• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER. Nurlina STAIN Palopo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER. Nurlina STAIN Palopo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

111 MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER

Nurlina STAIN Palopo

Abstrak: Hakekatnya Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berwatak, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dalam manajemen pendidikan yang mengarah pada proses pembentukan karakter peserta didik. Manajemen pendidikan berbasis karakter sangat penting untuk segera diimplementasikan, oleh karena itu isu sentral pengkajian dalam penulisan lmiah ini, pendidikan karakter masih dipandang sebagai wacana dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan formal. Namun membahas tentang pentingnya pendidikan karakter dalam sistem pendidikan formal. Dimulai dengan melihat contoh atas manfaat pendidikan karakter di negara lain seperti Amerika dan Cina.Pendidikan karakter di beberapa negara sudah mendapatkan prioritas sejak pendidikan dasar dimulai. Kemudian untuk merancang pendidikan karakter yang sistematis dan terintegrasi dalam kurikulum perlu diaplikasikan pada mahasiswa sebagai persiapan menuju ke dunia kerja. Usaha tersebut antara lain penetapan pendidikan karakter sebagai salah satu rencana strategis jurusan, penetapan tim, perancangan dan pelaksanaan program pendidikan karakter, evaluasi, serta usaha perbaikan secara terus menerus.

Kata kunci: manajemen, pendidikan karakter, perancangan program.

PENDAHULUAN

Karakter seorang individu terbentuk sejak kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Namun proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Karena itu penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu faktor pembentukan karakter dan kecakapan hidup yang perlu diperhatikan.

Karena itu, sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam perlu mengevaluasi tujuan, dan sangatlah penting untuk menyusun kurikulum yang secara jelas memuat pendidikan karakter. Karena beberapa kenyataan dengan rendahnya karakter pada peserta didik, dengan melihat data di lapangan diantaranya : (1) Rendahnya tingkat kejujuran peserta didik, yang dibuktikan dengan adanya budaya nyontek pada saat setiap momen tes (ujian); (2) Menurunnya etika dalam bersikap dan rasa hormat kepada pihak yang lebih tua, orang tua dan guru/dosen; (3) Menurunnya etika dalam menggunakan bahasa yang sopan dan santun; (4) Meningkatnya kasus perkelahian dan kriminal yang dilakukan oleh peserta didik pada tingkat satuan pendidikan.

Manajemen pendidikan berbasis karakter merupakan proses manajemen yang selalu memperhatikan, mempertimbangkan dan menginternalisasi serta

(2)

112

mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang bersumber dari nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai moral, nilai-nilai budaya, nilai-nilai kearifan lokal dan syariat agama, serta tatanan kebangsaan dan kebijakan pemerintah yang diaktualisasikan pada setiap tindakan pengelolaan pendidikan. Manajemen pendidikan berbasis karakter didukung oleh beberapa kajian permasalahan berikut ini :

1. Semaraknya kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM), yang diakibatkan oleh peningkatan dan perkembangan sistem kehidupan manusia, serta pula dengan peningkatan dan semaraknya lembaga-lembaga pendidikan yang bersaing menawarkan berbagai kualitas layanan dan kualitas manajemen. Apakah kualitas pendidikan tersebut akan menjamin lulusannya memiliki karakter yang baik ?

2. Lemahnya karakter peserta didik yang mengakibatkan kurang efektifnya penanaman nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran pada hakekatnya disinyalir karena lemahnya sistem manajemen pendidikan dalam satuan pendidikan.

Karena itu proses pembentukan karakter peserta didik, yang dibuktikan dengan pemahaman terhadap budipekerti, nilai-nilai kehidupan, terbentuknya watak dan akhlak mulia, dipandang tidak cukup melalui dengan proses pembelajaran budaya dan karakter saja, tetapi harus dilakukan secara holistik, atau didukung oleh berbagai komponen yang mempengaruhinya termasuk sistem manajemen pendidikan yang dilakukan di dalam satuan organisasi pendidikan. Manajemen pendidikan berbasis karakter memiliki peran dan dibutuhkan untuk memberikan dukungan terhadap kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan berbasis karakter atau pembentukan karakter secara holistik. Sebagai wujud pemahaman dan pengetahuan seseorang tentang nilai-nilai mulia dalam kehidupan yang bersumber dari tatanan budaya, agama dan kebangsaan seperti: nilai moral, nilai etika, hukum, nilai budi pekerti, kebajikan dan syari‟at agama dan budaya serta diwujudkan dalam sikap, perilaku dan kepribadian sehari-hari hingga mampu membedakan satu dengan lainnya. Dengan demikian maka karakter pada hakekatnya bukan hanya harus dipahami dan diketahui ataupun hanya diajarkan tetapi harus diteladani. Dimana yang selanjutnya diharapkan bahwa karakter individu tersebut akan membangun karakter-karakter daerah dan bangsa sesuai harapan dan cita-cita luhur untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (kognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dalam pengaplikasiannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan serta mampu membedakan satu dengan lainnya. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel (2007), mengatakan “Keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (EQ), dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ)”.

Kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan untuk “mendengarkan” bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber informasi

(3)

113 amat penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai tujuan (Agustian, 2006). Kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh manusiawi (Cooper & Sawaf, 2002). Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosional orang tidak bisa menggunakan kemampuan kognitif intelektual mereka sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam pribadinya.

Dalam kajian teori penulisan ini, pendekatan pendidikan diambil berdasarkan berbagai literatur dalam bidang psikologi, sosiologi, filosofi dan pendidikan yang berhubungan dengan nilai. Namun berdasarkan hasil pembahasan dengan para pendidik dan alasan-alasan praktis dalam penggunaannya di lapangan, pendekatan-pendekatan tersebut telah diringkas menjadi lima jenis pendekatan.

Lima pendekatan tersebut adalah:

1. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)

2. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach)

3. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)

4. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), dan

5. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach). (Superka, 2006: 78).

Dari kelima pendekatan tersebut di atas maka keberhasilan proses pembentukan karakter lulusan suatu satuan pendidikan, ditentukan bukan oleh kekuatan proses pembelajaran, tetapi ditentukan oleh kekuatan manajemennya, yang mengandung pengertian bahwa mutu karakter lulusan memiliki ketergantungan kuat terhadap kualitas manajemen pendidikan. Disebabkan karena proses pembentukan karakter harus terintegrasi kedalam berbagai bentuk kegiatan lembaga pendidikan.

Pendidikan Karakter Berbasis IESQ

Pendidikan karakter akan terwujud secara maksimal jika lembaga pendidikan mampu mengelola proses pendidikan karakter dengan mendesain program pendidikan yang bersifat holistik, yaitu: 1.memperkuat sinerji kecerdasan intelektual, 2.kecerdasan emosional dan; 3.kecerdasan spiritual. Ketiga komponen kecerdasan ini jika berfungsi secara bersinerji akan menimbulkan kecerdasan bagi peserta didik sehingga akan lebih memperkuat kecerdasan intelektual.

Sedang dalam kecerdasan emosi mempunyai peran sangat penting dalam perkembangan mental anak, sehingga diperlukan upaya emosi untuk bisa dikelola dan dikembangkan secara baik oleh pendidik. Salim (2006) mengemukakan peran emosi yang sangat mendasar yaitu: (a) memberi kekuatan kepada individu yang sedang berkembang; (b) bertugas sebagai pemotivasi atau penggerak tingkah laku, (c) mempengaruhi cara menyesuaikan atau beradaptasi di masyarakat, (d) keadaan emosi yang tegang mengganggu keseimbangan mental dan ketenangan peserta didik.

(4)

114

Karena itu pendidikan karakter di lembaga pendidikan dapat efektif jika semua pemangku kepentingan dalam satuan organisasi memahami cara kerja otak secara sistemik yang setiap komponen memiliki ranah tersendiri. Dengan demikian tercapai tidaknya karakter yang utuh bagi peserta didik tergantung ketika kecerdasan itu bisa disenerjikan.

Program penguatan karakter berbasis IQ, EQ dan SQ di lembaga pendidikan dapat diadopsi dari Bebera,(1999) mengutip 14 karakter utama dari 1700 CEO tersukses sebagai berikut: (1) jujur, (2) bisa dipercaya, (3) disiplin dan tepat waktu, (4) bisa menyusuaikan diri, (5) bisa bekerja sama dengan atasan, (6) bisa menerima & menjalankan kewajiban, (7) mempunyai motivasi kuat untuk sukses, (8) berpikir bahwa dirinya berharga, (9) bisa berkomunikasi & mendengarkan secara positif, (10) bisa bekerja mandiri dengan supervisi minimal, (11) mampu mengatasi masalah pribadi & profesi, (12) mempunyai kemampuan dasar (kecerdasan), (13) bisa membaca dengan pemahaman yang memadai, dan (14) mengerti dasar-dasar matematika (berhitung).

Sedang hasil penelitian dari beberapa negara disimpulkan 23 atribut pendidikan karakter yang perlu dikembangkan, yaitu:

1. Inisiatif 12. Dapat mengatasi stress 2. Integritas 13. Manajemen diri

3. Berpikir kritis 14. Menyelesaikan persoalan 4. Kemauan belajar 15. Dapat meringkas

5. Komitmen 16. Bekerjasama 6. Motivasi 17. Fleksibel

7. Bersamangat 18. Kerjasama dalam tim 8. Dapat diandalkan 19. Mandiri

9. Komunikasi lisan 20. Mendengarkan 10. Kreatif 21. Berargumentasi logis 11. Tangguh 22. Kemampuan analitis 23. Manajemen waktu

Berdasarkan paparan tersebut, untuk menunjang keberhasilan proses pembentukan karakter peserta didik melalui pendidikan berbasis karakter, harus ditunjang dengan implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter, yakni sistem pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dengan menginternalisasikan dan mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada: (a) setiap komponen manajemen pendidikan (input, proses dan output); (b) pada proses perencanaan, pengorganisasian, implementasi, pengawasan dan evaluasi manajemen pendidikan; dan (c) pada sasaran kinerja yakni pengelolaan (kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, ketenagaan, keuangan, sarana prasarana, administrasi, keorganisasian, peran masyarakat dan lingkungan, iklim serta budaya) berbasis karakter.

Indikator-indikator keberhasilan dalam implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter, bukan hanya harus disusun dengan tepat dan jelas atau digunakan dalam lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan relevansi tujuan pendidikan, tetapi harus disosialisasikan kepada semua pihak termasuk orang tua siswa dan masyarakat sekitanya. Hal ini untuk menambah keberhasilan yang diraih, karena dengan disosialisasikan indikator-indikator keberhasilan

(5)

115 tersebut, semua pihak akan secara langsung memiliki keinginan untuk mendukung tingkat keberhasilan yang harus dicapai.

Prosedur implementasi model manajemen pendidikan berbasis karakter, merupakan langkah-langkah operasional yang dapat dilakukan, diantaranya terdapat aspek penting yang harus dipertimbangkan, diantaranya adalah :

1. Unsur potensi personal, yakni (a) peningkatan kompetensi spritual karakter pendidik dan tenaga kependidikan; (b) komitmen semua personil untuk ikut serta membangun karakter personal dan karakter lembaga pendidikan; (c) kesiapan dari semua peserta didik untuk menerima sangsi yang telah disepakati jika terjadi pelanggaran kedisiplinan dan pelanggaran kode etik.

2. Upaya pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan secara terus-menerus, berkesinambungan dan berkelanjutan, yang diantaranya: (a) Pembinaan profesional dan pelaksanaan tugas melalui In House Trainning (IHT) dan Workshop; (b) Pembinaan kompetensi spiritual karakter melalui kegiatan: pengajian (pengkajian ajaran agama), Bina Spritual Karakter (BSK) yakni pelatihan penyadaran internalisasi nilai-nilai mulia; (c) Perwujudan spritaul dan melalui proses pembiasaan internalisasi nilai-nilai karakter pada perilaku kehidupan di dalam satuan pendidikan, disertai dengan penekanan melalui sangsi pelanggaran kode etik.

3. Pengawasan langsung terhadap perkembangan perilaku dan budaya organisasi serta evaluasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan secara terbuka melalui supervisi karakter dalam kehidupan pendidik dan tenaga kependidikn sehari-hari di lingkungan lembaga pendidikan, sehingga terwujud kepribadian, watak dan akhlak pendidik dan tenaga kependidikan yang berkarakter mulia.

4. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi spiritual karakter, yakni dengan penyelenggaraan Bina Spiritual Karakter (BSK) yang dilakukan secara kontinyu dan berkali-kali.

3.Strategi Manajemen Pembelajaran dalam Pendidikan

Strategi pembelajaran dalam pendidikan karakter cukup dilakukan dengan tiga langkah, yaitu:

1. Membekali peserta didik dengan alat dan media untuk memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan.

2. Membekali peserta didik pemahaman tentang berbagai kompetensi tentang nilai dan moral.

3.Membiasakan peserta didik untuk selalu melakukan keterampilan-keterampilan yang berkarakter.

Langkah ke-1, dimaksudkan agar peserta didik memahami secara benar dan menyeluruh tentang potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Potensi diri difokuskan kepada nilai dan moral yang dapat didayagunakan untuk belajar, dan berusaha. Sedangkan peluang yang ada di lingkungan dijadikan sumber motivasi agar peserta didik mau melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran atau merancang sendiri proses pembelajaran yang dibutuhkannya. Potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitar meliputi segenap nilai dan moral yang ada dan diperkirakan

(6)

116

dapat dicapai dan didayagunakan untuk pembelajaran dan penerapan hasil pembelajaran yang diikutinya.

Berdasarkan pemahaman ini, peserta didik difasilitasi untuk memiliki dan mengembangkan kerangka atau pola pikir yang komprehensif tentang pendayagunaan dan pengembangan potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya dengan perilaku kesehariannya. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran di arahkan pada kompetensi dalam membedakan nilai-nilai akhlak yang mulia, memahami secara logis tentang pentingnya akhlak mulia dan bahayanya akhlak tercela dalam kehidupan, serta mengenal sosok manusia yang berakhlak mulia untuk diteladani dalam kehidupan.

Langkah ke-2, diarahkan untuk memiliki kepekaan dan kemampuan dalam mendayagunakan dan mengembangkan potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Kompetensi dalam arti nilai-nilai dan moral yang dituntut untuk dimiliki oleh para peserta didik yang sesuai dengan kondisi dan peluang yang dihadapinya. Berbagai kompetensi itu perlu dikaji dan diapresiasi oleh para peserta didik sampai mereka memiliki cukup pilihan dalam menetapkan keputusan kompetensi mana yang paling dibutuhkan sesuai kondisi potensi dan peluang yang sedang dihadapinya. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Sasarannya ialah dimensi-dimensi emosional peserta didik sehingga tumbuh kesadaran, keinginan, kebutuhan dan kemauan untuk memiliki dan mempraktekkan nilai-nilai tersebut. Melalui tahap ini peserta didik diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah).

Langkah ke-3, merupakan muara penerapan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran pada tahapan sebelumnya. Arah pembelajaran pada tahap ini adalah pendampingan kemandirian peserta didik agar memiliki kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai dan moral dalam perilaku keseharian. Ruang lingkup nilai dan moral yang perlu dikuasai peserta didik pada tahap ini erat kaitannya dengan instrumen pendukung dalam bertindak. Pendampingan terutama diarahkan untuk menguatkan kemampuan mereka tentang nilai dan moral dalam berperilaku sehingga berdampak positif terhadap sikaf dan kemandirian di lingkungan kehidupannya.

Evaluasi Manajemen Pendidikan Berbasis Karakter

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan yang berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang dalam pengambilan keputusan. Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah yang berlaku, yang dilakukan secara sistematis, teridentifikasi penentu keberhasilan program, menggunakan tolak ukur baku, serta hasil evaluasi dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam pengambilan keputusan.

(7)

117 Adapun evaluasi implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter, bukan hanya sekedar evaluasi terhadap hasil proses pembelajaran, tetapi evaluasi terhadap keseluruhan aspek garapan dalam organisasi pendidikan karena dalam implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter dimulai dari input, proses, dan output yang perlu dilakukan evaluasi maksimalnya satu kali dalam satu semester.

Sedang tujuan evaluasi terhadap implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter pada hakekatnya bukan mencari kesalahan dari proses pada sistem yang sudah berjalan akan tetapi untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan terhadap sistem yang telah berjalan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan proses perbaikan. Dan perlu dipahami oleh semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan bahwa hambatan dalam setiap proses manajemen akan selalu muncul dan tidak akan ada habisnya selama dunia pendidikan memiliki tujuan. Karena untuk menuju kemajuan diperlukan orde keberadaban dari zaman ke zaman. Oleh karena itu masalah atau hambatan yang dihadapi adalah mencari solusi terhadap setiap hambatan yang ada. Semakin kuat strategi dalam menyelesaikan masalah maka akan semakin berkurang hambatan tersebut. Karena itu diperlukan juga manajemen strategi mutu dalam pengaplikasian manajemen pendidikan berbasis karakter dalam pengelolaan manajemen pendidikan secara menyeluruh dalam mencapai tujuan pendidikan secara nasional.

KESIMPULAN

Gambaran di atas bukan hanya sekedar wacana dalam dunia pendidikan, bahwa permasalahan mendasar bagi pendidikan ialah bagaimana menyiapkan generasi yang cerdas dan memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Sesuai Rencana Strategis Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter, maka diperlukan kerja keras oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan dan memperhatikan program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa yang harus benar-benar dioptimalkan. Namun demikian, visi penerapan pendidikan karakter di lingkungan satuan pendidikan memerlukan pemahaman yang jelas tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter (character education). Serta bagaimana kiprah pendidikan dalam peradaban bangsa? Apa makna pendidikan moral dan karakter? Bagaimana strategi implementasinya dalam konteks pembelajaran di lembaga pendidikan? Melalui pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola-pola pembelajaran untuk menghasilkan anak didik yang memiliki ketangguhan keilmuan, keimanan maupun sosial. Sehingga menjadi insan yang shaleh ini sangat diperlukan untuk menjadi „kader‟ yang siap „berjihad‟ membangun bangsa lebih baik. Tanpa pijakan dan pemahaman tentang konsep, teori, metode yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan karakter, maka misi pendidikan karakter pada lembaga pendidikan akan menjadi sia-sia dan hanya selalu menjadi wacana semata di dunia pendidikan.

(8)

118

Implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter, merupakan sebuah pendekatan yang sangat baik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasioal. Secara filosofi, manajemen pendidikan berbasis karakter merupakan kewajiban yang seharusnya dimasukkan dalam program kurikulum secara menyeluruh yang bukan hanya sekedar wacana yang dikondisikan agar tujuan pendidikan nasioanal tercapai sehingga menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) pada pembentukan peserta didik yang berkarakter baik dan berakhlak mulia. Dan aspek utama yang harus diperhatikan dalam implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter adalah strategi mutu pendidikan, diantaranya adalah : (1) pemilihan strategi tepat yang diterapkan pada sasaran input, proses dan hasil yang memiliki relevansi tinggi terhadap tujuan pendidikan nasional; (2) Manajemen pendidikan berbasis karakter, lebih tertuju kepada perilaku, watak dan akhlak dari pelaku manajemennya dengan sasaran karakter peserta didik, oleh karena itu hal yang paling utama adalah membentuk sumber daya manusia (pendidik & tenaga kependidikan yang berkarakter) terlebih dahulu; (3) Rumuskan dan tetapkan indikator keberhasilan yang mencakup aspek input, proses, output pada keseluruhan unsur kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi ketercapaian program, yang diakhiri dengan tindak lanjut perbaikan berkelanjutan; (4) Desain manajemen pendidikan berbasis karakter, yakni langkah-langkah yang berkaitan dengan seluruh unsur kegiatan dan strategi pada komponen efesiensi input, efektivitas proses, produktivitas output dengan tujuan pendidikan nasional; (5) Strategi evaluasi manajemen pendidikan berbasis karakter diantaranya adalah evaluasi diri yang dilakukan pihak internal pendidikan dan evaluasi program yang dilakukan pihak eksternal yang berwenang; (6) Dalam implementasi manajemen pendidikan berbasis karakter, harus diantisipasi oleh pihak lembaga pendidikan. (7) Untuk optimalisasi keberhasilan manajemen pendidikan berbasis karakter, satuan pendidikan harus memiliki realisasi yang tinggi kebutuhan terhadap kebijakan yang secara langsung berkenaan dengan manajemen pendidikan berbasis karakter, terhadap dinas pendidikan terkait ataupun pada pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, G. A. 2006. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power. Sebuah Inner Journey melalui AlIhsan. Jakarta: Arga.

Culberston. (1982). Character Education: Teaching Values for Life. Chicago: Science Research Associates Inc.

Gary L Hoover, (2003). Individualized in Education of Character. Parkland Disertation, USA.

Goleman, Danielle. (2007). Emotional Intelligence. Terjemahan. Penerbit PT Jakarta.

Heritage Foundation.

Jurnal Inovasi dan KewirausahaanVolume 1 No. 1 Januari 2012. Jurnal Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.

(9)

119 Jurnal Teknik Industri Vol. 7, No. 1, JUNI 2005 Universitas Kristen Petra.

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Kementrian Pendidikan Nasional, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014: Rancangan RPJMN tahun 2010-2014, (Jakarta: Biro Perencanaan Setjen Kemendiknas, 2010).

Megawangi, R, Melly L, Wahyu F.D. (2005). Pendidikan Holistik. Cimanggis: Indonesia.

Megawangi, Ratna (2003), Pendidikan Holistik Berbasis Karakter, Jakarta, Pustaka.

Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010. Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan,

Referensi

Dokumen terkait

Atau bisa juga dengan mencoba mengupload fullpaper seperti dibawah ini: Jika muncul seperti gambar dibawah ini berarti payment anda belum di verifikasi... Payment yang

Pada tahun 2018 Laporan Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik merupakan dokumen yang mengambarkan capaian kinerja yang telah dilaksanakan selama

Sedangkan 3 orang lainnya (30%) menyatakan bahwa mereka hanya mengetahui visi misi perusahaan karena mereka diberi arahan mengenai visi misi tersebut namun mereka tidak

Dalam proses komunikasi yang telah dilakukan oleh informan dalam penelitian ini tentang adanya perbedaan mendasar yaitu dalam segi keyakinan, peneliti mencoba

Proses Pembelajaran dengan pengembangan daya pikir kritis pada siswa memerlukan jiwa integritas dan profesionalisme yang tinggi dari seorang guru mengingat selama

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik role playing terdapat peningkatan

Dari 62 pasien dengan infeksi hepatitis B kronis dan KHS, 30 orang diantaranya memenuhi ketiga kriteria inklusi dan diberikan analog nukleosid, 9 pasien