• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Observasi Awal

Sebelum peneliti melakukan tindakan di kelas, maka terlebih dahulu melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo. Hasil observasi ini selanjutnya dijadikan sebagai data awal yang menjadi dasar penilaian dalam penelitian ini, dan sebagai dasar untuk menentukan kriteria ketuntasan. Berdasarkan hasil observasi awal, dari 25 siswa kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo, terdapat 20 orang atau 80% belum mencapai standar ketuntasan maksimal pada materi sumber daya alam. Berdasarkan data tersebut, selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian tindakan yang hasilnya akan diuraikan sebagai berikut.

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 a. Perencanaan Tindakan

Berkaitan dengan masalah penelitian ini, maka telah disusun skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Rencana tindakan disusun untuk menguji hipotesis yang diajukan. Apakah tindakan yang dilakukan relevan dengan permasalahan yang ada. Materi pelajaran yang dibahas pada siklus I ini adalah: “Sumber Daya Alam, dengan perencanaan penelitian sebagai berikut:

(2)

1) Menyiapkan rencana pembelajaran 2) Menyiapkan wacana / tugas

3) Menyiapkan format observasi b. Pelaksanaan Tindakan

Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.

1) Pendahuluan (membuka pelajaran)

Guru menggambarkan secara umum tentang potensi sumber daya alam, sehingga diharapkan siswa mampu menghubungkan dengan topik yang akan dibahas. Kemudian guru memberi motivasi kepada siswa agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran.

2) Kegiatan Inti

Siswa menyimak penjelasan guru tentang indikator yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Kemudian siswa membaca materi pembelajaran mengenai sumber daya alam. Dalam hal ini guru menjelaskan tentang :

a) Jenis-jenis sumber daya alam.

b) Pengelompokan benda-benda menurut bahan bakunya.

c) Bahan asal benda atau makanan dan cara sederhana proses pembuatannya. d) Cara-cara mendapatkan sumber daya alam.

Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

(3)

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

3) Kegiatan Penutup

Siswa dengan dibimbing guru membuat rangkuman materi pelajaran,untuk persiapan pembelajaran berikutnya.

4.1.3 Hasil Tindakan Siklus 1

Pada siklus 1 siswa kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo yang dikenai tindakan hadir seluruhnya dan mengikuti pembelajaran IPA. Materi pelajaran IPA untuk siklus 1 adalah sumber daya alam yang disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Setelah diberikan tindakan maka diperoleh hasil sebagai berikut.

(4)

Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra dengan memperhatikan data hasil kegiatan belajar pada siklus 1 sebagaimana tercantum dalam tabel tersebut, menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum sesuai harapan. Data perbandingan hasil pengamatan yang diperoleh guru mitra sebanyak 10 aspek atau 41.67% sedangkan peneliti mencapai 14 aspek atau 58.33%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 64).

Adapun hasil pengamatan guru mitra terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1 menunjukkan bahwa dari 25 siswa yang menjadi objek tindakan, 13 orang atau 52% memperoleh nilai baik dalam proses pembelajaran, 11 orang atau 44% memperoleh nilai cukup, 1 orang atau % memperoleh nilai kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 (halaman 65 ).

Selanjutnya untuk Penilaian aspek kognitif siswa pada siklus 1, menunjukan bahwa dari 25 siswa yang menjadi objek tindakan 15 siswa atau 60% tidak tuntas dalam belajar, sedangkan 10 siswa atau 40% telah tuntas dalam belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9 (halaman 66 )

4.1.4 Evaluasi proses dan hasil tindakan siklus 1 a. Temuan guru pengamat (guru mitra)

1) Guru tidak memberikan penjelasan yang rinci dan detail tentang tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe make a match, sehingga pada saat dilaksanakannya tindakan, sebagian besar siswa menjadi bingung

(5)

2) Model pembelajaran yang diterapkan guru tidak berlangsung sesuai harapan, karena guru tidak siap dengan media pembelajaran.

3) Pada saat guru mulai membagikan kartu permainan, suasana menjadi gaduh dan tidak terkendali, karena guru belum maksimal menguasai kelas.

4) Siswa tidak dapat mencari pasangannya dengan tepat sesuai kartu yang telah dibagikan, karena sebagian besar siswa tidak menguasai materi pembelajaran. 5) Guru mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan siswa bersikap

pasif.

6) Kontrol dan bimbingan guru kepada siswa, baik secara klasikal maupun individual belum maksimal.

7) Secara keseluruhan tahapan-tahapan pada rencana pembelajaran belum terlaksana sepenuhnya, karena terbatasnya waktu.

b. Temuan peneliti

1) Pada umumnya siswa belum maksimal menerima pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

2) Siswa tidak mampu mencari pasangan atas kartu permainan yang telah dibagikan, karena sebagian besar siswa yang tidak menguasai materi pelajaran

3) Kontrol guru terhadap aktifitas pembelajaran di dalam kelas tidak maksimal, sehingga suasana kelas gaduh dan tak terkendali.

(6)

4.1.5 Refleksi

Kegiatan refleksi dilaksanakan melalui diskusi dengan guru pengamat. untuk meninjau kembali target yang hendak dicapai dan hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan evaluasi proses dan hasil tindakan sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh pada siklus 1 belum memenuhi indikator keberhasilan sebagaimana yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti dan guru pengamat bersepakat untuk menindaklanjuti hasil yang diperoleh pada siklus 1 ke siklus 2.

4.1.6 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

Pelaksanaan siklus 2 pada dasarnya merupakan lanjutan dari kegiatan siklus 1, dalam tahap ini guru harus memperbaiki seluruh kekurangan yang yang menjadi temuan guru pengamat yang terdapat pada siklus 1. Pada siklus 2 guru harus mengupayakan untuk memecahkan permasalahan yang ditemui dengan memperhatikan informasi serta saran-saran guru pengamat. Hal ini dilakukan untuk lebih memaksimalkan kemampuan mengajar guru agar memperoleh hasil belajar siswa yang lebih optimal. Untuk itu, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Guru lebih memaksimalkan bimbingan dan penguasaan kelas

b. Proses pembelajaran harus disesuaikan dengan rencana pembelajaran

c. Memberikan penjelasan singkat dan contoh kepada siswa tentang materi yang menjadi pokok bahasan.

(7)

d. Memberikan penguatan positif kepada siswa untuk lebih bersifat aktif dalam proses pembelajaran.

e. Menciptakan suasana kelas agar kelihatan lebih hidup.

f. Guru mengupayakan agar siswa tetap terkonsentrasi penuh pada proses pembelajaran.

g. Mengoptimalkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 mengikuti skenario pembelajaran yang telah disusun sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Guru melakukan appersepsi yaitu kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran, kemudian memberikan motivasi dan informasi kompetensi yang akan dicapai.

b. Kegiatan Inti

Siswa menyimak penjelasan guru tentang indikator yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Kemudian siswa membaca materi pembelajaran mengenai sumber daya alam. Dalam hal ini guru menjelaskan tentang :

1) Contoh kemajuan teknologi yang modern berkaitan dengan pengolahan sumber daya alam.

2) Tujuan pengambilan sumber daya alam.

(8)

Langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah sebagai berikut :

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

5) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, diberi poin. 6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat

menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa dengan difasitasi oleh guru membuat kesimpulan materi pelajaran dan guru memberi penekanan terhadap materi yang penting

2) Menanyakan kepada beberapa orang siswa tentang tanggapannya terhadap pelajaran yang telah dilakukannya.

(9)

4.1.7 Hasil Tindakan Siklus 2

Pada siklus 2 siswa kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo yang dikenai tindakan hadir seluruhnya. Adapun kriteria ketuntasan maksimal (KKM) adalah 75. Setelah dilaksanakan tindakan, diperoleh hasil sebagai berikut.

Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra dengan memperhatikan data hasil kegiatan belajar pada siklus 2 sebagaimana tercantum dalam tabel tersebut, menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru telah sesuai harapan. Data perbandingan hasil pengamatan yang diperoleh guru mitra sebanyak 21 aspek atau 88% sedangkan peneliti mencapai 22 aspek atau 92%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11 (halaman 68).

Adapun hasil pengamatan guru mitra terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1 menunjukkan bahwa dari 25 siswa yang menjadi objek tindakan, 20 orang atau 80% memperoleh nilai baik sekali dalam proses pembelajaran, 5 orang atau 20% memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12 (halaman 69).

Sedangkan untuk penilaian aspek kognitif siswa pada siklus 2 menunjukan bahwa dari 25 siswa yang menjadi objek tindakan, 3 siswa atau 12% tidak tuntas dalam belajar, sedangkan 22 siswa atau 88% telah tuntas dalam belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 13 (halaman 70).

(10)

4.1.8 Evaluasi proses dan hasil tindakan siklus 2

Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1 diperoleh temuan sebagai berikut : 1. Temuan guru pengamat

Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.

Pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelas dalam wacana untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal.

Setelah siswa mendapatkan kartu soal, masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Disinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa.

(11)

Dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh beberapa temuan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.

4.1.9 Refleksi

Kegiatan refleksi dilaksanakan bersama-sama dengan guru pengamat. Refleksi dilakukan untuk meninjau kembali target yang hendak dicapai dan hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan evaluasi proses dan hasil tindakan sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh pada siklus 2 telah menunjukan adanya peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan hasil yang diperoleh pada siklus 1. Bahkan berdasarkan hasil penilaian guru pengamat menyatakan bahwa proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik.

Menurut data penilaian yang diberikan oleh guru pengamat menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang diterapkan guru telah berlangsung sesuai rencana dan memperoleh hasil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran telah terlaksana dengan memperoleh hasil yang sangat memuaskan.

Bahwa indikator kinerja dalam penelitian ini telah terpenuhi, yaitu : jika siswa yang memiliki hasil belajar yang optimal berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan

(12)

jumlah siswa yang ada di kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo, maka proses pembelajaran dianggap tuntas.

4.2 Pembahasan

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini bertitiktolak dari hasil observasi yang menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam di kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo. Hasil observasi awal menunjukkan, 25 siswa kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo, terdapat 20 orang atau 80% belum mencapai standar ketuntasan maksimal pada materi sumber daya alam. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam di kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo tersebut peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan adalah jika siswa yang memiliki hasil belajar yang optimal berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan jumlah siswa yang ada di kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo, maka proses pembelajaran dianggap tuntas. Selain itu proses pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat, serta memperhatikan Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) sebesar 75. Mengingat hasil capaian belajar siswa, maka proses tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus.

Setelah dilaksanakan tindakan menunjukkan bahwa pada siklus 1, untuk aspek penilaian kognitif dari total 25 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 15 siswa atau 60% tidak tuntas dalam belajar, sedangkan 10 siswa atau 40% telah tuntas dalam

(13)

belajar. Sedangkan untuk aspek penilaian afektif dari 25 siswa yang dikenai tindakan, 13 orang atau 52% memperoleh predikat nilai kurang, 7 orang atau 28% memperoleh predikat nilai sedang, dan 5 siswa atau 20% memperoleh predikat nilai tinggi.

Menurut hasil pengamatan guru mitra bahwa rendahnya hasil capaian tersebut berkaitan dengan belum maksimalnya aktifitas guru dalam proses pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum sesuai harapan. Data perbandingan hasil pengamatan yang diperoleh guru mitra sebanyak 10 aspek atau 41.67% sedangkan peneliti mencapai 14 aspek atau 58.33%. Adapun hasil pengamatan guru mitra terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1 menunjukkan bahwa dari 25 siswa yang menjadi objek tindakan, 13 orang atau 52% memperoleh nilai baik dalam proses pembelajaran, 11 orang atau 44% memperoleh nilai cukup, 1 orang atau % memperoleh nilai kurang.

Mengingat hasil belajar siswa pada siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan penelitian, maka proses tindakan dilanjutkan ke siklus 2 dengan memperhatikan berbagai temuan pada siklus 1. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus 2 menunjukkan bahwa untuk aspek penilaian kognitif dari total 25 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 3 siswa atau 12% tidak tuntas dalam belajar, sedangkan 22 siswa atau 88% telah tuntas dalam belajar.

Sedangkan dalam penilaian aspek afektif, diperoleh hasil, dari 25 siswa yang dikenai tindakan, 17 orang atau 68% memperoleh predikat nilai tinggi, 5 orang atau 20% memperoleh predikat nilai sedang, dan 3 siswa atau 12% memperoleh predikat nilai kurang.

(14)

Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru telah sesuai harapan. Data perbandingan hasil pengamatan yang diperoleh guru mitra sebanyak 21 aspek atau 88% sedangkan peneliti hanya mencapai 22 aspek atau 92%. Adapun hasil pengamatan guru mitra terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1 menunjukkan bahwa dari 25 siswa yang menjadi objek tindakan, 20 orang atau 80% memperoleh nilai baik sekali dalam proses pembelajaran, 5 orang atau 20% memperoleh nilai baik.. Dengan memperhatikan uraian data tersebut peneliti dan guru pengamat berkesimpulan bahwa indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai, sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dianggap tuntas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match, sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match sangat memacu motivasi belajar siswa, selain itu dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan mengikuti pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ismail (2009: 45) bahwa “Model pembelajaran kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan yang dikembangkan oleh Lorna Curran memiliki beberapa keunggulan antara lain : (1) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (let them move); (2) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis; (3) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

(15)

Berdasarkan pendapat tersebut, menurut peneliti guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, namun penguasaan strategi dan metode pembelajaran yang tepat mutlak diperlukan. Untuk itu perlu kiranya para guru terus melatih kemampuannya untuk menggunakan berbagai strategi dan metode yang tepat agar pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Guru merupakan komponen utama yang menjadi titik sentral dalam proses pembelajaran. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi agar siswa belajar secara optimal untuk berlatih menggunakan nalarnya agar kompetensi pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian tersebut mengindikasikan bahwa dalam mata pelajaran IPA seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Untuk mencapai tujuan mata pelajaran IPA tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan hipotesis tindakan dalam penelitian yang berbunyai : “Jika model pembelajaran kooperatif tipe make a match diterapkan dalam proses pembelajaran, maka hasil belajar siswa tentang sumber daya alam di kelas IV SDN 3 Tabongo Kabupaten Gorontalo akan meningkat “ maka penelitian ini dinyatakan berhasil atau hipotesisnya diterima.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, maka dari itu tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Pasal 275 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang disebabkan oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar barisan dan deret pada siswa kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 1 Banyudono dengan media

Kestabilan 7 genotipe mutan Jame-jame, 2 genotipe mutan Ratim, 17 genotipe mutan UJ-5, 1 genotipe mutan Malang 4, dan 14 genotipe mutan Adira 4 pada karakter panen

Kasus diatass berkaitan dengan ciri dari komunikasi massa, karena komunikator dalam komunikasi melembaga, kasus tersebut lembaganya adalah komunitas ‗Srikandi Merapi‘ ,

merancang alat pencetak keripik biji-bijian yang bisa mengolah biji melinjo. menjadi empingserta biji dari komoditas lain menjadi keripik biji-bijian

Jakarta: Depertemen Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah Bekerja Sama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.. Jakarta: Depertemen Pendidikan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Cica Taptiani 2014 Universitas