• Tidak ada hasil yang ditemukan

uku Ajar DOKUMENTASI KEBIDANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "uku Ajar DOKUMENTASI KEBIDANAN"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

uku Ajar

DOKUMENTASI KEBIDANAN

Penulis :

Nani Surtinah, S.SiT., M.Pd

Sulikah, SST., M.Kes

Nuryani, S.SiT., M.Kes

Dosen Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Surabaya

Untuk Kalangan Sendiri Penerbit

Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya

(3)

ii

BUKU AJAR

DOKUMENTASI KEBIDANAN

Oleh :

Nani Surtinah, S.SiT., M.Pd

Sulikah, SST., M.Kes

Nuryani, S.SiT., M.Kes

Cetakan Pertama : September 2019

Editor

: Tutiek Herlina

Tata Letak

: Triana Septianti P

Tata Muka

: Triana Septianti P

Diterbitkan Oleh

:

Untuk Kalangan Sendiri

Prodi Kebidanan Magetan

Poltekkes Kemenkes Surabaya

Jl. Jend S Parman No.1 Magetan 63313

Telp.0351-895216; Fax.0351-891565 Magetan

Email : prodikebidananmagetan@yahoo.co.id

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan buku Ajar ini. Buku ini disusun dengan harapan harapan dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk Mata Kuliah Dokumentasi Kebidanan bagi Mahasiswa yang mengikuti pendidikan DIII Kebidanan. Buku ajar ini terdiri 13 BAB mengenai pendokumentasian asuhan kebidanan.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. kami. Kami menyadari keterbatasan kami selaku penulis, oleh karena itu demi pengembangan kreatifitas dan penyempurnaan buku ajar ini, kami mengharapkan saran dan masukan dari pembaca maupun para ahli, baik dari segi isi, istilah serta pemaparannya. semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan modul ini. Akhir kata, semoga buku ajar ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, Aamiin.

Magetan, September 2019

(5)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul……… i Kata Pengantar………..……….. iii Daftar Isi……….………… iv

BAB 1 Konsep Dasar Dokumentasi 1

A. Pengertian Dokumentasi 1

B. Tujuan dan Fungsi Dokumentasi 4

C. Manfaat Dokumentasi 7

Tes Formatif Kegiatan Belajar 1 9

BAB 2 Konsep Dasar Dokumentasi 11

A. Prinsip Dokumentasi 11

B. Aspek Legal 16

Tes Formatif Kegiatan Belajar 2 18

BAB 3 Tekhnik Dokumentasi Naratif dan Flowsheet 20

A. Tekhnik Dokumentasi Naratif 20

B. Tekhnik Dokumentasi Flowsheet 27

Tes Formatif Kegiatan Belajar 3 32

BAB 4 Model Dokumentasi Kebidanan 34

A. Model Dokumentasi Problem Oriented Record (POR) 34 B. Model Dokumentasi Source Oriented Record (SOR) 39

Tes Formatif Kegiatan Belajar 4 42

BAB 5 Model Pendokumentasian Kebidanan 44 A. Model Pendokumentasian Charting By Exception (CBE)………. 44

Tes Formatif Kegiatan Belajar 5 49

BAB 6 Metode Dokumentasi 51

A. Metode Dokumentasi Subjektif, Objektif, Assesment, Planning, Implementasi, Evaluasi,

Reassesment (SOAPIER) 51

B. Metode Dokumentasi Subjektif, Objektif, Assesment,

Planning, Implementasi, Evaluasi, (SOAPIE) 53

Tes Formatif Kegiatan Belajar 6 55

BAB 7 Metode Dokumentasi 57

A. Subjektif, Objektif, Analysis, Planning,

Implemensi, Evaluasi, Dokumentasi (SOAPIED) 57 B. Subjektif, Objektif, Analysis, Planning (SOAP) 59

(6)

v BAB 8 Sistem Pengumpulan Data Rekam Medik

dan Sistem Dokumentasi Pelayanan 63

A. Sistem Pengumpulan Rekam Medik 63

B. Pengumpulan Data Rekam Medik di Rumah Sakit 66 C. Prosedur Penerimaan Klien Rawat Jalan 69 D. Ketentuan Umum Penerimaan Klien Rawat Inap 71 E. Prosedur Penerimaan Klien Rawat Inap 71 F. Aturan Penerimaan dan Indikator Pelayanan

Klien Rawat Inap 73

Tes Formatif Kegiatan Belajar 8 74

BAB 9 Rancangan Format Pendokumentasian 76 A. Rancangan Format Pendokumentasian pada Ibu Hamil ………… 76 B. Rancangan Format Pendokumentasian pada Ibu Bersalin ……… 80

Tes Formatif Kegiatan Belajar 9 83

BAB 10 Rancangan Format Pendokumentasian 85 A. Rancangan Format Pendokumentasian pada Ibu Nifas 85 B. Rancangan Format Pendokumentasian pada

Bayi Baru Lahir (BBL) 88

Tes Formatif Kegiatan Belajar 10 91

BAB 11 Rancangan Format Pendokumentasian 92 A. Rancangan Format Pendokumentasian pada Neonatus …………. 92 B. Rancangan Format Pendokumentasian pada KB 95 C. Rancangan Format Pendokumentasian pada Kespro 97

Tes Formatif Kegiatan Belajar 11 99

BAB 12 Membuat Asuhan Kebidanan dengan SOAP 101 A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Hamil dengan SOAP 101

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Bersalin dengan SOAP 110

C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Nifas dengan SOAP 119

Tes Formatif Kegiatan Belajar 12 126

BAB 13 Membuat Asuhan Kebidanan dengan SOAP 128 A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada

Bayi Baru Lahir (BBL) dengan SOAP 128

Tes Formatif Kegiatan Belajar 13 136

Glosarium 138

(7)

1 BAB 1

KONSEP DASAR DOKUMENTASI

Mahasiswa DIII Kebidanan yang saya banggakan, selamat bertemu di BAB 1 membahas tujuan dan fungsi dokumentasi. Di BAB 1 ini kita akan mempelajari tentang tujuan dilakukannya pendokumentasian dan fungsi dari pendokumentasian tersebut. Tapi sebelum mempelajari dua hal tersebut, Anda perlu tahu terlebih dahulu tentang pengertian dari dokumentasi.

Mungkin sebagian dari Anda yang sudah pernah memberikan asuhan kebidanan merasakan sedikit kerepotan ketika harus banyak melakukan pencatatan dan pelaporan data klien. Bahkan mungkin ada yang memiliki perasaan bahwa pendokumentasian itu banyak membuang waktu. Tapi pernahkan Anda bayangkan apabila dalam melakukan asuhan kebidanan kepada klien tidak memiliki pendokumentasian sama sekali. Bisakah Anda mempertanggung jawabkan asuhan yang Anda berikan tersebut?

Nah, saya mengajak Anda untuk mulai mencermati dari materi yang ada di BAB 1. Selain itu Anda juga dapat menambah informasi dari referensi lain yang telah dianjurkan sehingga Anda memiliki pengetahuan yang dalam tentang tujuan dan fungsi dokumentasi. Selamat belajar!

A. PENGERTIAN DOKUMENTASI

Apakah yang dimaksud dengan “Dokumentasi”? Dalam bukunya Wildan dan Hidayat (2009) menyatakan bahwa secara umum dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sementara itu, sumber lain oleh Fauziah, Afroh, & Sudarti (2010), menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan maupun rekaman lainnya seperti dengan pita suara/cassete, vidio, film, gambar, dan foto. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dokumentasi adalah surat yang tertulis/tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian, dan sebagainya). Dokumen dalam Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi

(8)

2 (offical) dengan tulisan di atasnya. Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi data atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan. Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan) Muslihatun, Mudlilah, Setyawati, 2009). Dokumentasi kebidanan juga diartikan sebagai bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri.

Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Hal ini karena asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai permasalahan yangmungkin dialami oleh klien berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Selain sebagai sistem pencatatan dan pelaporan, dokumentasi kebidanan juga dipakai sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan. Disamping itu, dokumentasi berperan sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyebarluasan informasi guna mempertahankan sejumlah fakta yang penting secara terus menerus pada suatu waktu terhadap sejumlah kejadian (Fischbach dalam Wildan dan Hidayat, 2009). Dengan kata lain, dokumentasi digunakan sebagai suatu keterangan, baik tertulis maupun terekam, mengenai data subyektif yang diambil dengan anamnesa (wawancara), hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang (laborat, USG dsb), analisa (diagnosa), perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi, tindakan medis,pengobatan yang diberikan

(9)

3 kepada klien baik rawat jalan maupun rawat inap, serta pelayanan gawat darurat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Dokumentasi Kebidanan adalah proses pencacatan dan penyimpanan data-data yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan asuhan kebidanan dan pelayanan kebidanan. Untuk memperjelas perbedaan arti antara istilah asuhan kebidanan dengan pelayanan kebidanan, maka akan kita bahas sebagai berikut. Asuhan kebidanan diartikan sebagai asuhan kebidanan yang diberikan kepada individu/satu klien. Contohnya yaituasuhan kebidanan pada ibu hamil. Dalam hal ini bidan melakukan asuhan kebidanan pada satu ibu hamil. Sedangkan yang dimaksud dengan pelayanan kebidanan adalah asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan kepada sekelompok invidividu atau kepada masyarakat. Contohnya yaitu asuhan kebidanan yang diberikan kepada sekelompok ibu ibu hamil seperti penyuluhan kepada sekelompok ibu PKK.

Isi dan kegiatan dokumentasi apabila diterapkan dalam asuhan kebidanan meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1. Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode tertentu.

2. Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadianyang diperhitungkan melalui gambaran, catatan/dokumentasi.

3. Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan asuhan kebidanan.

4. Memonitor catatan profesional dan data dari pasien, kegiatan perawatan, perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit dan hasil asuhan kebidanan.

5. Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi penderitaan dan perawatan pada pasien yang hampir meninggal dunia.

Dokumentasi mempunyai 2 sifat yaitu tertutup dan terbuka. Tertutup apabila di dalam berisi rahasia yang tidak pantas diperlihatkan, diungkapakan, dan disebarluaskan kepada masyarakat. Terbuka apabila dokumen tersebut selalu berinteraksi dengan lingkungannya yang menerima dan menghimpun informasi.

Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di rumah sakit dikenal dengan istilah rekam medik. Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan

(10)

4 yang memberi bukti dan kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.

B. TUJUAN DAN FUNGSI DOKUMENTASI

Mahasiswa DIII kebidanan yang saya banggakan, sekarang kita akan membahas tentang alasan seorang bidan wajib melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian penting dilakukan oleh bidan mengingat dokumentasi memiliki fungsi yang sangat penting.

Fungsi pentingnya melakukan dokumentasi kebidanan meliputi dua hal berikut ini.

1. Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan bidan.

2. Sebagai bukti dari setiap tindakan bidan bila terjadi gugatan terhadapanya.

Berdasarkan pendapat Muslihatun, Mudlilah, dan Setiyawati (2009) bahwa catatan pasien merupakan suatu dokumentasi legal berbentuk tulisan, meliputi keadaan sehat dan sakit pasien pada masa lampau dan masa sekarang, menggambarkan asuhan kebidanan yang diberikan. Dokumentasi asuhan kebidanan pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di tempat-tempat pelayanan kebidanan seperti di uskesmas, rumah bersalin, atau bidan praktik swasta.Semua instansi kesehatan memiliki dokumen pasien yang dirawatnya, walaupun bentuk formulir dokumen masing-masing instansi berbeda. Tujuan dokumen pasien adalah untuk menunjang tertibnya administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit/puskesmas. Selain sebagai suatu dokumen rahasia, catatan tentang pasien juga mengidentifikasi pasien dan asuhan kebidanan yang telah diberikan.

Adapun tujuan dokumentasi kebidanan menurut Muslihatun, Mudlilah, dan Setiyawati (2009) adalah sebagai sarana komunikasi. Komunikasi terjadi dalam tiga arah sebagai berikut.

1. Ke bawah untuk melakukan instruksi. 2. Ke atas untuk member laporan.

3. Ke samping (lateral) untuk member saran.

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk beberapa hal berikut ini:

(11)

5 1. Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim

kesehatan.

a. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, atau tindakan yang mungkin tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien.

b. Membantu tim bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya karena dengan pendokumentasian, bidan tidak banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi secara oral. Contoh: Seorang bidan melakukan pencatatan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakanya sehingga bidan lain dapat mengetahui asuhan kebidanan tersebut dari catatan. 2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat.

Bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan bidan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.

3. Sebagai informasi statistik.

Data statistik dari dokumentasi kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana, dan teknis. Penting kiranya untuk terus menerus memberi informasi kepada orang tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan, serta segala perubahan dalam pekerjaan yang telah ditetapkan.

4. Sebagai sarana pendidikan.

Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.

(12)

6 5. Sebagai sumber data penelitian.

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sember data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif, dan etis.

6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan.

Melalui dokumentasi yang diakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat, dan rutin baik yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.

7. Sebagai sumber data asuhan kebidanan berkelanjutan.

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh asuhan kebidanan yang dilakukan. 8. Untuk menetapkan prosedur dan standar.

Prosedur menentukan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan, sedangkan standar menentukan aturan yang akan dianut dalam menjalankan prosedur tersebut.

9. Untuk mencatat.

Dokumentasi akan diperlukan untuk memonitor kinerja peralatan, sistem, dan sumber daya manusia. Dari dokumentasi ini, manajemen dapat memutuskan atau menilai apakah departemen tersebut memenuhi atau mencapai tujuannya dalam skala waktu dan batasan sumber dayanya. Selain itu manajemen dapat mengukur kualitas pekerjaan, yaitu apakah outputnya sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan.

10. Untuk memberi instruksi.

Dokumentasi yang baik akan membantu dalam pelatihan untuk tujuan penanganan instalasi baru atau untuk tujuan promosi. Selanjutnya, tujuan dari dilakukannya dokumentasi kebidanan menurut Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010) meliputi dua hal berikut ini:

(13)

7 1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan, mengevaluasi tindakan.

2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.

3. Terkait penelitian, keuangan, hukum, dan etika, dokumentasi memiliki tujuan sebagai berikut.

a. Bukti kualitas asuhan kebidanan.

b. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien.

c. Informasi terhadap perlindungan individu. d. Bukti aplikasi standar praktik kebidanan.

e. Sumber informasi statistik untuk standar dan riset kebidanan. f. Pengurangan biaya informasi.

g. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan. h. Komunikasi konsep risiko tindakan kebidanan.

i. Informasi untuk mahasiswa.

j. Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggungjawab etik. k. Mempertahankan kerahasiaan informasi klien.

l. Suatu data keuangan yang sesuai.

m. Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang.

C. MANFAAT DOKUMENTASI KEBIDANAN

Berikut adalah manfaat dokumentasi menurut Yuniati (2010:3-5), ada 7 manfaat dalam pencatatan antara lain:

1. Nilai Hukum

Catatan yang menuliskan informasi tentang kondisi klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan serta keterangan penunjang lainnya merupakan dokumen resmi dan mempunyai nilai hukum jika terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pelanggaran etik, hukum atau moral dalam praktik pelayanan yang diberikan. Catatan dapat digunakan sebagai barang bukti terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh tenaga kerja tersebut. Berdasarkan catatan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi dan hukuman.

(14)

8 Dalam proses audit pada umumnya menggunakan catatan kesehatan pasien sebagai sumber data. Baik yang rawat jalan maupun yang rawat inap. Pencatatan yang lengkap dan akurat dapat menjadi landasan dalam menilai asuhan yang telah diberikan, sehingga kualitas pelayanan yang telah diberikan dapat diketahui mutunya. Melalui catatan juga dapat diketahui pendekatan dan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah yang ada, apakah pelayanan yang dilakukan sesuai standar atau ketentuan yang telah ditetapkan. 3. Alat Komunikasi

Pencatatan merupakan alat “perekam” terhadap kondisi dan masalah yang terkait dengan klien/pasien atau tenaga kesehatan lain. Oleh karena itu, melalui pencatatan dapat dilihat apa yang telah terjadi/dilakukan terhadap pasien/klien, sekaligus melalui pencatatan tenaga kesehatan dapat berkomunikasi dengan timnya, terutama jika pasien dikelola oleh tim tenaga kesehatan atau pasien memerlukan tindakan rujukan atau konsultasi kepada sarana pelayanan kesehatan rujukan.

4. Nilai Administrasi

Catatan pelayanan pasien dapat dijadikan bahan patokan dalam menghitung biaya/dana yang dipergunakan, hal ini sebagai pertimbangan/acuan dalam menentukan biaya yang dibutuhkan/dikeluarkan untuk perawatan di tempat pelayanan kesehatan.

5. Nilai Pendidikan

Catatan pasien juga dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran bagi peserta didik maupun tenaga muda, karena melalui catatan tersebut dapat mempelajari kasus yang ada secara sistematis dan kronologis yang jelas. Catatan dan dokumentasi pelayanan yang ada dapat membantu proses refleksi dari tenaga kesehatan yang akan selalu melakukan perbaikan terhadap pelayanan yang ada. Sehingga proses pembelajaran akan terjadi secara terus menerus diantara tenaga kesehatan yang sudah bekerja di pelayanan. Proses ini sangat membantu upaya peningkatan kualitas pelayanan.

6. Bahan Penelitian

Pencatatan yang lengkap, jelas dan akurat dapat dipergunakan sebagai sumber data suatu penelitian, sehingga upaya peningkatan

(15)

9 pelayanan dapat dilakukan melalui catatan tersebut. Hal ini dapat juga dijadikan masukan atau feed back dalam pengembangan suatu model, metoda, dan tindakan tertentu dalam pelayanan.

7. Akreditasi / audit

Melalui pencatatan suatu proses penilaian akreditasi dilakukan dengan mudah dan kongkrit. Berdasarkan catatan juga dapat dibuat kesimpulan tentang keberhasilan pelayanan dan asuhan yang diberikan.

Tes Formatif Kegiatan Belajar 1 1. Pengertian dari dokumentasi kebidanan adalah....

A. Proses pencacatan data yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan askeb dan pelayanan kebidanan

B. Proses penyimpanan data yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan askeb dan pelayanan kebidanan

C. Proses pencacatan dan penyimpanan data yang tidak bermakna dalam pelaksanaan kegiatan askeb dan pelayanan kebidanan

D. Proses pencacatan dan penyimpanan data yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan askeb dan pelayanan kebidanan E. Proses pencatatan data dalam asuhan kebidanan dan

pelayanan kebidanan

2. Fungsi pentingnya dokumentasi kebidanan adalah....

A. Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang belum dilakukan bidan

B. Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang akan dilakukan bidan

C. Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan bidan

D. Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang belum dilakukan tenaga kesehatan

E. Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang belum dilakukan

3. Sebagai bukti dari setiap tindakan bidan bila terjadi gugatan terhadapanya adalah merupakan...dari dokumentasi kebidanan.

A. Pengertian B. Fungsi C. Tujuan

(16)

10 D. Manfaat

E. Peran

4. Tujuan dari dokumentasi kebidanan adalah....

A. Tidak mengkomunikasikan konsep resiko tindakan kebidanan B. Bukan bukti aplikasi standar praktik kebidanan

C. Tidak memberi pengaruh pengurangan biaya informasi D. Tidak membocorkan kerahasiaan informasi klien E. Membocorkan kerahasiaan informasi klien

5. Informasi untuk mahasiswa adalah salah satu dari...dokumentasi kebidanan. A. Fungsi B. Tujuan C. Manfaat D. Keuntungan E. Peran Kunci Jawaban 1. D 2. C 3. B 4. D 5. B

(17)

11 BAB 2

KONSEP DASAR DOKUMENTASI

Mahasiswa DIII Kebidanan yang saya banggakan, selamat bertemu di BAB 2. Di BAB 2 ini kita akan mempelajari tentang prinsip-prinsip penulisan dokumentasi. Saya yakin hampir semua dari Anda sudah pernah melakukan pendokumentasian. Pada saat mendokumentasikan data kebidanan, mungkin ada banyak dari Anda yang bertanya pada diri sendiri apakah dokumentasi yang Anda buat itu sudah benar atau belum. Jika Anda telah mempelajari BAB 1 maka Anda tentunya sepakat bahwa dokumentasi sangat penting karena dapat dipakai sebagai pembela saat ada gugatan dari klien. Dengan kata lain, dokumentasi kebidanan memiliki legalitas tinggi. Agar dokumentasi yang Anda buat itu tetap memiliki nilai legalitas yang tinggi maka dalam mendokumetasikan data harus dibuat atau ditulis dengan prinsip yang benar. Nah, bagaimana prinsip-prinsip dokumentasi yang benar? Akan kita diskusikan di BAB 2 ini. Selamat belajar!

A. PRINSIP - PRINSIP DOKUMENTASI

Bagaimana prinsip-prinsip penulisan dokumentasi? Pertanyaan tersebut akan didiskusikan dan dijawab dalam Topik 2 ini. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wildan dan Hidayat (2009), prinsip-prinsip pendokumentasian harus memenuhi prinsip lengkap, teliti, berdasarkan fakta, logis dan dapat dibaca. Masing-masing prinsip tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Lengkap

Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip lengkap. Prinsip lengkap di sini berarti:

a. Mencatat semua pelayanan kesehatan yang diberikan.

b. Catatan kebidanan terdiri dari semua tahap proses kebidanan. c. Mencatat tanggapan bidan/perawat.

d. Mencatat tanggapan pasien. e. Mencatat alasan pasien dirawat. f. Mencatat kunjungan dokter. 2. Teliti

Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip teliti. Prinsip teliti meliputi:

(18)

12 a. Mencatat setiap ada perubahan rencana kebidanan.

b. Mencatat pelayanan kesehatan.

c. Mencatat pada lembar/bagan yang telah ditentukan. d. Mencantumkan tanda tangan/paraf bidan.

e. Setiap kesalahan dikoreksi dengan baik.

f. Catatan hasil pemeriksaan ada kesesuaian dengan hasil laboratorium/instruksi dokter.

3. Berdasarkan fakta

Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip berdasarkan fakta.

Prinsip berdasarkan fakta mencakup hal berikut ini: a. Mencatat fakta daripada pendapat.

b. Mencatat informasi yang berhubungan dalam bagan/laboratorium.

c. Menggunakan bahasa aktif. 4. Logis

Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip logis. Prinsip logis meliputi:

a. Jelas dan logis.

b. Catatan secara kronologis.

c. Mencantumkan nama dan nomor register pada setiap lembar. d. Penulisan dimulai dengan huruf besar.

e. Setiap penulisan data memiliki identitas dan waktu (jam, hari, tanggal, bulan dan tahun).

5. Dapat dibaca

Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip dapat dibaca.

Prinsip dapat dibaca meliputi: a. Tulisan dapat dibaca.

b. Bebas dari catatan dan koreksi. c. Menggunakan tinta.

d. Menggunakan singkatan/istilah yanglazim digunakan.

Selain prinsip tersebut diatas, Wildan dan Hidayat (2009) juga menyebutkan bahwa ketika melakukan pendokumentasian, ada persyaratan dokumentasi kebidanan yang perlu diketahui, diantaranya sebagai berikut:

(19)

13 Penggunaan kata kata yang sederhana mudah dibaca, mudah dimengerti dan menghindari istilah yang sulit dipahami.

2. Keakuratan

Data yang diperoleh harus benar benar akurat berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Selain itu terdapat kejelasan bahwa data yang diperoleh berasal dari pasien. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan yang otentik dan akurat serta terhindar dari kesimpulan yang menyimpang.

3. Kesabaran

Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi kebidanan dengan meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaaran terhadap data pasien yang telah atau sedang diperiksa.

4. Ketepatan

Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat mutlak. Untuk memperoleh ketepatan diperlukan ketelitian penggunaan seperti penilaian gambaran klinis pasien, hasil laboratorium, pemeriksaan tambahan, pencatatan terhadap setiap rencana tindakan, pelayanan kesehatan, observasi yang dilakukan pada lembar atau bagan yang ditentukan, dan kesesuaian hasil pemeriksaan dengan hasil atau intruksi dokter dan tenaga kesehatan lainnya, dimana kesalahan dikoreksi dengan baik dan pada tanda bukti pencantuman ditandatangani oleh pihak-pihak yang berwenang.

5. Kelengkapan

Pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan, tanggapan bidan, tanggapan pasien, alasan pasien dirawat, kunjungan dokter, dan tenaga kesehatan lainnya beserta advisnya yang terdiri dari 5 atau 7 tahap asuhan kebidanan.

6. Kejelasan dan keobjektifan

Dokumentasi kebidanan memerlukan kejelasan dan keobjektifan dari data yang ada, bukan merupaka data fiktif dan samar yang dapat menimbulkan kerancuan. Data untuk dokumentasi kebidanan harus logis, jelas, rasional, kronologis, serta mencantumkan nama dan nomor register. Penulisan dimulai dengan huruf besar dan setiap penulisan data memiliki identitas dan waktu.

(20)

14 Menurut Fauziah, Afroh dan Sudaarti (2010), prinsip prinsip dokumetasi adalah sebagai berikut:

1. Dokumentasi secara lengkap tentang suatu masalah penting yang bersifat klinis

Dokumentasi kebidanan bertujuan untuk menyampaikan informasi penting tentang pasien. Rekam medis dipergunakan dalam pendokumentasian asuhan kebidanan untuk memenuhi kewajibanprofesional bidan dalam mengomunikasikan informasi penting. Data dalam catatan tersebut harus berisi informasi spesifik yang memberi gambaran tentang kondisi pasien dan pemberian asuhan kebidanan, juga tentang evaluasi status pasien. 2. Lakukan penandatanganan dalam setiap pencatatan data

Setiap kali melakukan pencatatan, perlu dicantumkan nama bidan yang bertugas serta waktu pencatatan.

3. Tulislah dengan jelas dan rapi

Tulisan yang jelas dan rapi akan menghindarkan kita dari kesalahan persepsi. Selain itu, dapat menunjang tujuan dari pendokumentasian, yakni terjalinnya komunikasi dengan tim tenaga kesehatan pain. Tulisan yang tidak jelas dan tidak rapi akan menimbulkan kebingungan serta menghabiskan banyak waktu untuk dapat memahaminya. Lebih bahaya lagi dapat menimbulkan cidera pada pasien jika ada informasi penting yang disalahartikan akibat ketidakjelasan tulisan tangan.

4. Gunakan ejaan dan kata kata baku serta tata bahasa medis yang tepat dan umum.

Pencatatan yang berisi kata kata yang salah dan tata bahasa yang tidak tepat memberi kesan negatif kepada tenaga kesehatan lain. Hal tersebut menunjukkan kecerobohan dalam pendokumentasian. Apabila muncul akan sulit dicari kebenarannya karena tidak adanya bukti yang jelas. Untuk menghindarikesalahan dalam penggunaan kata baku, dapat dilakukan dengan menggunakan kamus kedokteran, kebidanan dan keperawatan, menuliskan daftar kata yang sering salah eja, ataupun menuliskan kalimat yang sering tidak jelas maknanya. Hindari penggunaan kata-kata yang panjang, tidak perlu, dan tidak bermanfaat. Selain itu, identifikasi dengan jelas subjek dari setiap kalimat.

5. Gunakan alat tulis yang terliha jelas, seperti tinta untuk menghindari terhapusnya catatan.

(21)

15 Dalam pencatatan, penggunaan alat tulis yang baik dengan tinta, baik hitam maupun biru, dapat membantu tidak terhapusnya catatan. Bila mengguanakan alat tulis yang bersifat mudah terhapus dan hilang seperti pensil, akan dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan interprestasi dalam pencatatan.

6. Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian.

Sebagian besar rumah sakit atau pelayanan kesehatan mempunyai daftar singkatan yang disepakati. Daftar ini harus tersedia bagi seluruh petugas kesehatan yang membuat dokumentasi dalam rekam medis, baik tenaga medis maupun mahasiswa yang melakukan praktik di institusi pelayanan.

7. Gunakan pencatatan dengan grafik untuk mencatat tanda vital. Catatan dalam bentuk grafik dapat digunakan sebagai pengganti penulisan tanda vital dari laporan perkembangan. Hal ini memudahkan pemantauan setiap saat dari pasien terkait dengan perkembangan kesehatannya.

8. Catat nama pasien di setiap halaman.

Pencatatan nama pasien pada setiap halaman bertujuan untuk mencegah terselipnya halaman yang salah ke dalam catatan pasien dengan cara memberi stempel atau label pada setiap halaman dengan menginformasikan identitas pasien.

9. Berhati hati ketika mencatat status pasien dengan HIV/AIDS.

Hal ini berkaitan dengan adanya kerahasiaan pada hasil tes HIV/AIDS di beberapa negara yang dilindungi oleh undang undang. Saat ini banyak tempat pelayanan kesehatan yang tidak mencantumkan informasi tentang status HIV/AIDS positif dalam status pasien atau rekam medis, termasuk di kardeks/catatan rawat jalan, atau catatan lain.

10. Hindari menerima intruksi verbal dari dokter melalui telepon, kecuali dalam kondisi darurat.

Mengingat banyaknya kesalahan dalam pendokumentasian melalui telepon karena ketidakjelasan penyampaian, maka sebaiknya hal ini dihindari kecuali dalam kondisi darurat ketika dokter tidak berada di tempat.

11. Tanyakan apabila ditemukan intruksi yang tidak tepat.

Bidan hendaknya selalu memiliki kemampuan berpikir kritis dan memiliki analisis yang tajam. Apabila muncul ketidakjelasan dalam menerima instruksi atau tugas limpahan dari dokter, bidan

(22)

16 sangat dianjurkan untuk bertanya tentang kejelasannya untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi.

12. Dokumentasi terhadap tindakan atau obat yang tidak diberikan. Segala bentuk tindakan atau obat yang tidak boleh diberikan harus didokumetasikan secara lengkap disertai dengan alasan yang lengkap, untuk menetukan tindakan selanjutnya.

13. Catat informasi yang lengkap tentang obat yang diberikan.

Mencatat segala bentuk manajemen obat pada pasien adalah suatu hal yang harus dilakukan dalam proses dokumentasi kebidanan. Diantaranya tentang jenis obat, waktu pemberian obat, dan dosis obat.

14. Catat keadaan alergi obat atau makanan.

Pencatatan ini sangat penting karena menghindari tindakan yang kontraindikasi dapat memberi informasi yang berguna untuk tindakan antisipasi.

15. Catat daerah atau tempat pemberian injeksi atau suntikan

Hal ini karena tempat atau area suntikan yang tidak diketahui dapat emnimbulkan dampak yang tidak diketahui dapat menimbulkan dampak yang tidak diketahui sebelumnya seperti adanya cedera atau lainnya.

16. Catat hasil laboratorium yang abnormal.

Hal ini sangat penting karena dapat menentukan tindakan segera.

B. ASPEK LEGAL DALAM DOKUMENTASI

Apakah aspek legal dalam dokumentasi? Bagaimana aspek legal dalam dokumentasi? Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wildan dan Hidayat (2009), yang dimaksud dengan aspek legal dalam dokumentasi adalah pembuatan catatan harus berdasarkan standar asuhan kebidanan yang ditetapkan oleh hukum sebagai bentuk perlindungan diri yang sah dari gugatan hukum. Menurut Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010), rekam medis yang mudah dibaca dan akurat merupakan dokumentasi pelayanan kesehatan yang sangat menentukan yang mengkomunikasikan informasi penting tentang pasien ke berbagai profesional. Dalam kasus hukum, rekam medis dapat menjadi landasan berbagai kasus gugatan atau sebagai alat pembela diri bidan, perawat, dokter atau fasilitas kesehatan.

(23)

17 Tujuan utama dokumentasi kebidanan adalah untuk menyampaikan informasi penting tentang pasien. Rekam medis digunakan untuk mendokumentasikan proses kebidanan dan memenuhi kewajiban profesional bidan untuk mengkomunikasikan informasi penting. Data dalam pencatatan tersebut harus berisi informasi spesifik yang memberi gambaran tentang pasien dan pemberian asuhan kebidanan. Evaluasi status pasien harus dimasukkan dalam catatan tersebut.

Aspek legal dalam pendokumentasian kebidanan terdiri dari dua tipe tindakan legal sebagai berikut:

1. Tindakan sipil atau pribadi

2. Tindakan sipil ini berkaitan dengan isu antar individu. 3. Tindakan criminal

4. Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Menurut hukum jika sesuatu tidak didokumentasikan berarti pihak yang bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnyan dilakukan. Jika bidan tidak melaksanakan atau menyelesaikan suatau aktivitas atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa dituntut melakukan malpraktik. Dokumentasi kebidanan harus dapat dipercaya secara legal, yaitu harus memberikan laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien. Menurut Widan dan Hidayat (2011), beberapa hal yang harus diperhatikan agar dokumentasi dapat diterapkan sebagai aspek legal secara hukum adalah sebagai berikut: 1. Dokumentasi informasi yang berkaitan dengan aspek legal.

Dokumentasi informasi yang berkaitan dengan aspek legal meliputi: a. Catatan kebidanan pasien/ klien diakui secara legal/ hukum. b. Catatan/grafik secara universal dapat dianggap sebagai bukti dari

suatu pekerjaan.

c. Informasi yang didokumentasikan harus memberikan catatan ringkas tentang riwayat perawatan pasien.

d. Dokumentasi perlu akurat sehingga sesuai dengan standar kebidanan yang telah ditetapkan.

2. Petunjuk untuk mencatat data yang relevan secara legal.

Berikut ini tiga petunjuk untuk mencatat data yang relevan secara legal:

a. Mengetahui tentang malpraktek yang melibatkan bidan 1) Klien menjadi tanggung jawab perawat yang bersangkutan.

(24)

18 2) Bidan tidak melaksanakan tugas yang diemban.

3) Bidan menyebabkan perlukaan atau kecacatan pada klien. b. Memperhatikan informasi yang memadai mengenai kondisi

klien dan perilaku, mendokumentasikan tindakan kebidanan dan medis, follow up, pelaksanaan pengkajian fisik per shift, dan mendokumentasikan komunikasi antara bidan- dokter. c. Menunjukan bukti yang nyata dan akurat tentang pelaksanaan

proses kebidanan.

3. Panduan legal dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan.

Agar dokumentasi dipercaya secara legal, berikut panduan legal dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan (Muslihatun, Mudlilah, dan Setiyawati, 2009):

a.Jangan menghapus dengan menggunakan tipex atau mencoret tulisan yang salah, sebaiknya tulisan yang salah diberi garis lurus, tulis salah lalu beri paraf.

b. Jangan menuliskan komentar yang bersifat mengkritik klien atau tenaga kesehatan lainya.

c. Koreksi kesalahan sesegera mungkin, jangan tergesa-gesa melengkapi catatan.

d. Pastikan informasi akurat.

e.Pastikan informasi yang ditulis adalah fakta.

Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

1. Mencatat semua pelayanan yang diberikan termasuk prinsip dokumentasi... A. Lengkap B. Teliti C. Logis D. Dapat dibaca E. Mudah

2. Mencatat pada lembar/bagan yang telah ditentukan termasuk prinsip dokumentasi... A. Dapat di baca B. Lengkap C. Teliti D. Logis E. Mudah

(25)

19 3. Mencantumkan nama dan nomor register pada setiap lembar

termasuk prinsip dokumentasi... A. Dapat di baca

B. Lengkap C. Teliti D. Logis E. Mudah

4. Membantu meningkatkan mutu pelayanan kebidanan adalah termasuk manfaat dokumentasi aspek...

A. Komunikasi B. Statistik C. Jaminan mutu D. Penelitian E. Penyempurnaan

5. Bersifat permanen adalah termasuk manfaat dokumentasi aspek... A. Komunikasi B. Statistik C. Jaminan mutu D. Penelitian E. Penyempurnaan Kunci Jawaban 1. A 2. C 3. D 4. C 5. A

(26)

20 BAB 3

TEKNIK DOKUMENTASI NARATIF DAN FLOW SHEET

A.

TEKNIK DOKUMENTASI NARATIF

Mahasiswa DIII Kebidanan yang saya banggakan, selamat bertemu dalam BAB 3 tentang teknik dokumentasi naratif. Di BAB 3 ini kita akan mempelajari tentang pengertian, kelebihan dan kerugian teknik dokumentasi naratif.

Saya meyakini sebagian besar dari Anda pasti terbiasa memberikan asuhan kebidanan dan melakukan pendokumentasian. Tapi saya tidak terlalu yakin jika semua pendokumetasian tersebut telah Anda lakukan dengan tepat dan benar, mengingat tidak bisa dipungkiri bahwa tugas bidan sangat banyak, dan mendokumentasikan data kebidanan sangat menyita waktu. Sehingga sangat bisa di maklumi jika Anda tidak terlalu mementingkan pendokumentasian. Yang penting sudah dicatat, apakah catatan tersebut sudah sesuai dengan teknik dokumentasi atau belum, tidak terlalu dipersoalkan. Padahal, sebenarnya ada cara supaya dokumentasi yang kita lakukan tersebut bisa mencatat dan menyimpan data kebidanan yang penting dengan waktu yang lebih efisien. Artinya, dalam pendokumentasian itu tidak selalu membutuhkan dan menyita waktu yang banyak karena waktu yang dibutuhkan untuk pendokumentasian itu akan sangat tergantung dari teknik dokumentasi seperti apa yang kita pakai.

Nah, saya mengajak Anda untuk mulai mencermati dari materi yang ada di BAB 3 bahkan bisa ditambah dengan membaca buku referensi yang telah dianjurkan sehingga Anda akan memiliki pengetahuan yang dalam tentang teknik dokumentasi naratif dan dapat menjelaskannya kembali. Selamat belajar.

1. Pengertian Teknik Dokumentasi Naratif

Teknik dokumentasi naratif (Narrative Progress Notes) merupakan teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi, yang mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Teknik naratif merupakan teknik yang paling sering digunakan dan yang paling fleksibel. Teknik ini dapat digunakan oleh berbagai petugas kesehatan (Widan dan Hidayat, 2011). Sedangkan menurut Fauziah, Afroh, dan Sudarti(2010), teknik dokumentasi naratif

(27)

21 (Narrative Progress Notes) merupakan bentuk dokumentasi tradisional, paling lama digunakan (sejak dokumentasi pelayanan kesehatan dilembagakan) dan paling fleksibel, serta sering disebut sebagai dokumentasi yang berorientasi pada sumber (source oriented documentation). Pencatatan naratif adalah catatan harian atau format cerita yang digunakan untuk mendokumentasikan peristiwa asuhan kebidanan pada pasien yang terjadi selama jam dinas. Naratif adalah paragraf sederhana yang menggambarkan status pasien, intervensi dan pengobatan serta respon pasien terhadap intervensi. Sebelum adanya teknik lembar alur (flow sheet dan checklist), catatan naratif ini adalah satu-satunya teknik yang digunakan untuk mendokumentasikan pemberian asuhan kebidanan.

Sementara itu, Muslihatun, Mudlilah, dan Setiyawati (2009) menjelaskan bahwa bentuk naratif merupakan teknik pencatatan tradisional yang bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumen dapat siapa saja dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan hasil observasinya menggambarkan aktivitas dan evaluasinya yang unik. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologis. Biasanya kebijakan institusi menggariskan siapa mencatat/melaporkan apa, bagaimana sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dimana. Ada lembaga yang telah dirancang khusus untuknya, misalnya catatan dokter atau petugas gizi.

Teknik naratif merupakan teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien. Berhubung sifatnya terbuka, catatan naratif (orientasi pada sumber data) dapat digunakan pada setiap kondisi klinis. Tidak adanya struktur yang harus diikuti memungkinkan bidan mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dengan kejadian kronologis.

2. Keuntungan Teknik Dokumentasi Naratif

Mahasiswa DIII Kebidanan yang saya banggakan, setelah Anda mempelajari tentang pengertian dokumentasi naratif maka sekarang kita akan mengupas tentang apakah keuntungan/kelebihan teknik dokumentasi naratif. Berdasarkan pendapat Muslihatun, Mudlilah dan

(28)

22 Setiyawati (2009), keuntungan dari teknik pendokumentasian naratif, antara lain: merupakan teknik pencatatan yang sudah banyak dikenal dan dipelajari bidan sejak masih di bangku kuliah, mudah dikombinasikan dengan teknik pendokumentasian yang lain, seperti pencatatan naratif dengan lembar alur, atau pencatatan naratif untuk mendokumentasikan perkembangan pasien. Jika ditulis dengan benar, catatan naratif ini berisi masalah pasien, intervensi dan respon pasien terhadap intervensi. Pencatatan naratif juga berguna pada situasi darurat, sehingga bidan dapat dengan cepat dan mudah mendokumentasikan kronologis kejadian pasien. Catatan naratif ini juga membantu bidan melakukan interpretasi terhadap setiap kejadian pasien secara berurutan, memberi kebebasan bidan untuk memilih cara menyusun sebuah laporan, sederhana untuk melaporkan masalah, kejadian, perubahan intervensi dan evalusi pasien.

Sedangkan menurut Fauziah, Afroh, Sudarti (2010), keuntungan dokumentasi naratif adalah:

a. Membuat dokumentasi yang kronologis sehingga membantu mengintepretasikan atau penafsiran secara berurutan dari kejadian asuhan/tindakan yang dilakukan (setiap masalah minimal ditulis satu kali setiap giliran jaga dan setiap masalah di beri nomor sesuai waktu yang ditemukan).

b. Informasi yang akan dicatat menurut gaya yang disukainya (catatan menunjukkan kredibilitas profesional).

c. Membuat dokumentasi yang kronologis sehingga membantu mengintepretasikan atau penafsiran secara berurutan dari kejadian asuhan/tindakan yang dilakukan (setiap masalah minimal ditulis satu kali setiap giliran jaga dan setiap masalah diberi nomor sesuai waktu yang ditemukan).

d. Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, reaksi pasien dan outcomes (proses pencatatan sederhana).

e. Mudah ditulis dan sudah dikenal bidan.

f. Bila ditulis secara tepat dapat mencakup seluruh kondisi pasien. g. Mudah dikombinasi dengan model lain.

3. Kerugian Teknik Dokumentasi Naratif

Mahasiswa DIII Kebidanan yang saya banggakan, ternyata dokumentasi naratif juga memiliki kerugian selain dari keuntungan yang

(29)

23 telah kita pelajari. Seperti mata uang yang selalu punya dua sisi, maka dokumentasi naratif pun juga punya dua sisi yang berbeda yaitu keuntungan dan kerugian. Tapi harapannya, kedua sisi tersebut akan saling melengkapi. Nah, kerugiannya apa sajakah? Mari kita pelajari bersama.

Menurut Muslihatun, Mudlilah dan Setiyawati (2009),kerugian utama dari teknik pendokumentasian naratif ini adalah catatan kurang terstruktur. Hampir semua catatan naratif tidak teratur, berpindah-pindah dari satu masalah ke masalah lain tanpa penghubung yang jelas, sehingga hubungan antar data sulit ditemukan. Catatan ini juga hanya berorientasi pada tugas dan cenderung menghabiskan banyak waktu. Tidak selalu mencerminkan pemikiran yang kritis, tidak bisa membantu membuat keputusan, tidak bisa menambah kemampuan bidan menganalisis dan membuat kesimpulan yang tepat.

Catatan naratif ini memungkinkan terjadinya kumpulan informasi yang terpecah-pecah, terputus dan berlebihan sehingga informasi menjadi tidak berarti. Kadang-kadang sulit mendapatkan kembali informasi tentang pasien tanpa melihat ulang seluruh atau sebagian besar catatan pasien tersebut. Mengabadikan sistem "pesan yang terpendam”, yaitu data yang ingin dimunculkan, justru tidak tampak nyata. Perlu melihat kembali data awal masing-masing sumber untuk menentukan gambaran pasien secara menyeluruh. Membutuhkan waktu lama untuk mendokumentasikan masing-masing pasien, karena teknik yang terbuka ini memerlukan kehati-hatian saat menyelaraskan semua informasi yang berasal dari masing-masing sumber. Rangkaian peristiwa bisa lebih sulit diinterpretasikan karena data yang berkaitan mungkin tidak diletakkan pada tempat yang sama. Perlu waktu lama untuk mengikuti perkembangan dan kondisi akhir pasien.

Sedangkan menurut Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010), kerugian dokumentasi naratif disebutkan sebagai berikut:

a. Menyebabkan data yang didokumentasikan menjadi rancu, berlebihan, atau kurang bermakna.

b. Sulit untuk mencari sumber masalah tanpa melihat kembali dari awal pencatatan.

c. Data yang dicatat tidak secara mendalam, hanya informasi yang umumnya saja.

d. Memungkinkan terjadinya fragmentasi kata–kata yang berlebihan, kata yang tidak berarti, pengulangan dibutuhkan dari setiap sumber sehingga terjadi tumpang tindih.

(30)

24 e. Membutuhkan waktu yang panjang untuk menulis dan membaca

catatan tersebut. Membutuhkan waktu yang panjang untuk menulis dan membaca catatan tersebut.

f. Pencatatan yang tidak terstruktur dapat menjadikan data simpang siur.

g. Terkadang sulit untuk memperoleh kembali informasi tanpa mereview catatan tersebut.

h. Memerlukan review catatan dari sebagaian sumber untuk menentukan kondisi pasien secara keseluruhan.

i. Pencatatan terbatas pada kemampuan bidan dalam mengungkapkan data yang diperoleh.

j. Urutan kejadian atau kronologis dapat menjadi lebih sulit diinterpretasi karena informasi yang berhubungan mungkin tidak didokumentasikan ditempat yang sama.

4. Pedoman Penulisan Dokumentasi Naratif

Mahasiswa DIII Kebidanan yang berbahagia, ketika kita menulis dokumentasi naratif juga harus sesuai dengan kaidah/pedoman penulisan dokumentasi naratif. Bagaimana pedoman penulisan dokumentasi naratif? Akan kita pelajari bersama.

Menurut Muslihatun, Mudlilah dan Setiyawati (2009), pedoman penulisan dokumentasi naratif dijelaskan sebagai berikut: a. Menggunakan istilah standar, misalnya pengkajian data,

diagnosis, tujuan asuhan kebidanan, rencana, implementasi, intervensi dan evaluasi.

b. Mengikuti tahap-tahap berikut yaitu pengkajian data pasien, identifikasi masalah dan kebutuhan asuhan, rencana dan pemberian asuhan, evaluasi respon pasien terhadap asuhan medis dan kebidanan. Pengkajian ulang untuk melengkapi seluruh proses.

c. Menulis, memperbaiki dan menjaga rencana asuhan sebagai bagian dari laporan.

d. Membuat diagnosis secara periodik, memonitor kondisi fisik dan psikis pasien, asuhan kebidanan, antara lain melaksanakan advis dokter, KIE dan perkembangan pasien.

e. Melaporkan evaluasi setiap saat, antara lain pada saat pasien masuk, dirujuk, pulang atau jika terjadi perubahan.

f. Penting sekali untuk diingat, dalam teknik pencatatan naratif, tidak boleh meninggalkan bagian/jarak yang kosong. Berikan garis

(31)

25 yang melewati bagian yang kosong tersebut dan berikan inisial nama bidan yang melakukan pencatatan.

Sedangkan menurut Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010), pedoman/petunjuk penulisan dokumentasi naratif adalah sebagai berikut:

a. Gunakan batasan-batasan standar. Maksudnya adalah ketika menuliskan pendokumantasian naratif harus sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

Contohnya: menggunakan huruf besar diawal kalimat, menggunakan istilah yang lazim digunakan.

b. Ikuti langkah-langkah proses asuhan. Maksudnya adalah ketika mendokumentasikan harus seuai dengan langkah langkah proses asuhan yang meliputi pengkajian, analisa data, perencanaan, tindakan/implementasi, dan evaluasi.

c. Buat suatu periode waktu tentang kapan petugas melakukan tindakan. Maksudnya adalah harus ada keterangan waktu yang berupa hari, tanggal, dan jam saat melaksanakan suatu tindakan/perasat serta tanda tangan bidan yang telah melaksanakan tindakan tersebut.

d. Catat pernyataan evaluasi pada waktu khusus. Maksudnya adalah ketika menuliskan evaluasi harus menyertakan kapan evaluasi tersebut dilakukan dan dituliskan, meliputi hari, tanggal dan jam serta tanda tangan bidan yang telah melaksanakan evalusi.

Setiap teknik pendokumentasian meliputi bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian tersebut perlu mendapat perhatian supaya ketika mendokumentasikan bisa dilakukan dengan tepat sesuai ke dalam bagiannya. Pendokumentasian dengan teknik naratif terdiri dari 6 bagian, yaitu:

a. Lembar penerimaan, yaitu lembar yang biasanya berisi tentang kapan pasien masuk rumah sakit, identitas pasien, alasan masuk rumah sakit. b. Lembar muka

c. Lembar instruksi dari dokter, yaitu lembar yang berisi tentang segala sesuatu yang di intruksikan oleh dokter untuk pengobatan dan perawatan pasien, misalnya tindakan medis, terapi dokter.

d. Lembar riwayat penyakit, yaitu lembar yang berisi tentang riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan keluarga biasanya

(32)

26 riwayat penyakit yang dianggap berat dan riwayat penyakit keturunan. Contohnya yaitu penyakit jantung, diabetes melitus.

e. Lembar catatan perawat/bidan, yaitu lembar yang berisi asuhan keperawatan/kebidanan yang direncanakan maupun yang sudah dilakukan kepada pasien oleh bidan/perawat beserta hasil evaluasi dari asuhan tersebut.

f. Lembar catatan lainnya. Contohnya yaitu lembar catatan fisioterapi, lembar hasil laboratorium.

Ketika melakukan pendokumentasian dengan tehnik naratif, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan supaya hasil dari pendokumentasian lebih terstandarisasi (sesuai dengan ketentuan yang berlaku). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan naratif yaitu:

a. Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai, misalnya pengkajian, perencanaan, diagnosa, prognosa, evaluasi, dan sebagainya.

b. Dalam pencatatan, perhatikan langkah-langkah: kumpulkan data subjektif, data objektif, kaji kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa, prognosa, kemudian buat perencanaan asuhan/tindakan dengan memberi batasan waktu untuk pencapaian hasil yang diprediksi/perkembangan yang diharapkan atau waktu untuk evaluasi, laksanakan rencana itu dan perhatikan perkembangan pasien atau responnya terhadap tindakan kebidanan/keperwatan kemudian evaluasi sesuai rencana yang ditetapkan, kaji ulang seluruh proses dan revisi rencana kalau dinilai perlu.

c. Tulis, perbaiki/sempurnakan dan pertahankan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan Anda.

d. Buat penilaian Anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan psikologis pasien dan tindakan perawatan misalnya melaksanakan rencana medik/dokter, penyuluhan pasien dan perkembangan pasien. e. Catat semua pernyataan evaluasi pada saat tertentu misalnya waktu

masuk, pindah pulang atau pada saat adanya perubahan situasi/kondisi.

Contoh pencatatan naratif:

(Tangal 12 Mei 2004, di KIA puskesmas)

Ibu Yanti, hamil yang kedua kalinya, yang pertama lahir di dukun, anak sekarang umur 2½ tahun, sehat. Waktu lahir ada perdarahan, tidak

(33)

27 banyak, kata dukun itu biasa. Sejak Januari 2004 tidak menstruasi, Desember 2003 masih dapat, hanya 3 hari, biasanya 5 hari Sekarang masih mual, kadang muntah, tidak ada mules-mules, hanya kadang-kadang rasakencang di perut bawah. Ibu tidak bekerja di luar rumah, kadang membantu ke sawah, masak, mencuci pakaian dilakukan sendiri, menyusui anak pertama sampai 2 tahun, suami tani, tamat SD, tinggal serumah dengan kedua orang mertua.

B.

TEKHNIK DOKUMENTASI FLOW SHEET

Mahasiswa DIII Kebidanan yang berbahagia, selamat bertemu dalam BAB 3 yang akan mempelajari tentang teknik dokumentasi flow sheet. Saya ingin bertanya, “Apakah Anda sudah pernah melakukan pendokumentasian?”

Saya yakin jawabannya pasti “Sudah”. Nah, ada pertanyaan lanjutan, ”Teknik pendokumentasian apa yang Anda gunakan? Apakah keuntungan dan kerugian dari teknik tersebut?”. Pada pembahasan sebelumnya telah kita diskusikan bersama tentang teknik dokumentasi naratif, termasuk keuntungan dan kerugiannya. Ternyata, memang seperti mata uang yang selalu punya dua sisi sehingga pada tipe teknik dokumentasi yang lain pun pasti punya keuntungan dan kerugian. Nah, mari kita mulai pelajari bersama tentang teknik dokumentasi flow sheet. Selamat belajar.

1. Pengertian Teknik Dokumentasi Flow Sheet

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wildan dan Hidayat (2009), teknik dokumentasi flow sheet (lembar alur) adalah bentuk catatan perkembangan aktual yang dirancang untuk memperoleh informasi dari pasien secara spesifik menurut parameter yang telah ditentukan sebelumnya. Flow sheet memungkinkan petugas untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi, selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Flow sheet atau checklist biasanya lebih sering digunakan di unit gawat darurat.

Sementara itu Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010) menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya, bidan dituntut untuk memberikan

(34)

28 asuhan kebidanan dan mendokumentasikannya. Banyak sekali waktu yang dibutuhkan untuk mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan oleh seorang bidan. Untuk mengurangi beban dan banyaknya waktu yang dibutuhkan bidan dalam melakukan pencatatan secara naratif, dibuatlah teknik pencatatan lembar alur. Lembar alur atau flow sheet dan checklist ini digunakan untuk mengumpulkan hasil pengkajian data dan mendokumentasikan implementasi kebidanan. Jika lembar alur ini dipergunakan dengan tepat, maka akan banyak menghemat waktu bidan untuk mencatat. Pendokumentasian hasil pengkajian data dan asuhan yang bersifat rutin akan menghabiskan banyak waktu bidan. Data yang bersifat rutin ini dapat didokumentasikan secara ringkas dengan menggunakan lembar alur. Penting di sini untuk tidak menulis ulang data di dalam lembar alur ke dalam catatan perkembangan, karena sama saja hal ini akan mengabaikan tujuan pembuatan lembar alur dan melakukan pekerjaan yang sia-sia.

Tujuan pencatatan menggunakan teknik lembar alur/flow sheet, antara lain:

a. Untuk kecepatan dan efisiensi pendokumentasian data dan asuhan. b. Menggabungkan data yang jika tidak dikumpulkan akan tersebar

dalam rekam medis pasien.

c. Mempermudah kontinuitas asuhan. d. Mengurangi duplikasi dalam pencatatan. e. Melindungi aspek legal pasien dan bidan.

f. Dapat melakukan pengkajian data pasien dengan cepat.

g. Mudah membandingkan data pasien dan mendokumentasikan informasi yang akan digunakan dalam mengevaluasi keefektivan asuhan.

Format pencatatan dalam lembar alur kebanyakan berupa grafik atau checklist. Data yang bisa didokumentasikan antara lain yaitu pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kebutuhan asuhan kebidanan, tanda-tanda vital, monitor keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, nutrisi, pengkajian kulit dan sistem tubuh, serta kadar glukosaurine dan darah. Lembar alur juga bisa digunakan untuk mendokumentasikan hasil observasi dan tindakan kebidanan, kaitannya dengan data dasar, catatan pengobatan, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) dan catatan perkembangan.

2. Keuntungan Teknik Dokumentasi Flow Sheet

Mahasiswa DIII Kebidanan yang berbahagia, setelah Anda mempelajari tentang pengertian dokumentasi flow sheet maka sekarang

(35)

29 kita mendiskusikan tentang apakah keuntungan/ kelebihan teknik dokumentasi flow sheet.

Berdasarkan pendapat Muslihatun, Mudlilah dan Setiyawati (2009), keuntungan teknik pendokumentasian flow sheet adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas pencatatan observasi. b. Memperkuat aspek legal.

c. Memperkuat atau menghargai standar asuhan. d. Menjadikan dokumentasi kebidanan lebih tepat. e. Mengurangi fragmentasi data pasien dan asuhan. f. Membatasi narasi yang terlalu luas.

Sedangkan menurut Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010) keuntungan dokumentasi flow sheet adalah:

a. Meningkatkan kualitas catatan. b. Lebih mudah dibaca.

c. Memperkuat standar asuhan. d. Dokumentasi lebih tepat.

e. Mengurangi adanya fragmentasi data, data mudah diperoleh. f. Memungkinkan untuk melakukan perbandingan data beberapa

periode.

g. Informasi yang dicatat benar-benar yang bermanfaat dan legal. h. Narasi sedikit.

3. Kerugian Teknik Dokumentasi Flow Sheet

Mahasiswa DIII Kebidanan yang saya banggakan, ternyata dokumentasi flow sheet juga memiliki kerugian selain dari keuntungan yang telah kita pelajari. Kenapa ya? Karena seperti kehidupan yang selalu punya dua sisi kehidupan, maka dokumentasi flow sheet pun juga punya dua sisi yang berbeda yaitu keuntungan dan kerugian. Tapi harapannya, kedua sisi tersebut akan saling melengkapi. Nah, kerugiannya apa sajakah? Mari kita pelajari bersama.

Menurut Muslihatun, Mudlilah dan Setiyawati (2009), kerugian utama dari teknik pendokumentasian flow sheet ini adalah: a. Catatan medik pasien menjadi lebih banyak, sehingga menimbulkan

masalah pada saat penggunaan dan penyimpanan.

b. Potensial terjadi duplikasi catatan, antara lain catatan perawatan di ruang ICU dan catatan pengobatan.

c. Desain ini memungkinkan adanya bagian yang tidak diisi. Bagian yang kosong ini potensial menimbulkan kesalahan saat melakukan interpretasi dan memunculkan tanda tanya.

(36)

30 d. Keterbatasan ruang untuk melakukan pencatatan secara

menyeluruh terhadap kejadian luar biasa.

e. Adanya penolakan terhadap penggunaan model flow sheet.

Sedangkan menurut Fauziah, Afroh, Sudarti, (2010) kerugian dokumentasi flow sheet disebutkan sebagai berikut.

a. Memperluas catatan medik dan menciptakan penggunaan penyimpanan.

b. Memungkinkan duplikasi data, rancangan, dan format.

c. Tidak ada ruang untuk pencatatan tentang kejadian yang tidak biasa terjadi dan bertahan untuk menggunakan lembar alur.

4. Pedoman Penulisan Dokumentasi Flow Sheet

Mahasiswa DIII Kebidanan yang berbahagia, ketika kita menulis dokumentasi flow sheet juga harus sesuai dengan kaidah/pedoman penulisan dokumentasi flow sheet. Nah, bagaimana pedoman penulisan dokumentasi flow sheet? Akan kita pelajari bersama.

a. Pedoman Flow sheet

Menurut Muslihatun, Mudlilah dan Setiyawati (2009),agar lembar alur/flow sheet/checklist sesuai dengan standar, maka harus memenuhi syarat/pedoman sebagai berikut:

1) Perhatikan dan ikuti petunjuk menggunakan format khusus. 2) Lengkapi format dengan kata kunci.

3) Gunakan tanda cek (√) atau silang (X) pada waktu mengidentifikasi bahwa parameter telah diobservasi/ diintervensi.

4) Jangan tinggalkan lembar checklist dalam keadaan kosong. Tulis 0 untuk mengidentifikasi bahwa parameter tidak diobservasi.

5) Tambahkan uraian secara detail jika diperlukan. 6) Pertahankan agar letak lembar alur tepat dilokasi yang

tersedia (rekam medis).

7) Beri tanda tangan dan nama jelas pemberi asuhan. 8) Dokumentasikan waktu dan tanggal data masuk. b. Desain dan Bagian Umum dalam Flow sheet

Desain dan bagian umum dalam flow sheet antara lain sebagai berikut:

1) Kolom untuk nama petugas yang melakukan pemeriksaan atau tindakan.

(37)

31 2) Hasil pengkajian, komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE),

observasi, tindakan, dan lain-lain. 3) Hasil observasi atau intervensi khusus.

4) Nama pasien, waktu (tanggal, bulan dan tahun), nama bidan, dan tanda tangan.

5) Hanya menuliskan judul tindakan, sedangkan penjabaran lebih lanjut diuraikan secara narasi. Misalnya mengobati luka bakar. Ganti balutan lihat pada catatan perkembangan. c. Anjuran Umum dalam Merancang Sebuah Lembar Alur/Flow Sheet

Menurut Fauziah, Afroh, Sudarti, (2010) proses merancang lembar alur dengan tepat sangat bervariasi. Beberapa anjuran umum dalam merancang sebuah lembar alur/flow sheet antara lain sebagai berikut.

1) Tentukan seberapa banyak ruangan yang diperlukan untuk isi format.

2) Rancang sebuah format yang mudah dibaca dan digunakan. 3) Tentukan apakah format tersebut akan digunakan secara

vertikal atau horisontal.

4) Gunakan huruf yang dicetak tebal dan miring untuk menekailkan judul bagian atau informasi penting lainnya. 5) Pertimbangkan untuk memberi jarak antar informasi. 6) Tentukan apakah format tersebut lebih dari satu halaman. 7) Pertimbangkan apakah informasi dalam format tersebut

dikomunikasikan antar bagian.

8) Sediakan lembar alur kosong untuk masing-masing pasien agar memungkinkan individualisasi data dan pendokumentasian asuhan pada pasien.

9) Jika catatan perkembangan multidisiplin tidak digunakan, pertimbangkan pemberian ruang kosong untuk catatan-catatan tersebut di halaman baliknya lembar alur tersebut. 10) Pertahankan struktur dasar format lembar alur untuk

menggambarkan standar asuhan yang diberikan kepada pasien adalah sama.

11) Berpikir global saat membuat atau merevisi sebuah format, hindari merancang format tanpa berkonsultasi ke profesi/unit lain.

12) Libatkan staf sistem informasi komputer untuk meninjau ulang konsep lembar alur.

(38)

32 13) Dapatkan masukan dari anggota staf yang akan menggunakan

format tersebut.

14) Lakukan koreksi awal secara cermat terhadap format yang telah dibuat.

15) Harus disadari bahwa pembuatan dan penerapan format lembar alur membutuhkan waktu lama, sehingga perlu alokasi waktu yang cukup.

Beberapa contoh flow sheet antara lain sebagai berikut: 1) Activity Daily Living (ADL)

2) Kebutuhan terhadap bantuan bidan 3) Tanda-tanda vital

4) Keseimbangan cairan (Intake dan Output) 5) Nutrisi.

6) Pengkajian kulit. 7) Review system tubuh.

8) Hasil laboratorium (kadar gula darah dan urin).

Tes Formatif Kegiatan Belajar 3 1. Pengertian dari teknik dokumentasi naratif adalah...

A. Teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dalam bentuk narasi dan bersifat tradisional

B. Teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dalam bentuk narasi dan bersifat modern

C. Teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dalam bentuk narasidan bersifatmengikat

D. Teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dalam bentuk narasidan bersifat terbatas

E. Teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dalam bentuk narasi dan bersifat lampau

2. Memberi kebebasan kepada petugas (bidan) untuk memilih dan mencatat bagaimana informasi yang akan dicatat menurut gaya yang disukainya pentingnya dokumentasi kebidanan termasuk...dokumentasi naratif. A. Pedoman B. Aturan C. Keuntungan D. Kerugian E. Manfaat

(39)

33 3. Keseimbangan cairan (Intake dan Output) adalah...teknik

dokumentasi flow sheet. A. Contoh

B. Bentuk C. Model D. Tipe E. Ciri-Ciri

4. Melibatkan staf sistem informasi komputer untuk meninjau ulang konsep lembar alur adalah termasuk ... dokumentasi flow sheet. A. Kerugian

B. Keuntungan

C. Anjuran dalam membuat flow sheet D. Pedoman

E. Manfaat

5. Melengkapi format dengan kata kunci adalah termasuk ... dokumentasi flow sheet.

A. Kerugian B. Keuntungan

C. Anjuran dalam membuat flow sheet D. Pedoman E. Manfaat Kunci Jawaban 1. A 2. C 3. A 4. C 5. D

Gambar

Tabel 1.   Format Pendokumentasian POR  Data Dasar  Daftar Masalah  Rencana
Tabel 2. Format Pendokumentasian SOR

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan, Jakarta: Salemba Medika.. Buku saku Asuhan kebidanan ibu bersalin,

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

Cara pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan pada ibu bersalin, keluarga pasien untuk mendapatkan data secara lengkap dengan format asuhan kebidanan pada

Dengan demikian penulis mempelajari lebih mendalam tentang manajemen kebidanan pada ibu hamil normal, sehingga dapat menjaga kesehatan ibu dan janin, melaksanakan

Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

Asuhan kebidanan pada ibu hamil dilakukan sebanyak 3 kali, asuhan kebidanan pada ibu bersalin dilakukan mulai dari persalinan kala I - kala IV, asuhan kebidanan pada ibu nifas

Pelaksanaan Penatalaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah direncanakan sesuai kebutuhan dan masalah yang dialami oleh ibu pada saat hamil, bersalin, bayi

Evaluasi Evaluasi yang didapatkan pada asuhan Ny N tanggal 17 Februari 2022 yaitu ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan normal, ibu sudah mengerti