ANALISA BREAK EVEN POINT SEBAGAI DASAR DALAM
PERENCANAAN LABA PADA WARUNG AYAM GEPREK KRISPY DI
KECAMATAN CIMANGGIS DEPOK
Windy Atmawardani Rachman
Jurusan Sistem Informasi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
{windy@staff.gunadarma.ac.id}
ABSTRAK
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Break Even Point yang
dapat dijadikan tolak ukur untuk menaikkan laba atau untuk mengetahui penurunan
laba yang tidak mengakibatkan kerugian pada perusahaan dan nilai persentase
penjualan yang aman (margin of safety) pada Warung Ayam Geprek Krispy di
kecamatan Cimanggis, Depok. Penelitian ini menggunakan data primer yang berupa
data biaya-biaya, volume penjualan, dan harga jual. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Warung Ayam Geprek Krispy pada bulan Oktober 2020 telah mencapai titik
impas pada saat penjualan sebesar Rp 7.451.580,96, bulan November sebesar Rp
7.338.563,9 dan bulan Desember sebesar Rp 7.310.515,75. Untuk perhitungan margin
of safety bulan Oktober sebesar Rp 78.961.900,5. Margin of safety pada bulan
November sebesar Rp 86.261.436,1. Untuk perhitungan margin of safety bulan
Desember sebesar Rp 90.189.484,2.
Kata Kunci :
Break Even Point, Perencanaan Laba, Margin of Safety.
Pendahuluan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berperan penting dalam membantu
pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Analisis Break Even Point digunakan untuk
dapat memudahkan manajemen dalam dunia usaha dalam memperoleh informasi
mengenai besarnya jumlah penjualan minimal dan volume produksi yg harus dicapai
pada laba yang diharapkan, dengan kata lain “Analisis break even point (analisis impas)
merupakan salah satu teknik analisis yang menjelaskan hubungan antara keseluruhan
biaya total, laba yang diharapkan dan volume penjualan” (Riyanto, 2001:278).
Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan seperti “Berapakah tingkat penjualan minimum yang memastikan
perusahaan tidak mengalami kerugian” atau “berapa banyak penjualan bisa diturunkan
agar perusahaan masih terus untung”. Analisis Break Even Point (BEP) adalah analisis
tingkat penjualan di perusahaan yang akan menghasilkan keuntungan nol (tidak
menderita untung maupun rugi).
Dalam meneliti Break Even Point (BEP) kita bisa memperoleh informasi tentang
berapa jauh volume penjualan boleh turun, sehingga industri tidak rugi melalui Margin
Of Safety (MOS). Analisis Break Even Point (BEP) berhubungan erat dengan
pendapatan (revenue) dan hubungan biaya yang timbul pada berbagai tingkat volume.
Analisis Break Even Point (BEP) dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan
target keuntungan operasi.
Ayam Geprek Krispy merupakan salah satu usaha kecil menengah yang bergerak
dalam bidang kuliner yang terletak di daerah kecamatan cimanggis kota depok.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dalam penulisan
ini, penulis mengambil judul “ANALISA BREAK EVEN POINT SEBAGAI
DASAR DALAM PERENCANAAN LABA PADA WARUNG AYAM GEPREK
KRISPY DI KECAMATAN CIMANGGIS DEPOK”.
Landasan Teori
Pengertian Break Even Point
Menurut Bambang Riyanto (2011:359) mengatakan bahwa “Analisis Break Even
adalah suatu teknik analisa untuk mengetahui hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Menurut Kasmir (2011:332) mengatakan
bahwa “Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian.
Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan”.
Tujuan Analisis Break Even Point
Menurut Kasmir (2015;334) penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa
tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya).
2. Penentuan harga jual persatuan.
3. Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian.
4. Memaksimalkan jumlah produksi.
5. Perencanaan laba yang diinginkan.
Manfaat Pengukuran Break Even Point
Menurut Kasmir (2015;354) titik impas memiliki manfaat pengukuran titik impas,
yaitu untuk produksi baru, titik impas digunakan untuk melihat beberapa kebutuhan
kapasitas minimal agar perusahaan dapat dijalankan tanpa merugi. Serta Untuk produk
lama, titik impas digunakan untuk melihat akibat dari perubahan unsur biaya, harga
jual dan volume terhadap laba yang akan dicapai.
Kelemahan Break Even Point
Menurut Kasmir (2015;353) berikut ini ada beberapa kelemahan dari analisis titik
impas, yaitu:
1. Analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi terbatas.
2. Analisis titik impas bersifat statis.
3. Analisis titik impas tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir.
4. Analisis titik impas tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik.
5. Analisis titik impas (kurang) mempertimbangkan resiko-resiko yang terjadi selama
masa penjualan.
16
Metodelogi Penelitian
Objek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah Warung Ayam Geprek Krispy di daerah
kecamatan cimanggis kota depok. Usaha ini memiliki keunikan tersendiri, dengan
harga yang relatif murah kita bisa menikmati ayam dengan ukuran yang besar dan
nasi yang bisa dimakan sepuasnya.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data primer. Data
diperoleh dengan observasi langsung ke tempat usaha dan mewawancarai langsung
pemilik warung dan yang akan penulis bahas adalah rincian biaya variabel, biaya
tetap, dan biaya perlengkapan Warung Ayam Geprek Krispy.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan dengan mengadakan riset kepustakaan yang
menitikberatkan pada sumber tertulis seperti buku-buku jurnal ilmiah, buku
perpustakaan serta buku bacaan lain guna memperoleh landasan teori yang
memiliki keterkaitkan dengan masalah yang diteliti.
Kedua adalah pengumpulan data dengan cara teknik riset lapangan yaitu
dengan berkunjung langsung ke Warung Ayam Geprek Krispy di daerah kecamatan
cimanggis kota depok. Data yang diperoleh dengan melakukan observasi dan
wawancara untuk mendapatkan informasi dari sumber yang bersangkutan agar
data-data yang didapatkan lebih akurat.
Teknik Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
a. Break Even Point ( Unit )
b. Break Even Point (rupiah)
Biaya Tetap 1 – Biaya Variabel Pendapatan Penjualan Biaya Tetapc. Margin Of Safety (MOS)
d. Perhitungan Analisis Penutupan Usaha
Pembahasan
Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini merupakan data realisasi dan anggaran dari penjualan, biaya produksi, biaya tetap, biaya variabel dan harga jual pada usaha Warung Ayam Geprek Krispy periode Oktober sampai dengan Desember 2020. Berikut ini adalah tabel volume penjualan dan produksi selama bulan oktober – desember 2020 :
Tabel 1
Volume Penjualan dan Produksi Warung Makan Chiprek Bulan Oktober-Desember 2020
Keterangan Oktober November Desember
Volume Penjualan (Porsi)
6800 Porsi 7200 Porsi 7500 Porsi
Harga Jual/Porsi Rp.13.000 Rp.13.000 Rp.13.000 Total Penjualan Rp.88.400.000 Rp.93.600.000 Rp.97.500.000 Berdasarkan tabel 1 Warung Ayam Geprek Krispy pada bulan Oktober 2020 mampu menjual 6800 porsi dengan harga jual per porsi Rp 13.000. sehingga memperoleh total penjualan sebesar Rp 88.400.000; pada November 2020 mampu menjual 6800 porsi dengan harga jual per porsi Rp 13.000. sehingga memperoleh total penjualan sebesar Rp 93.600.000; pada Desember 2020 mampu menjual 7500 porsi dengan harga jual per porsi Rp 13.000. sehingga memperoleh total penjualan sebesar Rp 97.500.000
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Sesuatu yang Dibiayai A. Biaya Langsung
1. Biaya Bahan Baku
MOS (Rp) = Total Penjualan – Penjualan Saat Impas
MOS (%) = Total Penjualan – Penjualan Saat Impas x 100% Total Penjualan
Titik Penutupan Usaha = Biaya Tetap Kas Rasio Margin Kontribusi
Tabel 2
Biaya Bahan Baku Bulan Oktober – Desember 2020
No Bulan Jenis Bahan Baku Kebutuhan Bahan Baku Harga Persatuan Total Biaya 1 Oktober Daging ayam 680 ekor ayam 30.000 Rp.20.400.000 2 November Daging Ayam 720 ekor ayam 30.000 Rp.21.600.000 3 Desember Daging Ayam 750 ekor ayam 30.000 Rp.22.500.000
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan membayar tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam pengolahan untuk bahan baku menjadi produk jadi. Tenaga kerja yang bekerja pada Warung Ayam Geprek Krispy berjumlah 3 orang. Dimana setiap orang nya memperoleh gaji sebesar Rp 1.500.000 per bulan. jadi total Biaya Tenaga Kerja Langsung Warung Ayam Geprek Krispyper bulan adalah Rp 4.500.000
B. Biaya Tidak Langsung 1. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berfungsi untuk menunjang kegiatan produksi.
2. Biaya Bahan Penolong
Tabel 3
Klasifikasi Biaya Penolong Bulan Oktober 2020 No Jenis Kebutuhan Harga satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
1. Tepung dan Bumbu 24 hari 50.000 1.200.000
2. Beras 695kg 10.000 6.950.000 3. Cabai 30kg 62.000 1.860.000 4. Garam 15bks 2.000 30.000 5. Terasi 2bks 25.000 50.000 6. Bawang putih 3kg 30.000 60.000 7. Kecap 2bks 20.000 40.000 8. Minyak 96liter 12.500 1.200.000 9 Styrofoam 2400pcs 250 600.000 Total 11.990.000
Tabel 4
Klasifikasi Biaya Penolong Bulan November 2020
Tabel 5
Klasifikasi Biaya Penolong Bulan Desember 2020
Biaya Listrik
Pada periode Oktober 2020, total biaya pemakaiannya sebesar Rp.51.663. Warung Ayam Geprek Krispymengunakan listrik berdaya 900 Va. Rincian perhitungan biaya listrik yang dibayarkan oleh Warung Ayam Geprek Krispy adalah
No Jenis Kebutuhan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1. Tepung dan Bumbu 24 hari 50.000 1.200.000
2. Beras 720kg 10.000 7.200.000 3. Cabai 36kg 62.000 2.232.000 4. Garam 15bks 2.000 30.000 5. Terasi 2bks 25.000 50.000 6. Bawang putih 3kg 30.000 60.000 7. Kecap 2bks 20.000 40.000 8. Minyak 96liter 12.500 1.200.000 9 Styrofoam 2400pcs 250 600.000 Total 12.012.000
No Jenis Kebutuhan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1. Tepung dan Bumbu 24 hari 50.000 1.200.000
2. Beras 770kg 10.000 7.700.000 3. Cabai 36kg 62.000 2.232.000 4. Garam 15bks 2.000 30.000 5. Terasi 2bks 25.000 50.000 6. Bawang putih 3kg 30.000 60.000 7. Kecap 2bks 20.000 40.000 8. Minyak 96liter 12.500 1.200.000 9 Styrofoam 2400pcs 250 600.000 Total 12.512.000
Pada periode November 2020, total biaya pemakaiannya sebesar Rp.59.725. Warung Ayam Geprek Krispy mengunakan listrik berdaya 900 Va. Rincian perhitungan biaya listrik yang dibayarkan oleh Warung Ayam Geprek Krispy adalah :
Pada periode Desember 2020, total biaya pemakaiannya sebesar Rp.57.633. Warung Ayam Geprek Krispymengunakan listrik berdaya 900 Va. Rincian perhitungan biaya listrik yang dibayarkan oleh Warung Ayam Geprek Krispy adalah :
Biaya Peralatan dan Biaya Penyusutan Peralatan Tabel 6
Biaya Peralatan Warung Ayam Geprek KrispyBulan Oktober-Desember 2020 No Jenis Aktiva Unit
Harga Perolehan (Rp) UE (Thn) Biaya Depresiasi / Thn (Rp) Biaya Depresiasi / Bln (Rp)
1 Piring Rotan 3 lusin 108.000 2 54.000 4.500
2 Kertas Nasi 90bks 2.250.000 2 1.125.000 93.750 Biaya Abodemen PLN = (Daya/1000) x (Rp/kVA)
= (900/1000) x ( Rp.20.000)
= Rp. 18.000
Total = Biaya pemakaian + Biaya Abodemen = Rp. 51.663 + 18.000
= Rp.69.663
Pajak PJU = 3% x Total listrik tagihan listrik = 3% x Rp.69.663
= Rp. 2089,89 dibulatkan menjadi (Rp.2100)
Total Tagihan Listrik = Pemakaian + Abodemen + Pajak PJU + Admin Bank = 51.663+18000+2100+2500
= Rp. 74.263
Biaya Abodemen PLN = (Daya/1000) x (Rp/kVA) = (900/1000) x ( Rp.20.000)
= Rp. 18.000
Total = Biaya pemakaian + Biaya Abodemen = Rp59.725 + 18.000
= Rp.77.725
Pajak PJU = 3% x Total listrik tagihan listrik = 3% x Rp.77.725
= Rp. 2.331,75 dibulatkan menjadi (Rp.2300)
Total Tagihan Listrik = Pemakaian + Abodemen + Pajak PJU + Admin Bank = 59.725+18000+2300+2500
= Rp. 82.525
Biaya Abodemen PLN = (Daya/1000) x (Rp/kVA) = (900/1000) x ( Rp.20.000)
= Rp. 18.000
Total = Biaya pemakaian + Biaya Abodemen = Rp57.633+ 18.000
= Rp.75.633
Pajak PJU = 3% x Total listrik tagihan listrik = 3% x Rp.75.633
= Rp. 2.268,99 dibulatkan menjadi Rp.2300
Total Tagihan Listrik = Pemakaian + Abodemen + Pajak PJU + Admin Bank = 57.633+18000+2300+2500
3 Meja 4 set 2.400.000 7 342.857 28.571 4 Sendok 3lusin 21.000 2 10.500 875 5 Kompor 1 buah 460.000 2 230.000 19.166 6 Etalase 2 buah 2.500.000 7 357.142 29.761 7 Magicom 1 buah 1.100.000 5 220.000 44.000 8 Gelas 2 lusin 180.000 2 90.000 7.500 9 Kulkas 1 buah 2.800.000 7 400.000 33.333 Jumlah Rp 2.829.499 Rp 261.456 Data diolah oleh penulis
Berdasarkan uraian pada diatas, biaya depresiasi peralatan Warung Ayam Geprek Krispy pada bulan Oktober - Desember 2020 sebesar Rp 261.456.
Biaya Sewa Tempat
Ada biaya yang dikeluarkan atas penggunaan tempat. Biaya sewa yang dikeluarkan Warung Ayam Geprek Krispy yaitu sebesar Rp 4.000.000 / bulan
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya 1. Biaya Tetap
Tabel 7
Biaya Tetap Bulan Oktober-Desember 2020
No Keterangan Oktrober November Desember
1. Biaya Listrik 74.263 82.525 80.433
2. Biaya Penyusutan Peralatan
261.456 261.456 261.456
3. Biaya Tempat Sewa 4.000.000 4.000.000 4.000.000
Total 4.335.719 4.343.981 4.341.889
2. Biaya variabel
Tabel 8
Biaya Variabel Bulan Oktober-Desember 2020
No Keterangan Oktober November Desember
1 Biaya Bahan Baku 20.400.000 21.600.000 22.500.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 4.500.000 4.500.000 4.500.000 3 Biaya Overhead Pabrik :
a. Biaya Penolong b. Biaya Listrik Total Biaya Variabel
11.990.000 74.263 36.964.263 12.012.000 82.525 38.194.525 12.512.000 . 80.433 39.592.433 Biaya Variabel/ Bungkus 5.435,92103 5.304,79514 5.278,99107 Hasil Pembulatan Biaya
Variabel
Tabel 9
Perhitungan Laba – Rugi Warung Ayam Geprek Krispy
No Keterangan Oktober November Desember
1 Volume Penjualan 6800 porsi 7200 porsi 7500 porsi
2 Harga Jual/ Porsi Rp 13.000 Rp 13.000 Rp 13.000
3 Total Penjualan Rp 88.400.000 Rp 93.600.000 Rp 97.500.000 4 Biaya Variabel Rp 36.964.263 Rp 38.194.525 Rp 39.592.433 5 Laba Kontribusi Rp 51.435.737 Rp 55.405.475 Rp 57.907.567
6 Biaya Tetap Rp 4.335.719 Rp 4.343.981 Rp 4.341.889
7 Laba Bersih Rp 47.100.018 Rp 51.061.494 Rp 53.565.678 Sumber : Data diolah oleh penulis
Keterangan:
1. Total penjualan = Volume Penjualan x Harga Jual per Porsi 2. Laba Kontribusi = Total Penjualan – Biaya Variabel
3. Laba Bersih = Laba Kontribusi – Biaya Tetap
Berdasarkan tabel perhitungan laba / rugi diatas dapat dilihat bahwa pada penjualan Warung Ayam Geprek Krispy dengan total penjualan bulan Oktober sebesar Rp 88.400.000 akan diperoleh laba bersih sebesar Rp 47.100.018; penjualan bulan November sebesar Rp 93.600.000 akan diperoleh laba bersih sebesar Rp 51.061.494; penjualan bulan Desember sebesar Rp 97.500.000 akan diperoleh laba bersih sebesar Rp 53.565.678. Perhitungan Break Even Point
Dengan menggunakan perbandingan volume penjualan diatas, maka dihitung Break Even Point perusahaan melalui rumus yang sama dengan rumus Break Even Point seperti biasanya. Jadi, Break Even Point perusahaan dapat dihitung dengan rumus :
Besarnya Break Event Point atas dasar nilai penjualan bulan Oktober adalah
= Rp 7.451.580,96
= Rp 573,204521 Dibulatkan = 573 bungkus
Besarnya Break Event Point atas dasar nilai penjualan bulan November adalah
= Rp 7.338.563,9 BEP (unit) = = Rp 564,519948 Dibulatkan = 565 bungkus
Besarnya Break Event Point atas dasar nilai penjualan bulan Desember adalah
= Rp 7.310.515,75 BEP (unit) = = Rp 562,348012 Dibulatkan = 562 bungkus
Berdasarkan perhitungan titik impas diatas perusahaan dapat membuktikan apakah telah mencapai Break Even Point pada bulan Oktober dengan cara sebagai berikut:
Laba = Penjualan – Biaya Variabel/bungkus – Biaya Tetap
= (Rp 573,204521 Porsi x Rp 13.000) - (Rp 573,204521 Porsi x Rp 5.436) –
= Rp 7.451.658,77 – Rp 3.115.939,78 – = 0
Perhitungan Break Even Point pada bulan November dengan cara sebagai berikut:
= (Rp 564,519948 Porsi x Rp 13.000) - (Rp 564,519948 Porsi x Rp 5.305) –
= Rp 7.338.759,32 – Rp 2.994.778,32 – Rp = 0
Perhitungan Break Even Point pada bulan Desember dengan cara sebagai berikut:
Laba = Penjualan – Biaya Variabel/bungkus – Biaya Tetap
= (Rp 562,348012Porsi x Rp 13.000) - (Rp 562,348012 Porsi x Rp 5.279) –
= Rp 7.310.524,16 – Rp 2.968.635,16 – Rp = 0
Perhitungan Margin Of Safety
Berikut ini merupakan perhitungan Margin of Safety untuk bulan Oktober adalah: Margin Of Safety = Total Penjualan – Penjualan Saat Titik Impas (Rp)
= Rp 88.400.000 – Rp 7.451.658,77 = Rp 78.961.900,5 = Rp 78.961.900 (Hasil Pembulatan) Margin of Safety (%) = = 0,89323416 x 100 % = 89,323416 % = 89% ( Hasil Pembulatan ) Perhitungan Margin of Safety untuk bulan November adalah:
Margin Of Safety = Total Penjualan – Penjualan Saat Titik Impas (Rp) = Rp 93.600.000 – Rp 7.338.563,9 = Rp 86.261.436,1 = Rp 86.261.436 (Hasil Pembulatan) Margin of Safety (%) = = 0,92159654 x 100 % = 92,159654 % = 92% ( Hasil Pembulatan )
Perhitungan Margin of Safety untuk bulan Desember adalah:
Margin Of Safety = Total Penjualan – Penjualan Saat Titik Impas (Rp) = Rp 97.500.000 – Rp 7.310.515,75 = Rp 90.189.484,2 = Rp 90.189.484 (Hasil Pembulatan) Margin of Safety (%) = = 0,92502035 x 100 % = 92,502035 % = 92% ( Hasil Pembulatan )
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian pada bulan Oktober 2020 sebesar Rp 7.451.580,96 atau menjual 573 bungkus Ayam Geprek, bulan November sebesar Rp 7.338.563,9 atau menjual 565 bungkus Ayam Geprek dan bulan Desember sebesar Rp 7.310.515,75 atau menjual 562 bungkus Ayam Geprek. Jadi Warung Ayam Geprek Krispybulan Oktober sampai dengan Desember 2020 memiliki penurunan titik impas.
2. Berdasarkan hasil perhitungan penurunan persentase, maka Warung Ayam Geprek Krispy memiliki Margin Of Safety bulan Oktober sebesar Rp 78.961.900,5 dan untuk persentase margin of safety adalah 89,323416 % . perhitungan margin of safety pada penjualan bulan November sebesar Rp 86.261.436,1 dan untuk persentase margin of safety adalah 92,159654 % . perhitungan margin of safety pada penjualan bulan Desember sebesar Rp 90.189.484,2 dan untuk persentase margin of safety adalah 92,502035 %. Jadi Warung Ayam Geprek Krispy bulan Oktober sampai dengan Desember 2020 memiliki kenaikan margin of safety yang berarti kemungkinan penjualan mengalami kerugian akan semakin kecil.
Saran
Berdasakan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Warung Ayam Geprek Krispy sebaiknya menambah varian menu agar pelanggan dapat menikmati berbagai macam makanan bertujuan untuk mempertahankan pelanggan warung makan chiprek.
2. Warung Ayam Geprek Krispy sebaiknya bisa menjaga kestabilan kualitas produk agar volume penjualan tidak menurun.
Daftar Pustaka
Bustami, Bastian., dan Nurlela.2013. Akuntansi Biaya. Edisi Empat. Jakarta : MitraWancana Media.
Erinos. 2010. Akuntansi Manajemen. Sumatera Barat : UNP Press Padang.
Euis Farida.2016. Analisis Tititk Impas Sebagai Alat Perencanaan Laba JangkaPendek
pada Usaha Makaroni DungDung.penelitian ilmiah. Fakultas Ekonomi.Universitas
Gunadarma.
Herlianta Purba.2012. Analisa Break Even Point (BEP) Sebagai Perencanaan Laba pada
Konveksi BEPE. penelitian ilmiah. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers
Purwati, Ari., dan Darsono Prawironegoro. 2008. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana Media
Riyanto, Bambang. 2011.Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan.Edisi Keempat.yogyakarta.BPFE.
Sujarweni, V . Wiratna. 2015. Akuntansi Biaya Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Bagian Penerbit Baru Press.
Yulia Setia Ningsih.2016. Analisis Break Even Point sebagai Alat Perencanaan Laba
Jangka Pendek pada Bakmi DKI Cabang Rosliana. penelitian ilmiah. Fakultas
Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Florensy Panjaitan. 2017. Analisa Break Event Point (BEP) Sebagai Dasar Dalam