• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Umur Ekonomis Mesin Extruder Dengan Menggunakan Metode Biaya Tahunan Rata-Rata Pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Umur Ekonomis Mesin Extruder Dengan Menggunakan Metode Biaya Tahunan Rata-Rata Pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN EXTRUDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA PADA PT.

BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat TUGAS SARJANA

Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

Disusun oleh Yudha. W. H. Lubis

025204029

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN EXTRUDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA PADA PT.

BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat TUGAS SARJANA

Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

Disusun oleh Yudha. W. H. Lubis

025204029 Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Ir. Adil Surbakti) (Buchari ST, M. Kes) D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

RINGKASAN

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Pengolahan dan Perkebunan karet. Perusahaan tidak akan berproduksi tanpa adanya mesin-mesin produksi. Apabila salah satu mesin tidak dapat beroperasi dengan semestinya maka akan mengganggu kelancaran produksi. Kerusakan pada mesin tidak dapat ditentukan waktunya dengan pasti, hanya dapat diperkirakan dengan menentukan umur ekonomis mesin tersebut. Mesin yang dibahas dalam penelitian ini adalah mesin extruder.

Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah tingginya jumlah produk yang cacat, sehingga diperlukan pengendalian proses. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan Umur Ekonomis Mesin Extuder, menentukan besarnya biaya yang dibutuhkan mesin, mengetahui besarnya depresiasi terhadap biaya tahunan, penentuan pengembalian modal, menentukan biaya tahunan mesin dan menentukan biaya Down

Time mesin

Metodologi penelitian ini terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data dan metode pengolahan data

Tahap pengolahan data pada penelitian ini dimulai dari menentukan investasi mesin, menentukan biaya-biaya pemakaian mesin, data tingkat bunga (MARR). Setelah data didapat maka dilakukan pengolahan dengan mencari perhitungan pengembalian modal, perhitungan suku cadang bahan bakar untuk energi, down time dan upah tenaga kerja. Setelah data diatas diolah kemudian dilakukan penganalisaan biaya operasi dan

down time kemudian diramalkan. Dari hasil penganalisaan diatas dapat dicari pada

tahun keberapa mesin tersebut ekonomis dan berapa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

(4)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

RINGKASAN... i

KATAPENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan... I-1

1.2. Pokok Permasalahan... I-2

1.3. Tujuan Penelitian... I-3

1.3.1. Tujuan Umum...……. I-3

1.3.2. Tujuan Khusus...…… I-3

1.4. Pembatasan Masalah... I-4

1.5. Asumsi-asumsi yang digunakan... I-4

1.6. Metodologi Pengumpulan Data... I-4

(5)

BAB Halaman II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... II-1

2.1. Sejarah Beralihnya PT Goodyear Sumatera Plantation

ke PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate... II-1

2.2. Sejarah Ringkas Perusahaan... II-3

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-6

2.4. Lokasi Perusahaan... II-7

2.5. Daerah Pemasaran... II-8

2.6. Proses Produksi... II-9

2.6.1. Standar Mutu Produk... II-9

2.6.2. Bahan Yang Digunakan... II-19

2.6.3. Uraian Proses... II-20

2.7. Mesin Dan Peralatan... II-30

2.7.1. Mesin Produksi... II-30

2.7.2. Peralatan... II-34

2.7.3. Utilitas... II-39

2.7.4. Safty & Fire Protection... II-43

2.8. Struktur Organisasi... II-45

2.9. Pembagian Tugas Dan Tanggung Jawab... II-47

2.10. Jumlah Tenaga Kerja Dan Jam Kerja... II-62

2.10.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-62

(6)

(Lanjutan)

BAB Halaman

2.11. Sistem Pengupahan Dan Fasilitasnya... II-66

2.11.1. Sistem Pengupahan... II-66

2.11.2. Fasilitas Lainnya... II-67

III LANDASAN TEORI... III-1 3.1. Pendahuluan... III-1

3.2. Umur Ekonomis... III-1

3.3. Metode-metode Yang Digunakan... III-3

3.3.1. Metode Present Worth... III-4

3.3.2. Metode Annual Worth... III-5

3.3.3. Metode Minimum Alternatif Rate of Return... III-6

3.4. Langkah-langkah Pemecahan Masalah... III-6

3.4.1. Pengelompokan Biaya... III-6

3.4.2. Analisa Korelasi... III-11

3.4.3. Peramalan... III-14

3.4.4. Pengelompokan Biaya... III-20

IV METODOLOGI PENELITIAN... IV-1 4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian... IV-1

(7)

(Lanjutan)

BAB Halaman

4.3. Metode Pengumpulan Data... IV-1

4.4. Metode Pengolahan Data... IV-2

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1 5.1. Metode Pengumpulan Data... V-1

5.2. Pengumpulan data Data... V-1

5.2.1. Data Primer... V-2

5.2.2. Data Sekunder... V-3

5.3. Pengolahan Data... V-8

5.3.1. Perhitungan Deprisiasi Tahunan Mesin... V-8

5.3.2. Perhitungan Harga Akhir Mesin... V-9

5.3.3. Kerugian Mesin Akibat Tidak Beroperasi... V-11

5.3.4. Perhitungan Penggantian Suku Cadang Dan Pelumas.V-12

5.3.5. Perhitungan Bahan Bakar Untuk Energi... V-12

5.3.6. Perhitungan Upah Tenaga Kerja... V-13

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH... VI-1 6.1. Perhitungan Pengembalian Modal (CR)... VI-1

6.2. Perhitungan Biaya Operasi Tahunan... VI-3

(8)

(Lanjutan)

BAB Halaman

6.4. Analisa Korelasi... VI-6

6.5. Peramalan... VI-9

6.6. Perhitungan Biaya Operasi Mesin Tahunan Rata-rata... VI-10

6.7. Perhitungan Biaya ” Down Time” Tahunan... VI-12

6.8. Perhitungan Total Biaya Tahunan... VI-13

6.9. Perhitungan Umur Ekonomis……… VI-14

VII KESIMPULAN DAN SARAN... VII-1 7.1. Kesimpulan... VII-1

7.2. Saran... VII-1

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Luas Tiap Devisi PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate... II-26

Tabel 2.2. Kriteria Mutu Bahan Baku Yang Digunakan

PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate... II-10

Tabel 2.3. Spesifikasi Karet SIR 10... II-21

Tabel 2.4. Kriteria Plastik Untuk SIR 10... II-27

Tabel 2.5. Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Harian Dan Bulanan... II-64

Tabel 2.6. Jumlahn Tenaga Kerja Kelompok Tenaga Staf Dan Pimpinan.. II-65

Tabel 5.1. Spesifikasi Mesin Prebreaker... V-3

Tabel 5.2. Daftar Harga Awal Dan Haraga Akhir Mesin Prebreaker... V-4

Tabel 5.3. Biaya Pemakaian Suku Cadang Dan Pelumas Mesin Prebreaker ..V-5

Tabel 5.4. Data Pemakaian Bahan Bakar Mesin Prebreaker... V-6

Tabel 5.5. Data Jam Perbaikan Mesin Prebreaker... V-8

Tabel 5.6. Harga Akhir Mesin Prebreaker... V-10

Tabel 5.7. Lama Mesin Prebreaker Tidak Beroperasi (Down Time)... V-12

Tabel 5.8. Perhitungan Bahan Bakar Untuk Energi Mesin Prebreaker... V-13

Tabel 5.9. Perhitungan Upah Tenaga Kerja Untuk Mesin Prebreaker... V-14

Tabel 6.1. Perhitungan Pengembalian Modal Mesin Prebreaker... VI-3

Tabel 6.2. Perhitungan Biaya Operasi Mesin Prebreaker... VI-2

Tabel 6.3. Perhitungan Rata-rata Down Time Mesin Prebreaker... VI-6

(10)

(Lanjutan)

Halaman

Tabel 6.5. Persamaan Trend Dan Nilai MSE Untuk Biaya Down Time.... VI-10

Tabel 6.6. Perhitungan Biaya Operasi Tahunan Rata-rata

Mesin Prebreaker... VI-11

Tabel 6.7. Perhitungan Biaya Down Time Mesin Prebreaker... VI-12

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Lembar Blangket... II-12

Gambar 2.2. Uraian Produksi Pengolahan Karet... II-21

Gambar 2.3. Blok Diagram Pengolahan Crumb Rubber... II-29

Gambar 2.4. Struktur Organisasi... II-46

Gambar 3.1. Hubunan Antara Tahunan Dan Umur Ekonomis... III-3

Gambar 3.2. Pola Horizontal... III-15

Gambar 3.3. Pola Musiman ... III-16

Gambar 3.4. Pola Siklis... III-16

Gambar 3.5. Polaq Trend... III-17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perubahan Surat Keputusan... L-1

Lampiran 2. Surat Keputusan Karya Akhir... L-2

Lampiran 3. Surat Balasan Perusahaan... L-3

Lampiran 4. Berita Acara Bimbingan Karya Akhir... L-4

Lampiran 5. Form Permohonan Karya Akhir... L-5

Lampiran 6. Form Penetapan Karya Akhir... L-6

(13)

RINGKASAN

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Pengolahan dan Perkebunan karet. Perusahaan tidak akan berproduksi tanpa adanya mesin-mesin produksi. Apabila salah satu mesin tidak dapat beroperasi dengan semestinya maka akan mengganggu kelancaran produksi. Kerusakan pada mesin tidak dapat ditentukan waktunya dengan pasti, hanya dapat diperkirakan dengan menentukan umur ekonomis mesin tersebut. Mesin yang dibahas dalam penelitian ini adalah mesin extruder.

Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah tingginya jumlah produk yang cacat, sehingga diperlukan pengendalian proses. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan Umur Ekonomis Mesin Extuder, menentukan besarnya biaya yang dibutuhkan mesin, mengetahui besarnya depresiasi terhadap biaya tahunan, penentuan pengembalian modal, menentukan biaya tahunan mesin dan menentukan biaya Down

Time mesin

Metodologi penelitian ini terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data dan metode pengolahan data

Tahap pengolahan data pada penelitian ini dimulai dari menentukan investasi mesin, menentukan biaya-biaya pemakaian mesin, data tingkat bunga (MARR). Setelah data didapat maka dilakukan pengolahan dengan mencari perhitungan pengembalian modal, perhitungan suku cadang bahan bakar untuk energi, down time dan upah tenaga kerja. Setelah data diatas diolah kemudian dilakukan penganalisaan biaya operasi dan

down time kemudian diramalkan. Dari hasil penganalisaan diatas dapat dicari pada

tahun keberapa mesin tersebut ekonomis dan berapa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan persaingan

dalam dunia bisnis semakin tajam. Semua pihak berusaha mendapatkan teknologi

yang sesuai dengan biaya terendah.

Salah satu untuk mendapatkan biaya terendah adalah dengan

mengendalikan investasi, baik investasi awal maupun investasi lanjutan yang

antara lain berupa penggantian peralatan.

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang bergerak dalam bidang

perkebunan dan pengolahan karet (Crumb Rubber), memiliki peralatan-peralatan

yang memerlukan investasi awal dan biaya operasi yang cukup besar.

Keuntungan perusahaan sangat besar kaitannya dengan biaya produksi,

hingga peningkatan keuntungan sejalan dengan penurunan ongkos produksi.

Penurunan ongkos produk dapat dilaksanakan antara lain dengan cara menurunkan

biaya operasi mesin dan peralatan serendah mungkin. Salah satunya adalah

dengan melaksanakan penggantian peralatan tepat pada waktunya.

Apabila mesin dan peralatan tidak diganti sesuai dengan waktunya akan

mengakibatkan terganggunya proses produksi dan meninggikan biaya produksi

(15)

Secara teknis mungkin peralatan yang masih ada dapat dioperasikan dan

masih mempunyai kemampuan untuk berproduksi, tetapi secara ekonomis

mungkin tidak menguntungkan lagi. Artinya peralatan tersebut memang masih

dapat dipergunakan dalam proses produksi, tetapi kita harus mengeluarkan biaya

perawatan ekstra akibat dari kerusakan peralatan. Biaya perawatan tersebut berupa

penggantian suku cadang. Tetapi hal ini harus dianalisa lagi dengan perhitungan

matematis agar pihak perusahaan bisa menekan biaya produksi ditinjau dari

penggantian peralatannya.

Mesin Extruder yang menjadi pembahasan merupakan mesin yang sangat

mempengaruhi baik tidaknya mutu suatu produk, karena mesin Extruder ini mempunyai

fungsi dimana mesin ini mencincang butiran karet menjadi lebih halus sehingga pada

saat pemasakan di mesin Dryer akan masak semua sehingga tidak terjadi White Spot

atau bintik – bintik putih yang akan mempengaruhi mutu produk.

Perusahaan dapat menanggulangin permasalahan di atas dengan cara

menghitung umur ekonomis mesin Extruder tersebut

1.2. Pokok Permasalahan

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate mengalami masalah dalam hal

tingginya jumlah produk yang cacat sehingga diperlukan pengendalian proses dan

mutu produk yang lebih baik. Jumlah produk yang cacat mencapai satu pallet dimana

(16)

kemampuan operasional mesin Extruder. Untuk mencapai kemampuan operasional

mesin tersebut dapat dilakukan dengan menentukan umur ekonomis mesin.

Untuk melakukan penentuan umur ekonomis mesin Extruder ini caranya

adalah dengan penilaian kembali biaya-biaya yang telah dan seharusnya

dikeluarkan untuk pengoperasian peralatan yang terdiri dari biaya operasi,

depresiasi, investasi, kenaikan harga, down time. Hasil evaluasi akan menentukan

apakah mesin dan peralatan masih menguntungkan untuk dioperasikan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitin ini adalah menghitung umur ekonomis mesin

Extruder dengan menggunakan metode biaya tahunan rata-rata

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

- Menghindari besarnya biaya produksi yang lebih besar sehingga

keuntungan perusahaan akan lebih besar.

- Menentukan besarnya biaya yang dibutuhkan mesin, seperti biaya suku cadang,

pemakaian bahan bakar dan upah tenaga kerja.

- Mengetahui besarnya depresiasi terhadap biaya tahunan

(17)

1.4. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang akan dilakukan dapat menuju sasarannya perlu dibuat

beberapa batasan sebagai berikut :

1. Peralatan yang dibahas dalam tugas akademis ini adalah Extruder.

2. Untuk keperluan perhitungan, biaya-biaya dihitung berdasarkan constant

value pada tahun anggaran 2003.

3. Cara pengoperasian dan perawatan suatu mesin dan peralatan yang

diterapkan perusahaan dianggap sesuai dengan perawatan standar tidak

menjadi pembahasan dalam tugas akademis ini.

1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan

1. Tenaga kerja diasumsi memiliki ketrampilan yang cukup sehingga bila

terjadi kerusakan pada mesin dan peralatan tersebut adalah disebabkan

oleh alat itu sendiri.

2. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun sumber lain setelah

dipertimbangkan kelayakannya adalah benar.

1.6. Metodologi Pengumpulan Data

(18)

Dalam metoda analisa digunakan metoda deskriptis analitis. Metode ini

menyangkut pengelompokan data secara teratur dan terperinci, sehingga data

memberikan gambaran yang dapat dimengerti, selanjutnya kelompok-kelompok

dataini dianalisa dengan menghubungkan satu sama lain, kemudian ditarik

kesimpulannya. Bidang ilmu yang terutama digunakan dalam studi ini adalah

ilmuekonomi teknik dan statistik.

1.7. Sistematika Penulisan Karya Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan

karya akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, dan asumsi yang

digunakan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan secara singkat dan padat berbagai atribut dari perusahaan

yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan spesifikasinya, bahan

baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam

(19)

BAB III : LANDASAN TEORI

Menyajikan dan menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi teori

dan pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan dan

pemecahan masalah.

BAB IV :METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan

penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap

tahapan secara ringkas disertai diagram alirannya.

BAB V :PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Melakukan identifikasi data dan pengolahan data yang digunakan

sebagai dasar pada pembahasan masalah.

BAB VI :ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil pengolahan data dan untuk memperoleh penyelesaian

dari masalah yang ada.

(20)

Berdasarkan hasil analisis pemecahan masalah maka dapat diambil

kesimpulan dan saran.

BAB II

(21)

2.1. Sejarah Beralihnya PT. Goodyear Sumatera Plantations ke PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

Sejarah kronologis perusahaan perkebunan karet Goodyear Sumatera

Plantations adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1917 – 1923

Memulai usaha karet di Dolok Merangir, dan memperoleh konsesi

tambahan Aek Nabara dengan areal yang jauh lebih luas dari

pada yang dimiliki di Dolok Merangir lebih USD 10,000,000,-

dari seluruh dunia pada sekitar tahun 1930 – 1936 yang

menggunakan bahan okulasi.

2. Tahun 1942 – 1945

Penduduk Bala Tentara Jepang.

3. Tahun1946 – 1949

Kebun ini diusahakan oleh suatu badan yang diorganisir dan

dibawahi oleh Pemerintah Militer Belanda yang sama sekali tidak

menghasilkan Revenue.

4. Tahun 1950 – 1965

Goodyear menerima kembali miliknya pada tahun 1949 dan pada tahun

1953 kemudian NV. Goodyear Landbourw Maschpij ditukar

menjadi PT. Goodyaer Sumatera Plantations Coy. Ltd.

(22)

Akibat politik Dwikora yaitu pengganyangan terhadap Pemerintah RI

berdasarkan Panpres No. 6/ 1964 sehinnga lahirnya PD Ampera I

yang kemudian di lebur menjadi PPN Karet XVII.

6. Tahun 1967

Manajemen perusahaan ini diserahkan kepada pemiliknya dan

sebagaimana tercantum didalam perjanjian antara pemerintah RI

dengan pihak Goodyear Tire & Rubber Company tertanggal

10 Oktober 1967. Kebun Aek Nabara diserahkan kepada

negara dan sebagai gantinya kebun Dolok Ulu dan Naga

Raja yang sebelumnya milik negara diserahkan kepada

Goodyear. Mulai tahun 1971 ketiga perkebunan

tersebut adalah :

1. Naga Raja.

2. Dolok Merangir.

3. Dolok Ulu.

Dijadikan satu unit areal dan dibagi menjadi 4 division yang

luasnya masing-masing berukuran sama.

7. Tahun 9 Agustus 2005

Pemilikan saham PT. Goodyear Sumatera Plantations beralih

(23)

Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang merupakan

bentuk badan hukum yang berkedudukan di Indonesia.

2.2. Sejarah Ringkas Perusahaan

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang berada di Sumatera Utara

adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha perkebunan dan

pengolahan karet. Perusahaan ini didirikan karena semakin meningkatnya

kebutuhan akan karet.

Untuk ini banyak diusahakan orang menanam karet. Pemilihan lokasi didasarkan

atas keadaan tumbuh tanaman karet yang baik dan kemampuan pendirinya.

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan anak perusahaan dari

Bridgestone Tire and Rubber Company yang berpusat di Akron, Ohio, Amerika

Serikat. Bridgestone Tire and Rubber Company berawal di Amerika Serikat pada

tahun 1898 dan didirikan oleh 3 orang yang masing-masing bernama :

1. Mr. Siecberling.

2. Mr. Lifchfield.

3. Mr. Firestone.

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang terletak di Dolok Merangir

dibeli oleh perusahaan Bridgestone pada tahun 1916 dari Vrenide Indische

Cohounderneeming (VICO) dan langsung dipimpin oleh Mr. J. J. Blandeing.

Usaha penanaman pohon karet pertama kalinya di Dolok Merangir pada tahun

(24)

Pemerintah Hindia Belanda kepada perusahaan perkebunan swasta asing tentang

pemberian tanah dan hak Erfpacht untuk jangka waktu 75 tahun (pasal 51

Indische Staatsregeling). Pada tahun 1923 PT. Bridgestone Sumatera Rubber

Estate memperoleh konsensi tambahan di Aek Nabara dengan areal yang jauh

lebih luas dari pada yang dimiliki di Dolok Merangir. Lebih dari 10 juta dolar

dari seluruh investasi yang ditanam oleh PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

dipakai di Aek Nabara. Menurut catatan pada masa itu, inilah kebun karet yang

terbesar diseluruh dunia yaitu pada tahun 1930-1936 yang mana PT. Bridgestone

Sumatera Rubber Estate mempergunakan tanaman okulasi.

Sekitar tahun 1942-1945 merupakan masa pendudukan Jepang dan

perkebunan ini dikuasai oleh Jepang. Setelah Jepang kalah perang dan angkat

kaki dari Indonesia, perkebunan ini diusahakan oleh suatu badan yang diorganisir

dan dibawahi oleh pemerintah Militer Belanda yaitu sekitar tahun 1946-1949,

tetapi perkebunan ini tidak menghasilkan keuntungan. Setelah penyerahan

kedaulatan dari Belanda kepada pemerintah Indonesia, PT. Bridgestone Sumatera

Rubber Estate menerima miliknya pada tahun 1949 dan tahun 1953 berganti

nama dari NV. Bridgestone Landbow Maatschapaij menjadi PT. Bridgestone

Sumatera Rubber Estate.

Tahun 1965-1967 PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate diambil alih

pemerintah Indonesia berdasarkan Pempres No. 6/ 1964 sebagai akibat dari politik

(25)

alih dan namanya diganti dengan PP Ampera I yang kemudian dilebur menjadi

PPN Karet XVIII.

Pada tahun 1967 oleh Pemerintah Orde Baru, manajemen perusahaan ini

diserahkan kepada pemiliknya dan sebagaimana didalam perjanjian antara

Pemerintah RI dengan pihak Bridgestone Tire and Rubber Company tertanggal

10 Oktober 1967. Kebun Aek Nabara diserahkan kepada Negara dan sebagai

gantinya kebun Dolok Ulu dan Naga Raja yang sebelumnya milik Negara

diserahkan kepada Bridgestone. Tahun 1973 ketiga perkebunan tersebut adalah :

1. Dolok Merangir.

2. Dolok Ulu.

3. Naga Raja.

Ketiganya dijadikan satu unit dan dibagi 4 divisi yang luasnya masing-

masing sama. Pada tahun ini juga kebun Naga Raja dan Dolok Ulu beralih dari

PPN menjadi milik perusahaan Bridgestone. Perkebunan PT. Haboko Tea Coy

Aek Tarum diurus Bridgestone dari PT. Lonsum pada tanggal 1 Oktober 1982.

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang berkantor di Dolok

Merangir

Berjarak 20 km dari Pematang Siantar dan 108 km dari Medan. Saat ini PT.

Bridgestone Sumatera Rubber Estate menempati areal seluas 18.914,43 Ha yang

(26)

Tabel 2.1. Luas Tiap Divisi PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

No. Divisi Luas (Ha)

1.

2.

3.

4.

5.

Divisi I Naga Raja

Divisi II Dolok Merangir

Divisi III Dolok Ulu

Divisi IV Dolok Ulu

Divisi V Aek Tarum

3.643,14

3.679,42

3.629,42

2.892,85

4.430,00

Sumber : Kantor HRD PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir.

Divisi I-IV terletak di Kabupaten Simangulun dan divisi V terletak di

Kabupaten Asahan. Tiap divisi dikepalai oleh seorang manager. PT. Bridgestone

Sumatera Rubber Estate Division II Dolok Merangir mempunyai 3 (tiga) utama

yakni :

1. DX Factory.

2. DM Factory.

3. FM Factory.

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan perusahaan yang

(27)

merupakan sumber bahan baku utama pabrik disamping perkebunan-perkebunan

karet rakyat yang menjualnya ke perusahaan ini. Kegiatan penanaman karet

memakai jenis Havea Brasiliensis dan mengolahnya menjadi Crumb Rubber.

Adapun Crumb Rubber yang dihasilkan sesuai ketentuan mutu karet Indonesia

atau Standard Indonesia Rubber (SIR), yaitu :

a. SIR 5.

b. SIR 10.

c. SIR 20.

d. SIR 3 CV 50.

e. SIR 3 CV 60.

f. SIR 3 CV 70.

g. SIR 3 L.

2.4. Lokasi Perusahaan

Pabrik pengolahan Crumb Rubber PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

Dolok Merangir terletak di Pos Serbelawan, Kabupaten Simangulun, Propinsi

Sumatera Utara dan dibangun diatas areal tanah seluas 106.537,58 m2.

Dalam areal ini terdapat bangunan seperti Head Office, kantor Human

Resources Development (HRD), kantor Proccesing, kantor Quality Control

(28)

kantor AWS (Auto Work Shop), DX factory, Pallete Storage, Toilet, Mushola,

Parkir, Pos Satpam dan Laboratorium.

Areal pabrik PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir ini

mempunyai batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Timur, kebun karet PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.

- Sebelah Barat, pemukiman penduduk.

- Sebelah Utara, kebun karet PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.

- Sebelah Selatan, perumahan karyawan.

2.5. Daerah Pemasaran

Jenis Crumb Rubber yang dihasilkan merupakan jenis produk untuk tujuan

ekspor, dimana PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir adalah

tempat untuk proses pengolahan Crumb Rubber dan negara tujuan ekspor yang

utama adalah Jepang, tepatnya di kota Yokohama, Yokoichi, Hakata, dan Moji.

Tujuan ekspor ditentukan oleh kantor Bidgestone Tire and Rubber Company yang

ada di Singapura, dan umumnya setiap pemesanan akan dilakukan disini. Untuk

kebutuhan dalam negeri, PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate hanya

memproduksi karet yang berdasarkan pesanan dari kantor cabang Bridgestone Tire

and Rubber Company yang ada dibogor.

2.6. Proses Produksi

(29)

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate mempunyai standarisasi dalam

menghasilkan produk. Perusahaan ini juga selalu menjaga konsistensi mutu

produknya. Untuk mewujudkannya perusahaan telah mengimplementasikan Sistem

Manajemen ISO seri 9002 : 2000 dan telah memperoleh sertifikasi tertanggal 15

September 1994 dari lembaga akreditasi internasional terkemuka “LIoyd Register

Quality Company”, Inggris. Waktu proses untuk mendapatkan Sistem Manajemen

Mutu ISO 9002 :2000 di perusahaan ini adalah 18 bulan melibatkan semua unsur

dalam perusahaan mulai dari penanaman, pemeliharaan, pengeksploitasikan pohon

karet, hingga tahap pengolahan dan pemasaran hasil produk.

Arti dari sertifikasi yang didapat oleh perusahaan merupakan suatu sistem

mutu, model jaminan mutu dalam produksi dan pemasaran. Standar ini digunakan

bila telah tersedia suatu sistem desain yang sudah mapan bagi produknya.

Pengendalian untuk menjaga standar mutu produk PT. Bridgestone

Sumatera Rubber Estate ada beberapa kriteria mutu bahan baku yang diperlukan.

Kriteria dari mutu bahan baku dapat dilihat pada Tabel 2.2. berikut

Tabel 2.2. Kriteria Mutu Bahan Baku yang Digunakan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

(30)

C1 Cup Lump 1. Tidak boleh tercemar

(terkontaminasi) :

• Tanah dan lumpur.

• Tatal (sisa aliran getah yang

dideres pada batang pohon).

daun tidak lebih 5 pcs

perbongkah.

• Tidak adanya pupuk TSP,

bahan kimia lain, selain

Formic Acid (zat Perekat

pada karet).

• Besi, kawat, batu, goni,

plastic dll.

[image:30.595.98.501.111.480.2]

75 %-80 %

(31)

Grade Nama Keterangan DRC

C2 Cup lump

2. Mutu :

• Ash Content (kadar abu pada

karet) maximum 0,75 %.

• Dirt Content (kadar kotoran

yang terdapat pada karet)

maximum 0,1 %. 3

1. Tidak boleh tercemar

(terkontaminasi) :

• Tanah dan lumpur.

• Tatal, daun tidak lebih 5 pcs

perbongkah.

• Pupuk TSP, bahan kimia

lain, selain Formic Acid.

• Besi, kawat, batu, goni,

plastic dll.

2. Mutu :

• Dirt Content max. 0,2 %. • Ash Content max. 1,0 %.

75 %-80 %

(32)

Pada perusahaan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate ada beberapa

pengujian antara lain :

a) DRC (Dry Rubber Content = Kadar Karet Kering).

Adapun DRC yang ideal untuk mendapatkan hasil yang baik adalah antara

75 % - 80 %. (lihat Tabel 3.1.)

Adapun cara pengujian DRC adalah :

1. Giling 8 – 10 pass sampai kontaminasi terpisahkan dalam karet.

2. Dibagi menjadi beberapa bagian ± 2 – 2,5 kg setiap bagian.

3. Blending : Lipat 3 = 4 – 5 pass.

Lipat 2 = 2 – 3 pass.

Lembaran = 2 pass.

4. Tiriskan blanket ± 1 jam dengan k 75 % - 80 %.

5. Sampel :

Timbang blanket (Wt), potong sample 10 × 15 cm dari masing-masing blanket dan timbang dengan

ketelitian 0,1 gr.

Lembaran blanket dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :

[image:32.595.227.369.541.625.2]

Gambar 2.1 lembaran Blangket

6. Keringkan di oven laboratorium dengan suhu 120 ºC selama ± 1

(33)

7. Perhitungan :

Wt. Dry 10 × 15 cm

% K = ——————————

Sample 10 × 15 cm

% K × Wt. Blanket

% DRC = ——————————

Wt. Sample

dimana :

K = kadar blanket.

Untuk pengendalian mutu produk dilakukan sesudah produk jadi diberi

pembungkus plastik. Pada While Spot prosedurnya hanya dilihat secara visual saja

oleh operator pada bagian ini, bila ada White Spot dibuang dengan pisau kecil.

Alat untuk mendeteksinya adalah Metal Detector, prosedurnya adalah sebagai

(34)

1. Setiap produk jadi yang telah dibungkus diletakan pada ban berjalan

sehingga melewati pendeteksi, jika ada unsur logam maka Metal Detector

akan berbunyi.

2. Apabila mengandung unsur logam, maka oleh operator akan diperiksa.

3. Setelah diperiksa dengan cara membelah bagian yang mengandung unsur

logam, setelah didapat maka logam dibuang.

4. Bagian yang dibelah tadi dilewatkan lagi pada Metal Detector untuk

diperiksa lagi, apabila ada maka akan dilakukan prosedur sebelumnya

sehingga benar-benar didapat produk jadi tanpa ada unsur logam.

b) Dirt Content.

Pada proses ini dilakukan pengamatan kadar kotoran yang terdapat dalam

karet. Sampel yang diambil dari DX Factory lalu dibawa ke bagian pengendalian

mutu. Selanjutnya sampel dilarutkan dalam larutan mineral Terpentine dan larutan

disaring untuk memisahkannya dari kotoran yang terkandung dalam karet alam

tersebut. Setelah kering, kotoran ditimbang sebagai persentase kadar kotoran dari

karet.

Persiapan Peralatan :

1. Saringan 325 Mesh setelah dicuci bersih, dimasukan ke dalam Oven 100

(35)

menggunakan Slide Projector untuk memeriksa kerusakan dan memastikan

kebersihan saringan tersebut.

2. Labu ukur 500 mL isis dengan Mineral Terpentine sebanyak 230 mL dan

tambahkan 1,2 mL Curio TS ke dalamnya.

Prosedur Analisa :

1. Timbang sample 4× Blending ± 30 gram.

2. Tipiskan sebanyak 2 pass dengan celah rol 0,5 ± 0,1 mm lipat dua.

3. Timbang sample yang telah ditipiskan 10 gr ± 0,1 mg. Rajang menjadi ± 10

bagian dan masukan sampel ke dalam labu yang telah berisi Terpentine

dan Curio TS.

4. Panaskan labu beserta isinya di infrad red dengan suhu 120 – 130 ºC

hingga sampel melebur. Guncang labu dengan tangan secara perlahan.

5. Ketika sampel benar-benar larut sempurna, saring larutan yang masih

dalam keadaan panas ke saringan 325 Mesh secara perlahan. Dan pastikan

bahwa seluruh kotoran didalam labu telah tertuang dengan baik.

Sebelumnya timbang saringan dalam keadaan kosong dengan ketelitian 0,1

mg.

6. Siram labu dengan Washing Bottle untuk meluruhkan kotoran yang masih

terikat pada dasar labu agar masuk ke dalam saringan.

7. Cuci bagian luar saringan lalu masukan ke dalam Oven dengan suhu 100

(36)

8. Dinginkan bagian luar saringan lalu masukan ke dalam Oven dengan

ketelitian 0,1 mg.

9. Penentuan analisa :

M2 – M1

% DRC= ————— × 100 %

M0

Dimana : M0 = Berat sampel.

M1 = Berat saringan kosong.

M2 = Berat saringan + kotoran.

c) Ash Content.

Untuk Ash Content dilakukan pengamatan kadar abu yang terdapat

didalam karet. Sampel yang telah diambil dari DX Factory lalu dibawa ke Quality

Control Department (bagian pengendalian mutu). Selanjutnya sampel yang berada

dalam Crucible dipanaskan diatas Hot Plate. Setelah zat-zat yang tidak

dibutuhkan menguap, Crucible dipindahkan ke Muffle Furnace untuk dibawa

sehingga karbon didalamnya benar-benar terbakar habis dan yang tersisa hanya

abu.

(37)

Panaskan Crucible yangf bersih ± 30 menit didalam Muffle Furnace dengan

suhu 550 ºC ± 25 ºC. Biarkan dingin didalam Desiccator hingga mencapai suhu

ruangan.

Prosedur Analisa :

1. Timbang sampel ex Blending 5 gr ± 0,1 mg.

2. Masukan ke dalam Crucuble, sebelumnya timbang Crucible dalam keadaan

kosong.

3. Panaskan Crucible berisi sampel diatas Hot Plate didalm Fume cupboard.

4. Jika sampel telah terdekomposisi menjadi karbon, pindahkan ke Muffle

Furnace dengan suhu 550 ºC ± 25ºC. Pemanasan berlanjut selama 2- 2,5

jam dan setelah karbon teroksidasi yang tersisa hanya abu.

5. Keluarkan Crucible dengan penjepit secara perlahan dari Muffle Furnace.

6. Masukan ke dalam Desiccator hingga mencapai suhu ruangan.

7. Timbang Crucible berisi abu dengan hati-hati.

8. Penetuan Analisa :

M2 – M1

Ash Content = ————— × 100 %

M0

Dimana M0 = Berat sampel.

M1 = Berat Crucible kosong.

(38)

d) PO/PRI.

Plasticity Retention Index (PRI) atau penentuan elastisitas karet selama

penyimpangan. Penentuan nilai elastisitas pada sampel yang belum diusangkan

dan sampel yang diusangkan dengan memasukannya ke dalam oven pada suhu

140 ºC. PRI adalah nilai tengah elastisitas setelah dan sebelum pengusangan

dikali dengan 100.

Persiapan contoh :

1. Timbang sampel ex Blending 30 gr.

tipiskan sebanyak 3 pass dengan ketebalan 1,7 mm.

2. Lipat 2 dan permukaannya dengan tangan. Pastikan tidak terdapat lubang

dan gelembung udara.

3. Potong dengan Wallace Punch sebanyak 6 butir dengan tebal 3,2 -3,6 mm.

Gunakan Thickness Gauge untuk mengukur ketebalan.

4. 3 butir untuk analisa PO dan 3 butir untuk analisa PA.

Persiapan Peralatan :

1. Oven dengan suhu 140 ºC.

2. Plastimeter harus berada pada suhu 100 ºC ± 1 ºC.

3. Kertas TST berukuran 35 mm × 35 mm.

Pengusangan :

1. Pastikan Oven sudah mencapai suhu 140 ºC.

(39)

3. Setelah 30 menit ± 0,25 menit, keluarkan talam dari Oven.

4. Biarkan sampel mencapai suhu ruangan.

Prosedur Analisa :

1. Analisa PO dan PA dilakukan secara bersamaan, masukan sebutir sampel

diantara 2 lembar kertas TST dan letakan diantara 2 Plate Wallace yang

akan mengepresnya menjadi setebal 1 mm ± 0,01 mm.

2. Ketika Plate ditutup, jarum pengukur ketebalan harus berada pada posisi

nol.

3. Periode Pre-Heating adalah 15 detik.

4. Periode Pre-Heating, Plate akan berputar dengan kekuatan tekanan 100 N

± 1 N selama 15 detik ± 0,2 detik.

5. Setelah periode ini terdengar bunyi ketukan menandakan proses telah

selesai, maka lakukan pembacaan sebelum Drop- Back.

6. Penetuan Analisa :

7.

Pa

PRI = ————— × 100

P0

Dimana : Pa = Niiai sebelum pengusangan.

(40)

2.6.2. Bahan Yang Digunakan a. Bahan baku.

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk,ikut

dalam proses produksi dan memiliki presentasi terbesar dibanding bahan-bahan lainnya.

Bahan baku yang digunakan adalah Cump Lump (getah mangkuk). Cump Lump

didapat dari kebun sendiri yang dikelola oleh PT. Bridgestone Sumatera Rubber

Estate. Khusus untuk SIR 10 bahan baku yang digunakan oleh PT. Bridgestone

Sumatera Rubber Estate adalah kriteria getah Cump Lump mutu C1 dan C2.

b. Bahan penolong.

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksidan

ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk yang mana bukan bagian dari produk

akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah Air, untuk penggunaan Air

dilakukan dalam proses produksi yang bersih yang tidak banyak mengandung

zat-zat kimia dan kotoran.

Adapun kegunaannya dari pada Air ini :

- Mencuci bahan baku dari kotoran yang melekat seperti pasir, batu dan

kayu.

- Membuat larutan-larutan dari bahan kimia di laboratorium.

- Mendinginkan motor-motor pembangkit tenaga.

(41)

c. Bahan tambahan.

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang ditambahkan guna menyelesaikan suatu

produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk dimana bahan ini bagian akhir

dari produk. Bahan tambahan pada pabrik karet Bridgestone

1. Plastik.

Plastik digunakan untuk membungkus karet yang sudah selesai dipres

yang ditaruh dalam Pallet.

2. Pallet.

Sebahagian pembuatan Pallet dilakukan di perusahaan PT. Bridgestone

Sumatera Rubber Estate dan ada yang dipesan langsung dari Singapura.

Penggunaan Pallet (peti yang terbuat dari kayu) adalah untuk bandela yang telah

dipres dan dibungkus.

2.6.3. Uraian Proses

Proses pengolahan getah karet di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

untuk SIR 10 dilakukan di DX Factory.

Untuk spesifikasi karet SIR 10 yang harus dipenuhi dalam produksi dapat

[image:41.595.93.510.671.728.2]

dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Spesifikasi Karet SIR 10

No. Parameter Standard Indonesian

(42)

1

2

3

Dirt Content (kadar kotoran pada karet)

(% Max)

Ash Content (kadar abu yang terdapat pada)

(% Max)

Po/ PRI (Elastisitas karet selama dalam

penyimpanan) (Min).

0,10

0,75

30-60

Sumber : Kantor Adm. Processing PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

Untuk uraian proses produksi meliputi beberapa bagian, yakni :

Penerimaan

Penyortiran

Pencincangan

Pemotongan

Pengeringan

Penimbangan

(43)

Pengepresan

Packing

[image:43.595.244.357.108.287.2]

Penggudangan

Gambar 2.2. Uraian proses produksi pengolahan karet

Untuk lebih jelas uraian diatas akan diterangkan pada bagian berikut ini:

1. Penerimaan.

Data-data mengenai bahan baku yang dibawa ole truk harus diperiksa terlebih

dahulu oleh bagian penerimaan dengan menyesuaikannya dengan data yang ada

pada administrasi. Setelah diterima truk baru ditimbang pada bagian

penimbangan

2. Penyortiran.

Bahan baku dibawa truk ke jembatan timbang untuk melakukan timbang

isi. Kemudian truk menuju ke lapangan penumpukan, disini muatan truk

dibongkar dan disortir oleh pekerja berdasarkan grade yang telah

ditentukan perusahaan. Apabila ada bahan baku diluar ketentuan maka

(44)

3. Pencincangan.

Bahan baku dalam truk dibongkar dilapangan Precleaning 1–6 (LPC1 –

LPC6) untuk dicuci guna menghilangkan kotoran. Setelah dicuci bahan

baku dicincang agar bisa masuk ke mesin Pre Breaker. Lalu oleh operator

bahan baku diletakan di Belt Conveyor untuk dibawa menuju ke mesin

Pre Breaker, disini bahan baku dicincang menjadi ukuran yang kecil. Hasil

keluaran jatuh di bak pencucian, lalu dengan arus air aakan dialirkan

mengitari bak pencucian. Kemudian bahan baku dibawa dengan Bucket

Conveyor menuju Hidrocyclone. Bahan baku yang ada didalam

Hidrocyclone dipompakan menuju truk yang telah menunggu. Setelah terisi

penuh, truk menuju ke BIN. Di BIN bahan baku dimaturasi selama 1

minggu, selama maturasi di setiap BIN diambil sampel untuk di uji DRC

(Dry Rubber Content). Setelah 1 minggu, bahan baku di pindahkan ke

DX Factory dengan menggunakan CAT.

4. Pemotongan.

Di DX Factory, kembali bahan baku dipotong-potong untuk bisa

masuk kedalam mesin Pre Breaker I. Selanjutnya oleh operator diletakan

di Belt Conveyor untuk di bawa menuju ke mesin Pre Breaker I. Disini

bahan baku mengalami proses penekanan oleh Screw Press untuk melewati

Die Plate yang belubang-lubang dengan diameter lubang 38 mm. Bahan

yang keluar dari lubang-lubang Die Plate segera dipotong-potong oleh

(45)

dari mesin Pre Breaker I ini akan berpindah ke Rotary Screen dengan

bantuan air. Didalamnya, bahan baku disiram air dengan proses rotasi agar

menyaring kotoran yang masih ada. Selanjutnya kotoran akan jatuh ke

bagian Rotary Screen. Dengan bantuan aliran air bahan baku dibawa ke

bak penampungan, disini bahan baku disirkulasi oleh 2 unit pompa yang

secara kontinu memompakan air.

Dengan pensirkulasian ini dan ditambah adanya sekat yang

dipasang didasar bak maka bahan baku diharapkan bercampur secara

merata dan dilakukan selama 2 jam. Apabila bahan baku bercampur

homogen, maka Bucket Conveyor I yang ada didalam bak penampungan

membawa bahan baku ke Cyclone Tank I dan disni terjadi proses

pencucian bahan baku. Lalu bahan baku dibawa dengan Bucket Conveyor

II yang ada di Cyclone Tank I menuju mesin Pre Breaker II. Di mesin ini

bahan baku mengalami proses penekanan oleh Screw Press untuk melewati

Die Plate yang berlubang-lubang dengan diameter 32 mm. Bahan yang

keluar dari lubang-lubang Die Plate segera dipotong oleh pisau yang

berputar sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan keluaran dari mesin

Pre Breaker II akan berpindah ke Settling Tank I dengan bantuan air.

Bucket Conveyor III yang ada di Settling Tank I membawa bahan

baku ke mesin Hammer Mill. Pada mesin Hammer Mill, terjadi proses

pemotongan kembali hingga ukuran bertambah kecil. Keluaran dari

(46)

terjadi proses pencucian kembali. Selanjutnya bahan baku akan dibawa

oleh Bucket Conveyor IV yang berada di Settling Tank II menuju Ventury

Tank dan terjadi proses pencucian kembali.

Bucket Conveyor V yang ada di Ventury Tank membawa bahan

baku menuju ke mesin Extuder I. Di mesin ini bahan baku mengalami

proses yang sama pada Pre Breaker I hanya saja diameter lubang Die Plate

yang digunakan berdiameter 4 – 4,5 mm. Lalu dengan bantuan air, bahan

keluar dari mesin Extruder I dibawa dan ditampung di Cyclone Tank II.

Disni terjadi lagi proses pencucican kembali.

Bucket Conveyor IV yang ada di Cyclone Tank II membawa bahan

baku menuju ke mesin Extruder II dan kembali mengalami proses yang

sama terjadi di mesin Extruder I tetapi diameter lubang Die Plate adalah

2,4 – 3 mm. Pencucian bahan baku yang banyak dilakukan diantara mesin

Pre Breaker I sampai mesin Extruder II bertujuan agar bahan baku

benar-benar bersih dari unsur kotoran.

5. Pengeringan.

Pada bak penampung, butiran karet akan dipercikan larutan HaNS

10 %. Dari bak penampung, butiran karet dihisap ke Hidrocyclone Pump

dengan Blower dan dipompakan menuju Trolley. Butiran karet jatuh ke

dalam Trolley yang didalamnya terdapat 28 kotak (masing-masing

berukuran 75 cm × 40 cm × 25 cm). Ke dalam tiap kotak diisi sampai

(47)

sini butiran karet dimasak dengan suhu antara 120 ºC -135 ºC selama 190

menit.

Sumber panas yang digunakan berasal dari Burner yang

menyemburkan api dari pembakaran bahan bakar minyak. Untuk proses ini

digunakan 2 unit Burner, dimana Burner I bekerja secara kontinu dan

Burner II berfungsi sebagai pembantu Burner I. Apabila panas dalam ruang

pengering berkurang maka Burner II akan segera bekerja dan apabila

panas telah cukup maka Burner II ini akan berhenti. Setelah 190 menit

dalam mesin Dyer, maka Trolley akan keluar secara otomatis. Selanjutnya

Trolley didinginkan dengan bantuan kipas angin selama 15 menit agar

karet yang telah dikeringkan (bandela) dapat dipindahkan oleh operator ke

meja penumpukan dengan gancu.

6. Penimbangan.

Pada tahap penimbangan ini, bandela-bandela ditimbang sebanyak

3,5 kg. Lalu bandela yang telah ditimbang dipindahkan ke mesin Press.

7. Pengepresan.

Bandela yang beratnya 3,5 kg dipres di mesin Pres dengan tekanan

1500 PSi sehingga didapat bandela berbentuk bale dengan ukuran 61 × 34

× 20 cm.

8. Pembungkusan.

Bandela yang telah dipres kemudian dipindahkan ke meja inspeksi

(48)

dibungkus, petugas dari laboratorium akan mengambil sampel untuk uji

karakteristik mutu. Untuk pemeriksaan mutu diambil 1 sampel dari tiap

bandela.

Sampel yang diambil adalah dari kedua siku bandela yang

berhadapan. Berat kedua potongan adalah sekitar 600 gram. Selanjutnya

sampel dibawa ke laboratorium oleh petugas.

Selanjutnya bandela yang dibungkus dilewatkan oleh operator ke

Metal Detector untuk pengujian ada tidaknya logam. Setelah dilewatkan,

bandela diletakan dan disusun dalam Forming Box.

Bandela yang ada didalam Forming Box lalu dipindahkan ke

pengepresan, dimana Forming Box akan ditimpa oleh besi Pres seberat 1-2

ton selama 1 hari.

Setelah 1 hari, Besi Pres diangkat dari atas, dari Forming Box dan

bandela dikeluarkan lalu diletakan pada peti kayu yang disebut Pallet.

[image:48.595.120.511.582.666.2]

Dimana satu Pallet berisikan 36 bandela dan ini beratnya adalah 1260 kg.

Tabel 2.4. Kriteria Plastik Untuk SIR 10 Jenis Base

Colour

Printing Colour Dimension

(cm)

Additional

Marketing

SIR 10 Transparant Brown (4-5)×(40-50) JAPAN

(49)

9. Penggudangan.

Pallet dipindahkan ke Pallet Storage dengan menggunakan Forklift.

Di dalam gudang, Pallet kemudian ditempel kertas yang bertuliskan

alamat Pengiriman, Pallet lalu dibungkus dengan plastik.

Pallet yang dibungkus kemudian dimasukan ke dalam Metal Box

dengan menggunakan katrol secara manual. Lalu Pallet yang ada didalam

Metal Box disusun bertingkat dengan Forklift dan setelah selesai maka

akan menunggu untuk pengiriman.

Untuk lebih jelas tentang uraian proses, dilihat pada blok diagram

(50)

Penerimaan

Packing Pembungkusan Pengujian Sampel

Pengepresan Penimbangan Pendinginan Pengeringan Pemotongan IV

(pembutiran) Pencucian VI Pemotongan III

Pencucian V Pencucian I V Pencincangan Pencucian III Pemotongan II

Pencucian II Pencucian I Penyaringan Pemotongan I

Plastik

[image:50.595.138.453.103.674.2]

Pallet Air Air Air Air Air Air Air

(51)

2.7 Mesin Dan Peralatan 2.7.1. Mesin Produksi

Dalam era industrialisasi sekarang ini PT. Bridgestone Sumatera Rubber

Estate merupakan perusahaan yang menggunakan teknologi yang mengarah ke

sistem otomisasi dari segi mekanik maupun listrik, walaupun masih ada beberapa

bagian yang dilakukan secara manual. Dalam hal ini mesin merupakan sarana

utama pada proses pengolahan mulai dari bahan baku sampai produk jadi.

Adapun berbagai spesifikasi mesin yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Bagian pemotongan.

1. Pre Breaker I

Merk : Reinevelt

Type : Cheong Heng

Kapasitas : 1500 - 4000 kg/ jam

Power : Motor 60 HP; 220/ 380 V; 56,74 AMP; Cos

φ : 0,8; 50 Hz; 1450 Rpm

Die Plate Hole : 38 mm

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Memotong bahan baku menjadi ukuran

38 mm

2. Pre Breaker II

(52)

Type : Cheong Heng

Kapasitas : 1500 - 4000 kg/ jam

Power : Motor 60 HP; 220/ 380 V; 56,74 AMP; Cos

φ : 0,8; 50 Hz; 1450 Rpm

Die Plate Hole : 38 mm

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Memotong bahan baku menjadi ukuran 38

mm

3. Hammer Mill

Power : Motor 60 HP; 220/ 380 V; 85,11 AMP; Cos

φ : 0,8; 50 Hz; 1550 Rpm

Screen Hole : 35 mm

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mencincang bahan baku menjadi lebih kecil

hasil keluaran dari mesin Pre Breaker II

4. Extruder I

Merk : TECO

Type : 3213 RFE

Kapasitas : 600 - 700 kg/ hari

Power : Motor 40 HP; 380 V; 58,5 AMP;

(53)

Die Plate Hole : 4 mm – 4,5 mm

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mencincang bahan baku menjadi lebihkecil

lagi hasil keluaran dari mesin Hammer Mill.

5. Extruder II

Merk : TECO

Type : 3233 RFH

Kapasitas : 600 - 700 kg/ jam

Power : Motor 40 HP; 380 V; 58,5 AMP;

Cos φ : 0,8; 50 Hz; 1455 Rpm

Die Plate Hole : 2,4 mm – 3 mm

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mencincang bahan baku menjadi lebih kecil

dari Extruder I hingga keluaran berbentuk

butiran karet.

6. Dryer

Merk : KGSB

Kapasitas : 550 kg/ jam

Power : 220/ 450 V; 120 AMP; Cos φ 0,85

Jumlah : 1 unit

(54)

b. Bagian Penimbangan

Merk : Avery Birmingham

Type : 3213 BPE

Kapasitas : 35 kg

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Menimbang bandela yang telah dimasak.

c. Bagian Pengepresan

Merk : KGSB

Power : Motor 150 HP; 220/ 380 V; 14,18 AMP;

Cos φ : 0,8; 50 Hz; 2000 Rpm

Cylinder Pressure : 1.500 Psi

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk mengepres bandela supaya membentuk

Bale

2.7.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan merupakan sebagai alat bantu dalam

melancarkan proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku hingga

penyimpanan produk jadi.

Adapun pembagian peralatan menurut fungsinya adalah :

1. Peralatan Pendukung Proses Produksi.

(55)

1. Host Crane

Berfungsi sebagai alat transportasi untuk dipakai dalam

mengumpulkan bahan baku pada suatu tempat penumpukan

ke Belt Conveyor.

2. Belt Conveyor

Arus : 7,09 Amp

Daya : 5 HP

Kapasitas : 850 kg/ jam

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat transportasi untuk membawa bahan

baku ke mesin Pre Breaker I.

b. Bagian Pemecahan

1. Rotary Screen

Arus : 14,18 Amp

Daya : 2 HP

Kapasitas : 1500 kg/ jam

Voltase : 380 V

(56)

Fungsi : Alat untuk menyaring kotoran yang didalam

nya terjadi proses penyiraman bahan baku

karet.

2. Bucket Conveyor

Arus : 2,84 Amp

Daya : 2 HP

Kapasitas : 1000 - 2000 kg/ jam

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat trasportasi untuk membawa hasildari

Rotary Screen ke Cyclone Tank I.

3. Cyclone Tank I

Berfungsi mencuci bahan baku karet dari Rotary Screen.

4. Bucket Conveyor II

Arus : 2,84 Amp

Daya : 2 HP

Kapasitas : 1000 - 2000 kg/ jam

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat trasportasi untuk membawa hasildari

Cyclone Tank I ke mesin Pre Breaker

II.

5. Settling Tank I

(57)

6. Bucket Conveyor III

Arus : 2,84 Amp

Daya : 2 HP

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat trasportasi untuk membawa hasildari

Settling Tank I ke Hammer Mill.

7. Settling Tank II

Berfungsi Mencuci bahan baku karet dari mesin Hammer Mill.

8. Bucket Conveyor IV

Arus : 2,84 Amp

Daya : 2 HP

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat trasportasi untuk membawa hasildari

Settling Tank II ke Ventury Tank.

9. Ventury Tank

Berfungsi mencuci bahan baku karet dari Settling Tank II.

10.Bucket Conveyor V

Arus : 2,84 Amp

Daya : 2 HP

(58)

Fungsi : Alat trasportasi untuk membawa hasil dari

Ventury Tank ke Extruder I.

11.Cyclone Tank

Berfungsi mencuci bahan baku karet dari Extruder I.

12.Bucket Conveyor VI

Arus : 2,84 Amp

Daya : 2 HP

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat trasportasi untuk membawa hasil dari

Cyclone Tank II ke Extruder II.

2. Peralatan Laboratorium.

1. Peralatan pada percobaan kadar kotoran pada karet (Dirt Content).

a. Analitycal Balance.

b. Penjepit.

c. Lab Mill.

d. Gunting.

e. Labu Ukur.

(59)

g. Saringan 325 Mesh.

h. Ultrasonic Cleaner.

i. Pemanas Infra Red.

j. Slide Projector.

2. Peralatan pada percobaan kadar abu (Ash Content).

a. Analitycal Balance.

b. Oven.

c. Porcelain Crucible.

d. Hot Plate.

e. Desicator.

f. Gunting.

g. Muffle Furnace.

h. Penjepit.

i. Fume Cupboard.

j. Talam.

3. Peralatan penentuan elastisitas karet selama penyimpanan (Po/ Pri).

a. Plastimeter.

b. Kertas TST.

c. Oven.

d. Talam.

e. Lab Mill.

(60)

g. Wallace Punch.

h. Gunting.

2.7.3. Utilitas

Untuk mendukung proses produksi, dibutuhkan unit-unti pendukung.

Adapun unit-unit pendukung tersebut sebagai berikut :

1. Sumber Listrik.

PT. Bridgestone Sumtera Rubber Estate bersumber dari Perusahaan Listrik

Negara (PLN) dan generator. Sumber Listrik dari PLN digunakan dalam kegiatan

proses produksi, seperti menjalankan Bucket Conveyor, menyediakan arus listrik

pada mesin-mesin produksi dan fasilitas produksi lainnya.

Selain itu listrik PLN digunakan juga sebagai sumber penerangan pada :

a. Area kerja.

b. Kantor-kantor.

c. Perumahan staff karyawan yang terletak dekat lokasi pabrik.

2. Air.

Pemakaian air untuk proses pengolahan di Pabrik DX adalah sangat besar.

Hal inilah yang menyebabkan dalam pendirian pabrik selalu dicari tempat yang

potensi airnya mencukupi.

(61)

a. Untuk proses pengolahan Crumb Rubber pada setiap mesin dimana

setiap bahan baku yang keluar dari mesin baik ke Pre Breaker,

Hammer Mill dan Extruder akan dicuci dengan tujuan

menghilangkan kotoran-kotoran.

b. Sebagai bahan tambahan dan pencuci peralatan di laboratorium.

c. Sebagai bahan pendingin, pencuci dan perawatan instalansi peralatan

dan mesin-mesin.

Selain untuk keperluan pabrik, air juga digunakan untuk kebutuhan air

karyawan perusahaan terutama pada kamar mandi. Sumber air di PT. Bridgestone

Sumatera Rubber Estate bersumber dari 3 yakni :

• Sungai.

• Mata air dan sumur bor.

• Air limbah yang telah diolah di kolan limbah.

3. Auto Workshop (Bengkel)

Bengkel merupakan bengkel khusus yang disediakan oleh perusahaan

dalam rangka pemeliharaan, perawatan dan perbaikan alat-alat transportasi yang

sangat dibutuhkan dalam kelancaran proses produksi. Adapun alat-alat transportasi

yang banyak digunakan adalah :

- Dump Truck.

- Forklift.

(62)

Agar proses produksi berjalan lancar maka perlu adanya pemeliharaan dan

perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada mesin, peralatan dan

fasilitas produksi atau kantor. Untuk itu maka perusahaan dilengkapi beberapa

bengkel dengan tujuan perawatan korektif peralatan dan fasilitas produksi, dimana

perusahaan menyediakan unit perbengkelan berupa :

a. Bengkel mesin.

b. Bengkel listrik.

c. Bengkel umum.

Dalam bengkel ini terdapat alat-alat dan mesin-mesin seperti mesin frais,

mesin bubut, mesin ketam, mesin gerinda, las listrik dan berbagai mesin perkakas

lainnya. Dengan adanya bengkel ini, perusahaan dapat menekan biaya perbaikan

seminimal mungkin dan waktu perbaikan alat yang lebih singkat bila dikerjakan

oleh pihak lain.

4. Laboaratorium

Laboratorium di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate langsung

ditangani oleh bagian Quality Control Department. Laboratorium mempunyai

peranan yang sangat penting dalam menunjang mutu produk yang dihasilkan oleh

pabrik. Dengan adanya Laboratorium, maka dapat diadakan analisa yang teliti

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mutu produk.

Hasil analisa di informasikan ke bagian produksi sehingga dapat diketahui

(63)

adanya informasi yang diterima maka bagian produksi dapat mengambil

tindakan-tindakan yang diperlukan agar mutu produk tetap baik sehingga kerugian-kerugian

yang terjadi dapat dihindarkan.

5. Kolam Air Limbah

Kolam air limbah merupakan tempat penampungan air sementara dari

pabrik sebelum dialirkan ke sungai. Pada kolam air limbah ini, air dari pabrik

yang dicemari oleh unsur-unsur pencemar akan dinetralisir pada setiap kolam

yang berjumlah 6 unit. Pada kolam air limbah ini proses penyulingannya dengan

menggunakan proses Anaerob, yaitu proses sisa limbah tidak dapat di reduksi /

diurai oleh bakteri. Dimana setiap kolam akan mengurangi kadar-kadar unsur

pencemar tersebut. Sehingga pada kolam terakhir akan didapat air yang telah

memenuhi standard BOD dan COD sesuai dengan ketentuan.

2.7.4. Safety & Fire Protection

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan sebuah perusahaan

yang amat memperhatikan keselamatan kerja. Keselamatan kerja merupakan

sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat dan kematian yang diakibatkan

oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan hambatan-hambatan

yang sekaligus juga merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan

mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi beberapa saat dan hal ini

(64)

Salah satu untuk memperkecil biaya produksi adalah menggunakan

mesin-mesin yang dilengkapi alat pelindung guna memperkecil akibat yang ditimbulkan

mesin jika terjadi kecelakaan. Masalah keselamatan kerja harus benar-benar

diperhatikan pada saat perancangan dan bukan baru difikirkan kemudian setelah

pabrik didirikan.

Namun sekalipun pabrik sudah beroperasi, perecanaan tetap penting untuk

mencapai standard keselamatan kerja yang tinggi. Terdapat beberapa prinsip

dalam perencanaan keselamatan dan efisiensi produksi yaitu :

1. Ciptakan keadaan yang aman untuk berjalan di lantai produksi,

tangga-tangga, tempat dan daerah kerja, lorong-lorong dan sebagainya.

2. Sediakan lantai yang cukup bagi mesin dan peralatan.

3. Upayakan pencapaian seaman mungkin ke setiap tempat yang menjadi

tujuan tenaga kerja.

4. Fasilitas transport yang harus di sertai perlengkapan keselamatan.

5. Mengisolasi daerah-daerah yang berbahaya.

6. Tersedianya alat-alat pemadam kebakaran yang memadai pada berbagai

tempat yang rawan kebakaran.

Cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan

menggunakan peralatan pelindung diri pada jenis pekerjaan di lapangan. Alat-alat

pelindung diri meliputi :

• Kaca mata biasa dan kaca mata khusus bagi pekerja yang ada di

(65)

• Pelindung telinga khusus digunakan bagi pekerja yang mendapatkan

kebisingan dari mesin-mesin dan peralatan produksi.

• Sepatu pengaman berupa sepatu bots untuk melindungi pekerja dari

kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat, paku atau benda tajam,

lantai kerja yang licin dan sebagainya.

• Sarung tangan khusus untuk melindungi tangan si pekerja dari tusukan,

sayatan, terkena benda panas, bahan kimia, aliran listirk dan sebagainya.

Ini banyak digunakan di bagian Laboratorium.

• Pelindung pernafasan berupa masker khusus untuk melindungi pekerja dari

terhirupnya zat-zat kimia di bagian Laboratorium.

Khusus untuk Fire Protection, perusahaan menyediakan alat pemadam

pada tempat-tempat yang rawan kebakaran. Untuk pengamanan arus listrik maka

saklar-saklar harus ditempatkan pada posisi yang mudah dijangkau dan tertutup,

sekring harus pada panel tertutup, kabel listrik harus dipasang yang bagus agar

tidak terjadi korslet antar kabel dan putuskan listrik bila terjadi hal-hal yang

membahayakan keselamatan pekerja.

2.8. Struktur Organisasi Perusahaan

Pengorganisasian dari bagian yang berbeda-beda diperlukan struktur

organisasi yang akan memberikan pengertian yang mudah mengenai organisasi

(66)

Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap karyawan dan pimpinan

akan mengetahui batas kewajibannya, wewenangnya serta tanggung jawab yang

dilimpahkan kepadanya.

Pimpinanan tertinggi PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok

Merangir di Indonesia adalah Chairmant Of Board yang berkedudukan di Akron,

Ohio, Amerika Serikat.

Sturktur Organisasi perusahaan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

Dolok Merangir berbentuk struktur Garis dimana pembagian tugas dilakukan

dalam bidang atau area pekerjaan yang sesuai dengan fungsinya dan garis instruksi

berasal dari garis yang sama. Pegawai hanya mengenal satu atasan. Bawahan tersebut

hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya besdasarkan fungsi.

(67)

Gambar

Gambar 2.1. Lembar Blangket............................................................
Tabel  2.1.  Luas  Tiap  Divisi  PT.  Bridgestone  Sumatera  Rubber  Estate
Tabel  2.2.  Kriteria  Mutu  Bahan  Baku  yang  Digunakan  PT.  Bridgestone
Gambar 2.1 lembaran Blangket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini diperoleh bahwa Electrical Discharge Machine masih ekonomis atau menguntungkan digunakan sampai pada tahun 2026 dengan umur ekonomis 33 tahun dan total

Perhitungan peramalan biaya down time mesin press dapat dilihat pada seperti. pada

Dari perhitungan umur ekonomis yang dilakukan terhadap mesin perebusan, dapat diketahui bahwa umur ekonomis mesin perebusan adalah tahun 2017 artinya sampai dengan tahun

Untuk pemecahan masalah ini metode perhitungan yang digunakan adalah Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang digunakan untuk menghitung biaya operasional, penentuan tarif

Dalam tugas sarjana ini dicoba untuk melakukan perhitungan umur ekonomis Electrical Discharge Machine berdasarkan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan mesin

Penentuan kuantitas produksi yang ekonomis (Q) dan rata-rata proses (µ) dilakukan dengan meminimasi total ekspektasi biaya tiap unit tiap satuan waktu (ETC) yang terdiri dari

Data yang diperlukan unutk perhitungan umur ekonomis yaitu berkaitan dengan biaya operasional mesin, seperti biaya pemakaian energi, biaya operor mesin, biaya pemakaian pelumas,

Dari data dan hasil pengolahan data yang diperoleh setelah dilakukan peramalan dan analisa terhadap mesin boiler diketahui perkiraan Biaya Operasional dan Biaya Down