• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 Fasies Batugamping Formasi Citarate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 Fasies Batugamping Formasi Citarate"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

38

BAB 4

Fasies Batugamping Formasi Citarate

4.1 Teori Dasar

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang terususun oleh mineral

karbonat sebagai mineral primer. Terbentuknya batuan ini umumnya hasil dari proses kimia atau biokimia pada lingkungan pengendapan yang khusus. Sistem pengendapan karbonatan dapat ditunjukkan oleh reaksi kimia sebagai berikut:

CO2 + H2O H2CO3 ...(i)

H2CO3 H+ + HCO3- ...(ii)

H+ + CO32- HCO3- ...(iii)

CaCO3 Ca2+ + CO32- ...(iv)

CO2 + H2O + CaCO3 Ca2+ + 2HCO3- ...(v)

Berdasarkan reaksi diatas, peningkatan konsentrasi CO2 pada larutan

menyebabkan kesetimbangan bergerak ke arah kanan dan menyebabkan pelarutan kalsium karbonat. Peningkatan konsentrasi ini dapat diakibatkan oleh

bertambahnya kedalaman dan pengaruh air meteorik atau penambahan CO2 akibat

penguraian dari material organik. Sebaliknya apabila terjadi penurunan konsentrasi

CO2 pada larutan menyebabkan kesetimbangan bergerak ke arah kiri yang akan

menghasilkan pengendapan kalsium karbonat. Penurunan ini diantaranya diakibatkan oleh evaporasi, kenaikan suhu air laut karena pengaruh sinar matahari

yang terjadi pada lingkungan laut dangkal, pengikatan CO2 oleh organisme

khususnya alga untuk fotosintesis, influks dari air sangat jenuh menuju ke area

dengan CaCO3 yang tinggi atau hadirnya katalisator, marine upwelling dari area

tekanan tinggi ke area tekanan rendah, percampuran air dengan kandungan CO3

yang tinggi dan Ca++ yang rendah dengan air laut, proses organik di dalam larutan,

bakteri pembusuk yang menghasilkan amonia, meningkatnya pH dan peningkatan konsentrasi karbonat.

(2)

39

1. Lingkungan Pengendapan

Batuan karbonat untuk dapat terendapkan dengan baik memerlukan

lingkungan pengendapan yang khusus yang dipengaruhi oleh:

Gambar 4.1. Kontrol lingkungan yang baik terhadap pembentukan karbonat. (James & Bourqe, 1992 op. cit. Koesoemadinata, 1985 ).

a. Iklim

Iklim yang dapat mendukung batuan karbonat dapat tumbuh dengan baik adalah iklim yang hangat seperti wilayah tropis dan kering.

b. Kedalaman

Karbonat umumnya tumbuh di lingkungan laut dangkal sehingga sinar matahari dapat masuk dan pada air laut yang bersih (terbebas dari material klastik).

c. Organisme Biologis

Pertumbuhan dari batuan karbonat juga sangat tergantung dari kehadiran organisme yang dapat memberikan nutrisi cukup untuk tumbuh.

d. Salinitas

Salinitas yang baik agar organisme biologis dapat hidup baik dengan konsentrasi

kandungan garam di tempat batugamping berkembang sekitar 25o/o o - 35 o /o o.

e. Aktifitas Tektonik

Paleotektonik yang terjadi pada lingkungan pembentuk karbonat sangat erat kaitannya dengan tingkat rata-rata suplai sedimen yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karbonat.

(3)

40

2. Fasies Batuan Karbonat

Menurut Sandi Stratigrafi Indonesia (1996) fasies adalah aspek fisika, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatan berbeda fasies, kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau biologi. Fasies dapat didefinisikan sebagai kumpulan tertentu atribut sedimen berupa karakteristik litologi, tekstur, rangkaian struktur sedimen, kandungan fosil, warna, dan yang lainnya (Tucker dan Wright, 1990).

Penentuan fasies pada penelitian ini didasarkan pada pengamatan komponen

penyusun (biota, mikrit, semen), tekstur, struktur dan porositas, melalui pengamatan megaskopis dan mikroskopis. Penamaan batuan menggunakan

klasifikasi Dunham (1962) (Gambar 4.2) dan Embry dan Klovan (1971) op. cit.

Tucker dan Wright (1990) (Gambar 4.3) sedangkan analisis penentuan lingkungan

pengendapan dan fasies karbonat menggunakan standard facies belt oleh Wilson

(1975).

(4)

41

Gambar 4.3 Klasifikasi batuan karbonat menurut Embri dan Klovan, (1971) op. cit. Wilson, (1975).

Pembagian fasies batugamping menurut gambar di atas (Gambar 4.2 dan 4.3) sebagai berikut:

a. Mudstone

Batuan karbonat dengan komposisi dominan berupa lumpur karbonat dan butiran <

10%.

b. Wackestone

Batuan karbonat dengan komposisi dominan berupa lumpur karbonat dengan kehadiran butiran >10%.

c. Packestone

Batuan karbonat dengan persentase butiran sebagai penyusun utama lebih besar dari lumpur karbonat.

d. Grainstone

Batuan karbonat dengan butiran sebagai penyusun utama sangat dominan dibanding kehadiran lumpur karbonat.

e. Floatstone

Material penyusun umumnya berupa fragmen kerangka material organik (<10%) yang tertanam mengambang dalam matriks lumpur karbonat dengan butiram yang berukuran 2mm harus >10%.

(5)

42

f. Rudstone

Batuan karbonat dengan butiran yang kasar (>2mm) dimana material penyusunnya berupa hasil rombakan yang telah mengalami transportasi sebelum akhirnya diendapkan.

g. Bafflestone

Batuan dengan karakteristik material penyusunnya, misalnya koral, dengan posisi tumbuh berdiri dengan lumpur karbonat diendapkan di sekitarnya.

h. Bindstone

Batuan dengan karakteristik material penyusunnya berupa organisme berbentuk

tabular-laminar yang mengalami pengikatan oleh kerak-kerak lapisan (encrusting)

dari lumpur karbonat. i. Framestone

Memiliki karakteristik hampir seluruhnya tersusun oleh kerangka organik seperti koral, alga dan lainnya. Sedangkan matriksnya kurang dari 10%, di antara kerangka tersebut biasanya terisi oleh sparikalsit.

(6)

43

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Wide belts Very narrow belts Wide belts

Basin Open sea shelf Deep shelf margin Foreslope Organic build up Winnowed edge sands Shelf lagoon open circulation

Restriched circulation shelf and tidal flat

Evaporites on sabkha-salinas

Debris flows and turbidites in fine laminate strata.

Mounds on toe of slope

Giant talus blocks. Infilled large cavities. Downslope mounds

Downslope mounds. Reef knoll. Boundstone patches fringging and barrier framework reef. Spur and groove

Island. Dunes. Barrier bars. Passes and channels

Tidal deltas. Lagoonal ponds. Typical shelf mounds. Columnar algal mats. Channels and tidal bars of lime sand

Tidal flats. Channels. Natural leeve. Ponds. Algal mats belts

Anhidryte domes. Tepee structures. Laminated crusts of gypsum. Salinas. sabkha 1 Spiculite 2 Microbioclastic calcisilt 3 Pelagic micrit Radolarite shale 2 Microbioclatic calcisilt 8 Whole shells in micrite 9 Bioclastic wackestone 10 Coated grains in micrite 2 Microbioclatic calcisilt 3 Pelagic micrite 4 Bioclastic-lithoclastic microbreccia Lithoclastic conglomerate 5 Bioclastic grainstone- packestone Floatstone 6 Reef rudstone 4 Bioclastic-lithoclastic microbreccia Lithoclastic conglomerate 5 Bioclastic grainstone packestone Floatstone 6 Reef rudstone 9 Bioclastic wackestone 7 Boundstone 11 Coated, worn, bioclastic grainstone 12 Coquina (shell hash)

8 Whole shell in micrit 9 Bioclastic wackestone 10 Coated grain in micrite 16 Pelsparite 17 Grapestone onkoid in micrite 18 Foram, dasycladacean grainstone 11 Coated, worn, bioclastic grainstone 12 Coquina (shell hash) 13 Onkoidal grainstone 14 Lag breccia 15 Oolite 16, 17, 18 19 Fanestralpeloidal laminate micrite 24 Rudstone in channels 21 Spongiostrome micrite 23 Non laminate pure micrite 22 Onkoidal micrite

20 Stromatolitic micrite 23 Non laminate pure micrite Nodular-pearl enterolithic anhydrite Selenite blades in micrite FACIES PROFILE 2 ND ORDER SEDIMENTARY BODIES STANDART MICROFACIES LITHOLOGY

Dark shale or silt, thin limestone (starved basin); evaporite full with salt

Very fossiliferous limestone interbedded with marls, well segregated beds

Fine grain limestone, cherty in some case

Variable depending on water energy upslope; sedimentary breccia and lime sand

Massive limestone-dolomite

Calcarenitr-oolite limesand or dolomite

Variable carbonate and clastic Generally dolomite and dolomitic limestone

Irregulary laminated dolomite and anhydrite, may grade to re beds

GRAIN TYPE AND

DEPOSITIO

N

AL

TEXTURE

Lime mustone; fine calcilutites Bioclastic and whole fossil wackestone; some calcilutites

Mostly lime mudstone with some calcilutites

Lime silt and bioclastic wackestone-packestone; lithoclast of varying sizes

Boundstone and pockets of grainstone; packstone

Grainstone well sorted; rounded

Great variety of textures; grainstone to wackestone

Clotted, pelleted mudstone and grainstone, laminated mudstone, coarse litholclastic wackestone in channels

COLOR Dark brown, black, red Gray, green, red, brown Dark to light Dark to light Light Light Dark to light Light Red, yellow, brown

Gambar 4.4 Standar mikrofasies berdasarkan Wilson (1975).

43

Open Platform Toe of Slope

(7)

44

4.2 Fasies Daerah Penelitian

Berdasarkan pengamatan lapangan maupun sayatan tipis, di daerah

penelitian terdapat empat mikrofasies. Pembagian mikrofasies dilakukan secara vertikal di daerah Cibunar, Sungai Citarate dan menghasilkan kolom stratigrafi mikrofasies (Lampiran E) dan bila dibuat penyebarannya menghasilkan peta fasies (Lampiran D4). Berdasarkan urut-urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut:

1. Mikrofasies Alga Packstone

2. Mikrofasies Packstone - Grainstone

3. Mikrofasies Koral - Alga Packstone

4. Mikrofasies Foraminifera Wackestone – Packstone

4.2.2 Mikrofasies Alga Packstone

Kenampakan singkapan pada zona ini paling berbeda dengan

singkapan di zona lain. Kenampakan di lapangan batugamping bioklastik berwarna coklat muda, tidak terlihat struktur perlapisannya (Foto 4.1). Secara stratigrafi, mikrofasies ini adalah bagian paling bawah dari satuan batugamping (Lampiran E).

(8)

45

Pengamatan petrografi menunjukkan bahwa sampel SF 2.28

mempunyai tekstur terpilah buruk, kemas terbuka, semen spari kalsit, butiran terdiri dari pecahan alga yang cukup dominan, koral, foraminifera besar dan foraminifera kecil, glaukonit serta detritus berupa pecahan kuarsa, plagioklas

dan fragmen batuan yaitu andesit, porositas berupa moldic dan intragranular

(Foto 4.2). Pemilahan yang buruk menunjukkan kemungkinan mikrofasies ini terbentuk pada lingkungan energi sedang-tinggi, sedangkan hadirnya detritus menandakan terdapat suplai sedimen dari darat.

// - Nikol 0 0,5mm X – Nikol

Foto 4.2 Sayatan tipis mikrofasies alga packstone.

Jenis semen yang berkembang pada zona mikrofasies alga packstone

adalah isopachus dan blocky yang mengindikasikan bahwa zona ini pernah

berada pada lingkungan meteoric phreatic (Tucker dan Wright, 1980).

4.2.3 Mikrofasies Packstone-Grainstone

Berdasarkan pengamatan di lapangan singkapan adalah batugamping

(9)

46

Pada lokasi SF 2.27 terdapat struktur sedimen berupa pararel laminasi dan

silang siur pada mikrofasies packstone (Foto 4.4).

Foto 4.3 a.Singkapan mikrofasies packstone (SF 2.27) dan b. singkapan mikrofasies grainstone (SF 2.17 B).

Foto 4.4 Singkapan mikrofasies packstone dengan struktur sedimen pararel laminasi dibagian bawah dan silang siur di atasnya (SF 2.27).

Karakteristik sayatan tipis pada sayatan SF 2.27 adalah packstone,

pemilahan yang baik, kemas terbuka, matriks lumpur karbonat, semen mikrospar, porositas intragranular dan intergranular, komponen hanya tersusun oleh foraminifera kecil yang sudah terisi kalsit, pecahan alga dan detritus berupa pecahan kuarsa dan plagioklas yang cukup banyak dibandingkan tempat lain (Foto 4.5). Hasil analisis mikropaleontologi pada

batugamping packstone di lokasi SF 2.27 dan SF 2.17 menunjukkan bahwa

foraminifera kecil didominasi oleh planktonik namun identifikasi secara

(10)

47

detail sulit dilakukan karena banyak fosil dalam keadaan pecah-pecah serta tertutup oleh kalsit. Kenampakan planktonik yang umumnya berbentuk

globular kemungkinan masuk ke dalam genus Globigerina sp., Globorotalia

sp. dan Globigerinoides sp., sedangkan bentonik yang teramati adalah Bulimina sp., dan Lenticulina sp. Semua butiran yang ada memiliki ukuran

0,1mm-0,2mm dan seragam termasuk pecahan alga merah. Kehadiran butiran kuarsa maupun plagioklas mengindikasikan adanya suplai sedimen dari darat.

// - Nikol 0 0,5 mm X – Nikol

Foto 4.5 Sayatan tipis mikrofasies packstone.

Pada sampel SF 2.17 (c) Grainstone memiliki ciri pemilahan buruk,

kemas tertutup, porositas intragranular, koral muncul sebagai butiran yang dominan, foraminifera besar, foraminifera kecil, alga, serta detritus berupa pecahan kuarsa, plagioklas dan fragmen andesit dan litoklas (Foto 4.6).

Suksesi vertikal pada zona ini, pertama terbentuk mikrofasies

packstone dengan lingkungan berada pada energi rendah dicirikan dengan

butiran seragam berukuran 0,1mm-0,2mm dan memiliki ketebalan sebesar 24m. Semakin ke arah yang lebih muda terjadi perubahan menjadi

(11)

48

terjadi perubahan kembali menjadi mikrofasies packstone dengan ketebalan

sebesar 4,5m. Adanya perubahan mikrofasies ini diikuti oleh perubahan

ketebalan yang semakin tipis ke atas. Hadirnya mikrofasies packstone pada

bagian bawah dari zona ini dengan butiran seragam berukuran 0,1mm-0,2mm mengindikasikan terbentuk pada lingkungan dengan energi rendah. Setelah

packstone terbentuk kemungkinan pada saat tertentu terjadi storm atau badai

yang membawa material-material rombakan dari lingkungan dengan

morfologi lebih tinggi yaitu foreslope atau reef dan terendapkan grainstone

dengan ukuran butir ada yang mencapai lebih dari 2mm. Pada akhirnya energi

kembali normal dan terendapkan kembali packstone pada lingkungan energi

rendah.

// - Nikol 0 0,5mm X – Nikol

Foto 4.6 Sayatan tipis mikrofasies grainstone.

Tipe semen yang berkembang pada zona packstone-grainstone

pertama adalah isopachus dan blocky yang menunjukkan bahwa zona ini

pernah berada pada lingkungan diagenesis meteoric phreatic. Selain itu hadir

(12)

49

pernah berada pada lingkungan diagenesa stagnant marine phreatic (Tucker

dan Wright, 1980).

4.2.4 Mikrofasies Koral-Alga Packstone

Singkapan di lapangan lokasi SF 1.5B ke SF 1.5A menunjukkan pada

batugamping berlapis, berwarna abu muda-tua secara megaskopis terdapat

perubahan dimana batuan dari kasar menjadi halus (Foto 4.7). Pengamatan sayatan tipis pada sampel SF 1.5B hingga SF 1.5A menunjukkan perubahan ukuran butiran dari besar menjadi lebih kecil (Foto 4.8, 4.9). Hal ini kemungkinan di akibatkan adanya perbedaan energi yang membawa material tersebut. Kondisi tersebut kemungkinan terjadi pada energi sedang hingga tinggi.

// - Nikol 0 0,5mm X – Nikol

(13)

50

// - Nikol 0 0,5 X – Nikol

Foto 4.8 Sayatan tipis SF 1.5 A dengan pemilahan yang baik.

Foto 4.9 Singkapan batugamping yang menunjukkan perubahan tekstur dari kasar-halus (SF 1.5).

(14)

51

// - Nikol 0 0,5mm X – Nikol

Foto 4.10 Sayatan tipis mikrofasies koral-alga packstone.

Secara umum zona mikrofasies koral-alga packstone pada sayatan

tipis (Foto 4.10) packstone, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran terdiri dari

koral dan alga yang dominan, foraminifera besar dan foraminifera kecil,

porositas intergranular, intragranular dan moldic, semen berupa mikrospar

dan sparikalsit, hadir butiran detritus berupa pecahan kuarsa, plagioklas serta fragmen andesit dan litoklas yang mengindikasikan pengendapan di lingkungan relaif dekat darat sehingga terdapat suplai sedimen membawa

butiran detritus. Pada zona mikrofasies koral-alga packstone ini terdapat

sub-mikrofasies wackestone yang merupakan sisipan dengan ketebalan sebesar

5m.

Zona mikrofasies koral-alga packstone pernah berada dalam dua

lingkungan diagenesis. Lingkungan meteoric phreatic dicirikan oleh

kehadiran semen isopachus dan blocky kemudian lingkungan diagenesis

(15)

52

4.2.5 Mikrofasies Foraminifera Wackestone - Packstone

Pada zona ini terdapat sub-mikrofasies wackestone dan

sub-mikrofasies packstone. Penggabungan wackestone-packstone ini karena

butiran halus hingga kasar pada tekstur ini yang seringkali sulit dipisahkan.

Foto 4.11 Singkapan batugamping wackestone-packstone.

Secara umum berdasarkan pengamatan di lapangan, singkapan

batugamping berwarna coklat muda-tua, masif dan berlapis (Foto 4.11). Pengamatan petrografi sayatan satuan ini menunjukkan bahwa sampel adalah

wackestone, dengan pemilahan buruk-sedang, kemas terbuka dengan fragmen

yang mengambang pada matriks berupa lumpur karbonat, semen mikrospar, porositas intraganular dan intergranular. Butiran didominasi oleh foraminifera

besar namun juga terdapat pecahan alga, sedikit pecahan koral. Packstone

pada lokasi SF 1.3(b) memiliki butiran yang cenderung sama dengan

wackestone namun memiliki komposisi butiran yang lebih besar dibanding

matriks (Foto 4.12). Keterdapatan detritus sebagai butiran pada batugamping berupa pecahan kuarsa, plagioklas dan fragmen andesit menunjukkan pencampuran material sedimen dari darat. Bagian bawah zona mikrofasies

foraminifera wackstone-packstone merupakan batugamping packstone dengan

karakteristik secara petrografi sama dengan packstone pada mikrofasies

pacsktone-grainstone yaitu dominan foraminifera kecil yang kemungkinan

adalah genus Globigerina sp., dan Globigerinoides sp., serta pecahan alga,

terpilah baik. Hal ini kemungkinan adanya perbedaan energi yang menyebabkan perbedaan dalam komposisi material penyusunnya.

(16)

53

// - Nikol 0 0,5mm X – Nikol

Foto 4.12 Sayatan tipis batugamping wackestone-packstone (SF 1.2 b).

Pada zona foraminifera wackestone-packstone tipe semen yang

berkembang adalah isopachus dan blocky yang menunjukkan bahwa pada

zona ini pernah berada pada lingkungan diagenesa meteoric phreatic (Tucker

dan Wright, 1980).

4.3 Lingkungan Pengendapan Batugamping

Berdasarkan identifikasi mikrofasies melalui pengamatan di lapangan

dan sayatan tipis dengan melihat distribusi tekstur yang bervariasi serta kelimpahan fauna maka batugamping Formasi Citarate di daerah penelitian menurut klasifikasi Wilson (1975) terdiri dari dua lingkungan pengendapan

yaitu mikrofasies alga packstone, mikrofasies koral-alga packstone serta

mikrofasies foraminifera wackestone-packstone di lingkungan open platform

dan mikrofasies packstone-grainstone di lingkungan forereef (open sea shelf

dan toe of slope).

Lingkungan open platform secara umum dicirikan oleh kehadiran

material organik berupa foraminifera besar (Lepidocyclina sp., Miogypsina

(17)

54

halnya dengan lingkungan forereef, di lingkungan open sea shelf dan toe of

slope dicirikan oleh batugamping packstone dan grainstone. Packstone,

tersusun oleh material organik berupa foraminifera planktonik dominan, dan bentonik serta tidak ditemukannya kehadiran foraminifera besar, koral. Analisis mikropaleontologi menunjukkan hal serupa yaitu banyaknya

kehadiran foraminifera kecil khususnya planktonik berupa Globigerina sp.,

Globorotalia sp. dan Globigerinoides sp., sedangkan bentonik yang teramati

adalah Bulimina sp., dan Lenticulina sp. Grainstone, tersusun oleh material

organik berupa pecahan koral yang dominan, alga, foraminifera besar dan

koral yang kemungkinan hasil rombakan. Kehadiran mikrofasies

packstone-grainstone di lingkungan open sea shelf dan toe of slope mengindikasikan

kemungkinan mekanisme pembentukan yang berbeda, dimana batugamping

packstone terbentuk pada energi relatif rendah, setelah itu kemungkinan

terjadi badai dan terbentuk batugamping grainstone oleh arus dengan energi

lebih tinggi yang membawa material-material beragam serta berukuran besar

yang berasal dari foreslope atau reef.

Berdasarkan urut-urutan vertikal pada batugamping kemungkinan

ditemukan setidaknya terjadi dua kali kenaikan muka air laut menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan pengendapan. Pengendapan pertama terjadi

di lingkungan open platform oleh mikrofasies alga packstone, setelah itu

terjadi kenaikan muka air laut secara cepat atau subsidence menyebabkan

lingkungan berubah menjadi forereef. Peristiwa ini terjadi pada

packstone-grainstone yang ditandai oleh kehadiran batugamping yang hanya didominasi

oleh fosil planktonik dan sedikit bentonik kemudian sempat terjadi kembali

pada foraminifera wackestone-packstone saat awal mikrofasies ini terbentuk

yang juga ditandai kehadiran karakteristik batuan yang sama dengan

packstone-grainstone. Pada akhirnya terjadi kembali perubahan lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Tokoh sekunder dalam cerita ini adalah Nandhini dan Adiluhur. Nandhini adalah seorang mahasiswi semester 6 jurusan Ilmu Pendidikan. Nandhini adalah seorang feminis

Rerata nilai kekuatan otot meningkat sesudah diberikan latihan ROM, baik pada kelompok intervensi I maupun kelompok intervensi II, hal ini menunjukan bahwa

Responden yang menyatakan bahwa talent manajemen dapat diterapkan di UT dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : sebagai penunjang daftar urut kepegawaian (BUK), mengelola

Seperti contoh, dengan penerapan gaya kepemimpinan konsultatif yang dominan dalam pengambilan keputusan leader networker, dapat menghasilkan berbagai keputusan yang

Tentunya semakin banyak email yang Anda sebarkan maka akan semakin besar total dana yang akan Anda terima, namun jangan sebarkan email ini secara membabi buta (ex : menggunakan

Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan, peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian yaitu : persepsi gaya kepemimpinan dengan motivasi berprestasi pada

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti

Caesar Cipher menggunakan roda yang diputar dengan pergeseran atau kunci sesuai dengan keinginan pengirim pesan, Vigenere Chiper manggunakan bujur sangkar Vigenere, Hill Cipher dengan