• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat terutama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan suatu upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggungjawab untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, dan potensi daerah sendiri. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan sistem akuntansi keuangan daerah yang baik, karena sistem akuntansi keuangan daerah merupakan pendukung terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang accountable, efisien dan efektif. (Gala,2012:3)

Pengelolaan keuangan daerah yang baik perlu ditunjang oleh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah yang baik agar penatausahaan keuangan di daerah memiliki akurasi dan akuntabilitas yang tinggi. Selain itu, pemahaman atas akuntansi keuangan daerah juga merupakan salah satu dimensi penting yang tidak kalah pentingnya dalam pengelolaan keuangan daerah. Alokasi anggaran publik dilakukan pengawasan dengan baik yang tercermin dalam anggaran pendapatan daerah (APBD) dapat diperuntukkan untuk kepentingan publik. Suwardjono (2005: 14) menegaskan bahwa akuntansi akan mempunyai peran yang nyata dalam kehidupan sosial ekonomi kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil kebijakan ekonomi untuk bertindak

(2)

menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomi negara. Salah satu tujuannya adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efisiensi sehingga sumber daya ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dapat dinikmati masyarakat secara optimal. Hal ini juga dikemukakan oleh Hay bahwa secara umum tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan bagi pemerintah adalah: (1) menyajikan informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi, politik, dan sosial serta penampilan akuntabilitas dan stewardship; (2) menyajikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja manajer dan organisasi dalam kepemerintahan (Hay dalam Andiani 2012:4).

Untuk dapat menerapkan sistem akuntansi keuangan daerah secara baik harus dipenuhi beberapa hal yang merupakan syarat penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. Dengan demikian, dalam sistem akuntansi keuangan daerah terdapat serangkaian prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh yang ditujukan untuk menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan baik pihak intern maupun pihak ekstern Pemerintah Daerah untuk mengambil keputusan ekonomi (Zayadi dalam Gala,2012).

Menurut Darise dalam Gala (2012: 4) prosedur yang dimaksud yaitu dimulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dalam penerapan sistem akuntansi keuangan daerah ini, harus berdasarkan pada standar akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual yaitu dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010. Menurut Ahyani (2007: 35)

(3)

yang dikutip oleh Halim dan Kusufi (2012:52) mengungkapkan bahwa penerapan basis akrual memberikan hasil yang lebih baik dan memberikan keuntungan untuk meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah dalam rangka akuntabilitas publik.

Menurut Abdul Halim dan Kusufi (2012:35) dalam mengelola keuangan daerah, pemerintah daerah menggunakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) untuk memberikan informasi dalam pertanggungjawaban penggunaan dana. Dengan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) diharapkan akuntabilitas yang diharapkan dalam pengelolaan keuangan daerah dapat tercapai.

Fenomena yang terjadi dalam pengembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik (Mardiasmo, 2006).

Menurut Muhammad Gade (2002) salah satu fungsi akuntansi pemerintah adalah akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengurusan keuangan Negara, Seiring dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang pengelolaan keuangan daerah maka tuntutan akuntabilitas sektor publik lebih tertuju kepada pemerintahan daerah. Disamping itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pasal 30 bahwa aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca,

(4)

catatan atas laporan keuangan, dan laporan barang. Dimana laporan realisasi anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan tersebut dihasilkan oleh sistem akuntansi keuangan daerah.

Fenomena mengenai kualitas laporan keuangan sangat menarik untuk dikaji lebih jauh. Kenyataan di dalam laporan keuangan pemerintah daerah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai dan tidak mengikuti prinsip akuntansi berlaku umum. Banyak laporan keuangan yang mendapatkan opini tidak wajar dan disclaimer karena dalam penyusunannya belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan belum memenuhi kelengkapan yang telah ditentukan serta kurangnya bukti-bukti transaksi yang dapat ditemukan. (Wati, Herawati, Sinarwati, 2014)

Dalam hal ini, Pemerintah Kota Bandung masih bermasalah dalam hal keuangan khususnya pengelolaan aset yaitu selama 4 tahun berturut-turut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung. Penilaian itu menunjukan bahwa belum ada perkembangan yang signifikan dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Bandung sehingga Pemerintah Kota Bandung terus gagal mendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP). (pikiranrakyat.com, 2014) Masalah yang paling utama yang dialami Pemerintah Kota Bandung yaitu masalah pengelolaan aset yaitu aset berupa tanah dan bangunan bermasalah senilai Rp 3,6 triliun karena luasnya tak diketahui. Data aset yang bermasalah itu tercantum di dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung Tahun 2013 yang dilakukan Badan Pemeriksa

(5)

Keuangan Perwakilan Jawa Barat Laporan itu tuntas dikerjakan akhir Mei 2014.(www.bpk.go.id,2014)

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peranan sistem akuntansi keuangan daerah dalam meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah, maka penulis melakukan analisis dan penelitian untuk membahas hal tersebut dalam skripsi dengan judul “Peranan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung).”

1.2 Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diungkapkan, bahwa untuk menilai akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah dituntut untuk menerapkan sistem akuntansi keuangan Daerah yang sesuai Standar Akuntansi Keuangan Pemerintahan. Bertitik tolak pada latar belakang tersebut, maka akan diidentifikasi dalam penyusunan skripsi adalah :

1. Bagaimana efektivitas sistem akuntansi keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung?

2. Bagaimana efektivitas laporan keuangan Pemerintah Daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung?

3. Bagaimana peranan sistem akuntansi keuangan daerah dalam meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah Daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung?

(6)

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud diadakannya penelitian ini, adalah untuk menganalisis peranan sistem akuntansi keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung dalam kaitannya dengan akuntabilitas laporan keuangan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui : 1. Efektivitas sistem akuntansi keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung.

2. Efektivitas laporan keuangan Pemerintah Daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung.

3. Peranan sistem akuntansi keuangan daerah dalam meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah Daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian

Harapan penulis semoga hasil penelitian mengenai peranan sistem akuntansi keuangan daerah dalam meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah Daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 1. Bagi Instansi yang terkait, dapat dijadikan objek penelitian, pengevaluasian

serta bahan sumbangan pikiran dalam rangka peningkatan mutu pengelolaan keuangan dan pelayanan kepada masyarakat agar semakin baik.

2. Penulis Sendiri, digunakan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana ekonomi program studi akuntansi S1 pada

(7)

fakultas ekonomi Universitas widyatama dan diharapkan dapat memahami bagaimana peranan sistem akuntansi keuangan daerah dalam meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah Daerah serta dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan sebagai studi banding antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah dengan praktik di masyarakat.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai peranan sistem akuntansi keuangan daerah dalam meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah dan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung, waktu penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan selesai.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah variabel Total Quality Management (TQM), Sistem Pengukuran Kinerja, dan Sistem Penghargaan secara simultan atau

Pertama peneliti ingin bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rachmat dan hidayahnya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penilaian Kinerja Dengan ROI

Pada aspek pemahaman SDM mengenai perubahan sistem manual menjadi sistem barcode yang akan dilaksanakan di rumah sakit, pegawai cenderung belum memahaminya, karena

Dari variasi morfologi tersebut, tanaman ramin yang terdapat pada kebun konservasi di Kabupaten OKI secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok daun

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran CPS lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa pada materi tekanan

Penentuan baseline model diperoleh dengan mencari nilai akurasi tertinggi dari 3 algoritma linear (Logistic Regression, Linear Discriminant Analysis, K-nearest

Inflasi tahun kalender ibukota provinsi di Pulau Jawa tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 1,02 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,67 persen, Kota Bandung

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh korelasi yang sangat signifikan antara variabel kepuasan kerja dengan loyalitas kerja, ini berarti bahwa ada hubungan antara