• Tidak ada hasil yang ditemukan

SHORT VITAE DEDI SUPRATMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SHORT VITAE DEDI SUPRATMAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

SHORT VITAE

DEDI SUPRATMAN

Was born in Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia

Bachelor of PH in Jenderal Soedirman Univ

Master of PH in Indonesia Univ

e-mail: [email protected] , MP: +62-852-9-101010-9

Current activities:

Secretary – General of Indonesian PH Assoc (IPHA/ IAKMI)

Expert Staff of Member Parliament (DPR RI) - commission IX (Health Sector)

Expert Staff of Member Parliament (DPR RI) - commission VIII (Social Sector)

Expert Staff of Health Caucus of Member Parliament (DPR RI)

Lecturer of Health Science Faculty of UHAMKA

Delegation of the Republic of Indonesia with Minister of Health in the High Level

Meeting of NCD in the UN General Assembly in New York, USA (2011)

International Speaker on The 13th World Congress of Public Health in Addis Ababa, Ethipia, Africa (2012)

Representative of IPHA on SDH Conference in Ghana, Africa (2013)

(2)

Universal Health Coverage di Indonesia

“Seberapa Universal – kah???”

Dedi Supratman

Sekjen IAKMI

[email protected]

KONGRES NASIONAL IAKMI XII Kupang, 5 September 2013

(3)

Opening Remarks...

Around 150 million people suffer financial

catastrophe each year and 100 million

pushed into poverty because they use health

services, and are forced to pay out of pocket.

(4)

A long way from Universal Coverage

World Health Assembly Resolution 58.33, 2005:

Urged countries to develop health financing systems to:

Ensure all people have access to needed services

Without the risk of financial catastrophe linked to paying for care

Defined this as achieving Universal Coverage:

coverage with health services; with financial risk protection; for all

(5)

1 Januari 2014

Menuju Universal Health Coverage...

UHC adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang layak melalui penerapan sistem kendali biaya dan kendali mutu, dan diselenggarakan

berdasarkan prinsip asuransi sosial dan equitas bagi seluruh penduduk di wilayah Republik Indonesia

(6)

DASAR HUKUM UHC di Indonesia

UUD 1945 PASAL 34 AYAT 2: NEGARA MENGEMBANGKAN SISTEM JAMINAN SOSIAL BAGI RAKYAT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

UNDANG – UNDANG NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2012 TTG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TTG JAMINAN KESEHATAN

(7)

Aspek Kebutuhan Rakyat thd UHC

UHC dibutuhkan secara menyeluruh dan

tidak terfragmentasi dengan alasan adanya perbedaan dalam:

Ketersediaan fasilitas

Kemampuan Ekonomi

(8)

3 Dimensi UHC

Sustainibilitas = Iuran vs Manfaat,

Aksesibilitas utk DTPK??

(9)

UHC – System Thinking

(10)

I

N

P

U

T

S

Many interacting solutions but health financing is key

WHO Framework for Assessing Health Systems

(11)

Seberapa Universalkah

UHC

di Indonesia

(12)

1. ASPEK KEPESERTAAN

2. ASPEK MANFAAT

3. ASPEK FASILITAS KESEHATAN

4. ASPEK PEMBIAYAAN

5. ASPEK KELEMBAGAAN

ASPEK UHC

Seberapa “universalkah”

UHC di Indonesia???

(13)

1. Aspek kepesertaan

13

KEDEPAN

2010: 237,6 Juta jiwa Tambahan: +/- 3-4 juta/tahun

SAAT INI

• Askes PNS : 16,8 juta jiwa • TNI, POLRI : 3,5 juta jiwa • Penduduk miskin & tdk

mampu: 76,4 juta jiwa

• JPK Jamsostek: 4,4 juta

jiwa

• Jamkesda/PJKMU: 11,3

juta

• Askes Komersial: 8,8 juta • TOTAL: 121,2 juta

116, 4 jt jiwa

?

Ada 116,4 juta rakyat Indonesia yg belum tercover Jamkes. Itu artinya,

KITA HARUS KERJA KERAS UNTUK MEMENUHI

ASPEK KEPESERTAAN SEHINGGA SELURUH PENDUDUK TERCOVER OLEH JAMKES

(14)

UU BPJS memerintahkan pada 1 Januari

2014 seluruh rakyat Indonesia sudah harus

mendapatkan jaminan kesehatan. Kalau

pun ada pentahapan, bukan kepesertaan

dan pelayanan, melainkan infrastruktur atau

administrasi.

Misal saja spt KJS (Kartu Jakarta Sehat) di DKI

semua orang yg py KTP DKI bs akses RS kelas 3  tetapi PHC harus diperkuat dan sistem rujukan jg

hrs berjalan baik. Hal ini jg diharapkan dapat mjd

solusi atas permasalahan abadi, yi: data kepesertaan (PBI) yg tdk pernah beres (salah sasaran).

(15)

Universal Health Coverage 2019

Seluruh penduduk wajib menjadi peserta

program jaminan kesehatan

Seluruh peserta wajib membayar iuran

Iuran jaminan kesehatan bagi pekerja

penerima upah ditanggung bersama antara pemberi kerja dan pekerja

Iuran jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan

tidak mampu dibayar oleh negara sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI)

(16)

2. Aspek Manfaat

1 6

KEDEPAN

STANDAR:

• Sesuai Kebutuhan Medis • Komprehensif: promotif,

preventif, kuratif dan

rehabilitatif (Psl 22 ayat 1)

• Cost Sharing hanya utk

cegah penyalahgunaan (Psl 22 ayat 2)

SAAT INI

SANGAT BERVARIASI:

• Ada yg kurang memenuhi

kebutuhan medis dasar, ada yg melebihi kebutuhan

medis dasar. Ada yg parsial, ada yg komprehensif.

• Cost sharing/excess claim

besar

• Utilisasi review & case

management blm optimal

Promotif & Preventif

?

Promotif & Preventif harus jelas Definisi Operasionalnya (DO) karena terkait dengan anggaran yang nantinya akan dialokasikan. Walaubagaimanapun

(17)

Aspek Manfaat

Promotif & Preventif yg diabaikan,

indikatornya adl :

Roadmap BPJS lbh pd aspek indikator kuratif, misal tersedianya TT, Faskes, Nakes medis, dst.

Prom & Preventif tdk jelas siapa pelaksananya.

Diserahkan kpd tenaga medis (lihat saja RS di DKI, pasien membludak, shg nakes medis tdk ckup

waktu utk promosi / konsultasi dg pasien) perlu dicarikan solusinya.

Amanah UU SJSN :

(18)

Aspek Manfaat

Prom & Preventif tidak pernah jelas karena:

Tidak ada target pencapaian / indikator utk prom & prev (spt misal utk kuratif utk penyediaan alkes dan obat itu sdh jls brp jml yg mau disediakan),

Anggaran prom&prev tdk jelas krn DO jg tdk jelas

Tidak ada spesifik program prom&prev dlm BPJS

Tidak ada SDM plksana prom&prev yg spesifik 

Peran tenaga kesmas tidak cukup jelas dlm raodmap?

Promotif & Preventif yg diabaikan,

indikatornya adl :

(19)

Saatnya BPJS lebih

memperhatikan aspek

“Promotif & Preventif”

untuk Kesehatan Bangsa

(20)

WASPADA!!

Jamkes jgn hy fokus di Kuratif

DATA RUMAH SAKIT

Overflow of patients:

“Puskes raksasa”

BOR tinggi, mis RSUP Kariadi diatas 90%, dengan risiko un-safety bagi semua

Waktu tunggu operasi lama

Analisis sebab:

Kegagalan sistem PHC (Public Health System)

Relatif terbukanya akses kuratif melalui Jamkes

Ilustrasi di puskes di DKI:

“sakit apa pak?”//”eeeeh.. Pusing aja deh tulis, sy mau ke RS, minta surat rujukan ya sekarang”

(21)

Universal Health Coverage 2019

 Tahun 2014 Paket manfaat medis yang dijamin

adalah seluruh pengobatan untuk seluruh penyakit. Namun, masih ada perbedaan kelas perawatan di RS bagi yang mengiur sendiri dan bagi PBI yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah

Keadilan Sosial masih belum terwujud spt yg dicita-citakan

 Barulah tahun 2019 Seluruh peserta mendapat

paket manfaat jaminan kesehatan yang sama yaitu

paket manfaat kesehatan esensial

Pelayanan tidak membedakan segmen

(22)

3. Aspek Fasilitas Kesehatan

2 2

KEDEPAN

JUMLAH MENCUKUPI KUALITAS MEMADAI

• Faskes pemerintah & swasta (Ps 23 : 1) • Ada kompensasi bila

faskes tak tersedia (Ps 23:3)

• Kelas standar (Ps 23: 4)

SAAT INI

SANGAT

BERVARIASI:

• Ada yg hanya sampai PPK II kab, ada yg sampai PPK III Propinsi tapi ada yg sampai luar negeri. Ada yg melibatkan PPK Swasta disemua jenjang, ada yg hanya PPK Pemerintah • Ada yg memenuhi prinsip

portabilitas, ada yang tidak

Kompensasi utk DTPK??

?

Aspek Equitas??? Bukan hanya kota – desa, tapi untuk mereka yg di DTPK yg tdk mampu menjangkau Faskes,

(23)

Aspek Fasilitas Kesehatan

Pasal 23 UU no 40 Tahun 2004

menyebutkan bahwa

“Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas

kesehatan yang memenuhi syarat guna

memenuhi kebutuhan medik sejumlah peserta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib

memberikan Kompensasi”.

Kompensasi yang diberikan pada peserta dapat dalam bentuk uang tunai, sesuai dengan hak peserta .

(24)

Aspek Fasilitas Kesehatan

Ketentuan dalam UU No 40 Tahun 2004 Pasal 24

ayat (2) menyebutkan bahwa :

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib

membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak permintaan

pembayaran diterima.

Jadi BPJS membayar fasilitas kesehatan secara efektif

(25)

4. Aspek Pembiayaan

2 5

KEDEPAN

• IURAN STANDAR:

Persen & Nominal (Ps 17) • PEMBAYARAN:

POLA YG SAMA – Prospective Payment • SKEMA:

Asuransi Sosial (PBI), dan iuran (Non PBI)

• COST CONTAINMENT: Optimal dg UR (Ps 24)

SAAT INI

• IURAN:

sangat bervariasi (besaran, cara pengumpulan)

• PEMBAYARAN PPK: bervariasi. Ada yg kapitasi, DRG, ada yg reimburment • SKEMA:

sebagian besar msh

bantuan sosial. Yg collecting premi msh sedikit • COST CONTAINMENT: belum optimal Pola Pembiayaan

?

Masing-masing daerah sudah memiliki pola pembiayaan dan

pengaturan keuangan sendiri. Sebagai contoh misalnya, DKI Jakarta sudah memiliki pola pembiayaan Kartu Jaminan Sehat (KJS).

(26)

Aspek Pembiayaan

Perpres No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan perlu diubah terkait besaran PBI. Tujuannya, agar

nilai premi Jamkesda bisa disetarakan dengan premi JKN minimal Rp 19.225 per kepala (Hasil Rakor Tingkat Menteri – 27 Agustus 2013).

Dasar penentuan target penerima bantuan iuran sebanyak 86,4 juta orang dalam pelaksanaan Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan perlu dipertajam. Mengingat data BPS sering kali

(27)

5. Aspek Kelembagaan

27

KEDEPAN

• TERKOORDINASI: SESUAI REGULASI • POLA YG SAMA: Sesuai Regulasi • STANDAR YANG

SAMA: Sesuai SOP

SAAT INI

• Bervariasi, belum terkoordinasi menunggu regulasi • POLA PENGELOLAAN: berbeda-beda • KAPASITAS ORGANISASI: sangat bervariasi

• Prosedur operasi tidak

sama

Portabilitas

?

Portabilitas masih menjadi persoalan di 2014, karena tidak semua Jamkesda lgsg melebur kdalam BPJS

(28)

Aspek Kelembagaan

 Bagaimana dengan integrasi Jamkesda?  1 Januari baru sebagian, jumlahnya akan diverifikasi ulang dan diperkirakan berkurang dari 45,5 juta jiwa, saat ini

menjadi hanya sekitar 11 juta (Hasil Rakor Tingkat

Menteri – 27 Agustus 2013)Portabilitas tdk teratasi sepenuhnya di 2014

Soal anak perusahaan yang dimiliki PT Askes yaitu PT Inhealth serta PT Bijak yang dimiliki PT

Jamsostek.

Apakah jadi dijual?

Jika jadi, dana hasil penjualan itu menjadi dana amanat (BPJS). Pengembangan dana amanat itu digunakan

(29)

Dari 5 Aspek diatas,

Seberapa “Universalkah” UHC di

Indonesia???

Bapak/ Ibu dan Hadirin sekalian bisa

menjawabnya sendiri – sendiri.

Namun yg pasti, kita PERLU KERJA KERAS untuk mewujudkan “UHC Seutuhnya” di Republik ini.

(30)

IMPLEMENTASI BPJS SEHARUSNYA

DIIRINGI STRATEGI PUBLIC HEALTH YANG KOMPREHENSIF.

JIKA TIDAK, MAKA APBN BERPOTENSI JEBOL KARENA RAKYAT MAKIN BANYAK

(31)

Jenjang Kebij Nas “Health in All

Policy” Jenjang Sektoral

(Sistem Kesehatan)

PROFESI KESMAS BERPERAN PADA PENGUATAN 3 JENJANG

5 Target MDG

MDG-NCD

Target Jenjang Kel/ Komunitas

UKM

UKP

PHBS

6. Kepemimpinan kes & Akuntabilitas 5. Pembiayaan Kes 4. Obat & alkes

3. SIK & Surveilens 2. Mgmt SDMKes

1.Mutu Yankes

Layanan Public Health Percepatan

pembangunan Mgmt Sektor Kes MASY MANDIRI Percepatan Penanggula ngan Kemiskinan Gender TNP2K PKH Pendidikan 4 Risks NCD Food Safety Perpajakan Perdagangan

(32)

Dengan demikian

VISI KESMAS DLM

UHC

“To provide integrative

comprehensive holistic

care services across

(33)

Framework

UKM & UKP dlm Satu Kontinum, tp “Definisi

Operasional” utk Prom & Prev harus jelas

RUJUKAN LANJUT RUJUKAN AWAL YAN KURATIF DASAR KONSELING “CATCHMENT” KONSELING SPESIFIK INDIVIDUAL

KONSELING SPESIFIK KELUARGA LAYANAN LEWAT MEDIA

(COMMUNICATED SOCIETY)

COMMUNITY EMPOWERMENT (UKBM)

(34)

SISTEM GATEKEEPING

dalam sisyankes

• Regulasi di Pusat dan Daerah • Program multi entry utk HDI-JKS • Penyediaan anggaran & SDM

• PROMOTIF • PREVENTIF • KURATIF • REHABILITATIF • ETIKA PROFESI • CLINICAL SAFETY • PENGEMBANGAN • Infrastruktur • SDM • Anggaran • Mgmt bermutu • Partisipatif • Sistem pemantauan efektif • Pemberdayaan • Kemandirian Profesionalisme Sinergi PHC-rujukan Knowledge Management BERDAYA & MANDIRI PENYEDIAAN EFEKTIF

KEBIJAKAN & POLITIK KESEJAHTERAAN

Demand Supply Advocacy

TUJUANNYA

AKSESIBILITAS-AVAILABILITAS-MUTU-SUSTAINABILITAS SISTEM UHC/JKS Ekuitas

(35)

UHC

Bukan hanya urusan finansial, melainkan Bagaimana menjamin SETIAP RAKYAT mampu mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan.

UHC Bukan hanya urusan kuratif, melainkan pelkes paripurna meliputi promotif, preventif , kuratif dan

rehabilitatif utk kesehatan bangsa sesuai amanah UU SJSN.

Profesi Kesmas siap berperan aktif untuk mewujudkan UHC di Republik Ini.

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Preferensi yang disampaikan di awal, sebelum mereview bukti audit diharapkan dapat lebih banyak mempengaruhi pertimbangan auditor sehingga dapat sesuai dengan

Sebagai alternatif, atau jika tidak terlarut air, serap dengan bahan kering yang lengai dan isikan dalam bekas pelupusan bahan buangan yang wajar.. Buang melalui kontraktor

A.4.9.2 Agar berfungsi sebagaimana dimaksud, sistem pembuangan bangunan memerlukan bukaan saluran masuk udara segar dalam jumlah besar mencukupi pada level bawah. Itu

berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal calon..

Mekanisme keracunan logam ada tiga kategori, yaitu dengan cara memblokir atau menghalangi kerja gugus fungsi biomolekul yang esensial untuk proses-proses biologis seperti protein

Persebaran tumbuhan ditentukan oleh faktor geologis, geografis (seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan

(NARASUMBER) Jadi begini ibu, Pak Ketua ada yang sifatnya sangat normatif tetapi kami terus terang, terus terang pak tadi ibu dan Pak Ketua tadi sampaikan masih ada

Analisis Strategi Manajemen Risiko Linkage Program pola Executing Pengelolaan risiko pada Bank Muamalat Indonesia secara umum telah. sesuai dengan regulasi yang telah