• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh : ULIFAH 073111317

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ABSTRAK

Ulifah (NIM : 073111317). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah Melalui Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Implementasi model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. 2) Adakah peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi pokok kalimat thayyibah melalui model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subyek penelitian berjumlah 21 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan tes, dokumentasi dan observasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT diimplementasikan dengan melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dengan langkah berpikir bersama dalam kelompok kecil untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dari permasalahan yang diberikankan guru. Dengan model ini guru mudah merangsang keaktivan peserta didik melalui pemberian tugas atau pertanyaan yang dikerjakan oleh peserta didik secara bersama-sama dalam kelompok kecil. Guru juga mudah memantau aktivitas peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam Aqidah Akhlak. 2) Ada peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi pokok kalimat thayyibah melalui model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Peningkatan prestasi tersebut terlihat dari nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik dan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata peserta didik adalah 71,76 dengan ketuntasan belajar sebesar 80,95%, dan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 78,48 dengan ketuntasan belajar mencapai 95,24%.

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi guru maupun praktisi pendidikan yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dapat menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) ini dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat model pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

(3)

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah Melalui Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011)

Nama : Ulifah

NIM : 073111317

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing,

Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A. NIP. 19640308 199303 1 002

(4)

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387

PENGESAHAN

Naskah Skripsi dengan:

Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah Melalui Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011)

Nama : Ulifah

NIM : 073111317

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewa Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salash satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, Maret 2011

Ketua, Sekretaris,

_________________ _________________

NIP: NIP:

Penguji I, Penguji II,

_________________ _________________

NIP: NIP:

Dosen Pembimbing,

Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A. NIP. 19640308 199303 1 002

(5)

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Maret 2011 Deklarator,

Ulifah

(6)

MOTTO























Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan perasaan si penerima. Allah maha kaya dan Maha penyantun.

(Q.S. Al-Baqarah: 263)1

1

(7)

persembahkan kepada mereka orang yang telah membuat hidup ini menjadi berarti.

1. Kedua orang tua yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan baik moril maupun materiil dan tidak pernah bosan mendoakan penulis dalam menempuh studi dan mewujudkan cita-cita.

2. Suami tercinta yang dengan sabar menemani dan membimbing penulis. 3. Putra putri tercinta yang selalu ada di hati.

4. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi kesuksesan penulis.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah Melalui Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) (Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011)”.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil maupun spiritual. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang beserta stafnya.

2. Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A., selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi..

3. Kepala MI Brangsong Kendal beserta jajarannya yang berkenan memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian ini.

4. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.

5. Bapak dan Ibu yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu, baik moril maupun materiil dan memberikan do’a yang tiada henti-hentinya kepada Allah untuk memohonkan keberkahan dan kesuksesan bagi penulis. Dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu.

(9)

ii

dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Semarang, Maret 2011 Penulis,

Ulifah

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Penegasan Istilah ... 6

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : KERANGKA TEORI A. Prestasi Belajar ... 9

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 9

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 9

B. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI ... 12

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 18

D. Kerangka Berpikir ... 21

(11)

ii

D. Metode Pengumpulan Data ... 29 E. Teknik Analisis Data ... 30 F. Indikator Keberhasilan ... 31

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Awal ... 32 B. Hasil Penelitian ... 34 C. Pembahasan ... 40 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 46 B. Saran-saran ... 47 C. Penutup ... 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan keterampilan. Di antaranya adalah “keterampilan membelajarkan dan keterampilan mengajar”.1 Namun dalam menciptakan pembelajaran yang baik ini tentunya disesuaikan dengan budaya dan sumber-sumber yang dimilikinya, dengan sedikit rekayasa dari pendidik untuk menjadikannya sebagai media/sumber belajar yang berdayaguna.

Metode sebagai salah satu komponen yang utama harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar. Sebagai upaya perbaikan hasil belajar peserta didik dapat diupayakan secara maksimal dengan cara memilih metode yang tepat untuk suatu materi pelajaran terutama pelajaran Aqidah Akhlak. Guru perlu mengenal beraneka macam metode yang ada, agar dapat melakukan metode yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari pelajar tersebut. Masing-masing metode mempunyai ciri khas yang berbeda antara metode yang satu dengan metode yang lainnya. Dengan mengenal dan menguasai sifat-sifat dari suatu metode, kita mampu mengkombinasikan beberapa metode sekaligus untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Selama ini metode ceramah masih dominan digunakan para pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, juga adanya ketidakaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran terutama mata pelajaran Aqidah Akhlak. Peserta didik sekedar mengikuti pelajaran Akidak Akhlak yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengar ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan peserta didik kepada guru sebagai feed back.

1

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 69

(13)

Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan agama Islam khususnya Aqidah Akhlak adalah bagaimana mengimplementasikannya, bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi Aqidah Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian peserta didik agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dalam kehidupannya yang senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia di manapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja.2 Untuk mengatasi permasalahan di atas dibutuhkan proses pembelajaran yang tepat. Salah satu kesulitan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran adalah disebabkan penggunaan metode pembelajaran yang kurang mendapat perhatian anak didik, mungkin karena terlalu monoton, kaku, terkesan memaksa, bahkan tersedianya perangkat pembelajaran yang kurang atau ada tetapi belum difungsikan.

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM) bergantung pada model yang digunakan oleh gurunya. Jika model mengajar guru enak, maka peserta didik akan tekun, rajin, dan antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik baik tutur katanya, sopan santunnya, motoriknya dan gaya hidupnya. Salah satu model yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang merupakan strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dalam kelompok dan memungkinkan peserta didik saling membantu dalam memahami konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman sebagai masukan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal.

Pembelajaran kooperatif mengupayakan peserta didik mampu mengajarkan sesuatu kepada peserta didik lainnya, mengajar teman sebaya,

2

Djamaludin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam: Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, (Semarang: RaSAIL, 2006), hlm.80.

(14)

3

memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan pada waktu bersamaan, peserta didik menjadi nara sumber bagi peserta didik lain. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi dalam kelas. Pembelajaran kooperatif menekankan pada pembejaran dalam kelompok kecil, peserta didik belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap peserta didik yang rendah hasil belajarnya, karena peserta didik yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama.3

Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik peserta didik terlebih dahulu dilatih keterampilan-keterampilan kooperatif sebelum pembelajaran kooperatif itu digunakan. Hal ini dilakukan agar peserta didik telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk satuan pembelajaran tertentu. Keterampilan kooperatif yang dilatihkan diantaranya: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau menanggapinya, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya. Dengan diterapkannya metode ini, diharapkan dapat membantu para guru agama dalam mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia yang benar-benar mempunyai kualitas keberagamaan yang kuat yang dihiasi dengan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan memberikan tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil peserta didik dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan membantu menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim belajar di kelas. karena hal yang demikian itu bisa mewujudkan dan meningkatkan rasa percaya diri peserta didik yang memiliki kemampuan rendah, menciptakan kebersamaan serta dapat saling melengkapi dengan demikian maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai.

3

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 228.

(15)

Bermacam-macam model pembelajaran dapat digunakan oleh guru dan masing-masing model pembelajaran ada kelemahan dan keuntungannya. Tugas guru ialah memilih model pembelajaran yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar Aqidah Akhlak adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Numbered Head Together NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992. Metode ini juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama antar siswa.4

Peneliti memilih model pembelajaran ini karena mempunyai keunggulan di antaranya melibatkan peserta didik dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut, meningkatkan keyakinan ide atau gagasan sendiri, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan juga meningkatkan pandangan peserta didik terhadap guru yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.

Peserta didik yang aktif akan terlibat kesungguhannya dalam belajar dan seorang peserta didik semakin mampu mempersiapkan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan teliti. Makin mampu memberikan keterangan yang masuk akal, berarti ia makin mampu belajar dari kerja kelompok tersebut. Memberikan keterangan yang bagus dan masuk akal pada anggota yang lain lebih penting dibandingkan dengan hanya menerima keterangan dari orang lain, dengan memberikan keterangan yang benar berarti ia belajar.

4

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 59

(16)

5

Maka dalam penelitian ini penulis selain meneliti prestasi belajar juga aktivitas belajar peserta didik, karena keduanya saling keterkaitan. Aktivitas belajar peserta didik yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah keterlibatan dalam proses belajar mengajar (tatap muka). Keaktifan peserta didik tercermin dari partisipasi/respon mereka baik dalam bertanya, menjawab pertanyaan guru, menanggapi permasalahan maupun materi yang diajarkan, mencari/melengkapi contoh yang mutakhir (up to date). Baik merespon guru maupun sesama peserta didik yang lain. Suasana pembelajaran yang dinamis akan terlihat apabila antar anggota dalam satu kelompok saling mengemukakan paparan dan argumennya secara teratur.

Penelitian tindakan kelas ini peneliti terapkan di MI Brangsong Kendal. Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses belajar mengajar dan hasil prestasi belajar Aqidah Akhlak Kelas IV, ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya: pertama, model pembelajarannya masih satu arah (ceramah) belum bervariasi sehingga pelajaran yang seharusnya dikuasai dengan baik oleh peserta didik hasilnya kurang optimal. Kedua, aktivitas belajar peserta didik juga masih rendah dan peserta didik cendeurng pasif. Hal ini disebabkan karena peserta didik tidak merasa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka penulis mencoba mengangkat skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI POKOK KALIMAT THAYYIBAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) (Studi Tindakan Pada Kelas IV MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011)”.

B. Identifikasi Masalah

Kondisi proses belajar mengajar Aqidah Akhlak yang ada di MI Brangsong Kendal masih diwarnai dengan model belajar satu arah (ceramah) sehingga tidak merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga membosankan. Padahal keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Oleh

(17)

karena itu perlu diterapkan konsep pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah NHT (Numbered head together).

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, peserta didik atau peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi ini akan terjalin komunikasi di mana peserta didik saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya. Penerapan model NHT ini pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sendirinya akan menggerakkan aktivitas belajar peserta didik yang akan berdampak positif pada nilai kognitif.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan persepsi di antara pembaca, maka perlu dijelaskan maksud dari judul penelitian ini.

1. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ”upaya” diartikan sebagai usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud, akal, ikhtiar.5 Sedangkan kata meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf), mempertinggi, memperhebat.6 Jadi upaya disini dipahami sebagai usaha untuk menuju yang lebih baik.

Hakikat prestasi belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.7 Prestasi belajar Aqidah Akhlak merupakan hasil yang telah

5

Suharno dan Ana Retnoningsih, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), cet. 3, hlm. 620

6

Ibid, hlm. 574

7

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 3

(18)

7

dicapai peserta didik setelah melakukan perbuatan belajar Aqidah Akhlak. Dari beberapa definisi di atas dapat dipamahi bahwa yang dimaksud disini adalah usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam penelitian ini upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan menggunakan metode yang lebih kreatif yaitu metode NHT (Numbered Head Together).

2. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan berbagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.8 Pembelajaran dengan menggunakan model NHT diawali dengan numbering (penomoran), mengajukan pertanyaan, berpikir bersama (berdiskusi), dan menjawab pertanyaan.9

Model pembelajaran NHT ini merupakan salah satu dari sekian banyak teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Lie “model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.10

Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud judul dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas IV MI Brangsong Kendal tahun pelajaran 2010/2011 melalui implementasi model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Head Together) secara sistematis dan terprogram.

8

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 62

9

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 92.

10

(19)

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi model pembelajaran NHT di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Apakah dengan model pembelajaran NHT bisa meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi pokok kalimat thayyibah di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui: 1. Implementasi model pembelajaran NHT di MI Brangsong Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011.

2. Adakah peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi pokok kalimat thayyibah melalui model pembelajaran NHT di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas belajar yang benar dan dapat berbagi pengalaman juga memecahkan permasalahan secara bersama-sama, selain dengan guru.

2. Bagi guru, penerapan pendekatan kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan hal yang belum umum dilakukan oleh para guru di sekolah. Karena itu, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru-guru yang terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih inovatif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru yaitu penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar peserta didik.

(20)

9 BAB II

PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar mengandung dua kata yakni prestasi dan belajar. Oleh karena itu sebelum pengertian prestasi belajar dibicarakan ada baiknya kedua kata itu dijelaskan artinya satu persatu. Secara bahasa kata “prestasi” diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.1

Sedangkan belajar menurut Morgan adalah “relatively permanent change in behavior which occurs as result of experience or pratice”. 2 Yang berarti belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar sebagai suatu proses, ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan ini memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Perubahan yang relatif lama tersebut disertai dengan berbagai usaha seperti membaca, pengamatan, eksperimen dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, pada intinya belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat menetap.

Belajar merupakan suatu efektifitas jiwa yang sadar akan tujuan. Tujuan adalah terjadinya sesuatu perubahan dalam diri individu. Perubahan yang dimaksud tentu saja menyangkut semua unsur yang ada

1

Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 390

2

Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971), hlm. 2

(21)

belajar, setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan lain sebagainya.

Kemudian secara istilah, prestasi belajar adalah ”terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.”3

Sedangkan menurut A.J. Romiszowski seperti dikutip Mulyono Abdurrahman prestasi belajar merupakan ”keluaran (outputs) dari suatu sistem proses masukan (inputs). Outputs tersebut berasal dari berbagai macam informasi sedangkan inputs adalah perbuatan atau kinerja (performance)”.4

Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik dari mempelajari suatu ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau simbul.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemprosesan (keluaran atau output). Faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam diri peserta didik.5

Meskipun begitu ada faktor dari luar peserta didik yang juga mempengaruhi prestasi belajar mereka. Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu faktor internal atau faktor yang datang dari diri individu itu sendiri dan faktor eksternal atau faktor yang datang dari luar individu. Faktor-faktor internal antara lain faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan

3

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 3

4

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 38.

5

Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), hlm. 1.

(22)

11

lain. Sedangkan faktor-faktor eksternal antara lain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.6

Pengukuran prestasi belajar dilakukan melalui penilaian, dan proses penilaian ini salah satunya dipengaruhi oleh metode mengajar.7 Dalam artian metode pembelajaran yang digunakan guru sangat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Pemilihan metode yang tepat dapat membantu peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga akhirnya prestasi belajarnya dapat meningkat.

B. Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Secara syara’ Aqidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasulnya dan kepada hari akhir serta kepada Qadar yang baik maupun yang buruk.8 Hal ini juga disebut sebagai rukun iman. Sedangkan kata akhlak adalah jamak dari kata khilqun atau khulqun yang berarti perangai, kelakukan, tabiat, watak dasar.9

Ibnu Miskawaih seperti dikutip Abudin Nata menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.10 Jadi ilmu akhlaq adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik dan atau buruk.11

Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan

6

Nana Sudjana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 6

7

Ibid., hlm. 6

8

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. hlm. 30

9

Lihat Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 2

10

Ibid., hlm. 3

11

(23)

suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.12

Jadi pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu sub dari pendidikan Agama Islam yang diajarkan di madrasah yang berisi tentang materi keimanan dan perilaku manusia yang baik dan buruk.

2. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a. Menumbuhkembangkan Aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai Aqidah Islam.13

Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula,

12

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah bab VI, hlm. 21

13

(24)

13

untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

3. Materi Aqidah Akhlak Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Materi Aqidah Akhlak untuk kelas IV Madrasah Ibtidaiyah adalah tentang kalimat thayyibah, beriman kepada kitab-kitab Allah, membiasakan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela. Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut:14

Kelas IV, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Memahami kalimat

thayyibah (inna lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun) dan al-asma’ al-husna (al-Mukmin, al-Azhim, al- Haadii, Adlu, dan al-Hakam)

1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (inna lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun)

1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Mukmin, al-Azhim, al- Haadii, al-Adlu, dan al-Hakam) 2. Beriman kepada

kitab-kitab Allah

2.1 Mengenal kitab-kitab Allah

3. Membiasakan akhlak terpuji

3.1 Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari 3.2 Membiasakan sikap tabah dan sabar

dalam menghadapi cobaan melAlui kisah Mashithah

4. Menghindari akhlak tercela

4.1 Menghindari akhlak tercela melalui kisah Tsa’labah

Kelas IV, Semester 2

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 5. Memahami kalimat

thayyibah

(assalaamu’alaikum) dan al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)

5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (assalaamu’alaikum) 5.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat

Allah yang terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)

6. Beriman kepada Rasul Allah 5.1 Mengenal Rasul dan Nabi Allah 7. Membiasakan akhlak

terpuji

7.1 Membiasakan akhlak sidik, amanah, tablig, fatanah dalam kehidupan sehari-hari

14

(25)

teman dalam kehidupan sehari-hari 7.3 Mencintai dan meneladani akhlak

mulia lima Rasul Ulul Azmi 8. Menghindari akhlak

tercela

8.1 Menghindari sifat munafik dalam kehidupan sehari-hari

4. Indikator Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Materi Pokok Kalimat Thayyibah

Indikator prestasi belajar Aqidah Akhlak meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Indikator dari tiap aspek tersebut adalah:

a. Aspek kognitif

1) Peserta didik mampu menjelaskan kalimat thayyibah (assalaamu’alaikum) dan Asma’ husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)

2) Peserta didik mampu mengidentifikasi sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)

b. Aspek afektif

1) Peserta didik mampu membiasakan diri mengucapkan assalaamu’alaikum

2) Peserta didik mampu menghayati sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif) c. Aspek psikomotorik

1) Peserta didik memiliki kecakapan mengucapkan assalaamu’alaikum dan Asma’ husna (as-Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)

2) Peserta didik mampu menerapkan sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif) dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

15

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered

Head Together)

Pembelajaran kooperatif disebut juga pembelajaran gotong royong, yang berdasar pada falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.15

Berbeda dengan metode kerja kelompok, dalam pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar kerja kelompok saja yang diperkenalkan, tetapi juga pada penstrukturannya. Seperti yang diungkapkan oleh Lie “pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai kerja kelompok yang terstruktur”.16

Di dalam struktur ini terdapat lima unsur pokok seperti yang dikemukakan oleh Johnson dalam Lie, yaitu “saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok”.17

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan berbagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.18 Pembelajaran dengan menggunakan model NHT diawali dengan numbering (penomoran), mengajukan pertanyaan, berpikir bersama (berdiskusi), dan menjawab pertanyaan.19

Model pembelajaran NHT ini merupakan salah satu dari sekian banyak teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berkomunikasi secara aktif

15

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,( Jakarta: Grasindo, 2004), Cet. 5, hlm. 28.

16

Ibid., hlm. 18

17

Ibid.

18

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 62

19

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 92.

(27)

Lie “model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.20 Selanjutnya Lie juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia didik.

Jadi model pembelajaran NHT ini digunakan untuk melibatkan peserta didik dalam penguatan pemahaman atau mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran dengan langkah berpikir bersama dalam kelompok kecil untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dari permasalahan yang diberikankannya.

Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT yaitu “penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab”. Rencana pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Penomoran

Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5 orang, dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

b. Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Apa arti dari assalamu’alaikum?”. c. Berpikir bersama

Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Menjawab

20

(28)

17

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sama mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.21

Dalam model pembelajaran kooperatif, “penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu”.22 Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua peserta didik dapat melihat guru atau papan tulis dengan jelas serta melihat rekan sekelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok-kelompok yang dibentuk ini dapat berada dalam posisi dekat satu sama lain tetapi tidak mengganggu antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Model pembelajaran NHT yang pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) ini bertujuan:

a. Untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.23 Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) difokuskan untuk membuat peserta didik supaya lebih memahami materi yang disampaikan guru. Tiap individu dikondisikan supaya mampu memahami materi tersebut dengan cara memberikan pertanyaan yang lebih spesifik. Sehingga guru dapat mengetahui sampai sejauhmana pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.

b. Untuk menjalin kerjasama di antara peserta didik. Pembelajaran kooperatif dalam kelas menekankan pada kerja sama kelompok yang saling mendukung untuk berhasil dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai

21

Trianto, op.cit., hlm. 63

22

Anita Lie, op.cit., hlm. 51

23

(29)

seandainya mereka berhasil sebagai kelompok. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.24

3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), di antaranya adalah:

a. Peserta didik dilibatkan dalam pembelajaran secara aktif

Dipilihnya model belajar NHT diterapkan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak karena cocok untuk memperhatikan tujuan dari pelajaran tersebut di antaranya yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Akidah dan Akhlak Islam. Untuk menunjang tercapainya tujuan Aqidah Akhlak tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif di antaranya peserta didik harus dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Mengoptimalkan tutor sebaya

Keberhasilan belajar menurut model belajar NHT ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman

24

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), ,hlm. 58-59

(30)

19

peserta didik akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.

c. Menumbuhkan rasa kebersamaan

Disamping itu, suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota kelompok memungkinkan peserta didik untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan kepribadian yang demikian, juga membantu mereka yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar. Peserta didik yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu oleh peserta didik lain yang mempunyai gairah lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

4. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), di antaranya adalah:

a. Suasana pembelajaran bisa menjadi tidak kondusif jika guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik.

b. Kondisi kelompok akan stagnan jika tidak ada peserta didik yang bisa menjadi leader dan memiliki kemampuan lebih dibanding teman-temannya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi kelompok yang homogen misalnya dalam satu kelompok harus ada minimal satu peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. c. Kemungkinan ada peserta didik yang hanya mengikuti pendapat temannya tapi tidak benar-benar memahami materi. Oleh karena itu, guru perlu mengecek pemahaman peserta didik satu persatu.

5. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

(31)

mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Dengan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran dan adanya upaya memecahkan masalah yang berkaitan materi pelajaran secara bersama-sama, maka pemahaman peserta didik terhadap materi Aqidah Akhlak akan menjadi lebih baik. Sehingga akhirnya prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik juga meningkat. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) tersebut sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar Aqidah Akhlak.

(32)

21

Kondisi proses belajar mengajar Aqidah Akhlak yang ada di MI Brangsong Kendal masih diwarnai dengan model belajar satu arah (ceramah) sehingga tidak merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga membosankan. Padahal model belajar NHT ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi ini akan terjalin komunikasi di mana peserta didik saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya. Penerapan model NHT ini pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sendirinya akan menggerakkan aktivitas belajar peserta didik yang akan berdampak positif pada nilai kognitif.

Berdasarkan kerangka berfikir secara teoritis di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas belajar dan prestasi belajar yang signifikan. Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kualitas hasil belajar Aqidah Akhlak pada peserta didik kelas IV MI Brangsong Kendal.

Alur kerja penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Kondisi awal

Prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak masih rendah

Dilakukan upaya perbaikan dengan PTK

Prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak sedikit meningkat tapi belum maksimal

Siklus I pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan tapi belum maksimal

Prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Siklus II pembelajaran

Aqidah Akhlak dengan menggunakan model

(33)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi pokok kalimat thayyibah melalui di MI Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

(34)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR). Yaitu “penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran”.1 Tujuannya untuk melakukan perubahan pada semua peserta didik sebagai subyek penelitian dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktek secara berkelanjutan.

Sarwiji Suwandi mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu penelitian yang bersifat reflektif yang didasarkan pada kondisi riil yang kemudian dicari permasalahannya dan ditindaklanjuti dengan melakukan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.2

Sedangkan I.G.A.K. Wardani berpendapat bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.3 penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang belajar.4

1

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 3

2

Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009), hlm. 10-11

3

I.G.A.K. Wardani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), hlm. 1.4

4

(35)

Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan sesuatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur yang telah dirancang oleh guru dan peneliti, yaitu pada semester genap tepatnya pada tanggal 3 Januari sampai dengan 10 Februari 2011 dengan dua kali siklus. Sedangkan penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV MI Brangsong Kendal dengan jumlah siswa 21 orang. Secara detail, jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut:

No Rencana Kegiatan Waktu (Minggu) Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Observasi Awal

2. Persiapan

Menyusun konsep pelaksanaan Menyepakati jadwal dan tugas Menyusun Instrumen

Diskusi konsep pelaksanaan 3. Pelaksanaan

Menyiapkan kelas dan alat Pelaksanaan pra siklus Pelaksanaan siklus I Pelaksanaan siklus II Koordinasi akhir 4. Pembuatan Laporan

Menyusun konsep laporan Penyelesaian Laporan

C. Desain Penelitian

Menurut Kemmis dan Taggart Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang yang merupakan ciri penelitian tindakan. Keempat rangkaian kegiatan yang dilakukan

(36)

25

Siklus II Siklus I

dalam setiap siklus tersebut berupa: 1) rencana tindakan (action plan), 2) tindakan (action), 3) pengamatan (observation), 4) refleksi (reflection). Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui sesuai dengan gambar berikut ini:5

Kendati pada gambar siklus di atas terdiri dari 2 siklus, akan tetapi banyaknya siklus bukanlah sesuatu yang pasti, karena jumlah tersebut diambil berdasarkan pertimbangan dalam refleksi apakah sesuatu yang ditargetkan sudah tercapai atau belum. Dengan demikian, bila target belum tercapai maka dimungkinkan dapat ditambah menjadi 3 siklus dan seterusnya.

Rincian pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 5 Ibid., hlm. 16 Refleksi Tindakan Observasi Refleksi Tindakan Observasi Perencanaan Perencanaan Hasil

(37)

1. Pra Siklus

Pada tahap pra siklus ini peneliti mengadakan kegiatan pembelajaran tanpa model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dan setelah itu peneliti mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan tanpa model pembelajaran NHT (Numbered Head Together).

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini akan diketahui bagaimana prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik. Hal ini dilakukan untuk membandingkan hasil belajar yang diperoleh setelah menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) pada siklus I dan II.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Materi yang diajarkan pada siklus I adalah tentang kalimat thayyibah (assalamu’alaikum). Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Dokumentasi kondisional peserta didik yang terdiri dari jumlah

peserta didik dalam kelas, nilai ulangan harian Aqidah Akhlak peserta didik kelas IV tahun pelajaran 2010/2011.

2) Identifikasi masalah yang timbul berdasarkan hasil observasi awal peneliti terhadap kondisi peserta didik dan guru

3) Merencanakan tindakan dengan ilustrasi PTK antara guru dan peneliti sebagai mitra kolaboratif dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

4) Menyusun jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dengan bantuan guru.

5) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota dan tiap anggota diberi nomor 1-5 sesuai jumlah anggotanya.

6) Menyusun lembar kegiatan peserta didik, observasi, silabus pembelajaran, dan alat evaluasi akhir siklus

(38)

27

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pada awal pembelajaran peneliti menjelaskan secara singkat model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan diterapkan kepada peserta didik.

2) Peneliti menyajikan rencana atau tujuan pembelajaran kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

3) Peneliti membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5 sesuai dengan jumlah anggotanya.

4) Peneliti mempersilahkan semua peserta didik untuk membuka dan mempelajari materi Aqidah Akhlak pokok bahasan kalimat thayyibah pada beberapa sumber belajar yang sudah dipersiapkan. 5) Peneliti memberikan pertanyaan atau permasalahan pada peserta

didik dengan mengacu pada pokok bahasan dan kompetensi dasar yang akan dicapai untuk dipecahkan bersama-sama dalam kelompok.

6) Peneliti mengecek pemahaman peserta didik dengan menyebut satu nomor dan para peserta didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan guru, jawaban peserta didik yang ditunjuk merupakan wakil jawaban dari kelompok.

7) Pada akhir pembelajaran peneliti memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.

8) Pada akhir siklus dilakukan tes akhir untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam bentuk objektif tes. Hasil dari tes pada akhir siklus ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk tindakan berikutnya.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar peserta didik maupun peneliti selama proses

(39)

pembelajaran berlangsung dengan bantuan guru mitra maupun orang lain yang lain yang bertindak sebagai observer.

d. Refleksi

Data yang diperoleh pada siklus I dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis kemudian diadakan refleksi terhadap hasil analisis sehingga dapat diketahui apakah permasalahan yang dihadapi sudah mampu terpecahkan, yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik setelah adanya tindakan.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Materi yang diajarkan pada siklus II adalah tentang Asmaul Husna (as-salam, al-mukmin, dan al-latif). Tahap perencanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus II merupakan hasil perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I. Adapun kegiatan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah penyusunan RPP dan lembar kerja peserta didik.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pada tahap ini langkah-langkahnya hampir sama ketika dilakukan pada siklus I, hanya saja pelaksanaannya ditambah dengan melihat hasil refleksi siklus I serta menambahkan hal-hal yang perlu diperhatikan dan penekanan pada tahap sebelumnya. Di akhir siklus II juga dilakukan pemberian angket dan tes akhir untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam bentuk objektif tes. c. Observasi dan Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sama persis dengan kegiatan pada siklus I. data yang diperoleh dalam tahap observasi siklus II dikumpulkan untuk kemudian dilakukan analisis.

(40)

29

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara atau jalan yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah dengan metode tes, dokumentasi dan observasi.

1. Metode Tes

Metode tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”6

Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik mengenai materi setelah diberi panduan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dengan menggunakan metode tes ini maka peneliti akan dapat mengetahui apakah prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yang dimaksud adalah berusaha mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.7 Peneliti secara langsung dapat mengambil bahan dokumen yang sudah ada dan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data daftar nama peserta didik, nilai ulangan harian peserta didik, foto kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik, serta aktivitas belajar.

3. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi observasi adalah ”pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau kejadian yang diselidiki.”8

Sedangkan Soemitro seperti dikutip Subagyo

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 127

7

Ibid., hlm. 206

8

(41)

mengemukakan bahwa observasi adalah “pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.”9

Tujuan digunakan lembar observasi ini adalah untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran, baik dalam siklus I maupun siklus II dan selanjutnya sampai selesainya penelitian tindakan kelas yang ditetapkan. Instrumennya berupa lembar observasi yang telah dirancang bersama oleh guru dan mitra kolaboratif dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu cara menganalisis data yang diperoleh selama peneliti mengadakan penelitian sehingga akan diketahui kebenaran atas suatu permasalahan. Untuk penelitian tindakan kelas analisis data tidak dilaksanakan pada akhir penelitian, namun dilakukan sepanjang proses penelitian.

Data yang terkumpul akan mempunyai arti jika dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensi).10 Statistik deskriptif digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya misalnya bentuk grafik dan tabel.11 Data penelitian yang berupa nilai ulangan peserta didik diolah dengan mencari rata-rata dan prosentase ketuntasan, kemudian disajikan dalam tabel kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram.

9

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 63

10

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta, 2005), hlm. 21

11

(42)

31

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah bahwa penelitian akan dinyatakan berhasil apabila:

1. Prosentase ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai ≥ 85 % dan nilai rata-rata secara individual yang diperoleh peserta didik ≥ 65.

(43)

32

HEAD TOGETHER) DI KELAS IV MI BRANGSONG KENDAL

A. Deskripsi Data Awal

Data awal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang prestasi belajar serta aktivitas belajar peserta didik. Data awal ini diperoleh melalui kegiatan observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi tersebut akan diperoleh kondisi pembelajaran Aqidah Akhlak yang sedang berlangsung di kelas IV MI Brangsong Kendal, dan kondisi riil subjek yang akan diteliti. Hasil tersebut akan digunakan untuk membedakan hasil belajar peserta didik sebelum diberikan tindakan dan setelah dilakukan tindakan.

Hasil observasi awal tersebut memperlihatkan bahwa sistem pembelajaran yang berlangsung masih satu arah. Guru masih dominan dalam pembelajaran, sedangkan peserta didik cenderung pasif dan tidak antusias mengikuti pembelajaran. Masih banyak peserta didik yang melakukan aktifitas sendiri dan terkadang mengganggu jalannya pembelajaran.

Pembelajaran yang berlangsung pasif tersebut berimbas pada prestasi belajar peserta didik yang cenderung rendah dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar dan aktivitas belajar peserta didik adalah pemilihan metode yang kurang tepat. Selama ini guru sering menggunakan metode konvensional seperti ceramah tanpa mencoba untuk menerapkan metode lain yang lebih inovatif. Sehingga akibatnya, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama ini cenderung pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar peserta didik pada tahap pra siklus, berikut peneliti jabarkan rangkuman hasil ulangan harian Aqidah Akhlak peserta didik kelas IV MI Brangsong Kendal.

(44)

33

Tabel 1

Data Prestasi Belajar Peserta Didik Tahap Pra Siklus

No Hasil Tes Pencapaian

1 Nilai tertinggi 73

2 Nilai terendah 47

3 Nilai rata-rata 63,19

4 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 11 5 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas belajar 10 6 Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal 52,38 %

Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui bahwa rata-rata hasil ulangan harian Aqidah Akhlak peserta didik kelas IV MI Brangsong Kendal adalah 63,19 sedangkan ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 52,38%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal masih rendah.

Sedangkan hasil observasi terhadap aktifitas peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Data Aktivitas Belajar Peserta Didik Pra Siklus

Aspek yang diamati Skor Prosentase 1. Peserta didik memperhatikan keterangan guru 8 38,10% 2. Peserta didik aktif dalam diskusi kelompok 10 47,62% 3. Peserta didik memberikan sumbangsih jawaban

pertanyaan pada kelompok 9 42,86%

4. Peserta didik antusias dalam mengikuti

pembelajaran 8 30,10%

5. Peserta didik mencatat rangkuman materi yang

telah dipelajari 11 52,38%

Jumlah 46

(45)

Kriteria aktifitas : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik

Dari data aktivitas peserta didik selama pembelajaran dapat diketahui bahwa prosentase aktifitas peserta didik adalah 43,81% dengan kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran tegrolong kurang.

Melihat hasil tersebut, perlu dicari solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga prestasi belajar peserta didik dapat meningkat. Salah satu pemecahan masalah pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together).

B. Hasil Penelitian 1. Siklus I

a. Perencanaan

Dari permasalahan yang ditemukan pada saat observasi awal maka telah direncanakan bahwa guru akan menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) pada pembelajaran Aqidah Akhlak dengan materi pokok kalimat thayyibah (assalamu’alaikum). Rencana tersebut tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Disamping itu, peneliti dan guru juga mempersiapkan lembar observasi, lembar evaluasi, peralatan dokumentasi dan materi pelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2011. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini

Referensi

Dokumen terkait

Efisiensi yang diterapkan pada perancangan ini adalah penataan ruang dalam kawasan pusat kota dengan ruang terbuka yang dapat difungsikan sebagai tempat parkir (parkir

Variabel keberadaan TPI dibagi lagi menjadi 9 variabel yaitu : Keberadaan fasilittas TPI, fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga

Untuk mendapatkan rendemen arang dan cuka kayu yang tinggi maka sebaiknya menggunakan bahan baku dengan ukuran 5 cm dan lama pembakaran kurang dari 10 jam, untuk penghematan

1) Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT BERSALIN DENGAN METODE WATER BIRTH.. Oleh

Penelitian ini mengukur jumlah gas rumah kaca dari perkebunan kakao dan menguraikan stok (cadangan) karbon dari perkebunan, yaitu jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah,

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor