• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ukuran dan Bentuk Layar Kapal Ikan Jenis Purse Seine; Studi Kasus: KM Maju

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Ukuran dan Bentuk Layar Kapal Ikan Jenis Purse Seine; Studi Kasus: KM Maju"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Ukuran dan Bentuk Layar Kapal Ikan Jenis Purse Seine;

Studi Kasus: KM Maju

Yogi Rianto dan Ahmad Nasirudin

Jurusan Teknik Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia anasirudin@na.its.ac.id

Abstrak

Layar merupakan salah satu dari berbagai macam alat penggerak yang digunakan di kapal. Tidak seperti alat penggerak yang lain, besarnya gaya dorong yang dihasilkan oleh layar sangat dipengaruhi oleh faktor alam yaitu arah dan kecepatan angin. Di samping bentuk, ukuran tentu mempengaruhi gaya dorong yang dihasilkan. Pada penelitian ini dilakukan analisa pengaruh ukuran dan bentuk layar terhadap besarnya gaya dorong yang dihasilkan. Selain itu, dilakukan juga perhitungan besarnya kontribusi gaya dorong layar terhadap kecepatan ”KM Maju” yang memiliki kecepatandinassebesar 7 knot. Analisis ukuran layar dilakukan terhadap modifikasi layar utama KM. Maju, yaitu berbentuk trapesium (4,24 m x 5,5 m) dengan 2 variasi yaitu layar persegi panjang (4,24 m x 5 m), layar segitiga (5,66 m x 7,55 m). Analisis gaya dorong layar dilakukan dengan meggunakan simulasi CFD (Computational Fluid Dynamic) dan pengujian langsung di lapangan. Analisis layar dilakukan dengan arah angin dari belakang kapal (downwind). Untuk menghitung kontribusi daya dorong layar terhadap kecepatan kapal, maka dilakukan perhitungan hambatan kapal menggunakan metode Holtrop dengan bantuan software maxsurf. Dari hasil analisis CFD didapatkan bahwa kontribusi terbesar layar terhadap kecepatan KM.Maju adalah sebesar 3,377 knot dan 4,3 knot dari hasil pengujian lapangan. Kontribusi tersebut di dapatkan dari layar dengan bentuk persegi panjang dengan posisi 90º terhadap arah angin (angle ofattack, α) serta kapal bergerak dengan arah 180º terhadap arah angin (apparent wind angle, β). Penggunaan layar dapat menghemat penggunaan BBM sebesar 20%.

Kata kunci : layar, KM Maju

1. Pendahuluan

Zaman dahulu nenek moyang kita adalah pelaut yang tangguh dan disegani. Mereka menggunakan kapal layar untuk dapat menyatukan nusantara. Hal ini sangat berbeda sekali dengan nelayan-nelayan Indonesia saat ini. Mereka terlalu dimanja oleh kemajuan teknologi dan program motorisasi, banyak nelayan yang mulai meninggalkan penggunaan layar sebagai alat penggerak kapal dan beralih dengan menggunakan mesin yang membutuhkan BBM sebagai bahan bakarnya.

KM Maju termasuk salah satu kapal dampak program motorisasi dari kemajuan teknologi. Dahulu kapal jenis purse seine (KM Maju) terkenal tangguh bila menggunakan layar. Namun sekarang kapal jenis ini tidak ada lagi yang menggunakan layar, contoh di daerah kraksaan, Probolinggo. Nelayan cenderung menggunakan mesin bahkan ada dalam satu kapal menggunakan 2 (dua) mesin sekaligus. Program motorisasi ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi nelayan karena nelayan tidak akan bergantung dengan kondisi alam (angin) pada saat akan melaut.

Namun untuk saat ini dengan harga BBM yang mulai merangkak naik membuat nelayan berfikir dua kali untuk melaut. Oleh karena itu, agar konsumsi bahan bakar dapat direduksi maka penggunaan layar pada nelayan mulai digalakkan kembali. KM Maju merupakan kapal percontohan dengan menggunakan alat penggerak layar yang mudah dan murah.

Dalam uji coba menggunakan layar, KM Maju mampu menempuh perjalanan hingga 12,8 mil laut dengan kecepatan rata-rata 3 knot tanpa menggunakan mesin. Jika menggunakan mesin dibutuhkan solar sekitar 15,35 liter untuk menempuh jarak 12,8 mil laut dengan kecepatan rata-rata 7 knot. Oleh karena itu, dengan menganalisa ulang ukuran dan bentuk layar yang sudah ada, diharapkan mendapatkan gaya dorong yang lebih besar dibandingkan dengan layar sebelumnya. Dengan pertambahan gaya dorong penghematan penggunaan BBM akan lebih maksimal.

(2)

2. Numerical Test

Numerical test dilakukan dengan menggunakan simulasi CFD pada layar dan badan kapal dengan pendekatan tiga dimensi. Simulasi dilakukan dengan software ansys ICEM CFD dan CFX.

2.1 Pemodelan layar dan badan kapal

Layar yang dikaji adalah layar utama (main sail) dengan bentuk persegi panjang, trapesium, dan segitiga. Adapun ukuran layar yang dimodelkan sebagai berikut

Table 1. Variasi ukuran dan bentuk main sail KM Maju

Bentuk Trapesium (eksis) Persegi Panjang Segitiga

Luas (m2) 21.21 21.21 21.21

Chord (m) 5.00 4.24 5.66

Span (m) 5.50 5.00 7.5

Pada experimental test, layar yang diuji hanya bentuk trapesium. Hal ini dilakukan sebagai pembanding dari hasil numerical test.

2.2 Kondisi Batas

Batas fluida (domain) ditentukan sebesar 75 m x 30 x 15 m dengan kondisi batas kecepatan angin pada inlet sebesar 3 – 10 knot, tekanan di outlet sebesar 0 Pa, dan bagian sisi-sisinya adalah free slip. Sedangkan kondisi batas pada lambung kapal adalah no-slip.

(3)

Gambar 2. Meshing bentuk layar utama persegi panjang

Gambar 3. Meshing bentuk layar utama segitiga

2.3 Penentuan Jumlah Elemen Meshing

Seperti diketahui bahwa hasil dari perhitungan dengan menggunakan CFD sangat tergantung dari jumlah elemen meshing model. Untuk itu, maka proses grid independence, dimana dengan penambahan jumlah elemen, maka tidak akan mengubah hasil simulasi. Adapun hasil grid independence dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Grid independence 476 478 480 482 484 486 488 490 3000000 3500000 4000000 4500000 Ga ya Dr ag ( N ) Jumlah Meshing

Grid Independece

Grid …

(4)

3. Experimental Test

Experimental test dilakukan di lepas pantai kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur. Pantai Kraksaan merupakan tempat KM Maju biasanya digunakan. Rute pelayaran pengujian ini disamakan dengan rute perjalanan pada saat KM Maju digunakan untuk menangkap ikan. Kapal diposisikan membelakangi arah angin atau angin dating dari belakang kapal (down wind). Untuk mengetahui kecepatan angin digunakan anemometer dan kecepatan kapal diukur dengan menggunakan GPS. Pengukuran dilakukan pada saat kapal telah mendapat kecepatan konstan.

Gambar 5. Lokasi Pantai Kraksaan (google maps)

Gambar 6. Percobaan Layar KM Maju

4. Hasil dan Pembahasan

Data output dari simulasi atau pemodelan layar pada CFD adalah data – data gaya Lift dan drag layar. Besarnya nilai gaya dorong (driving force) dan (heeling force) akibat gaya aerodinamis layar, dapat diketahui dengan memasukkan gaya – gaya lift dan drag pada persamaan di bawah ini.

FR = L sin β – D cos β ………..(4.1) FH = L cos β + D sin β ………..(4.2)

Simulasi dilakukan pada kecepatan angin, Va 3 -10 knot dengan angle of attack (α 90˚ dan apparent wind angle (β)180˚. Hal ini dilakukan agar sesuai dengan kondisi pada saat pengujian di lapangan.

(5)

NO Kecepatan angin (knot) DRAG (N) LIFT (N) β FR FH 1 3 44.1259 0.0263022 180 44.1259 -0.0263 2 4 78.4458 0.0481407 180 78.4458 -0.04814 3 5 122.575 0.0771899 180 122.575 -0.07719 4 6 176.561 0.114602 180 176.561 -0.1146 5 7 240.325 0.158837 180 240.325 -0.15884 6 8 313.9 0.210791 180 313.9 -0.21079 7 9 397.409 0.272212 180 397.409 -0.27221 8 10 490.633 0.340374 180 490.633 -0.34037

Tabel 3. Nilai driving force,FR dan heeling force,FH main sail persegi panjang

NO Kecepatan angin (knot) DRAG (N) LIFT (N) β FR FH

1 3 44.2518 0.00642588 180 44.2518 -0.00643 2 4 78.6502 0.0108771 180 78.6502 -0.01088 3 5 122.913 0.0157395 180 122.913 -0.01574 4 6 177.019 0.0210638 180 177.019 -0.02106 5 7 240.967 0.026884 180 240.967 -0.02688 6 8 314.757 0.0333859 180 314.757 -0.03339 7 9 398.393 0.0402366 180 398.393 -0.04024

8

10

491.871

0.0477234

180

491.871

-0.0477

Tabel 4. Nilai driving force,FR dan heeling force,FH main sail Segitiga

NO Kecepatan angin (knot) DRAG (N) LIFT (N) β FR FH

1 3 44.151 0.109503 180 44.151 -0.1095 2 4 78.4897 0.195435 180 78.4897 -0.19543 3 5 122.64 0.306639 180 122.64 -0.30664 4 6 176.6 0.442844 180 176.6 -0.44284 5 7 240.376 0.604396 180 240.376 -0.6044 6 8 313.955 0.790999 180 313.955 -0.791 7 9 397.555 0.9923445 180 397.555 -0.99234 8 10 491.122 1.2142739 180 491.122 -1.21427

Dari tabel 2,3,4 diketahui bahwa gaya lift mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya kecepatan angin. Begitu pula dengan kenaikan gaya drag, semakin besar kecepatan angin maka gaya drag yang terjadi juga akan semakin besar. Hal ini terjadi dikarenakan angin sebagai sumber penggerak dari kapal. Main sail dengan bentuk persegi panjang memiliki gaya drag paling besar jika dibandingkan dengan bentuk trapesium (eksis) maupun segitiga. Oleh karena itu, dengan memiliki gaya drag yang paling besar maka main sail dengan bentuk persegi panjang juga memiliki driving force yang paling optimal jika dibandingkan dengan yang lainnya. Pada kecepatan angin 10 knot main sail dengan bentuk persegi panjang mampu menghasilkan driving force sebesar 491,122 N.

Main sail dengan bentuk segitiga memiliki gaya lift paling besar jika dengan bentuk trapesium (eksis) maupun persegi panjang. Dengan demikian maka main sail bentuk segitiga juga memiliki heeling force yang paling besar yakni pada kecepatan angin 10 knot menghasilkan heeling force -1,2143 N. Tanda negative pada heeling force menunjukan bahwa gaya ke arah port side dari kapal.

(6)

Main sail bentuk persegi panjang memiliki gaya dorong yang paling besar jika dibandingkan main sail bentuk trapesium dan segitiga. Karena bentuk persegi panjang mendapatkan angin yang lebih besar dari main sail trapesium dan segitiga.

Gambar 7 Visualisasi vektor kecepatan main sail Trapesium

Gambar 8. Visualisasi vektor kecepatan main sail Persegi Panjang

Gambar 9 Visualisasi vektor kecepatan main sail Segitiga

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa bentuk layar trapesium kurang begitu efektif menangkap angin, karena semakin tinggi semakin berkurang lebarnya. Hal ini terjadi juga pada bentuk main sail segitiga pada gambar 9. Bentuk main sail persegi panjang paling efektif menangkap angin, dapat dilihat pada gambar 8 dimana bentuk persegi panjang meliliki lebar yang tetap meskipun

(7)

ketinggian yang berbeda. Perbedaan bentuk ini berpengaruh pada daya tangkap terhadap angin karena kecepatan angin berbanding lurus dengan ketinggian suatu tempat.Semakin tinggi maka kecepatan angin juga semakin besar pula. Oleh karena itu, bentuk main sail persegi panjang memiliki gaya dorong yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk lainnya.

Untuk mengetahui kontribusi gaya dorong layar terhadap kecepatan kapal dibutuhkan data hambatan kapal. Hambatan total RT dan Driving Force FR dimasukan dalam persamaan hukum

Newton II untuk mendapatkan percepatan yang dihasilkan tiap kontribusi kecepatan kapal yang dihasilkan gaya dorong layar dengan variasi bentuk layar yang berbeda. Perhitungan secara umum dilakukan dengan urutan sederhana pada persamaan 5.4 dan 5.5.

∑ F = m x a ... (4.3) FR - RT = ∆ x a ... (4.4) Hambatan total RT dan Driving Force FR dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5. Hambatan KM Maju dengan sofware Maxsurf

Kecepatan

kapal

(knot)

( kN )

1

1

0,05

2

2

0,19

3

3

0,39

4

4

0,66

5

5

1,02

6

6

1,56

7

7

2,76

8

8

3,88

9

9

8,97

10

10

15,58

No

R

T

Tabel 6 Kontribusi layar terhadap kecepatan dan percepatan kapal (vangin 10 knot) Kecepatan

kapal

(knot) ( N ) Trapesium P.panjang Segitiga Trapesium P.panjang Segitiga

1 1 50 440.633 441.871 441.122 0.0188 0.019 0.019 2 2 190 300.633 301.871 301.122 0.013 0.013 0.013 3 3 390 100.633 101.871 101.122 0.004 0.004 0.004 4 4 660 -169.367 -168.129 -168.88 -0.007 -0.007 -0.007 5 5 1020 -529.367 -528.129 -528.88 -0.023 -0.023 -0.023 6 6 1560 -1069.367 -1068.129 -1068.9 -0.046 -0.046 -0.046 7 7 2760 -2269.367 -2268.129 -2268.9 -0.097 -0.097 -0.097 8 8 3880 -3389.367 -3388.129 -3388.9 -0.145 -0.145 -0.145 9 9 8970 -8479.367 -8478.129 -8478.9 -0.362 -0.362 -0.362

10

10

15580

-15089.367

-15088.13

-15089

-0.644

-0.644

-0.644

Kontribusi Percepatan a ( m/s2) No RT S F = FR - RT

(8)

Pada Tabel 6 menunjukan bahwa dengan kecepatan angin 10 knot dimana pada kecepatan angin tersebut ketiga model bentuk layar memiliki driving Force FR paling besar, hanya mampu

menghasilkan kecepatan sekitar 3 knot. Percepatan yang dihasilkan pun hampir sama dari ketiga model yaitu 0,04 m/s2. Nilai negatif pada kolom percepatan menyatakan kondisi dimana kapal tidak dapat bergerak maju karena hambatan total kapal lebih besar dari gaya dorong layar. Untuk tabel kontribusi layar pada kecepatan angin 3 – 9 knot dapat dilihat di lampiran.

Melalui persamaan interpolasi maka didapatkan kecepatan konstan (percepatan 0 m/s2) maksimal yang dapat dihasilkan dari setiap variasi bentuk layar.

Tabel 7 Kecepatan setiap variasi main sail dengan CFD

Kecepatan Angin

(knot)

Trapesium P.panjang

Segitiga

1

4

1,203

1,205

1,203

2

5

1,518

1,521

1,519

3

6

1,904

1,907

1,904

4

7

2,252

2,255

2,252

5

8

2,620

2,624

2,620

6

9

3,027

3,031

3,028

7

10

3,373

3,377

3,375

No

Kecepatan kapal (knot)

Dari tabel kontribusi layar di atas dapat diketahui bahwasanya, variasi main sail persegi panjang memiliki kontribusi kecepatan kapal yang terbesar jika dibandingkan dengan variasi main sail yang lain. Sebab pada variasi main sail persegi panjang memiliki gaya driving force yang besar, sehingga pengurangan terhadap besarnya nilai hambatan juga semakin besar. Selisih besarnya kontribusi main sail bentuk persegi dengan bentuk trapesium dan segitiga tidaklah besar, hal ini bias dilihat pada gambar 5.5 dimana grafiknya saling berimpit.

Gambar 10. Grafik kecepatan angin – kecepatan kapal pemodelan CFD

Perhitungan gaya dorong layar pada CFD harus ada pembandingnya agar hasil perhitugan tersebut valid. Pada tugas akhir ini,validasi dilakukan dengan pengujian langsung di lapangan dengan menggunakan model layar trapesium pada layar utama. Adapun hasil pengujian langsung adalah sebagai berikut

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kec ep at an k ap al (k no t)

Kecepatan Angin (knot)

Trapesi um (eksis) Persegi panjan g

(9)

Kecepatan Angin (Knot) Kecepatan Kapal (Knot) 3.6 1.5 4 1.5 4.5 1.5 4.7 1.5 5 1.8 5.1 2 5.4 2.2 5.6 2.2 5.8 2.2 5.9 2.3 6.2 2.3 6.3 2.4 6.4 2.4 6.6 2.4 6.8 2.4 6.9 2.5 7 2.5 7.1 2.5 7.2 2.6

Gambar 11. Grafik pengujian layar eksis ( main sail trapesium)

Tabel 8. Hasil pengujian layar eksis ( main sail trapesium)

Dari gambar 11 dapat diketahui bertambahnya kecepatan kapal dipengaruhi oleh kecepatan angin. Semakin cepat angin berhembus maka semakin cepat pula dengan kecepatan kapal. Hal ini sama dengan pada saat dilakukan pemodelan di CFD, bahwa kecepatan kapal sangat bergantung dengan kecepatan angin. Perbandingan kontribusi kecepatan layar pada pemodelan CFD dengan hasil pengujian lapangan dapat dilihat pada gambar 12.

y = 0,7139e0,1866x 0 1 2 3 4 5 0 2 4 6 8 10 12 Kec ep at an K ap al (K no t)

Kecepatan Angin ( Knot)

Grafik Kecepatan angin - Kecepatan kapal

Kecepatan Angin (Knot) Kecepatan Kapal (Knot)

7.3 2.6 7.4 2.6 7.5 2.8 7.6 2.8 7.7 2.9 7.8 2.9 7.9 3 8 3.1 8.1 3.1 8.2 3.7 8.3 3.7 8.4 3.7 8.6 3.8 8.8 3.9 9 4 9.1 4 9.4 4.2 10 4.3

(10)

Gambar 12. Grafik perbandingan trend kecepatan model CFD dan pengujian langsung Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hasil pemodelan CFD dengan percobaan di lapangan memiliki trend kecepatan yang berbeda dimana pada pemodelan CFD memiliki trend kecepatan yang lebih rendah dari pengujian langsung. Selisih antara pemodelan CFD dan pengujian langsung semakin besar saat bertambahnya kecepatan angin. Perbedaan hasil pengujian ini disebabkan idealisasi chamber pada saat pemodelan CFD,di mana layar dianggap pelat datar (chamber 0 %). Menurut Fajar A.W (2010) bahwa model pelat datar tanpa camber tidak cocok digunakan sebagai layar karena menghasilkan gaya lift yang kecil dan efisiensi yang rendah. Sehingga gaya dorong yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan jika ada chamber. Idealisasi dilakukan karena penulis mengalami kesulitan mentukan chamber pada saat pengujian di lapangan. Karena saat kapal berlayar, kondisi kelengkungan layar selalu berubah tergantung pada kondisi di lapangan.

Gambar 13. Visualisai vektor kecepatan

Kerugian idealisasi dapat dilihat pada gambar 5.8, di mana layar kurang optimal menangkap angin. Jika diasumsikan vektor kecepatan adalah angin, maka dapat dilihat angin langsung bergeser ke langsung samping sehingga gaya yang dihasilkan pun berkurang.

Selain itu, dalam beberapa percobaan desain layar dengan CFD yang pernah dilakukan, dipercaya bahwa kesalahan perhitungan antara 10% sampai 20% biasa terjadi (Miyata. H., Lee, Y.W., 1999). Dengan demikian hasil pemodelan CFD pada KM maju masih dapat dikatakan valid.

Dengan menggunakan layar, KM Maju dapat menghemat konsumsi BBM karena dapat beroperasi tanpa menggunakan mesin pada saat akan menuju dan kembali dari fishing ground. Mesin digunakan saat kapal beroperasi di fishing ground, yaitu saat kapal menempatkan dan

y = 0,7139e0,1866x y = 0,6477e0,1711x 0 1 2 3 4 5 0 2 4 6 8 10 12 Kec ep at an k ap al (k no t)

(11)

menarik purse seine dari laut. Berikut ini Tabel perbandingan saat KM Maju menggunakan mesin dan layar.

Tabel 9. Perbandingan Penggunaan BBM

Kondisi Waktu Tempuh

Jika memakai mesin 15.35 liter 12.8 mill laut 1 jam 46 menit 7.1125 knot Jika memakai layar 3.07 liter 12.8 mill laut 2 jam 8 menit 3 Knot

Konsumsi BBM Jarak Tempuh Kec. Rata2

Dari tabel diatas, meskipun menggunakan layar KM Maju masih membutuhkan BBM untuk memasang purse seine saat menangkap ikan.Sebab tidak memungkin bila menggunakan layar saat menangkap karena membutuhkan waktu yang cepat dan kemampuan maneuvering yang baik. Jadi layar hanya digunakan pada saat akan menuju fishing ground dan saat perjalanan pulang.

Konsumsi BBM kapal (jika memakai mesin tanpa layar) selama 1 bulan = 15,35liter x 2(pp) x 30 hari = 921 liter/bulan/kapal. Dengan menggunakan layar 3,07 liter x 2 (pp) x 30 hari = 184,2 liter/bulan. Jadi penggunaan layar pada KM Maju dapat melakukan penghematan BBM sebesar 20 %.

Penghematan penggunaan bahan bakar pengaruh penggunaan layar sangat tergantung pada kondisi angin. Selain itu, penggunaan layar memakan waktu hampir 2 kali lipat jika dibandingkan dengan penggunaan mesin. Namun dengan adanya layar dapat dijadikan alternatif bagi nelayan sebagai alternatif penggerak kapal.

5. Kesimpulan

Dengan adanya pemasangan layar sebagai alat penggerak bantu pada kapal ikan KM Maju, maka akan didapatkan besarnya kontribusi kecepatan dari layar terhadap kecepatan kapal sebagai berikut :

Tabel 10. Kontribusi setiap variasi layar Kecepatan Angin

(knot) Trapesium P.panjang Segitiga

1 4 1.203 1.205 1.203 2 5 1.518 1.521 1.519 3 6 1.904 1.907 1.904 4 7 2.252 2.255 2.252 5 8 2.620 2.624 2.620 6 9 3.027 3.031 3.028 7 10 3.373 3.377 3.375

No Kecepatan kapal (knot)

Dari tabel diatas direkomendasikan menggunakan layar dengan bentuk main sail persegi panjang karena memiliki konstribusi yang paling besar debandingkan dengan bentuk yang lainnya. Selain itu, penggunaan layar juga dapat menghemat penggunaan BBM sebesar 20 %.

6. Penghargaan

Penelitian ini didukung dari Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Kementrian Kelautan dan Perikanan.

7. Daftar Pustaka

Adik W,F (2010), Tugas Akhir , Analisis Desain Layar Menggunakan Simulasi Computational Fluid Dynamics dan Pengujian pada Wind Tunnel, ITS, Surabaya.

(12)

C. A. Marchaj (1982), Sailing Theory and Practice, New York, United State.

H. Miyata, Y.-W. Lee (1999), Application of CFD simulation to the design of sails, Journal of Marine Science and Technology, Vol.4, 163-174

Kurniawan, I (2006), Tugas Akhir, Studi Penentuan Jumlah dan Jenis Layar yang Optimal pada Sistem Propulsi Kombinasi Layar dan Motor pada Kapal Kayu Penangkap Ikan “Cahaya Bone”, ITS, Surabaya.

(13)

LAMPIRAN A

PERHITUNGAN KONTRIBUSI LAYAR

Tabel A.1 Kontribusi main sail Trapesium

Kecepatan kapal

(knot) ( N ) Vangin 3 knot Vangin 4 knot Vangin 5 knot Vangin 6 knot Vangin 7 knot Vangin 8 knot Vangin 9 knot Vangin 10 knot

1 1 50 -5.8741 28.4458 72.575 126.561 190.325 263.9 347.409 440.633 2 2 190 -145.8741 -111.5542 -67.425 -13.439 50.325 123.9 207.409 300.633 3 3 390 -345.8741 -311.5542 -267.425 -213.439 -149.675 -76.1 7.409 100.633 4 4 660 -615.8741 -581.5542 -537.425 -483.439 -419.675 -346.1 -262.591 -169.367 5 5 1020 -975.8741 -941.5542 -897.425 -843.439 -779.675 -706.1 -622.591 -529.367 6 6 1560 -1515.8741 -1481.5542 -1437.425 -1383.439 -1319.675 -1246.1 -1162.591 -1069.367 7 7 2760 -2715.8741 -2681.5542 -2637.425 -2583.439 -2519.675 -2446.1 -2362.591 -2269.367 8 8 3880 -3835.8741 -3801.5542 -3757.425 -3703.439 -3639.675 -3566.1 -3482.591 -3389.367 9 9 8970 -8925.8741 -8891.5542 -8847.425 -8793.439 -8729.675 -8656.1 -8572.591 -8479.367 10 10 15580 -15535.8741 -15501.5542 -15457.425 -15403.439 -15339.675 -15266.1 -15182.591 -15089.367 No RT S F = FR - RT (N)

Tabel A.2 Kontribusi main sail Trapesium (lanjutan)

Kecepatan kapal

(knot) ( N ) Vangin 3 knot Vangin 4 knot Vangin 5 knot Vangin 6 knot Vangin 7 knot Vangin 8 knot Vangin 9 knot Vangin 10 knot

1 1 50 -0.000250826 0.001214646 0.00309898 0.005404202 0.008126948 0.011268628 0.014834493 0.018815193 2 2 190 -0.006228878 -0.00476341 -0.00287907 -0.00057385 0.002148896 0.005290576 0.008856441 0.012837141 3 3 390 -0.014768953 -0.01330348 -0.01141915 -0.00911392 -0.00639118 -0.0032495 0.000316367 0.004297066 4 4 660 -0.026298053 -0.02483258 -0.02294825 -0.02064302 -0.01792028 -0.0147786 -0.01121273 -0.00723203 5 5 1020 -0.041670187 -0.04020471 -0.03832038 -0.03601516 -0.03329241 -0.03015073 -0.02658487 -0.02260417 6 6 1560 -0.064728387 -0.06326291 -0.06137858 -0.05907336 -0.05635061 -0.05320893 -0.04964307 -0.04566237 7 7 2760 -0.115968833 -0.11450336 -0.11261903 -0.11031381 -0.10759106 -0.10444938 -0.10088351 -0.09690281 8 8 3880 -0.163793249 -0.16232778 -0.16044344 -0.15813822 -0.15541547 -0.15227379 -0.14870793 -0.14472723 9 9 8970 -0.38113814 -0.37967267 -0.37778833 -0.37548311 -0.37276037 -0.36961869 -0.36605282 -0.36207212 10 10 15580 -0.663387596 -0.66192212 -0.66003779 -0.65773257 -0.65500982 -0.65186814 -0.64830228 -0.64432158 Kontribusi Percepatan (m/s2) No RT

(14)

Tabel A.3 Kontribusi main sail Persegi panjang

Kecepatan kapal

(knot) ( N ) Vangin 3 knot Vangin 4 knot Vangin 5 knot Vangin 6 knot Vangin 7 knot Vangin 8 knot Vangin 9 knot Vangin 10 knot

1 1 50 -5.7482 28.6502 72.913 127.019 190.967 264.757 348.393 441.871 2 2 190 -145.7482 -111.3498 -67.087 -12.981 50.967 124.757 208.393 301.871 3 3 390 -345.7482 -311.3498 -267.087 -212.981 -149.033 -75.243 8.393 101.871 4 4 660 -615.7482 -581.3498 -537.087 -482.981 -419.033 -345.243 -261.607 -168.129 5 5 1020 -975.7482 -941.3498 -897.087 -842.981 -779.033 -705.243 -621.607 -528.129 6 6 1560 -1515.7482 -1481.3498 -1437.087 -1382.981 -1319.033 -1245.243 -1161.607 -1068.129 7 7 2760 -2715.7482 -2681.3498 -2637.087 -2582.981 -2519.033 -2445.243 -2361.607 -2268.129 8 8 3880 -3835.7482 -3801.3498 -3757.087 -3702.981 -3639.033 -3565.243 -3481.607 -3388.129 9 9 8970 -8925.7482 -8891.3498 -8847.087 -8792.981 -8729.033 -8655.243 -8571.607 -8478.129 10 10 15580 -15535.7482 -15501.3498 -15457.087 -15402.981 -15339.033 -15265.243 -15181.607 -15088.129 No RT S F = FR - RT (N)

Tabel A.4 Kontribusi main sail Persegi panjang (lanjutan)

Kecepatan kapal

(knot) ( N ) Vangin 3 knot Vangin 4 knot Vangin 5 knot Vangin 6 knot Vangin 7 knot Vangin 8 knot Vangin 9 knot Vangin 10 knot

1 1 50 -0.00024545 0.001223374 0.00311341 0.005423758 0.008154362 0.011305222 0.014876511 0.018868056 2 2 190 -0.006223502 -0.00475468 -0.00286464 -0.00055429 0.00217631 0.00532717 0.008898459 0.012890004 3 3 390 -0.014763577 -0.01329475 -0.01140471 -0.00909437 -0.00636376 -0.0032129 0.000358384 0.00434993 4 4 660 -0.026292677 -0.02482385 -0.02293381 -0.02062347 -0.01789286 -0.014742 -0.01117072 -0.00717917 5 5 1020 -0.041664811 -0.04019599 -0.03830595 -0.0359956 -0.033265 -0.03011414 -0.02654285 -0.0225513 6 6 1560 -0.064723011 -0.06325419 -0.06136415 -0.0590538 -0.0563232 -0.05317234 -0.04960105 -0.04560951 7 7 2760 -0.115963457 -0.11449463 -0.11260459 -0.11029425 -0.10756364 -0.10441278 -0.1008415 -0.09684995 8 8 3880 -0.163787873 -0.16231905 -0.16042901 -0.15811866 -0.15538806 -0.1522372 -0.14866591 -0.14467437 9 9 8970 -0.381132764 -0.37966394 -0.3777739 -0.37546356 -0.37273295 -0.36958209 -0.3660108 -0.36201926 10 10 15580 -0.66338222 -0.6619134 -0.66002336 -0.65771301 -0.65498241 -0.65183155 -0.64826026 -0.64426871 No Kontribusi Percepatan (m/s 2) RT

(15)

Tabel A.5 Kontribusi main sail Segitiga

Kecepatan kapal

(knot) ( N ) Vangin 3 knot Vangin 4 knot Vangin 5 knot Vangin 6 knot Vangin 7 knot Vangin 8 knot Vangin 9 knot Vangin 10 knot

1 1 50 -5.849 28.4897 72.64 126.6 190.376 263.955 347.555 441.122 2 2 190 -145.849 -111.5103 -67.36 -13.4 50.376 123.955 207.555 301.122 3 3 390 -345.849 -311.5103 -267.36 -213.4 -149.624 -76.045 7.555 101.122 4 4 660 -615.849 -581.5103 -537.36 -483.4 -419.624 -346.045 -262.445 -168.878 5 5 1020 -975.849 -941.5103 -897.36 -843.4 -779.624 -706.045 -622.445 -528.878 6 6 1560 -1515.849 -1481.5103 -1437.36 -1383.4 -1319.624 -1246.045 -1162.445 -1068.878 7 7 2760 -2715.849 -2681.5103 -2637.36 -2583.4 -2519.624 -2446.045 -2362.445 -2268.878 8 8 3880 -3835.849 -3801.5103 -3757.36 -3703.4 -3639.624 -3566.045 -3482.445 -3388.878 9 9 8970 -8925.849 -8891.5103 -8847.36 -8793.4 -8729.624 -8656.045 -8572.445 -8478.878 10 10 15580 -15535.849 -15501.5103 -15457.36 -15403.4 -15339.624 -15266.045 -15182.445 -15088.878 RT No S F = FR - RT (N)

Tabel A.6 Kontribusi main sail Segitiga (lanjutan)

Kecepatan kapal

(knot) ( N ) Vangin 3 knot Vangin 4 knot Vangin 5 knot Vangin 6 knot Vangin 7 knot Vangin 8 knot Vangin 9 knot Vangin 10 knot

1 1 50 -0.000249754 0.001216521 0.00310175 0.005405867 0.008129126 0.011270977 0.014840728 0.018836073 2 2 190 -0.006227806 -0.00476153 -0.0028763 -0.00057218 0.002151074 0.005292925 0.008862676 0.012858021 3 3 390 -0.014767881 -0.01330161 -0.01141637 -0.00911226 -0.006389 -0.00324715 0.000322601 0.004317947 4 4 660 -0.026296981 -0.02483071 -0.02294547 -0.02064136 -0.0179181 -0.01477625 -0.0112065 -0.00721115 5 5 1020 -0.041669115 -0.04020284 -0.03831761 -0.03601349 -0.03329023 -0.03014838 -0.02657863 -0.02258329 6 6 1560 -0.064727315 -0.06326104 -0.06137581 -0.05907169 -0.05634844 -0.05320658 -0.04963683 -0.04564149 7 7 2760 -0.115967761 -0.11450149 -0.11261625 -0.11031214 -0.10758888 -0.10444703 -0.10087728 -0.09688193 8 8 3880 -0.163792177 -0.1623259 -0.16044067 -0.15813656 -0.1554133 -0.15227145 -0.1487017 -0.14470635 9 9 8970 -0.381137068 -0.37967079 -0.37778556 -0.37548145 -0.37275819 -0.36961634 -0.36604659 -0.36205124 10 10 15580 -0.663386524 -0.66192025 -0.66003501 -0.6577309 -0.65500764 -0.65186579 -0.64829604 -0.6443007 Kontribusi Percepatan (m/s2) RT No

Referensi

Dokumen terkait

Diskusi yang dilaksanakan dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran dan meningkatkan keterampilan abad ke-21 yang dimiliki siswa, karena pada diskusi

Dengan adanya wabah virus Covid-19 maka Sosialisasi dilakukan secara daring di Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang dengan tema

Hasil penelitian pada Gambar 2, menunjukkan di wilayah bertipe hujan monsunal umumnya mengalami penurunan curah hujan dari normalnya di musim kemarau pada saat fenomena

Setiap Pihak wajib mengambil tindakan legislatif, administratif dan kebijakan yang tepat, efektif dan proporsional, yang sesuai, untuk mengatur pengetahuan tradisional

02 Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri 79 model 03 Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan ke Pengguna 164 teknologi 04 Jumlah Rekomendasi

Kondisi tersebut adalah kondisi saat ini yang telah mengalami perubahan dari hutan rawa gambut menjadi beberapa bentuk tataguna lahan sebagai akibat dari kehilangan

Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa makin tinggi level filler tepung mocaf yang ditambahkan pada nugget ampela akan meningkatkan daya ikat air dan tekstur serta menurunkan

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel total produksi jagung pipilan kering, total produksi beras jagung, harga