gizi 4.00 10.00 28.00 Orang Tabel 76 142 Jumlah Tenaga Kesmas 23.00 20.00 43.00 Orang Tabel 77 143 Jumlah Tenaga Sanitasi 16.00 25.00 41.00 Orang Tabel 77 144 Jumlah Tenaga Teknisi Medis 5.00 15.00 20.00 Orang Tabel 78 145 Jumlah Fisioterapis - 4.00 4.00 Orang Tabel 78

D.3 Pembiayaan Kesehatan

146 Total Anggaran Kesehatan Rp. 90.329.118.724,- Rp Tabel 79

147 APBD Kesehatan thd APBD Kab/Kota 14, 425 % Tabel 79

(47)

TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

KABUPATEN BIMA TAHUN 2011

LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN

WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK

(km2) TANGGA TANGGA per km2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Monta 227.52 12 0 12 33439 8688 3.85 146.97 2 Parado 261.29 5 0 5 8702 2341 3.72 33.30 3 Bolo 67.2 12 0 12 44259 11197 3.95 658.62 4 Madapangga 237.58 10 0 10 27385 7436 3.68 115.27 5 Woha 105.57 15 0 15 43904 11056 3.97 415.88 6 Belo 44.76 8 0 8 24940 6732 3.70 557.19 7 Palibelo 71.58 9 0 9 24786 6501 3.81 346.27 8 Wawo 132.29 9 0 9 16250 3979 4.08 122.84 9 Langgudu 322.94 12 0 12 26292 6746 3.90 81.41 10 Lambitu 65.4 5 0 5 5074 1330 3.82 77.58 11 Sape 232.12 17 0 17 53064 12291 4.32 228.61 12 Lambu 404.25 12 0 12 34280 7918 4.33 84.80 13 Wera 465.32 11 0 11 28032 6627 4.23 60.24 14 Ambalawi 180.65 6 0 6 18172 4925 3.69 100.59 15 Donggo 123.83 8 0 8 16753 3912 4.28 135.29 16 Soromandi 341.66 6 0 6 15468 3773 4.10 45.27 17 Sanggar 477.89 6 0 6 11826 2982 3.97 24.75 18 Tambora 627.82 5 0 5 6602 1791 3.69 10.52 JUMLAH (KAB/KOTA) 4,389.7 168 0 168 439,228 110,225 3.98 100

Sumber: - Kantor Statistik Kab. Bima Th. 2011

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

NO KECAMATAN

(48)

TABEL 2

RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN, DAN KECAMATAN KABUPATEN BIMA TAHUN 2011 JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 Monta 33439 1,878 4,157 7,524 2,538 804 16,901 1,758 3,881 7,287 2,711 901 16,538 67.97 102.19 2 Parado 8702 538 1,054 1,832 653 231 4,308 531 1,021 1,031 701 210 4,394 73.36 98.04 3 Bolo 44259 2,371 5,008 10,134 3,414 1,158 22,085 2,162 4,621 10,542 3,524 1,326 22,174 63.01 99.60 4 Madapangga 27385 1,320 2,925 5,850 2,395 924 13,414 1,247 2,800 6,267 2,632 1,025 13,971 62.69 96.01 5 Woha 43904 2,471 5,035 10,254 3,097 1,054 21,911 2,175 4,921 10,547 3,155 1,195 21,993 64.12 99.63 6 Belo 24940 1,364 2,729 5,627 1,880 695 12,259 1,288 2,593 5,739 2,095 930 12,645 63.78 97.23 7 Palibelo 24786 1,254 2,663 5,524 2,065 722 12,228 1,187 2,605 5,636 2,218 912 12,558 61.13 97.37 8 Wawo 16250 789 1,833 3,366 1,298 613 7,899 759 1,718 3,710 1,447 717 8,351 69.36 94.59 9 Langgudu 26292 1,635 3,353 5,394 1,968 708 13,058 1,550 3,254 5,661 2,047 722 13,234 77.37 98.67 10 Lambitu 5074 262 632 1,007 496 166 2,563 283 610 961 509 148 2,511 70.53 102.07 11 Sape 53064 2,924 6,709 12,133 3,655 1,147 26,568 2,800 6,265 12,263 3,877 1,291 26,496 68.28 100.27 12 Lambu 34280 1,914 4,394 7,670 2,410 717 17,105 1,938 4,160 7,745 2,492 840 17,175 69.69 99.59 13 Wera 28032 1,624 3,478 5,902 2,214 690 13,908 1,513 3,112 6,222 2,459 818 14,124 71.37 98.47 14 Ambalawi 18172 873 2,102 4,083 1,540 508 9,106 798 1,912 4,353 1,458 545 9,066 61.94 100.44 15 Donggo 16753 1,039 2,238 3,387 1,181 412 8,257 1,031 2,185 3,711 1,171 398 8,496 80.76 97.19 16 Soromandi 15468 1,025 1,980 3,365 1,050 303 7,723 898 1,835 3,706 997 309 7,745 74.93 99.72 17 Sanggar 11826 687 1,446 2,802 796 220 5,951 648 1,384 2,868 741 234 5,875 65.40 101.29 18 Tambora 6602 467 838 1,529 523 122 3,479 481 664 1,512 411 55 3,123 69.54 111.40 JUMLAH (KAB/KOTA) 439,228 24,439 52,570 97,386 33,174 11,202 218,771 23,047 49,489 100,708 34,650 12,575 220,484 65.18 99.22

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Kab. Bima Th. 2011

Catatan : Jumlah kolom 3 = jumlah kolom 9 + jumlah kolom 15, yaitu sebesar: 439,255

RASIO BEBAN TANG GUNGAN RASIO JENIS KELAMIN NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK

(49)

TABEL 3

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KABUPATEN

TAHUN

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN

1 2 3 4 5 1 0 - 4 24,439 23,047 47,486 2 5 - 9 26,260 24,555 50,815 3 10 - 14 26,310 24,934 51,244 4 15 - 19 22,147 20,126 42,273 5 20 - 24 16,065 16,749 32,814 6 25 - 29 16,950 18,450 35,400 7 30 - 34 15,159 16,653 31,812 8 35 - 39 14,792 15,282 30,074 9 40 - 44 12,273 13,448 25,721 10 45 - 49 10,683 11,298 21,981 11 50 - 54 9,715 10,569 20,284 12 55 - 59 7,135 7,188 14,323 13 60 - 64 5,641 5,595 11,236 14 65 - 69 4,241 4,476 8,717 15 70 - 74 3,300 3,563 6,863 16 75+ 3,652 4,536 8,188

Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Bima Th. 2011

BIMA 2011

439,231

JUMLAH 218,762 220,469

(50)

KABUPATEN BIMA TAHUN 2011 JUMLAH MELEK HURUF % JUMLAH MELEK HURUF % JUMLAH MELEK HURUF % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Monta 15,023 11,491 76.49 14,780 10,508 71.10 29,803 21,999 73.81 2 Parado 3,769 2,900 76.94 3,863 2,861 74.06 7,632 5,761 75.48 3 Bolo 19,714 16,438 83.38 20,012 16,028 80.09 39,726 32,466 81.72 4 Madapangga 12,094 9,492 78.49 12,724 9,338 73.39 24,818 18,830 75.87 5 Woha 19,440 15,727 80.90 19,818 15,169 76.54 39,258 30,896 78.70 6 Belo 10,931 8,728 79.85 11,357 7,834 68.98 22,288 16,562 74.31 7 Palibelo 10,974 9,138 83.27 11,371 8,808 77.46 22,345 17,946 80.31 8 Wawo 7,110 6,076 85.46 7,592 6,196 81.61 14,702 12,272 83.47 9 Langgudu 11,423 9,108 79.73 11,684 8,524 72.95 23,107 17,632 76.31 10 Lambitu 2,301 2,013 87.48 2,228 1,877 84.25 4,529 3,890 85.89 11 Sape 23,644 19,519 82.55 23,696 18,836 79.49 47,340 38,355 81.02 12 Lambu 15,191 12,563 82.70 15,237 12,278 80.58 30,428 24,841 81.64 13 Wera 12,284 10,410 84.74 12,611 9,918 78.65 24,895 20,328 81.65 14 Ambalawi 8,233 7,186 87.28 8,268 6,811 82.38 16,501 13,997 84.83 15 Donggo 7,218 5,735 79.45 7,465 5,131 68.73 14,683 10,866 74.00 16 Soromandi 6,698 5,285 78.90 6,847 5,054 73.81 13,545 10,339 76.33 17 Sanggar 5,264 4,587 87.14 5,227 4,443 85.00 10,491 9,030 86.07 18 Tambora 3,012 2,277 75.60 2,642 1,922 72.75 5,654 4,199 74.27 194,323 158,673 81.65 197,422 151,536 76.76 391,745 310,209 79.19

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima Th. 2011 TABEL 4

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK USIA 5 KE ATAS

LAKI-LAKI + PEREMPUAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

NO

Gambar

Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Bima Tahun 2011
Gambar 2.2  2511 7745 21993906614124 26496171358351132342217413971126451255816538439458753123256377232191191061390826568171057899130582208513414122591222816901430859513479LambituSoromandiWohaAmbalawiWeraSapelambuWawoLangguduBoloMadapanggaBeloPalibeloMontaP
Tabel 56 100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Tabel 57 103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan              -              -          40.38 % Tabel 58 104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap              -              -            3.98 % Tabel 58 105 Gross Death Rate (GDR) di RS              -              -
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh padat penebaran 60, 75 dan 90 ekor/liter terhadap produksi ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci up

Berdasarkan fungsi regresi dapat disimpulkan bahwa secara umum faktor imbalan, jaminan sosial, keterampilan, sarana/prasarana, fisik, sikap dan penghargaan berpengaruh

Basis data adalah suatu kumpulan data terhubung yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media, tanpa mengatap satu sama lain atau tidak perlu suatu

Hasil kegiatan adanya pelatihan tari pada Mts Desa Dawuhan yaitu anak-anak Mts dapat mengetahui ragam gerak tari denok semarang,nama tari daerah jawa tengah khususnya

Seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang secara tidak langsung telah banyak membantu penulis

Berkaitan dengan bentuk kegiatan tersebut maka layanan yang diberikan oleh konselor sekolah dapat bersifat preventif, kuratif, dan preseveratif atau developmental

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran Bahasa Jawa (materi tembang dolanan) berbasis pendidikan karakter religius dalam kurikulum 2013.. Jenis

Penelitian ini menggunakan jenis penyakit ayam antara lain Avian Influenza, Cronic Respiratory Disease, Corryza, Newcastle Disease, Gumboro, dan Koksidiosis..