• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Asam empedu tgs biokim.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sintesis Asam empedu tgs biokim.docx"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Sintesis Asam/Garam Empedu Sintesis Asam/Garam Empedu

Asam empedu primer disintesis dari kolesterol. Asam empedu primer ini adalah asam kolat Asam empedu primer disintesis dari kolesterol. Asam empedu primer ini adalah asam kolat (jumlah terbesar) dan asam kenodeoksikolat yang keduanya dibentuk dari prekursor (jumlah terbesar) dan asam kenodeoksikolat yang keduanya dibentuk dari prekursor kolesterol itu sendiri. Reaksi 7α

kolesterol itu sendiri. Reaksi 7α-hidroksilasi pada kolesterol merupakan tahap pertama yang-hidroksilasi pada kolesterol merupakan tahap pertama yang wajib pada biosintesis asam empedu. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim 7α

wajib pada biosintesis asam empedu. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim 7α-hidroksilase, yaitu-hidroksilase, yaitu suatu enzim mikrosomal. Reaksi 7α

suatu enzim mikrosomal. Reaksi 7α-hidroksilasi ini memerlukan oksigen, NADPH serta-hidroksilasi ini memerlukan oksigen, NADPH serta sitokrom P450. Lintasan biosintesis asam empedu akan membagi menjadi satu sublintasan sitokrom P450. Lintasan biosintesis asam empedu akan membagi menjadi satu sublintasan yang menghasilkan kolil KoA yang ditandai dengan gugus ekstra α

yang menghasilkan kolil KoA yang ditandai dengan gugus ekstra α-OH pada posisi 12, dan-OH pada posisi 12, dan lintasan lain yang menghasilkan kenodeoksikolil KoA. Di luar perbedaan ini, kedua lintasan lintasan lain yang menghasilkan kenodeoksikolil KoA. Di luar perbedaan ini, kedua lintasan melibatkan reaksi hidroksilasi dan pemendekan rantai samping yang serupa, untuk melibatkan reaksi hidroksilasi dan pemendekan rantai samping yang serupa, untuk memberikan struktur asam empedu yang khas. Asam empedu primer ini memasuki getah memberikan struktur asam empedu yang khas. Asam empedu primer ini memasuki getah empedu sebagai konjugat glisin atau

empedu sebagai konjugat glisin atau taurin. Konjugasi berlangsung di peroksisom. Metaurin. Konjugasi berlangsung di peroksisom. Mengingatngingat getah empedu mengandung kalium dan natrium yang tinggi dan pHnya basa, maka getah empedu mengandung kalium dan natrium yang tinggi dan pHnya basa, maka diasumsikan asam empedu dan konjugatnya sebenarnya berbentuk garam

diasumsikan asam empedu dan konjugatnya sebenarnya berbentuk garam –  –  karena itu getah karena itu getah empedu disebut garam empedu.

empedu disebut garam empedu.

Sebagian asam empedu primer di dalam usus mengalami beberapa perubahan lebih lanjut Sebagian asam empedu primer di dalam usus mengalami beberapa perubahan lebih lanjut oleh aktivitas b

oleh aktivitas bakteri usus. Perubahan ini mencakup reaksi dekonjugasi dan 7αakteri usus. Perubahan ini mencakup reaksi dekonjugasi dan 7α- -dehidroksilasi, yang menghasilkan asam empedu sekunder, yaitu asam deoksikolat dari asam dehidroksilasi, yang menghasilkan asam empedu sekunder, yaitu asam deoksikolat dari asam kolat, dan asam litokolat dari asam kenodeoksikolat. Kurang dari 5% garam empedu dibuang kolat, dan asam litokolat dari asam kenodeoksikolat. Kurang dari 5% garam empedu dibuang  bersama

 bersama feses feses yang meryang merupakan upakan jalur jalur utama utama ekskresi ekskresi kolesterol kolesterol dan dan sisanya sisanya masuk masuk ke ke siklussiklus enterohepatik melalui absorpsi kembali di ileum.

enterohepatik melalui absorpsi kembali di ileum. Katabolisme Heme/Sintesis Pigmen Empedu Katabolisme Heme/Sintesis Pigmen Empedu

Katabolisme heme dari semua protein heme dilaksanakan dalam fraksi mikrosom sel Katabolisme heme dari semua protein heme dilaksanakan dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sebuah enzim yang kompleks yang dinamakan heme oksigenase. Pada retikuloendotel oleh sebuah enzim yang kompleks yang dinamakan heme oksigenase. Pada saat heme dari protein heme mencapai sistem heme oksigenase, zat besi biasanya sudah saat heme dari protein heme mencapai sistem heme oksigenase, zat besi biasanya sudah teroksidasi menjadi bentuk feri yang merupakan hemin. Hemin direduksi oleh NADPH dan teroksidasi menjadi bentuk feri yang merupakan hemin. Hemin direduksi oleh NADPH dan oksigen ditam

oksigen ditam bahkan  bahkan pada pada jembatan jembatan αα-metenil pada pirol I dan II porfirin. Besi fero-metenil pada pirol I dan II porfirin. Besi fero teroksidasi sekali lagi menjadi feri. Dengan penambahan oksigen lebih lanjut, ion feri teroksidasi sekali lagi menjadi feri. Dengan penambahan oksigen lebih lanjut, ion feri dilepaskan, kemudian karbon monoksida dihasilkan, dan biliverdin

IX-dilepaskan, kemudian karbon monoksida dihasilkan, dan biliverdin IX-α dengan jumlahα dengan jumlah ekuimolar terbentuk dari pemecahan cincin tetrapirol. Suatu enzim larut, biliverdin reduktase, ekuimolar terbentuk dari pemecahan cincin tetrapirol. Suatu enzim larut, biliverdin reduktase, mereduksi jembatan metenil antara pirol III dan IV menjadi gugus metilen untuk mereduksi jembatan metenil antara pirol III dan IV menjadi gugus metilen untuk menghasilkan bilirubin

IX-menghasilkan bilirubin IX-α, yaitu suatu pigmen berwarna α, yaitu suatu pigmen berwarna kuning.kuning.

Empedu merupakan prodak hati, mempunyai peranan penting pada pencernaan Empedu merupakan prodak hati, mempunyai peranan penting pada pencernaan makanan terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen intestinal lebih dahulu makanan terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen intestinal lebih dahulu disimpan dikandung empedu. Kandung empedu akan mengosongkan isinya selama proses disimpan dikandung empedu. Kandung empedu akan mengosongkan isinya selama proses  pencernaan berlangsung

 pencernaan berlangsung di dalam di dalam intestin. Empedu intestin. Empedu dan kelenjar dan kelenjar pancreas pancreas bermuara ditempatbermuara ditempat yang sama di dalam intestin. Pengosongan empedu dirangsang oleh hormon kolesistokinin, yang sama di dalam intestin. Pengosongan empedu dirangsang oleh hormon kolesistokinin,

(2)

salah satu komponen hormone Boyliss & Starling selama berada di dalam kandung empedu, salah satu komponen hormone Boyliss & Starling selama berada di dalam kandung empedu, empedu akan mengalami proses pemekatan melalui cara

empedu akan mengalami proses pemekatan melalui cara absorpsi air (Hardjasasmita, 1992).absorpsi air (Hardjasasmita, 1992). Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampu lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampu rdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung rdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat. empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Arjuna, 2008).

yang langsung dari hati tadi (Arjuna, 2008).

Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu, Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Garam empedu merupakan zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Garam empedu merupakan  berperan

 berperan dalam dalam absorpsi absorpsi lemak lemak dan dan vitamin-vitamin vitamin-vitamin A, D, A, D, E E dan dan Kyang laKyang larut rut dalam dalam lemak.lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi

dengan asam

dengan asam

lemak

lemak menghasilkan menghasilkan senyawa senyawa kompleks kompleks yang yang lebih lebih mudah mudah larut dlarut dan an mudahmudah terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis(Arjuna, 2008).

terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis(Arjuna, 2008).

Oleh karena itu, dilakukan percobaan empedu dengan beberapa test yang diujikan Oleh karena itu, dilakukan percobaan empedu dengan beberapa test yang diujikan yaitu Gmellin’s test, Roesenbach modification Gmellin’s test dan Smith test.

yaitu Gmellin’s test, Roesenbach modification Gmellin’s test dan Smith test. B.

B. TujuanTujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuktikan adanya pigmen-pigmen Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuktikan adanya pigmen-pigmen dalam empedu.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Panil, 2004).

Kandungan empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang terletak diperut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung empedunya menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin seperti vitamin A, D, E dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan dikeluarkan melalui feses (Anonim, 2012).

Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental dan mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 mL sampai 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang dibentuk dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan K + serta

zat-zat organik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009).

Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu (misalnya  bilirubin), kolesterol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu menyerapnya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai

(4)

 protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Anonim, 2012).

Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Garam empedu merupakan  berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D, E dan Kyang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak menghasilkan senyawa kompleks yng lebih mudah larut dan mudah terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Tim Dosen, 2013).

Meskipun hati bukan suatu organ yang tepat dari pencernaan, sekresinya danempedu memegang peranan penting dalam pencernaan lemak. Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, tapi ditampung dalam sebuah alat penampung ialah kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang konsentrasi kantung empedu dan keluarnya empedu yang dihimpun ke dalam duodenum. Empedu kecuali garam empedu mengandung bahan lainnya, antara lain ialah  pigmen empedu, pigmen empedu ini adalah hasil pemecahan pigmen sel darah merah,

hemoglobin, yang dipindahkan oleh hati dari sel-sel darah merah yang tua. Warna kecoklatan  pigmen empedu ini memberi warna coklat yang khass dari feses atau tinja (Kimball, 1983).

Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory  dan sebagian adalah sekresi dari  pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan darisistin. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan  penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Hardjasasmita, 1992).

Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang dimakan, suatu proses yang memudahkan pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet. Asam-asam deoksikolat dan litokolat adalah asam-asam empedu sekunder yang disintesis dalam usus lewat kerjanya enzim-enzim bakteri pada asam-asam empedu primer. Hanya sebagian asam-asam empedu

(5)

 primer yang terdapat dalam usus diubah menjadi asam empedu sekunder (Hardjasasmita, 1992).

Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang menghasilkan cairan ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah: kelenjar parotis, yang terletak di dekat telinga, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah rahang atas, kelenjar sub mandibularis yang terletak di bawah lidah. Di dalam cairan ludah mengandung sebanyak 90% air dan sisanya terdiri atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur  bakteri) dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat menghasilkan lebih kurang 1600 cc air ludah. Cairan ludah berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan karena makanan tercampur dengan lendir dan air, melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa, serta membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilum menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7) (Poedjadi, 2009).

Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah  pikiran tentang makanan yang disukai, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera. Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan keluarnya saliva karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik, sedangkan rasa makanan yang lezat atau manis dapat menimbulkan rangsangan yang disebut rangsangan kimiawi (Poedjadi, 2009).

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secaraterus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Kimball, 1983).

Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan  bercampurdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih

(6)

 pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Anonim, 2012).

(7)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut : Hari/ Tanggal : Senin / 09 Desember 2013

Pukul : 08.00 –  11.30 WITA

: Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum i ni adalah 1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri 1 buah,kertas saring 1 buah, pipet skala 1 buah, pipet tetes 1 buah, rak tabung 1 buah dan tabung reaksi 3  buah.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, alkohol 0,5 %, asam nitrat pekat, empedu yang belum diencerkan dan empedu yang sudah diencerkan.

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Gmellin’s Test

a. Menyediakan 1 buah tabung reaksi.

 b. Mengambil larutan asam nitrat pekat tiga tetes dan memasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah disediakan, kemudian menambahkan 2 ml empedu yang belum diencerkan. c. Mengamati perubahan warna terjadi.

(8)

2. Roesenbach Modification Gmellin’s Test

a. Mengambil sepotong kertas saring dan membasahi dengan aquadest.

 b. Menetesi dengan empedu sebanyak 2 tetes diatas kertas saring yang telah dibasahi. c. Manambahkan lagi dengan 2 tetes asam nitrat pekat.

d. Mengamati perubahan warna yang terjadi. 3. Smith Test

a. Menyediakan satu tabung reaksi.

 b. Memipet 2 ml larutan empedu yang sudah diencerkan kemudian memasukkan kedalam tabung reaksi yang telah disediakan.

c. Menambahkan alkohol 0,5 % tiga tetes.

(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

 No Hasil Pengamatan Keterangan

1 Gmellin’s Test

Asam nitrat pekat 3 tetes + empedu 2 ml yang belum diencerkan.

Sebelum  pencampuran

Sesudah pencampuran

Asam nitrat pekat 3 tetes + empedu 2 ml yang sudah diencerkan

Sesudah pencampuran

Asam nitrat pekat 3 tetes + empedu 2 ml yang belum diencerkan.

Sebelum pencampuran Berwarna hijau tua dan  bening.

Sesudah pencampuran Berwarna hijau tua dan  bening terdapat

cincinberwarna coklat.

Asam nitrat pekat 3 tetes + empedu 2 ml yang sudah diencerkan

Sesudah pencampuran Berwarna coklat muda dan  bening

(10)

2 Roesenbach modification Gmellin’s Test Sebelum Pencampuran

Sesudah pencampuran

Sebelum Pencampuran Berwarna hijau tua

Sesudah Pencampuran

Berwarna hijau tua dan ungu

3 Smith Test

Sebelum pencampuran

Sebelum Pencampuran Berwarna hijau

(11)

Sesudah pencampuran Sesudah Pencampuran

Berwarna hijau dan terdapat cincin yang berwarna hijau tua.

Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin  Makassar, 2013.

B. Pembahasan

Pada gmellin’s test hasil percobaan yang kami peroleh yaitu pada larutan asam nitrat  pekat tiga tetes ditambah empedu 2 ml yang belum diencerkan menghasilkan warna hijau tua dan bening terdapat cincin berwarna coklat. Sedangkan pada larutan asam nitrat pekat tiga tetes ditambah empedu 2 ml yang sudah diencerkan menghasilkan warna coklat muda dan  bening. Hal ini sesuai dengan pendapat Erika Kusmawati (2011) menyatakan bahwa uji gmellin’s test akan memberikan nilai positif apabila membentuk warna kuning, merah, hijau, violet dan biru

Pada roesenbach modification gmellin’s test hasil percobaan yang kami peroleh yaitu  pada kertas saring yang sudah dibasahi dengan aquadest kemudian ditetesi dengan empedu diatas kertas saring dan ditetesi lagi larutan asam nitrat pekat 1-2 tetes maka warna yang dihasilkan adalah warna hijau tua dan ungu. Hal ini sesuai dengan pendapat Erika Kusmawati (2011) menyatakan bahwa uji ini pada penyaringan berfungsi untuk mendapatkan pigmen yang lebih spesifik karena kandungan empedu yang diperoleh larutan berwarna ungu.

Pada percobaan smith test hasil yang kami dapatkan yaitu pada larutan empedu yang sudah di encerkan yang ditambahkan dengan alkohol 0,5 % tiga tetes maka yang dihasilkan adalah warna hijau dan terdapat cincin berwarna hijau tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Erika Kusmawati (2011), menyatakan bahwa cairan empedu encer ditambahkan dengan larutan alcohol 0.5% melalui dinding tabung, sehingga diperoleh cincin hijau yang merupakan cairan dari empedu.

(12)
(13)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu pada percobaan ini diketahui empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin, kedua zat warna ini merupakan pigmen empedu yang terbentuk dari eritrosit yang sudah tua menjadi rapuh sehingga pecah dan hemoglobinnya lepas. Hemoglobin selanjutnya dipecah menjadi heme dan globin. Cincin hemoglobin dibuka untuk membentuk besi bebas yang kemudian dibawah tranfelin dari rantai lurus dari empat pirol yang kemudian dibentuk menjadi pigmen empedu.

Porfirin adalah suatu senyawa organik yang mengandung empat cincin pirol, suatu cincin segi lima yang terdiri dari empat atom karbon dengan atom nitrogen pada satu sudut.

Senyawa ini ditemukan pada sel hidup hewan dan tumbuhan, dengan berbagai macam fungsi  biologis. Empat atom nitrogen di tengah molekul porfirin dapat mengikat ion logam seperti

magnesium, besi, seng, nikel, kobal, tembaga, dan perak. Tiap-tiap logam yang diikat akan memberikan sifat yang berbeda-beda. Jika logam yang diikat di pusat adalah besi , maka kompleks porfirin disebut ferroporfirin, atau heme.

Empat gugus heme ini dapat bergabung menyusun hemoglobin, molekul dalam sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Sementara vitamin B12 mengandung molekul  porfirin dengan ion kobal di tengahnya. Pada klorofil yang merupakan molekul penting pada tanaman yang menangkap energi matahari dan memberi warna hijau, molekul porfirin mengikat ion logam pusat magnesium (Mg).

Sifat khas porfirin:

 pembentukan kompleks dengan ion-ion logam yang terikat pada atom N cincin-cincin pirol Contoh: heme = porfirin + Fe2+

(porfirin besi/heme)

klorofil = porfirin + Mg2+ (porfirin magnesium/klorofil)

Di alam, metaloporfirin terkonjugasi dengan protein membentuk senyawa-senyawa antara lain:

1. Hemoglobin (Hb)

-merupakan porfirin besi yang terikat pada protein globin -fungsi: mengangkut O2 di darah

2. Eritrokruorin

-terdapat pada beberapa invertebrata -fungsi: hampir sama dengan Hb

(14)

3. Mioglobin

-pengangkut O2 di jaringan otot (pigmen pernafasan) 4. Sitokrom

-fungsi: pemindah elektron pada proses redoks 5. Katalase

-heme + protein

-pemecah 2H2O2 menjadi 2H2O + O2 6. Triptofan pirolase

-mengkatalisa oksidasi triptofan menjadi formil kinurenin

Fungsi porfirin:

1. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan O2 2. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan elektron 3. Membentuk senyawa sebagai enzim enzim tertentu

Perbedaan antara porfirin satu dengan yang lain adalah jenis senyawa yang mensubstitusinya

STRUKTUR PORFIRIN

Menyingkat rumus porfirin dengan menghilangkan jembatan metenil dan setiap cincin pirol yang diperlihatkan sebagai tanda kurung dengan 8 tanda substituent.

BIOSINTESA HEME Ada 2 tahap, yaitu: 1. sintesa porfirin 2. sintesa heme

Selama proses metabolisme bahan-bahan di atas, pemakaian heme untuk sintesa sitokrom P 450 meningkat sehingga konsentrasi heme dalam sel menurun yang menyebabkan meningkatnya amlev sintetase Protoporfirin III + Fe2+ heme sintetase heme ferokelatase (di mitokondria). Sintesa heme terjadi dalam sebagian besar jaringan mamalia, kecuali eritrosit dewasa (karena tidak mengandung mitokondria).

Pengendalian biosintesa heme:

Yang pegang peranan adalah amlev sintetase Yang menghambat amlev sintetase: 1. heme

2. apopressor 3. glukosa

4. hematin in vivo

Yang meningkatkan amlev sintetase (karena dimetabolisir di hati dengan menggunakan hemoprotein spesifik, yaitu:

sitokrom P 450 yang dibuat dari heme): 1. insektisida

2. bahan karsinogen 3. obat-obatan (steroid)

(15)

4. hormon estrogen

5. besi dalam bentuk chelated

KIMIA PORFIRIN

Porfirin mengandung nitrogen tersier pada 2 cincin pirolen sehingga bersifat basa lemah dan adanya gugus karboksil pada rantai sampingnya menyebabkan juga bersifat asam. Titik isoelektrisnya pada pH 3,0 –  4,0 mudah diendapkan dalam larutan air Yang berwarna adalah  porfirin dan derivat-derivatnya yang mempunyai spektrum absorbsi pada daerah yang dapat

dilihat dan daerah UV.

Contoh: larutan porfirin dalam HCl 5% mempunyai pita absorbsi pada 400 nm disebut PITA SORET (ciri-ciri penting!) Hematoporfirin mempunyai 2 pita absorbsi yang lebih lemah pada 550 nm dan 592 nm di samping pita soret -dalam pelarut organik, porfirin menunjukkan 4  pita utama seperti pita soret.

-bila dilarutkan dalam asam mineral kuat atau pelarut organik dan kemudian disinari dengan UV akan memancarkan fluoresensi merah yang kuat untuk mendeteksi porfirin bebas dalam  jumlah kecil.

HEME DISENTESIS DARI SUKSINIL-KoA & GLISIN

Dua bahan awal sintesis heme adalah suksinil-KoA, yang berasal dari siklus asam sitrat di mitokondria, dan asam amino glisin. Piridoksal fosfat juga diperlukan dalam reaksi sintesis heme untuk “mengaktifkan” glisin. Produk reaksi menggabungkan antara suksinil-KoA dan glisin adalah asam amino-β-ketoadipat, yang cepat didekarboksilasi untuk membentuk α-aminolevulinat (ALA).

Rangkaian reaksi ini dikatalisis oleh ALA sintase,yaitu enzim penentu kecepatan biosintesis  porfirin dalam hepar mamlia.sintesis ALA terjadi dimittokodria.

Pembentukan Heme Memerlukan Penggabungan Besi dengan Protoporforin

Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh ferokelatase(hemesintase),yaitu ezim metrokondria yang lain.

Tiga enzim terakir di jalur ini dan ALA sintase terletak di metrokondri,sedangkan enzim enzim lain terletak di sitosol.baik bentuk dari eridtroid maupun non eritroid(housekeeping)dari keempat enzim pertama ini dapat ditemukan.biosintesis heme terjadi di sebagian besar sel kecuali eritrosid matang yang tidak mengandung mitrokondria.namun,sekitar 85% sintesis heme terjadi di sel prekursor eritroid disumsum tulang dan sebagian besar sisanya di hepatosit.

Porfirin nogen yang dijelaskan diatas tidaklah berwarna dan mengandung 6 atom hydrogen tambahan bila dibandingkan dengan porfirin berwarna padananya.porfirin tereduksi inilah(porfirinogen) dan bukan porfirin padananya dan yang merupakan zat antara sejati dalam biosintesis protoporfiirin dan heme.

(16)

ALA Sintase terdapat dalam bentuk hepatic (ALAS 1) dan eritroid (ALAS 2). Reaksi penentu kecepatan dalam sintesis heme di hati adalah reaksi yang di katalisis oleh ALAS 1 suatu enzim regulatorik. Hemi juga memengaruhi translasi enzim dan pemindahannya dari sitosol ke mitokondria.

Banyak obat yang jika diberikan kepada manusia dapat menyebabkan peningkatan ALAS 1 secara mencolok. Sebagian besar obat ini metabolism oleh suatu system di hati yang menggunakan hemoprotein spesifik, yaitu sitokrom P450. Selama metabolisme obat-obat tersebut berlangsung pemakaian heme oleh sitokrom P450 sangat meningkat sehingga mengurangi konsentrasi heme intrasel. Penurunan konsentrasi heme intrasel akan memengaruhi derepresi ALAS 1 yang akan dibarengi oleh peningkatan laju sintesis heme untuk memenuhi kebutuhan sel.

Regulasi bentuk eritroid ALAS (ALAS 2) berbeda dari regulasi yang terjadi pada ALAS 1. Contohnya, enzim ini tidak induksi oleh obat yang memengaruhi oleh ALAS 1, dan enzim ini tadak mengalami regulasi umpan balik oleh heme.

PORFIRIN BERWARNA DAN BERFLUORESENSI

Berbagai porfirinogen tersebut tidak berwarna, sedangkan semua porfirin berwarna. Dalam  penelitian tentang porfirin atau turunannya, spectrum absorpsi khas yang diperlihatkan masing-masing dalam region spectrum sinar tampak dan ultraviolet sangat bermanfaat. Salah satu contohnya adalah kurva absorpsi untuk suatu larutan porfirin dalam 5 % asam hidroklorida. Jika porfirin yang dilarutkan dalam asam mineral kuat atau dalam pelarut inorganic disinari oleh sinar ultraviolet, Porfirin tersebut akan memancarkan Fluoresensi merah yang kuat. Fluorsensi ini sedemikian khasnya sehingga sering digunakan mendeteksi adanya sejumlah kecil porfirin bebas. Ikatan yang menyatukan cincin  –  cincin pirol diporfirin merupakan penyebab utama absorpsi dan Fluoresensi khas senyawa golongan ini; ikatan rangkap ini tidak terdapat dalam porfirinogen.

Hal yang menarik sifat fotodinamik porfirin adaalah kemungkinan pemakaiannya dalam terapi kanker jenis tertentu, suatu prosedur yang disebut fototerapi kanker. Tumor sering membentuk lebih banyak porfirin disbanding jaringan normal. Jadi, Hematoporfirin atau senyawa terkait dapat diberikan kepada pasien yang mengidap tumor  –   tumor tertentu. Kemudian, tumor diberi laser asrgon yang akan menyebabkan eksitasi porfirin dan menimbulkan efek –  efek sitotoksik.

Spektrofotometri Digunakan untuk Memeriksa Porfirin & Prekursornya

Koporoporfirin dan Uroporfirin bermanfaat secara klinis karena pada porfiria, Koproporfirin dan Uroporfirin di ekskresikan dalam jumlah besar. Senyawa  –  senyawa ini jika terdapat di urine atau feses, dapat dipisahkan satu sama lain melalui ekstrasi dengan menggunakan campuran pelarut yang sesuai. Keduanya lalu di identifikasikan dan dapat diukur dengan metode spektrofotometri.

ALA dan PBG dalam urine juga dapat diukur dengan uji kolometri yang sesuai. PORFIRIA ADALAH PENYAKIT GENETIK METABOLISME HEME

Porfiria adalh sekelompok penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas jalur biosentesis heme; penyakit ini dapat bersifat genetic atau didapat. Meskipun tidak prevalen, penyakit ini

(17)

 penting diingat dalam keadaan tertentu. (mis. Sebagai diagnosis banding nyeri abdomen dan  pada berbagai kelainan neuropsikiatrik); jika tidak, pasien akan mendapat pengobatan yang

tidak tepat.

Fotosensitivitas (lebih senang beraktivitas dimalam hari) dan bentuk tubuh yang aneh (disfigurement) yang diidap oleh sebagian penderita porfiria eritropoietik congenital menimbulkan anggapan bahwa para pasien ini mungkin merupakan suatu prototype werewolf (manusia srigala). Belum ada bukti yang menguatkan anggapan ini.

Biokomia Mendasari Kausa, Diagnosis, & Pengobatan Porfiria

Dilaporkan ada enam tipe porfiria yang terjadi akibat berkurangnya aktivitas enzim-enzim 3 sampai 8. Jadi, pemeriksaan aktivitas satu enzim atau lebih dengan menggunakan sumber yang tepat (mis. Sel darah merah) penting dalam menegakkan diagnosis pasti pada kasus yang dicurigai porfiria. Individu dengan penurunan aktivitas enzim 1 ( ALAS2) mengalami anemia dan bukan porfiria ( Lihatt table 31-2) pasien dengan aktiviitas enzim 2 ( ALA2 HIDRATASE ) yang rendah pernah dilakukan tetapi sangat jarang, kelainan yang timbul disebut porfiria deisien-ALA dehidratase.

Secara umum, porfiria diwariskan melalui autosom dominan dengan pengecualian porfiria eritropoetik congenital yang diwariskan secara resesif sebagian porfiria dapat didiagnosi sebelum kehamilan dengan menggunakan pelacak gen yang sesuai, seperti kebanyakan kelainan bawaan lain gejala dan tanda porfiria timbul akinat adanya defisiensi produk metabolic setelah blob enzimatik akibat penimbunan metabolic sebelum blog enzimatik. Jika kelainan enzim terjadi pada awal jalur reaksi sebelum terjadinya porfirinogen ALA dan PBG akan menumpuk di jaringan dan cairan tubuh secara klinis pasien mengeluh nyeri abdomen dan gejala neuropsikiatrik, dipihak lain blogenzim yang terjadi belakangan dalam jalur reaksi tersebut menyebabkan penimbunan berbagai porfirinogen. Produk-produk oksidasi yaitu turunan porfirin padanannya menyebabakan fotosensitifitas yakni suatu reaksi terhadap sinar tamapk terpancar gelombang sekitar 400nm porfirin jika terpajang dengan sinar berpanjang gelombang ini, diduga akan tereksitasi dan kemudian bereaksi dengan molekul oksigen untuk membentuk radikal oksigen. Radikal oksigen ini merusak lisosom dan organ lain. Lisosom yang rusak akan membebaskan enzim-enzim degradatif dan menyebabkan kerusakan kulit dalam derajat yang berfariasi termasuk pembentukan jaringan parut.

Porfiria dapat diklasifiikasikan berdasarkan organ atau sel yang paling terkena dampaknya.organ atau sel ini biasanya adalah organ atau sel yang menyintesis heme dengan sangat aktif.sumsum tulang membentuk cukup banyak hemoglobin,dan hepar juga aktif dalam menyintesis hemoprotein lain,sitokrom P450.oleh karena itu,salah satu klasifikasi  porfiria nenbagi penyakit ini menjadi eritropoietik atau hepatic.

ALASI adalah enzim regulatorik kunci jalur biosintesis heme di hati.sejumlah besar obat(mis.barbiturat,griseofulvin)memici enzim.sebagian besar obat ini melakukannya dengan menginduksi sitokrom P450 yang menggunakan heme sehingga menderepresi (menginduksi) ALASI.pada pasien porfiria,peningkatan aktifitas ALASI menyebabkan peningkatan kadar  berbagai precursor heme (sebelum hambatan/blok sintesis) yang berpotensi merugikan.

(18)

Jadi,konsumsi obat yang dapat memicu sitokrom P450 (yang di sebut sebagai penginduksi mikrosom) dapat memici serangan porfiria.

Diagnosis tipe tertentu porfiria umumnya dapat di tegakkan berdasarkan gambaran klinis dan riwayat keluarga,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai.

Timbal berkadar tinggi dapat memengaruhi metabolism heme dengan berikatan pada gugus SH enzim misalnya ferokelatase dan ALA dehidratase. Hal ini memengaruhi metabolism  porfirin. Kadar protoporfirin meningkat di sel darah merah,dan kadar ALA dan koproporfirin

di urine meningkat.

Diharapkan bahwa di masa mendatang porfiria dapat di tingkat gen. prinsip dasar terapi  porfiria adalah simtomatik.

KATABOLISME HEME MENGHASILKAN BILIRUBIN

Jika hemoglobin dihancurkan,globin akan di urai menjadi asam-asam amino pembentuknya yang kemudian dapat di gunakan kembali, dan besi heme memasuki kompartemen besi (juga untuk didaun ulang) bagian porfirin yang bebas-besi juga diuraikan, terutama di sel repikulo endotel hati, limfa dan sumsum tulang. Kata bolisme heme dari semua protein heme tampaknya dilaksanakan difraksi mikrosom sel oleh suatu sistem enzim ko0mplek yang disebut heme oksigenase. Pada saat heme yang berasal dari protein heme mencapai sistem oksigenase, besi tersebut biasanya telah dioksidasi menjadi bentuk feri, yang membentuk hemen. Sistem heme oksigenase adalah sistem yang dapat di induksi oleh substrat. Besi fero kembali dioksidasi menjadi bentuk feri. Dengan penambahan oksigen lain, besi feri dibebaskan dan karbon monoksida dihasilkan serta terbentuk biliverdin dari pemecahan cincin tetrapirol dengan jumlah molar yang setara. Diperkirakan bahwa 1 g hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin. Pembentukan belerubin harian pada orang dewasa adalah sekitar 250-350 mg yang terutama berasal dari hemoglobin meskipun ada juga yang diperoleh dari eritropoiesis inefektif dan berbagai protein heme lain, misalnya sitokrom P450. Perubahan kimia heme menjadi bilirubin oleh sel retikuloendotel dapat diamati in vivo sebagai warna ungu heme dalam hematom yang secara perlahan berubah menjadi pigmen kuning bilirubin. Bilirubin yang dibentuk di jaringan perifer diangkut ke hati oleh albumin  plasma. Metabolisme bilirubin selanjutnya, berlangsung terutama dihati. Metabolism ini dapt

dibagi menjadi tiga proses:

1. Penyerapan bilirubin oleh sel parenkim hati

2. Konjugasi bilirubin dengan glukuronat di retikulum endoplasma 3. Sekresi bilirubin terkonjugasi kedalam empedu.

HATI MENYERAP BILIRUBIN

Bilirubin hanya sedikit larut dalam air, tetapi kelarutannya dalam plasma meningkat oleh  pembentukan ikatan non kovalen dengan albumin. Sejumlah senyawa, misalnya antibiotik dan obat lain bersaing dengan bilirubin untuk menempati tempat pengikatan berafinitas tinggi di albumin. Jadi dsenyawa  –  senyawa ini dapat menggeser bilirubin dari albumin dan menimbulkan dampak klinis yang signifikal. Di hati, bilirubin dikeluarkan dari albumin dan diserap pada ,permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu sistem yang diperantarai oleh suatu sistem kareier perantara yang dapat jenuh. Sistem transpor terfasilitasi ini memiliki kapasitas

(19)

yang sangat besar, bahkan pada kondisi patologi sekalipun, sistem ini masih dapat membatasi laju metabolisme bilirubin.

Karena sistem transpor terfasilitasi ini memungkinkan tercapainya keseimbangan antara kedua sisi membran hepatosit, penyerapan netto bilirubin tergantung pada pengeluaran  bilirubin melalui jalu-jalur metabolik berikutnya. Setalah masuk kedalam hepatosit, bilirubin  berikatan dengan protein sitosol tertentu yang membantu senyawa ini tetap larut sebelum dikonjugasi. Liganding (Anggota famili glutation S-transferase) dan protein Y adalah protein- protein tang berperan. Keduanya juga membantu mencegah aliran balik bilirubin kedalam

aliran darah.

Konjugasi Bilirubin dengan Asam Glukuronat Terjadi diHati

Bilirubin bersifat non polar dan akan menetap disel (misalnya terikat pada lipid) jika tidak dibuat llarut air. Hepatosit mengubah bilirubin menjadi bentuk polar yang mudah diekskresikan dalam empedu denga menambahkan molekul asam glukurinat kesenyawa ini. Proses ini disebut konjugasi dan dapat menggunakan molekul polar selain asam glukuronat (misalny sulfat).

Konjugasi bilirubin dikatalisis oleh suatu glukuronosiltranferase yang spesifik. Enzin ini terletak di retikulum endoplasma, menggunakan UDP asm glukuronat sebagai donor glukuronosil, dan disebut sebagai bilirubin UGT. Bilirubin monoglukuronida adalah zat antara dan kemudian diubah menjadi diglukuronoda. Aktifitas bilirubin UGT dapat diinduksi oleh sejumlah obat yang bermanfaat secara klinis, mencakup fenobarbital.

Bilirubin Disekresikan ke Dalam Empedu

Sekresi bilirubin terkonjugasi kedalam empedu terjadi oleh suatu mekanisme transpor aktif yang menetukan laju keseluruhan proses metabolisme bilirubin dihati.

Protein yang berperan adalah MRP-2 (multidrug resistancelike protein) yang juga disebut multispesific oganic anion transporter (MOAT). Protein ini terletak dimembran plasma kanilukulus empedu dan menangani sejumlah anion organik. Protein ini meruoakan anggot famili transporter ATP binding cassette (ABC). Transpor bilirubin terkonjugasi dihati kedalam empedu dapat diinduksi oleh obat-obatan yang juga mampu menginduksi konjugasi  bilirubin. Jadi, sistem konjugasi dan ekskresi untuk bilirubin bertindak seperti satuan unit

fungsional terpadu.

Biliruin terkonjugasi direduksi manjadi urobilinogen oleh bakteri usus.

Sewaktu bilirubin terkonjugasi mencapai ileum terminal dan usus besar, glukurodina dikeluarkan oleh enzim bakteri khusus (β-glukuronidase), dan pigmen tersebut kemudian direduksi oleh flora feses. Flora feses menjadi sekelompok senyawa tretrapirol tak berwarna yang disebut urobilinogen. Di ileum terminal dan usus besar, sebagian kecil urobilinogen direabsorpsi dan dieksresi ulam melalui hati sehingga membentuk siklus urobilinogen enterohepatik. Pada keadaan abnormal, terutama jika terbentuk pigmen empedu dalam jumlah  berlebihan atau terdapat [penyakit hati yang mengganaggu siklus intra hepatik ini,

urobilinogen juga dapat diekskresikan ke urine.

Pada keadaan normal, sebagian besar urobilinogen yang tak berwarna dan dibentuk dikolon oleh klorafeses mengalami oksidasi disana menjadi urobilin (senyawa berwarna) dan

(20)

diekskresikan ditinja. Bbertambah gelapnya tinja ketika terkena udara disebabkan oleh oksidasi urobilin.

HIPERBILIRUBINEMIA MENYEBABKAN IKTERUS

Jika bilirubin darah melebihi 1 mg/dL (17,1 µmol/L), hiperbilirubinemia akan timbul. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk mengekskresikannya, atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang diproduksi dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati  –   dengan menghambat ekskresi bilirubin  –   juga akan menyebabkan hiperbilirubinimenia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun

didalam darah, dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2-2,5 mg/dL), senyawa ini akan berdifusi kedalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice.suatu saat van den bergh secara tidak sengaja lupa menambahkan metanol ketika berupaya memeriksa pigmen empedu didalam empedu manusia. Dengan terkejut, pembentukan warna normal terjadi “ secara langsung”. Bentuk  bilirubin yang akan bereaksi tanpa penambahan metanol ini kemudian dinamai bilirubin yang “ bereaksi langsung”. Untuk biblirubin yang dapat di ukur hanya setelah penambahan metanol ini, kta menggunakan istilah “ bereaksi tak langsung”. Hiperbilirubinemia dapat diklasifikasikan, bergantung pada jenis bilirubin yang ada diplasma — yi. Tak-terkonjugasi atau terkonjugasi-menjadi hiperbilirubinemia retensi, akibat produksi berlebihan, atau hiperbilirubinemia regurgitasi, akibat refluks kedalam aliran darah karena obstruksi empedu.

Kandungan empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berassal dari kantung empedu (duktus sistikus) membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus  bagian atas pada sfingter Oddi, yang terletak beberapa centimeter di bawah lambung

(Anonim, 2010).

Cairan empedu terdiri dari asam emped, protein, garam empedu, kalsium dan lemak. Fungsi dari cairan empedu adalah untuk membentuk penyerapan lemak, dan vitamin A,D,E dan K (Anonim, 2010).

Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan mempunyai rasa pahit. Caoran empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3, Cl-, Na+ dan K + serta

zat-zat organic, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol. Asam-asam empedu yang  penting ialah asam kolat dan asam deoksikolat. Beberapa fungsi asam empedu antara lain: sebagai emulgator dalam proses pencernaan lemak dalam usus; dapat mengaktifkan lipase dalam cairan pancreas; membantu mengadsorbsi asam-asam lemak, kolesterol, vitamin D dan K serta karoten; sebagai perangsang aliran cairan empedu dari hati; dan menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu sebab bila perbandingan asam empedu dengan kolesterol rendah, akan menyebabkan terjadinya beberapa endapan kolesterol (Anna Poedjiadi, 1994; 244).

(21)

Garam empedu bersifat digestif dan memperlancar kerja enzimdan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak. Garam empedu juga membantu pengabsorpsian lemak yang telah dicernakan (gliserin dan asam lemak) dengan cara menurunkan tegangan  permukaan dan memperbesar daya tembus endothelium yang menutupi vili usus.

Garam empedu dibentuk di hati dari kolesterol melalui reaksi yang menyebabkan hidroksilasi inti steroid dan memutus rantai sisi. Dalam reaksi pertama, terjadi penambahan sebuah gugus ɒ-hidroksil kekarbon 7 (di sisi ɒ pada cincin β). Aktivasi 7ɒ-hidroksilase yang mengkatalisis reaksi penentu ini ditekan oleh adanyagaram-garam empedu. Pada reaksi  berikutnya, terjadi reduksi ikatan rangkap dan mungkin terjadi hidroksilasi tambahan. Dihasilkan dua kelompok senyawa yang berbeda. Satu kelompok memiliki gugus ɒ-hidroksi diposisi 3,7 dan 12 dan menghasilkan seri asam kenakalat. Melalui reaksi oksidasi 3 karbon dikeluarkan dari rantai sisi. Fragmen-5-karbon sisanya yang melekat ke struktur cincin memiliki sebuah gugus karboksi (Dawn marks, 2000).

Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan mengikat sebagian dari bilirubin total termetabolisme dan  bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang

member warna pada kotoran (Anonim, 2010).

Bilirubin yang terbentuk di jaringan perifer akan diangkut ke hati oleh albumin plasma. Metabolism bilirubin lebih lanjut terjadi dihati. Peristiwa metabolism ini dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Ambilan bilirubin oleh sel parenkim hati

2. Konyugasi bilirubin dalam reticulum endoplasma halus 3. Sekresi bilirubin terkonyugasi ke dalam empedu

Tes Asam Empedu

Tes keasaman empedu dilakukan dengan mencampurkan empedu encer dengan Kristal sukrosa yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan. Kemudian dikocok hingga larut keseluruhan (homogen), kemudian ditambahkan asam sulfat pekat dihasilkan larutan terbentuk 3 lapisan. Lapisan atas berwarna hitam, tengah terdapat cincin berwarna merah kecoklatan dan lapisan bawah berwarna orange. Lapisan atas merupakan lapisan empedu, dan  bawah berwarna orange merupakan lapisan yang menunjukkan derajat keasaman pada

empedu yang bersifat basa.

Tes Zat Warna Empedu

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui zat warna empedu dengan melakukan tes gmelin dan tes smith. Test gmelin dilakukan dengan mencampurkan asam nitrat pekat dalam empedu, asam nitrat ini berfungsi untuk pengoksidasi. Hasilnya diperoleh 3 lapisan, atas  berwarna hijau, tengah terdapat cincin merah kecoklatan dan bagian bawah berwarna bening. Terdapatnya cincin berwwarna merah kecoklatan merupakan warna warna bilirubin. Sedangkan untuk test smith dilakukan dengan mengencerkan empedu (1 : 5) kemudian ditambahkan iod tetes demi tetes dan terbentuk larutan 2 lapisan, yaitu atas berwarna orange dan bawah berwarna hijau. Fungsi iod juga sama dengan asam nitrat pekat yaitu  pengoksidasi. Adanyya warna hijau pada larutan campuran tersebut menunjukkan uji positif.

(22)

Uji Gmelin bertujuan membuktikan adanya pigmen-pigmen dalam empedu

Empedu mengandung bermacam-macam pigmen. Pigmen empedu yang utama adalah  biliverdin yang berwarna hijau dan bilirubin yang berwarna jingga atau kuning coklat. Oksidasi pigmen-pigmen empedu oleh oksidator kuat seperti HNO3, akan menghasilkan

turunan senyawa yang berwarna misalnya: Mesobiliverdin : hijau - biru

Mesobilirubin : kuning

Mesobilisianin : biru - ungu atau violet

E m p e d u d i p r o d u k s i o l e h h a t i d a n d i s i m p a n s e m e n t a r a d a l a m k a n d u n g e m p e d u s e b e l u m dikeluarkan ke duodenum. Diperkirakan hati menghasilkan 500 –  1000 mL empedu  perhari.Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan pada udara terbuka

makawarnanya akan berubah menjadi hijau, biru dan coklat karena pigmen empedu

teroksidasi. Empedubereaksi alkalis (pH 7,8 hingga 8,6). Kandungan empedu yang antara lain adalah garam –  garamempedu, pigmen –  pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam –  garam anorganik. Empedu tidakmengandung protein kecuali musin, yang disekresi oleh dinding

kandung empedu, dan sejumlah kecilenzim seperti fosfatase alkali.Empedu merupakan campuran hasil sekresi dan ekskresi. Bahan  – 

 bahan yang disekresimisalnya garam –   garam empedu, sedangkan yang dieks kres i m isa lnya pigme n e mped u da nkolesterol. Asam – 

 asam empedu utama dalam empedu manusia adlah asam kolat dan asamkenodeoksikolat. Asam empedu mengaktifkan lipase dan mempengaruhi emulsifikasi lipid, yangdip erlukan untuk hidrolisis dan absorpsi lipid. Selain itu asam empedu penting juga untuk

 penyerapankolesterol dan pembentukan ester kolesterol.Garam –  garam empedu membantu  pencernaan dan penyerapan lemak serta vitamin –  vitaminyang laruat dalm lemak (A, D, E, K).

Aktivitas ini terjadi melalui 2 cara :1.

Garam empedu menurunkan tegangan permukaan dan dan meningkatkan emulsifi kasi lemaksehingga mudah dicernakan oleh lipase,2.

Garam empedu berikatan dengan asam lemak membentuk suatu kompleks yang lebih mudah larutdan diserap.Pigm en  – 

  pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme hemoglobin yangbe rasal dari penghancuran sel –  sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial dari hati, limpa, dansumsum tulang. Pigmen empedu yang utama adalah biliverdin, yang berwaran hijau dan  bilirubiny a n g b e r w a r n a j i n g g a / k u n i n g c o k l a t . O k s i d a s i p i g m e n e m p e d u o l

e h b e r b a g a i p e r e a k s i a k a n m e n g h a s i l k a n s u a t u t u r u n a n y a n g b e r w a r n a , m i s a l n ya m e s o b i l i v e r d i n ( h i j j a u h i n g g a b i r u ) , mesobilirubin (kuning) dan mesobilisianin (hijau hingga ungu). Asam nitrat adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan

merupakan asam beracun yangdapat menyebabkan luka bakar. Larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86 %disebut juga

sebagai nitrat berasap. Sebagai sebuah oksidator yang

(23)

reaksinya dapat bersifat eksplosif.Produk akhirnya bervariasi te rgantung pada konsentrasi asam, suhu, serta reduktor.

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan,

yangdisekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secaraterus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitukantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum,

lepasnyakolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akandihimpun ke dalam duodenum (Kimball, 2007: 451)

Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutamalemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampurdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantungempedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yanglangsung dari hati tadi (Y3n, 2009).Empedu sebagian besar adalah hasil dari

excretory

dan sebagian adalah sekresi daripencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam

kelompok garam natrium dan kaliumdari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan darisistin. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitaminyang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yangberasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi  bilirubin (pigmen utama dalamempedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein

yang memegang peranan pentingdalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Jevuska, 2009).Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang dimakan, suatu  proses yangmemudahkan pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet. Asam-asam

deoksikolat danlitokolat adalah asam-asam empedu sekunder yang disintesis dalam usus lewat kerjanyaenzim-enzim bakteri pada asam empedu primer. Hanya sebagian asam-asam empeduprimer yang terdapat dalam usus diubah menjadi asam-asam empedu s ekunder

(Montgomery,1993: 911-912).Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang menghasilkancairan ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah: kelenjar parotis, yang terletak di dekattelinga, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah rahang atas, kelenjar submandibularisyang terletak di bawah lidah. Di dalam cairan ludah mengandung sebanyak 90% air, dansisanya terdiri atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim  penghancurbakteri), dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat

menghasilkan lebihkurang 1600 cc air ludah. Cairan ludah berfungsi untuk memudahkan dalam menelanmakanan karena makanan tercampur dengan lendir dan air, melindungi rongga mulut darikekeringan, panas, asam dan basa, serta membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjarludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilummenjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7)(Cryonpedia, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pakar dapat diterapkan dalam mendeteksi penyakit dari seseorang yang diakibatkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis, dan jika penyakit telah ditemukan maka sistem

- Data kependudukan (data migrasi masuk, data migrasi keluar, jumlah kelahiran, jumlah kematian) masih sangat tergantung pada ketersediaan data lintas sektor. -

Pengukuran secara langsung (in situ) dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 1 kali dalam seminggu, dimulai dari minggu pertama sampai minggu ke tujuh (6 kali pengukuran),

Dalam penelitian deskriptif kualitatif, instrumen yang dipakai merupakan instrumen yang telah diuji oleh Rusydah, (2019). Instrumen yang terdiri atas 5 butir soal tes

Berdasarkan hasil rata-rata zona hambat yang diperoleh menunjukkan sediaan sirup antibakteri ekstrak metanol daun tanjung pada formula memiliki kemampuan sebagai

Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah Dinas Perhubungan Kota Manado telah melakukan pencatatan dengan baik atau tidak (sesuai dengan Permendagri No.13 Tahun 2006 dan PP No.24

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur-galur padi yang berdaya hasil tinggi dan fenotipik akseptabilitas yang baik di lahan lebak pada musim kemarau.. BAHAN

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan implementasi sifat pendidikan tinggi di daerah pedesaan diseleruh Indonesia akan mendorong motivasi seseorang untuk bekerja, dan