• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat) (Everett, 2007).

Perbedaan efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang lain. Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk meminum pilnya secara teratur. Sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna (Handayani, 2009).

(2)

2. Macam-macam metode kontrasepsi

Menurut Hartanto (2004) macam-macam metode kontrasepsi antara lain : a. Metode Sederhana 1) Tanpa alat a) KB Alamiah b) Coitus Interruptus 2) Dengan alat 1) Mekanis (barrier) 2) Kimiawi b. Metode Modern 1) Kontrasepsi hormonal

a) Peroral : pil oral kombinasi (POK), mini-pil, Morning-after pill b) Injeksi / suntikan : DMPA, NET-EN, Microsheres,

Microcapsules c) sub-kutis : implant

2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR) 3) Kontrasepsi mantap

3. Akseptor KB

Untuk mencapai keberhasilan pelayanan keluarga berencana tersebut perlu didukung oleh anggota masyarakat sebagai pendukung gerakan keluarga berencana dengan berpartisipasi secara aktif sebagai peserta KB atau akseptor KB. Akseptor KB adalah anggota masyarakat

(3)

yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan.

Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran.

Akseptor keluarga berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur dapat dibagi menjadi tiga macam (Hartanto, 2004) :

a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.

b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

c. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.

6. Karakteristik akseptor KB terdiri dari : a. Umur

Usia yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor usia dapat ditentukan fase-fase.

(4)

Pembagian umur menurut Manuaba (2009), dari sudut kematian maternal usia reproduksi dibagi dalam

1) Dibawah 20 tahun masa menunda kehamilan

2) Usia 20 sampai 35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan bersalin

3) Usia lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan b. Pendidikan

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Sukmadinata, 2003).

Pendidikan dibagi menjadi 3 tingkatan : 1) Pendidikan rendah / dasar

Terdiri dari tidak sekolah, tidak SD maupun tamat SD 2) Pendidikan Menengah

Terdiri dari tamat SLTP dan tamat SLTA 3) Pendidikan Tinggi

Termasuk yang tamat akademi maupun perguruan tinggi (Notoatmodjo, 2003)

(5)

c. Pekerjaan

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap keluarga. pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi.

d. Ekonomi

Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang. Ekonomi juga cakupan urusan keuangan rumah tangga. Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan.

Pembagian status ekonomi berdasarkan tingkatan UMR (Upah Minimum Regional) adalah :

1) Status ekonomi rendah bila pendapatan yang diterima < Rp939.756,00

2) Status ekonomi tinggi bila pendapatan yang diterima > Rp939.756,00

(6)

e. Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Hal ini akan mempengaruhi akseptor KB dalam memilih kontrasepsi yang digunakan (Azwar, 2009).

B. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian

Kontrasepsi Implant adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversible untuk wanita (Baziad, 2008). 2. Macam Implant

Macam kontasepsi implant adalah (Hartanto, 2004) : 1) Non-Biodegradable Implant

1) Norplant (6 kapsul), berisi hormon Levonorgestrel, daya kerja 5 tahun)

(7)

3) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun

4) Satu batang, berisi hormon 3-keto desogestrel, daya kerja 2,5 – 4 tahun

Jenis Implant yang sedang dikembangkan : 1) Implanon :

a) Implant yang berisi Desogestrel, suatu progestin baru yang telah digunakan bertahun-tahun pada beberapa macam kontrasepsi oral.

b) Implanon terdiri dari 1 batang yang berisi progestin generasi ketiga, yang dimasukkan ke dalam inserter steril dan sekali pakai / disposable.

Batang Implant terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acatate) berisi 60 mg 3-ketodesogestrel, yang diselubungi oleh suatu membran EVA. Panjang batang Implant 4 cm dan berdiameter 2 mm. Pada permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya. Daya kerja Implanon minimal 2 tahun, dan mungkin dapat sampai 3 tahun. Insersinya mudah dengan jalan menyuntikkannya tanpa memerlukan anestesi dan dapat dikerjakan oleh perawat atau paramedis yang terlatih.

2) Implant 1-batang ST-1435

a) ST-1435 merupakan progestin baru dengan efek kontraseptif dan efek samping serupa dengan levonogestrel

(8)

b) Implant ST-1435 efektif untuk 2 tahun, berisi kristal ST-1435 yang terbungkus oleh membran selulose di dalam kapsul Silastic, dengan pelepasan 100 mcg hormonnya per hari

c) ST-1435 juga menghambat ovulasi dan mengentalkan lendir serviks. Bedanya dengan progestin lain, ST-1435 tampaknya tidak mempunyai efek pada kadar kolesterol darah.

2) Biodegradable Implant

Biodegradable Implant melepaskan progestin dari bahan pembawa / pengangkut / carrier yang secara perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh. Jadi bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi seperti misalnya pada norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai melarut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi.

Dua macam Implant biodegradable yang sedang diuji coba saat ini pada sejumlah wanita (Baziad, 2008) :

1) Capronor

a) Mengandung levonogestrel yang dilarutkan dalam minyak ethyl-oleate, dengan diameter “kapsul” < 0,24 cm dan panjang “kapsul” terdiri dari 2 ukuran :

(1) 2,5 cm : berisi 16 mg levonogestrel, melepaskan 20 mcg hormonnya per hari

(2) 4 cm : berisi 26 mg levonogestrel, melepaskan 30-50 mcg hormonnya per hari

(9)

b) Efektivitas hanya 8-10 bulan, dan ini antara lain disebabkan oleh kecepatan pelepasan hormon yang tidak tetap / konstan oleh minyak ethyl-oleate.

c) Kapsul capronor akan tetapi intak selama periode 12 bulan dari pelepasan hormon levonogestrelnya, dan bila diinginkan kapsulnya dapat dikeluarkan selama masa ini. Dikemudian hari, setelah beberapa tahun, kapsul mengalami biodegradasi perlahan-lahan menjadi E-hydroxycaproic acid, kemudian menjadi karbondioksida dan air, yang akan diserap oleh tubuh 2) Pellets

a) Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90% Norethindrone (NET)

b) Setiap Pellets, panjang 8 mm berisi 35 mg NET, yang akan dilepaskan saat Pellets dengan perlahan-lahan “melarut”

c) Pellets berukuran kecil, masing-masing sedikit lebih besar daripada ukiran butir beras

d) Uji coba pendahuluan menggunakan 4 dan 5 pellets

e) Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi semakin bertambah dengan banyaknya jumlah pellets

f) Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan yang besar terhadap kehamilan untuk sekurang-kurangnya 12 bulan

(10)

g) Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid ireguler. Perdarahan inter-menstrual atau perdarahan bercak merupakan problem utama. Tetapi dengan berlalunya waktu, perdarahan akan kembali ke pola pra-insersi. Amenorhea terjadi pada 14 akseptor setelah 6 bulan. Pellets dapat mengurangi / menghilangkan dismenorhea

h) Terjadi rasa sakit payudara pada 4% akseptor

i) Insersi pellets dilakukan pada bagian lengan atas. Prosedur insersi seperti pada Capronor, dan dapat dipakai dengan inserter yang sama

j) Daerah insersi disuntik dengan anestesi lokal lalu dibuat insisi 3 mm. pellets diletakkan kira-kira 3 cm di bawah kulit. Tidak diperlukan penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan perban saja

k) Bila pellets akan dikeluarkan sebelum mereka “melarut”, yaitu selama 12 bulan pertama, diperlukan insisi 5 mm. Sering timbul jaringan fibrous sekitar pellets

3. Cara Kerja

Menurut Manuaba (2009), mekanisme kerja kontrasepsi implant adalah : menghalangi terjadinya liquid hormon surge sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga kemampuan penetrasi spermatozoa tidak mungkin, mengubah reaksi lendir

(11)

endometrium sehingga tidak mungkin terjadi kapasitasi spermatozoa dan endometrium tidak siap menerima implantasi (nidasi).

4. Efektivitas Implant

Menurut Everett (2007), efektivitas implant adalah tidak terjadi kehamilan satu pun pada uji coba klinis hingga saat ini. Implanon mempunyai keuntungan memiliki efektivitas tinggi karena tidak memiliki angka kegagalan pada pengguna, tidak perlu mengingat minum pil atau memasang diafragma.

Studi tentang Norplant menunjukkan bahwa untuk wanita yang berat badannya lebih dari 70 kg, angka kehamilan secara kasar 5 tahun sedikit lebih tinggi dibanding wanita yang lebih kurus. Dengan implanon, kadar etonogestrel plasma berbanding terbalik dengan berat badan dan berkurang seiring waktu. Karena kadar plasma cenderung lebih rendah pada wanita berbobot lebih berat, efektivitas kontrasepsi menjadi lebih rendah. Akan tetapi, pengalaman klinis pada wanita berbobot lebih berat di tahun ketiga pemakaiannya terbatas, dan Organon menganjurkan klinisi agar mempertimbangkan pelepasan implant lebih awal pada kelompok wanita ini.

5. Keuntungan

Keuntungan kontrasepsi menurut Arum & Sujiyatini (2009) adalah: perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak menganggu

(12)

kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI dan klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. Keuntungan nonkontrasepsi antara lain : mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi / memperbaiki anemia, melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul dan menurunkan angka kejadian endometriosis.

6. Lama Pemakaian

Lama pemakaian implant menurut Hartanto (2004) :

a. Norplant (6 kapsul), berisi hormon Levonorgestrel, daya kerja 5 tahun) b. Norplant-2 (2 batang), idem, daya kerja 3 tahun

c. Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun

d. Satu batang, berisi hormon 3-keto desogestrel, daya kerja 2,5 – 4 tahun 7. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

Menurut Saifuddin (2006), indikasi kontrasepsi implant adalah : 1) Usia reproduksi

2) Telah memiliki anak atau pun yang belum

3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi 5) Pasca persalinan dan tidak menyusui

(13)

7) Riwayat kehamilan ektopik

8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell)

9) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen

10) Sering lupa menggunakan pil b. Kontraindikasi

Menurut Saifuddin (2006), kontarindikasi kontasepsi implant adalah : 1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 3) Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara 4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi 5) Mioma uterus dan kanker payudara

6) Gangguan toleransi glukosa 8. Efek Samping

Menurut Handayani (2009), efek samping kontasepsi implant adalah:

a. Amenorhea

Amenorhea terjadi lebih kurang 7% pada pemakai implant-2 dalam tahun pertama dan setelah itu menurun. Hal ini umumnya terjadi pada bulan pertama pemakaian dan berlangsung selama 3-12 bulan. Setelah 3 tahun, sekitar 1/3 dari wanita yang menggunakan implant tidak mengalami siklus menstruasi sama sekali. Hal ini dikarenakan KB

(14)

implant adalah kontrasepsi hormonal yang memiliki bentuk kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36 mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Amenorhea 6 minggu atau lebih terutama bila sebelumnya haid teratur. Mekanisme kerja progestin dosis rendah seperti levonogestrel menekan endometrium sehingga mengurangi perdarahan dan pada kebanyakan wanita tidak terjadi perdarahan sama sekali. Apabila ibu mengalami amenorea, yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.

b. Perdarahan bercak (spotting) ringan

Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan. Perdarahan inter-menstrual atau perdarahan bercak merupakan problem utama pengguna KB Implant. Hal ini dikarenakan Implant melepaskan progestin dari bahan pembawa / pengangkut / carrier yang secara perlahan-lahan mengurangi jumlah darah haid.

Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.

(15)

Bila klien mengeluh dapat diberikan :

1) Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µ EE) selama 1 siklus, atau 2) Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)

Yakinkan klien bahwa perdarahan ringan diantara haid / bercak, persentasenya sangat tinggi pada pemakai implant-2 (50%-60%) dalam beberapa bulan pertama pemakaian. Hal tersebut menjadi lebih teratur setelah 6-12 bulan. Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.

c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan) Informasikan bahwa kenaikan / penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.

d. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti cara.

(16)

e. Infeksi pada daerah insersi

Bila infeksi tanpa nanah : bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan minta klien kontrol 1 minggu lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru di lengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses : bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari.

C. Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang (setiap bulan kecuali pada saat kehamilan). Menstruasi yang pertama kali (menarche) paling sering terjadi pada usia 10 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada usia 9-16 tahun, tergantung dari kuatnya faktor yang mempengaruhi kedewasaan dan perkembangan hormon dari gadis itu sendiri (Manuaba, 2009).

Pada wanita dewasa, setiap bulan, satu dari sel-sel telurnya akan matang dari salah satu indung telur sebelah kanan atau sebelah kiri secara bergantian, sampai sel-sel telur tersebut habis (menopause). Selama proses pematangan sel telur tersebut, dinding rahim akan menebal sebagai persiapan bantalan janin apabila terjadi pembuahan, apabila tidak terjadi

(17)

pembuahan, maka lapisan dinding rahim yang menebal tersebut akan rusak dan luruh, yang kemudian keluar sebagai darah haid (Sulaeman, 2002). 2. Fase Menstruasi

Menurut Llewellyn, (2003), fase menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu :

a. Fase Menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon esterogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.

b. Fase Proliferasi/fase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat meembuat hormone esterogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graff yang masak dan menghasilkan hormon esterogen yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Esterogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.

c. Fase Ovulasi/fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk

(18)

menghasilkan hormon progesteron ysng berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

d. Fase pasca ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon esterogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase perdarahan/menstruasi.

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap (Prawirohardjo, 2008).

3. Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dengan menstruasi berikutnya. Hari pertama mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi cukup bervariasi antara 21-40 hari dan hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari, jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause. Pada awalnya siklus menstruasi mungkin tidak beraturan jarak antara 2 siklus bisa berlangsung selama dua bulan atau dalam satu bulan mungkin terjadi dua siklus.

(19)

Rata-rata pengeluaran adalah selama menstruasi antara 17,2 – 49,2 cc. Lamanya menstruasi biasanya berlangsung 4-5 hari, namun ada juga yang mengalami haid hanya 3 hari dan ada pula yang sampai tujuh hari. Masa subur terjadi kira-kira 2 x 14 hari sebelum haid dan pada waktu inilah seorang wanita dapat hamil bila melakukan hubungan seksual (Sulaeman, 2005).

4. Hormon-Hormon Menstruasi

Hormon-hormon menstruasi menurut Bobak (2005) antara lain : a. Prostaglandin

Jenis prostaglandin yang penting dalam psikologi reproduksi adalah prostaglandin F salah satu fungsinya adalah luteolitik. Pada persalinan, prostaglandin penting untuk mematangkan servik dan memperkuat kontraksi endometrium.

b. Prolaktin

Sekresi prolaktin diatur oleh prolaktin inhibiting factor (PIF) yang diduga adalah dopamin, yang di hasilkan di hipotalamus. Terdapat hubungan yang erat antara PIF dan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone). Penurunan PIF Dan GnRH menyebabkan trias klinik amenorea, difinisi estrogen dan galaktorea. Kadar prolaktin normal adalah 5 – 25 mg/ml.

Fungsi utama prolaktin adalah pada pembentukan air susu. Bila kadar prolaktin tinggi, terjadilah trias amenorea, galaktorea dan infertilitas, karena:

(20)

1) Penekanan sekresi gonadotropin

2) Umpan balik positif estrogen terhadap sekresi LH ditekan

3) Penekanan sel granulosa korpus luteum sehingga progesteron tidak terbentuk

4) Respon ovarium terhadap gonadotropin dihambat c. Estrogen

Fungsinya, untuk menginformasikan tentang aktivitas indung telur dan penentuan saat ovulasi. Peningkatan estrogen terjadi pada saat akan terjadi ovulasi dan pada pertengahan fase luteal. Kadar estrogen menunjukan aktivitas pertumbuhan folikel dan ovarium.

5. Pola Menstruasi Akseptor KB Implant

Berdasarkan siklus menstruasi, pola menstruasi akseptor KB implant dibagi menjadi 2, yaitu teratur dan tidak teratur (Proverawati dan Misaroh, 2009) :

a. Teratur

Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 21-35 hari atau umumnya 28 hari. Lama haid biasanya tetap antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari.

b. Tidak teratur

Yang termasuk pola mentruasi tidak teratur adalah : 1) Polimenorea

Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid

(21)

biasa. Hal yang terakhir ini diberi nama polimenorea atau epimenorea. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.

2) Oligomenorea

Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama, perbedaannya terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.

3) Amenorea

Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 2 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah dapat haid; sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan

(22)

kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.

6. Faktor yang Mempengaruhi Pola Menstruasi

Faktor yang mempengaruhi pola menstruasi menurut Proverawati & Misaroh (2009) adalah :

a. Kehamilan

Alasan paling umum dari siklus menstruasi yang tidak teratur dalam kelompok usia reproduksi biasanya berhubungan dengan kehamilan. Jika periode haid terlewati, tes kehamilan menjadi sebuah keharusan. Kadang-kadang kehamilan juga bisa terjadi pada pasien perimenopause (dekat menopause). Sementara jika perdarahan melampaui batas waktu, bisa jadi tanda dari kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim).

Siklus yang tidak teratur juga merupakan tanda umum yang sering terjadi pasca kehamilan. Sementara itu, pemberian ASI juga dapat menyebabkan waktu menstrusi terhambat. Hal ini normal dan tidak menjadi masalah.

b. Periode perimenopause

Siklus yang tidak teratur juga terjadi pada periode perimenopause. Beberapa perubahan dalam siklus ini biasanya dapat diterima dan tidak memerlukan pengobatan, sementara perdarahan

(23)

yang berat memerlukan evaluasi lebih lanjut. Pendarahan setelah mencapai menopause adalah suatu yang tidak normal.

c. Kontrasepsi

Berbagai bentuk kontrasepsi juga dapat mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur. Penggunaan pil KB juga dapat menyebabkan perdarahan hanya sedikit atau bahkan mengakibatkan perdarahan berat. Pemberian suntikan untuk kontrasepsi pasca melahirkan juga dapat menyebabkan haid tidak teratur.

Lama pemakaian KB implant juga menyebabkan ketidakteraturan siklus haid. Hal ini dikarenakan KB implant adalah kontrasepsi hormonal yang memiliki bentuk kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36 mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur.

d. Berat badan

Naiknya berat badan yang signifikan atau penurunan berat badan juga dapat menyebabkan siklus yang tidak teratur. Kenaikan berat badan yang signifikan dapat menunjukkan adanya gangguan tiroid. Gangguan tiroid sangat umum terjadi pada wanita dan dapat menyebabkan kenaikan berat badan, siklus tidak teratur, lesu dan lain-lain. Berat badan yang berlebihan juga dapat menandakan terjadinya

(24)

penyakit ovarium polikistik yang merupakan masalah hormonal dan mungkin memerlukan pengobatan.

e. Stres emosional

Stres emosional yang berat misalnya, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang terdekat juga dapat menyebabkan perdarahan yang tidak teratur.

(25)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Handayani (2010) dan Proverawati & Misaroh (2009)

E. Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola menstruasi Lama pemakaian kontrasepsi implant Pola menstruasi pemakaian Implant : a. Teratur b. Tidak teratur Pola Menstruasi Faktor yang mempengaruhi pola menstruasi : a. Kehamilan b. Periode perimenopause c. Kontrasepsi : lama pemakaian KB implant d. Berat badan e. Stress emosional

(26)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah lama pemakaian kontrasepsi Implant.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pola menstruasi pada akseptor KB Implant.

G. Hipotesa

Menurut Notoatmodjo (2005), hipotesa penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah : “Ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi Implant dengan pola menstruasi pada akseptor KB Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang”.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara berturut-turut dapat ditunjukkan sebagai berikut: Hasil pengolahan data pada penelitian ini tidak terdapat

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, kelimpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaukan tesis tentang “ Pengaruh Kompensasi dan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional, untuk mencari hubungan antara variabel kecerdasan emosional (x) dengan variabel strategi coping

Hasil analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap perusahaan untuk pengungkapan ISR

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Dari tahap pertama ini, tulang-tulang yang diidentifikasi bagian dari sisa rangka manusia adalah tengkorak, tulang panjang, tulang pipih, dan bagian truncus baik

Rangkaian Astable Multivibrator dibuat menggunakan IC 555 yang digunakan untuk menghasilkan sinyal frekuensi tinggi tetapi IC ini juga dapat digunakan untuk

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, peneliti memberikan saran hal-hal sebagai berikut : (1) guru hendaknya menggunakan variasi dan inovasi model pembelajaran