• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-6 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-6 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH

RAPAT PLENO KE-6 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Jumat

2. Tanggal : 7 Oktober 2016

3. Waktu : 09.55 WIB – 11.41 WIB

4. Tempat : R. Rapat

5. Pimpinan Rapat :

1. Dr. H. Ajiep Padindang, S.E., M.M. (Ketua Pansus Tatib) 2. Drs. H. Akhmad Muqowam (Wakil Ketua Pansus Tatib) 3. Fahira Idris, S.E., M.H. (Wakil Ketua Pansus Tatib) 6. Sekretaris Rapat :

7. Acara :

8. Hadir : Orang

(2)

II. JALANNYA RAPAT:

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Skorsing sejenak.

KETOK 1X

Nah, ini dia yang selalu dipersoalkan Ibu Anna ini. Saya mau sekali perlihatkan Undang-Undang MD 3, panitia kerja dalam artian, saya skorsing ini Pak Muqowam, tetapi pas Bapak masuk sudah bisa dimulai ini, tetapi biar dulu Bapak sejenak bernapas, tidak apa-apa. Tetapi ini kan kita sudah, ya saya meyakinkan Ibu Anna, tetapi Ibu Anna tidak ada, 264 MD3, panitia kerja dalam artian komite dibentuk oleh DPD dan merupakan Alat Kelengkapan DPD yang bersifat tetap. Keanggotaan panitia kerja ditetapkan dalam Sidang Paripurna DPD pada permulaan masa kegiatan DPD pada setiap permulaan tahun siding. Tahun sidang itu adalah Agustus ke Agustus kan, kecuali pada permulaan tahun sidang terakhir dari masa keanggotaan DPD. Artinya, ini dikecualikan kalau pemahaman saya, pada saat nanti karena kita berakhirnya tahun sidang itu Agustus, Oktober, dan memulainya Oktober, maka pada saat Oktober, bukan memulai masa sidang, memulainya kita keanggotaan Oktober, maka itu yang dimaksud pengecualian. Panitia kerja dipimpin oleh pimpinan panitia kerja. Tidak ada menyebutkan pimpinan panitia kerja alias pimpinan komite itu masa kerjanya 1 tahun sidang. Ndak, ini kan Ibu Anna ini yang ngotot terus bahwa ini undang-undang ini yang mengatur bahwa tiap tahun, meskipun memang saya pribadi berpikir-pikir terus kalau, ini belum rapat ini Pak Muqowam, belum rapat, brain storming saja dulu, kalau pimpinan alat kelengkapan di luar Pimpinan DPD diperlakukan seperti sekarang sama 2,5 tahun, pertama apa pembedaannya, yang kedua dinamisnya itu alat kelengkapan dalam kepemimpinan diperlukan. Sehingga, saya tadinya cenderung berpikir, ya kembali pertahun. Jadi, seperti Bu Anna bukan berarti diatur di undang-undang, itu kan kesepakatan pansus, nanti dituangkan dalam keputusan pansus atau Paripurna kalau disetujui.

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB)

Jadi artinya kalau Pak Ketua, Bapak antara Pimpinan DPD dengan alat kelengkapan kita harus bedakan.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Sedikit bedakan karena pada dasarnya sama-sama pimpinan alat kelengkapan, tetapi memang agak beda. Nah, kalau 2,5 tahun semua seperti sekarang ini memang di mana bedanya juga itu? Terutama, di pimpinan alat kelengkapan kan itu sangat dinamis karena rutin. Itulah yang rutin dari waktu ke waktu ya. Kedua, pergeseran Pak, pergeseran keanggotaan itu setiap masa sidang itu setiap anggota, bahkan bukan saja masa sidang

(3)

sebenarnya, anggota itu berhak berpindah dari satu alat kelengkapan ke alat kelengkapan lainnya berdasarkan kesepakatan provinsinya. Nah, inilah yang terjadi kemarin karena setiap tahun keanggotaan alat kelengkapan ditetapkan, jadi bisa bergeser berpindah, bahkan sebenarnya sebelum akhir tahun pun boleh kalau tiba-tiba saya tidak bersepakat di provinsi saya, mau pindah ke komite yang lain, yang satunya mau pindah ke komite yang lain, yang penting kan kalau saya tidak salah selanjutnya di tatib itu, diumumkan dalam Sidang Paripurna dan dituangkan dalam Keputusan Pimpinan DPD untuk kepentingan administrasi.

Jadi, ada lagi yang dia persoalkan di undang yang disetir? Ini soal undang-undang ini, pembaca undang-undang-undang-undang apa lagi kemarin yang juga agak dipersoalkan itu ya. Bu Anna itu, ada yang catat tidak? Selalu menyebut menurut Undang-Undang MD3, berarti sudah dua kali kita tampilkan di layar ini, pasal, oh ini yang dimaksud ini jawabannya ndak ada di undang-undang ini, ndak ada di undang-undang, ndak ada di Undang-Undang 264. Coba turun terus, tugas panitia kerja dalam pembahasan rancangan, tugas panitia kerja dalam pemberian pertimbangan, tugas panitia kerja dalam bidang pengawasan, Panitia Perancang Undang-Undang, terus saja, sama semua ini copy paste ini, artinya itu juga sama semua di alat kelengkapan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan mekanisme kerja Panitia Perancang Undang-Undang diatur dalam Peraturan DPD tentang Tata Tertib. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan mekanisme kerja Panitia Perancang Undang-Undang, oh Panitia Perancang, bukan anu sorry-sorry Badan Kehormatan, sorry. Coba turun lagi, ini supaya bukan Badan Kehormatan tidak, ini tentang kewenangan administrasi saya lihat yang sering menjadi perdebatan. Yang mengeluarkan undangan itu pimpinan alat kelengkapan, Pimpinan DPD, atau sesjen. Saya dengan Pak Benny ini, Pak Muqowam, bedanya kan Bapak kelasnya di atas, kami kelasnya di bawah. Kami di DPRD itu, tidak ada sekretariat mengeluarkan undangan. Yang mengeluarkan udangan itu adalah pimpinan masing-masing. Kalau Paripurna, Pimpinan DPRD; kalau gabungan juga Pimpinan DPRD, karena kalau gabungan alat kelengkapan dipimpin oleh Pimpinan DPRD, tetapi bukan kepala bagian sekretariat yang mengeluarkan undangan untuk itu. Itulah supaya berfungsi pimpinan alat kelengkapan ada pekerjaannya kan, dia mengeluarkan undangan. Bahasa lainnya pernah saya agak ngotot memang sedikit, Pak Benny itu, kok saya merasa diperintah oleh setjen ya, kok saya merasa diperintah oleh setjen. Sekretariat jenderal memfasilitasi administrasi dan keuangan anggota. Pernah saya protes begini, Pak Sesjen jangan bersurat kepada anggota. Saya pernah kasih ingat pribadi, “Pak Sesjen mohon maaf, Bapak profesor di bidangnya, tetapi saya profesor di bidang saya, tolong Bapak jangan buat surat kepada pimpinan alat kelengkapan.” “Oh saya mewakili pimpinan.” “Bapak ndak berhak mewakili Pimpinan DPD, tidak ada kewenangan Bapak. Pimpinan DPD berhak mewakili ke sekretariat jenderal malah karena Pimpinan DPD bertindak ke dalam dan ke luar.”

Atau kita mulai karena sudah ada Bang Ken?

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Sekretariat jenderal tidak punya kop surat, kecuali kalau dia bicara kepegawaian, dia pake Korpri-nya, jadi tidak ada kop suratnya sekretariat jenderal, kecuali kop DPD.

(4)

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Apa wilayah tatib itu atau wilayah.

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oke.

Baik, Bapak Ibu sekalian yang saya hormati, kita sudah kourum dan sudah ada calon dari wilayah barat , bakal calon malah kalau begitu, balon ya, bakal calon figur dari wilayah barat yang juga di tatib ini berkait pimpinan memang masih sedikit terlalu tafsir dibandingkan tatib sebelumnya. Tatib sebelumnya itu konkret setiap wilayah menentukan figur dengan dukungan minimal 5 suara, ada. Ini kok ndak diatur lagi, jadi akhirnya terjun bebas itu tiap wilayah memang 39. Versi Metro TV 12 bakal calon sudah. Tetapi, kita namanya Bang Ken di Metro.

Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, skorsing sidang saya cabut.

KETOK 1X Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati Ibu Fahira, Pak Muqowam, dan Ibu Eni, Bapak-bapak Anggota Pansus semuanya yang saya hormati. Alhamdulillah kita bersyukur pada Allah SWT Tuhan Yang Mahakuasa pagi ini kita lanjutkan kita rapat Pansus dan sebagaimana kemarin kita sudah sampaikan bahwa secara bertahap kita akan sudah mulai melakukan kesepakatan-kesepakatan, memutuskan kesepakatan-kesepakatan yang bisa kita sepakati sehingga mudah-mudahan target kerja kita di penutupan masa sidang ini pada sidang tanggal 23 atau 24 Oktober yang akan datang, pansus sudah bisa melaporkan hasil kerjanya atau sudah selesai kerjanya begitu. Oleh karena itu, pagi ini kita kembali membahas, saya masih mau membahas di ujung dulu terhadap kesamaan dan kesepahaman kita. Mudah-mudahan bisa mencapai kesepakatan dalam menterjemahkan tugas pokok pansus kita, pengaturan penerjemahan atau penjabaran peraturan peralihan tata tertib, peraturan peralihan tata tertib.

Di peraturan peralihan tata tertib, apa di tugas pokok pansus ini disebutkan bahwa pansus bertugas menjabarkan peraturan peralihan. Memang di ayat berikutnya itu disebutkan juga terhadap pasal-pasal tertentu yang dianggap bermasalah. Nah, bertolak dari ini supaya ada titik dasar kita selanjutnya, maka saya pikir kita dulu bertukar pikiran, berdiskusi terhadap hal-hal pokok yang menjadi titik start pembahasan kita, Bapak Ibu sekalian.

Saya mau mengulang, Pak Muqowam, Bu Fahira, kemarin kita sudah menyepakati satu bagian yang sangat substansial terhadap pertanggungjawaban kinerja. Nah, itu kita sudah, kita sudah tugaskan staf ahli pansus untuk meng-introduce masuk dalam pasal-pasal yang terkait dengan kinerja tersebut. Itu sudah selesai dan itu saya pikir pekerjaan besar. Teman pansus kemarin sudah ada yang mengungkap di Panmus, saya sebenarnya bilang

(5)

jangan dulu ungkap-ungkap di Panmus karena biasa kita bahas satu di sebuah tempat formal, biasnya di luar lebih besar dan menjadi liar, padahal tidak begitu sebenarnya ya. Untung tidak ada yang persoalkan. Terlalu cepat biasa dipersoalkan hal yang tidak perlu dipersoalkan. Tetapi, Bang Kanedi mengatakan, kami di pansus sudah menetapkan. Kaget banyak orang itu Bang.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oh sengaja ya.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oh begitu.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Ini Bapak punya sekte rupanya di sini, ada sektenya. Pak Muqowam saja mau didengar Bang Ken.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Pimpinan.

Seperti comberan, air bening masuk, air kotor pun masuk. Tidak ada soal.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oh begitu, berarti ada persekongkolan komite kalau begitu, rupanya Komite I dukung Bang Ken. Baik, jadi saya mohon dulu kita bahas ini tentang memahami peraturan peralihan yang menjadi titik dasar pembahasan kita. Peraturan peralihan yang mau dijabarkan itu adalah peraturan peralihan terhadap tata tertib ini yang substansinya adalah pemberlakukan tatib berkait dengan semua masa kepimpinan alat kelengkapan tentu lebih khusus pula kepimpinan DPD, coba buka tatib peraturan peralihan itu dimulai dari mana, nah itu. Salah satu rujukan yang ada adalah pandangan Badan Kehormatan. Pandangan Badan kehormatan

(6)

itu sudah menyampaikan tentang memulainya perhitungan masa jabatan dalam tatib yang dimaksud ini adalah pada saat pembentukan pimpinan alat kelengkapan pada masa pelantikan, sesudah pelantikan Anggota DPD. Hitungannya seperti itu, itu Badan Kehormatan. Boleh Bapak buka, bahkan ada di sini Pak Bang Ken Anggota Badan kehormatan dan Pak Lalu Pimpinan Badan Kehormatan. Putusan ya, ya seharusnya putusan itu kan sudah menjadi pegangan selama ini, ndak perlu lagi didiskusikan, tetapi kok masih didiskusikan terus, sudahlah saya hanya berkewajiban mengungkapkan itu. Hitungannya itu ialah kemudian Agustus 2014 ke April 2017. Saya kira itu mungkin ada dulu bagaimana? Pak Lalu dengan Pak Bang Ken ini di Badan Kehormatan mengapa sampai berpendapat seperti itu kan, kita mau dengarkan ini.

Silakan.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) Terima kasih, Pimpinan.

Anggota sekalian, jadi memang dalam hal ini apa yang disampaikan oleh Pimpinan Ketua Pansus, kami mungkin menginformasikan bahwa kami di BK dan kebetulan juga sampai sekarang ini tetap di BK ini, Pak. Pak Lalu masih tetap wakil dan saya sebagai salah satu anggota. Di BK itu sesuai dengan agenda kami pembahasan-pembahasan ya Pak Lalu ya, salah satu pokok bahasannya berkaitan dengan pasal peralihan itu. Ini kami putuskan sehingga BK berdasarkan juga dengar pendapat dari beberapa ahli dan kami pun beberapa kali membahas khusus tentang itu sehingga BK membuat putusan, bukan pandangan lagi, Pak, untuk menterjemahkan atau memberikan arahan supaya seluruh anggota ini jangan banyak multitafsir terhadap itu sehingga kami putuskan dan memang itulah keputusan dia yang terbaik untuk DPD ya 2,5 tahun itu dimulai dari apa yang disampaikan oleh Pimpinan tadi. Dan, tadi juga saya telepon Ketua BK, tolong kuatkan lagi sampaikan dengan Pimpinan atau Ketua Pansus Pimpinan Pansus bahwa BK itu sudah memberikan analisa terjemahan untuk menjawab kebutuhan karena kita ingin menerapkan tatib kita itu sendiri.

Nah, sekarang kita lagi membahasnya untuk menyempurnakan atau lebih memantabkan tata tertib kita ini. Kembali kami ya tentunya dari unsur BK mengulangi kembali bahwa terjemahan dari itu ya mulai yang dari saat pelantikan dan akan berakhir pada April. Dan, ini tentunya dan sudah berlaku waktu pembahasan tatib pembahasan alat kelengkapan di BK kemarin, Pak Lalu ini sudah diterapkan kan, Pak Lalu ini langsung dia eksposio ya, tinggal kami memilih barat dan pemilihan nanti pada Maret akhir supaya untuk ya Maret itu persiapan-persiapan sehingga April pemilihan. Ya kita perlu persiapan, jangan ada kekagetan begitu dan ya terus terang ya kita sekali lagi menyampaikan ke sini ini lagi, kepada rapat pansus ini. Ya mudah-mudahan itu juga menjadi referensi bagi kita bersama. Saya rasa demikian ya.

Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB)

Terima kasih, Pimpinan.

Bapak dan Ibu Wakil, Bapak Ibu Anggota Pansus yang saya hormati, pertama yang ingin saya sampaikan bahwa tatib kita ini dulu belum memuat tentang mulainya itu Pak, maka BK mengusulkan untuk di aturan peralihan nanti harus dicantumkan. Jadi, kalau kita lihat seluruh pasal di tatib ini kapan mulainya sampai kapan itu memang belum. Maka itulah, kemudian Badan Kehormatan dulu membuat penafsiran atas kesepakatan di pleno Badan Kehormatan seperti SK yang sudah kita keluarkan, Pak.

(7)

Kemudian, menambahkan saja dari yang disampaikan Bang Ken, memang akan ada kursial Pak kalau umpamanya seperti sering ya walaupun tidak mutlak begitu, tetapi seperti sering dikeluarkan satu keputusan umpamanya berlaku sejak tanggal ditetapkan, maka akan terjadi ketimpangan begitu. Jadi 2,5 tahun dihitung dari sejak dulu ditetapkan tatib ini, maka periode berikutnya nanti tidak 2,5 tahun kan begitu. Jadi kalau 2,5 tahun sejak 2016, 2017, 2018, maka yang berikutnya kan tidak sampai 2 tahun, itu dasar pemikirannya.

Nah kemudian, di mana-mana saya kira ini memang ini disepakati kembali oleh BK ketika kami bertiga ini diutus walaupun nanti memerlukan diskusi dari teman-teman yang mungkin punya pemikiran lain, tetapi kita seperti itu. Kemudian, yang sehingga Badan Kehormatan dulu megeluarkan SK yang mencantumkan tentang mulai berlakunya itu ya mulai seperti yang disampaikan Pak Ketua tadi itu supaya tidak terjadi ini, Pak. Nah, tinggal sekarang mungkin yang perlu diapa namanya, yang perlu kita pertegas kembali adalah seperti pada rapat kita kemarin itu Pak, kalau umpamanya setiap tahun, tetapi itu sudah di-drop Pak ya, jadi kita tidak usah dibicarakan lagi. Oke, oh ya oke, sudah di-drop. Saya kira itu saja Pak, jadi....

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Pak Stefi dulu.

PEMBICARA: MATHEUS STEFI PASIMANJEKU, S.H. (MALUT) Terima kasih, Pimpinan. Saya hanya menambahkan sedikit saja.

Teman-teman yang saya hormati, selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Bapak Ibu sekalian, saya kira apa yang disampaikan oleh BK ini sudah cukup jelas sehingga tidak perlu kita terlalu lama lagi pada klausul ini karena yang pasti penjabaran yang telah disampaikan oleh BK ini mungkin bisa dapat kita terima sehingga kita bisa melanjutkan pada pasal-pasal yang ada ini yang kira-kira menjadi krusial bagi kita semua mungkin bisa dapat kita putuskan. Kalau seperti disampaikan oleh Pak Lalu tadi saya kira cukup jelas. Namun, yang perlu kita perhatikan di sini yaitu menyangkut dengan pertukaran rotasi, pertukaran keanggotaan ini jangan kita, seperti yang tadi disampaikan, jangan kita samakan dengan Pimpinan DPD. Saya kira mungkin itu kita sepakati sehingga hal ini bisa kita lewati dan supaya Pimpinan juga bisa memberikan keputusan. Tetap, ketuk, selesai, kita beralih pada aturan lain.

Terima kasih, Pimpinan.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Bu Eni.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JABAR) Terima kasih, Pimpinan.

(8)

Karena kami memang di BK juga, jadi paham betul apa yang disampaikan Pak Lalu adalah sudah benar untuk pimpinan. Hanya yang menjadi kegaduhan itu adalah mohon dibedakan antara Pimpinan DPD RI dengan pimpinan alat kelengkapan. Nah, khusus untuk alat kelengkapan, mari kita kembalikan sesuai dengan hak dan kewajiban anggota yang punya sama-sama hak di mana di awal masa tahun persidangan itu adalah karena ada pergantian dari kenggotaan, mohon itu dikembalikan lagi pemilihan pimpinan setiap tahun. Masalah mau diperpanjang karena sudah bagus, ya enak saja itu teruskan lagi begitu, tetapi mekanisme tetap ingin dikembalikan sesuai dengan mekanisme hak dan kewajiban sebagai anggota. Itu pesan dari teman-teman dan ini pun sudah sampai kepada BK. Mudah-mudahan untuk diimplementasikan di tatib ini, disempurnakan di tatib ini, itu yang sampai saat ini merupakan satu kegaduhan, dan tatib ini diharapkan bisa menyelesaikan dan menjadi solusi untuk kedamaian kita bersama teman-teman ke depan.

Terima kasih, Pimpinan.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

... (berbicara tanpa mic, red.) dikembangkan atau kita dulu mau pada kesepakatan, jadi ini kan beda pimpinan dan kepemimpinan. Masa jabatan awal kepemimpinan itu diawali pada saat pelantikan tahun 2014 dan berakhir, hari berakhirnya ini maksud saya ya kalau 2,5 tahun berakhir April. Coba hitung ulang ya, yang jelas dulu memulainya dulu kita harus sepakat ya kan, dimulai oke, jadi dimulainya dulu kita sepakat, dimulai jadi kita mulai itu hitungannya adalah masa kepemimpinan ya, masa kepemimpinan setiap alat kelengkapan tentu termasuk Pimpinan DPD dimulai dari saat pelantikan ya, oke, sudah begitu Bang Ken?

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU)

Ada tambahan sedikit Pak, jadi ini supaya kita lagi kan pansus kan menjawab semua. Kan kita ini ingin menata dan menertibkan supaya ini kan saya juga sering menemui dari beberapa perjalanan ya kita sendiri dalam alat kelengkapan maupun dalam ini, ada kegamangan yang harus kita selesaikan Pak, misalnya ini mungkin Pak Muqowam dan yang lainnya saya hanya menginikan tentang alat kelengkapan, tentang masa bakti, masa tugas begitu, saya mohon ada pemahaman bagi kita keputusan politik itu diikuti dengan administrasi, Pak.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Sebentar kita bicarakan Bang Ken. Ya, ini dulu kita sepakat dimulai dari, jadi oke, kita sepakat Pak ya? Pak suhu sudah sepakat? Diredaksikan, bismillah ya.

KETOK 2X Terima kasih.

Kita masuk ke kedua, tadi Bang Ken dengan Ibu Eni sudah memulai sebenarnya tentang kaitan antara masa jabatan dengan soal administrasi, tetapi saya mau mengingatkan catatan hasil rapat kita dengan auditur BPK bahwa sesungguhnya masalah administrasi itu mengikut pada keputusan. Jadi, kalau keputusannya DPD tanggal sekian ke tanggal sekian dan dibayar sesuai itu dengan orang yang sama, tidak ada masalah dan dia jamin itu orang BPK ini. Jadi, selama ini kita dibayangi bahwa kalau berlaku sekian, katanya nanti ada

(9)

pengembalian apa ya dengan menganalogkan Pak Benny macam-macam kita punya pengalaman yang lalu itu tidak ada hubungannya. Ini malah waktu itu dia bilang saya catat karena yang datang itu kan koordinator pemeriksaannya DPD. Jadi, barangkali menjadikan catatan kalau jangan Anda ragu-ragu kalau soal itu, jadi sepaham itu.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Kan keuangan mengikuti administrasi,

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Sebentar dulu Pak, jadi ini harus kita cantumkan dalam satu ayat di pasal di ketentuan peralihan tadi itu yang kita sepakati itu supaya dia daya ikatnya langsung tegas.

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) Sedikit, Pak Ketua ya.

... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Baik, kita bicarakan. Pak Andre dulu, silakan.

PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT) Oke, terima kasih Pimpinan. Saya mohon izin langsung.

Saya lihat tadi salah satu klausal juga sebetulnya itu memotivasi sebetulnya kaitan dengan evaluasi kinerja. Itu juga harus karena kita tidak punya indikator seperti di partai politik, memindahkan seseorang ya tanpa ada sesuatu penilaian, mungkin itu juga masih tetap. Ini artinya untuk memotivasi dan saya yakin semua komite ya, pimpinan-pimpinan komite sudah bekerja dengan maksimal ya. Tinggal ini nanti apa namanya ditingkatkan beberapa hal, ya satu contoh kegiatan positif sekali yang dibangun oleh Komite 1 kemarin. Bukan karena Pak Wakil Ketua Pansus, memang nah hanya ada beberapa catatan memang yang saya sampaikan ke beliau. Mumpung kemarin ada bupati gubernur yang hadir, tetap Komite 1 harus konsisten tentang Undang-Undang No. 23. Jadi, Undang-Undang No. 23 itu adalah gubernur itu merupakan wakil pemerintah pusat yang ada di daerah, tetapi implementasinya bla, bla, bla, dan saya sudah sampaikan beliau, termasuk kewenangan

(10)

pemerintah pusat yang ada di daerah-daerah, yaitu harus di bawah koordinasi gubernur, ini harus tegas ini.

Yang kedua, memang Pimpinan Komite IV dalam agenda juga kita hari Senin memanggil beberapa bupati dan gubernur yang berkaitan dengan pengelolaan dana DAU yang tertahan sampai hari ini, ini juga apresiasi. Tentunya juga Komite III dan Komite II juga harus buat gebrakan yang sama sehingga, ya kalau Komite I sudah, jadi sehingga kita itu ada nilai.

Terus, yang menjadi catatan saya tadi bahwa saya sesungguhnya dalam di tatib itu ada satu klausal yang harus dimasukkan. Nah, supaya ini juga mengikat 132 anggota, bukan saja pada zaman kita, tetapi untuk ke depan lembaga ini, nah minimal seseorang mau jadi Ketua DPD, dia pernah menjabat ketua komite atau pimpinan alat kelengkapan lain sehingga ini juga mengikat. Karena, dia juga harus mengerti belajar bagaimana kesulitan anggota, kesulitan di komite-komite sehingga dia punya penjabaran, jadi punya insting itu sebagai pimpinan, dia sudah hafal kerjanya. Nah, jangan seperti selama ini kan kalau ada ribut-ribut, nah pimpinan sudah mulai turun dari lantai 8, saya duduk di sini, saya duduk di sini, karena memang tidak mengerti, nah ini salah satu dalam rangka meningkatkan kinerja lembaga ini.

Nah terus yang kedua, ketika kemarin juga sudah saya sampaikan, mohon kalau memang ada di sini, tim amandemen ya mungkin Bunda Fahira, ya harus didorong itu juga Pasal 20 dalam Undang-Undang 1945 sehingga ini nanti terarah kaitan dengan ini ya karena ini sinergi ini, Pak Ketua, saya sampaikan. Jadi, kira-kira itu untuk sementara, tergantung pemikiran kita semua.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Baik, maksud saya begini Pak. Saya dulu coba kita supaya ada mengarah. Kalau kinerja sudah oke Pak Andre itu, kemarin kita sudah sepakat kan, bahkan kita nanti akan....

PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)

Oh ya Pak Ketua sebentar, satu hal dulu, satu hal inti daripada pembicaraan saya, saya masih lupa, kebetulan masih ingat, ya kalau SK itu bunda itu berakhir memang sampai April 2017. Tetapi, saya mohon dengan sangat semua anggota pansus jangan terbawa terus sikap emosional, kepentingan kelompok atau perorangan, tetapi marilah kita kedepankan dalam rangka kepentingan lembaga yang lebih besar ya karena ini yang menjadi cerminan kita. Kalau kita ribut terus, tidak puas lagi, nanti buatin sesuatu lagi, sampai kapan kita kerja, jadi ini akhirnya lama-lama memang benar orang bilang sudahlah bubarkan saja.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Saya mau masuk tahap kedua berkait dengan ketentuan peralihan. Ini baru ide Pak ya, jangan dianggap ini adalah misi saya, tidak. Saya hanya berpikir seperti Bu Eni tadi sudah ungkap sebenarnya dan kalau saya perhatikan beberapa masukan, pembedaan antara masa jabatan pimpinan alat kelengkapan dengan Pimpinan DPD. Supaya ada nilai yang berbeda, Pimpinan DPD tetap 2,5 tahun, tetapi pimpinan-pimpinan alat kelengkapan itu satu tahun bersamaan ditetapkan keanggotaan di setiap alat kelengkapan. Nah, ini dulu fokusnya lagi kita karena kalau kita sudah bisa sepakat di sini ya saya pikir....

(11)

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Cocok sudah, tulis semuanya masa jabatan atau diberi penjelasan beda antara pimpinan dengan alat kelengkapan, itu dalam... (kurang jelas, red.).

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Ya, jadi kalau ini, ini kan harus ada nilai lebih juga Pimpinan DPD masa sama dengan alat kelengkapan begitu. Sepakat Pak Benny, Pak Andre? Sepakat? Dengan ucapan, oh ini kan hari Jumat Pak, jadi dengan ucapan bismillahirrahmannirrahim, saya tetapkan ya.

KETOK 2X Agak besar ini.

PEMBICARA: MATHEUS STEFI PASIMANJEKU, S.H. (MALUT)

Pimpinan, saya tambahkan sedikit, Pimpinan. Baik, Pimpinan, terima kasih.

Mendengar tanggapan dari teman-teman tadi menyangkut dengan kriteria calon pimpinan, saya kira ini nanti akan menjadi rancu.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oh yang sudah berkembang dulu, Pak. ... (kurang jelas, berbicara tanpa mic, red.)

PEMBICARA: MATHEUS STEFI PASIMANJEKU, S.H. (MALUT) Oh siap-siap.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Catatannya adalah keputusan tadi minta staf ahli mengintrodusir, menjabarkan dalam bahasa di pasal ya. Bahasa di pasal supaya langsung terlihat di situ ya karena ini sudah sinergi dengan ketentuan peralihan.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Jadi begini Pak, itu rumusannya Pak ... (kurang jelas, red.) tulis dulu, baru kita tanda tangan. Setelah itu baru dinormakan di dalam tata tertib.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Iya, jadi dua kesepakatan tadi Bapak tulis saja dalam bentuk 1 halaman. Kita normakan, kita tanda tangani sebagai kesepakatan karena Pak Andre khawatir, jangan lagi

(12)

divsebuah forum bilang, “Saya Anggota Pansus, tetapi waktu itu saya tidak ada waktu diputuskan.” Makanya, saya punya, kami punya undangan, kita punya undangan itu mengatakan pembahasan dan penetapan. Iya jangan, boleh tidak setuju, tetapi jangan di tempat lain begitu, apalagi di forum terbuka di Paripurna bahwa saya Anggota Pansus dulu itu, tetapi saya tidak setuju begitu. Waduh fatal itu. Kalau tidak, bisa saja kita tidak setuju kan itu ini. Iya, hari Jumat lagi ini diputuskan, iya Pak Benny pakai baju warna merah lagi, apalagi kata “dipaksakan”. Voting kok dipaksakan, itu. Ya semua yang dipaksakan tidak enak masuknya, Bu Eni kan, iya. Jadi ini agak-agak, dan saya pikir berkait tadi Pak Bang Ken katakan, administrasi itu sudah mengikut dalamnya sudah pas. Dan, makna dari Pasal 264 tadi itu memang seperti itu juga, cuma tidak tercantum dalamnya.

Baik, yang ketiga hari ini kita bicarakan adalah karena ini juga sekaligus akan menjadi bahan nanti di pimpinan, di Panmus berkait dengan tata cara pemilihan, tetapi belum digunakan rujukan, hanya sebagai pemikiran saja tentang kepemimpinan DPD dan juga termasuk alat kelengkapan Pak Muqowam dan Ibu Fahira yang saya hormati, Bapak sekalian. Di Tatib ini ada sekian kali aturan, Pak Benny, teman-teman, mengatur hanya membatasi seseorang ya. Hak-hak individu atau hak anggota hanya tidak boleh lebih dari dua kali, tidak boleh lebih dari ini. Ini mohon, kalau saya punya pemahaman seperti ini, kalau dia kita lembaga DPR diatur oleh fraksi dan partai bisa jadi ada pembatasan-pembatasan seperti itu karena kita dibatasi oleh partai melalui fraksi. Tetapi, ketika kita berada di lembaga seperti ini di mana kekuatan individu adalah hak individu yang kuat, menurut saya bukan itu batasannya. Batasannya adalah pada kemauan dan kemampuannya. Jadi tidak boleh kita batasi karena Bang Ken sudah dua kali pimpinan alat kelengkapan. Maka, tidak boleh lagi maju pada pemilihan alat kelengkapan berikut. Yang berhak mengatakan tidak boleh ini siapa? Harus anggota kan? Masa tatib kita buat untuk membuat diri kita terjebak. Sekali lagi Bapak Ibu sekalian, tata tertib ini kita buat jangan membuat perangkap sendiri, ini tatib kita. Masak tatib kita, kita mau buat penjara untuk diri kita yang akhirnya kita setengah mati ber-anu, akhirnya kitalah buat kontemplasi menjabar-jabarkan. Jadi, kita buat tatib yang membuat kita ya memang sudah real dan tidak sesak nafas di dalamnya, itu bahasa real-nya.

Jadi, ada beberapa di sini ketentuan yang mengatur tentang itu ya, atau Pak Stefi coba karena ini tadi yang dimaksud Pak Stefi tentang begitu kan. Ini kami sudah diskusikan, tetapi saya mau dengar pandangan teman-teman dan Pak Muqowam. Seseorang yang sudah dua kali memimpin apakah dia alat kelengkapan, apakah di DPD, tidak boleh lagi mencalonkan diri. Saya rasa ini, atau dicalonkan. Tidak bisa, selama sehat dan mampu. Ukurannya pada mampu... (berbicara tanpa mic, red.).

Sekali lagi ini menyangkut dengan pembatasan-pembatasan yang kita buat seperti analognya Pak Lalu. Tetapi, tolong jangan pengertiankan saya mau pimpinan komite terus, ndak. Malah dengan tunjangan pimpinan komite itu rasanya membebani cukup berat, Pak Muqowam ya. Iya, agak beda rasanya. Kecil-kecil begitu DPRD, Pak Benny, ada fasilitasnya pimpinan. Saya dapat mobil dinas karena saya buat sendiri, saya buat tunjangan bahan bakar karena saya buat sendiri, komite tidak ada. Bedanya cuma maaf saja, tidak cukup pulsanya Bu Fahira.

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

(13)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Iya, tetapi betul-betul kan ada teman yang mau pengabdian ya. Saya ambil contoh sayangnya tidak hadir, Pak Gafar Usman itu saya anggap seorang yang betul-betul ikhlas mau pimpin BAP terus walaupun sekali-sekali gebrak meja. Tidak apa-apa kalau ada teman yang mau seperti itu daripada kita ambil jabatan pimpinan, kemudian tidak sanggup juga atau “bermain-main” juga kan. Ada teman saya masuk Wakil Ketua PURT, ketika ditanya apa kesimpulan PURT, dia duluan bertanya dengan kita. Nah itu kan lebih lucu misalnya begitu. Temannya Pak Andre, bukan temannya Pak Benny. Pak Benny tahu yang saya maksud itu. Bagaimana ini, ini normanya, jadi jangan kita membuat pembatasan-pembatasan yang membuat diri kita menjadi sulit kemudian.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M. Kes. (JAWA BARAT) Bismillahirrahmanirrahim.

Saya, Bapak pimpinan, saya sepakat sekali dengan paradigma, tetapi saya untuk alat kelengkapan memang tidak ada pembatasan, saya sepakat. Karena, contoh sajalah di Komite 1 bukan tidak ada orang ya, sulit cari seperti Pak Muqowam untuk di Komite 1 yang sudah. Jadi saya mohon untuk komite memang tidak ada pembatasan, apalagi saya rasa dengan fasilitas, justru Pak dengan fasilitas yang tidak begitu jauh itu membuat nyaman kita bekerja, anggota tidak terlalu terdiskresi. Hanya untuk pimpinan, untuk Pimpinan DPD RI karena untuk Pimpinan DPD RI ini adalah dengan fasilitasnya juga jauh sekali dan berbeda, mohon jangan, jangan tidak ada pembatasan. Karena saya, tujuan saya dengar dari teman-teman masukan justru adanya pembatasan-pembatasan ini adalah untuk mencari figur yang lebih baik ya karena ini pimpinan apa namanya pimpinan ini adalah menjadi speaker daripada lembaga, tentunya kalau, toh kalau kita salah pilih juga hanya 2,5 tahun, toh nanti salah pilih lagi hanya 2,5 tahun. Ini kan sangat apa namanya 2,5 tahun itu bagi suatu lembaga yang pejabat publik yang disorot masyarakat itu lama Pak, bukan sedikit. Jadi, mohon untuk Pimpinan DPD ada pembatasan, dan alat kelengkapan selama itu anggota puas, selama anggota itu memilih, jangan ada pembatasan.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Tetapi Bu Eni, bukankah dengan 2,5 tahun itu kalaupun kita cantumkan tidak boleh lebih dari dua kali, pada dasarnya sama saja karena kan cuma dua kali pemilihan otomatis. Jadi akhirnya, kita membuat aturan yang juga tidak ada, bukan tidak gunanya.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M . Kes. (JAWA BARAT)

Maaf Bapak, maaf ini saya ... (berbicara tanpa mic, red.) proses-proses sesuatu yang tidak sehat ini kan terjadi, Pak. Jadi utuk mempertahankan status quo-nya ini juga jangan ter, jangan ini, dan tetapi di situ ada di, ada ini lagi, ada kelonggaran lagi. Walaupun sudah dua kali, minimal jeda seperti bupati itu kan, walikota, gubernur, jeda satu periode. Jeda satu periode, setelah itu boleh dipilih kembali. Siapa tahu, Pak, dia sepuluh tahun, ya dua periode. Nah, ternyata kan sudah dua periode ini kepake misalnya di sini kita, periode depan jeda dulu. Nah, untuk periode yang akan datangnya 2,5 tahun kemudian kan dia bisa terpilih kembali kalau kita memang merasakan itu baik. Itu Bapak, saya rasa ada jeda.

(14)

PEMBICARA: MATHEUS STEFI PASIMANJEKU, S.H. (MALUT) Baik, terima kasih Pimpinan.

Saya kira seperti yang sudah dikemukakan oleh teman-teman tadi bahwa aturan yang kita buat jangan menjebak diri kita sendiri. Jangan mempersulit diri kita sendiri. Kalau kita berkeinginan seperti itu, berarti apalagi tatib yang kita buat ini jangan bertentangan dengan undang-undang diatas. Bagaimana dalam Undang-Undang MD3 itu mengatakan bahwa Pimpinan DPD dipilih oleh seluruh Anggota DPD, dan seluruh Anggota DPD mempunyai hak dipilih dan memilih. Kalau ini kita batasi untuk 2,5, berarti kan agak menyimpang daripada apa yang menjadi cantolan kita, yaitu Undang-Undang MD3 itu sendiri.

Kemudian, menyangkut dengan apa tadi yang disampaikan oleh Pak Andre juga bahwa memiliki harus mempunyai kriteria. Calon pimpinan contoh pernah memimpin alat kelengkapan. Nah, ini juga tidak rasional. Tidak rasionalnya kenapa? Kalau pertama kali baru terpilih, tidak mungkin berarti orang yang baru pertama masuk DPD tidak akan mungkin dicalonkan sebagai calon pimpinan karena dia belum pernah memimpin alat kelengkapan. Dia dari DPR contoh, pindah ke DPD, dia juga tidak bisa karena dia tidak masuk dalam memimpin, iya itu maksud saya sehingga hal-hal seperti itu coba mungkin kita, berarti dua periode baru bisa. Nah, ini kan persoalan. Jadi, mungkin hal ini coba kita ini. Apa yang sudah ditentukan ini mungkin baik, Bu Eni ya, tetapi kalau kita membatasi dua kali juga itu tidak bagus karena pasti kita bertabrakan dengan undang-undang kita sendiri, Undang-Undang MD3. Kalau kita batasi, kalau kita batasi hanya cukup maksimal dua kali, ini kita nabrak.

PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT)

Sedikit saja sebelum Bunda Anna, jadi saya tadi kan begini maksud saya, apa sih yang diributkan anggota selama ini? Ini kan menyangkut kinerja pimpinan. Alangkah baiknya seseorang menduduki jabatan itu punya pengalaman-pengalaman yang baik. Ketidakpuasan terhadap anggota, ketidakpuasan terhadap pimpinan itu karena kinerja. Nah ini yang menjadi catatan saya, tetapi ini semua tergantung. Nah makanya saya sudah bilang dengan hormat Saudara-saudaraku, jadi bahwa lembaga ini di atas segalanya daripada kepentingan suka tidak suka, kepentingan kelompok, dan lain sebagainya. Tetapi, yang paling besar adalah bagaimana dengan fungsi terbatas yang kita miliki sekarang, tetapi bermanfaat besar buat daerah. Nah, sehingga tentunya mengambil langkah-langkah konkret adalah minimal orang itu punya track record dalam rangka memimpin lembaga.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Ada pakta intergritas sebenarnya. Ibu Anna silakan dulu, Ibu Anna.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Terima kasih Pak Ketua, Bapak Ibu sekalian yang saya hormati, mohon maaf saya terlambat. Tadi agak lama di depan pintu gerbang kita ya. Saya mohon maaf untuk itu ya.

Kemudian Pak, pertama saya sangat setuju apa yang disampaikan oleh Pak Ketua tentang tatib ini jangan mempersulit kita di dalam melaksanakan tugas kita sebagai Anggota DPD dan justru tatib ini harus membuat kita semakin bisa bekerja dengan baik, dengan aturan-aturan yang sangat memungkinkan kita untuk bekerja. Yang kedua, juga tatib ini juga jangan lebih berat dari aturan yang ada di atasnya.

(15)

Kemudian, menyangkut masa jabatan pimpinan alat kelengkapan maupun Pimpinan DPD, saya pikir, saya terlambat saya dengar dari Pak Stefi bahwa kita kembali untuk pimpinan alkel satu tahun, saya pikir itu sangat benar karena juga sama dengan apa yang disampaikan oleh Undang-Undang MD3. Kemudian, menyangkut Pimpinan DPD 2,5 tahun 2 kali dipilih ataupun pimpinan alkel 2 kali dipilih, menurut saya ini lembaga politik, semua orang mempunyai kesempatan dan lobi-lobi politik juga itu dimungkinkan untuk itu, jadi kalau kita batasi dengan 1 kali dan 2 kali menurut saya ini juga sangat, ya sangat mengikat dan tidak juga sesuai dengan dinamika politik tentunya yang ada di lembaga politik ini. Semua orang mempunyai hak yang sama untuk dipilih berapa kali pun dia tergantung anggota yang memilih tentunya.

Kemudian, kalau presiden saya pikir dua masa jabatan itu eksekutif agak berbeda dengan di lembaga politik karena itu ada kekuasaan di situ dan dipilih langsung oleh rakyat. Kalau kita dipilih oleh rakyat, tetapi untuk menjadi pimpinan lembaga dipilih oleh anggota yang ada di lembaga politik itu sendiri. Sehingga menurut saya, jangan kita batasi menyangkut masa jabatan pimpinan maupun alkel karena belum tentu di periode yang akan dating, tatib kita juga bisa diubah lagi oleh periode yang akan datang. Ya, jadi itu masih....

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Baik, ini contohnya di Pasal 43 Ayat (2) ya tentang itu. Sudah 2 tahun 6 bulan, tetapi kemudian ditambahkan lagi tidak boleh dan dapat dipilih kembali paling banyak 2 kali dalam jabatan yang sama ya.

Pak Benny, silakan.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Pak, mohon maaf ini tadi mati (mic, red.). Terakhir, menyangkut persyaratan untuk menjadi Pimpinan DPD maupun untuk menjadi persyarataan untuk menjadi pimpinan alat kelengkapan. Menurut saya juga ini kalau persyaratan dengan harus pernah menjadi pimpinan alkel ataupun mempunyai jabatan apa dan sebagainya menurut saya juga ini sesuatu yang mungkin tidak perlu karena kita sudah berada di sini, tentunya track record kita sudah juga baik sampai sudah berada di lembaga ini. Jadi menurut saya, tentunya teman-teman yang akan menilai kita pantas atau tidak. Saya pikir itu, Pak.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Pak Benny.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Pandangan dari sudut pandang atau perspektif yang sedikit yang berbeda. Yang pertama, saya ataupun mungkin yang lain mudah-mudahan sama sebetulnya, alasan yang berkaitan pembatasan kepemimpinan untuk Pimpinan DPD 2,5 tahun sebetulnya semangat dasarnya tidak lebih ini sebuah sistem yang sistem ini dinormakan dalam tata tertib yang norma ini kemudian menjadi sistem control, jadi alat kontrol terhadap kepemimpinan politik ya Pimpinan DPD. Sebetulnya itu, dan ini tidak melihat karena Irman Gusman, Farouk Muhammad, dan Ratu Hemas. Sama sekali saya adalah orang yang akan konsisten untuk

(16)

mengatakan di berbagai tempat bahwa 2,5 tahun ini alat kontrol saja. Sama ketika saya nanti menjadi pimpinan, ketika Pak Ajiep, Bang Ken, maka ini menjadi sistem kontrol agar kepemimpinan politik di lembaga ini tidak menjadi otoritarian, kemudian seseorang bisa terjebak pada sikap yang berasyik masuk begitu ya, yang kemudian terseret pada urusan-urusan yang bersifat pribadi, kemudian meninggalkan lembaga. Sebetulnya itu, tidak ada lain.

Kemudian, ketidaksetujuan saya dengan aturan tambahan pembatasan hanya 2 kali, sebetulnya ini kan tidak harus redaksinya kemudian dikonstruksi dalam tatib karena automatically sebetulnya dengan 2,5 tahun, kesempatan seseorang dalam satu periode ya sebagai Anggota DPD itu juga hanya 2 kali sebetulnya, tidak lebih dari itu. Nah, kalau tadi pendekatannya ke presiden, ya karena presiden kan tidak 2,5 tahun, Bu Eni ya. Presiden kepemimpinannya 5 tahun begitu ya sehingga tidak harus lagi dibatasi 2,5.

Nah yang kedua, kaitan dengan prasyarat yang disampaikan oleh Bung Andre. Ya, ini bahaya, Bung Andre. Kalau seseorang tentu yang harus dipilih oleh 132 dibatasi untuk menjadi Pimpinan DPD dengan alasan harus atau pernah menjadi pimpinan alat kelengkapan, ini juga membunuh ruang demokrasi dan hak-hak politik setiap anggota. Kalau alasan misalnya kepemimpinan di alat kelengkapan itu menjadi ukuran, saya pikir ini debatable juga. Ini hanya masalah kesempatan. Bisa saja orang yang tidak pernah duduk di alat kelengkapan, dia bisa lebih hebat ketika memimpin lembaga misalnya. Ini kan hanya masalah kesempatan ya, masalah kesempatan. Yang saya takutkan adalah tawaran yang disodorkan Pak Andre ini sama dengan apa yang dilakukan oleh Soeharto dalam membangun sistem politik 32 tahun. Ya karena syarat menjadi presiden zaman Soeharto: 1) harus Jawa, 2) tentara, 3) pernah jadi presiden. Ya otomatis, otomatis yang tidak pernah jadi presiden, tidak pernah bisa dipilih untuk menjadi presiden itu. Ini ilustrasi sajalah, guyonan ya. Saya pikir itu.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Bagaimana kalau konkretnya begini, Pasal 43 Ayat (2) kita potong saja sampai titik 6 bulan itu, dan seterusnya itu cabut ya. Jadi, Pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diresmikan dengan keputusan DPD untuk masa jabatan 2 tahun 6 bulan. Ya bagaimana kalau kita sementara begitu ya? Ini daripada, dan semua alat kelengkapan yang lain, tetapi ini kan sudah terlihat.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Jadi Ketua, tambahan saja.

Ini kan sifatnya kolektif kolegial, satu. ... (berbicara tanpa mic, red.).

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Jadi kita cabut ya, cabut Pak ya sepakat ya?

KETOK 2X Kemudian, berlaku untuk semua alat kelengkapan.

(17)

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Alat kelengkapan itu maksdunya adalah... (berbicara tanpa mic, red.).

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Semua yang menyebut kata dapat dipilih kembali untuk masa jabatan yang sama, jadi jangan kita membatasilah, itu intinya itu. Coba lihat di komite-komite, kayaknya ada semua begitu-begitu itu, tidak boleh dipilih lebih dari 2 kali.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Tidak ada.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Tidak ada ya.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Cuma pimpinan saja.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Ya baik. Ini yang kedua.

Kemudian, yang dimaksud Pak Andre dan teman-teman soal kriteria, sebenarnya ada pakta integritas. Coba tarik ke atas, seseorang bakal calon sebelum dipilih malah menandatangani pakta integritas. Kalau sudah pakta integritas itu kan fakta kejatian diri, ada jadi sudah terakomodir di sana sesungguhnya itu bahwa punya pengalaman, punya apa, tanpa dituliskan, ya jadi kan sudah ada yang....

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

46, 46.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JABAR) Diberhentikan apabila melanggar, tidak ada, pakta integritas.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

(18)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Nah, ini kan sudah cukup kuat ini. Calon pimpinan termaksud menandatangani pakta integritas dalam rangka. Jadi, sebenarnya itu sudah mengindikasikan seseorang harus punya pengalaman, punya kemampuan, punya jati diri, jadi apa yang Pak Andre usulkan sudah ada di sini secara inklusif dalam pakta integritas ya.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oke, nanti di kriteria pemilihan. Baik, ada dulu yang saya mau perlihat Bapak, kontradiktif antara tatib ini dengan tugas ini supaya itulah yang kita diskusikan ya. Pemberhentian pimpinan, ya langsung pemberhentian, tidak ada pemberhentian sementara. Sementara, ini dikatakan begini, bersedia diberhentikan sementara oleh Badan Kehormatan. Di pemberhentian, di pasal pemberhentian, tidak ada kata sementara di sana, jadi ini ada kontradiktif. Ya, coba lihat berhenti, seseorang pimpinan berhenti, itu bertentangan itu. Pemberhentian coba di sini, ketua atau wakil ketua mengundurkan diri dan dari anggota, terus turun ke bawah Ayat (4), berstatus tersangka dalam perkara pidana. Ini yang saya mohon kita diskusikan. Kalaupun belum bisa kita putus hari ini, tidak apa-apa. Kita perlu renungi ini, Pak Benny, karena perkara pidana banyak, ada pidana umum, ada pidana khusus. Pidana umum banyak.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) Ada pidana adat, Pak.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Itu hanya untuk Kanjeng Hemas itu.

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) Tidak, bukan, di daerah juga.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oh ya ada pidana adat, hukum adat.

PEMBICARA: (MENIT 57.18)

(19)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Di Bali hukum adat lebih kuat daripada hukum pidana, betul. Jadi, yang saya mau minta kepada Bapak Ibu Anggota Pansus yang terhormat, ini masih diskusi yang nanti berkaitan kepada penormaan. Pengertian pemberhentian dengan status tersangka dalam perkara pidana tanpa menyebut pidana apa, tanpa penjabaran lebih lanjut, ini adalah hara-kiri, bahasa Jepangnya ini. Baru saya misalnya sewaktu-waktu tempeleng orang begitu ya atau pukul orang karena saya diserang bela diri, lalu polisi menetapkan sebagai tersangka, belum terdakwa ini, bakalantas lagi atau apa, langsung diberhentikan. Tetapi, ini memang Pimpinan DPD ya, bukan pimpinan alat kelengkapan, bukan ini, tetapi analognya seperti itu. Ya, Pimpinan DPD hanya membentak, ini bayangkan kan seseorang membuat perasaan tidak senang bisa langsung diadukan dan langsung ditetapkan menjadi tersangka. Tatib ini berhentikan, tidak ada kompromi. Maka, kemarin di Panmus itu saya katakan, tidak ada diskusi ini, Pak, karena tatib begitu. Ya nanti ke depanlah kita coba lihat kalau mau bicarakan, tetapi untuk hari ini tidak ada diskusinya. Nah, ini perlu kita bicarakan bersama ini.

Ya, saya mulai dari Pak Benny. Silakan.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Ya Pak Benny, ancaman hukuman jangankan keanggotaan itu kan di atas 5 tahun. Yang kedua, ancaman hukuman yang dikurung badan yang ditahan dengan fisik ya, itu berapa tahun yang diancam fisik? Ancaman hukuman di atas berapa tahun itu yang ditahan it ya?

PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Nah ini Bang Ken ini punya usul berkembang juga Pak Benny, pidana, ini kan diskusi Pak Bang Ken, saya ulangi. Bahkan, Pak Bang Ken mengatakan pidana narkoba, pidana korupsi, apa pidana khusus namanya ya. Kan cuma pidana ini ada dua namanya, pidana umum dan pidana khusus. Pidana umum ini yang sangat longgar. Kalau pidana khusus sebenarnya tidak ada diskusinya kan, tetapi pidana umum itu yang sangat longgar karena itu perlu dipertegas. Undang-undang menyebutkan seseorang calon anggota ya toh yang tidak pernah diancam apa dihukum lebih dari 4 tahun. Perdebatan di pilkada itu adalah bagi mereka yang hukuman percobaan malah. Hukuman percobaan itu kan menurut sebagian orang itu bukan hukuman, padahal menurut hukum itu hukuman, tetapi ancamannya tidak lebih dari setahun kalau hukuman percobaan. Jadi, tolong ini staf ahli carikan kami rumusan, Anda yang carikan kita rumusan melengkapi C ini, bukan mengurangi ya, jangan mengurangi, menambahkan penguatan supaya jangan diperdebatkan perkara pidana apa dan

(20)

ancaman hukuman berapa karena ini tersangka, bukan terpidana, terdakwa. Tersangka itu kan bisa SP3, Pak. Iya.

Bu Eni.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT)

Kita lihat yang nomor 2, anggota DPD ya diberhentikan berartikan untuk anggota DPD diberhentikan antara ya untuk anggota kan, ini untuk anggota ya pak ya bukan pimpinan. Ya yang terkait dengan tadi ya diambil dari sana. Ini tadi itukan ada 2 perdebatan kalau menunggu kan inkrah pak ya inkrah nah inkrahnya itu kita boleh melebihi kalau di 4 tahun jadi ya dibawah juga hukumannya tidak lebh dari 4 tahun, lebih dari 4 tahun begitu loh pak jadi yang kita minta jadikan dasar itu adalah nanti persyaratan menjadi anggota, persyaratan menjadi anggota. Nah di sini pun nanti jadi sangat minimalnya adalah sama persyaratan untuk dikeluarkanya itu untuk melebihi dari persyaratan sebagai anggota, itu saja.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Baik, melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPD selama 3 bulan berturut-turut. Pidana yang dimaksud tersangka itu jika dia ditahan kan dengan demikian tidak dapat melaksanakan tugas 3 bulan itu karena dia dalam tahanan. Karena itu yang saya minta staf ahli kita mengecek, pidana yang diancam yang ditahan itu yang mana ancaman hukumannya sehingga kita menyebut dengan ancaman hukuman sekian tahun karena ada pidana yang tidak ditahan begitu ya. Sebenarnya disini analoginya ini poin A ini, karena 3 bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun. Kalaupun keterangan, ini undang-undangnya kalaupun keterangan kan dalam penjara masak mau digunakan dasar atau dalam tahanan.

Baik, silakan Pak Lalu.

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Iya undang-undang MD3, coba kemarikan undang-undang Pak Lalu mau lihat ada ancaman 5 tahun, nah ini kan ada 5 tahun, Menyatakan bersalahnya ini pak.

PEMBICARA: Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Menyatakan bersalah berdasarkan putusan pengantar memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun. Barangkali berbeda ini Pak Lalu ini.

(21)

Ibu Anna, baru Pak Benny.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Pak Ajiep, mungkin saya mengingatkan kemarin di Panmus juga ada satu case yang saya pikir juga harus kita angkat juga di Tatib ini yaitu tentang rehabilitasi. Rehabilitasi kalau di dalam MD3 Pasal 68, Pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bila terjadi pidana ya, melaksanakan kembali tugasnya dan dapat direhabilitasi nama baiknya oleh Badan Kehormatan apabila yang bersangkutan dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana yang dimaksud berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Ini Undang-Undang MD3 tentang DPD Pasal 68 ayat (2). Nah ini kita tidak akomodir di dalam Tatib kita. Iya Pasal 68. Jadi saya pikir ini juga dipikiran kemarin kan kita minta saya minta maupun Pak Bahar, Pak John Pieris minta juga kepada Ketua BK bahwa tolong diperhatikan itu, ini bukan karena Pak Irman tetapi kita semuapun juga tidak ada rehabilitasi nantinya.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Bu, ini Pasal 68 tidak ada. Itu pedoman beracara barangkali ibu maksud. Iya ini Undang-Undang MD3 ini. Undang-Undang MD3 tidak mengatur dan menurut saya tidak diatur itu di undang-undang itu. Yang punya hak, yang punya hak direhabilitasi itu anggota bukan jabatan.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU) Di sini.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

MD3 ini Pasal 68 Undang-Undang MD3. Iya, itu Bu Eni juga bawa Undang-Undang MD3. Maaf Anda tadi tidak selesai, dihubungkan dengan... (mic mati, red.). Ada kewenangan Badan Kehormatan, memberhentikan sementara seseorang langsung pemberhentian memang tetapi ternyata di pasal sebelumnya ada mengatakan Badan Kehormatan memberhentikan sementara, maka munculah istilah rehabilitasi itu. Jadi memang perlu dipikirkan.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT)

Kita kembali ke yang lama. Kan mintanya teman-teman begitu, ada rehabilitasi.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Bukan masalah kembali ke yang lama kalau memang itu rehabilitasi merupakan hak anggota, saya pikir harus masuk itu. Itu hak anggota itu kalau dia tidak bersalah masa dia tidak direhabilitasi.

(22)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Baik dicatat dulu.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT)

Jadi, kan kita mungkin konteksnya harus dibedakan antara pemberhentian sebagai pimpinan dan pemberhentian sebagai anggota. Nah ini kita kan tadi bapak membahas pimpinan pak, nah kalau keanggotaan tadi kan sudah jelas Pak tadi yang ada pasal-pasalnya yang 5 tahun itu inkrah. Tetapi kalau pimpinan saya rasa Pak kalau pimpinan itu kita diberikan hak untuk sampai kepada tahapan, apa yang 2 minggu itu? Praperadilan itu Pak.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Jadi memang tadi pembahasan kita di pimpinan. Kalau di anggota saya sependapat Bu Anna, harus ada hak rehabilitasi.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU) Tapi saya pikir pimpinan kan jabatannya juga sama.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Kalau jabatan tidak ada rehabilitasinya. Sebagai anggota oke, sebagai anggota dia harus direhab.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Jadi misalnya saya, saya pimpinan alat kelengkapan saya tersangkut suatu masalah karena saya dianggap sebagai pimpinan saya tidak direhabilitasi padahal saya juga sebagai anggota, rehabilitasi Anna Latuconsina-nya bukan pimpinan alat kelengkapan.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Sebagai anggota, Ibu Anna harus direhabilitasi, tetapi sebagai pimpinan tidak ada.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Bu, sekali lagi sebagai anggota harus direhabilitasi nanti kita lihat, sebagai pimpinan kan tergantung permufakatan anggota karena pimpinan dipilih oleh anggota kan.

(23)

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Tetapi kalau dia dikatakan bebas oleh hukum, kenapa kita masih menghukum dia begitu.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Itu pendapat Ibu, baik-baik. Saya mau kembali dahulu ke masalah kepemimpinan tadi tentang hubungan tugas Badan Kehormatan yang sebelumnya berkait dengan pemerintahan sementara yang menurut saya, Bapak Ibu sekalian tapi ini belum diputuskan, saya hanya meminta ini untuk didiskusikan. Perlu diakomodir di sana, pemberhentian sementara. Di sini tidak ada kata pemberhentian sementara. Nah coba lihat di undang-undang MD3, kalau saya tidak salah di Undang-Undang MD3 memang ada dianut tentang pemberhentian sementara itu pimpinan. Jadi tadi Ibu Anna katakan saya pimpinan Komite IV, tetapi diduga melakukan pelanggaran etik, maka saya diberhentikan sambil menguji kebenaran itu. Setelah di tim fakta di Badan Kehormatan menemukan ternyata saya tidak salah, maka Badan Kehormatan merehabilitasi saya dan pemberhentian sementara itu dicabut dengan mengembalikan pada rekomendasinya pada posisi sebagai pimpinan.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Tetapi kalau dia sudah berhenti kemudian, maaf bukan berhenti, diberhentikan sementara atau dinonaktifkan, kemudian dia direhabilitasi karena kenyataan ternyata tidak terbukti karena ini masih tersangka bisa benar bisa tidak, kemudian dia balik, mungkin dia balik, nah ini yang menjadi masalah apakah dia menduduki kedudukan dia atau tidak padahal selama itu sudah ada proses penggantian.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Itu yang kita bicarakan nanti Bu. Pasal 313 ini anggota DPD diberhentikan sementara, berarti ada kata pemberhentian sementara untuk anggota ya tetapi pimpinan tidak ada diatur. Coba, coba pemberhentian sementara ini hanya anggota yang diatur Pak Muqowam ini. Ada disebelumnya mengatakan Pak Muqowam tadi tentang pimpinan diberhentikan sementara sebagai pimpinan ya tetapi yang di atur disini hanya anggota yang punya pengaturan menurut undang-undang, tidak diatur mengenai pimpinan. Dalam hal anggota yang dinyatakan tidak terbukti melakukan huruf A, B berdasarkan putusan, naik terus tetap, anggota yang bersangkutan diaktifkan, ini anggota sudah jelas ini nanti kita di Tatib saya kira sudah atur. Ini ini pimpinan ini, pimpinan sementara, pemberhentian sementara pimpinan, diundang-undang, iya ini undang-undang 17 ini tidak diatur ini. Jadi ini catatan buat kita tentang pimpinan sementara, tidak ada ya.

Kembali ke tatib tentang Badan Kehormatan tadi itu yang berkaitan dengan pakta integritas di bawahnya. Pasal 46 calon pimpinan, oh bersedia diberhentikan sementara oleh Badan Kehormatan nah ini dia poin C dari mana dasarnya ini ada, ada pernyataan ini untuk kata diberhentikan sementara, padahal pengaturan lebih lanjut tidak ada pemberhentian sementara itu yang saya maksud tidak relevan. Kalau memang tidak diatur pemberhentian sementara artinya semua pemberhentian itu dianggap final, maka tidak perlu ada poin C.

(24)

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Iya tidak ada kata sementara.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Pimpinan. Jadi kalau tidak ada dasarnya kenapa bisa masuk kata ini yang kemudian tidak ada rujukan berikutnya berarti ini harus dicabut kata sementara itu.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT)

Jadi ada 2 pak, ada 2 persepsi pak, dicabut diberhentikan sementara, ini tidak dicabut akan tetapi di mekanisme keputusan BK pakai diberhentikan sementara, pakai kata sementara jadi sinkron. Kalau ini disini di pakta integritas pemberhentian sementara tapi di keputusan BK itu sudah pemberhentian.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Tidak boleh Bu, maaf Bu tidak boleh BK melakukan sesuatu di luar tatib.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JAWA BARAT) ... (Berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Atau ada di pasal yang terakhir tadi tentang pemberhentian juga mengatur kata pemberhentian sementara, di Pasal 54 itu dimana itu kata pemberhentian pimpinan, nah ini pemberhentian. Pasal 52 kalau tidak salah. Tidak ada kan. Kalau mau mengakomodir sementara di depan maka disini juga ada kata, naik sedikit lagi, belum-belum putus, eh terlalu jauh. Kata pemberhentian, oh kata calon yang Pak Benny minta.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT) Kata calon tadi tolong diinikan.

(25)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Dihitamkan atau di kasih spare.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Bukan, bukan, inikan maksudnya bicara calon, calon pimpinan.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Betul, calon pimpinan.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Bisa menggunakan komentar ketika pimpinan di Pasal 52. Inikan calon bu membahas misalnya calon pimpinan.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Oke, calon pimpinan bersedia diberhentikan sementara.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT) Calon pimpinan di Pasal 52.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Kalau calon kan ada pemberhentian.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Tetapi kan calon belum ada pemberhentian, Pak Benny.

PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU)

Pak Ketua. Pak Ketua mohon maaf inikan calon pimpinan, ini maksudnya pada saat proses pencalonan seseorang dinyatakan melakukan penyuapan dia bersedia, harus bersedia diberhentikan sementara kalau ini terjadi identifikasi tidak melakukan penyuapan atau gratifikasi dalam proses itu dia bisa mencalonkan lanjut begitu.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

(26)

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Tetapi, saya memahami dengan ada kata calon di depan pimpinan di dalam proses.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Iya, tetapi Pak Benny, Bu Anna, kalau pemahaman saya dia menandatangani bahwa saya siap nanti kalau terpilih untuk diberhentikan sementara. Jadi pada saat sebagai calon, Bang Ken anggaplah analog calon sekarang, maka di depan BK atau di dalam formulir itu dia harus tanda tangani pernyataan bersedia diberhentikan sementara jika dia bikin persoalan. Ketika terpilih nanti, perjanjian tapi ternyata di bab pasal berikut coba di Pasal 52 tidak ada kata pemberhentian sementara. Nah ini stop, stop pemberhentian.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Begini Pak Ketua, saya memahami Pasal 47 tadi itu untuk seseorang dalam posisi sebagai calon walaupun jika itu digunakan untuk sebagai calon, ada mekanisme proses pemilihan seperti apa yang kemudian kata sementara tadi, pemberhentian tadi digunakan dalam pasal pencalonan itu juga tidak nyambung sebetulnya. Saya meyakini itu masih dalam posisi status calon karena coba Pasal 54, mekanisme pencalonan diatur dalam Pasal 46 sampai 51. Ini, ini tata cara pemilihan 46 sampai 51 artinya tadi ada di Pasal 47 artinya semangat Pasal 47 itu pada posisi seseorang dalam pencalonan walaupun penggunaan kata itu juga tidak tepat, tidak apa ya tidak antisipatif terhadap proses dan mekanisme pemilihan sebetulnya.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Terlalu antisipatif tetapi tidak dalam institusi itu.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Tidak dalam institusi itu. Terlalu antisipatif tetapi tidak dalam institusi itu. Iya setuju.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Naik lagi. Jadi begini ya rumusan di dalam 47 itu tidak nyambung ini.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT) Iya tidak nyambung 47 itu.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Coba yang tadi, calon pimpinan DPD menandatangani pakta itu dalam rangka apa? Satu, mewujudkan. Dalam rangka apa? Tidak melakukan politik uang, itu oke masih masuk.

(27)

Bersedia diberhentikan itu dalam proses itu kan asumsinya adalah asumsinya jadi pemimpin. Jadi lebih baik norma ini dimasukkan di dalam....

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Iya, tetapi tetap dengan menghilangkan kata sementara.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Di situ di-copy, dicoret dari situ, tetapi kemudian dimasukkan ke dalam, dicoret dulu.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Ya kalau kita sepakat hilangkan di sini supaya tidak mengganggu pikiran. Iya Pak Benny silakan.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT) ... (berbicara tanpa mic, red.)

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Baik yang saya, sebentar Bu, sebentar. Jadikan begini.

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT) Dia dibatalkan sebagai calon.

PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS TATIB DPD RI)

Begini, begini yang saya maksud itu begini memang, memang kita punya tatib ini terlalu radikal begitu salah orang ya ingat dari Pasal 52 tadi begitu tersangka saja langsung berhentikan padahal harusnya ada tahap tertentu hanya pemberhentian sementara pak, jadi itu yang seharusnya.

PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes. (JABAR)

Jadi begini Pimpinan, karena ini proses pencalonan ini kan terkait dengan diberhentikan sementara itu pada saat proses penyelidikan untuk A dan B loh Pak, A itu tadi mewujudkan kelembagaan negara yang baik bersih, dan mengenai peraturan apabila tidak memenuhi ini. B nya tidak melakukan politik uang apabila, kan begini Pak kalau sudah terjadi ini di Pimpinan ini 1, 2, 3 Pimpinan digosipkan sama teman-teman bahwa bapak ini sudah melalukan politik uang terpilihnya nah BK memberhentikan sementara karena ada pengaduan dari teman-teman itu maksudnya Pak. Ini, ini betul pak, lihat ini sebagaimana dilihat pada huruf A dan B loh pak, maaf ini lihat saja sebagaimana bersedia diberhentikan sementara oleh Badan Kehormatan sesuai ketentuan mekanisme yang berlaku apabila

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun penelitian mengenai kadar timbal dalam darah pada petugas SPBU telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun penelitian ini berfokus pada dampak

Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan, kualitas Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, air untuk Kolam Renang, air untuk SPA, dan air untuk Pemandian Umum tidak memenuhi

Selanjutnya disusun instrumen pernyataan/ pertanyaan dalam angket/ kuesioner untuk variabel motivasi belajar sesuai dengan teori yang digunakan dan diturunkan

PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten merupakan struktur organisasi.. fungsional dan staf yang terdiri dari unsur pimpinan, pembantu

terkontaminasi dengan batran pencemar yang berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumatr sakit,

Beberapa parameter tersebut diperhitungkan untuk menetapkan indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara yang dinyatakan oleh Singh, Rao, Agrawal, Pandey and

PEMBERIAN EKSTRAK HULBAH SECARA ORAL MENURUNKAN PENYERAPAN TULANG TIKUS PASCA OVARIEKTOMI YANG DITANDAI DENGAN.. PENURUNAN KADAR

Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar yang terdiri dari