• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia (Lanjut Usia)

1. Definisi Lansia

Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Silviyana, 2018). Lansia adalah fase akhir dari rentang kehidupan. Penuaan adalah proses yang normal terjadi dan akan dialami oleh semua orang. Perubahan yang terjadi selalu berkaitan dengan waktu. Proses dimulai sejak lahir dan terus berjalan sepanjang siklus kehidupan (Mujahidullah, 2012).

2. Teori Penuaan

Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikologis (Azizah, 2011).

a. Teori Biologi

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology

slow theory, teori radikal bebas, dan teori rantai silang ( D a h l a n ,

2 0 1 8 ) .

1) Teori Genetik dan Mutasi

Proses menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel akan mengalami mutasi (Dahlan, 2018). Sel-sel tubuh membelah 50 kali dan terprogram. Jika sel ditubuh lansia di lepas dan dibiarkan di laboratorium kemudian di observasi, maka jumlah sel-sel yang membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem seperti

(2)

sistemsaraf, sistem musculoskeletal, dan jantung. Sel pada jaringan dan organ dalam sistem tersebut tidak dapat diganti dan akan terjadi penurunan kemampuan fungsi sel (Azizah, 2011).

2) Imnunology Slow Theory

Menurut Imnunology Slow Theory sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh (Dahlan, 2018).

3) Teori Stres

Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel- sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai (Dahlan, 2018). 4) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas(kelompok atom) mengakibatkan oksida oksigen bahan-bahan organic karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi (Dahlan, 2018)

5) Teori Rantai Silang

Pada teori ini menjelaskan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel (Dahlan, 2018).

(3)

b. Teori Psikologis

1) Aktivitas (Activity Teory)

Lansia yang aktif dan ikut kegiatan sosial dinyatakan lansia yang sukses. Cara hidup lansia yang mempertahankan hubungan antara sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia merupakan tolok ukur tercapainya lansia yang sukses (Azizah, 2011).

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Personality lansia sangat mempengaruhi perubahan yang

terjadi pada lansia (Azizah, 2011). 3) Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya (Azizah, 2011).

3. Klasifikasi Usia Lansia (Lanjut Usia)

Menurut WHO klasifiakai umur lansia sebagai beikut (Kemenkes, 2013): a. Usia Pertengahan (middle age) usia 45-54 tahun.

b. Lansia (elderly) usia 55-65 tahun.

c. Lansia muda (young old) usia 66-74 tahun. d. Lansia tua (old) usia 75-90 tahun.

e. Lansia sangat tua (very old) usia lebih dari 90 tahun keatas. 4. Perubahan Sistem Tubuh Pada Lansia (Lanjut Usia)

Perubahan-perubahan pada lansia meliputi perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan sexual, hal tersebut terjadi karena proses penuaan secara degeneratif (Azizah, 2011).

(4)

a. Perubahan Fisik 1) Sistem Indra

Hilang dan menurunnya sistem pendengaran telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, 50% terjadi pada usia 60 tahun ke atas (Azizah, 2011).

2) Sistem Integumen

Kulit akan kekurangan cairan, sehingga kulit lansia akan mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering, berkerut, menjadi tipis dan terdapat bercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritea, kelamaan akan timbul pigmen berwarna coklat pada kulit yang dikenal dengan liver spot (Azizah, 2011).

3) Sistem Muskuloskeletal

Kolagen dan jaringan pengikat menurun dan akan mengakibatkan bentangan yang tidak teratur pada kulit, tendon, dan tulang (Azizah, 2011).

4) Kartilago

Kartilago pada persendian akan mengalami granulasi dan menyebabkan permukaan sendi menjadi rata. Berkurangnya kemampuan regenerasi kartilago menyebabkan degenerasi persendian cenderung progresif. Biasanya akan menyababkan penyakit osteoartritis (Azizah, 2011).

(5)

5) Tulang

Kepadatan tulang yang menurun akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas, dan fraktur (Azizah, 2011).

6) Otot

Perubahan struktur otot seperti penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot akan menimbulkan efek negatif (Azizah, 2011).

7) Sendi

Jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament, dan fascia akan mengalami penuaan dan penurunan elastisitas (Azizah, 2011). 8) Sistem Kardiovaskular dan Respiratori

a) Sistem Kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular mengakibatkan perubahan anatomi di jantung dan pembuluh darah, menurunnya nadi maksimal, meningkatknya tekanan darah, hipotensi postural, perubahan dalam pemulihan denyut nadi sesudah aktivitas fisik, menurunnya jumlah darah yang dipompa dalam tiap denyutan, dan perubahan dalam darah (sel darah merah dan hemoglobin) (Mujahidullah, 2012). Permasalahan lainnya adalah bertambahnya masa jantung, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat (Azizah, 2011).

(6)

b) Sistem Respiratori

Perubahan pada otot, kartilago, dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang (Azizah, 2011). Permasalah lainnya adalah meningkatnya infkesi saluran napas atas, perubahan pada jaringan ikat paru, berkurangnya luas permukaan paru (75 m2 pada usia 20 tahun dan 50-60m2 pada usia 80 tahun, berkurangnya elastisitas paru, perubahan volume paru, dan kemungkinan terjadi penyakit paru obstruktif menahun yang dapat memperpendek napas, batuk, dan lender yang berlebihan (Mujahidullah, 2012). 9) Sistem Pencernaan dan Metabolisme

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun, liver makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan (Azizah, 2011).

10) Sistem Urogenital

Biasanya terjadi inkontinensia urin, kemunduran laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal (Azizah, 2011).

11) Sistem Saraf

Susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofi yang progresif pada serabut saraf lansia (Azizah, 2011).

12) Sitem Reproduksi

Pada wanita menciutnya ovarium dan uterus, atropi payudara. Pada laki-lai testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur (Azizah, 2011).

(7)

b. Perubahan Kognitif

Kognitif lansia semakin lama juga akan menurun seperti memori, IQ, kemampuan belajar, kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kebijakan, kinerja, dan motivasi (Azizah, 2011). 5. Proses Menua

Menua merupakan proses menghilangnya kemampuan dan fungsi jaringan secara perlahan untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur dan fungsi normal tubuh (Dahlan, 2018). Usia 20 dan 30 tahun fungsi fisiologis mencapai pucaknya, setelah mencapai puncak fungsi tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya umur (Azizah, 2011). Perubahan pada sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem muskuloskeletal, sistem gasrointenstinal, sistem integument, sistem sensorik, sistem neurologis, dan sistem endokrin merupakan tanda-tanda perubahan biologis saat lanjut usia (Dahlan, 2018).

B. Kebugaran

1. Definisi Kebugaran

Kebugaran merupakan kemampuan tubuh ketika melakukan aktivitas atau pekerjaan tidak menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai energi cadangan untuk keperluan mendadak (Gilang, 2013). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran

a. Umur

Kebugaran meningkat sampai usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan dari organ tubuh 0,81-1%. Semakin bertambah usia

(8)

kemampuan memperbaiki atau mengganti diri dalam mempertahankan struktur dan fungsi normalnya menghilang sehingga tidak tahan terhadap infeksi dan memerbaiki kerusakan yang diderita. Dengan begitu lansia secara progesif akan kehilangan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan akan akan menumpuk makin banyak distrosi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratife dan dapat mempengaruhi tingkat kebugaran kardiorespiratori (Gilang, 2013).

b. Jenis Kelamin

Kebugaran jasmani laki-laki lebih baik dari pada kebugaran jasmani perempuan, karena laki-laki melakukan banyak aktivitas berat (Gilang, 2013).

c. Makanan

Kebugaran jasmani juga dipengaruhi oleh gizi seimbang, dengan ada nya gizi seimbang (50 % karbohidrat , 12% Protein, 38% lemak), maka tubuh akan sehat (Gilang, 2013).

d. Keturunan (Genetik)

Keturunan berpengaruh pada kapasitas jantung, parut, postur tubuh, sel darah, obesitas, dan serat. Menurut penelitian Bowers dan Fox dalam Sukadiyanto, dkk menambahakan kemampuan aerobik (VO2max) sebesar 93%, sistem asam laktat sebesar 81% (Gilang, 2013).

e. Rokok

Merokok akan mengakibatkan masuknya kadar CO2 yang akan

(9)

menurut penelitian nikotin, perkins, dan sekton bisa menyebabkan pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan (Gilang, 2013).

3. Komponen Kebugaran Jasmani a. Kekuatan (Strength)

Kekuatan otot adalah kemampuan otot ketika digunakan untuk menerima beban sewaktu melakukan aktivitas atau melakukan kerja. Kekuatan otot , baik otot lengan ataupun otot kaki, dapat diperoleh dari latihan yang kontinyu dengan beban berat dan frekuensi sedikit. Latihan angkat beban dapat digunakan untuk melatih kekuatan otot lengan. Jika beban yang digunakan tersebut hanya dapat diangkat 8-12 kali saja (Mukani & Miswani, 2014).

b. Daya tahan (Endurance)

Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sistem jantung, paru-paru atau sistem pernapasan, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus dan tidak pernah berhenti. Daya tahan dapat dilatih dengan beban yang tidak terlalu berat, namun dengan frekuensi yang lama dan dalam durasi waktu yang lama pula (Mukani & Miswani, 2014).

c. Daya tahan Kardiorespiratori

Daya tahan kardiorespirasi atau kondisi aerobik adalah kemampuan dari jantung, paru-paru pembuluh darah dan grup otot-otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu lama seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam aerobik, mendayung, bersepeda, lompat tali, main sky, dan ski lintas alam. Daya tahan

(10)

kardiorespirasi merupakan komponen yang terpenting dari kebugaran fisik (Mukani & Miswani, 2014).

d. Komposisi tubuh

Komposisi tubuh adalah prosentasi lemak badan dari berat tanpa lemak dari berat tanpa lemak (otot, tulang, tulang rawan, organ- organ vital). Menjadi gemuk, biasanya dimulai pada masa kanak-kanak mempunyai pengaruh pada komponen lain dari kebugaran (Mukani & Miswani, 2014).

e. Fleksibilitas

Kelenturan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah di mantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya yang normal waktu istirahat. Meningkatkan kelenturan akan memperbaiki penampilan tubuh dan mengurangi kemungkinan cedera (Mukani & Miswani, 2014).

C. VO2max (Volume Oxigen Maximum)

1. Definisi VO2max (Volume Oxigen Maximum)

Kebugaran kardiorespiratori atau yang sering di sebut tingkat volume oksigen maksimal (VO2max) merupakan komponen kebugaran jasmani.

VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama

beraktivitas sampai menimbulkan kelelahan. VO2max adalah jumlah oksigen yang digunakan per menit per kilogram berat badan. VO2max merupakan kemampuan jantung dan paru-paru untuk mensuplai oksigen ke seluruh tubuh dalam jangka waku yang lama dan dapat menghindari tubuh dari kelelahan (Hasnah et al., 2018).

(11)

2. Fisiologis

Selama latihan VO2max mengalami peningkatan karena adanya adaptasi kontraksi jantung. Peningkatan efektifitas pompa jantung sesudah diberikan latihan fisik yang rutin dan berkesinambungan dan akan mempengaruhi fisiologis otot jantung, sehingga kekuatan jantung dalam memompakan darah menjadi lebih meningkat. Kinerja jantung yang baik akan mempengaruhi suplai oksigen ke seluruh tubuh dan dapat diukur melalui pengukuran denyut nadi sesudah latihan fisik. Setelah lansia latihan fisik denyut nadi menjadi lambat karena telah terjadi adaptasi sistem kardiovaskular terhadap latihan fisik yang telah dilakukan secara teratur. Latihan fisik yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan akan terpola pada sistem daya tahan kardiovaskular yang menghasilkan efek adaptasi sehingga memberikan pengaruh peningkatan VO2max (Hasnah et

al., 2018).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VO2max a. Usia

Usia 18-20 tahun merupakan puncak nilai VO2max dan usia 25-28 tahun nilai VO2max turun secara perlahan (Setiyawan, 2015). Dalam sebuah penelitian melaporkan bahwa terjadi penurunan VO2max seiring dengan bertambahnya umur dimana kecepatan penurunan

VO2max pada lansia sekitar 10% per dekade dan sekitar 5% per

dekade pada orang yang aktif. Studi dahulu menyebutkan pada 810 wanita dan laki-laki sehat selama 8 tahun memperlihatkan kecepatan penurunan VO2max sekitar 3-6% per dekade setelah umur 20 tahun.

(12)

Kecepatan penurunan VO2max ini meningkat lebih dari 20% perdekade setelah umur 70 tahun (Dewi, 2016).

b. Jenis Kelamin

Pada usia yang sama kemampuan aerobik perempuan sekitar 20% lebih rendah dari laki-laki, dikarenakan hormonal yang berbeda sehingga menyebabkan perempuan memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemah tubuh lebih besar (Setiyawan, 2015).

c. Keturunan

Secara genetik seseorang mungkin mempunyai potensi yang lebih besar dari orang lain untuk mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi, dan mempunyai supalai pembuluh darah kapiler yang lebih baik terhadap otot-otot, mempunyai kapasitas paru-paru yang lebih besar, dapat mensuplai hemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak, dan jantung yang kuat (Setiyawan, 2015).

d. Komposisi Tubuh

Lemak tubuh dengan persentase tinggi, mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang lebih rendah, jika tubuh berotot kuat nilai

VO2max akan lebih tinggi. Jika lemak tubuh berpersentase rendah

maka konsumsi oksigen maksimal dapat bertambah tanpa ada tambahan latihan (Setiyawan, 2015). Fungsi jantung terhambat saat melakukan latihan karena jumlah lemak tubuh yang berlebihan. Hal tersebut terjadi, karena otot yang aktif bekerja gagal melakukan ekstrasi oksigen akibat deposisi jaringan lemak yang tidak proporsional. Kolestrerol yang berlebihan diekskresi dari hati ke empedu sebagai kolesterol atau garam

(13)

empedu. Kemudian garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi porta dan kembali ke hati sebagai bagian dari sirkulasi enterohpetik (Innash & Rosdiana, 2013).

e. Konsumsi Pangan

Di anjurkan konsumsi lemak dan miyak dalam hidangan tidak lebih dari 25% jika mengkonsusmi lemak secara berlebihan mengakibatkan berkurangnya konsumsi makanan lain. Dalam sistem pencernaan lemak berada relatif lebih lama dibandingkan protein dan karbohiidrat, sehingga menimbulkan kenyang lebih lama. Kolesterol dibutuhkan untuk memproduksi hormon, karena kolesterol merupakan substansi yang terdapat dalam tubuh. Tubuh membuat kolesterol dari zat gizi makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti kuning telor, lemak daging, dan keju. Kadar kolesterol yang yang melebihi ambang normal(160-200 mg/dl) dapat mengakibatkan penyakt jantung dan serangan jantung. Hal ini dapat dicegah dengan pola konsumsi makanan rendah lemak (Kememkes RI, 2014).

4. Jenis-Jenis Latihan VO2max

Latihan yang baik untuk meningkatkan VO2max yaitu jenis latihan aerobik, latihan yang memacu detak jantung, paru, dan sistem otot. Latihan dengan intesitas detak jantung 65% sampai 85% dari detak jantung maksimum, selama 20 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu. Latihan ini berlangsung dalam durasi yang relatif lama namun berintensitas sedang (Cowan et al., 2019).

(14)

5. Nilai Standar VO2max Nilai standar VO2max yaitu :

Tabel 2.1 Nilai Standar VO2max pada Laki-laki (ml/kg/menit) (Sumber: Khotimah, 2018)

Usia Rendah Memadai Sedang Bagus Tinggi

13-19 <35.0 35.0-38.3 38.4-45.1 45.2-50.9 >51.0 20-29 <33.0 33.0-36.4 36.5-42.4 42.5-46.4 >46.5 30-39 <31.0 31.5-35.4 35.5-40.9 41.0-44.9 >45.0 40-49 <30.02 30.2-33.5 33.6-38.9 39.0-43.7 >43.8 50-59 <26.1 26.1-30.9 31.0-35.7 35.8-40.9 >41.0 60-69 <20.5 20.5-26.3 26.1-32.2 32.3-36.4 >36.5

Tabel 2.2 Nilai Standar VO2max pada Wanita (ml/kg/menit) (Sumber: Khotimah, 2018)

Usia Rendah Memadai Sedang Bagus Tinggi

13-19 <25.0 25.0-30.9 31.0-34.9 35.2-38.9 >39.0 20-29 <23.6 23.0-28.9 29.0-32.9 33.0-36.9 >37.0 30-39 <22.8 22.8-26.9 27.0-31.4 31.5-35.6 >35.7 40-49 <21.0 21.0-24.4 24.5-28.9 29.0-32.8 >32.9 50-59 <20.2 20.2-22.7 22.8-26.9 27.0-31.4 >31.5 60-69 <17.5 17.5-20.1 20.2-24.4 24.5-30.2 >30.3 6. Pengukuran VO2max

Banyak tes untuk mengukur VO2max yaitu tes dengan naik turun tangga ( queen’s college step test, canadian home fitness, chester step

test, 3 minute step test ) dan tes di lapangan ( bake test, cooper test, shuttle run test

20m, six minute walking test ) Dalam penelitian ini menggunakna tes six minute walking test (6-MWT) dikaranakan tes ini mudah dilakukan,

tidak perlu memerlukan peralatan canggih, lebih aman, tidak memerlukan usaha yang berlebihan bagi lansia (Ghomim, 2017).

(15)

a. Definisi Six Minute Walking Test (6-MWT)

Six minute walking test adalah tes jalan 15m selama 6 menit. Six minute walking test merupakan salah satu tes sub maksimal yaitu ambilan O2 dan detak jantung berhubungan linear sehingga VO2max mudah

dipredksi. Selama latihan responden tidak boleh lari dan responden diperbolehkan untuk istirahat selama tes (Ghonim, 2017). Six minute

walking test merupakan cara yang sesuai karena terbukti dapat

tercapainya zona sub maksimal dan zona aerobik pada seseorang (Nury & Nusdwinuringtyas, 2016).

Gambar 2.1 Lintasan Six Minute Walking Test (Sumber: Benavent-Caballer, 2016) Rumus menghitung Six Minute Walking Test (Ghomim, 2017)

0,03 x jarak (m) + 3,98

Table 2.3 Kategori Kebugaran Jasmani VO2max (Sumber: Ghomim, 2017)

No Kategori Tingkatan VO2max

1. Kategori I Sangat Kurang (SK) <28 ml/kgBB/menit 2. Kategori II Kurang (K) 28 ml/kgBB/menit s/d 34 ml/BB/menit 3. Kategori III Sedang (S) 34,5,ml/kgBB/menit s/d 42 ml/BB/menit 4. Kategori IV Baik (B) 42,1 ml/kgBB/menit s/d 52 ml/BB/menit 5. Kategori V Baik Sekali (BS) >52,1 ml/kgBB/menit

(16)

b. Indikasi Six Minute WalkingTest 1) Transplasi paru

2) Bedah reduksi volume paru 3) Rehabilitasi paru

4) PPOK

5) Hipertensi pulmonal 6) Gagal jantung 7) Kistis fibrosis

8) Penyakit vaskuler perifer (Efriyadi, 2018)

c. Kontraindikasi Six Minute Walking Test

Menurut pernyataan American Thoracic Society (ATS) adalah angina

unstable dan infark miokard sebulan sebelumnya, denyut jantung istirahat

lebih 120, tekanan darah sistol lebih dari 180 mmHg dan diastol lebih dari 100 mmHg (Efriyadi, 2018).

d. Prosedur Six Minute Walking Test 1) Alat yang dibutuhkan:

a) Lintasan 15m dalam keadaan yang datar dan lurus. b) Timer atau stopwatch.

c) Dua cone atau benda untuk penanda lintasan.

d) Kursi yang dapat di pindahkan sepanjang jalur untuk responden jika ingin berisitirahat.

e) Sumber oksigen. f) Spigmomanometer

(17)

2) Perhatian untuk responden:

a) Mengenakan pakaian yang nyaman.

b) Menggunakan sepatu atau alas kaki yang nyaman.

c) Responden dapat mempergunakan alat bantu jalan yang biasa di pakai.

d) Obat pribadi responden tetap dikonsumsi.

e) Responden tidak boleh berolahraga atau beraktivitas berat 2 jam sebelum six minute walking test dimulai

f) Responden dapat menentukan kecepatnnya sendiri, dan responden boleh berhenti untuk berisitirahat, tetapi waktu penghitungan tetap jalan.

g) Tes dapat dihentikan jika responden merasakan pusing, rasa letih, rasa sakit, dan gejala lainnya.

3) Prodesur Pelaksanaan:

a) Sebelum di lakukan six minute walking test responden diperiksa seksama tanda vital dan riwayat penyakit.

b) Responden berisitirahat 5-10 menit dengan duduk dikursi dekat garis start.

c) Informasikan ke responden bahwa akan berjalan selama 6 menit jangan berlari.

d) Set stopwatch untuk 6 menit.

e) Posisikan pasien dalam keadaan berdiri pada garis start kemudian mulai berjalan bersaam dengan stopwatch dihidupkan.

(18)

g) Kemudian peneliti mencatat jarak dan putaran dalam 6 menit.

h) Setelah tes selesai periksa nadi responden

i) Kemudian peneliti menghitung nilai VO2max berdasakan rumus dari six minute walking test.

(Efriyadi, 2018). D. Tai Chi

1. Definisi Senam Tai Chi

Senam Tai Chi merupakan seni bela diri dari Cina Kuno, yang berasal dari kata “tai-chi-chwon” dalam bahasa Cina adalah quan berarti pertama. Gaya Tai Chi yang dikenal adalah gaya “Yang, Chen, Sun, dan Wu”. Yang paling terkenal adalah gaya “Yang” yaitu sebuah rangkaian gerakan yang disebut “Beijing 24 step” atau senam Tai Chi 24 langkah. Gaya “Yang” sudah menjadi standarisasi oleh pemerintahan Tiongkok sebagai bentuk baku untuk mengajarkan Tai Chi (Wang et al., 2013).

Senam Tai Chi merupakan salah satu olahraga aerobic low impact. Olahraga ini cocok bagi lansia, karena gerakannya yang halus dan relatif lambat. Efek dari senam Tai Chi yaitu dapat meningkatkan kemampuan otot untuk mengkonsumsi oksigen secara maksimal, sehingga metabolisme energi dalam otot menjadi baik. Hal tersebut terjadi karena luas permukaan difusi O2 dalam otot meningkat, sehingga difusi O2 dari

kapiler ke otot menjadi mudah dan metabolisme dalam menjadi menjadi lebih baik (Adenikheir, 2014).

(19)

2. Manfaat Senam Tai Chi

Senam Tai Chi bermanfaat pada sistem kardiovaskular, seseorang yang teratur melakukan senam Tai Chi memiliki denyut jantung yang lambat, tekanan darah rendah, dan aliran darah menjadi lancar sehingga menurunkan frekuensi denyut nadi serta membuat konsentrasi oksigen dalam darah meningkat sehingga kebutuhan oksigen di jaringan dapat terpenuhi (Dongoran, 2014). Senam Tai Chi juga dapat menurunkan stres dengan kombinasi latihan pernapasan dan latihan otot ringan sehingga membuat seseorang rileks. Dengan meningkatnya fleksibilitas dan kekuatan otot penyokong postur senam Tai Chi mampu memperbaki gerak tubuh, serta senam Tai Chi dapat meningkatkan keseimbangan dengan meningkatnya sistem propioceptif dan kekuatan otot. Dalam sebuah penelitian senam Tai

Chi 50% dapat mengurangi resiko jatuh (Hikmahaidha & Hardian, 2011).

3. Efek Fisiologis Senam Tai Chi

Apabila senam Tai Chi dilakukan secara rutin akan berefek baik pada daya tahan jantung dan paru, karena adanya peningkatan kapasitas paru-paru akibat gerakan Tai Chi yang lembut, terus menerus, serta penarikan dan penghembusan napas panjang sehingga meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan, meningkatkan elastisitas rongga dada dan paru-paru (Adenikheir, 2014).

4. Dosis Senam Tai Chi

Dalam sebuah penelitian, kelompok yang diberikan senam Tai Chi selama 8-16 minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu. Setiap sesi diberika 10 menit pemanasan, 30 menit senam Tai Chi, dan 10 menit

(20)

pendinginan. Efeknya menunjukkan nilai yang signifikan dan meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas, kekuatan ekstenis lutut, dan meingkatkan kebugaran kardiovaskular (Tsai et al., 2014).

5. Prinsip Senam Tai Chi

a. Selama senam berlangsung pesenam dalam kondisi menghilangkan pikiran dan bermeditas.

b. Atur pola napas secara halus, panjang, dalam, dan berkesinambungan, kemudian masukkan dan keluarkan ke dalam dada secara teratur.

c. Gerakan senam Tai Chi harus mengikuti kaidah Yin dan Yang, dimana dalam kelembutan gerakan ada tarikan otot-otot.

(Adenikheir, 2014). 6. Gerakan Senam Tai Chi

Gerakan dalam senam Tai Chi mengandalkan gerakan latihan pernapasan dan gerakan yang berfokus pada pikiran. Pada gerakan pernapasan dituntun dengan mengolah pernapasan dengan gerakan lambat. Lambat laun napas akan menjadi panjang dan halus tanpa suatu usaha yang di paksakan, namun berjalan secara alami (Liu et al., 2015). Dosis senam

Tai Chi hampir sama dengan dosis aerobik lainnya yaitu 3 kali dalam

semiggu dengan durasi 30-60 menit, dosis tersebut berdasarkan rekomendasi dari CDC (The Center For Disease Control and Prevention) (Gucciono et al., 2012).

(21)

a. The Openig Form

Gambar 2.2 The Opening Form (Sumber: Green, 2014)

1) Berdiri tegak dengan kedua tangan posisi di depan, kemudian mengayunkan tangan dari bawah ke atas secara perlahan dan rileks. 2) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam

kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal.

3) Dilakukan 10 kali hitungan, 10 repetisi. b. Rainbow Dance

Gambar 2.3 Rainbow Dance (Sumber: Green, 2014)

1) Berdiri tegak dengan kedua tangan posisi di samping badan, kemudian mengayunkan tangan dari samping badan kemudian ke arah sebaliknya.

(22)

2) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal. 3) Dilakukan 10 kali hitungan, 5 repetisi tiap sisi.

c. Rolling Arm

Gambar 2.4 Rolling Arms (Sumber: Green, 2014)

1) Berdiri tegak, kemudian mengayunkan salah satu tangan ke depan dan tangan lain ke belakang. Dilakukan secara bergantian pada sisi tangan yang lain.

2) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal. 3) Dilakukan 10 kali hitungan, 5 repetisi tiap

sisi.

d. Throwing a Ball to The Opposite Shoulder

Gambar 2.5 Throwing a Ball to the Opposite Shoulder (Sumber: Green, 2014)

(23)

1) Berdiri tegak kemudian mengayukakn salah satu tangan ke samping. Dilakukan secara bergantian pada sisi tangan yang lain.

2) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal.

3) Dilakukan 10 kali hitungan, 5 repetisi tiap sisi. e. Pushing Hand Sideways

Gambar 2.6 Pushing Hand Sideways (Sumber: Green, 2014) 1) Berdiri tegak dengan tangan disamping pinggang.

2) Kemudian mendorong salah satu tangan ke samping. Dilakukan secara bergantian pada sisi tangan yang lain.

3) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal.

(24)

f. Wave Hands Like Cloud

Gambar 2.7 Wave Hands Like Cloud (Sumber: Green, 2014)

1) Berdiri tegak dan mengayunkan kedua tangan kesamping secara bergantian pada salah satu sisi tangan yang lain dengan diikuti kaki sedikit menekuk.

2) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal.

3) Dilakukan 10 kali hitungan, 5 repetisi tiap sisi. g. Spinning The Wheel

Gambar 2.8 Spinning The Wheel (Sumber: Green, 2014)

1) Berdiri tegak dan mengayunkan kedua tangan memutar dari kanan ke kiri kemudian di lakukan secara bergantian pada salah satu sisi yang lain.

(25)

2) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal.

3) Dilakukan 10 kali hitungan, 5 repetisi tiap sisi. h. Patting a Bal

Gambar 2.9 Patting a Ball (Sumber: Green, 2014)

1) Berdiri tegak, salah satu kaki diangkat dengan diikuti sisi tangan yang lain. Dilakukan secara bergantian pada sisi tangan dan kaki yang lain.

2) Selama pergerakan awal atur pola napas, tarik napas dalam kemudian mengehembuskan perlahan ketika kembali menuju posisi awal.

3) Dilakukan 10 kali hitungan, 5 repetisi tiap sisi. E. Metode Feldenkrais

1. Definisi Metode Feldenkrais

Metode Feldenkrais adalah teknik pendekatan terintegrasi untuk memberikan peningkatan fungsionalitas kepada individu berdasarkan kemampuan sendiri, selama rentang hidup dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mengatur perilaku mereka

(26)

sendiri. Metode ini termasuk latihan gerakan sederhana dan pelatihan kesadaran melalui pola gerakan serta berpikir, merasakan, yang dapat meningkatkan mental positif dan membantu mengurangi keluhan nyeri kronis (Plastaras, 2013).

2. Manfaat Metode Feldenkrais

Methode Feldenkrais bermanfaat untuk kesadaran tubuh akan diri dalam konteks propioceptif melalui beberapa gerakan dan pada akhirnya gerakan ini akan membantu mengubah kebiasaan gerakan yang buruk menjadi baik dengan memposisikan tubunya dalam keadaan seimbang sehingga dalam menjalankan pekerjaan akan lebih mudah (Plastaras, 2013).

3. Pengaruh Metode Feldenkrais Terhadap VO2max

Metode Feldenkrais berfungsi melatih pola napas yang dalam dan mudah yang melibatkan gerakan tulang rusuk, diafragma, dan perut. Proses pernapasan akan menyesuaikan dengan postur tubuh yang berhubungan dengan gravitasi. Tulang rusuk bawah bergerak lebih banyak daripada tulang rusuk atas dan berkontribusi lebih banyak pada proses pernapasan. Pernapasan menjadi lebih mudah dan lebih berirama ketika postur tubuh tegak tanpa usaha sadar yaitu ketika seluruh beratnya didukung oleh struktur kerangka (Nichols, 2013).

Proses pernapasan yaitu udara masuk melalui hidung dan mulut ke tenggorokan, bronkus, dan paru-paru, kemudian dikeluarkan lagi agar dapat memasok oksigen yang cukup setiap saat dan setiap kondisi. Sebagian besar otot sistem pernapasan terhubung ke vertebra serviks dan

(27)

lumbar dan karenanya pernapasan memengaruhi stabilitas dan postur tulang belakang. Sebaliknya posisi tulang belakang akan memengaruhi kualitas dan kecepatan pernapasan. Pernapasan yang baik dikarenakan postur yang baik, sama seperti postur yang baik berarti pernapasan yang baik (Nichols, 2013)..

4. Dosis Metode Feldenkrais

Menurut sebuah penelitian dosis untuk Feldenkrais adalah 3-5 minggu. Latihan dilakukan 3x 1 minggu. Sesi gerakan yang di lakukan berdiri, duduk, meraih benda, berputar, berpindah tempat, dan merilekskan tubuh dengan breathing exercise, dilakukan selama 1 jam (Worley, 2015). 5. Gerakan Metode Feldenkrais

a. Walking Along a Line

Gambar 2.10 Walking Along a Line (Sumber: Vanissa, 2018)

1) Berdiri tegak kemudian tarik napas dalam menggunakna otot diafragma dan hembuskan secara perlahan

2) Kemudian melangkahkan salah satu kaki ke depan dengan posisi tumit menempel pada ibu jari kaki yang lain.

3) Dilakukan secara bergantian ke salah satu sisi kaki yang lain. 4) Dilakukan 13 kali hitungan, 5 repitisi setiap sisi.

(28)

b. Standing Balance and The Pelvis

Gambar 2.11 Standing Balance and The Pelvis (Sumber: Vanissa, 2018)

1) Duduk tegak pada kursi dengan posisi flexi Hip dan Knee 900. Tarik 2) napas dalam menggunakna otot diafragma dan hembuskan secara

perlahan

3) 2) Kemudian berdiri tegak dan membuka salah satu kaki secara bergantian. Kemudian kembali ke posisi semula.

4) Dilakukan 13 kali hitungan, 5 repitisi setiap sisi.

c. Activating The Flexor in Sitting

Gambar 2.12 Activating The Flexor in Sitting (Sumber: Vanissa, 2018)

(29)

1) Duduk tegak pada kursi dengan posisi flexi Hip dan Knee 900. 2) Kedua pergelangan kaki di angkat kearah depan kemudian kembali

ke posisi semula.

3) Dilakukan 13 kali hitungan, 10 repetisi. d. Standing as Balancing (1)

Gambar 2.13 Standing as Balancing (1) (Sumber: Vanissa, 2018)

1) Berdiri tegak di samping kursi dan angkat kaki dengan menekuk kaki tersebut, kemudian kembali ke posisi semula.

2) Dilakukan secara bergantian ke salah satu sisi kaki yang lain. 3) Dilakukan 13 kali hitungan, 5 repitisi setiap sisi.

e. Standing up From Chair (1)

Gambar 2.14 Standing up From Chair (1) (Sumber: Vanissa, 2018)

1) Berdiri tegak di belakang kursi kemudian mengangkat kaki ke samping kemudian kembali ke posisi semula.

(30)

2) Dilakukan secara bergantian ke salah satu sisi tangan yang lain. 3) Dilakukan 13 kali hitungan, 5 repitisi setiap sisi.

f. Remain Standing

Gambar 2.15 Remain Standing (Sumber: Shelhav, 2003)

1) Berdiri tegak dengan kedua kaki sejajar, kemudian silangkan kaki kiri ke kanan belakang.

2) Miringkan kepala ke kanan, kemudian tarik napas dalam menggunakna otot diafragma dan hembuskan secara perlahan 3) Dilakukan secara bergantian ke salah satu sisi yang lain. 4) Dilakukan 5 kali hitungan, 10 repitisi setiap sisi.

g. Stop When The Weight is on the Front Foot

Gambar 2.16 Stop When The Weight is on the Front Foot (Sumber: Shelhav, 2003)

(31)

2) Kaki yang tidak melangkah di belakang kemudian di angkat dan pertahankan posisi tersebut

3) Dilakukan secara bergantian ke salah satu sisi kaki yang lain. 4) Dilakukan 5 kali hitungan, 10 repitisi setiap sisi.

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Standar VO2max pada Laki-laki (ml/kg/menit)  (Sumber: Khotimah, 2018)
Gambar 2.1 Lintasan Six Minute Walking Test (Sumber: Benavent-Caballer, 2016)  Rumus menghitung Six Minute Walking Test (Ghomim, 2017)
Gambar 2.2 The Opening Form  (Sumber: Green, 2014)
Gambar 2.4 Rolling Arms  (Sumber: Green, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dampak teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai bidang 1 bidang pendidikan a dampak positif 1 inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya

Gambar 4.11 pengujian waktu search flight result Jetstar rute SUB - HKG Pada website Jestar ditemukan 3 penerbangan dengan durasi penerbangan terkecil 11. jam

Perkembangan teknologi informasi yang didalamnya mengandung teknologi perangkat keras, perangkat lunak, internet serta jaringan komunikasi serta kesepakatan atau kebijakan

Sebaliknya siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap gaya kepemimpinan guru akan mengakibatkan siswa menjadi malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dan

Indikasi penting daerah perkotaan adalah karakteristik arus lalu-lintas puncak pada pagi dan sore hari secara umum lebih tinggi dan terdapat perubahan komposisi lalu-lintas

Ilyas Masudin, S.T., MlogSCM., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Industri sekaligus Pembimbing I, dan juga mentor dalam berbagai hal bagi penulis, yang telah mendorong,

PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN). Didin Juandi

(2) Kepala Seksi Fasilitasi dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat lingkup fasilitasi