• Tidak ada hasil yang ditemukan

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat mewujudkan peningkatan KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Corporate Social Responsibility (CSR) dapat mewujudkan peningkatan KATA PENGANTAR"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan KaruniaNya

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) ini dapat

terselesaikan dengan baik.

LP2KD merupakan salah satu bentuk laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

Kota Madiun terhadap hasil koordinasi dan pengendalian penanggulangan

kemiskinan yang dilaksanakan di Kota Madiun.

Berdasarkan monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan,

program/kegiatan penanggulangan kemiskinan telah terlaksana dengan baik

sesuai dengan kelompok program penanggulangan kemiskinan

di

masing-masing kluster. Indikator utama penanggulangan kemiskinan

memperlihatkan hasil yang cukup baik meskipun beberapa indikator utama masih

menunjukkan perlambatan dalam laju pertumbuhannya, namun sebagian besar

telah mengarah pada peningkatan kesejahteraan.

Diharapkan penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan oleh

seluruh Satuan Perangkat Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dan peran aktif

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat mewujudkan peningkatan

kesejahteraan masyarakat Kota Madiun serta percepatan di dalam penurunan

jumlah dan tingkat kemiskinan sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor

15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Demikian Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini

disusun dengan harapan dapat menjadi bahan evaluasi TKPK Kota Madiun dalam

menjalankan kapasitasnya sebagai lembaga yang fokus pada penanggulangan

kemiskinan.

Madiun Desember 2013

WAKIL WALIKOTA MADIUN

selaku

KETUA TKPK

(2)

DAFTAR ISI  

Daftar Isi i

Daftar Grafik dan Tabel ii

BAB I : PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ……….………....………….…………..………. 1

I.2 Maksud dan Tujuan..………...….……. 3

I.3 Landasan Hukum...………...…………...………… 9

I.4 Sistematika Penulisan...………....……….…...… 10

BAB II : KONDISI KEMISKINAN DI KOTA MADIUN II.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan....……….……… 11

II.2 Bidang Kesehatan ……….………...………….……… 16

II.3 Bidang Pendidikan..…………...………...……….…….. 21

II.4 Bidang Infrastruktur..……….………...……….……. 25

II.5 Bidang Ketahanan Pangan..………...……….……. 26

BAB III : TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN III.1 Komposisi Anggaran Sektoral...………... 28

III.2 Anggaran Belanja Sektoral menurut Sumber Pembiayaan... 34

III.3 Anggaran Belanja Sektoral menurut Mata Anggaran... 37

III.4 Anggaran Belanja Sektoral menurut Jenis Program yang Dibiayai... 39

III.5 Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan... 40

BAB IV : KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN IV.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan...………...….. 43

IV.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan...……….... 44

IV.3 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan... 45

IV.4 Pengaduan Masyarakat... 45

BAB V : KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN V.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan....………....………. 47

V.2 Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan...……… 49

V.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan di Tahun 2013...……….. 51

V.4 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan... 56

BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Prioritas dan Intervensi Sektoral dan Wilayah....………..……. 62

VI.2 Implikasi Penyesuaian Program dan Anggaran Belanja...………… 64 VI.3 Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program 64

(3)

DAFTAR GRAFIK DAN TABEL

BAB I

GRAFIK Grafik Data IPM Kota Madiun Tahun 2009-2012 ... 4

BAB II GRAFIK Grafik Angka Kemiskinan Kota Madiun Tahun 2003-2012... 11

GRAFIK Grafik Jumlah Penduduk Miskin Kota Madiun Tahun 2003-2012... 12

GRAFIK Indeks kedalaman dan Keparahan Kota Madiun Tahun 2003-2012... 13

GRAFIK Grafik Data TPT Kota Madiun Tahun 2009-2012... 14

GRAFIK Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Madiun Tahun 2009-2012... 15

GRAFIK Grafik Data AKB Kota Madiun Tahun 2009-2012... 17

GRAFIK Grafik Data AKI Kota Madiun Tahun 2009-2012... 18

GRAFIK Grafik Balita Gizi Buruk Kota Madiun Tahun 2010-2012... 19

GRAFIK Grafik Data AHH Kota Madiun Tahun 2010-2012... 20

GRAFIK Grafik Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Madiun Tahun 2010-2012.. 21

GRAFIK Grafik Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Madiun Tahun 2010-2012.. 22

GRAFIK Grafik Angka Melek Huruf di Kota Madiun Tahun 2009-2012... 23

GRAFIK Grafik Angka Putus Sekolah (APS) Kota Madiun Tahun 2010-2012... 24

GRAFIK Grafik Akses Air Bersih Kota Madiun Tahun 2009-2012... 25

GRAFIK Grafik Produksi Tanaman Padi Kota Madiun Tahun 2008-2012... 27

GRAFIK Grafik Anggaran Kemiskinan Kota Madiun Tahun 2010-2014... 28

Tabel Program Penanggulangan Kemiskinan yang murni di danai APBD Kota Madiun Tahun 2013………... 29 Tabel Anggaran Belanja Sektoral Menurut Sumber Pembiayaan... 34

Tabel Anggaran Belanja Sektoral Menurut Mata Anggaran... 37

Tabel Anggaran Belanja Sektoral Menurut Jenis Program Yang dibiayai... 39 Tabel Rencana Program Penanggulangan Kemiskinan yang murni di danai

APBD Kota Madiun Tahun 2014... 51

Tabel Data Perbandingan Masyarakat Miskin di Kota Madiun dengan Jaminan Kesehatan Tahun 2009-2012.

(4)

Peta Peta Kemiskinan Kota Madiun-Individu data PPLS 2011... 63 Peta Peta Kemiskinan Kota Madiun-Rumah Tangga Sasaran data PPLS

2011... 63

(5)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Penanggulangan Kemiskinan adalah program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.

Penanggulangan kemiskinan akan terlaksana baik dengan adanya program dan kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Namun, kemiskinan tidak dapat dilakukan hanya bertumpu pada program/kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah saja, peran aktif masyarakat untuk keluar dari garis kemiskinan juga diperlukan karena yang benar-benar menentukan seseorang itu mampu untuk sejahtera atau tidak adalah dirinya sendiri. Bantuan dari lembaga swasta atau pihak lain melalui dana bantuan sosial kemasyarakatan yang bersifat memberdayakan maupun hibah juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam rangka mendukung tercapainya percepatan di dalam penanggulangan kemiskinan.

Berbagai bentuk kebijakan, program dan kegiatan terus dilakukan dengan

sasaran masyarakat miskin sebagaimana yang terdapat di dalam data kemiskinan PPLS 2011 yang diterima dari TNP2K. Diharapkan dengan program/kegiatan yang

dilakukan secara terpadu dari berbagai sektor dan bersifat berkelanjutan dengan sasaran yang sama akan mampu membantu masyarakat miskin untuk mandiri dan sejahtera. Namun, sayangnya meskipun setiap tahun mengalami peningkatan kesejahteraan dan penurunan di dalam jumlah masyarakat miskin serta tingkat kemiskinan tapi laju penurunan masih mengalami perlambatan. Belum ada penurunan jumlah masyarakat miskin dan tingkat kemiskinan yang signifikan yang terjadi di setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu adanya strategi penanggulangan kemiskinan dalam merencanakan dan menentukan setiap prioritas kegiatan penanggulangan kemiskinan agar capaian target percepatan dalam menanggulangi kemiskinan dapat terwujud.

(6)

Strategi penanggulangan kemiskinan sebagaimana yang diamanatkan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota, adalah :

a. mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;

b. meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin;

c. mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil; dan d. mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

Program yang mendukung dilakukannya strategi penanggulangan kemiskinan tersebut antara lain :

a. kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin;

b. kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat;

c. kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil; dan

d. program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin

Strategi dan program tersebut dilakukan secara terkoordinasi yang diselenggarakan melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi penanggulangan kemiskinan lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan.

Dalam rangka melaksanakan strategi percepatan penanggulangan kemiskinan, dilaksanakan program penanggulangan kemiskinan yang bersasaran (targeted program). Program-program penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mensasarkan langsung kepada mereka yang tergolong miskin dan hampir miskin atau untuk mereka yang berada pada tingkat kemiskinan 10% sampai 30% terendah sebagaimana di dalam kriteria PPLS 2011. Program penanggulangan kemiskinan kepada mereka yang membutuhkan diharapkan akan jauh lebih efektif dalam upaya

(7)

Obyek yang sama dengan berbagai program dan kegiatan yang terus dilakukan, diharapkan mampu mendukung terjadinya percepatan di dalam penanggulangan kemiskinan. Untuk itu, perlu adanya validitas data yang akurat yang menjadi pijakan dasar dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, karena pelaksanaan program/kegiatan yang salah sasaran akan mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian misi penanggulangan kemiskinan.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud

Sebagaimana LP2KD sebelumnya yang telah menjelaskan bahwa Pelaksanaan koordinasi penanggulangan kemiskinan dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap program yang berbasis pada pengentasan masyarakat miskin, agar segala bentuk kebijakan dan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi jumlah masyarakat miskin dapat terkoordinasi, terintegrasi dan terkendali dengan baik.

Beberapa indikator yang menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan manusia dan kesejahteraannya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM di Kota Madiun pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 76,23 dan 76,61. IPM Kota

Program pendukung

lainnya

MASYARAKAT

MISKIN

program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga 

program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat  program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi

(8)

Madiun di Tahun 2010 Dibandingkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Madiun 2011 yang sebesar 77,25 terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia Kota Madiun sebesar 0,64, sedangkan pada tahun 2012 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Madiun 77,42 yang berarti dari tahun 2011 sampai 2012 terjadi kenaikan sebesar 0,17. Secara keseluruhan dari tahun 2009 sampai tahun 2012 terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia Kota Madiun sebesar 1,19.

GRAFIK IPM KOTA MADIUN TAHUN 2009 – 2012

Tujuan

Tujuan penanggulangan kemiskinan pada dasarnya sejalan dengan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Beberapa tujuan dan sasaran MDGs yang menggambarkan bidang analisis kondisi kemiskinan adalah sebagai berikut:

MDG 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur oleh indikator USD 1,00 per kapita per hari, menjadi setengahnya. Kemajuan juga telah dicapai dalam upaya untuk lebih menurunkan lagi tingkat kemiskinan, sebagaimana diukur oleh garis kemiskinan nasional dari tingkat saat ini sebesar

(9)

1989 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007, sehingga Indonesia diperkirakan dapat mencapai target MDG sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Prioritas ke depan untuk menurunkan kemiskinan dan kelaparan adalah dengan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan infrastruktur pendukung, dan memperkuat sektor pertanian. Perhatian khusus perlu diberikan pada: (i) perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); (ii) pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan akses dan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraannya; (iii) peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan sosial; dan (iv) perbaikan penyediaan proteksi sosial bagi kelompok termiskin di antara yang miskin.

MDG 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA

Upaya Indonesia untuk mencapai target MDG tentang pendidikan dasar dan melek huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan Indonesia menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan sekolah menengah pertama sebagai sasaran pendidikan dasar universal. Pada tahun 2008/09 angka partisipasi kasar (APK) SD/MI termasuk Paket A telah mencapai 116,77 persen dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 95,23 persen. Pada tingkat sekolah dasar (SD/MI) secara umum disparitas partisipasi pendidikan antar provinsi semakin menyempit dengan APM di hampir semua provinsi telah mencapai lebih dari 90,0 persen. Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDG pendidikan adalah meningkatan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah. Berbagai kebijakan dan program pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut adalah: (i) perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar khususnya bagi masyarakat miskin; (ii) peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; dan (iii) penguatan tata kelola dan akuntabilitas pelayanan pendidikan. Kebijakan alokasi dana pemerintah bagi sektor pendidikan minimal sebesar 20 persen dari jumlah anggaran nasional akan diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian pendidikan dasar universal pada tahun 2015.

(10)

MDG 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender di semua jenjang dan jenis pendidikan. Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,85. Oleh sebab itu, Indonesia sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat ada nya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian. Disamping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPR pada Pemilu terakhir juga mengalami peningkatan, menjadi 17,9 persen. Prioritas ke depan dalam mewujudkan kesetaraan gender meliputi: (1) peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; (2) perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; dan (3) peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.

MDG 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

Angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga target sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat tercapai. Demikian pula dengan target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai. Namun demikian, masih terjadi disparitas regional pencapaian target, yang mencerminkan adanya perbedaan akses atas pelayanan kesehatan, terutama di daerahdaerah miskin dan terpencil. Prioritas ke depan adalah memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin dan daerah terpencil.

MDG 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global masih rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal

(11)

kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehat-an terlatih cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu mendapat perhatian. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Ke depan, upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan pada perluasan pelayanan kesehatan berkualitas, pelayanan obstetrik yang komprehensif, peningkatan pelayanan keluarga berencana dan penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat.

MDG 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Tingkat prevalensi HIV/AIDS cenderung meningkat di Indonesia, terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun 2004 dan 2005. Angka kejadian malaria per 1.000 penduduk menurun dari 4,68 pada tahun 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009. Sementara itu, pengendalian penyakit Tuberkulosis yang meliputi penemuan kasus dan pengobatan telah mencapai target. Pendekat-an untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini terutama diarahkan pada upaya pencegahan dan pengarusutamaan ke dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Selain itu, pengendalian penyakit harus melibatkan semua pemangku kepentingan dan memperkuat kegiatan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

MDG 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Tingkat emisi gas rumah kaca di Indonesia cukup tinggi, walaupun upaya peningkatan luas hutan, pemberantasan pembalakan hutan, dan komitmen untuk melaksanakan kerangka kebijakan penurunan emisi karbon dioksida dalam 20 tahun ke depan telah dilakukan. Proporsi rumah tangga dengan akses air minum

(12)

layak meningkat dari 37,73 persen pada tahun 1993 menjadi 47,71 persen pada tahun 2009. Sementara itu, proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi layak meningkat dari 24,81 persen (1993) menjadi 51,19 persen (2009). Upaya untuk mengakselerasi pencapaian target air minum dan sanitasi yang layak terus dilakukan melalui investasi penyediaan air minum dan sanitasi, terutama untuk melayani jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat. Untuk daerah perdesaan, penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat agar memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan infrastruktur dan pembangunan sarana. Di samping itu, perlu dilakukan upaya untuk memperjelas peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya air dan pengelolaan sistem air minum dan sanitasi yang layak. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan menurun dari 20,75 persen pada tahun 1993 menjadi 12,12 persen pada tahun 2009. Upaya untuk penurunan proporsi rumah tangga kumuh dilakukan melalui penanganan pemukiman kumuh.

MDG 8: MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat dengan berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta untuk mencapai pola pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan (pro-poor). Indonesia telah mendapat manfaat dari mitra pembangun-an internasional. Untuk meningkatkpembangun-an efektifi tas kerjasama dpembangun-an pengelolapembangun-an bantuan pembangunan di Indonesia, Jakarta Commitment telah ditandatangani bersama 26 mitra pembangunan pada tahun 2009. Bersamaan dengan ini, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya rasio pinjam an luar negeri pemerintah terhadap PDB dari 24,6 persen pada tahun 1996 menjadi 10,9 persen pada tahun 2009. Sementara itu, Debt Service Ratio Indonesia juga telah menurun dari 51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009. Untuk meningkatkan akses komunikasi dan informasi, sektor swasta telah membuat investasi besar dalam teknologi informasi dan komunikasi, dan akses

(13)

sangat pesat selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, sekitar 82,41 persen dari penduduk Indonesia mempunyai akses pada telepon seluler.

Sebagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki tugas :

a. melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten/Kota; dan b. mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten/Kota. Dari tugas utama yang telah diamanatkan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tersebut, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Madiun menguraikan tugas tersebut menjadi beberapa bagian antara lain :

1. Menyiapkan agenda Rapat Koordinasi TKPK yang terdiri dari: • Memantau situasi dan kondisi kemiskinan di Kota Madiun

• Menganalisis besaran pengeluaran Pemerintah Kota Madiun sehingga efektif untuk penanggulangan kemiskinan (APBN dan APBD)

• Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan dari masing-masing SKPD Kota Madiun

• Mengintegrasikan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan yang berasal dari anggaran CSR ke dalam program/kegiatan penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kota Madiun

2. Menyusun Laporan Pelaksanaan dan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan (LP2KD) Kota Madiun

Laporan Pelaksanaan dan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan (LP2KD) ini bertujuan untuk mengevaluasi pencapaian target dalam menanggulangi kemiskinan dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menjadi kendala dalam pencapaian target penurunan jumlah dan angka kemiskinan.

I.3 LANDASAN HUKUM

1. RPJMN 2009 -2014

(14)

3. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

4. Instruksi Presiden Nomro 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan Yang Berkeadilan

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota 6. Surat Keputusan Walikota Madiun Nomor : 050-401.202/39/2011 tentang

Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Madiun

I.4 SISTEMATIKA PENULISAN

1. BAB 1 : PENDAHULUAN

2. BAB 2 : KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH

3. BAB 3 : ANGGARAN BELANJA PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4. BAB 4 : KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 5. BAB 5 : KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH 6. BAB 6 : REKOMENDASI

(15)

BAB II

KONDISI KEMISKINAN DI KOTA MADIUN

II.1 BIDANG KEMISKINAN DAN KETENAGAKERJAAN

II.1.1 Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah 1. Angka kemiskinan

Angka Kemiskinan Kota Madiun pada dasarnya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami kenaikan 0,18 persen. Untuk tahun 2011 berdasarkan data dari BPS Kota Madiun, tingkat kemiskinan di Kota Madiun berada pada titik 5,66 persen atau menurun sebesar

0,45 persen. Namun data resmi dari SUSENAS belum diterima. Sampai dengan tahun 2012, angka kemiskinan di Kota Madiun belum juga diterima secara resmi dari lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan. Sehingga yang dapat dilakukan hanya memproyeksi tingkat kemiskinan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil analisa data proyeksi, angka kemiskinan di Kota Madiun pada tahun 2012 adalah sebesar 5,37 persen.

Diproyeksikan turun sebesar 0,29 persen dari tahun 2012.

GRAFIK ANGKA KEMISKINAN KOTA MADIUN TAHUN 2003 – 2012

(16)

2. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di Kota Madiun sama dengan angka kemiskinan yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kenaikan terjadi di beberapa tahun, namun tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin di Kota Madiun sebesar 17.100 jiwa, hingga data terakhir yang masuk pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kota Madiun berkurang hingga 10.431 jiwa. Dalam periode 7 tahun terjadi penurunan sebesar 6.669 jiwa, hampir 40% dari jumlah penduduk miskin di tahun 2003. Pada tahun 2011, jumlah penduduk miskin berdasarkan data makro belum diterima oleh Pemerintah Kota Madiun. Namun, berdasarkan data dari BPS Kota Madiun, jumlah masyarakat miskin di Kota Madiun tahun 2011 sebanyak 9.700 jiwa. Untuk tahun 2012, karena data resmi belum ada maka diproyeksikan jumlah penduduk miskin Kota Madiun sebesar 8.900 jiwa, mengalami penurunan sebanyak 800 jiwa dari tahun sebelumnya.

GRAFIK JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA MADIUN TAHUN 2003 – 2012

(17)

3. Indeks Keparahan (P1) dan Kedalaman Kemiskinan (P2)

Indeks kedalaman kemiskinan atau Poverty Gap Index ( P1 ) adalah Indeks yang menggambarkan selisih (dalam persen terhadap garis kemiskinan) rata-rata antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan atau Poverty Severity Index (P2) adalah jumlah dari kuadrat selisih (dalam persen terhadap garis kemiskinan) rata-rata antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan.

Perkembangan indeks keparahan kemiskinan secara keseluruhan bergerak turun, yang mengindikasikan adanya peningkatan yang positif mengenai kemiskinan di Kota Madiun.

Berdasarkan data resmi dari BPS, indeks kedalaman dan keparahan di Kota Madiun cenderung terus menurun dari tahun ke tahun. Data resmi terakhir diterima di tahun 2010 kedalaman kemiskinan Kota Madiun berada di titik 0,97 dan keparahan kemiskinan ada di titik 0,26. Data resmi di tahun 2011 dari BPS belum diterima, sehingga berdasarkan hasil proyeksi di tahun-tahun sebelumnya kedalaman kemiskinan Kota Madiun adalah 0,84 dan di tahun 2012 sebesar 0,82. Sedangkan keparahan kemiskinan Kota Madiun sebesar 0,135 di tahun 2011 dan 0,097 di tahun 2012.

INDEKS KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN KOTA MADIUN TAHUN 2003 – 2012

(18)

4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Pengangguran Terbuka merupakan gambaran kondisi dimana seseorang benar-benar tidak memiliki pekerjaan yang memberikan pendapatan sebagai hasil imbalan dari kegiatan bekerjanya. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka adalah perbandingan penduduk usia kerja yang sedang mencari kerja terhadap angkatan kerja.

Sebagaimana gambaran dari grafik di bawah, Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Madiun tahun 2009 berada pada titik 11,27 terus mengalami penurunan 9,52 di tahun 2010 sampai 5,11 di tahun 2011.

Sedangkan di tahun 2012 berdasarkan data dari Provinsi Jawa Timur Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Madiun berada di titik 6,71 ada kenaikan sebesar 1,70 dari tahun 2011, namun angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan TPT di Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Timur. Diharapkan tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan seiring dengan berkurangnya jumlah masyarakat miskin.

GRAFIK DATA TPT KOTA MADIUN TAHUN 2009 – 2012

(19)

5. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi (Laju Pertumbuhan Ekonomi)

Laju Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sebesar 6,06, dibandingkan dengan Laju Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 yang sebesar 6,93 berarti terjadi peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Madiun sebesar 0,87. Sedangkan pada tahun 2011 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Madiun adalah 7,18 yang berarti dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,25. Sedangkan di tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan sebesar 7,79.

GRAFIK LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MADIUN TAHUN 2009 – 2012

II.1.2 Relevansi dan Efektivitas Program

Berdasarkan data perkembangan antar waktu di atas menunjukkan bahwa program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menurunkan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka masih belum terlihat relevansi antara kedua nya, karena turunnya tingkat kemiskinan dan jumlah masyarakat miskin ternyata tidak mempengaruhi turunnya tingkat pengangguran terbuka.

(20)

II.1.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah

Untuk Kota Madiun hal yang perlu di prioritaskan adalah bagaimana mengurangi tingkat pengangguran terbuka karena dibandingkan dengan wilayah disekitar, Kota Madiun memiliki TPT yang lebih tinggi. Jadi program dan kegiatan diprioritaskan untuk mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Antar wilayah di Kota Madiun memiliki prioritas yang sama dalam upaya menurunkan tingkat pengangguran terbuka.

II.2 BIDANG KESEHATAN

II.2.1 Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah 1. Angka Kematian Bayi

Di Kota Madiun pada tahun 2009 sebesar 18,59 per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Madiun 2010 yang sebesar 10,20 per 1.000 kelahiran hidup, berarti terjadi penurunan tingkat kematian bayi di Kota Madiun sebesar 8,39 per 1.000 kelahiran hidup atau sekitar 45,13 persen. Sedangkan pada tahun 2011 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Madiun 8,60 per 1.000 kelahiran hidup yang berarti dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi penurunan tingkat kematian bayi sebesar 1,60 per 1.000 kelahiran hidup atau sekitar 15,69 persen. Sedangkan di Tahun 2012 angka kematian bayi berada di titik 12,22 per 1.000 kelahiran hidup. Terjadi peningkatan kematian bayi atau ada penurunan terhadap kualitas kesehatan bayi yang lahir sebesar 3,62 per 1.000 kelahiran hidup atau meningkat sebesar 42,09 persen.

(21)

GRAFIK DATA AKB KOTA MADIUN TAHUN 2009 - 2012

2. Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu di Kota Madiun sempat mengalami kenaikan di tahun 2010 dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir. Pada tahun 2009, AKI menunjukkan angka 75,87 per 100.000 kelahiran hidup yang kemudian naik di tingkat 149,97 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, pergerakan penurunan kemudian terjadi di tahun 2011. AKI berada di posisi 74,4 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang ada, tahun 2011 terdapat 2 kasus kematian ibu melahirkan di Kota Madiun yang disebabkan oleh emboli air ketuban dan pendarahan. Kejadian tersebut berada di Kelurahan Mojorejo dan Sukosari. Meskipun angka kematian ibu berada di 74,4/100.000 kelahiran hidup masih di bawah target MDG’s yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, Dinas Kesehatan Kota Madiun tetap terus mengupayakan agar AKI berada di titik terendah. Pada tahun 2012 AKI kembali mengalami penurunan di titik 71,89 per 100.000 kelahiran hidup.

(22)

GRAFIK DATA AKI KOTA MADIUN TAHUN 2009 - 2012

3. Balita Gizi Buruk

Jumlah Balita di Kota Madiun tahun 2011 tercatat 11.329 orang. Dari jumlah 11.329 tersebut yang datang ke posyandu untuk ditimbang dan dipantau pertumbuhannya sebanyak 10.229 balita (90,3%). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, untuk balita gizi buruk di Kota Madiun pada tahun 2011 sebanyak 22 balita (0,22%) menurun dari tahun sebelumnya sebesar 43 balita atau sebanyak 0,42%. Sedangkan di tahun 2012 dari 13.629 balita yang tercatat, yang datang dan ditimbang ke posyandu hanya sebanyak 9.625 atau sekitar 70,62 persen. Jumlah kedatangan bayi dan balita ke Posyandu menurun dari tahun sebelumnya. Sedangkan balita gizi

buruk yang tercatat di tahun 2012 sebanyak 26 orang atau sekitar 0,27 persen.

(23)

GRAFIK BALITA GIZI BURUK KOTA MADIUN TAHUN 2010 – 2012

4. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) di Kota Madiun pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 70,81 dan 71,01 dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup (AHH) di Kota Madiun tahun 2011 yang sebesar 71,29 berarti kualitas kesehatan masyarakat Kota Madiun meningkat sebesar 0,28. Sedangkan pada tahun 2012 Angka Harapan Hidup (AHH) di Kota Madiun 71,36 yang berarti dari tahun 2011 sampai 2012 terjadi kenaikan kualitas kesehatan masyarakat Kota Madiun sebesar 0,07 Jadi secara keseluruhan dari tahun 2009 sampai tahun 2012 terjadi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Kota Madiun sebesar 0,55.

(24)

GRAFIK DATA AHH KOTA MADIUN TAHUN 2010 – 2012

II.2.2 Relevansi dan Efektivitas Program

Relevansi dan keefektifan program dalam mengatasi balita gizi buruk cukup membantu, meskipun ada sedikit peningkatan di tahun 2012, namun secara keseluruhan penanganan terhadap gizi buruk sudah cukup efektif.

II.2.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah

Kecamatan Kartoharjo di tahun 2012 menyumbang 19,23 persen dari jumlah balita gizi buruk yang ada di Kota Madiun. Kecamatan Taman berperan sebesar 26,92 persen dari jumlah keseluruhan balita gizi buruk yang ada di Kota Madiun, sedangkan Kecamatan Manguharjo memiliki andil yang cukup besar terhadap meningkatnya jumlah Balita Gizi Buruk di Kota Madiun, yaitu sebesar 53,85 persen. Namun angka tersebut bukan lah salah satu tolak ukur untuk melakukan intervensi wilayah, karena setiap wilayah memiliki probabilitas dan prioritas yang sama. Sehingga tidak perlu dilakukan intervensi terhadap salah satu wilayah di Kota Madiun. Intervensi dilakukan di seluruh wilayah di Kota

(25)

II.3 BIDANG PENDIDIKAN

II.3.1 Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah 1. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Madiun tahun 2010-2011 untuk tingkat SD/MI tidak mengalami kenaikan, tapi untuk tingkat SMP/MTs sampai tingkat SMA/SMK/MA mengalami kenaikan di dua tahun terakhir, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah siswa yang terus bertambah. APK tahun 2010-2011 sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini. APK tingkat SD/MI sampai dengan tingkat SM di Kota Madiun terus mengalami kenaikan, dan itu berarti tingkat partisipasi sekolah siswa dari tingkat dasar sampai menengah terus mengalami peningkatan. Namun data di tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan APK di semua jenjang pendidikan. Nilai ini akan menjadi catatan di tahun selanjutnya melalui strategi dan tahapan-tahapan perbaikan program untuk mendukung meningkatnya APK di setiap jenjang pendidikan.

GRAFIK ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) KOTA MADIUN TAHUN 2010 – 2012

(26)

2. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) di Kota Madiun tahun 2010-2011 untuk tingkat SD/MI tidak mengalami kenaikan, tapi untuk tingkat SMP/MTs sampai tingkat SMA/SMK/MA mengalami kenaikan di tiga tahun terakhir, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah siswa yang terus bertambah dan ketersediaan kelas. APM tahun 2010-2011 sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini. Berbeda dengan Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni juga menggambarkan kecenderungan peningkatan di tiap tahunnya. Begitu juga di tahun 2012, APM hampir di tiap tingkat pendidikan mengalami peningkatan. Di tahun 2012, APM Kota Madiun sudah diatas 100 untuk jenjang pendidikan SD/MI dan SMA/SMK/MA hanya APM SMP/MTs yang masih berada di bawah 100.

GRAFIK ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) KOTA MADIUN TAHUN 2010 – 2012

Sumber : Dinas Pendidikan, Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

3. Angka Melek Huruf

Angka melek huruf terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut membuktikan bahwa persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti

(27)

• mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD.

• menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media.

• menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah

Angka melek huruf Kota Madiun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 sebagaimana tergambar dalam grafik di bawah.

GRAFIK ANGKA MELEK HURUF DI KOTA MADIUN TAHUN 2009 – 2012

Sumber : Dinas Pendidikan, Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

4. Angka Putus Sekolah (APS)

Angka Putus Sekolah (APS) merupakan rasio dari siswa yang lulus sekolah dengan siswa yang memutuskan untuk keluar dari sekolah yang bersangkutan. Namun, data ini selain menggambarkan siswa yang murni keluar dari sekolah karena alasan tertentu juga masih

(28)

dipengaruhi oleh siswa yang pindah sekolah tanpa pemberitahuan. Adapun gambaran besarnya rasio dari siswa yang putus sekolah tersebut terlihat pada grafik di bawah ini.

GRAFIK ANGKA PUTUS SEKOLAH (APS) KOTA MADIUN TAHUN 2010 – 2012

S Sumber : Dinas Pendidikan, Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

II.3.2 Relevansi dan Efektivitas Program

Bidang pendidikan di Kota Madiun merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan. Pembangunan bidang pendidikan juga merupakan salah satu faktor penunjang dalam pengentasan kemiskinan. Demikian pentingnya peranan pendidikan dalam penanggulangan kemiskinan, sehingga hampir 40% APBD Kota Madiun diperuntukkan pembangunan di bidang pendidikan. Berdasarkan indikator pembangunan pendidikan yang digambarkan dalam beberapa grafik diatas, terlihat adanya perbaikan yang cukup signifikan yang membuktikan bahwa program kegiatan dan strategi pendidikan yang telah dilaksanakan membawa hasil yang cukup effektif dalam peningkatan derajat pendidikan masyarakat Kota Madiun.

II.3.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah

(29)

Madiun yang terdiri dari tiga kecamatan, karena angka yang terlalu kecil maka tidak ada disparitas wilayah diantara tiga kecamatan tersebut, sehingga tidak diperlukan intervensi wilayah.

II.4 BIDANG INFRASTRUKTUR

II.4.1 Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah

Akses Air Bersih

Akses bersih merupakan salah satu indikator, bahwa masyarakat memiliki derajat kebersihan yang cukup akan pemenuhan air bersih. Selama kurun waktu 4 (empat ) tahun terakhir, cakupan terhadap akses air bersih di masyarakat Kota Madiun selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Madiun, terakhir di tahun 2012 tercatat 90,96% telah terlayani oleh air bersih. Diharapkan di tahun-tahun mendatang grafik yang memperlihatkan akses penggunaan air bersih masyarakat Kota Madiun selalu mengalami peningkatan.

GRAFIK AKSES AIR BERSIH KOTA MADIUN TAHUN 2009 – 2012

(30)

II.4.2 Relevansi dan Efektivitas Program

Keefektivitasan program/kegiatan yang telah dilakukan dalam pengembangan pendistribusian instalasi air bersih terlihat dari adanya peningkatan yang terjadi pada akses air bersih yang telah dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Kota Madiun, atau sekitar 90,96% dari seluruh masyarakat Kota Madiun telah terlayani oleh air bersih PDAM.

II.4.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah

Untuk Kota Madiun hal yang perlu di prioritaskan adalah bagaimana meningkatkan akses sanitasi yang layak karena masih ada masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk MCK dan hal tersebut akan mempengaruhi penyerapan air tanah yang layak untuk digunakan sebagai air bersih. Jadi, program dan kegiatan sebaiknya diprioritaskan

untuk meningkatkan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat Kota Madiun. Sedangkan untuk antar wilayah di Kota Madiun yang

terdiri dari tiga kecamatan, tidak ada disparitas wilayah diantara tiga kecamatan tersebut, sehingga tidak diperlukan intervensi wilayah.

II.5 BIDANG KETAHANAN PANGAN

II.5.1 Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah

Untuk bidang ketahanan pangan, Kota Madiun masih mengandalkan padi sebagai tanaman pokok utama yang diproduksi. Indikator utama keberhasilan ada pada tingkat produksi tanaman pangan terutama komoditas utamanya, yaitu produksi padi. Peningkatan produksi tanaman padi menggambarkan salah satu indikator peningkatan terhadap ketahanan akan subsidi pangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berikut gambaran produksi tanaman padi di Kota Madiun dalam lima tahun terakhir.

(31)

GRAFIK PRODUKSI TANAMAN PADI KOTA MADIUN TAHUN 2008 – 2012

Sumber : Madiun Dalam Angka Tahun 2009-2013

II.5.2 Relevansi dan Efektivitas Program

Berdasarkan data dan grafik yang menggambarkan tingkat produksi tanaman padi di Kota Madiun, meskipun di tahun 2011 sempat

mengalai penurunan namun kenaikan yang cukup signifikan di tahun 2012 sepertinya memberikan jawaban atas hasil dan program

yang telah dilakukan selama setahun terakhir agar grafik yang menggambarkan produksi tanaman padi tidak terus mengalami penurunan.

II.5.3 Prioritas Intervensi dan Wilayah

untuk kedepan, mungkin program kegiatan yang dilakukan lebih diprioritaskan pada menjaga kestabilan produksi tanaman padi serta kesiapan dalam menghadapi gangguan produksi secara eksternal maupun internal.

(32)

BAB III

TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MADIUN

III.1 KOMPOSISI ANGGARAN BELANJA SEKTORAL

APBD Kota Madiun selalu memberikan prioritas utama pada penanggulangan kemiskinan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya komposisi anggaran yang disediakan untuk pelaksanaan program/kegiatan yang berbasis pada penanggulangan kemiskinan, intervensi program/kegiatan serta keseriusan Pemerintah Kota Madiun dalam melakukan inovasi-inovasi baru untuk mempercepat laju penurunan jumlah dan angka kemiskinan.

Berikut grafik komposisi anggaran yang disediakan untuk penanggulangan kemiskinan.

GRAFIK ANGGARAN KEMISKINAN KOTA MADIUN TAHUN 2010-2014

(33)

Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Madiun pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

YANG MURNI DI DANAI APBD KOTA MADIUN TAHUN 2013

NO URUSAN PEMERINTAH DAN PROGRAM/KEGIATAN

PLAFON ANGGARAN APBD KOTA MADIUN 1 2 3 SKPD : DIKBUDMUDORA 7.235.548.000 1 Belanja Bantuan Sosial Kelompok Masyarakat 6.963.480.000

1. Bantuan Khusus Siswa Miskin (BOS SLTA dan Bansos wajar

dikmen) (BTL) 2.836.860.000

2. Bantuan Sosial kepada Kelompok Guru dan Pegawai Sekolah

Swasta 415.200.000

3. Bantuan Operasional Sekolah Daerah Madrsah Diniyah (BOSDA

Madin) 874.560.000

4. Bantuan Sosial Rintisan Wajar 12 Tahun 1.706.640.000

5. BOS SLTA 1.130.220.000

2 Program pendidikan menengah 149.078.000

6. Operasional Rintisan wajib belajar 12 tahun 29.078.000

7. Paket C 60.000.000

8. Beasiswa bakat dan prestasi TK, SD, SMP, SMA 60.000.000

3 Program manajemen pelayanan pendidikan 85.000.000

9. Operasional BOS tingkat kota 55.000.000 10. Operasional Bosda Madrasah diniyah dan guru swasta (BPPDGS)

Tingkat Kota 30.000.000

4 Program Pendidikan Anak Usia Dini 37.990.000

11. Bantuan BOP PAUD 37.990.000

SKPD : DINAS KESEHATAN 19.397.949.000

5 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin 18.500.040.000

1 Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin 18.500.040.000

6 Program Perbaikan Gizi Masyarakat 393.225.000

2 Peningkatan Gizi Masyarakat 393.225.000

7 Program Upaya Kesehatan Masyarakat 354.684.000

3 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu 104.684.000 4 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Usila 250.000.000

(34)

8 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

masyarakat 150.000.000

5 Promosi Kesehatan Pemberdayaan Bersumber Daya Manusia 150.000.000

SKPD : RSUD

300.000.000

9 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin 300.000.000

1 Penyediaan Biaya Operasional Pelayanan Masyarakat Miskin 300.000.000

SKPD : DINAS PERTANIAN 405.625.000

10 Program peningkatan kesejahteraan petani 110.000.000

1 Penyuluhan dan Pendampingan Petani Pelaku Agribisnis 60.000.000 2 Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani 50.000.000

11 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi

Peternakan 20.000.000

3 Penyuluhan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan 20.000.000

12 Program pengembangan budidaya perikanan 32.625.000

4 Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan 32.625.000

13 Program Perencanaan dan Pengembangan Kehutanan 100.000.000

5 Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Rakyat (penanaman

pohon) 100.000.000

14 Program peningkatan ketahanan pangan (pertanian /

perkebunan) 60.000.000

6 Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan (Jeruk

Nambangan) 60.000.000

15 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan 83.000.000

7 Penyuluhan Penerapan Teknologi Peternakan Tepat Guna 83.000.000

SKPD : DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA 2.436.284.000 16 Program Pelayanan Dan Rehabilitasi PMKS 250.000.000

1 Fasilitasi Menejemen Usaha bagi Keluarga Miskin 250.000.000

17 Program Peningkatan Kesempatan Kerja 120.000.000

2 Pengembangan Kelembagaan Produktifitas dan Pelaksanaan

Kewirausahaan 120.000.000

18 Belanja Bantuan Sosial Kelompok Masyarakat 79.200.000

3 Bantuan Kelompok Karang Taruna 79.200.000

19 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan

Sosial 718.657.000

4 Pembinaan Karang Taruna 40.000.000 5 Pemantapan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 50.000.000 6 Pemberdayaan Kelembagaan Karang Werdha dan Kesejahteraan

(35)

7 Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan tenaga kerja dilingkungan

pabrik (DBH-CHT) 752.177.000

21 Program Peningkatan Kesempatan Kerja 100.000.000

8 Penyiapan Tenaga Kerja Siap Pakai 100.000.000

22 Belanja Bantuan Sosial Kelompok Masyarakat 46.500.000

9 Bantuan Sosial Kepada Kelompok Pelayanan Lanjut Usia 46.500.000

23 Belanja Bantuan Sosial Anggota Masyarakat 99.750.000

10 Bantuan Sosial kepada Penyandang Masalah Sosial 99.750.000

24 Program Pelayanan Dan Rehabilitasi PMKS 270.000.000

11 Peningkatan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana

Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial bagi PMKS 200.000.000

12 Pendataan PMKS 70.000.000

SKPD : Bagian Adm. Perekonomian dan Sosial 1.331.665.000 25 Belanja Hibah kepada Badan/ Lembaga/ Organisasi 129.500.000

1 Hibah kepada BAZ 129.500.000

26 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin 90.000.000

2 Pelaksanaan Sunat Masal 90.000.000

27 Program Pelayanan PMKS 95.000.000

3 Nikah Masal 95.000.000

28 Program Peningkatan Ketahanan Pangan 1.017.165.000

4 Penanganan Daerah Rawan Pangan 1.017.165.000

SKPD : BPM, KB DAN KETAHANAN PANGAN 1.624.150.000 29 Program peningkatan keberdayaan masyarakat 111.000.000

1 Temu Kerja Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK) 111.000.000

30 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

membangun Kelurahan 225.000.000

2 Lomba Karya Penanggulangan Kemiskinan 100.000.000 3 penyusunan pedum dan juklak PMDMK 75.000.000 4 Monitoring dan Evaluasi PMDMK 50.000.000

31 Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan

gender dan anak 115.500.000

5 Monitoring dan evaluasi pengembangan kota layak anak (KLA) 56.600.000 6 Monitoring dan evaluasi focal point dan pokja PUG 58.900.000

32 Program pengembangan lembaga ekonomi kecil

kelurahan 75.000.000

7 BINTEK Lembaga Keuangan Kelurahan 75.000.000

33 Program peningkatan kualitas hidup dan pelindungan

(36)

8 Monitoring P3El 10.750.000

34 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

membangun Kelurahan 45.000.000

9 Pembinaan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) 45.000.000

35 Program pembinaan peran serta masyarakat dalam

pelayanan KB/KR yang mandiri 470.400.000

10 Pelatihan ketrampilan, pembinaan dan pameran produk

kelompok UPPKS dalam rangka Harganas 100.000.000 11 Pemutakhiran data keluarga 25.000.000 12 Peningkatan pelayanan kader KB/KS tingkat kelurahan, RW dan

RT (Pengadaan Seragam) 220.400.000 13 Pembinaan dan operasional PPKBK, Sub PPKBK dan KKBS RT 125.000.000

36 Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan

gender dalam pembangunan 357.000.000

14 Hari kesatuan gerak PKK 65.000.000 15 Evaluasi 10 Program Pokok PKK 292.000.000

37 Program peningkatan ketahanan pangan 45.500.000

16 Pembentukan Rintisan Kelurahan Mandiri Pangan 45.500.000

38 Program pelayanan kontrasepsi 135.000.000

17 Kegiatan pemasangan dan pencabutan IUD dan Implant 50.000.000 18 Kegiatan Pelayanan KB Keliling (TKBK) 25.000.000 19 Pelayanan Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi

Pria (MOP) 60.000.000

39 Program peningkatan kualitas hidup dan pelindungan

perempuan 34.000.000

20 Fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak

kekerasan 34.000.000

SKPD : DINAS PEKERJAAN UMUM 3.320.000.000

40 Program Lingkungan Sehat Perumahan 3.320.000.000

1 Bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni 3.000.000.000 2 Kegiatan biaya operasional RTLH 50.000.000 3 Bantuan Sosial Kepada Kelompok P2KP 120.000.000 4 Kegiatan Operasional Pelaksanaan PNPM 150.000.000

SKPD : Bag. Adm. Pemerintahan Umum 775.000.000 41 Program Penataan Daerah Otonomi Baru 775.000.000

(37)

1 Pelatihan peningkatan pengemasan makanan olahan dan fasilitas

ijin teknis bagi IKM/IRT di sekitar industri rokok (DBH-CHT) 61.000.000 2 Pelatihan Peningkatan Kemampuan Ketrampilan IKM/IRT Tempe

di Lingkungann Perusahaan Rokok (DBH-CHT) 114.000.000 3 Pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarkat

melalui pelatihan kewirausahaan bagi masyrakat di lingkungan perusahaan rokok (DBH-CHT)

22.000.000

43 Program Pengembangan Kewirausahaan dan

Keunggulan Kompetitif UKM 265.000.000

4 Pelatihan Manajemen bagi pengelola Koperasi/KUD 50.000.000 5 Fasilitasi pemberdayaan KUMKM oleh DEKRANASDA 100.000.000 6 Memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi KUMKM 30.000.000 7 Pengembangan unit pelayanan klinik bisnis untuk calon

wirausaha baru/Dharma Wanita Persatuan 85.000.000

SKPD : BAPPEDA 400.000.000

44 Program perencanaan sosial budaya 400.000.000

1. Penyusunan Raperda Penanggulangan Kemiskinan 175.000.000 2. Operasional Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 150.000.000 3. Penyusunan LP2KD 75.000.000

SKPD : KECAMATAN MANGUHARJO 1.000.000.000

45 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

membangun Kelurahan 1.000.000.000

1 PMDMK (Jambanisasi) 900.000.000

2 Biaya Operasional PMDMK (Jambanisasi) 100.000.000

SKPD : KECAMATAN KARTOHARJO 1.000.000.000

Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

membangun Kelurahan 1.000.000.000

1 PMDMK (Jambanisasi) 900.000.000 2 Biaya Operasional PMDMK (Jambanisasi) 100.000.000

SKPD : KECAMATAN TAMAN 1.000.000.000

Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

membangun Kelurahan 1.000.000.000

1 PMDMK (Jambanisasi) 900.000.000 2 Biaya Operasional PMDMK (Jambanisasi) 100.000.000

45 PROGRAM 77 KEGIATAN JUMLAH

40.688.221.000 Sumber : APBD Tahun 2012 Kota Madiun dan dana KUR dari Bank

(38)

III.2 ANGGARAN BELANJA SEKTORAL MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN III.2.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan

No KEGIATAN APBD KOTA

(Rp) APBD PROV. (RP) APBN (Rp)

1 Bantuan Sosial kepada Kelompok Pengentasan Kemiskinan

Masyarakat Perkotaan (P2KP)

120.000.000   2.280.000.000

2 Bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak

Layak Huni 3.000.000.000

 

3 Kegiatan biaya operasional RTLH 50.000.000  

4 Kegiatan Operasional Pelaksanaan

PNPM 150.000.000

5 Bantuan Sosial Kepada Kelompok

Pelayanan Lanjut Usia 46.500.000  

6 Bantuan Sosial kepada

Penyandang Masalah Sosial 99.750.000

7 Peningkatan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial bagi PMKS

200.000.000 -

8 Pendataan PMKS 70.000.000 40.000.000

9 Bantuan Kelompok Karang Taruna 79.200.000

10 Pembinaan Karang Taruna 40.000.000  

11 Pemantapan Pekerja Sosial

Masyarakat (PSM) 50.000.000

12 Pemberdayaan Kelembagaan

Karang Werdha dan Kesejahteraan dan Lanjut Usia

628.657.000  

13 Pendidikan dan Pelatihan

Ketrampilan tenaga kerja dilingkungan pabrik (DBH-CHT)

752.177.000

14 Pengembangan Kelembagaan

Produktifitas dan Pelaksanaan Kewirausahaan

120.000.000

15 Pembinaan Kader Pemberdayaan

Masyarakat (KPM) 45.000.000

16 BINTEK Lembaga Keuangan

Kelurahan 75.000.000

17 Temu Kerja Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)

111.000.000

18 Lomba Karya Penanggulangan

Kemiskinan 100.000.000

19 Monitoring P3EL 10.750.000

20 Hibah kepada BAZ 129.500.000

21 Nikah Masal 95.000.000

22 Pelatihan peningkatan

(39)

Ketrampilan IKM/IRT Tenpe di Lingkungan Perusahaan rokok (DBH-CHT)

24 Pembinaan kemampuan dan

ketrampilan kerja masyarakat melalui pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat di lingkungan perusahaan rokok (DBH-CHT)

22.000.000

25 Kegiatan memfasilitasi peningkatan

kemitraan usaha bagi KUMKM 30.000.000

26 Fasilitasi Pemberdayaan KUMKM

oleh DEKRANASDA KUMKM 100.000.000

27 Prelatihan manajemen bagi

pengelola Koperasi/KUD 50.000.000

28 Fasilitasi manajemen usaha bagi

keluarga miskin 250.000.000 100.000.000

29 Penyiapan Tenaga Kerja Siap Pakai

100.000.000

30 Monev PMDMK

50.000.000

31 PMDMK (Jambanisasi ) 3.000.000.000

32 Koordinasi Tim Penanggulangan

Kemiskinan Kota Madiun 150.000.000

33 Penyusunan Raperda

Penanggulangan Kemiskinan 175.000.000

III.2.2 Bidang Kesehatan

No KEGIATAN APBD KOTA

(Rp) APBD PROV. (Rp) APBN (Rp)

1 Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin (Jamkesmasta)

18.500.040.000 10.451.160.000 40.890.000

2 Perbaikan Gizi Masyarakat 393.225.000

3 Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah

Kesehatan Ibu dan Anak 104.684.000

    

4 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak, Remaja dan

Lanjut Usia 250.000.000

  

5 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) 300.000.000

    

6 Penyediaan Biaya Operasional

Pelayanan Masyarakat Miskin 300.000.000

    

7 Pelaksanaan Sunat Massal 90.000.000  

8 Promosi kesehatan

pemberdayaan bersumber daya manusia

(40)

III.2.3 Bidang Pendidikan

No KEGIATAN APBD KOTA

(Rp) APBD PROV. (Rp) APBN (Rp)

1 Bantuan Khusus Siswa Miskin

(BOS SLTA) (BTL) 2.836.860.000 780.000.000

2 Bantuan Sosial kepada Kelompok Guru dan Pegawai Sekolah Swasta

415.200.000  

3 Bantuan Operasional Sekolah Daerah Madrsah Diniyah (BOSDA Madin)

874.560.000 75.000.000

4 Rintisan wajib belajar 12 tahun 1.706.640.000

5 Paket C 60.000.000 58.000.000

6 Beasiswa bakat dan prestasi TK,

SD, SMP, SMA 60.000.000

7 Operasional BOS tingkat kota 55.000.000

8 Operasional Bosda Madrasah diniyah dan guru swasta (BPPDGS) Tingkat Kota

30.000.000 100.000.000

9 Bantuan BOP PAUD 37.990.000

III.2.4 Bidang Infrastruktur

No KEGIATAN APBD KOTA

(Rp) APBD PROV. (Rp) APBN (Rp)

1 Pengembangan Sistem

Distribusi Air Minum 1.231.528.000 1.086.480.000 (DAK)

2 Sanitasi Lingkungan 778.664.000 694.240.000 (DAK)

III.2.5 Bidang Ketahanan Pangan

No KEGIATAN APBD KOTA

(Rp) APBD PROV. (Rp) APBN (Rp)

1 Kegiatan penanganan daerah rawan

pangan 1.017.165.000 9.750.487.500

2 Pembentukan Rintisan Kelurahan

Mandiri Pangan 45.500.000

3 Pendampingan pada Kelompok Tani

Pembudidaya Ikan 32.625.000

4 Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Rakyat (penanaman

pohon) 100.000.000

5 Penyuluhan dan Pendampingan

Petani Pelaku Agribisnis 60.000.000

6 Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan (Jeruk

(41)

8 Penyuluhan dan Pendampingan

Petani Pelaku Agribisnis 60.000.000

9 Peningkatan Kemampuan Lembaga

Petani 50.000.000

10 Penyuluhan Pemasaran Hasil Produksi

Peternakan 20.000.000

III.3 ANGGARAN BELANJA SEKTORAL MENURUT MATA ANGGARAN III.3.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan

No KEGIATAN ANGGARAN (Rp)

1 Bantuan Sosial kepada Kelompok Pengentasan Kemiskinan

Masyarakat Perkotaan (P2KP) 2.400.000.000

2 Bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni 3.000.000.000 3 Kegiatan biaya operasional RTLH 50.000.000 4 Kegiatan Operasional Pelaksanaan PNPM 150.000.000 5 Bantuan Sosial Kepada Kelompok Pelayanan Lanjut Usia 46.500.000 6 Bantuan Sosial kepada Penyandang Masalah Sosial 99.750.000 7 Peningkatan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana

Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial bagi PMKS 200.000.000

8 Pendataan PMKS 110.000.000

9 Bantuan Kelompok Karang Taruna 79.200.000

10 Pembinaan Karang Taruna 40.000.000

11 Pemantapan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 50.000.000 12 Pemberdayaan Kelembagaan Karang Werdha dan

Kesejahteraan dan Lanjut Usia 628.657.000

13 Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan tenaga kerja

dilingkungan pabrik (DBH-CHT) 752.177.000

14 Pengembangan Kelembagaan Produktifitas dan

Pelaksanaan Kewirausahaan 120.000.000

15 Pembinaan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) 45.000.000 16 BINTEK Lembaga Keuangan Kelurahan 75.000.000 17 Temu Kerja Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (LPMK) 111.000.000

18 Lomba Karya Penanggulangan Kemiskinan 100.000.000

19 Monitoring P3EL 10.750.000

20 Hibah kepada BAZ 129.500.000

21 Nikah Masal 95.000.000

22 Pelatihan peningkatan pengemasan makanan olahan dan

fasilitas ijin teknis (DBH-CHT) 61.000.000

23 Pelatihan Peningkatan Kemampuan Ketrampilan IKM/IRT

Tenpe di Lingkungan Perusahaan rokok (DBH-CHT) 114.000.000

24 Pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarakat

melalui pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat di lingkungan perusahaan rokok (DBH-CHT)

22.000.000 25 Kegiatan memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi

(42)

26 Fasilitasi Pemberdayaan KUMKM oleh DEKRANASDA

KUMKM 100.000.000

27 Prelatihan manajemen bagi pengelola Koperasi/KUD 50.000.000 28 Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin 350.000.000 29 Penyiapan Tenaga Kerja Siap Pakai 100.000.000

30 Monev PMDMK 50.000.000

31 PMDMK (Jambanisasi ) 3.000.000.000

32 Koordinasi Tim Penanggulangan Kemiskinan Kota Madiun 150.000.000 33 Penyusunan Raperda Penanggulangan Kemiskinan 175.000.000

III.3.2 Bidang Kesehatan

No KEGIATAN ANGGARAN (Rp)

1 Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

(Jamkesmasta) 28.992.090.000

2 Perbaikan Gizi Masyarakat 393.225.000 3 Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan

Ibu dan Anak 104.684.000

4 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak, Remaja dan Lanjut Usia 250.000.000 5 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) 300.000.000

6 Penyediaan Biaya Operasional Pelayanan Masyarakat Miskin 300.000.000

7 Pelaksanaan Sunat Massal 90.000.000

8 Promosi kesehatan pemberdayaan bersumber daya manusia 150.000.000

III.3.3 Bidang Pendidikan

No KEGIATAN ANGGARAN (Rp)

1 Bantuan Khusus Siswa Miskin (BOS SLTA) (BTL) 3.616.860.000 2 Bantuan Sosial kepada Kelompok Guru dan Pegawai

Sekolah Swasta 415.200.000

3 Bantuan Operasional Sekolah Daerah Madrsah Diniyah

(BOSDA Madin) 949.560.000

4 Rintisan wajib belajar 12 tahun 1.706.640.000

5 Paket C 118.000.000

6 Beasiswa bakat dan prestasi TK, SD, SMP, SMA 60.000.000 7 Operasional BOS tingkat kota 55.000.000 8 Operasional Bosda Madrasah diniyah dan guru swasta

(BPPDGS) Tingkat Kota 130.000.000

Bantuan BOP PAUD 37.990.000

III.3.4 Bidang Infrastruktur

No KEGIATAN ANGGARAN (Rp)

(43)

III.3.5 Bidang Ketahanan Pangan

No KEGIATAN ANGGARAN (Rp)

1 Kegiatan penanganan daerah rawan pangan 10.767.652.500 2 Pembentukan Rintisan Kelurahan Mandiri Pangan 45.500.000 3 Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan 32.625.000 4 Pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Rakyat

(penanaman pohon) 100.000.000

5 Penyuluhan dan Pendampingan Petani Pelaku Agribisnis 60.000.000 6 Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan

(Jeruk Nambangan) 60.000.000

7 Penyuluhan Penerapan Teknologi Peternakan Tepat Guna 83.000.000

8 Penyuluhan dan Pendampingan Petani Pelaku Agribisnis 60.000.000

9 Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani 50.000.000

10 Penyuluhan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan 20.000.000

III.4 ANGGARAN BELANJA SEKTORAL MENURUT JENIS PROGRAM YANG DIBIAYAI

III.4.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan

No PROGRAM ANGGARAN (Rp)

1 Belanja Bantuan Sosial Kelompok Masyarakat 1.387.100.000

2 Program Lingkungan Sehat Perumahan 3.713.696.000

3 Program Pelayanan Dan Rehabilitasi PMKS 460.000.000

4 Belanja Bantuan Sosial Anggota Masyarakat 95.900.000

5 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 280.000.000

6 Program Peningkatan Kualitas Dan Produktifitas Tenaga

Kerja 300.000.000

7 Program Peningkatan Kesempatan Kerja 75.000.000

8 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

membangun Kelurahan 140.000.000

9 Program pengembangan lembaga ekonomi kecil kelurahan 40.000.000

10 Program peningkatan keberdayaan masyarakat 28.000.000

11 Program Pelayanan PMKS 65.000.000

12 Program peningkatan kualitas hidup dan pelindungan

perempuan 10.000.000

13 Program pengembangan IKM 65.000.000

15 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan

Kompetitif UKM 80.000.000

16 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi

UMKM 48.881.000.000

17 Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima 25.000.000

18 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 50.000.000

19 Program Pengembangan Kemitraan 40.000.000

20 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 120.000.000

21 Program perencanaan sosial budaya 100.000.000

(44)

III.4.2 Bidang Kesehatan

No PROGRAM ANGGARAN (Rp)

1 Program jaminan kesehatan masyarakat 28.992.090.000 2 Program perbaikan gizi masyarakat 400.000.000

3 Program Upaya Kesehatan masyarakat 150.000.000

4 Program Promosi Kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat 300.000.000

5 Program Pelayanan Kesehatan penduduk 390.000.000

6 Program Pelayanan Kontrasepsi 135.000.000

III.4.3 Bidang Pendidikan

No PROGRAM ANGGARAN (Rp)

1 Belanja Bantuan Sosial Kelompok Masyarakat 2.607.630.000

2 Program pendidikan menengah 3.347.920.000

3 Program manajemen pelayanan pendidikan 115.000.000

III.4.4 Bidang Infrastruktur

No PROGRAM ANGGARAN (Rp)

1 Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah

1.185.400.000

2 Program lingkungan sehat perumahan 1.066.796.000

III.4.5 Bidang Ketahanan Pangan

No PROGRAM ANGGARAN (Rp)

1 Program peningkatan ketahanan pangan (Bag. Adm.

Preksos) 867.520.000

2 Program peningkatan ketahanan pangan (BPM, KB &

Ketahanan Pangan) 47.500.000

3 Program pengembangan budidaya perikanan 43.000.000

4 Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 140.000.000

5 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan 40.000.000

6 Program peningkatan kesejahteraan petani 60.000.000

7 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi

Peternakan 12.000.000

III.5 RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS ANGGARAN PENANGGULANGAN

KEMISKINAN

III.5.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan

Berbeda dari tahun sebelumnya, saat grafik pengangguran terbuka berada pada posisi turun dan grafik angka kemiskinan meningkat, di

(45)

III.5.2 Bidang Kesehatan

Beberapa indikator di bidang kesehatan mengalami sedikit penurunan atau peningkatan di dalam permasalahan, dan penyebab terjadinya bukan pada seberapa besar anggaran yang telah diberikan namun ada beberapa permasalahan mendasar yang di luar keterkaitan terhadap anggaran. Misalnya jumlah balita yang terkena gizi buruk meningkat 0,05% dari pada tahun 2011, hal ini bukan disebabkan oleh besarnya anggaran yang telah diberikan atau penggunaan anggaran yang belum optimal namun karena persentase balita yang didata atau ditimbang mengalami penurunan sehingga mempengaruhi perbandingan persentase dari tahun sebelumnya.

III.5.3 Bidang Pendidikan

Penggunaan anggaran dalam bidang pendidikan dalam APBD, kurang lebih 40% dari total APBD di tahun 2012. Persentase yang hampir separuh dari jumlah APBD Kota Madiun tersebut diikuti dengan peningkatan pencapaian di bidang pendidikan, sebagaimana grafik dari beberapa indikator dalam pendidikan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

III.5.4 Bidang Infrastruktur

Bidang infrastruktur merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proyek fisik. Tercapainya pembangunan sarana dan prasarana pelayanan pembangunan adalah salah satu tujuan dari pembangunan di bidang infrastruktur. Penggunaan anggaran pun tidak bisa dikatakan tidak banyak. Meskipun belum semua sarana dan prasarana umum terpenuhi dan mengalami perbaikan. Namun, dari sekian pelaksanaan kegiatan sudah terjadi peningkatan di bidang infrastruktur, terutama meningkatnya akses air bersih di masyarakat Kota Madiun.

(46)

III.5.5 Bidang Ketahanan Pangan

Bidang ketahanan pangan mengalami penurunan dalam produksi tanaman padi di tahun 2011, namun di tahun 2012 Kota Madiun mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam produksi tanaman padi sehingga masyarakat Kota Madiun memiliki cadangan pangan yang cukup. Beberapa pos anggaran sudah dioptimalkan dalam rangka meningkatkan kualitas ketahanan pangan untuk tahun berikutnya.

Gambar

GRAFIK IPM KOTA MADIUN  TAHUN 2009 – 2012
GRAFIK ANGKA KEMISKINAN KOTA MADIUN  TAHUN 2003 – 2012
GRAFIK JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA MADIUN  TAHUN 2003 – 2012
GRAFIK DATA TPT KOTA MADIUN  TAHUN 2009 – 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan moralitas praktis "merupakan pemikiran moral yang efektif, yang menyebabkan anak membuat pertimbangan moral yang serupa yang akan membimbingnya dalam

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Simpulan tersebut dijelaskan sebagai berikut: (1) Menurut data yang didapat peneliti, tidak terdapat pengaruh signifikan antara Pelatihan terhadap Kinerja pada pegawai

¾ This requires the auditor to obtain an extensive understanding of the entity (but as not as detailed as required of the management) its environment and controls in order to

Supported mainly by qualitative data, this study attempts to figure out the effect of Writing Listening Journal on Learners Listening Comprehension Skills and on Learner’s

Tera Ulang adalah hal menandai berkala dengan tanda-tanda Tera sah atau dengan tanda Tera batal yang berlaku atau memberikan keteranga-keterangan tertulis yang bertanda Tera sah

Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima berupa sungai yang jika tidak

Memaksimalkan keuntungan perusahaan jika menggunakan G-CESS ,meningkatkan produktivitas dengan mencegah kondisi abnormal peralatan dan fasilitas listrik serta mencegah penurunan