• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Anak Prasekolah

2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah

Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam potensi. Agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal sebaiknya dirangsang dan dikembangkan, apabila perkembangan potensi anak tidak maksimal, tertunda atau terhambat akan mengakibatkan masalah (Supartini, 2004).

2.1.2 Ciri-Ciri Anak Prasekolah

Anak usia prasekolah memiliki ciri-ciri yang meliputi fisik, motorik, intelektual dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah yaitu anak prasekolah memiliki otot yang lebih kuat, pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. Sebagai bagian dari permainan mereka, anak prasekolah bisa menggunakan gerak dasar seperti berlari, berjalan, memanjat, dan melompat (Hurlock, 1997).

Menurut Rumini dan Sundari (2004) ciri dari kemandirian anak prasekolah yaitu anak melakukan aktivitas sehari-seharinya sendiri seperti makan, minum, memakai pakaian dan sepatu, merawat diri sendiri, menyisir rambut sendiri, sikat gigi dan anak bisa menggunakan toilet sacara mandiri. Selain itu, anak prasekolah tidak mau ditunggu oleh Orang Tua atau pengasuhnya pada saat melakukan kegiatan yang ia sukai disekolah seperti mewarnai, meluakis dan menari.

(2)

2.1.3 Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Dalam proses perkembangan usia prasekolah merupakan periode emas (golden age). Perkembangan aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembang secara pesat dari 50% menjadi 80% pada usia ini (Kemendiknas, 2010). Menurut Ernawulan (2003), jika pada fase tertentu seseorang individu gagal menyelesaikan tugas perkembangannya, maka dalam pencapaian tugas perkembangan pada masa berikutnya individu tersebut akan mengalami kegagalan. Perkembangan motorik merupakan salah satu aspek penting pada anak usia 4-5 tahun karena perkembangan motorik merupakan awal kecerdasan dan emosi sosial (Santrock, 2007 ; Hurlock, 2003).

2.2 Motorik Halus

2.2.1 Pengertian Motorik Halus

Motorik halus adalah koordinasi antara mata-tangan, kemampuan menggunakan benda kecil, serta mampu memecahkan (Nugroho, 2009). Motorik halus merupakan kemampuan anak untuk mengamati benda dan melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil untuk melakukan gerakan, misalnya manik-manik dimasukkan ke dalam botol, kemampuan seorang anak untuk menggambar atau memegang suatu benda, dan lain-lain (Soetjiningsih, 2009).

2.2.2 Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Secara konsisten perkembangan motorik halus berhubungan positif khususnya dengan kemampuan kognitif, dan dijadikan alat prediksi untuk

(3)

mengukur prestasi belajar yang rendah. Dalam keterampilan motorik halus, ada tiga hal yang paling penting yaitu kemampuan dasar anak dapat dibentuk oleh motorik halus, dalam memenuhi semua keperluan mata pelajaran keterampilan motorik halus dan membaca memiliki korelasi yang jelas, dampak emosional pada perkembangan seorang anak juga dimiliki oleh motorik halus (Heidrun, Albert, Philipp, 2008).

2.2.3 Tahap Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan aspek motorik anak usia prasekolah lebih berkembang dari usia sebelumnya. Perkembangan motorik halus pada anak yang berusia tiga tahun yaitu dari sembilan atau 10 balok anak mampu membangun menara, dari tiga balok anak mampu membuat jembatan, anak dapat meniru bentuk dari lingkaran dan anak mampu menggambar tanda silang. Sedangkan pada anak yang berusia empat tahun yaitu anak dapat mengikuti bentuk gambar bujur sangkar dan meniru bentuk segilima. Pada anak yang berusia lima tahun anak dapat mengikat tali sepatu, menggunakan benda seperti gunting dengan baik, meniru bentuk gambar segilima dan segitiga, dan anak mampu menulis beberapa huruf dan angka serta nama depannya (Potter dan Perry, 2005).

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Motorik Halus

Faktor internal dan eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus. Faktor genetik, faktor IQ dan kelainan kromosom merupakan faktor internal, sedangkan riwayat kelahiran, pola asuh, keadaan gizi dan faktor kesehatan merupakan faktor eksternal (Depkes, 2005;Hurlock, 2003).

(4)

Dan senam otak (brain gym) merupakan latihan ringan yang bisa diberikan saat mengasuh anak, maka dari itu senam otak termasuk dalam faktor eksternal. Menurut hasil survey Bavarian Pre-School Morbidity Survey (BPMS), ras dan genetik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan keterampilan motorik halus yang menunjukkan anak laki-laki tiga kali lebih sering mengalami keterlambatan motorik halus dari pada anak perempuan (Caniato, 2011).

2.3 Penilaian Perkembangan Motorik Halus Denver Development Screening Test (DDST II)

2.3.1 Pengertian DDST II

DDST II merupakan metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan seperti tes diagnostic ataupun tes IQ (Soetjiningsih, 1998). DDST II adalah metode pengkajian untuk menilai perkembangan umur anak 0-6 tahun (Dian Andriana, 2013).

2.3.2 Fungsi DDST II

Fungsi dari DDST II adalah untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun (Soetjiningsih, 1998).

2.3.3 Manfaat DDST II

Manfaat DDST II tergantung pada umur anak, pada bayi tes ini dapat mendeteksi masalah neurologis, sedangkan pada anak tes ini digunakan untuk

(5)

membantu meringankan permasalahan sosial dan akademik anak (Dian Andriana, 2013). Manfaat dari DDST II adalah sebagai berikut:

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umur anak. 2. Menilai tingkat perkembangan anak yang terlihat tidak sehat.

3. Menilai tingkat perkembangan anak yang menujukan adanya kelainan perkembangan.

4. Memantau dan memastikan anak yang dicurigai mengalami kelainan perkembangan.

2.3.4 Prosedur DDST II

Menurut Soetjiningsih (1998), Prosedur DDST II terdiri dari dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.

2. Tahap kedua: dilakukan pada anak yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

2.3.5 Interpretasi DDST II

Penilaian dilakukannya DDST II dibagi kedalam normal, suspect, dan untestable, dimana setiap penilaian memiliki kategori yang berbeda-beda (Dian Andriana, 2013) diantaranya:

1. Normal

a. Tidak ada keterlambatan. b. Paling banyak satu peringatan.

(6)

2. Suspect

a. Terdapat dua atau lebih peringatan.

b. Dan/atau terdapat satu atau lebih keterlambatan.

c. Dalam hal ini keterlambatan dan peringatan harus disebabkan karena kegagalan bukan penolakan.

3. Untestable

a. Terdapat satu atau lebih keterlambatan. b. Dan/atau dua atau lebih peringatan.

c. Dalam hal ini keterlambatan dan peringatan harus disebabkan oleh penolakan bukan kegagalan.

2.4 Brain Gym

2.4.1 Pengertian Brain Gym

Senam otak (Brain Gym) merupakan suatu gerakan yang sederhana. Gerakan senam otak ini bermanfaat untuk dimensi lateralis yaitu dibuat untuk merangsang otak kiri dan otak kanan. Pada dimensi pemfokusan bermanfaat untuk meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak. Kemudian pada dimensi pemusatan yaitu otak tengah dan otak besar dapat merangsang sistem yang terkait dengan perasaan emosional (Agus N cahyo, 2011).

Untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari bisa dilakukan dengan serangkaian latihan gerakan yang sederhana yaitu senam otak (Brain Gym) (Muhammad As’adi, 2013). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan senam otak (Brain Gym) merupakan

(7)

gerakan atau latihan sederhana yang bisa dilakukan saat duduk atau berdiri yang bermanfaat untuk melatih pusat saraf untuk meningkatkan kemampuan belajar.

2.4.2 Mekanisme Kerja Brain Gym

Menurut Dennison (2008) otak dibagi ke dalam tiga fungsi yaitu, dimensi lateralis, dimensi pemfokusan, serta dimensi pemusatan. Ketiga dari dimensi tersebut memiliki tugas masing-masing, sehingga gerakan pada saat senam otak yang harus dilakukan bervariasi, diantaranya:

a. Dimensi Lateralis

Menurut Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison, Dimensi lateralis tubuh manusia dibagi dalam dua sisi yaitu sisi kiri dan sisi kanan. Menulis dengan tangan kanan atau kiri, dan juga untuk mengintegrasi ke dua sisi tubuh (bilateral integration), yakni untuk menyebrangi garis tengah tubuh untuk bekerja dibidang tengah merupakan sifat lateralis yang memungkinkan dominasi salah satu sisi otak. Bila seorang individu mampu menguasai keterampilan ini, seseorang akan mampu memproses kode linear, simbolis tertulis (misalnya tulisan), dengan dua belahan otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau sebaliknya, yang merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik. Sulit menulis dan cenderung menulis hurus terbalik atau yang biasa disebut dengan disgrafia dan sulit membaca (disleksia) merupakan ketidakmampuan untuk menyebrangi garis tengah yang mengakibatkan apa yang disebut “ketidakmampuan belajar” (learning disabled). b. Dimensi Pemfokusan

Kemampuan menyebrangi garis tengah partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan

(8)

otak (frontal lobe) merupakan dimensi pemfokusan. Garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari samping) adalah yang dimaksud dari garis tengah partisipasi; tergantung partisipasi batin pada suatu kegiatan apakah seorang individu berada di depan atau di belakang garis tersebut. Informasi yang diterima oleh otak bagian belakang (batang otak atau brainsteam) yang merekam semua kejadian, lalu informasi akan diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk diekspresikan sesuai tuntutan dan keinginannya. Ketidaklengkapan perkembangan reflex menghasilkan ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam proses belajar. Sebagaian anak bisa mengalami kurang fokus (underfocused). Sementara, sebagian lain merupakan anak yang terlalu mengalami fokus lebih (overfocused) dan berusaha terlalu keras. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah burung hantu.

c. Dimensi Pemusatan

Pemusatan merupakan bagian tengah sistem limbis yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar untuk berpikir abstrak dan memiliki kemampuan untuk menyebrangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian dan bawah otak. Ketakutan yang tak beralasan dan ketidakmampuan untuk merasakan atau menyatakan emosi merupakan tanda bahwa seorang individu tidak mampu untuk mempertahankan dimensi pemusatan. Tombol bumi, tombol keseimbangan, tombol angkasa, pasang telinga, titik positif dan lain-lain merupakan contoh gerakan untuk dimensi ini.

Apabila seorang individu mampu mengkoordinasikan gerakan mata, tangan dan tubuh mereka, maka latihan brain gym sudah mencapai tujuannya, dan

(9)

integrasi menjadi pilihan otomatis. Senam otak (brain gym) sangat membantu sebagian orang dalam waktu singkat untuk mencapai perilaku tertentu. Secara teratur selama beberapa minggu dan bulan kebanyakan murid akan melakukan gerakan brain gym guna membantu memperkuat sesuatu yang baru dipelajari (Dennison, 2008).

2.4.3 Tujuan Brain Gym

Tujuan dibuatnya senam otak (brain gym) ini adalah untuk menstimulasi belahan otak kanan dan kiri (dimensi lateralis), membantu meringankan bagian otak belakang dan depan otak (dimensi pemfokusan) dan merelaksasi sistem limbic dan otak besar (dimensi pemusatan) (Dennison, 2009). Selain itu senam otak (brain gym) juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik seorang individu (Kusumoputro & Sidiarto, 2006).

Berdasarkan dua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari senam otak sangat baik yaitu senam otak dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dengan cara menstimulasi dimensi otak manusia yaitu dimensi lateralis, meringankan dimensi pemfokusan dan merelaksasi dimensi pemusatan.

2.4.4 Manfaat Brain Gym

Senam otak (Brain Gym) merupakan gerakan sederhana atau alternative alami yang sehat dan memiliki manfaat dalam menghadapi ketegangan pada diri (Denisson, 2009). Beban antara otak kiri dan kanan dapat juga diseimbangkan dan difasilitasi dengan senam otak (Brain Gym) (Depkes, 2008). Senam otak dapat menstimulasi aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak, meningkatkan

(10)

penerimaan oksigen serta mengoptimalkan pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan, atau sebaliknya.

2.4.5 Gerakan Brain Gym

Kartini Sapardjiman, Ketua Senam Otak Indonesia terdapat dua puluh lima gerakan senam otak yang memiliki fungsi masing-masing. Namun dari beragam gerakan senam otak tersebut dapat dipilih beberapa untuk mengembangkan satu kemampuan tertentu. Namun, jika berbagai gerakan dilakukan kombinasi secara rutin dilakukan dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan.

Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti keterampilan motorik halus anak. Untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak diperlukan konsetrasi, memahami dan membedakan (menghubungkan sandi dengan asosiasi dan perasaan) jadi beberapa gerakan yang dilakukan diantaranya:

a. Gerakan Silang

Gerakan silang ini mampu mengaktifkan gerakan mata dari kiri ke kanan, dan meningkatkan harmonisasi penglihatan (binocular). Selain itu, gerakan tersebut mengoptimalkan pekerjaaan menulis, mendengar, membaca dan memahami serta meningkatkan stamina, ataupun memperbaiki pernapasan, pendengaran dan penglihatan.

b. Gerakan 8 Tidur

Gerakan 8 tidur ini dapat mengaktifkan kedua belahan otak yang menunjang koordinasi tangan dan mata, dapat membedakan dan menghafal symbol atau huruf dan lain sebagainya.

(11)

c. Gerakan Tombol Angkasa

Gerakan tombol angkasa dilakukan dengan kedua tangan diletakkan di garis tengah tubuh, satu di atas bibir di garis tengah depan, yang lain di garis tengah belakang pada tulang ekor atau lebih ke atas agar aman dan sopan, kemudian tarik napas. Gerakan ini bermanfaat untuk relaksasi sistem saraf pusat, kontak mata lebih mantap, penglihatan dekat ke jauh, serta dapat meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian pada suatu tugas, minat dan motivasi.

d. Gerakan Coretan Ganda

Gerakan coretan ganda merupakan kegiatan menggambar di kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang tengah untuk menunjang kemampuan agar mudah mengetahui arah dan orientasi yang berhubungan dengan tubuh.Gambar pada coretan ganda bisa beragam bisa hanya berbentuk titik, aneka bentuk seperti lingkaran, segitiga, garis dan lain sebagainya disesuaikan dengan kemampuan anak. Gerakan ini bermanfaat untuk kesadaran tentang ruang, koordinasi mata dan tangan, mengerti dan memahami simbol, memperbaiki keterampilan gerakan, menulis, mengikuti petunjuk dan lain sebagainya.

e. Gerakan Mengatifkan Tangan

Gerakan mengaktifkan tangan merupakan gerakan isometrik untuk menolong diri sendiri yang memperpanjang otot-otot dada atas dan bahu. Kontrol otot untuk gerakan-gerakan motorik halus berasal dari area ini. Gerakan ini membantu dalam kemampuan menulis, koordinasi mata dan tangan, mahir menggunakan peralatan seperti komputer.

(12)

2.5 Hubungan Brain Gym terhadap Keterampilan Motorik Halus pada Anak

Otak terus berkembang pada masa awal anak-anak, namun perkembangan otak pada masa awal anak-anak tidak sepesat pada masa bayi. Rata-rata ukuran otak saat bayi mencapai usia dua tahun adalah 75% dari ukuran orang dewasa. Sedangkan ketika anak menginjak usia lima tahun otak anak mencapai 95% dari ukuran otak orang dewasa. (Hidayat, 2008;Wibowo,2005).

Pertambahan myelination pada otak anak terjadi pada masa pertumbuhan tepatnya pada usia prasekolah. Pertambahan myelenation merupakan suatu proses dimana sel-sel saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Dampak dari proses ini adalah meningkatnya kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem saraf. Proses pertambahan myelenation ini begitu penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak, salah satunya perkembangan motorik.

Terdapat dua klasifikasi perkembangan motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus. Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar merupakan keterampilan motorik kasar. Sedangkan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu merupakan perkembangan motorik halus. Kemampuan anak menulis, menggunting, dan menyusun balok merupakan contoh dari gerakan motorik halus. Dalam memaksimalkan perkembangan motorik setiap individu memiliki kecepatan yang berbeda-beda (Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, 2010;Hidayat, 2008).

Senam otak merupakan salah satu alternative sehat yang paling efektif untuk mempercepat perkembangan motorik halus. Menurut Paul Deninnson

(13)

senam otak dapat meningkatkan koordinasi motorik halus. Selama usia prasekolah perkembangan otak dan sistem saraf anak berkelanjutan. Semakin sempurna susunan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan perkembangan. Gerakan–gerakan senam otak merupakan suatu latihan sederhana untuk kebugaran fisik yang mengkhususkan pada upaya mempertahankan kebugaran otak. Menurut Markam (2005) dalam buku latihan vitalisasi otak, kegiatan structural dan fungsional merupakan cara memelihara otak seorang individu secara neurologis. Pemeliharaan otak secara struktural dapat dilakukan dengan cara mengalirkan darah, oksigen dan energi yang cukup ke otak. Sedangkan, secara fungsional memelihara otak dapat dilakukan dengan senam otak, karena senam otak dilakukan dengan merangsang pusat-pusat otak melalui gerakan-gerakan yang sederhana. Aliran darah dapat meningkat ke semua bagian otak ketika melakukan gerakan-gerakan senam otak, selain itu kedua belahan otak akan menjadi lebih baik dan lebih kuat (Rachmah, 2008).

Otak merupakan organ yang dinamis, dimana tumbuh dan membentuk jaringan antar syaraf. Semakin sering otak diberi stimulasi maka semakin banyak dan kuat jalinan antar sel syarafnya, maka dari itu stimulasi sangatlah penting untuk pembentukan jaringan antar syaraf otak. Hampir 90% dari otak tersusun oleh sel glia, sel glia yang menghubungkan antar saraf di otak. Fungsi sel glia sangat penting, diantaranya adalah menyingkirkan sisa neuron yang sudah mati, melindungi otak dari bahan beracun, memberi gizi pada neuron dan menyelubungi neuron (Carole wade, 2007). Sel glia terdiri dari tiga jenis, diantaranya adalah sel astroglia (astrosit), oligodendroglia (oligodendrosit) dan sel mikroglia.

(14)

Oligodendroglia (oligodendrosit) berfungsi sebagai pembungkus akson, membentuk selubung yang disebut membran mielin (M. Baehr & M. Frotscher, 2007). Semakin panjang membran myelin akan menyebabkan perjalanan implus syaraf semakin cepat. Sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan otak anak, salah satunya perkembangan motorik halus. Menurut William Greenough latihan fisik dalam lingkungan yang kondusif menyebabkan pembentukan koneksi sinaptik (antar sel saraf) dalam jumlah besar. Latihan fisik akan memperkuat area-area otak seperti serebelum, korpus kolasum dan ganglia basalis. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang berfungsi mengatur perkembangan motorik halus pada semua orang (Rachmah, 2008;Guyton, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Payne (2008), menyatakan bahwa proses adalah "menciptakan dan memberikan jasa kepada konsumen, merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran” Untuk

pertama yang paling mendasar, tujuan kebijak kebijakan an harus dikembali harus dikembalikan kan utamany utamanya untuk  a untuk  meningkatkan pendapatan petani dan efisiensi

Nilai indeks polidispersitas yang dihasilkan dari ketiga formula menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel pada FI dan FII yang dihasilkan bersifat monodispers,

Berdasarkan pendapat Slameto di atas, cara meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dikembangkan sebagai berikut; 1) Pemberian angka, pada umumnya setiap siswa ingin mengetahui

2 Melanjutkan penelitian yang telah dilakukan, dimana telah dilakukan pencampuran serat sabut kelapa dalam campuran beton dan upaya peningkatan kekuatan tarik sabut kelapa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi terbaik berasal dari faktor kekuatan dan peluang (SO) yaitu (1) memanfaatkan ketersedian petunjuk teknis untuk pengembangan mitra

Penulis berharap dari penelitian ini bisa menambah bahan bacaan dan sumber pustaka atau bisa dikatakan sebagai pintu masuk bagi peneliti lain yang ingin melakukan