• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NN S MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA NN S MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NN ”S” MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS SOOKO

KABUPATEN MOJOKERTO SANDI ASMAYA SARI

1311010081 SUBJECT:

Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus, Keluarga Berencana Description :

Mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil, bersalin dan nifas merupakan masalah besar di Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) masih cukup tinggi. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkannya. Tujuan studi kasus adalah menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB sesuai dengan standar asuhan dengan menggunakan pendokumentasian SOAP dengan pendekatan managemen kebidanan.

Studi kasus dilakukan di BPM Nur Afidah Fikriyah, S.ST Desa Modongan Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto, subyek studi kasus adalah Nn “S” usia 16 tahun. Dokumentasi asuhan kebidanan diselesaikan dengan metode SOAP notes menurut Kemenkes RI No.938tahun 2007.

Pemberian asuhan kehamilan pada Nn “S”dari hasil pemeriksaan ditemukan kesenjangan pada data pengkajian umur, kunjungan ANC, pengukuran LILA dan TFU yang mengalami kesenjangan. Asuhan persalinan pada Nn “S” berlangsung cepat dan normal serta tidak disertai penyulit. Asuhan pada masa nifas menunjukkan hasil pemeriksaan terdapat masalah/kesenjangan yaitu pada kunjungan nifas ketiga, payudara bengkak dan kunjungan nifas keempat ibu mengalami abses payudara. Asuhan neonatus menunjukkan hasil pemeriksaan bayi tidak mengalami ikterus, kondisi bayi baik dan normal. Pada kunjungan keluarga berenca ibu telah memakai KB IUD.

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan, ibu hamil seharusnya dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan apabila terdapat komplikasi pada kehamilan dapat segera di atasi dan melakukan konsultasi tentang kehamilan, persalinan, neonatus, nifas dan KB.

ABSTRACT:

Mortality and mobility of women during pregnancy, parturition and postpartum period is a big problem in Indonesia. Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 shows the maternal mortality rate (related to pregnancy, parturition, and postpartum) is still quite high. The problems in the mother will also affect the well-being of the babies. The purpose of the case study was to implement a comprehensive midwifery care about mother during their pregnancy, parturition, postpartum period, neonatal, and family planning in accordance with the standard of care by using SOAP documentation with midwifery management approach.

The case study was conducted in BPM Nur Afidah fikriyah, S.ST, Modongan, Sooko, Mojokerto, the subject of the case study was Ms. "S" age of 16 years. Midwifery care Documentation was accomplished by SOAP notes methods based on the Kemenkes RI No. 938 year of 2007.

(2)

Antenatal care provision to Ms. "S" from the results of the investigation was found gaps over the assessment data of the age, ANC, MUAC measurement and UFH that experienced discrepancies. Intranatal care to Ms. "S" took place quickly and normal and was not accompanied by complications. Postpartum care period showed the investigation result that there were issues/discrepancies that in the third postpartum visit, breast swelling and in the fourth postpartum visit the mother experienced abscess. The neonatal indicated that the infant was not jaundiced, the baby's condition was good and normal. On family planning visit the mother had been used IUD.

Based on the results of midwifery care that is done, pregnant mother shouldroutinely monitoring their pregnancy to the health care so if there any complications in the pregnancy, those can be immediately overcome and do consultation about the pregnancy, parturition, neonatal, postpartum, and family planning.

Keywords : Midwifery care, pregnant mother, parturition, post partum, neonates, Family Planning

Contributor : 1. Sulis Diana, M.Kes. 2.Dian Irawati, M.Kes.

Date :12 Mei 2016

Type Material :Laporan Penelitian Identifier :

-Right :Open Document

Summary :

LATAR BELAKANG

Angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Kematian maternal merupakan masalah kompleks yang tidak hanya memberikan pengaruh pada para wanita saja tapi juga mempengaruhi keluarga bahkan masyarakat sekitar. Kematian maternal akan meningkatkan risiko terjadinya kematian bayi, kematian wanita pada usia reproduktif (Astuti, dkk, 2013). Pada masa neonatal terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia yang rentan ini, berbagai masalah kesehatan bisa muncul seperti asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi (Kemenkes RI, 2013). Pelayanan KB Pasca Persalinan merupakan salah satu program strategis untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan, pelayanan KB pasca persalinan ini belum terlaksana dengan baik, terbukti dengan cakupan pelayanannya yang masih sangat rendah bila dibandingkan paket dengan pelayanan untuk antenatal, pertolongan persalinan, nifas dan bayi baru lahir yang telah dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, termasuk capaiannya dalam program Jampersal yang didanai oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2013)

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per100.000 kelahiran hidup. Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival(EMAS) pada tahun2012 dalam rangka menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100.000 dan AKB sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Timur tahun 2012yakni 97,43 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab kematian ibu di Jawa Timur adalah PE/E (34,88%), perdarahan (25,09%), infeksi (4,98%), jantung (8,03%) dan lain-lain (26,98%) (Dinkes Jatim, 2013). AKI di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 menjadi 22 ibu (Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2014). Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014

(3)

di Jawa Timur sebesar 96,19% dan K4 88,66% sedangkan Cakupan K1 di Kabupaten Mojokerto sebesar 89.23% dan K4 78.89%. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 tersebut belum mencapai target Rencana Strategis (Renstra) yakni sebesar 95% (Kemenkes RI, 2015).

Data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Cakupan KN1 Indonesia pada tahun 2014 sebesar 97,07%. Capaian ini telah memenuhi target Renstra tahun 2014 yang sebesar 90%. Cakupan KN lengkap di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 93,33% sedangkan target program KN lengkap tahun 2014 yaitu 88%. Cakupan KN1 di Jawa Timur sebesar 103,44% dan KN lengkap 101,29%, sedangkan cakupan KN 1 di Kabupaten Mojokerto sebesar 92,77% dan KN lengkap 91,09% (Kemenkes RI, 2015). Persentase Contraceptive Prevalence Rate(CPR) Modern Dan Tradisional di Indonesia yaitu KB modern 59,3%, KB tradisional 0,4%, pernah KB 24,8% dan tidak pernah KB 15,5%. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB suntik yakni 47,54% dan KB pil sebesar 23,58% (Kemenkes RI, 2015).

Penyebab kematian ibu tahun 2010-2012, terjadi peningkatan pada faktor Pre Eklamsia/Eklamsia (PE/E), sedangkan faktor pendarahan dan infeksi mengalami penurunan tiap tahun (Kurniawati, dkk, 2012). Faktor yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal diantaranya adalah penolong persalinan,tempat persalinan, ANC yang tidak sesuai dengan ketentuan atau tidak melaksanakan ANC serta faktor pihak ibu seperti paritas, status kesehatan, status gizi, dan kebersihan diri merupakan faktor yang penting (Mariati, dkk, 2011). Masa nifas juga masa yang rawan bagi ibu, patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah infeksi nifas, perdarahan dalam masa nifas, infeksi saluran kemih dan patologi menyusui. Kematian bayi terjadi pada periode neonatal karena kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat. Penyebab kematian bayi di Indonesia antara lain yaitu asfiksia, BBLR, diare, ispa, aspirasi, pneumonia, kelainan congenital. Asfiksia dan BBLR merupakan penyebab paling banyak kematian bayi (Kuriyah, dkk, 2012).

Upaya strategis dalam upaya menekan AKI dengan pendekatan safe motherhood yaitu memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya. Safe motherhood sendiri mempunyai empat pilar yaitu keluarga berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman serta pelayanan obstetri esensial (Hani, dkk, 2014: 5).

Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan kebidanan yang berkelanjutan (continuity of care) perlu dilakukan pada ibu hamil, melahirkan, neonatus, masa nifas, dan KB”.

METODE PENELITIAN

Proses manajemen kebidanan di dokumentasikan dengan menggunakan 5 Langkah menurut Kemenkes RI No.938 tahun 2007 dan SOAP note.Responden studi kasus adalah Nn “S” usia 16 tahun. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan di BPM Nur Afidah Fikriyah, S.ST Desa Modongan Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto pada tanggal 09 Februari - 29 April 2016. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dilakukan sebanyak 3 kali, asuhan kebidanan pada ibu bersalin dilakukan mulai dari persalinan kala I - kala IV, asuhan kebidanan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 4 kali, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali dan asuhan kebidanan pada keluarga berencana dilakukan sebanyak 2 kali.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesa, umur Nn “S” adalah 16 tahun. Menurut Romauli (2014: 162) bahwa usia reproduksi sehat dikenal dengan usia aman untuk kehamilan dan persalinan yakni 20-35 tahun. Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun, dapat berisiko mengalami abortus/keguguran,anemia,KPD, bayi belum cukup umur, perdarahan terjadi sebelum lahir dan perdarahan setelah bayi lahir. Pada usia ini kondisi fisik wanita belum optimal dan psikologi masih labil. Efendi dan Makhfudli (2010 : 228) menjelaskan secara umum wanita dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun dijadikan pedoman kesiapan fisik dan mental. Kesiapan wanita untuk hamil dan melahhirkan (mempunyai anak) ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik,mental (emosi dan psikologis) dan sosioekonomi. Usia Nn “S” ditemukan kesenjangan antara fakta dan teori dikarenakan ibu yang hamil pada usia 16 tahun. Ibu yang hamil pada usia 16 tahun dikarenakan kehamilan yang terjadi diluar nikah, tanpa dikehendaki oleh ibu. Namun Nn “S” yang berusia 16 tahun tidak mengalami masalah yang cukup serius seperti abortus/keguguran,anemia dan perdarahan. Hal ini dikarenakan ibu telah rutin dalam memeriksaan kehamilannya, serta ibu selalu menjaga kehamilannya dengan baik dan rutin mengkonsumsi tablet Fe (90 tablet). Nn “S” yang berusia 16 tahun dinilai kurang tepat bagi reproduksi wanita, sehingga nantinya akan berdampak pada perilaku ibu dalam menjaga kehamilannya. Data riwayat psikologi menjelaskan bahwa ibu mengatakan mendapatkan dukungan/support dari orang tua dan keluarga yang sebelumnya keluarga mengacuhkan nya sehingga ibu dapat menerapkan saran dari orang tuanya berdasarkan pengalaman kehamilan dari orang tuanya.

Nn “S” melakukan kunjungan kehamilan dengan tidak teratur yaitu pada trimester I ibu tidak pernah kunjungan, pada trimester II 1 kali dan pada trimester III 4 kali kunjungan. Hani, dkk (2014: 12) menjelaskan standar minimal kunjungan kehamilan sedikitnya adalah 4 kali kunjungan, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Keteraturan kunjungan ANC sangat penting karena untuk melihat perkembangan kehamilan, kondisi janin dan kemungkinan adanya komplikasi dapat dideteksi dini dan ditangani dengan segera. Nn “S” tidak pernah dalam memeriksakan kehamilannya pada trimester 1, hal ini disebabkan karena diagnosa kehamilan yang terlambat. Usia ibu yang masih muda/remaja dan kehamilan yang terjadi diluar nikah menyebabkan Nn “S” awalnya takut terhadap kehamilan yang terjadi dan tidak menceritakan kepada orang lain terutama keluarganya sehingga menyebabkan ibu tidak berani periksa ke tenaga kesehatan.

Hasil pemeriksaan penambahan berat badan Nn “S” pada kunjungan terakhir, tepatnya pada usia kehamilan 39 minggu BB Nn “S” adalah 45 kg, sedangkan berat badan sebelum hamil adalah 35 kg, hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan berat badan dari sebelum hamil sampai pada akhir trimester sebesar 10 kg. Teori Hani (2014: 10) menjelaskan bahwa secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenaikan antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam satu bulan. Data hasil pemeriksaan yang didapat menunjukkan bahwa kehamilan berat badan Nn “S” sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara fakta dan teori. Penambahan berat badan ibu yang sesuai dikarenakan ibu rutin mengkonsumsi makanan bergizi ketika hamil. Nugroho, dkk (2014: 70) juga menjelaskan bahwa kenaikan berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0,5 kg per minggu. Sekitar 60% kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan

(5)

terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan janin. Berat badan ibu yang bertambah secara normal dapat terjadi karena ibu hamil cukup gizi, sehingga tidak menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu seperti anemia, keguguran dan pendarahan.

Hasil pemeriksaan lingkar lengan atas (LILA) pada Nn “S” adalah 21 cm. Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA pada bagian kiri: LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang/buruk, sehingga ia beresiko untuk melahirkan BBLR (Romauli, 2014: 173). Berdasarkan data fakta dan teori hasil pemeriksaan LILA pada ibu ditemukan kesenjangan. Pengukuran Lila Nn “S” tidak normal dikarenakan asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu masih kurang, sehingga mempengaruhi zat gizi yang dibutuhkan tubuh.Kondisi kurang gizi dapat meningkatkan resiko KEK dan BBLR pada bayi.

Hasil pemeriksaan TFU pada Nn “S” pada tiap kunjungan adalah, pada kunjungan 1 (UK 37 minggu) yaitu 26 cm, kunjungan 2 (UK 38 minggu) yaitu 26 cm dan kunjungan 3 (UK 39 minggu) yaitu 28 cm. Hani (2014: L-4) menjelaskan bahwa perkiraan TFU pada umur kehamilan 36 minggu adalah 33 cm. Hasil pemeriksaan TFU Nn “S” tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya pada usia 36 minggu TFU sebesar 33 cm. Ukuran TFU yang tidak sesuai dikarenakan kepala janin sudah masuk ke pintu atas panggul, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran TFU. Kunjungan kehamilan kedua (usia kehamilan 38 minggu) dan kunjungan kehamilan ketiga (39 minggu) secara umum tidak ada masalah, ibu tidak mengalami keluhan dan keluhan pada kunjungan sebelumnya sudah teratasi.

Pada Kala I pada Nn “S” mempunyai keluhan adanya pengeluaran lendir darah dan kenceng-kenceng. Pada saat pemeriksaan pukul 10.30 WIB frekuensi kontraksi 2 kali dalam 10 menit dan lamanya 40 detik. Pada pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan Ø 3 cm, efficement 50%, ketuban utuh (+), presentasi kepala, Hodge III, show (-). Persalinan kala I Nn “S” berlangsung ± 12 jam. Menurut Sulistyawati (2013: 7) Kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Persalinan fase laten, pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam. Fase aktif, berlangsung selama 6 jam (Mochtar, 2012: 71). Kala I pada persalinan Nn “S” berlangsung selama 12 jam, sehingga dapat dikatakan kala I berjalan normal dan fisiologis, hal ini dipengaruhi oleh faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu dengan adanya power, passenger dan passege ketiga faktor utama ini sangat mendukung jalannya persalinan.

Kala II saat pembukaan lengkap Nn “S” ingin meneran dengan ditandai adanya dorongan mengejan,tekanan pada anus, perineum menonjol,frekuensi his semakin sering (>3x/menit), intensitas his semakin kuat. Kala II berlangsung selama ± 15 menit,bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan, langsung menangis, tonus otot baik,warna kulit merah muda, tidak ada kelainan kongenital dan anus ada. Menurut Mochtar (2012: 71) Kala II primi berlangsung selama 1 ½ 2 jam, dan pada multi ½ -1 jam. Penelitian Fanny Sukma Aji, dkk (20-14) didapatkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh signifikan antara posisi lateral dan posisi lithotomy terhadap lama persalinan kala II ibu primigravida di Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang Tahun 2014. Dimana posisi lateral lebih efektif pada kala II dari pada posisi lithotomy. Penelitian Dyah Fajarsari (2009) mengenai Efektifitas persalinan kala II posisi Mc.Robert dan posisi Lithotomi dilihat dari nilai perbedaan waktu persalinan kala II, juga menunjukkan posisi Mc.Robert lebih efektif dibandingkan posisi Lithotomi pada persalinan kala II (p = 0,000). Proses persalinan kala II berlangsung cepat berlangsung selama ± 15 menit,hal ini dipengaruhi oleh posisi lateral (posisi miring) sehingga ibu menjadi lebih nyaman dalam mengejan,karena proses persalinan dipengaruhi oleh

(6)

posisi dan cara meneran dengan baik. Setelah dilakukan pemotongan tali pusat bayi diletakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap untuk IMD. Pada bayi Nn “S” dilakukan IMD selama 1 jam.

Kala III Nn “S” hanya berlangsung 10 menit. Manajemen aktif kala III berlangsung normal, yaitu pemberian oktitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, penegangan tali pusat dan masase fundus uteri. Sulistyawati (2013: 7) bahwa penatalaksanaan persalinan Kala III dalam asuhan persalinan normal berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala III Nn “S” berlangsung normal tidak terjadi retensio plasenta, hal ini karena plasenta lahir 10 menit setelah bayi lahir dengan demikian selama kala III tidak ada penyulit dan tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

Kala IV Nn “S” berlangsung ±2 jam. Lamanya kala IV dari observasi 2 jam pertama post partum dalam keadaan normal. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 365 oC dan pernafasan 24x/menit. TFU 2 jari bawah pusat,kontraksi uterus keras/baik. Perdarahan ± 300cc. Dilakukan pemasakan IUD (Cooper T) setelah post plasenta dan heating. Sulistyawati (2013: 7) menjelaskan bawah normalnya Kala IV berlangsung 1-2 jam. Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir. Jumlah perdarahan rata-rata dianggap normal adalah 100-300 cc, apabila perdarahan lebih dari 500cc, hal tersebut sudah dianggap abnormal dan harus dicari penyebabnya (Mochtar, 2012: 71). Kala IV berlangsung normal selama 2 jam dan tidak terjadi perdarahan karena jumlah perdarahan 300cc, selain itu kontraksi uterus keras/baik. Pengeluaran darah pada Nn “S” masih dalam batas normal dan tidak ada kesenjangan dengan teori. Persalinan pada Ny N kala I, kala II, kala III,dan kala IV tidak ada komplikasi.

Hasil pengkajian kunjungan nifas pertama (6 jam post partum), keluhan pada Nn “S” adalah nyeri pada luka jahitan. Kunjungan nifas kedua (3 hari post partum) ibu tidak ada keluhan dan pada kunjungan nifas ketiga (2 minggu post partum) terdapat masalah yaitu ibu mempunyai keluhan payudara terasa bengkak dan penuh. Marmi (2015: 168) payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu,penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. Nn “S” pada kunjungan nifas ketiga mempunyai keluhan payudara terasa bengkak dan penuh, hal ini disebabkan karena ibu yang tidak mau menyusui bayi mulai 2 minggu post partum, ibu mengatakan payudaranya terasa sakit oleh gigitan bayi. Sebagai pengganti makanan bayi ibu memberikan MP-ASI.

Kunjungan keempat (6 minggu post partum) keluhan ibu adalah payudara terasa sakit dan nyeri, berwarna merah dan seperti berisi nanah (abses). Menurut Marmi (2015: 170) abses payudara terjadi karena adanya peradangan pada payudara yang tidak tertangani dengan baik, sehingga menyebabkan infeksi. Hasil penelitian didapatkan bahwa keluhan yang dialami Nn “S” adalah payudara keluar nanah/abses disertai dengan gejala panas pada tubuh yakni mencapai 37,8oC. Hal ini dikarenakan sejak 2 minggu post partum ibu mulai jarang untuk menyusui bayinya, ibu yang mengalami trauma sakit ketika bayi menggigit ketika bayi menghisap puting, sehingga terjadi penyumbatan duktus. Keadaan payudara yang penuh karena ASI tidak dikeluarkan menyebabkan penumpukan ASI, selain itu ibu kurang menjaga kebersihan payudara,sehingga menyebabkan terjadi infeksi pada payudara yang kemudian terjadi abses. Tenaga kesehatan/peneliti sebenarnya sudah memberikan penatalaksanaan, namun ibu tidak menerapkannya dengan baik

(7)

pernafasan 38 x/menit,APGAR 7-8 skor normal, tidak ditemukan hipotermi ataupun hipertermi. Menurut Muslihatun (2010: 253) suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah suhu pada aksila 36,5°C sampai 37,5°C. Pada pemeriksaan umum bayi Nn “S” tidak ditemukan kesenjangan antara fakta dan teori. Pada pemeriksaan umum bayi Nn “S” suhu bayi baru lahir normal karena menerapkan pencegahan hipotermi diantaranya menjaga suhu tubuh tepat hangat yaitu dengan dibedong.

Bayi Nn “S” mempunyai berat badan lahir 2800 gram dan panjang badan 48 cm. Menurut Sondakh (2013: 164), berat badan bayi cukup bulan normalnya adalah 2500-4000 gram. Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit pada bayi cukup bulan normalnya adalah 48-52 cm. Pada bayi usia 0 hingga 3 bulan, berat badan akan bertambah sebanyak 30 gram per hari, dalam sebulan bayi akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 900 gram. Bayi Nn “S” lahir dengan berat badan dan panjang badan sesuai dengan keadaan normal,sesuai dengan usia bayi, walaupun bayi kurang mendapatkan ASI tetapi ibu memberikan susu formula.

Asuhan kebidanan pada Nn“S” umur 16 tahun dengan akseptor KB IUD pada tanggal 21 Maret pukul 07.00 WIB, ibu mengatakan ingin menunda kehamilan dengan mengikuti program KB, sebelumnya ibu belum pernah menggunakan KB. KB yang dapat digunakan pasca persalinan yaitu metode KB alami, KB hormonal, KB non hormonal dan AKDR. Keuntungan kontrasepsi IUD / AKDR adalah pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit,kontrol medis yang ringan, pemulihan kesuburan dapat dilakukan setelah AKDR dicabut(Manuaba, 2010: 269).

Berdasarkan kasus yang diambil dan teori yang ada,Nn “S” berusia 16 tahun yang merupakan usia yang masih tergolong kurang dalam hitungan usia produktif sehat (20-35 tahun), sehingga dapat digunakan metode kontrasepsi IUD karena cukup efektif dalam menunda kehamilan dan tidak tidak mengganggu produksi ASI dan proses laktasi, selain itu penggunaan KB IUD lebih ekonomis dan memiliki efektivitas tinggi. Ibu segera diberikan KB IUD setelah bersalin dikarenakan beberapa pertimbangan dari bidan dan keluarga,karena pihak keluarga khawatir dengan klien jika terjadi lagi kehamilan diluar nikah. Keluarga (ibu dan nenek) mengetahui jika ibu menggunakan KB IUD. Pada kunjungan ulang Nn “S” tidak mengalami keluhan dan IUD tetap berada pada tempatnya.

Simpulan

Asuhan kehamilan pada Nn “S” pada usia kehamilan 37 minggu,dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan kesenjangan,hanya umur ibu,kunjungan ANC pengukuran LILA dan TFU yang mengalami kesenjangan. Asuhan persalinan pada Nn “S” berlangsung cepat dan normal serta tidak disertai penyulit,kala I berlangsung selama 12 jam,Kala II berlangsung cepat yakni selama 15 menit, Kala III berlangsung selama 10 menit, plasenta lahir lengkap, Kala IV Nn “S” berlangsung ± 2 jam. Asuhan pada masa nifas menunjukkan hasil pemeriksaan terdapat masalah/kesenjangan yaitu pada kunjungan nifas ketiga, payudara bengkak dan kunjungan nifas keempat ibu mengalami abses. Asuhan neonatus menunjukkan hasil pemeriksaan bayi tidak mengalami ikterus, kondisi bayi baik dan normal. Asuhan keluarga berencana ibu telah memakai KB IUD.

Rekomendasi

1.Bagi Institusi Pendidikan

Asuhan kebidanan ini diharapkan menambah pengetahuan,pengalaman dan wawasan serta bahan penerapan asuhan kebidanan dalam batas Continuity of Care terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi, serta

(8)

dapat digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya.

2.Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan (bidan) di Puskesmas dapat meningkatkan kualitas pelayanan KIA, khususnya dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana dalam batasanContinuity of Care.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan agar responden dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan apabila terdapat komplikasi pada kehamilan dapat segera di atasi dan melakukan konsultasi tentang kehamilan, persalinan, masa nifas, neonatusdan KB. Ibu yang mengalami abses dapat memeriksakan keadaanya pada pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas untuk di lakukan penangan lebih lanjut.

4.Bagi Penulis Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan kehamilan risiko tinggi.

Daftar Pustaka

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2010. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hani, Ummi, Kusbandiyah, Jiarti, Marjati & Yulifah, Rita.(2014). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Manuaba, I.B.G Fajar dan Manuaba, I.B.G 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta: EGC.

Marmi.2015.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta Pustaka Pelajar Mochtar, Rustam. 2012.Sinopsis Obstetri. Buku KedokteranJakarta : EGC.

Muslihatun, Wafi. Nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Nugroho, Taufan, Nurrezki, Warnaliza, Desi & Wilis. 2014. Buku Ajar Asuhan kebidanan

3 Nifas.Yogyakarta: Nuha Medika

Romauli, Suryati. 2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Media

Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga

Sulistyawati, Ari & Nugraha, Esti. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika

Alamat Correspondensi:

- Email :Sandi.asmayasari@gmail.com

- No.HP : 082257153808

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan kebidanan pada Ny “F” dilakukan secara berkelanjutan dimulai dari asuhan kehamilan pada Ny “F” pada usia kehamilan 38 minggu, dari hasil pemeriksaan tidak

Asuhan masa nifas ibu telah melakukan selama 4 kali yaitu kunjungan pertama 6 jam setelah melahirkan, kunjungan kedua dilakukan pada 6 hari setelah melahirkan, kunjungan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan, ibu hamil seharusnya dapat dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan agar apabila terdapat

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan, ibu hamil seharusnya dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan agar apabila terdapat komplikasi pada

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan, ibu hamil seharusnya dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan agar apabila terdapat komplikasi pada

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asuhan kebidanan secara continuity of care. Variabel dalam penelitian ini adalah asuhan kebidanan pada ibu hamil,

Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny.”F” umur 24 tahun GIP0000 yang dimulai dari masa kehamilan

Hasil asuhan kebidanan saat hamil pada Ny “ I “ didapatkan keluhan yang masih fisiologis yaitu mudah lelah dan telah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan kondisi