• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Namun sebenarnya kata-kata tersebut mempunyai makna berbeda. Banyak orang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Namun sebenarnya kata-kata tersebut mempunyai makna berbeda. Banyak orang yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Menyimak Puisi 1. Pengertian menyimak

Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun sebenarnya kata-kata tersebut mempunyai makna berbeda. Banyak orang yang kurang memahami perbedaan arti dari kata-kata itu. Pada dasarnya banyak orang mendengar dan mendengarkan tetapi belum sampai pada menyimak sebaik-baiknya. Padahal menyimak tarafnya lebih tinggi daripada mendengarkan dan mendengarkan lebih tinggi daripada sekedar mendengar.

Menurut Moeliono ( 2008 : 312 ) kata mendengar berarti dapat menangkap suara atau bunyi dengan telinga yang tidak tuli. Sedangkan kata mendengarkan berarti mendengar sesuatu dengan sungguh-sungguh, atau memasang telinga baik-baik untuk mendengar. Adapun kata menyimak menurut Moeliono ( 2008 : 1307 ) mempunyai arti mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang lain. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat kita lihat perbedaan antara kata mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Sadar atau tidak, ketika ada bunyi alat pendengaran manusia pasti akan menangkapnya. Dengan demikian manusia mendengar suatu bunyi tanpa unsur kesengajaan, karena bunyi tersebut didengar tanpa ada perencanaan dari si pendengarnya. Sedangkan mendengarkan ada unsur kesengajaan dalam perbuatan yang dilakukan oleh pendengar. Hal ini dilakukan karena bunyi yang didengar menarik perhatian pendengar sehingga ia ingin mengetahui apa yang di dengarnya, namun ia tidak ingin memahami lebih jauh hal itu.

(2)

Ada beberapa pengertian menyimak dari para pakar atau ahli. Menurut Tarigan (2008: 31) menyimak adalah:

Suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Suatu pernyataan tentang pengertian menyimak juga dikatakan oleh pakar lain, yaitu menyimak adalah “proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya” (Sabarti dalam Sutari dkk, 1998 : 18-19).

Dari pendapat-pendapat yang telah terurai tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa menyimak mengandung pengertian suatu proses kegiatan mendegarkan bunyi-bunyi ujar dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap pesan atau isi, dan memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara. Setelah makna komunikasi dan isi pesan dapat dipahami oleh penyimak, maka ia melakukan suatu tindakan sebagai respon atau reaksi terhadap hal yang telah disimaknya sesuai dengan isi pesan yang telah dipahami tersebut.

2. Tujuan Menyimak

Menyimak merupakan suatu keterampilan awal dan dasar dari proses pembelajaran bahasa, sebelum keterampilan berbicara, membaca dan menulis. Pada hakikatnya menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dan memahami informasi yang disampaikan oleh pembaca. Jadi, dengan demikian kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang disengaja dan direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan dari penyimaknya.

(3)

Tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain sebagai berikut: a. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh

pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

b. Ada orang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial. c. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia

simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya dia menyimak untuk mengevaluasi.

d. Ada orang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan berita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.

e. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.

f. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi yang tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya terlihatnya pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (narrative speaker).

(4)

g. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

h. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif (Tarigan, 2008 : 60-61).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut:

a. Menyimak untuk belajar b. Menyimak untuk menikmati c. Menyimak untuk mengevaluasi d. Menyimak untuk mengapresiasi

e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide f. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi g. Menyimak untuk memecahkan masalah

h. Menyimak untuk meyakinkan (Tarigan, 2008: 62)

3. Ragam Menyimak

Kegiatan menyimak mempunyai tujuan umum yaitu untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Disamping tujuan umum terdapat pula tujuan khusus yang menyebabkan adanya keanekaragaman menyimak.

Ragam menyimak terbagi menjadi dua macam yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Kedua jenis menyimak tersebut terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Klasifikasi menyimak tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu

(5)

dibawah bimbingan langsung dari seorang guru dan tidak dituntut suatu tugas atau tanggung jawab tertentu dari kegiatan menyimak.

Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan dan kebebasan bagi para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing. Pada umumnya, sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Rekaman-rekaman tersebut dapat memanfaatkan berbagai sumber, seperti dari siaran radio dan televisi (Brounghton dalam Tarigan, 2008: 38-39).

Ragam menyimak ekstensif terdiri atas beberapa klasifikasi, antara lain sebagai berikut.

1) Menyimak Sosial

Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan (Dawson dalam Tarigan, 2008: 40).

Menyimak sosial paling sedikit mencangkup dua hal, yaitu:

a) Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.

b) Menyimak serta mamahami peranan-peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson dalam Tarigan, 2008: 41).

(6)

2) Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening). Contoh menyimak sekunder dapat dilihat sebagai berikut:

a) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seseorang teman dirumah.

b) Menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah (Dawson dalam Tarigan, 2008: 41).

3) Menyimak Estetik

Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiasif (appreciational listening) adalah fase terakhir dan kegiatan menyimak kebetulan.

Contoh menyimak estetik dapat dilihat sebagai berikut:

a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman.

b) Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau dibacakan oleh guru, siswa, atau aktor (Dawson dalam Tarigan, 2008: 41).

4) Menyimak Pasif

Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar dengan kurang teliti,

(7)

tergesa-gesa, menghafal diluar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa. Sebenarnya otak kita “bukan main” aktifnya dalam mendaftarkan bunyi-bunyi walaupun kita seolah-olah mengarahkan perhatian pada hal lain.

b. Menyimak Intensif

Menyimak intensif diarahkan pada suatu kgiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam menyimak intensif harus diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut:

a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir-butir bahwa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau

b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam butir kedua makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.

Jenis-jenis menyimak intensif adalah sebagai berikut:

1) Menyimak Kritis

Menyimak kritis (critival listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti dimana letak kekurangan kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Upaya menentukan ketepercayaan, ketelitian tersebut, anak-anak kita perlu mendengarkan, menyimak secara kritis segala ucapan atau informasi lisan untuk memperoleh kebenaran. (Dawson dalam Tarigan, 2008: 46).

(8)

Secara agak terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:

a) Memperhatikan kegiatan-kegiatan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya.

b) Menentukan alasan “mengapa”.

c) Memahami aneka makna petunjuk konteks.

d) Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan. e) Membuat keputusan-keputusan.

f) Menarik kesimpulan-kesimpulan.

g) Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.

h) Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.

i) Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum, belum lazim dipakai.

j) Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan, kekurangtelitian serta kekeliruan (Anderson dalam Tarigan, 2008: 46-47).

2) Menyimak Konsentratif

Menyimak konsetratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:

a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicara.

b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab akibat.

(9)

c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu. d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.

e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.

f) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dan Dawson dalam Tarigan, 1987: 45).

3) Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson dalam Tarigan, 2008: 50). Secara terperinci, kegiatan menyimak kreatif adalah sebagai berikut:

a) Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak.

b) Membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik, semantara menyimak.

c) Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan, dan pementasan.

d) Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut.

4) Menyimak Eksplorasif

Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan:

(10)

a) Hal-hal baru yang menarik perhatian. b) Informasi tambahan mengenai suatu topik.

c) Isu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.

5) Menyimak Interogatif

Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak perhatian. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara (Dawson dalam Tarigan, 2008: 52).

6) Menyimak Selektif

Menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Kita harus berupaya untuk memanfaatkan kedua teknik tersebut dan dengan demikian berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai.

Diantara sekian banyak jenis menyimak, salah satu jenis menyimak yang tepat untuk menyimak puisi ialah menyimak kreatif. Menyimak kreatif adalah sejenis menyimak yang mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.

(11)

Penerapan jenis kegiatan menyimak kreatif untuk menyimak puisi agar tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan yang baik terhadap sebuah karya sastra. Sehingga akan menikmati karya sastra yang sesungguhnya dan tumbuh pikiran imajinatif untuk menikmati karya baru baik dalam bentuk tulisan, lukisan ataupun pementasan.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak

Menurut Tarigan (2008: 104-114) faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fisik

Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifan dalam menyimak. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting yang turut menentukan bagi setiap penyimak. Lingkungan fisik juga mungkin dapat menyebabkan ketidakefektifan seseorang dalam menyimak. Contohnya para hadirin yang bergerak atau berjalan kian kemari seenaknya saja sehingga menggagnggu orang yang sedang menyimak itu, ruangan yang lembab atau terlalu dingin, suara dan bunyi yang bising.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis juga mempengaruhi proses menyimak. Faktor psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik, sedangkan faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Faktor negatif itu antara lain, prasangka dan kurang simpati, dan keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi, pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan, sikap yang tidak layak terhadap

(12)

pembicara. Faktor positif yang menguntungkan bagi kegiatan menyimak misalnya pengalaman masa lalu yang menyenangkan, yang telah menentukan minat dan pilihan, kepandaian yang beranekaragam.

c. Faktor Pengalaman

Sikap merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan pengalaman. Kurang minat agaknya merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman dalam bidang yang disimak. Faktor pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak.

d. Faktor Sikap

Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap utama, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan dirinya, sedangkan sikap menolak, orang akan bersikap menolak ditujukan pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menyenangkan baginya. Kedua hal ini memberikan dampak pada menyimak, masing-masing dampak positif dan dampak negatif.

e. Faktor Motivasi

Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu, maka orang itu diharapkan akan berhasil dalam mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak. Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas, mengutarakan apa maksud dan tujuan yang hendak dicapai, dan

(13)

bagaimana mencapai tujuan itu, jelas merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun.

f. Faktor Jenis Kelamin

Walaupun kepala sama, bahwa perhatian kita berbeda-beda. Begitu pula kebiasaan menyimak kita dapat berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan ini turut pula ditentukan oleh perbedaan jenis kelamin. Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatupun berbeda-beda.

g. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar pada siswa pada umumnya. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana belajar dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial menyangkut suasana yang mendorong menyimak. Lingkungan sosial mencangkup suasana yang mendorong anak-anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide-ide.

h. Faktor Peranan dalam Masyarakat

Keterampilan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting bagi peningkatan kegiatan menyimak. Misalnya Sebagai guru dan pendidik, kita ingin sekali menyimak cermah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran.

(14)

5. Pengertian dan Karakteristik Puisi a. Pengertian Puisi

Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti membuat, poeisis yang berarti pembuatan atau poeites yang berarti pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris puisi ini disebut poem atau poetry yang artinya tidak jauh berbeda dengan to make atau to crate, sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker ( Thahjono, 1998 : 50 ).

Menurut Watt-Dunton (Tjah jono, 1998: 50 ) puisi adalah ekspresi konkret dan artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Dalam Tjahjono (1998: 50) Samuel Johnson juga mempunyai pendapat bahwa puisi adalah seni perpaduan kegairahan dengan kebenaran, dengan mempergunakan imajinasi sebagai pembantu akal pikiran.

Menurut (Moeliono, 2008: 1112) puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.

Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana penulis menarik kesumpulan bahwa puisi adalah sebuah ungkapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi yang biasanya berisi suatu pengalaman imajinatif atau nyata sang penyair dari kehidupan individual dan sosialnya.

b. Karakteristik Puisi

Pengertian puisi memang harus berpijak dari pemahaman sendiri tentang puisi, tetapi memahami ciri dan karakter puisi penting untuk dilakukan sebagai dasar untuk

(15)

menulis puisi. Karakter ini berkaitan dengan ciri puisi secara universal, yang pastinya dimiliki baik secara keseluruhan maupun bagian, untuk karya yang disebut puisi. Karena bersifat universal, maka pemahaman karakter puisi ini selalu diolah dan dimodifikasi oleh penulisnya sendiri untuk menghasilkan aspek estetis yang indah. Karakterisasi dalam sebuah puisi meliputi:

1) Diksi

Diksi adalah pilihan kata. Media pengungkapan puisi sebagai pengalaman estetis kita adalah dengan kata-kata. Memilih, memilah, dan menentukan kata yang akan dan menentukan kata yang akan digunakan untuk mengungkapkan perasaan adalah diksi. (Kurniawan dan Sutardi, 2011: 29)

Pemilihan kata dan pemanfaatan kata merupakan aspek yang utama dalam dunia puisi.

2) Bunyi

Bunyi dalam puisi memegang peranan amat penting, karena tanpa bunyi yang merdu dan harmonis tidak aka nada unsur yang dapat dikatakan puitis dan indah. Nada yang meninggi, merendah, tekanan yang mengeras dan melembut, tempo yang cepat dan melambat semuanya mempengaruhi ujaran, bahkan lagi ini menentukan makna. (Suyitno, 2009: 81)

3) Irama

Unsur lain yang berkaitan erat dengan bunyi adalah irama. Irama puisi adalah acuan tampak dan acuan tak tampak sebuah puisi yang menuntun pernafasan kita pada waktu membacanya.

(16)

Pengaruh irama dalam puisi sangatlah besar. Irama puisi menyebabkan terjadinya rasa keindahan, timbul imajinasinya, munculnya daya pukau dan lebih dari itu ia dapat memperkuat pengertian. (Suyitno, 2009: 87)

4) Tipografi

Tipografi ini berkaitan dengan bentuk penulisan puisi yang menyangkut pembaitan-enjambemen, penggunaan huruf dan tanda baca, serta bentuk bait. Harus diakui, secara konvensional, yang membedakan puisi dan prosa sebagai genre sastra adalah pada aspek tipografi, yaitu puisi dalam bentuk bait sedangkan prosa dalam bentuk narasi. ( Kurniawan dan Sutardi. 2009: 38)

c. Memahami Isi Puisi

Untuk memahami isi puisi, kamu dapat menganalisis unsur-unsur puisi. Unsur-unsur puisi diantaranya adalah berikut ini:

1) Diksi atau pilihan kata

Diksi berarti pemilihan kata. Pemilihan kata dan pemanfaatan kata merupakan aspek utama dalam dunia puisi. Suatu puisi menggunakan pilihan kata atau diksi yang disesuaikan dan mewakili isi puisi. Oleh karena itu, diksi suatu puisi dapat dianalisis untuk menemukan makna, perasaan dan sikap penyair yang tersembunyi dalam puisi. Sehingga dapat ditegaskan pemilihan kata dan pemanfaatan kata merupakan aspek yang utama dalam dunia puisi.

2) Makna Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi merupakan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan kamus. Sementara itu, makna konotasi merupakan makna yang berubah karena konteks

(17)

penggunaannya atau makna kias. Biasanya dalam dunia puisi tidak terlepas dengan kata-kata yang berbentuk makna denotasi dan makna konotasi, sehingga untuk dapat membedakan kata yang berbentuk makna denotasi dan kata yang berbentuk makna konotosi terlebih dahulu fahami definisi keduanya yaitu makna denotasi dan makna konotasi.

3) Citraan atau Gambaran Angan

Citraan atau gambaran angan merupakan gambaran pengalaman yang berkaitan dengan benda, peristiwa, dan keadaan yang dialami penyair. Citraan berhubungan dengan indra, seperti penglihatan, pendengaran atau rabaan. Misalnya seorang yang membacakan puisi dengan sedih perasaan kita harus ikut terlibat sehingga diperlukan keterlibatan perasaan. Perasaan sedih, gembira, haru dan sebagainya.

4) Majas

Majas merupakan bahasa kiasan. Majas dalam bahasa Indonesia bermacam-macam. Misalnya personifikasi, metafora, hiperbola, paradoks,repetisi dan metonimia. Dari beberapa jenis majas tersebut masih banyak lagi jenis majas yang terdapat di dalam suatu puisi. Setiap majas biasanya memberikan efek di dalam terbentuknya suatu puisi. Sehingga semakin banyak majas yang terdapat di dalam suatu puisi semakin banyak pula perenungan untuk dapat memahami isi puisi.

6. Pengertian Kemampuan Menyimak Puisi

Mendengarkan atau menyimak puisi merupakan salah satu kegiatan apresiasi selain membaca puisi dengan penuh penghayatan, menulis puisi dan

(18)

mendeklamasikannya, serta menulis resensi puisi. Kegiatan apresiasi tersebut menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam (dengan penuh penghayatan), merasakan hal yang ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan dan kelemahannya.

Pengertian apresiasi puisi sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu. Dalam batasan ini, syarat untuk dapat mengapresiasi karya sastra adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sastra sehingga seseorang

a. mengenal, b. memahami, c. menafsirkan, d. menghayati, dan

e. menikmati karya sastra tersebut.

Untuk mengapresiasi puisi, kita harus mengenal hakikat puisi, yaitu tema, nada dan suasana, perasaan, serta amanat dari puisi tersebut.

7. Teknik Dictogloss

a. Pengertian Teknik Dictogloss

Kata dictogloss berasal dari bahasa Inggris dan terdiri dari dua kata yaitu kata dicto atau dictate yang artinya dikte atau imla, dan gloss yang artinya tafsir. Penulis berpendapat, teknik ini merupakan gabungan dua teknik, yaitu dikte dan tafsir.

David Nunan dalam Azies dan Alwasilah, ( 1996: 85 ) menegemukakan bahwa teknik dictogloss yaitu sebuah teknik dalam pengajaran menyimak yang tergolong

(19)

komunikatif. Dalam teknik ini siswa diminta menuliskan kata-kata sebanyak yang mereka mampu. Dengan teknik ini siswa dilatih untuk mendengarkan, memahami, menginterpretasikan serta memberi tanggapan terhadap informasi yang didengarkannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa dalam teknik dictogloss terdapat dua buah teknik yang digunakan sebagai upaya pemahaman sebuah wacana lisan yang didengarkannya. Yakni dikte dan identifikasi kata kunci. Teknik dikte adalah ketika materi diperdengarkan kepada siswa sedangkan teknik identifikasi kata kunci digunakan ketika siswa diminta menuliskan kata-kata kunci atau kata-kata isi sebanyak yang mereka mampu. Bahwa identifikasi kata kunci adalah memilih kata yang merupakan pokok pikiran utama dari wacana. Maka dalam teknik dictogloss perlu adanya penemuan kata-kata yang merupakan kata-kata kunci.

b. Kelebihan dan Kelemahan teknik dictogloss

Kelebihan atau kemudahan teknik dictogloss dalam memahami puisi, siswa akan mampu membuat prediksi, membuat inferensi-inferensi hal-hal yang tidak ada dalam teks. Dengan teknik dictogloss ini siswa terutama akan belajar mengenali unsur-unsur individual dalam teks. Sehingga siswa dapat dengan mudah memahami isi dari puisi yang diperdengarkannya. Kelemahan teknik dictogloss yaitu daya jangkauannya terbatas.

8. Penggunaan Media Rekaman dalam Teknik Dictogloss untuk pembelajaran menyimak puisi

Media rekaman atau audio ialah media yang berkenaan dengan indera pendengaran, seperti kaset dan radio. Dalam teknik dictogloss lebih baik bila digunakan media rekaman sebagai alat bantu audio.

(20)

Penggunaan teknik ini bermaksud untuk: a. Membuat pembelajaran lebih produktif.

b. Membuat pembelajaran lebih langsung dan segera.

c. Membuat pembelajaran lebih seimbang dan merata (Azies dan Alwasilah, 1996: 86). Oleh karena itu penggunaan media rekaman atau media audio ini sangat dianjurkan dalam pembelajaran menyimak. Di dalam komunikasi, penyimak mempunyai kedudukan yang sangat penting. Komunikasi akan dikatakan efektif jika para penyimak terpikat perhatiannya, dapat memahami isi pesan yang disampaikan dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat oleh penyusun program.

Langkah-langkah penggunaan teknik dictogloss untuk pembelajaran menyimak puisi:

a. Persiapan

Pada tahap ini guru mempersiapkan siswa untuk mendengarkan rekaman puisi yang akan diputar, dengan meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan dan dengan meyakinkan bahwa siswa ada pada kelompok yang sesuai.

b. Dikte

Rekaman puisi diputar satu kali, siswa menyimak dan mampu mendapatkan gambaran umum dari puisi yang disimaknya. Kemudian siswa membuat catatan kata-kata kunci yang berhubungan dengan tema, amanat, makna keseluruhan dari puisi, makna denotasi dan makna konotasi, mampu merefleksikan kehidupan dipuisi dengan kehidupan nyata serta mampu merubah puisi menjadi sebuah cerita singkat.

(21)

c. Rekonstruksi

Pada akhir dikte siswa mengumpulkan lembar jawaban berupa catatan kata-kata kunci yang telah disusunnya sesuai versi mereka. Dalam tahap ini perlu diingat bahwa guru tidak memberikan masukan bahasa pada siswa.

d. Analisis dan koreksi

Siswa bisa membandingkan catatan kata-kata kunci versi mereka dengan puisi aslinya, yang ditayangkan melalui overhead projector (OHP) atau dalam bentuk selembaran.

B. Kerangka Pikir

Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan baik. Menyimak merupakan keterampilan pertama yang dipelajari manusia dan mempunyai pengaruh baik terhadap keterampilan berbahasa lain seperti berbicara, membaca, dan menulis.

Pembelajaran menyimak sering mendapat kendala, terutama dalam pembelajaran menyimak puisi. Banyak siswa yang “ogah-ogahan” mengikuti pelajaran sastra sengan serius cenderung seorang siswa merasa malas mengikuti pelajaran sastra. Dari kecenderungan tersebut sehingga siswa merasa kesulitan memahami pelajaran sastra terutama pembelajaran menyimak puisi. Penggunaan media pembelajaranpun dapat menjadi masalah.

Dari permasalahan di atas untuk dapat mengatasi masalah tersebut, guru harus mempunyai strategi dalam pembelajaran menyimak, terutama menyimak puisi. Untuk

(22)

dapat mempermudah dan meningkatkan kemampuan menyimak puisi peneliti akan menggunakan teknik dictogloss. Pembelajaran dengan teknik dictogoss untuk pembelajaran menyimak puisi akan lebih efektif. Teknik dictogloss ini lebih menekankan pada penemuan kata-kata kunci untuk lebih memudahkan siswa dalam pembelajaran menyimak terutama menyimak puisi. Sehingga siswa dapat dengan mudah untuk memahami isi puisi yang disampaikan melalui puisi yang disimaknya. Pembelajaran dengan teknik dictogloss ini diharapkan siswa lebih tertarik dan lebih mudah untuk pembelajaran menyimak terutama menyimak puisi.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat disusun hipotesis yaitu pembelajaran menyimak puisi dengan teknik dictogloss dapat meningkatkan keterampilan menyimak puisi pada siswa kelas VII terutama kelas VII G SMP Negeri 1 Ajibarang kabupaten Banyumas.

Referensi

Dokumen terkait

Peta strategi ini mengaitkan perspektif BSC dalam kerangka sebab akibat yang menunjukkan secara sistematis bagaimana organisasi dapat sukses dengan mencapai faktor – faktor

Jawaban responden terhadap item2 pernyataan tentang “Tema iklan air minum dalam kemasan merek Aqua yang ada di Televisi, Radio, Surat Kabar, Majalah, Papan Reklame, dan

Kon disi yang mencemaskan dan berpotensi mengubah sejarah Islam yang sudah melekat dengan budaya dan kehidupan masyarakat bangsa, seperti arus pemikiran liberal dan radikal, gerakan

Hasil Uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa waktu aplikasi minyak atsiri serai wangi berpengaruh sangat nyata terhadap persentase tanaman sehat dan

Menurut Victorius (2008), perairan pantai Pasir Putih Situbondo yang mempunyai kondisi substratnya banyak ditemukan sand merupakan lokasi yang cukup baik untuk

Terlepas dari kemungkinan terbatasnya fasilitas belajar berupa buku-buku dan lingkungan belajar yang belum memadai untuk mendukung pembelajaran bahasa Inggris bagi

Selesai mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa S2 Prodi PU memiliki kompetensi tentang: (1) Wawasan Konseptual tentang hakikat Pedagogik, (2) Pemahaman

Setelah User melakukan serangkaian proses pada menu input penduduk secara mendetail, maka sistem akan memproses data tersebut kedalam database yang telah