• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Umum Gorila 1.1. Taksonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Umum Gorila 1.1. Taksonomi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Gorila 1.1. Taksonomi

Suter dan Oates (2000) memasukan Gorila Afrika kedalam ordo Primata, suborde Antropoidea termasuk didalamnya orang-utan, superfamili Hominoide, famili Hominidae, dengan dua spesies yaitu Gorila Afrika Barat (Gorilla gorilla) dan Gorila Afrika Timur (Gorilla beringei). Gorila Afrika Barat (Gorilla gorilla) terdiri dari dua sub spesies yaitu Gorila Dataran Rendah Barat (Gorilla g. gorilla) dan Gorila Cros River (Gorilla g. diehli). Gorila Afrika Timur (Gorilla beringei) terdiri dari Gorila Dataran Rendah Timur (Gorilla beringei graueri) dan Gorila Gunung (Gorilla beringei beringei).

Nama lain gorila adalah: gorila (Finlandia, Perancis, Jerman, Spanyol), bergsgorila, gorila, atau laglandsgorila (Swedia), G.gorilla: gorila barat, G.g.

beringei: gorila gunung, atau Virunga, dan G.b.graueri: gorila dataran rendah

bagian timur (Lang 2005).

1.2. Morfologi

Gorila memiliki tubuh kekar dan kuat serta tidak berekor dengan tinggi rata- rata sekitar 166,6 cm. Berat tubuh gorila liar sekitar 139,4 kg, sedangkan di

dalam penangkaran bekisar 150,7 – 181,5 kg. Pada gorila betina mempunyai

tinggi sekitar 140 cm, berat tubuhnya hanya sekitar 90 kg (Schaller, 1976).

Gorila mempunyai beberapa perbedaan fisik yang menunjukan karakteristik morfologi pada setiap subspecies, diantaranya berdasarkan pertumbuhan gigi dan tengkorak (Lang 2005).

Gorila memiliki hidung pendek, dengan lubang yang besar. Pada bagian wajah, telinga, telapak tangan dan telapak kaki tidak berambut, sedangkan pada jantan dewasa terdapat sedikit rambut serta tidak memiliki jenggot (Mcdonald, 1996), seperti ditunjukan pada Gambar 1.

Gorila juga mempunyai gigi yang berukuran besar, terutama pada bagian geraham berfungsi untuk mengunyah makanan yang digerakan oleh otot rahang. Pada pelipis terdapat tonjolan tulang besar yang disebut sagital crest, dan di belakang kepala terdapat tulang belikat (nuchal). Gorila jantan memiliki sagital

(2)

Pada masa bayi (infant) gorila memiliki kulit berwarna merah keabu-abuan, dan rambut tumbuh jarang berwarna merah kecoklatan (McDonald, 1996). Pada tahapan dewasa kulit berwarna hitam, rambut hitam kecoklat abu-abuan. Bagian punggung jantan dewasa terdapat pelana rambut berwarna keperak-perakan yang berukuran pendek, sedangkan pada bagian paha, tungging dan lengan, rambutnya lebih panjang ( Mcdonald, 1996, Maple dan Hoff, 1982).

Gorilla gorilla gorilla Gorilla beringei beringei Gorilla beringei graueri

Gambar 1. Morfologi gorila (sumber, http://pin.primate.wisc. edu/factsheets/

entry/gorilla).

Gorila Dataran Rendah Barat (Gorilla g. gorilla) memiliki rambut berwarna abu-abu kecoklatan dengan sedikit warna coklat kemerahan pada bagian atas kepala. Pada jantan rambut berwarna keputihan cenderung melebar ke bagian punggung dan paha. Gorila Dataran Rendah Timur (Gorilla beringei graueri) memiliki warna rambut hitam dan pada jantan dewasa tumbuh rambut putih keperakan sampai bagian punggun. Sedangkan Gorilla Gunung (Gorilla beringei

beringei) memiliki ciri yang sama dengan Gorila Dataran Rendah Timur, tetapi

rambutnya lebih panjang (Maple dan Hoff, 1982).

1.3. Habitat dan Penyebaran

Gorila merupakan hewan diurnal teresterial yang hidup dihutan hujan tropis, hutan basah didataran rendah, rawa-rawa dan ladang terbuka yang ditinggalkan. Gorila Dataran Rendah Barat (Gorilla g. gorilla) sering ditemukan di hutan sekunder dengan kanopi, akan tetapi menurut penelitian terakhir Gorila juga dapat ditemukan di hutan hujan primer (UNEP- World Conservation Monitoring Centre, 2002).

Habitat Gorila Dataran Rendah Barat terdapat di hutan sekunder, hutan primer, rawa-rawa dataran rendah, dan gunung dengan ketinggian diatas 3050m. Gorila Gunung (Gorilla beringei beringei) terdapat di gunung dan hutan

(3)

bambu berada diatas ketinggian 2800–3965m, sedangkan Gorila Dataran Rendah Timur (Gorilla beringei graueri) terdapat di hutan primer, hutan sekunder, hutan bambu, dan rawa-rawa diatas ketinggian 1000- 2400m. (Maple dan Hoff 1982).

Penyebaran gorila secara tidak merata di timur tengah dan dekat garis katulistiwa Afrika bagian barat, yang dipisahkan oleh sungai Congo. Gorila Barat termasuk didalamnya G.g. gorilla dan G.g. diehli ditemukan dalam wilayah

geografis kira-kira 709, 000 km2 (273,746 mi2). Perbatasan bagian Nigeria,

Camerun, Republik Afrika Tengah, Garis Guinea, Gabon, Republik Congo, Angola, dan bagian barat Republik Demokratik Congo. Gorila Cros River ditemukan hanya di 750 km2 (290 mi2) yaitu di Nigeria dan Camerun. Gorila timur, didalamnya termasuk gorila gunung dan gorila dataran rendah timur ditemukan di sebagian arah timur Republik Demokratik Congo, Uganda, dan Rwanda, pada wilayah geografis kira- kira 112.000 (43,243 ), seperti ditunjukan pada Gambar 2. Penyebaran Gorila Gunung dibatasi oleh dua lokasi yaitu gunung berapi Virunga tepi Uganda, Rwanda dan Republik Demokratik Congo, dan ditepi Taman Nasional Uganda (Lang 2005).

Gambar 2. Wilayah penyebaran gorila. Warna merah G.g. gorilla, warna hijau dengan panah G.g. diehli, warna biru G.b.graueri, dan warna jingga

dengan panah G.b. beringei. (sumber, Lang 2005.

http://pin.primate.wisc. edu/factsheets/entry/gorilla)

Populasi gorila dihabitat aslinya diperkirakan sebesar 110,000 ekor untuk Gorila Dataran Rendah Barat (G.g. gorilla), 250 sampai 300 individu Gorila Cros River (G.g. diehli), 17,000 ekor Gorila Dataran Rendah Timur (G.b. graueri), dan

(4)

700 ekor Gorila Gunung (G.b. beringei). Di kebun binatang diperkirakan berjumlah 350 gorila jenis Gorila Dataran Rendah (Lang 2005).

2. Aktivitas Harian Gorila

Tinbergen (1980) mendefinisikan secara umum perilaku binatang sebagai gerak-gerik binatang. Gerak-gerik ini tidak hanya berlari, berenang, melata, merangkak, berjalan, melompat, tetapi juga meliputi gerak-gerik yang dilakukan oleh binatang pada waktu makan, membuat sarang, perkawinan dan bahkan pada waktu binatang bernafas. Selain itu perilaku juga dapat berwujug sikap

diam atau memandang sesuatu dengan seksama, sehingga dapat

mempengaruhi perilaku berikutnya.

2.1. Lokomosi

Lokomosi pada gorila ditandai dengan perpindahan dari posisi diam ke posisi diam lainya, atau pergerakan dari suatu rangkaian yang terus menerus diantara dua titik (Doran dan McNeilage. 1998). Sifat pergerakan gorila adalah adanya perubahan tipe pronograde yaitu pergerakan gorila yang meggunakan empat anggota gerak secara quadrupedal untuk berjalan dengan kedua tanganya antara jari 3 dan 4 yang ditekukan (Maple dan Hoff 1982). Di alam gorila dataran rendah mengembara sejauh 5,6-6,7 km/hari (Jons dan Sabaster 1971).

Gorila bergerak dengan cara kuadrupedal, bipedal, memanjat dan bergelantungan brahiasi (Maple dan Hoff 1982). Pergerakan secara kuadrupedal merupakan cara yang khas karena pergerakan ini menggunakan buku-buku jari. Pergerakan ini tidak hanya dilakukan oleh jenis gorila, melainkan semua kera besar melakukanya, seperti pada orang-utan (Maple 1980).

Gorila mendukung berat tubuhnya dengan bertumpu pada permukaan dorsal jari jari tangan ke tiga dan keempat yang ditekukan. Branhiasi biasanya dilakukan oleh bayi (2-3 tahun), dan juvenile yang berumur antara 4-5 tahun, menjelang dewasa frekuensi pergerakan ini jarang dilakukan karena faktor bobot tubuh. Gorila terkadang melakukan pergerakan bipedal ketika memukul dada dengan telapak tanganya untuk memperlihatkan dominansi atau menanggapi adanya bahaya (Maple dan Hoff 1982).

(5)

2.2. Istirahat

Pada kelompok primata diurnal umumnya tidur dilakukan pada malam hari, tetapi pada siang hari terutama pada saat cuaca disekitarnya panas dan kelembapan tinggi juga melakukan tidur siang (Doran dan McNeilage 1998).

Gorila mempunyai aktivitas istirahat yang paling tinggi dibandingkan aktivitas menjelajah dan mencari makan (Schaller 1976). Gorila istirahat dengan ditandai tidak adanya aktivitas yang menampakan pergerakan, baik pada posisi duduk maupun berbaring. Gorila akan beristirahat sekitar antara pukul 09.00 atau 10.00 sampai pukul 12.00. Setelah periode istirahat selesai, gorila akan memulai untuk mencari makan yang ditandai dengan jantan punggung perak (silverback) memulai untuk mencari makan (Maple dan Hoff 1982).

Pada umumnya gorila akan mengurangi aktivitas harianya setelah pukul 17.00 untuk membangun sarang, dan istirahat mulai pukul 18.00 sampai 06.00 pagi. Gorila dataran rendah membuat sarang di hutan diatas pepohonan, sedangkan gorila pegunungan membuat sarang di permukaan tanah, semak- semak atau dipepohonan. (Maple dan Hoff 1982).

Tinggi sarang gorila dari permukaan tanah bervariasi antara 1-15 meter, dan gorilla memiih tempat yang tinggi dari permukaan tanah, serta memilih batang yang dan akar yang kokoh (Maple dan Hoff 1982). Sarang yang dibangun gorila mempunyai diameter yang bervariasi yaitu antara 2-3 meter (Schaller 1976 ).

2.3. Perilaku Sosial

Organisasi sosial pada gorila, termasuk semua primata berpengaruh terhadap variabel ekologi, seperti ketersediaan pakan, tekanan predator, dan pengaruh sosial (Parnell 2002). Di alam gorila hidup berkelompok yang terdiri dari one male multi female (satu jantan banyak betina). Kelompok Gorila Dataran Rendah terdiri dari satu jantan dewasa dominan (silverback), satu jantan pra dewasa (8-12 tahun) dan beberapa betina dewasa, serta anak gorilla (kurang dari 8 tahun). Pada kelompok gorila ini tidak pernah ditemukan dua jantan dewasa (silverback), berbeda dengan Gorila Gunung yang terkadang terdapat

silverback subordinate dan biasanya merupakan anak dari silverback dominan

(Watts, 1990).

Berdasarkan hasil penelitian Gatti et al. (2004) populasi Gorila Dataran Rendah Barat ditemukan dalam tiga tipe yaitu: soliter, kelompok breeding, dan

(6)

kelompok nonbreeding. Gorila soliter pada umumnya hanya gorila jantan dewasa, sedang kelompok breeding berjumlah 3-15 ekor yang terdiri dari satu jantan dewasa silverback dan rata-rata 1-3 betina dewasa. Pada kelompok

nonbreeding berjumlah 2-15 ekor tanpa betina dewasa, yang terdiri dari gorila

jantan dewasa blackbacks, jantan subadult, dan juvenile, kelompok ini didominasi oleh gorila jantan dewasa blackbacks.

Pada masa remaja gorila jantan maupun betina akan meninggalkan kelompok asalnya untuk membentuk kelompok baru. Gorila betina meninggalkan kelompok untuk menghindari inbreeding, sedangkan gorila jantan dewasa muda biasanya akan membentuk kelompok bujang (bachelor group) hingga mendapatkan betina untuk membentuk kelompok baru (Watts 1990).

Perilaku sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok dan linkunganya, seperti hubungan berpasangan menjelang perkawinan, adanya kontak interaksi antar individu untuk berkomunikasi baik dengan suara maupun dengan gerakan (Crook 1972).

Komunikasi vokal antar individu dalam satu kelompok mengandung makna berbeda sesuai dengan keadaan tertentu, seperti suara raungan yang berasal dari silverback atau jantan punggung hitam blacksback, ini menandakan adanya bahaya atau individu yang mengalami stres (Maple dan Hoff 1982).

Komunikasi visual dilakukan oleh semua gorilla di dalam kelompok, seperti memukul dada dan berjalan secara arogan sebagai tanda dominansi jantan dewasa (Browning 1996). Sedangkan komunikasi berdasarkan sentuhan seperti membersihkan parasit atau kulit mati yang menempel pada rambut individu lainya, bertujuan untuk mempertahankan ikatan sosial diantara individu dalam satu kelompok (Maple dan Hoff 1982).

Gorila dapat memperlihatkan emosinya yang kuat, terutama bila merasa terancam, jika ketakutan gorila akan berteriak dengan tujuan sebagai tanda kepada anggota kelompok akan bahaya. Pertunjukan menepuk dada pada gorila gunung, sebenarnya baru satu tahap upacara yang rumit, upacara dimulai dengan mengeluarkan suara seperti suara burung hantu, memuncak melalui serentetan acara, yaitu makan secara simbolik, berdiri, menepuk dada dan berakhir dengan klimaks pemukulan tanah pertunjukan seekor jantan dewasa, (Simorangkil, 1981).

Aktivitas gorila lebih rendah dibandingkan kera besar lainya. Di dalam kelompok, hanya jantan dewasa (silverback) yang dapat mengawini betina.

(7)

Kematangan seksual gorila betina pada usia 8-9 tahun, sedangkan gorila jantan pada usia 10-11 tahun (Chinery 1984). Masa kebuntingan gorila dataran rendah barat (G.g. gorilla) selama 260 hari. Berat bayi gorila sekitar 3-5 pound dan laju pertumbuhanya dua kali lebih cepat dari bayi manusia (Maple dan Hoff 1982).

Bayi gorila akan diasuh oleh induknya sampai usia 3.5-4 tahun dan disapih pada usia 3 bulan. Dalam keadaan normal, gorila dapat hidup mencapai usia lebih dari 37 tahun, sedangkan di penangkaran gorila mampu hidup mencapai usia 50 tahun (Maple dan Hoff 1982).

Dalam kelompok gorila, jika terjadi perubahan pemimpin jantan dominan maka akan terjadi infanticide yaitu gorila jantan dewasa (silverback) yang baru akan membunuh anakan dari gorila jantan dewasa sebelumnya. Hal ini dilakukan supaya gorila jantan dewasa (silverback) yang baru dapat segera mengawini betina dan menurunkan genya (Watts 1990).

Untuk membentuk kelompok multi-jantan atau melakukan pengambil alihan dari luar terhadap beberapa kelompok yang ada, betina dan anaknya yang menyusui harus berpindah ke kelompok baru ketika gorila silverbacknya mati (Doran dan McNeilage 1998).

2.4. Pola Makan

Gorila menghabiskan waktunya untuk makan mulai pagi hari sekitar pukul 06.00 sampai 09.00 pagi, dan dilanjutkan pukul 12.00 sampai jam 17.00 (Maple dan Hoff 1982). Bagian tumbuhan yang dimakan adalah bagian non reproduktif, seperti daun, batang, serta bagian dalam jaringan lunak batang. Gorilla juga memakan tanah liat untuk memenuhi kebutuhan mineralnya yang tidak diperoleh dari makanan lain (Goodall dan Groves 1977).

Gorila mempunyai adaptasi morfologi terhadap jenis folivorus yaitu ukuran tubuh yang besar, lengan yang panjang. Sedangkan adaptasi morfologi terhadap jenis makanan furgivorus yaitu lebih mempunyai sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis. Makanan gorilla dataran rendah merupakan gabungan dari dua jenis makanan yaitu furgivorus dan foliovorus (Tutin 1994).

Makanan gorila pegunungan di penangkaran berupa buah persik, semangka, anggur, pisang, jeruk, dan jagung, sedangkan gorila Congo memakan kentang manis atau umbi rambat, pisang, jeruk, keseluruhan buah, susu, telur, dan sereal kering (Doran dan McNeilage 1998). Selain itu gorila juga

(8)

memilah-milah sisa makanan berupa biji dari feses yang dikeluarkanya (Maple dan Hoff 1982).

Di alam gorila mungkin sangat vegetarian, banyak tergantung pada hampir semua jenis tumbuhan yang ada di tanah, tetapi pada keadaan yang tidak biasanya atau di kandang gorila memakan buah-buahan dan daging sapi cincang (Napier dan Napier, 1985).

Gorila Dataran Rendah Barat lebih bersifat frugivorus daripada folivorus. Konsumsi buah-buahan dapat mencapai 67% pada musim penghujan, daun serta batang mencapai 17% dan serangga sebanyak 3% (Tutin, 1996). Serangga merupakan salah satu sumber protein,lemak, dan energi yang sangat baik untuk primata (Kay 1984). Gorila memakan serangga berupa rayap, semut, dan serangga lain. Di alam gorila sering memakan rayap Cubitermes yang hidup membuat sarang di pohon, dan semut Oecophilia longinoda serta semut

Chitinous exoskeleton. (Cipolletta et al. 2007).

Keistimewaan yang umum dari diet primata adalah kebiasaan musiman dari memakan buah- buahan, hal ini terjadi karena sifat musiman dari ketersediaanya (Tutin dan Fernandez 1992). Apabila memasuki musim kering tiba dan buah- buahan sulit ditemukan, maka diet gorila akan berubah dengan mengkonsumsi dedaunan dan batang tumbuhan yang kaya protein lebih banyak. Gorila tidak terlalu membutuhkan air untuk minum, kebutuhan air akan disuplai melalui makanan (Tutin, 1996).

Besarnya pemilihan pakan gorila barat terdiri dari batang, sum-sum batang, tunas, dan daun yang tersedia diamanapun, serta berbagai macam buah dan kualitas buah (Rogers et al. 2004). Pencarian dan pemilihan yang selektif untuk buah-buahan yang lezat mempunyai konsekuensi langsung pada usaha pencarian makanan gorila barat dengan pengaruh potensial pada perilaku sosial mereka (Tutin 1996, Cipolletta et al. 2007).

Goodal (1977) mengatakan bahwa primata menggunakan naluri untuk memilih makanannya berdasarkan kelimpahan dan ketersediaan jenis tanaman, nilai nutrisi, rasa, bau, ukuran, bentuk, dan tekstur buah, serta berdasarkan sistem pencernaan, kebiasaan dan pilihan individu.

(9)

3. Pusat Primata Schmutzer

Pusat Primata Schmuzer terletak di dalam Taman Margasatwa Ragunan DkI Jakarta yang berada pada ketinggian 50 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan rata- rata 2291 mm pertahun, temperatur udara rata- rata

sepanjang tahun 27,2 oC dan kelembapan udara pertahunya sekitar 80%. Pusat

Primata Schmutzer merupakan hibah yang diberikan kepada Pemerintah DKI Jakarta dari mendiang Nyonya Puck Schmutzer, seorang pemerhati dan pencinta hewan primata dari Inggris.

Pembangunan dan pengembangan Pusat Primata Schmutzer dimulai tahun 2000 dan diresmikan pada tahun 2002, dengan luas wilayah kurang lebih 13 hektar, yang baru digunakan sekitar 6 hektar diantaranya untuk kandang gorila seluas kurang lebih 1 hektar, dan kandang orang-utan sekitar 1,5 hektar.

Pusat Primata Schmutzer mengoleksi beberapa jenis primata, diantaranya orang-utan, lutung perak, monyet ekor panjang, simpanse, dan gorila dataran rendah barat. Satwa primata di Pusat Primata schmutzer merupakan hasil sitaan dan penyerahan dari masyarakat serta tukar-menukar satwa dengan kebun binatang lain. Salah satu satwa primata hasil tukar menukar adalah gorila. Gorila berasal dari kebun binatang Howletz Inggris sebanyak empat ekor jantan yang didatangkan pada tanggal 8 Juli 2002.

Satwa primata di Pusat Primata Schmutzer dipelihara dalam enclosure (kandang berukuran luas yang dibuat mirip dengan habitat aslinya). Ukuran dan tipe enclosure disesuaikan dengan jenis satwa primata, kera besar memiliki tipe kandang terbuka sedangkan kera kecil dan monyet memiliki kandang tertutup.

Pada saat gorila sampai di Indonesia, gorila menjalani karantina di Pusat Primata Schmutzer selama 1 bulan yang diawasi oleh petugas karantina hewan DKI Jakarta. Karantina gorila dilakukan pada dua tempat yang berbeda yaitu dalam kandang tertutup (enclosure) dan di luar kandang (exclosure).

Pusat Primata Schmutzer pada tahun 2008 akan mendatangkan dua ekor gorila betina dari kebun binatang yang sama yaitu kebun binatang Howletz Inggris, yang akan dipasangkan dengan salah satu gorila jantan yang sudah ada. Pada saat ini jumlah gorila di Pusat Primata Schmutzer sebanyak 3 ekor, bertepatan tanggal 18 Februari 2008 salah satu gorila bernama Kidjoum mati.

Gambar

Gambar  1.  Morfologi  gorila    (sumber,  http://pin.primate.wisc.  edu/factsheets/

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pengaturan pelayanan perizinan, yang terdiri atas Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan, Izin Usaha Pariwisata, Izin Gangguan, Izin Tempat Usaha, Izin

Terdapat kontribusi sebesar 54.1% dari power lengan, power tungkai dan fleksibilitas panggul secara bersama-sama dengan kecepatan panjat tebing kategori

Adalah pernyataan tentang distribusi beberapa karakteristik antara anggota kelas seluruh orang, tempat atau hal-hal.  Penalaran

Hasil optimasi algoritma genetika terhadap skenario rantai pasokan agroindustri cocodiesel tersebut adalah sebagai berikut : Jumlah pasokan kelapa dari pemasok-1 ke

Telah memenuhi syarat sebagai suatu karya ilmiah (Diktat) dalam mata kuliah Fungsi Kompleks pada Program Studi Matematika Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas

Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk emiten BEI, rasio lancar dan profit margin berpengaruh signifikan, sedangkan perputaran total aktiva, total hutang terhadap

SI e-KTP telah digunakan dari tahun 2013 sampai sekarang oleh Dispencapil Minahasa Utara dan belum pernah dilakukan pengukuran, sehingga pimpinan belum memiliki

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), data pergerakan Jakarta Islamic Indeks, data Tingkat inflasi,