• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KARAKTERISTIK KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS R.WIDYAWATI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN KARAKTERISTIK KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS R.WIDYAWATI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN KARAKTERISTIK KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS R.WIDYAWATI

KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh :

SEPTINA EKA TRISTIAWATI 1114058

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL AHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Karakteristik Kenaikan Berat Badan Pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan Di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta”.

Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2. Reni Merta Kusuma, M.Keb selaku Ketua Prodi D-3 Kebidanan Stikes. Jen. A.Yani Yogyakarta

3. Nendhi Wahyunia Utami, M.Keb selaku pembimbing karya tulis ilmiah Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

4. Elvika Fit Ari Santi, SST., M.Kes selaku penguji karya tulis ilmiah Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

5. Bidan Retno Widyawati, Amd.Keb Kalasan Sleman Yogyakarta sebagai tempat penelitian.

6. Kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan, semangat, dan dukungan dalam menyelesaikanusulan penelitian.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.

Yogyakarta, Juni 2017

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

INTISARI ... viii ABSTRACT ... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi suntik 3 bulan ... 7

B. Kenaikan berat badan ... 16

C. Kerangka Teori... 19

D. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

E. Pertanyaan Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

D. Variabel Penelitian ... 23

E. Definisi Opersional ... 23

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 24

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 25

H. Etika Penelitian ... 26

I. Rencana Penelitian ... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 31

C. Keterbatasan ... 37

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Opersional Variable Penelitian ... 23 Tabel 4.1 Karakteristik responden Akseptor KB Suntik 3 Bulan ... 29 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berat Badan Responden Sebelum Menggunakan KB Suntik 3 Bulan ... 30 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berat Badan Sesudah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan ... 30 Tabel 4.4 Distribusi Kenaikan Berat Badan Setelah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan ... 31

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 19 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 20

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan Penelitian Lampiran 2. Jadwal Penelitian Lampiran 3. Ceklis

Lampiran 4. Hasil olah data Lampiran 5. Lembar Konsul

(9)

ix INTISARI

GAMBARAN KARAKTERISTIK KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS R.WIDYAWATI KALASAN

SLEMAN YOGYAKARTA

Septina Eka Tristiawati1, Nendhi Wahyunia Utami2

Latar Belakang : Indonesia memiliki peserta KB aktif sebanyak 35.795.560 akseptor dengan metode suntik mendominasi sebagai alat kontrasepsi yang paling banyak diminati yaitu mencapai 17.104.340 akseptor (Profil Kesehatan Indonesia,2015). Pada tingkat kecamatan, paling tinggi peserta KB aktif suntik berada di wilayah kerja puskesmas Kalasan yaitu sebanyak 5.327 peserta (Dinkes Yogyakarta,2015). Kenaikan berat badan merupakan efek samping yang paling sering dikeluhkan, penyebab kenaikan berat badan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak serta merangsang nafsu makan dan menurunkan aktifitas fisik.

Tujuan Penelitian : Karakteristik kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian : Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif, sampel menggunakan Purposive sampling diperoleh jumlah sampel sebesar 36 responden. Pengumpulan data sekunder diambil dengan ceklist, hasil penelitian dianalisis dengan distribusi frekuensi dan prosentase.

Hasil Penelitian : Sebagian besar akseptor KB berumur 20-35 tahun dan memiliki pekerjaan swasta. Berat badan akseptor KB sebelum kontrasepsi suntik yaitu 55-60 kg. Setelah menggunakan KB kenaikan berat badan para akseptor mencapai 1-2 kg. Sebagian besar akseptor KB suntik 3 bulan mengalami kenaikan berat badan setelah pemakaian KB suntik selama 1 tahun atau 4x penyuntikan sebanyak 20 responden dari 36 sampel, sisanya mengalami penurunan berat badan sebanyak 10 responden, dan 6 responden dengan berat badan tetap.

Kesimpulan : Sebagian besar akseptor KB suntik 3 bulan di BPS R.Widyawati Kalasan mengalami kenaikan berat badan.

Kata Kunci : Kenaikan berat badan, akseptor KB suntik 3 bulan

1Mahasiswa DIII Kebidanan STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta 2Dosen DIII Kebidanan STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta

(10)

x ABSTRACT

DESCRIPTION OF CHARACTERISTICS OF WEIGHT INCREASE IN ACCEPTOR KB 3 MONTH IN BPS R.WIDYAWATI

KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

Septina Eka Tristiawati1, Nendhi Wahyunia Utami2

Background: Indonesia has an active KB participant of 35,795,560 acceptors with the dominant injecting method as the most preferred means of contraception reaching 17,104,340 acceptors (Indonesian Health Profile, 2015). At the sub-district level, the highest number of active injecting KB participants were in the work area of Kalasan health center, which were 5,327 participants (Dinkes Yogyakarta, 2015). Weight gain is the most common side effects complained by injecting contraceptives.

Objective: To know the characteristic of weight gain on 3 month injection contraceptive in BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta

Research Method: The type of research using descriptive method, the sample using Purposive sampling obtained the number of samples of 36 respondents. Secondary data collection is taken with checklist, the result of research is analyzed with frequency distribution and percentage.

Results: Most KB acceptors are 20-35 years old and have private employment. The weight of the KB acceptor before injectable contraception is 50-60 Kg. After using KB the acceptor's weight gain reache 1-2 kg. Most 3-month injection contraceptives received weight gain of 20 respondents from 36 samples who had performed 4x injections or 1 year of injecting contraceptive use.

Conclusion: Most of the 3 month injections of KB injectors in BPS R.Widyawati Kalasan experience weight gain.

Keywords: Increase body weight, 3 month injection contraceptive acceptor

1 DIII Midwifery Students of STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta 2 DIII Lecturer of STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jumlah penduduk di Indonesia berada pada urutan keempat terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% pertahun. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil sensus 2010 mencapai angka 237.641.326. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindaham penduduk (migrasi). Kenaikan ini tentunya membawa dampak bagi penduduk Indonesia. Dalam menentukan kebijakan semakin banyak yang harus dipertimbangkan baik dalam hal penyediaan berbagai sarana dan prasarana, fasilitas-fasilitas umum dan terpenting adalah kebijakan dalam mengurangi laju pertumbuhan yang ada di Indonesia, dari situlah muncul program KB dan kini di tangani oleh BKKBN. Program-program yang ditawarkan pemerintah harus didukung oleh masyarakat seperti halnya KB, penggunaan alat kontrasepsi, penundaan usia perkawinan, dan lain-lain sehingga penurunan laju pertumbuhan penduduk diharapkan menurun (Marmi,2016).

Kontrasepsi suntik adalah salah satu metode yang paling populer di seluruh dunia, namun jumlah akseptor yang memutuskan untuk tidak menggunakan KB suntik 3 bulan lagi sebanyak 50 % pada tahun pertama pemakaian. Sebuah metode suntik dengan interval waktu yang lebih panjang antar injeksi ulang akan lebih memudahkan wanita dan juga penyedia, kemungkinan lebih berjangka panjang dibandingkan dengan pilihan injeksi saat ini (Irianto,2014).

Salah satu jenis kontrasepsi hormonal yang semakin hari samakin banyak dipilih yaitu kontrasepsi suntik progestin, karena merupakan alternatif yang sangat baik bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif. Selain itu karena kemudahan, kepraktisan dan murah. Namun jenis suntik

(12)

2

progestin ini memiliki efek samping seperti ganguan haid, kesuburan lebih lambat serta kenaikan berat badan (Irianto,2014).

Kenaikan berat badan merupakan efek samping yang paling sering dikeluhkan oleh para aksseptor KB suntik. Keluhan yang dialami yaitu berat badan bertambah, menurut hasil penelitian dari Depkes RI untuk Depo provera kenaikan berat badan rata-rata setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9 kg setiap tahun (Irianto,2014).

Penyebab kenaikan berat badan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak serta merangsang nafsu makan dan menurunkan aktifitas fisik, sehingga dengan dilakukannya suntik 3 bulan ini dapat menyebabkan kenaikan pada berat badan (Varney,2014).

Cakupan pengguna KB di ASEAN (Association Of Southeast Asian Nation) rata-rata berkisar 58,1 % jadi Indonesia termasuk negara yang telah melebihi rata-rata penggunaan kontrasepsi di negara ASEAN. Indonesia memiliki peserta KB aktif sebanyak 35.795.560 akseptor dengan metode suntikan mendominasi sebagai alat kontrasepsi yang paling banyak diminati yaitu mencapai 17.104.340 akseptor (Profil Kesehatan Indonesia,2015).

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang memiliki 5 kabupaten dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 428,420 peserta. Dilihat dari data peserta KB aktif pada tahun 2015 yang tertinggi pada Provinsi D.I.Y berada pada kabupaten Sleman dengan peserta KB aktif sebesar 128,440 peserta yang terdiri dari akseptor KB suntik (59,223), IUD (35,531), pil (11,359), kondom (8,909), implant (7,183), MOP (714) dan MOW (5,521). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa minat masyarakat paling tinggi ialah pengguna akseptor KB suntik . Pada tingkat kecamatan, wilayah kerja puskesmas Kecamatan Kalasan merupakan daerah yang memiliki peserta KB aktif suntik tertinggi yaitu sebanyak 5.327 peserta (Dinkes Yogyakarta,2015).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2017 di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta diperoleh data untuk jumlah keseluruhan akseptor KB suntik sebanyak 82 responden yang terdiri dari akseptor KB suntik 3 bulan sebanyak 57 responden sedangkan untuk akseptor

(13)

3

kb suntik 1 bulan sebanyak 25 responden. Menurut hasil wawancara terhadap 10 orang pengguna KB suntik 3 bulan, di dapati hasil akseptor mengalami kenaikan berat badan sebanyak 8 responden dengan rata-rata kenaikan 2-3 kg, dan yang mengalami berat badan tetap sebanyak 2 responden. Para responden mengatakan lebih memilih melakukan suntik KB 3 bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta karena dinilai lebih efektif tanpa ditentukan jadwal periksa dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Gambararan Karaktersitik Kenaikan Berat Badan Pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

”Bagaimana Gambaran Karaktersitik kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta ”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui karaktersitik kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan responden sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan responden setelah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 1 tahun atau 4x penyuntikan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kenaikan berat badan responden setelah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 1 tahun atau 4x penyuntikan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta

(14)

4

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian dapat menjadi wacana ilmu pengetahuan bagi peneliti mengenai gambaran karakteristik kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan.

a. Bagi Masyarakat

Dengan hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui efek samping dari KB suntik 3 bulan salah yang berdampak pada kenaikan berat badan, sehingga masyarakat bisa lebih memerhatikan dan memilih alat kontrasepsi yang sesuai.

b. Bagi Bidan

Diharapkan dengan hasil penelitian ini bidan lebih efektif dalam memberikan informasi maupun melakukan konseling kepada pasien tentang efek samping KB suntik 3 bulan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi masukan untuk menambah pengetahuan khususnya penelitian tentang karakteristik kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan

E. Keaslian Penelitian

1. Mentari Moloku, dkk (2016) yang berjudul “Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Perubahan Berat Badan Di Puskesmas Ranomuut Manado”. Metode penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian adalah ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan jumlah sampel 42. Tekhnik pengambilan sample pada penelitian dilakukan secara purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan timbangan berat badan (injak). Analisa data yang digunakan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan tingkat

kemaknaan 95% (a ≤ 0,05) menunjukan nilai p=0,004 nilai ini lebih kecil

dari a=0,05. Ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan perubahan berat badan pada ibu di Puskesmas Ranomuut Manado.

(15)

5

Terdapat perbedaan yakni pada judul, variabel, tempat, metode penelitian, dan waktu penelitian. Persamaan penelitiannya adalah pada topik.

2. Rahmawati (2014), yang berjudul “Studi Komparasi Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik Cycloprovera Dan DMPA Dengan Berat Badan Akseptor KB Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta”. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian comparative study. Pendekatan waktu cross sectional, tekhnik pengambilan sampel acidental sampling. Jumlah sampel 15 akseptor cycloprovera dan 22 akseptor DMPA. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney Test.Hasil uji Mann-Whitney Test nilai signifikan rata-rata lama pemakaian sebesar 0,042 dan nilai signifikan rata-rata berat badan sesudah pemakaian 0,017 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan lama pemakaian kontrasepsi suntik cycloprovera dan DMPA dengan berta badan akseptor KB di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang alat kontrasepsi suntik di lingkungan masyarakat. Terdapat perbedaan yakni pada judul, tekhnik pengambilan, tempat, metode penelitian, dan waktu penelitian. Persamaan penelitiannya adalah pada topik.

3. Dewi Dwi Haryani (2010), yang berjudul “Pengaruh Frekuensi Kontrasepsi Suntik DMPA Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik DMPA”. Metode penelitian analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu frekiuensi suntik DMPA dan kenaikan berat badan. Sampel diambil dengan tekhnik purposive sampling. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi suntik DMPA terhadap kenaikan berat badan akseptor ini menggunakan analisa regresi, variabel dinyatakan berpengaruh signifikan apabila hasil perhitungan menunjukan nilai signifikansi (p-value) lebih kecil dari a (0,05) demikian pula sebaliknya. Hasil perhitungan statistik dengan regresi sederhana menunjukan nilai thitung =3,773 (p=0,000) karena nilai p-value lebih kecil dari a (0,05). Hasil perhitungan nilai R=0,402. Nilai R menunjukan kategori hubungan, jika < 0,5 maka termasuk kategori lemah. Nilai

(16)

6

koefisien determinasi (R2)=(0,402)2 x 100% = 0,161x100% =16,1% artinya frekuensi kontrasepsi suntik DMPA bisa menjelaskan kenaikan berat badan sebesar 16,1 % dan sisanya sebesar 83,9 % dijelaskan oleh variabel yang lain. Terdapat perbedaan yakni pada judul, variabel, tempat, metode penelitian, dan waktu penelitian. Persamaan penelitiannya adalah pada topik.

(17)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2017 di BPS R.Widyawati Kalasan, tepatnya berada di Jln. Candi Sambisari No.123 Juwengan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. BPS R.Widyawati Kalasan ini memiliki ruang rawat inap dan beberapa unit pelayanan kesehatan ibu dan anak yang salah satu program layanannya yaitu keluarga berencana.

Untuk program keluarga berencana ini menyediakan berbagai pelayanan, mulai dari konseling macam-macam kontrasepsi cara dan alat kontrasepsi, dan setiap melakukan kunjungan KB selalu dilakukan penimbangan dan pengukuran tekanana darah yang bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya tekanan darah sehingga dapat diberikan KB suntik 3 bulan, selain itu bidan juga selalu rutin memberikan konseling tentang efek samping KB suntik 3 bulan. BPS R.Widyawati ini buka pelayanan mulai dari pagi pukul 06.00 WIB sampai dengan malam pukul 21.00 WIB, sedangkan untuk ibu bersalin buka 24 jam,untuk pelayanan baby SPA dilakukan pada hari sabtu-minggu mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB, untuk imunisasi dilakukan pada hari Minggu pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB, program senam hamil diadakan pada hari minggu pukul 08.00 WIB sampai selesai. Di BPS R.Widyawati ini memiliki 3 orang bidan, dan 1 pembantu umum. BPS ini memiliki 2 ruang periksa, 1 ruang bersalin, 4 ruang nifas, 1 ruang baby SPA. Setiap akseptor yang melakukan kunjungan ulang bidan selalu memberikan konseling tentang jadwal kunjungan ulang.

(18)

29

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data sebanyak 36 responden yang diambil melalui data rekam medis kunjungan KB di BPS R.Widyawati Kalasan, diperoleh hasil penelitian dalam bentuk tabel. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, pekerjaan, suku, jumlah anak diuraikan sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Karakteristik responden Akseptor KB Suntik 3 Bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta Karakteristik Kategori Sampel (n) Presentase (%)

Umur 20-35 Tahun 21 58,3 >35 Tahun 15 41,7 Anak 1 anak 10 27,8 2 anak 22 61,1 3 anak 4 11,1 Pekerjaan IRT 11 30,6 Swasta 25 69,4 Total 36 100

(Sumber: Data Sekunder)

Terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 21 responden (58,3%), untuk jumlah anak para akseptor rata-rata memiliki 2 anak yakni sebanyak 22 responden (61,1%), untuk jenis pekerjaan paling banyak akseptor KB memiliki pekerjaan swasta yaitu sebanyak 25 responden (69,4%).

(19)

30

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan Sebelum Menggunakan KB Suntik

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berat Badan Responden Sebelum Menggunakan KB Suntik di BPS R.Widyawati

Kalasan Sleman Yogyakarta

No Berat Badan / Kg Sampel (n) Presentase (%)

1 41-45 Kg 7 19,4 2 46-50 Kg 3 8,3 3 51-55 Kg 6 16,7 4 56-60 Kg 12 33,3 5 >60 Kg 8 22,2 Total 36 100

(Sumber: Data Sekunder)

Terlihat bahwa berat badan terbanyak responden adalah 56-60 Kg yaitu sebanyak 12 respoden (33,3%) dan responden yang memiliki berat badan paling sedikit adalah 46-50 Kg yaitu sebanyaak 3 responden (8,3%).

(20)

31

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan Sesudah Menggunakan KB Suntik

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berat Badan Sesudah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan di BPS R.Widyawati

Kalasan Sleman Yogyakarta

No Berat Badan / Kg Sampel (n) Presentase (%)

1 41-45 Kg 4 11,1 2 46-50 Kg 6 16,7 3 51-55 Kg 5 13,9 4 56-60 Kg 9 25,0 5 > 60 Kg 12 33,3 Total 36 100 (Sumber: Data Sekunder 2017)

Dapat terlihat bahwa responden yang terbanyak adalah berat badan >60 Kg yaitu sebanyak 12 responden (33,3%), dan responden dengan berat badan sedikit adalah 41-45 Kg yaitu sebanyak 4 responden (11,1 %).

Tabel 4.4 Distribusi Kenaikan Berat Badan Setelah Menggunakan KB Suntik di BPS R.Widyawati Kalasan

Sleman Yogyakarta

No Berat Badan / Kg Sampel (n) Presentase (%)

1 Naik 20 55,6

2 Turun 10 27,8

3 Tetap 6 16,7

Total 36 100

(21)

32

Dapat terlihat bahwa responden paling banyak menggalami kenaikan yaitu sebanyak 20 responden (55,6%), dan responden paling sedikit dengan berat badan tetap yaitu sebanyaak 6 responden (16,7%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden Penggunakan KB Suntik 3 Bulan

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, pekerjaan, suku, hereditas. Terlihat dari hasil penelitian bahwa penggunaan KB suntik paling banyak jika dilihat dari segi umur yaitu berumur 25-35 tahun sebanyak 21 responden (58,3%), Hal ini sesuai dengan teori Misnadiarly (2007) Pada umur 20-35 tahun merupakan masa yang baik untuk bereproduksi sebab resiko paling rendah untuk proses kehamilan dan persalinan, selain itu usia antara 20-35 tahun dikategorikan tingkat kesuburan reproduksi lebih tinggi di banding <20 tahun dan >35 tahun. Hal ini dapat menyebabkan adanya perubahan berat badan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hety (2010) yaitu menyatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan pemilihan jenis kontrasespsi suntik, dari hasil penelitiannya paling banyak akseptor berumur 20-30 tahun yang menggunakan kontrasepsi suntik dalam hal ini termasuk fase untuk menjarangkan kehamilan dikerenakan efektifitas suntik dapat mempercepat kembalinya kesuburan penghentian pemakaian.

Sedangkan dari segi pekerjaan para akseptor paling banyak memiliki pekerjaan swasta yaitu sebanyak 25 responden (69,4%), sesuai dengan teori Misnadiarly (2007) semakin sering untuk beraktifitas fisik dapat juga menyebabkan nafsu makan yang semakin kuat sehingga dampaknya dapat menggalami penambaahan berat badan. Peningkatan berat badan ini, dapat terjadi jika makanan

(22)

sehari-33

hari mengandung energi yang melebihi kebutuhan, salah satu faktor yang menentukan peningkatan berat badan seseorang adalah aktivitas fisik. Menurut Wijayanti (2007) Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar aktivitas fisik yang dilakukan dapat juga meningkatkan berat badan

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan responden dengan pemakaian alat kontrasepsi suntik hormonal yang dapat mengakibatkan kegemukan. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Andriardus (2011) mengenai hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian berat badan lebih dengan menggunakan uji pearson chi-square dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna atau signifikan dan secara statistik terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan berat badan lebih.

Hormon progesteron juga menyebabkan menurunnya aktifitas fisisk, sehingga jika aktifitas berkurang maka energi akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh sehingga dapat mempengaruhi perubahan berat badan (Irianto,2014).

Untuk suku para akseptor KB suntik 3 bulan ini semuanya berasal dari suku Jawa sebanyak 36 akseptor (100%), menurut teori yang dikemukakan Misnadiarly (2007) menjelaskan bahwa biasanya pada bangsa atau suku tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggota-anggotanya yang menderita obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan faktor yang lebih menonjol. Keturunan atau latar belakang kebudayaan seperti biasa makan-makanan yang mengandung energi, serta tidak berolah raga atau sebagainya. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan faktor lain seperti keturunan atau hereditas, sebab bila orang tua mengalami obesitas maka 70-80% anak akan mempunyai peluang untuk menjadi gemuk.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Lopes (2009) yang menyatakan bahwa kemungkinan yang sering terjadi

(23)

34

adalah perubahan gaya hidup yang memengaruhi perubahan pola makan pada saat menggunakan KB suntik, sehingga berat badan mengalami kenaikan. Wanita yang mengalami kenaikan berat badan setelah menggunakan KB suntik perlu meninjau kembali perubahan gaya hidup yang terjadi, dan disertai dengan mengubah pola hidup menjadi positif sehingga akan mengurangi kelebihan lemak dalam tubuh.

Para akseptor KB suntik 3 bulan ini rata-rata memiliki 2 anak yakni sebanyak 22 akseptor dari 36 responden (61,1%). Menurut teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro (2007) yang mengatakan bahwa sebagian besar responden berada dalam kurun waktu reproduksi sehat yaitu mengatur kehamilan atau kelahiran diantara usia 20-35 tahun. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirahardjo (2010) menyatakan bahwa paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi atau lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Sehingga lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Jadi kenaikan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal (usia, hereditas, suku atau bangsa, psikologis dan juga hormon) maupun eksternal (makanan dan aktifitas fisik) (Misnadiarly,2007).

2. Berat Badan Responden Sebelum Penggunakan KB Suntik 3 Bulan

Berat badan akseptor KB suntik 3 bulan di BPS R.Widyawati sebelum menggunakan KB suntik yang paling dominan berada pada kelompok berat badan 55-60 Kg yaitu sebanyak 12 responden (33,3%). Kemudian setelah menggunkan KB suntik 3 bulan selama 1 tahun atau 4 kali penyuntikan hasilnya mengalami kenaikan yaitu dari 36 responden yang menggalami kenaikan sebanyak 20 responden (55,6%). Menurut teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2007) yang menjelaskan bahwa pemakaian kontrasepsi suntik tiga bulan

(24)

35

mempunyai efek samping utama yaitu perubahan berat badan. Hal ini disebabkan karena kontrasepsi suntik tiga bulan yang mengandung progesterone atau medroksiprogesteron sebanyak 150 mg dalam bentuk partikel kecil. Sehingga dapat menyebabkan berat badan yang cenderung terus menerus bertambah yang membuat akseptor rentan mengalami obesitas atau kegemukan yang dapat menyebabkan ganguan dalam fungsi tubuh dan merupakan resiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier,2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bakri dan Abdullah (2008) DMPA mengaktivasi hormone glukortikoid reseptor dan dalam dosis yang tinggi dapat mengubah metabolisme lemak yang berdampak pada penumpukkan lapisan lemak pada manusia yang secara otomatis meningkatkan berat badan. Mekanisme yang lain dapat disebabkan DMPA dapat mempengaruhi neurohumeral regulasi dari nafsu makan dan energi di hypotalamus. Efek yang terjadi adalah nafsu makan menjadi meningkat. Sedangkan dalam penelitian Yenchi, et al (2009) pengguna DMPA pada wanita dewasa terbukti signifikan meningkatkan berat badan, setelah penggunaan lebih dari 6 bulan terjadi peningkatan berat badan sebesar lebih dari 5%.

.

3. Kenaikan Berat Badan Responden Setelah Menggunakan KB Suntik 3 Bulan

Hasil penelitian menunjukan berat badan akseptor KB suntik 3 bulan mengalami kenaikan yakni dari sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan yang awalnya berada pada kelompok 55-60 kg menjadi >60 kg setelah penggunaan KB suntik 1 tahun atau 4x penyuntikan. Serta dari 36 responden yang mengalami kenaikan sebanyak 20 responden (55,6%) dengan rata-rata kenaikan sebanyak 1-2 kg dalam satu tahun atau setelah 4x penyuntikan. Hasil penelitian ini sesuai

(25)

36

dengan teori Saifuddin (2007) yang menyatakan bahwa untuk kenaiakan atau penurunan berat badan bisa saja sebanyak 1-2 kg pertahun. Sedangkan menurut teori dari Irianto (2014) yang mengemukakan tentang penyebab kenaikan berat badan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak dibawah kulit. Hormon progesteron juga dapat merangsang nafsu makan serta menurunkan aktifitas fisik, akibatnya kontrasepsi suntik dapat menyebabkan pertambahan berat badan. Penelitian ini juga didukung oleh teori Wiknjosastro (2007) yang mengemukakan bahwa salah satu efek samping peningkatan berat badan disebabkan oleh KB suntik DMPA sehingga mengakibatkan kurangnya pengeluaran air dan natrium yang berakibat menjadi retensi cairan, sehingga berdampak pada bertambahnya berat yang disebabkan oleh bertambhanya nafsu makan dan efek metabolik hormon. Sejalan juga dengan teori dari Saiffudin (2007) yang mengemukakan bahwa salah satu efek samping yang ditimbulkan KB suntik 3 bulan yaitu terjadinya peningkatan berat badan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastutik (2013) tentang hubungan antara lama penggunaan KB suntik DMPA dengan peningkatan berat badan, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan KB suntik DMPA dengan peningkatan berat badan. Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana (2009) efek penambahan berat badan pada pemakaian KB suntik DMPA disebabkan karena pengaruh hormon progesteron yang mempermudah perubahan karbohidrat dan gula yang dikonsumsi dari makanan menjadi lemak. Namun demikian terdapat juga beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan antara lain olahraga, mengkonsumsi serat makanan, mengurangi konsumsi lemak, lebih banyak mengkonsumsi protein dan serat serta adanya perubahan perilaku.

(26)

37

Dengan demikian, dapat disimpulakn bahwa dari 36 responden yang menggalami kenaikan pada berat badan yakni sebanyak 20 responden, sisanya 10 responden mengalami penurunan, dan 6 responden memiliki berat badan tetap. Sedangkan untuk kelompok berat badan sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan berada pada kelompok 55-60 kg dan setelah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 1 tahun atau 4x penyuntikan meningkat hingga >60 kg. Dengan rata-rata kenaikan pada satu tahun pemakaian yaitu 1-2 kg pada setiap akseptor KB suntik 3 bulan. Sehingga dalam penelitian ini sudah sesuai dengan teori dan penelitian yang ada.

C. Keterbatasan

Pelaksanaan penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna dan memiliki keterbatasan serta kelemahan, diantaranya:

1. Penelitian ini tidak dilakukan dengan melihat semua faktor yang mempengaruhi,sehingga dimungkinkan masih ada faktor lain seperti faktor psikologi, faktor genetik dan makanan yang mempengaruhi kenaikan berat badan. Sehingga kenaikan berat badan yang terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan bukan hanya karena pengaruh alat kontrasepsi saja.

2. Peneliti tidak melakukan observasi langsung terhadap cara penimbangan, meskipun timbangan yang digunakan adalah timbangan yang sama.

(27)

38 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden pengguna KB suntik 3 bulan rata-rata berumur 25-35 tahun, sedangkan untuk pekerjaan para akseptor lebih banyak sebagai pekerja swasta, untuk jumlah anak rata-rata meiliki 2 anak.

2. Berat badan akseptor KB suntik 3 bulan sebelum menggunakan KB rata-rata berat badannya yaitu 55-60 Kg.

3. Berat badan akseptor KB suntik 3 bulan setelah menggunakan KB rata-rata berat badannya meningkat menjadi >60 Kg.

4. Berat badan akseptor KB suntik 3 bulan mengalami kenaikan yaitu sebanyak 20 responden (55,6%).

B. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat, khususnya akseptor KB di BPS R.Widyawati

Diharapkan dengan adanya wacana mengenai gambaran kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik 3 bulan ini lebih mempertimbangkan kembali dalam memilih alat kontrsepsi untuk meminimalisir terjadinya kenaikan berat badan.

2. Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan di BPS R.Widyawati

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan konseling khususnya mengenai efek samping penggunakaan kontrasepsi suntik 3 bulan bagi calon maupun bagi akseptor lainnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan memperbaiki dan menambahkan kekurangan dalam penelitian ini, serta melihat faktor utama penyebab terjadinya kenaikan berat badan.

(28)

39

Daftar Pustaka

Arisman, M.B 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewi Dwi Haryani, dkk 2010. Pengaruh Frekuensi Kontrasepsi Suntik DMPA

Terhadap Kenaikan Berat Bdan Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik DMPA. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 1 No. 1 Edisi Desember 2010

Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Sleman 2015. Yogyakarta: Dinkes Provinsi DIY

Dinas Kesehatan DIY, 2015. Proporsi Peserta KB Aktif Jenis Kontrasepsi Dan

Kabupaten Prov. D.I. Yogyakarta 2015. Yogyakarta: Depkes DIY

Dinas Kesehatan DIY, 2015. Proporsi Peserta KB Aktif Jenis Kontrasepsi

Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Sleman 2015. Yogyakarta:

Depkes DIY.

Handayani. S. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Peneletian Keperawatan Dan Tekhnik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hastuti, Rina. 2013. Hubungan pendapatan keluarga dengan pemilihan alat

kontrasepsi suntik pada akseptor KB di BPM Puji Utomo Desa Kedung Jeruk Kecamatan Mojogedang, Karanganyar. KTI. APIKES Citra

Medika Surakarta

Hety, Dyah siwi. 2010. Hubungan usia dengan pemilihan jenis kontrasepsi sunitk

di BPS Ny. Nanik Suwanti, S.SiT Kelurahan Kauman Kec. Mojosari Kab. Mojokerto. KTI. Poltekkes Majapahit Mojokerto

Irianto, K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung: Alfabeta

(29)

40

Lopes. 2007. KB Suntik DMPA tidak Membuat Gemuk. http://www.home/rmonline/ rmexpose.com/detail.php.

Manuaba, Ida Bagus Gde ,2007. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Monica Ester. Jakarta: Arcan

Marmi, 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor-Faktor Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Mentari Moluku, dkk 2016. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik 3

Bulan Dengan Perubahan Berat Badan Di Puskesmas Ranomuut Manado. Ejurnal Keperawatan (e-Kp). Vol. 4 No. 1, Mei 2016

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Pinem, S. 2009.Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info

Media.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Profil Kemenkes RI. 2015. BAB I Demografi. Kementrian Kesehatan, Republik Indonesia.

Nur Rahmawati dan Mufdlilah. 2014. Studi Komparasi Lama Pemakaian

Kontrasepsi Suntik Cycloprovera dan DMPA Dengan Berat Badan Akseptor KB Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta.

Saiffudin, AB. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyaningsih, 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif:Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistyawati, A. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Varney, H, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi Volume 1. Jakarta : ECG

Wahyuni, Chatarina Umbu. 2012. Hubungan antara Jenis dan Lama Pemakaian

(30)

41

Wijayanti, 2006. Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Akseptor Keluarga

Berencana suntik Progesteron Tunggal Dan Kombinasi Progesteron Estrogen di Klinik Kebidanan Dan Reproduksi Bahagia Surakarta. UNS.

Surakarta

Wiknjosastro, H 2007. Ilmu kebidanan edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(31)

42

L

A

M

P

I

R

A

N

(32)

45

(33)

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Opersional Variable Penelitian ...............................................
Gambar 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................
Tabel 4.1 Karakteristik responden Akseptor KB Suntik 3  Bulan di BPS R.Widyawati Kalasan Sleman Yogyakarta  Karakteristik   Kategori   Sampel (n)  Presentase (%)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi  Berat Badan Responden  Sebelum Menggunakan KB Suntik di BPS R.Widyawati
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, baik Undang-Undang Perkawinan maupun Kompilasi Hukum Islam tidak ada pasal yang melarang untuk menikahkan wanita hamil dengan laki-laki yang

Berdasarkan angket yang diisi siswa dan guru, pembelajaran matematika yang mengimplementasikan kopermatik mendapat apresiasi yang baik dari siswa, yaitu 94,2% siswa merasa

For the purposes of Chapter 2 (Trade in Goods) Chapter 3 (Rules of Origin) Chapter 4 (Customs Procedures), Chapter 5 (Sanitary and Phytosanitary Measures) and Chapter 6

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana pencurian di Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka

(2) Kinerja pasar dalam saluran pemasaran kopi Arabika dapat dilihat pada sebaran marjin pemasaran, farmer share dan rasio keuntungan biaya yang didapat berbeda-beda tergantung

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang KB Suntik 3 Bulan Berdasarkan Cara Kerja dan Efek Samping KB Suntik 3 Bulan di Klinik Pelita Hati Bantul Yogyakarta Hasil penelitian

Bulgaria: Pasal 41 Konstitusi Bulgaria secara eksplisit mengakui hak untuk mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan informasi. Namun, hak ini “tidak akan dilaksanakan

Dalam hal sistem informasi/aplikasi yang digunakan dalam standarisasi penulisan tidak menyediakan field/kolom khusus untuk gelar kebangsawanan/gelar akademis/gelar