S. Hasanuddin dan A.Mujnisa
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar Jalan Perintis Kemerdekaan km 10 Tamalanrea, Makassar 90245
E-Mail: a.mujnisae@yahoo.co.id
ABSTRACT
The aim of this research was to determine the effect inoculation of sago waste by Aspergillus
niger on crude protein and crude fiber content in order to find an alternative of cheap and of good quality
ruminant feeding. This research used sago waste inoculated by Aspergillus niger at different time, ranging from 0 to 114 hours. The experiment was run according to CRD (Completely Randomized Design) consisted of seven treatments and three replications for each treatment. The result of experiment indicated that inoculatin of sago waste by Azpergillus niger was significantly ( P>0..01) affect in terms of increasing protein and lowering crude fiber content of it. The highest crude protein content (3,45%) was obtained on H4 while the lowest was observed for H0 (2.06%). In contrast, the highest crude fiber content was obtained on H0 (13.04) and the lowest was on H6 (8.02%). In conclusion, inoculation of the sago waste by Aspergillus niger between 24-114 hours was effective in increasing crude protein (0 hours). Inoculation between 0-114 hours causes a quadratic effect on protein content in which the optimum time is 120 hours. While it effect on fiber content is linier in which the lowest crude fiber content is on 114 hours.
Key Words : inoculation time, Sago Waste, Aspergillus niger, Crude Protein and Crude fiber ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh lama inokulasi ampas sagu dengan Aspergillus
niger pada waktu yang berbeda terhadap kandungan protein kasar dan kandungan serat kasar dalam
kaitannya untuk mencari alternative pakan ternak ruminansia yang murah dan berkualitas baik. Penelitian ini menggunakan ampas sagu yang diinokulasi dengan Aspergillus niger mulai dai 0 jam sampai 114 jam. Data yang diperoleh dianalisa dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang terdiri atas Tujuh perlakuan dan Tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama inokulasi ampas sagu dengan
Aspergillus niger berpengaruh nyata (P<0.01) baik itu pada peningkatan kandungan protein kasar maupun
penurunan kandungan serat kasar. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan protein kasar yang paling tinggi yaitu pada H4 (3,45%) da terendah yaitu pada H0 (2,06%) sedangkan serat kasar tertinggi pada H0 (13,04%) dan teredah yaitu pada H6 (8,02%), sehingga dapat disimpulkan bahwa ampas sagu hasil inokulasi mengandung protein kasar lebih tinggi dan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan yang tidak diinokulasi. Peningkatan lama inokulasi dari 0 sampai 114 jam pada kandungan protein memberikan respon yang bersifat kuadratik dimana puncak tertinggi kandungan protein yang terlihat pada lama inokulasi 120 jam.Peningkatan lama inokulasi dari 0 sampai 114 jam pada kandungan serat kasar terendah terlihat pada lama inokulasi 114 jam.
38 PENDAHULUAN
Ampas sagu merupakan Iimbah produksi industri sagu, mempunyai peluang dan potensi untuk digunakan sebagai salah satu altenatif sumber bahan pakan berserat, karena mempunyai kandungan bahan organik tinggi yang sangat potensial sebagai sumber energi.Namun demikian, sampai saat ini ampas sagu dikenal sebagai pakan berserat yang berkualitas rendah.
Sebagai pakan ternyata sampai saat ini masih belum banyak dilakukan.Oleh karena itu kajian tentang ampas sagu ini secara terus menerus masih sangat perlu dilakukan. Fermentasi merupakan salah satu upaya dalam peningkatan kualitas bahan pakan yang telah banyak dilakukan. Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan starter mikroorganisme (kapang atau bakteri) yang sesuai dengan substrat dan tujuan proses fermentasi.
Pemanfaatan kapang Aspergillus niger sebagai starter dalam proses fermentasi ini dirasa paling cocok dan sesuai dengan tujuan fermentasi, yaitu untuk menurunkan kadar serat kasar dan sekaligus dapat meningkatkan kadar protein kasarnya. Aspergillus niger merupakan kapang yang sangat mudah tumbuh dalam suasana aerob, bersifat selulolitik dan sangat cepat perkembangbiakannya.
Banyak penelitian proses fermentasi yang telah dilakukan menggunakan Aspergillus niger, utamanya dalam upaya penurunan kadar serat bahan pakan dan peningkatan kadar proteinnya.Penelitian Tampoebolon (2009) melaporkan bahwa fermentasi Aspergillus niger (4%) dengan ampas sagu selama 12 hari dapat meningkatkan kadar protein yaitu sebesar 7,04%, dan kadar serat kasar menurun sebesar 12,81% .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh lama inokulasi ampas sagu dengan Aspergillus niger pada waktu yang berbeda terhadap kandungan protein kasar dan kandungan serat kasar dalam kaitannya untuk mencari alternatif pakan ternak ruminansia yang murah dan berkualitas baik.
Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai lama inokulasi yang tepat digunakan dalam fermentasi ampas sagu yang menggunakan Aspergillus niger untuk menghasilkan ampas sagu fermentasi yang berkualitas baik, ditinjau dari peningkatan kandungan protein dan penurunan serat kasarnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi dalam 2 tahap. Tahap pertama yaitu proses inokulasi ampas sagu dengan Aspergillus niger bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Tahap kedua yaitu analisa kandungan protein kasar dan serat kasar ampas sagu di Laboratorium Kimia dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 7 (tujuh) perlakuan dengan 3 (tiga) ulangan. Susunan perlakuan berdasarkan lama inokulasi sebagai berikut (Gazpersz, 1991):
H0 : lama inokulasi 0 jam H4 : lama inokulasi 96 jam H1 : lama inokulasi 24 jam H5 : lama inokulasi 120 jam H2 : lama inokulasi 48 jam H6 : lama inokulasi 144 jam H3 : lama inokulasi 72 jam
Fermentasi ampas sagu dengan inokulum
Aspergillus niger dilakukan dengan pH awal 6
dan suhu 35 0C dengan perlakuan lama inokulasi 0,24, 48, 72, 96, 120 dan 144 jam. Alur fermentasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji orthogonal polinomial untuk melihat trend pengaruh lama inokulasi terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar ampas sagu (Gaspersz, 1991). Selanjutnya data dianalisis secara statistik dengan bantuan
software SPSS Ver.13,0 untuk melihat kurva
39 Gambar 1. Alur Proses Fermentasi Ampas sagu dengan inokulum Aspergillus niger.
Keterangan :
Campuran nutrient terdiri dari : Sukrosa 25-50 g/l, Ammonium nitrat (NH4NO3) 2,25 g/l, Kaliumhydrogen
phosphate (KH2PO4) 0,3 g/l, Magnesium (MgSO4) 0,25 g/l.
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Kultur Aspergillus niger
Timbang sumber jamur Aspergillus niger murni sebanyak 1%, larutkan dengan 1 ml larutan pepton water. Inokulasi kedalam petri steril kemudian tuang medium PDA (Potato Dextrose Agar) steril yang telah dibiarkan sampai suhu 450C.
Aduk media dan sampel dengan cara memutar (menggoyangkan) petri. Biarkan padat, kemudian inkubasi suhu 350C selama 6 x 24 jam.
Buat sesuai jumlah sampel yang akan diberi inokulum.
Pemanenan
Kultur murni Aspergillus niger (6 x 24 jam) dituangi 5 ml larutan pengencer (air suling agar). Keruk spora jamur dengan menggunakan stick kaca, lakukan secara aseptis.
Tiap petri (5 ml inokulan) setara dengan 1% Aspergillus niger sumber awal.
Lakukan perhitungan TPC (Total Plate Count) awal sumber inokulum
Aspergillus nigerdengan menggunakan
metode TPC jamur untuk mengetahui kandungan total mikrobajamur
Aspergillus niger tiap ml sumber
inokulan.
1. Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah kandungan protein kasar dan serat kasar ampas sagu yang diinokulasi dengan
Aspergillus niger
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar
Data rataan kandungan protein kasar dan serat kasar ampas sagu (Metroxylon sagu) yang diinokulasi dengan Aspergillus niger dapat dilihat padaTabel 1.
Ampas Sagu 30 gr + aquades
60%
Sterilisasi dengan autoclave
pada suhu 121
oC tekanan 1 atm
+ selama 15 menit
Campuran nutrient
Protein Kasar
Inokulasi pada suhu 35
0C sesuai dengan
perlakuan (0, 24, 48, 72, 96, 120 dan 144 jam)
Serat Kasar
Inokulum Aspergillus
40 Tabel 1. Rataan Kandungan Protein Kasar (PK)
dan Serat Kasar (SK) Ampas Sagu (metroxylon sagu) yang Diinokulasi dengan Aspergillus niger dengan Lama yang Berbeda. Perlakuan Kandungan PK (%) Kandungan SK (%) H0 2.06 ± 0.13 13.04 ± 0.30 H1 2.16 ± 0.14 12.29 ± 0.13 H2 2.46 ± 0.07 11.67 ± 0.52 H3 2.70 ± 0.35 11.01 ± 0.24 H4 3.45 ± 0.19 10.19 ± 0.17 H5 3.24 ± 0.28 9.39 ± 0.25 H6 2.83 ± 0.22 8.02 ± 1.70
Hasil uji kandungan protein kasar dan serat kasar ampas sagu yang diinokulasi dengan lama yang berbeda masing-masing menghasilkan kandungan protein kasar tertinggi pada perlakuan H4 yaitu 3,45% dan terendah yaitu pada perlakuan H0 yaitu 2,16%. Kandungan serat kasar yang tinggi diperoleh pada perlakuan H0 yaitu 13,04% dan terendah pada perlakuan H6 yaitu 8,02%.
2. Protein Kasar
Pengaruh lama inokulasi ampas sagu (Metroxylon sagu) dengan menggunakan
Aspergillus niger terhadap kandungan protein
kasar berdasarkan analisis kurva respon dapat dilihat pada gambar 2.
Berdasarkan hasil analisis kurva respon, diketahui bahwa protein kasar memberikan respon yang sifatnya polinomial (kuadratik) terhadap lama inokulasi ampas sagu. Besarnya hubungan korelasi lama inokulasi ampas sagu terhadap kandungan protein kasar yaitu 68,1%.
Terjadinya peningkatan kandungan protein kasar pada ampas sagu pada dari H0 sampai H4 yaitu inokulasi selama 96 jam disebabkan karena adanya penambahan protein asal mikroba (Aspergillus niger) yang dinamakan protein sel tunggal. Hal ini didukung oleh pendapat Tompoebolon (2009) bahwa Aspergillus nigermerupakan protein sel tunggal (kapang)
yang mengandung protein tinggi, sehingga penambahan jumlah starter dengan Aspergillus
nigerpada ampas sagu akan menambah pula
kandungan protein kasar ampas sagu fermentasi.Ditambahkan pula oleh Dewi, dkk (2008) bahwa Protein mikroba dikenal dengan sebutan Single Cell Protein (SCP) atau Protein Sel Tunggal.Protein Sel Tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme, salah satunya adalah kapang.
Gambar 2. Kurva Respon Pengaruh Lama Inokulasi Ampas Sagu (Metroxylon sagu) dengan Menggunakan Aspergillus niger
Terhadap Kandungan Protein kasar.
Kandungan protein kasar pada ampas sagu mulai menurun pada perlakuan H5 (120 jam) dan H6 (144 jam). Hal ini dikarenakan dalam waktu 120 jam dan 144 jam, Aspergillus
niger sudah tidak berkembang lagi bahkan mulai
masuk pada fase kematian. Hal ini didukung oleh pendapat Izzati dan Yusnidar (2010) bahwa pada hari pertama dan kedua Aspergillus niger berada pada fase lag, Fase ini merupakan fase penyesuaian diri mikroba dengan lingkungan yang baru. Selama fase ini, pembelahan sel berlangsung lambat. Hari ke-2 (24 jam) hingga ke-3 (72 jam) pertumbuhan Aspergillus niger mengalami fase logaritmik, pada fase ini mikroba sedang aktif melakukan metabolisme. Hari ke-4 (96 jam) hingga ke-6 (144 jam)
Aspergillus niger memasuki fase stasioner, pada
fase ini sudah tidak terjadi perkembangan lagi. Pada fase ini sel menjadi kecil karena sel tetap membelah walaupun ketersediaan nutrisi pada medium sudah sangat berkurang. Setelah mengalami fase stasioner mikroba mulai memasuki fase kematian.
3.50 3.00 2.50 2.00 6 5 4 3 2 1 0 perlakuan Quadratic Observed Protein Y = 1,871 + 0,489X – 0,049X2 R2 = 0,681
41 14.00 13.00 12.00 11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6 5 4 3 2 1 0 perlakuan Linear Observed Serat 3.Serat Kasar
Pengaruh lama inokulasi ampas sagu (Metroxylon sagu) dengan menggunakan
Aspergillus niger terhadap kandungan serat kasar
berdasarkan analisis kurva respon dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Kurva Respon Pengaruh Lama Inokulasi Ampas Sagu (Metroxylon sagu) dengan Menggunakan Aspergillus niger
Terhadap Kandungan Serat Kasar.
Berdasarkan hasil analisis kurva respon, diketahui bahwa serat kasar memberikan respon yang sifatnya polinomial (linier) terhadap lama inokulasi ampas sagu. Besarnya hubungan korelasi lama inokulasi ampas sagu dengan menggunakan Aspergillus niger terhadap kandungan serat kasar yaitu 92,7%.
Terjadinya penurunan kandungan serat kasar ampas sagu hasil fermentasi dengan
Aspergillus niger dari hari ke-0 hingga hari ke-6
yaitu pada perlakuan H0 sampai pada perlakuan H6 menandakan bahwa Aspergillus niger berperan aktif menghasilkan enzim selulase yang berfungsi untuk mendegradasi ampas sagu. Hal ini didukung oleh pendapat Tampoebolon (2009) bahwa peningkatan lama waktu inkubasi menyebabkan meningkatnya kesempatan
Aspergillus niger untuk melakukan pertumbuhan
danfermentasi, sehingga semakin lama waktu inkubasi maka kesempatan Aspergillus niger untukmendegradasi ampas sagu semakin tinggi.Ditambahkan pula oleh Widya (2005) menyatakan bahwa enzimselulase merupakan salah satu enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang berfungsi untuk mendegradasi selulosa menjadi glukosa.
Penurunan serat kasar pada hasil fermentasi ampas sagu disebabkan karena adanya kerja dari ensim selulase yang dihasilkan oleh Aspergillus niger yang bekerja untuk merombak serat kasar. Hal ini didukung oleh pendapat Nurhayati (2010) bahwa pertumbuhan yang baik dari kapangAspergillus
nigerdiharapkan memprodukasi enzim selulase
dalam jumlah banyak sehingga dapat digunakan merombak dan menurunkan serat kasar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ampas sagu hasil inokulasi Aspergillus
nigermengandung protein kasar lebih
tinggi dan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan yang tidak diinokulasi. 2. Peningkatan lama inokulasi dari 0-114
jam pada kandungan protein memberikan respon yang bersifat kuadratik dimana puncak tertinggi kandungan protein lebih pada lama inokulasi 120 jam.
3. Peningkatan lama inokulasi dari 0-114 jam pada kandungan serat kasar memberikan respon yag bersifat linear dimana kandungan serat kasar terendah terlihat pada lama inokulasi 114 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, N.F, Etyka, D.O, Nila, F.D, dan Vitta, R.P. 2008. Produksi Protein Sel Tunggal Hasil Fermentasi Kulit Ubi Kayu.http://bioindustri.blogspot.com/2008
/05/produksi-protein-sel-tunggal-hasil.html. Diakses [Senin,22 Februari 2010]
Gazpersz, V. 1991.Metode Rancangan Percobaan. CV Armico,Bandung.
Izzati, N dan Yusnidar, R. 2010.Optimasi
Pembuatan Bioetanol dari Ubi Jalar Putih (Ipomea batasan L) sebagai Sumber
Alternatif Bahan Bakar yang
Terbarukan.http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/pkm/article/vie w/6580/0. Diakses [Selasa, 11 Mei 2010] Y = 13,197 – 0,798X
42 Nurhayati, 2010.Bungkl Sawit dan Onggok
pakan Ternak Berkualitas.http://www.polteklampung.ac. id/home/index.php?option=com_content& view=aticle&id=88%3Apenelitian&catid= 27%3Apenelitian&Itemid=6. Diakses [Minggu,21 Maret 2010]
Tampoebolon, B, I.M. 2009.Kajian Perbedaan
Aras dan Lama PemeramanFermentasi Ampas Sagu dengan Aspergillus niger Terhadap Kandungan Protein Kasar dan Serat
Kasar.http://eprints.undip.ac.id/3817/aPR 26-%2812%29Baginda-Setting.pdf. Diakses [Jumat,22 Januari, 2009]
Widya.2005. Enzim Selulasfe.
http:/lib.atmajaya.ac.id/ default .aspx?tabID=61&src=a&id=84059 . Diakses 31 Maret 2010.