• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah

PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah satu-satunya perusahaan kelistrikan di Indonesia. Menjelang akhir tahun 2013 pemberitaan tentang perusahaan monopolistik ini banyak muncul di media cetak, elektronik dan media baru. Pasalnya sejak bulan Mei 2013 terjadi pemadaman listrik bergilir di seluruh wilayah Sumatera Utara. Meningkatnya frekuensi pemadaman listrik bergilir pada akhir bulan Juli 2013 yang sebelumnya hanya dua jam setiap sekali pemadaman kini mencapai tiga kali sehari dengan durasi tiga jam setiap sekali pemadaman. PT PLN (Persero) wilayah Sumatera Utara mengakui bahwa pemadaman listrik bergilir ini terjadi dikarenakan Indonesia sedang mengalami defisit daya listrik bersamaan dengan jadwal pemeliharaan sejumlah mesin pembangkit listrik yang ada di wilayah Sumatera bagian utara.

Pemadaman listrik bergilir di wilayah Sumatera bagian utara sudah berlangsung sejak tahun 2004 tepatnya pasca gempa tsunami yang menggoncang wilayah Aceh dan sekitarnya. Gempa yang mencapai 8,9 skala richter ini menyebabkan rusaknya kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) apung yang ada di Aceh. Kapal PLTD apung ini merupakan kapal bermuatan mesin pembangkit listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Banda Aceh. Untuk menjaga ketersediaan pasokan listrik di Banda Aceh, PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mengalirkan sebagian cadangan listriknya ke wilayah Banda Aceh. Pembagian pasokan listrik inilah yang menyebabkan pemadaman listrik bergilir di Sumatera Utara.

Pemadaman listrik bergilir yang terjadi hingga tahun 2013 ini mengundang respon dan reaksi negatif dari masyarakat. Mulai dari kecaman-kecaman sinis di jejaring sosial, pemberitaan negatif di surat kabar hingga aksi demo ratusan orang di kantor wilayah PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, Medan. Seperti pemberitaan yang dimuat di harian Analisa edisi 04 Oktober 2013, ratusan buruh dan mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Marah turun ke jalan sebagai bentuk aksi protes keras mereka akibat pemadaman listrik Kamis,

(2)

03 Oktober 2013. Demonstran yang tergabung dalam 13 lembaga buruh Koalisi Rakyat Marah, yakni SBSI 1992, Teplok, FMN, SB Sejati, SP-LEM, Repdem Sumut, SPN, SP BUN, Ampera, Aksi Sumut, LBH Medan, SBBI dam SBSI Lomenik Medan berhasil menutup badan jalan Yos Sudarso tersebut hingga memacetkan lalulintas. Para demonstran menuntut jika masalah pemadaman listrik bergilir di Sumatera Utara tidak segera diselesaikan maka Presiden harus segera memecat Menteri ESDM, Meneg BUMN dan Dirut PLN dari jabatannya. Mereka juga menuntut tindakan tegas Presiden dalam mengusut tuntas dugaan kasus korupsi atas pembangunan mesin pembangkit listrik di Sumatera Utara. Selain itu demonstran meminta agar pemerintah memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pelanggan PLN dengan menggratiskan rekening pembayaran listrik sampai pelayanan berjalan normal kembali (http:// www. analisadaily. com).

Aksi demo Koalisi Rakyat Marah karena pemadaman listrik bergilir di kantor wilayah PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara tersebut bukan yang pertama. Pada hari Kamis 26 September 2013, puluhan pengunjuk rasa yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar unjuk rasa di depan gedung DPRD Sumut. Massa yang dipenuhi kaum perempuan ini memprotes diberlakukannya agenda pemadaman listrik bergilir oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Mereka meminta agar semua pihak baik pemerintah pusat maupun daerah turut membantu mengatasi krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara.

Reaksi negatif masyarakat dalam menyikapi pemadaman listrik bergilir terbilang cukup beralasan, mengingat pemadaman listrik bergilir yang dilakukan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah sangat meresahkan masyarakat. Bahkan kondisi demikian dapat dinyatakan sebagai situasi krisis yang harus segera ditanggapi dengan serius oleh pihak terkait dalam hal ini melibatkan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Keberadaan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal sejak dirintisnya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika perusahaan swasta Belanda bernama NV NIGEM/OGEM membangun sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN cabang Medan

(3)

di Jl. Listrik No. 12 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi pada tahun 1927, di Sibolga (oleh NV ANIWM), Berastagi dan Tarutung pada tahun 1929, di Tanjung Balai pada tahun 1931, di Labuhan Bilik pada tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.

Hubungan antara Indonesia dan Belanda yang semakin memburuk memicu diterbitkannya Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda menjadi milik Republik Indonesia sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Setelah aksi ambil alih tersebut maka sejak tahun 1955 berdirilah Perusahaan Listrik Negara distribusi cabang Sumatera Utara (meliputi daerah Sumatera Timur dan Tapanuli) yang berpusat di Medan.

Pada bulan Maret 1958 dibentuk Penguasa Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (P3LG) yang merupakan gabungan antara pengusahaan listrik dan pengusahaan gas. Dalam perjalanannya, pada tahun 1959 P3LG berubah menjadi Direktorat Djenderal PLN (DDPLN). Kemudian pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU –PLN) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961 terjadi perubahan dalam organisasi kelistrikan. Perubahan yang dimaksud yakni, perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau diubah namanya menjadi PLN Eksploitasi. Pada tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan melalui Peraturan Menteri PUT No. 9/PRT/64 dan kemudian dibentuklah dua perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Kemudian dengan diterbitkannya Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 maka ditetapkanlah pembagian daerah kerja PLN secara nasional menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi, dimana PLN Sumatera Utara ditetapkan menjadi PLN Eksploitasi I.

Pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara merujuk pada dikeluarkannya Surat Keputusan Direksi PLN No. KPTS 009/DIRPLN/1966 tanggal 14 April 1966, dimana PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu cabang Medan, Binjai, Sibolga, dan Pematang Siantar (yang

(4)

berkedudukan di Tebing Tinggi). Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 mengubah bentuk perusahaan menjadi Perusahaan Umum (PERUM) yang isinya mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab untuk membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh wilayah Republik Indonesia. Surat Keputusan Menteri PUTL No. 01/PRT/73 menetapkan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara. Menyusul kemudian diterbitkannya Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang mengubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi II berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan menetapkan Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK). Kemudian dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha penyediaan tenaga listrik, maka pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No.23/1994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Sejak status perusahaan berubah, perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. PT PLN (Persero) Wilayah II berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II berubah namanya menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara meliputi keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68 km2 yang terdiri atas 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan 417 kecamatan dan 5.856 desa/kelurahan dimana sebagian besar berada di daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di pulau Nias (http://www.pln.co.id).

Perkembangan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara tidak jauh berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain yang ada di Indonesia. PT ini juga mengalami pasang surut selama menjalankan pelayanannya di tengah-tengah masyarakat. Kondisi terakhir yang dialami PT PLN (Persero) wilayah Sumatera

(5)

Utara yaitu krisis listrik yang akhirnya membawa perusahaan ini pada kebijakan pemadaman listrik bergilir.

Diktat Interstudi School of PRs menuliskan krisis adalah masa gawat atau saat genting, dimana situasi tersebut merupakan titik baik atau sebaliknya. Oleh karena itu masa krisis adalah momen-momen tertentu yang apabila krisis tidak ditangani, krisis mengarah kepada situasi memburuk. Devlin (2007) mendefinisikan krisis sebagai “an ustable time for organization with a distinct possibility and for undesirable outcome” (Kriyantono, 2012:171), yang dapat diartikan sebagai sebuah situasi yang tidak stabil dengan berbagai kemungkinan melahirkan hasil yang tidak diinginkan.

Setiap krisis yang menimpa suatu perusahaan pasti menimbulkan dampak buruk. Sama halnya dengan krisis yang terjadi di tubuh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Dampak tersebut meliputi dampak internal yang memengaruhi iklim perusahaan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sendiri dan dampak eksternal yang memengaruhi kehidupan masyarakat. Dampak krisis listrik ini pasti meresahkan dan menyusahkan semua pihak mengingat listrik sebagai suatu kebutuhan vital kehidupan.

Banyak sekali dampak buruk akibat krisis listrik yang melanda wilayah Sumatera Utara. Kebijakan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memberlakukan pemadaman listrik bergilir berdampak buruk pada banyak sektor kehidupan diantaranya sektor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Pemadaman listrik bergilir ini merugikan seluruh pelaku ekonomi, mulai dari pedagang kecil yang usahanya sangat bergantung pada ketersediaan listrik yang stabil hingga para pengusaha. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami penurunan omset dan beberapa kerugian lainnya, misalnya kerusakan alat-alat produksi usaha. Demikian halnya dengan kerugian yang ditanggung sektor pendidikan. Lembaga pendidikan yang dalam proses belajar mengajarnya sudah menggunakan alat-alat elektronik akhirnya tidak dapat memfungsikan alat-alat tersebut. Kondisi seperti ini, jika tidak segera ditangani akan mengganggu efektivitas belajar bahkan menurunkan semangat belajar siswa. Selain dua aspek kehidupan diatas, sektor kesehatan juga mengalami kerugian yang cukup serius. Beberapa rumah sakit yang alat-alat medisnya juga membutuhkan pasokan listrik yang stabil akhirnya

(6)

tidak dapat difungsikan secara maksimal karena pemadaman listrik bergilir. Hal ini sangat merugikan para pasien yang membutuhkan alat-alat medis tersebut untuk penyembuhannya.

Situasi krisis yang tidak menyenangkan ini juga berdampak buruk pada keberadaan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selaku pihak yang bertanggung jawab mendistribusikan daya listrik ke seluruh wilayah Sumatera Utara. Secara general, kondisi krisis listrik ini berakibat pada munculnya krisis kepercayaan masyarakat terhadap kinerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Jika kondisi seperti ini tidak ditangani dengan segera dan serius, hal ini akan memicu lahirnya krisis-krisis lainnya.

PLN bukan satu-satunya perusahaan yang pernah mengalami krisis. Salah satu perusahaan di Indonesia yang pernah mengalami krisis dan sangat menyita perhatian adalah maskapai penerbangan Adam Air. Pada tanggal 01 Januari 2007 pesawat Boeing 737-400 dengan nomor penerbangan DHI 574 yang melayani rute penerbangan Surabaya-Manado mengalami kecelakaan maut. Pesawat berwarna putih-orange itu menghujam perairan Majene dengan kecepatan yang sangat tinggi. Di dalam air, pesawat itu pecah karena berat jenisnya lebih besar daripada berat jenis air. Kecelakaan ini menelan 102 nyawa penumpang yang jasadnya terkubur dalam laut bersama bangkai pesawat. Akhirnya pemerintah mencabut izin penerbangan maskapai ini dikarenakan pihak maskapai tidak memperlihatkan etiket baik dalam menangani krisis yang terjadi. Singkatnya, maskapai penerbangan ini dapat dikatakan lumpuh total (http://m.inilah.com).

Kondisi krisis juga menghampiri PT Pertamina pada akhir tahun 2013. Pasalnya Pertamina tiba-tiba menaikkan harga elpiji 12 kg pada 1 januari 2014 pukul 00.00 WIB dari harga Rp 70.200/tabung jadi Rp 117.708/tabung untuk menekan kerugian yang mencapai Rp 7,7 triliun. Harga elpiji 12 kg ini semakin mahal jika dijual di daerah karena ongkos ditribusinya ditanggung oleh konsumen, hingga harganya mencapai Rp 150.000/tabung. Dengan segala pertimbangan akhirnya harga elpiji 12 kg diturunkan dari harga terakhir yang disepakati atau hanya mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000/tabung. Namun kejadian ini sudah mencoreng citra dan nama baik PT Pertamina yang dipercaya mengurusi persoalan migas di republik ini.

(7)

Situasi krisis yang terjadi di berbagai perusahaan, yang dalam penelitian ini difokuskan pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara membutuhkan penanganan serius demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya. Untuk itulah public relations (PRs) dihadirkan dalam sebuah perusahaan. Howard Bonham mendefinisikan Public relations sebagai suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam pengertian publik yang lebih baik, juga memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau organisasi. Mempertahankan atau mengembalikan citra perusahaan yang sudah tercoreng akibat peristiwa krisis yang terjadi menjadi tugas utama para praktisi PRs perusahaan baik perusahaan pemerintah maupun swasta.

Divisi public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara terlihat sudah melakukan beberapa hal yang diharapkan dapat meminimalisir bahkan menanggulangi krisis yang terjadi. Salah satu langkah darurat yang diambil PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah melakukan penyewaan mesin pembangkit (genset). Sejauh ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah melakukan penyewaan genset dengan total daya 150 MW (megawatt) selama satu tahun (http:// m.detik. com). Selain itu, secara kontinyu PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berusaha mensosialisasikan kondisi krisis kepada masyarakat dengan mengaktifkan layanan call center 123, akun facebook PLN di PLN 123 dan twitter @PLN_123. Melalui beberapa media ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mengumumkan kepada masyarakat segala kondisi dan situasi yang terjadi selama masa krisis ini. Masyarakat juga diberi kesempatan untuk menyampaikan segala keluhannya terkait pemadaman listrik. Tidak hanya itu PLN Wilayah Sumatera Utara juga menyampaikan secara berkala pengumuman tentang jadwal pemadaman listrik bergilir di daerah melalui situs resmi mereka. Media selebaran pun diupayakan pihak PLN demi menjaga keseimbangan informasi antara PT PLN dengan masyarakat. Selebaran atau brosur ini disebarkan melalui loket-loket pembayaran listrik.

Informasi dasar tentang langkah-langkah darurat yang telah disusun menjadi sebuah strategi inilah yang dijadikan peneliti sebagai data untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana sebenarnya krisis yang terjadi di

(8)

lingkungan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dan strategi apa yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk mengatasi situasi krisis ini.

Penelitian yang menyoroti manajemen krisis sudah pernah dilakukan di PT Pertamina (Persero) UP 4 Cilacap oleh Nur Aline Wisudani, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga pada tahun 2009. Penelitian yang mengangkat judul Manajemen Krisis Public Relations PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan IV Cilacap menggunakan metode studi kasus dengan analisis kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara mendalam. Hasil yang diperolah dari penelitian ini yaitu tidak ditemukannya fakta tersurat bahwa hupmas Pertamina UP IV Cilacap melakukan manajemen krisis berdasarkan tahapan-tahapan umum seperti issue management, planning-prevention, the crises, dan post crises. Mereka lebih berdasarkan pada intuisi dan gerak cepat. Namun segala hal yang dilakukan terkoordinir, dan kurang lebih sama dengan tahapan-tahapan manajemen krisis pada umumnya.

Berdasarkan uraian konteks masalah yang telah dijelaskan sebelumnya di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Strategi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara).

I.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah diatas maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Bagaimanakah strategi divisi public relations PT PLN (Persero) dalam menangani manajemen krisis di PT PLN (Persero) Sumatera Utara?”

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian ini memiliki arah yang lebih jelas maka perlu ditetapkan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemetaan krisis yang terjadi di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

(9)

2. Untuk mengetahui strategi manajemen krisis yang dilakukan public relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

I.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut dapat diungkapkan bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih baik secara teoritis, praktis maupun akademis.

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya materi dan perkembangan ilmu komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi motivasi bagi perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami krisis umumnya, secara khusus PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara agar lebih mempersiapkan dan meningkatkan strategi dalam menangani manajemen krisis.

c. Manfaat akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada Ilmu Komunikasi.

Referensi

Dokumen terkait

Pencucian cover, pengecatan tiang dan stang ornamen pada jalan lokal dan jalan lingkungan di wilayah Kelurahan Gandaria Selatan. Pencucian cover, pengecatan tiang dan stang ornamen

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa polimer termoplastik LLDPE dapat digunakan sebagai binder dalam pembuatan komposit magnet berbahan dasar

Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, Investasi, Tingkat Upah, dan Inflasi di Indonesia secara bersama - sama memberikan

Dari sekian wajib pajak Orang Pribadi yang baru terdaftar tersebut mempunyai kewajiban untuk melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadi di tahun 2009 menarik untuk

The analysis reveals that our sample of Indonesian coffee farmers prefer a certification scheme that offers a price premium, focuses on environmental conservation, offers price

Berdasarkan prevalensi kelainan retinopati diabetik yang tinggi dan besarnya dampak yang dapat ditimbulkan bila tidak tertangani dengan baik, maka penulis tertarik

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Hasil Daerah (PAD) dan Konsentrasi

Asas kelayakan merupakan asas terpenting pada pengupahan syariah selain asas keadilan. Dimana asas kelayakan upah merupakan penentu atas jaminan kehidupan pekerja/buruh