• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Sistematika Penulisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Sistematika Penulisan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

 Latar Belakang

 Tujuan Penulisan

 Manfaat Penulisan

 Sistematika Penulisan

(2)

 Sejarah Penghitungan IPM

 Sumber Data

 Metode Penyusunan Indeks

(3)

MANUSIA KABUPATEN GRESIK

 Kependudukan

 Kondisi Kesehatan

 Kondisi Pendidikan

 Kondisi Perekonomian

(4)

BESERTA KOMPONENNYA

 Perkembangan Kesehatan

 Perkembangan Pendidikan

 Perkembangan Pengeluaran per

Kapita di Sesuaikan

(5)

 Pertumbuhan IPM

 Disparitas IPM Kabupaten Gresik

dan Sekitarnya

(6)
(7)
(8)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik

i

G R E S I K

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh,

Publikasi Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik

2016 memberikan gambaran umum mengenai kondisi pembangunan manusia

di Kabupaten Gresik tahun 2015. Adapun data yang disajikan terdiri dari hasil penghitungan besaran IPM, komponen-komponennya, dan perkembangannya.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian suatu daerah dalam tiga dimensi pembangunan manusia yaitu lamanya hidup, pengetahuan, dan standard kehidupan yang layak. Indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian pendidikan, dan tingkat pendapatan yang disesuaikan.

Informasi data yang disampaikan secara tepat dan akurat memegang peranan yang sangat penting utamanya sebagai bahan untuk memantapkan perencanaan pembangunan maupun sebagai upaya untuk mengetahui realisasi pembangunan itu sendiri. Data yang lengkap memudahkan dalam pengolahan, interpretasi dan evaluasi keakuratannya ditinjau dari berbagai aspek termasuk aspek ekonomi dan sosial.

Kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan buku ini, kami mengucapkan terimakasih. Namun demikian berbagai upaya korektif untuk sempurnanya materi buku ini senantiasa kami harapkan.

Wassalaamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh.

Gresik, Oktober 2016 KEPALA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

Ir. TUGAS HUSNI SYARWANTO, MMT Pembina Utama Muda

(9)

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Penulisan ... 3 1.3. Manfaat Penulisan ... 3 1.4. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II. METODOLOGI ... 5

2.1. Sejarah Penghitungan IPM ... 5

2.2. Sumber Data ... 6

2.3. Metode Penyusunan Indeks ... 6

2.4. Besaran Skala IPM ... 15

BAB III. KONDISI UMUM PEMBANGUNAN MANUSIA KAB. GRESIK 2015 17 3.1. Kependudukan ... 17

3.2. Kondisi Kesehatan ... 21

3.2.1. Sarana Kesehatan ... 21

3.2.2. Derajat Kesehatan Masyarakat ... 25

3.3. Kondisi Pendidikan ... 31

3.3.1. Harapan Lama Sekolah ... 33

3.3.2. Rata-rata Lama Sekolah ... 34

3.3.3. Angka Partisipasi Sekolah ... 35

3.3.4. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan ... 38

3.4. Kondisi Perekonomian... 39

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 40

3.4.2. Struktur Ekonomi Regional ... 41

3.4.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 42

3.4.4. PDRB Perkapita ... 43

BAB IV. PERKEMBANGAN IPM BESERTA KOMPONENNYA ... 45

4.1. Perkembangan Kesehatan ... 46

4.2. Perkembangan pendidikan ... 48

4.2.1. Perkembangan Harapan Lama Sekolah…….. ... 50

4.2.2. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah ... 51

4.3. Perkembangan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan ... 52

4.4. Perkembangan IPM ... 55

BAB V. PERTUMBUHAN IPM DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH ... 58

5.1. Pertumbuhan IPM ... 59

5.2. Disparitas IPM Kab. Gresik dan Sekitarnya ... 61

BAB VI. PENUTUP ... 65

(10)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik iii

Halaman Tabel 2.1. Dimensi, Indikator dan Indeks Pembangunan Manusia

Metode Lama dan Metode Baru……….……. 7

Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Dalam

Penghitungan IPM………….………. 14

Tabel 2.3. Klasifikasi Capaian IPM……….………... 16

Tabel 3.1. Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2012 – 2015………... 22 Tabel 3.2. Data Rumah Sakit Beserta Alamat Kabupaten Gresik Tahun

2015………..……… 23

Tabel 3.3. Jumlah Tenaga Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2012 –

2015………..………… 25

Tabel 3.4. PDRB per Kapita Kabupaten Gresik Tahun 2012-2015…….. 43

Tabel 4.1. Besarnya Nilai IPM Kabupaten Gresik dan Komponen

Komponennya Selama tahun 2011-2015………... 45

Tabel 4.2. Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan Kabupaten Gresik Tahun 2013-2015………….………... 50 Tabel 4.3. Pengeluaran PPP Kabupaten Perkapita riil yang disesuaikan

(Rp000) Dan Indeks Gresik Tahun 2013-2015…... 53

Tabel 5.1. Pertumbuhan IPM Kabupaten Gresik dan Wilayah

Sekitarnya tahun 2011-2015………... 60

Tabel 5.2. IPM Kabupaten Gresik dan Wilayah Sekitarnya Tahun 2010-2015 ... 62 Tabel 5.3. Angka IPM dan Komponen Indeksnya Kabupaten Gresik

(11)

Halaman

Gambar 3.1. Perkembangan dan laju Pertumbuhan Penduduk

Kabupaten Gresik Tahun 2011 – 2015………. 18

Gambar 3.2. Piramida Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2015…..…… 19

Gambar 3.3. Persentase Penduduk Menurut Kelompok UmurdanJenis

Kelamin Kabupaten Gresik Tahun 2015……….……… 20

Gambar 3.4. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka KematianBayi

(AKB) Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015……….... 27

Gambar 3.5. Persentase Tenaga Penolong Kelahiran Terakhir

Kabupaten Gresik Tahun 2015……..……… 28

Gambar 3.6. Persentase Penggunaan Imunisasi Pada Balita Kabupaten

Gresik Tahun 2015……….…………. 29

Gambar 3.7. Persentase Penggunaan Fasilitas Air Minum Kabupaten

Gresik Tahun 2015……….………. 31

Gambar 3.8. Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah

Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015……….. 34

Gambar 3.9. Rata-rata Lama Sekolah Metode Baru dan Lama

Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015………...…… 35

Gambar 3.10. APS dan APM Kabupaten Gresik Tahun 2014-2015…... 36 Gambar 3.11. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk

10 tahun ke atas Kabupaten Gresik Tahun 2015……….… 39

Gambar 3.12. PDRB ADHB dan PDRB ADHK (Migas & Non Migas)

Kabupaten Gresik Tahun 2014-2015……… 40

Gambar 3.13. Distribusi PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha

Kab.Gresik Tahun 2015……….…... 41

Gambar 3.14. Pertumbuhan PDRB Kab.Gresik Tahun 2009-2015….…... 43 Gambar 4.1.

Gambar 4.2.

Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2013-2015……… Harapan Lama Sekolah dan Peningkatannya Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015………

48

51 Gambar 4.3. Rata-rata Lama Sekolah dan Peningkatannya Kabupaten

Gresik Tahun 2010-2015………... 52

Gambar 4.4. Pengeluaran Perkapita Disesuaikan dan Peningkatannya

Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015………..….... 54

Gambar 4.5. IPM dan Perkembangannya Di Kabupaten Gresik Tahun

2010-2015………... 56

Gambar 5.1. IPM Kab.Gresik dan Pertumbuhannya Tahun 2010-2015… 59

(12)

1.1 Latar Belakang

Kinerja perekonomian suatu daerah seringkali diukur dengan besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan parameter keberhasilan kinerja ekonomi yang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Menurut konferensi internasional bertema asia 2015 di London pada 6-7 maret tahun 2006 paradigma tersebut tidak selamanya efektif dalam mengentaskan kemiskinan dan menekan angka pengangguran bila tidak diikuti oleh pemerataan distribusi pendapatan. Pengukuran seberapa besar kemerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan/pengeluaran konsumsi masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien gini ratio. Semakin besar koefisien gini ratio maka ketimpangan distribusi pendapatan relatif semakin meningkat. Perbaikan kesenjangan hanya bisa dicapai dengan melakukan investasi pada pembangunan manusia, baik dalam meningkatkan akses, kualitas dan layanan dibidang kesehatan. Berdasarkan pengalaman di beberapa negara, untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan dengan distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk bidang pendidikan dan kesehatan.

Pembangunan manusia adalah suatu proses memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Diantara pilihan-pilihan hidup yang penting adalah pilihan hidup sehat, untuk menikmati umur panjang, untuk hidup cerdas, dan kehidupan yang mapan. Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen utama, yaitu : Produktivitas, Ekuitas, Kesinambungan, dan Pemberdayaan. Tingkat capaian pembangunan manusia telah mendapatkan perhatian dari penyelenggara negara agar hasil-hasil pembangunan tersebut dapat diukur dan dibandingkan. Terdapat berbagai ukuran pembangunan manusia yang telah dibuat, namun tidak seluruhnya dapat dijadikan sebagai sebuah ukuran standar yang dapat digunakan untuk perbandingan antar waktu dan antar wilayah. Oleh karena itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan sebuah ukuran standar pembangunan manusia yang yang dapat digunakan secara internasional yaitu Indeks Pembangunan Manusia

BAB I

(13)

(IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks komposit ini terbentuk atas empat komponen indikator, yaitu angka harapan hidup merefleksikan dimensi hidup sehat dan umur panjang, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah mempresentasikan output dari dimensi pendidikan, dan pengeluaran perkapita disesuaikan untuk menjelaskan dimensi hidup layak.

Perkembangan IPM di Indonesia secara umum mulai dari periode tahun 2010-2015 terus mengalami peningkatan capaian seiring dengan membaiknya perekonomian negara. Hal ini terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut. Pengukuran IPM terkait dengan indikator-indikator lain sebagai pendukungnya juga sangat berpengaruh, dimana setiap perubahan pada indikator tersebut memberikan pengaruh terhadap pembangunan manusia. Seperti dalam mengukur angka harapan hidup maka terlebih dahulu harus ditentukan tingkat kematian penduduk. Tingkat kematian ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan pangan, kemiskinan, keadaan gizi, penyakit menular, keadaan fasilitas kesehatan, kecelakaan, bencana dan kelaparan. Dengan demikian setiap faktor pendukung yang mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap indeks yang dibentuknya.

Perhatian pemerintah terhadap pembangunan manusia yang semakin baik ditandai dengan dijadikannya IPM sebagai salah satu alokator Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mengatasi kesenjangan keuangan antar wilayah (fiscal gap) dan memacu percepatan pembangunan di daerah. Alokator lain yang digunakan untuk mendistribusikan DAU adalah luas wilayah, jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Dengan adanya DAU diharapkan daerah yang mempunyai IPM rendah mampu mengejar ketertinggalannya dari daerah lain yang mempunyai IPM lebih baik karena memperoleh alokasi yang berlebih. Namun hal ini tergantung pada kebijakan dan strategi pembangunan dari masing-masing daerah dalam memanfaatkan kucuran dana yang ada untuk mencapai hasil pembangunan khususnya pembangunan manusia secara lebih baik.

(14)

1.2 Tujuan Penulisan

Publikasi “Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 2016” ini

dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dalam rangka menyiapkan

perangkat yang digunakan dalam perencanaan pembangunan sehingga dapat dilakukan dengan lebih baik dan terarah serta mencapai sasaran sebagaimana ditentukan.

Adapun tujuan dari publikasi adalah :

1. Memberikan gambaran kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Gresik dari tahun ke tahun.

2. Menyajikan analisis indikator pembangunan manusia dan perkembangannya serta komponen-komponen indeks pembangunan manusia di Kabupaten Gresik dari tahun ke tahun.

3. Menyajikan analisis disparitas pembangunan manusia Kabupaten Gresik tahun 2015 dengan wilayah sekitarnya.

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat yang ingin dicapai dari penyusunan publikasi ini adalah :

1. Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan dalam memantau proses pembangunan manusia di Kabupaten Gresik secara berkesinambungan. 2. Data dan informasi publikasi ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

dalam perencanaan pembangunan manusia pada tahap pembangunan selanjutnya.

3. Publikasi ini dapat dijadikan rujukan atau referensi keilmuan bagi masyarakat pendidikan.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan Publikasi “Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik Tahun 2016” disusun menjadi beberapa bab dan diorganisasikan sebagai berikut :

□ Bab I Pendahuluan didalamnya mencakup latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

(15)

□ Bab II Metodologi berisi sejarah penghitungan IPM, sumber data, metode penyusunan indeks, dan besaran skala IPM.

□ Bab III Kondisi Umum Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik berisi

tentang kependudukan, kondisi kesehatan, kondisi pendidikan, dan kondisi perekonomian.

□ Bab IV Perkembangan Komponen IPM membahas mengenai perkembangan

kesehatan, pendidikan, pengeluaran perkapita disesuaikan, dan

perkembangan IPM.

□ Bab V Pertumbuhan IPM dan Disparitas IPM Antar Wilayah membahas posisi

relatif IPM Kabupaten Gresik dan wilayah sekitarnya.

□ Bab VI Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran yang berisi ringkasan dan jawaban atas tujuan penyusunan publikasi ini.

Selanjutnya, penulisan ini dilengkapi dengan lampiran beberapa tabel-tabel yang dianggap relevan.

(16)

2.1. Sejarah Penghitungan IPM

IPM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui laporan pembangunan manusia (Human Development Report) dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan pembangunan kualitas manusia di 177 negara.

Di Indonesia, pemantauan pembangunan manusia mulai dilakukan pada Tahun 1996. Laporan pembangunan manusia pada tahun 1996 memuat informasi pembangunan manusia untuk kondisi tahun 1990 dan 1993. Cakupan laporan pembangunan manusia terbatas pada level provinsi. Mulai tahun 1999, informasi pembangunan manusia telah disajikan sampai level kabupaten/kota.

Penghitungan IPM di seluruh Indonesia pada tahun 2014 sampai sekarang menggunakan metode baru. Alasan pertama yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM adalah ada beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM, indikator itu adalah angka melek huruf dimana hal tersebut dianggap sudah tidak relevan lagi untuk dijadikan sebagai tolak ukur diganti dengan harapan lama sekolah. Kedua, penggunaan rumus rata-rata aritmatik pada IPM metode lama tersebut mengakibatkan ada informasi yang tertutup dikarenakan capaian yang rendah disuatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain, karena itu pada metode baru ini menggunakan rata-rata ukur atau geometrik.

IPM Kabupaten Gresik mulai dihitung sejak tahun 1999 namun masih dengan metode lama, tahun 2014 merupakan masa peralihan dimana metode baru mulai disosialisasikan sehingga ditahun itu penghitungan dengan metode lama dan baru juga dilakukan sebagai data perbandingan. Provinsi Jawa Timur beserta 38 kabupaten/kota di dalamnya termasuk Kabupaten Gresik sudah melakukan penghitungan IPM tahun 2014 dengan metode baru sekaligus juga metode lama. IPM tahun 2015 yang diterbitkan melalui Publikasi “Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik Tahun 2016” sudah menggunakan metode baru.

BAB II

METODOLOGI

(17)

2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam publikasi ini adalah :

1. Angka harapan hidup saat lahir (Sensus Penduduk 2010 – SP2010, Proyeksi Penduduk).

2. Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Survei Sosial Ekonomi Nasional – SUSENAS).

3. PNRB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS.

4. Penentuan nilai maksimum dan minimum menggunakan standar UNDP untuk keterbandingan global, kecuali standar hidup layak karena menggunakan ukuran rupiah.

5. Hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 sampai 2015.

6. Data sekunder yang berasal dari Publikasi Daerah Dalam Angka BPS Kabupaten Gresik 2010 sampai 2015.

7. Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2015. 8. Laporan Eksekutif Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2015. 9. Publikasi IPM tahun 2010-2015 terbitan BPS RI.

2.3 Metode Penyusunan Indeks

IPM mengukur capaian suatu daerah dalam tiga dimensi pembangunan manusia yaitu dimensi umur panjang dan sehat, dimensi pengetahuan dan dimensi kehidupan yang layak.Indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian pendidikan dan tingkat pendapatan yang disesuaikan.

(18)

Tabel 2.1 Dimensi, Indikator dan Indeks Pembangunan Manusia Metode Lama dan Metode Baru

DIMENSI METODE LAMA METODE BARU

UNDP BPS UNDP BPS

Kesehatan

Angka Harapan Hidup saat lahir

(AHH)

Angka Harapan Hidup saat lahir

(AHH)

Angka Harapan Hidup saat lahir

(AHH)

Angka Harapan Hidup saat lahir

(AHH) Pengetahuan 1. Angka Melek Huruf (AMH) 1. Angka Melek Huruf (AMH) 1. Harapan Lama Sekolah (HLS) 1. Harapan Lama Sekolah (HLS) 2. Kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK) 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) a. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 3. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Standart

Hidup Layak PDRB Per Kapita

Pengeluaran Per

Kapita PNRB Per Kapita

Pengeluaran Per Kapita

Agregasi Rata-rata Hitung IPM=

𝟏 𝟑∑ 𝑰 𝟑 𝒊=𝟏 (i) Rata-Rata Ukur IPM= (I𝑘𝑒𝑠 ∗ I𝑝𝑒𝑛𝑑 ∗ I𝑝𝑒𝑛𝑔)(1 3⁄ )

Kemudian untuk penghitungan masing-masing komponen adalah sebagai berikut :

(a) Angka Harapan Hidup Pada Saat Lahir (Life Expectancy – E𝒐)

Angka Harapan Hidup pada saat lahir (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut kelompok umur atau rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation).

(19)

Adapun Langkah-langkah penghitungan angka harapan hidup adalah :

a. Mengelompokkan umur wanita dalam interval 15 – 19, 20 – 24, 25 – 29, 30 – 34, 35 – 39, 40 – 44, dan 45 – 49 tahun.

b. Menghitung rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin menurut kelompok umur pada huruf a di atas.

c. Input rata-rata anak lahir hidup dan anak masih hidup pada huruf b pada paket program MORTPACK sub program CEBCS.

d. Gunakan metode Trussel untuk mendapatkan angka harapan hidup saat lahir, referensi waktu yang digunakan 3 atau 4 tahun sebelum survei.

e. Untuk mendapatkan proyeksi angka harapan hidup dilakukan berdasarkan tren SDKI.

Ada dua jenis data yang digunakan dalam Perhitungan Angka Harapan Hidup yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka Harapan Hidup berdasarkan input data ALH dan AMH. Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston,2004).

Program Mortpack akan menghasilkan estimasi angka harapan hidup 4 tahun sebelum tahun survey. Maka untuk mendapatkan angka harapan hidup pada tahun survei dilakukan fitting model dari beberapa data history. Untuk mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun 2015, digunakan beberapa sumber data yaitu SP 2010, SUPAS 2005, Susenas 2010, sampai Susenas 2015. Selanjutnya dilakukan

Fitting model untuk mendapatkan angka harapan hidup tahun 2015. Sementara itu

untuk menghitung indeks harapan hidup digunakan nilai maksimum dari nilai minimum harapan hidup sesuai standart UNDP, dimana angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun.

(20)

(b) Rata-rata Lama Sekolah – RLS (Mean Years of Schooling – MYS)

Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berumur 25 tahun atau lebih untuk menempuh suatu jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani.

Langkah-langkah penghitungan rata-rata lama sekolah sebagai berikut :

a. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun.

b. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk usia 25 tahun ke atas.

c. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir.

d. Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standart internasional yang digunakan oleh UNDP.

e. Menghitung rata-rata lama sekolah dengan melakukan agregat data menggunakan fungsi mean, untuk menghitungnya dapat menggunakan paket program SPSS.

Pengukuran terhadap dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah ( mean years of schooling ) dan harapan lama sekolah. Target atau sasaran populasi yang digunakan dalam penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 25 tahun keatas, dengan alasan penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga angka lebih mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya. Namun populasi yang digunakan oleh BPS adalah penduduk berumur 15 tahun keatas dengan asumsi bahwa program wajar 9 tahun dianggap sudah tuntas. Langkah penghitungannya adalah dengan memberi bobot variabel pendidikan yang ditamatkan/jenjang pendidikan, selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya yang dirumuskan sebagai berikut :

(21)

Dimana :

MYS : rata-rata lama sekolah

fi : frekuensi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas untuk jenjang

pendidikan ke-i

si : skor masing-masing jenjang pendidikan I

I : jenjang pendidikan ( I = 1,2,………..), lihat tabel dibawah

Jenjang pendidikan dan skor untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS).

Jenjang Pendidikan Skor

1. Tidak/belum pernah sekolah 0

2. Sedang sekolah SD kelas 1 s/d 6 1 s/d 6

3. Tamat SD 6

4. Sedang sekolah SMP kelas 1 s/d 3 7 s/d 9

5. Tamat SMP 9

6. Sedang sekolah SMA kelas 1 s/d 3 10 s/d 12

7. Tamat SMA 12

8. Sedang sekolah Diploma TK 1 s/d 3 13 s/d 15

9. Tamat D III 15

10. Tamat D IV 16

11. Tamat S 1 17

12. Magister (S2) 18

13. Dokter (S3) 21

(c) Harapan Lama Sekolah – HLS (Expected Years of Schooling – EYS)

Langkah-langkah menghitung harapan lama sekolah :

a. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu pada masa mendatang.

b. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang.

(22)

c. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.

d. Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren.

e. Sumber data pesantren yaitu Direktorat Pendidikan Islam.

Dalam penghitungan indeks pendidikan, dua batasan dipakai sesuai kesepakatan beberapa Negara. Batas maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum sebesar 0 tahun. Batas maksimum 15 tahun mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan adalah setara lulus diploma tiga. HLS dihitung dengan formula sebagai berikut :

Keterangan :

𝑯𝑳𝑺𝒂𝒕 : Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t

𝑬𝒊𝒕 : Jumlah Penduduk Usia I yang bersekolah pada tahun t 𝑷𝒊𝒕 : Jumlah penduduk usia I pada tahun t

FK : Faktor koreksi pesantren

(d) Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan – PPP (Purchasing Power Parity)

Variabel Purchasing Power Parity dimasukkan sebagai ukuran paritas daya beli membuat hasil penghitungan IPM menjadi lebih lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia, dan dianggap lebih baik dibanding IMH (Indeks Mutu Hidup). Ukuran yang digunakan dalam hal ini adalah konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan. Sumber data yang digunakan adalah angka Susenas 2014.

𝑯𝑳𝑺

𝒂𝒕

= FK x ∑

𝑬

𝒊

𝒕

𝑷

𝒊𝒕 𝑛

(23)

Adapun batasan nilai Purchasing Power Parity / konsumsi perkapita yang disesuaikan antara nilai minimal sampai yang maksimal pada kondisi tahun berjalan, angka ini didapat dari mengalikan PPP minimal dan maksimal tahun tersebut dengan angka laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun dasar dan tahun berjalan.

Penghitungan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dilakukan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut :

1. Menghitung standar hidup layak didekati dengan pengeluaran per kapita disesuaikan yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.

2. Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level kabupaten/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Formulanya adalah sebagai berikut :

𝒀

𝒕

=

𝒀

𝒕

𝑰𝑯𝑲

𝒕,𝟐𝟎𝟏𝟔

x 100

Dimana 𝒀𝒕∗ : Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun

atas dasar harga konstan 2012

𝒀𝒕: Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun

pada tahun t

𝑰𝑯𝑲𝒕,𝟐𝟎𝟏𝟔 : IHK tahun t dengan tahun dasar 2012

3. Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP) pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas non makanan.

Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao dengan formula sebagai berikut :

(24)

PPP

j

=

𝑃

𝑖𝑗

𝑃

𝑖𝑘 𝑚 𝑚 𝑖=1

Dimana PPPj : Paritas daya beli

Pik : Harga komoditas i di Jakarta Selatan

Pij : Harga komoditas i di kab/kota j

m : Jumlah komoditas

4. Menghitung pengeluaran per kapita disesuaikan dengan rumus berikut :

𝑌

𝑡

∗∗

=

𝑌

𝑡∗

𝑃𝑃𝑃

Dimana Y** : Rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan Y* : Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas

dasar harga konstan 2012

(e) Menghitung IPM

1. Setelah masing-masing komponen IPM dihitung, maka masing-masing indeks dihitung dengan persamaan :

Indeks X

(i,j)

=

{ 𝑋

(𝑖,𝑗)

− 𝑋

(𝑖−𝑚𝑖𝑛)

}

{ 𝑋

(𝑖−𝑚𝑎𝑘𝑠)

− 𝑋

(𝑖−𝑚𝑖𝑛)

}

Dimana:

𝑋

(𝑖,𝑗)

:

Indeks Komponen ke-i dari kabupaten ke-j

𝑋

(𝑖−𝑚𝑖𝑛)

:

Nilai minimum dari 𝑋(𝑖)

𝑋

(𝑖−𝑚𝑎𝑘𝑠)

:

Nilai maksimum dari 𝑋(𝑖)

Nilai maksimum dan minimum dari masing-masing indeks tercantum pada Tabel 2.2 berikut.

(25)

Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Dalam Penghitungan IPM

Indikator Satuan Minimum

UNDP Minimum BPS Maksimum UNDP Maksimum BPS Angka Harapan Hidup saat

lahir (AHH)

Tahun

20 20 85 85

Harapan Lama Sekolah (HLS)

Tahun

0

0 18 18

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Tahun

0 0 15 15

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan 100 (PPP US) 1.007.436* (Rp) 107.721 (PPP US) 26.572.352** (Rp)

Catatan a) Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indicator daya beli

b) Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara - Papua

c) Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan Tahun 2025

2. Menghitung indeks per dimensi

 Indeks Kesehatan

I

(kesehatan)

=

{ 𝐴𝐻𝐻 − 𝐴𝐻𝐻

(𝑚𝑖𝑛)

}

{ 𝐴𝐻𝐻

(𝑚𝑎𝑘𝑠)

− 𝐴𝐻𝐻

(𝑚𝑖𝑛)

}

 Indeks Pengetahuan

I

(pengetahuan)

=

{ 𝐼

(𝐻𝐿𝑆)

+ 𝐼

(𝑅𝐿𝑆)

}

2

Dimana :

𝐼

(𝐻𝐿𝑆)

= (HLS – HLS

min

) / (HLS – HLS

min

) ; dan

𝐼

(𝑅𝐿𝑆)

= (RLS – RLS

min

) / (RLS – RLS

min

)

(26)

 Indeks Hidup Layak

I

(hidup layak)

=

𝐼𝑛

(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛)

− 𝐼𝑛

(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛 )

𝐼𝑛

(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠)

− 𝐼𝑛

(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛 )

3. Nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut :

IPM = (

𝐼

(𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛)

x

𝐼

(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛)

x

𝐼

(ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘)

)

(1 3⁄ )

4. Menghitung Pertumbuhan IPM : digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.

Pertumbuhan IPM =

{ 𝐼𝑃𝑀

(𝑡)

− 𝐼𝑃𝑀

(𝑡−1)

}

𝐼𝑃𝑀

(𝑡−1)

x

100

Keterangan 𝐼𝑃𝑀(𝑡) : IPM suatu wilayah pada tahun t

𝐼𝑃𝑀(𝑡) : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)

2.4. Besaran Skala IPM

Hasil penghitungan IPM akan memberikan gambaran seberapa jauh suatu wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali dan tingkat pengeluaran konsumsi yang telah mencapai standart hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah terhadap angka 100 maka semakin dekat dengan sasaran yang dicapai.

Untuk memahami makna nilai IPM, maka PBB melalui UNDP (United Nation

Development Programme) 2010 memberikan kriteria IPM suatu wilayah ke dalam

(27)

Tabel 2.3 Klasifikasi Capaian IPM

No Klasifikasi Capaian IPM

1 Rendah IPM < 60

2 Sedang 60 ≤ IPM < 70

3 Tinggi 70 ≤ IPM < 80

(28)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 17

3.1. Kependudukan

Dalam proses pembangunan, penduduk merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena sumber daya alam yang tersedia tidak akan mungkin dapat berdaya guna tanpa adanya peranan dari manusia. Dengan adanya manusia, sumber daya tersebut dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup secara berkelanjutan. Besarnya peran penduduk tersebut maka pemerintah dalam menangani masalah kependudukan tidak hanya memperhatikan pada upaya pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk saja tetapi lebih menekankan kearah perbaikan kualitas sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi dan mendatangkan manfaat yang besar bila memiliki kualitas yang baik, namun besarnya jumlah penduduk tersebut dapat menjadi beban dan menimbulkan masalah social bila kualitasnya rendah. Informasi kependudukan yang baik sangat diperlukan dalam menunjang kearah pembangunan manusia yang berkualitas.

Pembangunan manusia tentunya sangat terkait dengan masalah

kependudukan. Jumlah penduduk yang besar dan atau pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat mendatangkan permasalahan dalam kinerja pembangunan manusia karena yang dibangun adalah manusia atau penduduk. Jadi ketika jumlah penduduk besar atau pertumbuhan penduduknya tinggi maka pembangunan dalam pembangunan manusia yang mempunyai objek pembangunan manusia/penduduk akan lebih kompleks dibandingkan dengan jumlah penduduk yang relatif lebih kecil dan pertumbuhan penduduk yang relatif rendah.

Kabupaten Gresik tidak memiliki salah satu dari permasalahan tersebut, karena pertumbuhan penduduk yang relatif rendah. Dalam periode tahun 2011-2015 Kabupaten Gresik adalah kabupaten yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan penduduk relatif rendah yaitu 2,04 persen per tahun. Pada tahun 2015 pertumbuhan penduduknya malah -1,18 berarti jumlah penduduknya dibandingkan tahun 2014

KONDISI UMUM PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN GRESIK 2015

(29)

malah turun. Sebagai daerah pusat industri yang cukup padat sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat di luar Gresik untuk masuk ke wilayah Kabupaten Gresik.

Diperlukan peranan pemerintah dalam melakukan perencanaan pembangunan dengan berorientasi pada pembangunan berbasis kependudukan. Berbagai kebijakan yang akan dilaksanakan terutama yang berkaitan dengan masyarakat luas yang

mempertimbangkan indikator-indikator demografi dan kependudukan untuk

menanggulangi berbagai permasalahan yang ditimbulkan dari pertumbuhan penduduk yang cepat. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada tahun 2015 mencapai 1.256.313 jiwa. Dibandingkan dengan waktu Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Gresik berjumlah 1.180.974 jiwa. Laju Pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Gresik mengalami perlambatan selama tahun 2010 s/d 2015 yakni sebesar 1,24 persen per tahun. Keberhasilan program keluarga berencana menjadi salah satu faktor menurunnya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gresik disamping faktor mortalitas.

Gambar 3.1 Perkembangan dan laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2011 – 2015

2011 2012 2013 2014 2015 perkembangan penduduk 1.196.516 1.211.686 1.227.101 1.241.613 1.256.313 pertumbuhan penduduk 1,32 1,27 1,27 1,18 1,18 1,10 1,15 1,20 1,25 1,30 1,35 1.160.000 1.170.000 1.180.000 1.190.000 1.200.000 1.210.000 1.220.000 1.230.000 1.240.000 1.250.000 1.260.000 1.270.000

(30)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 19

Struktur penduduk Kabupaten Gresik dapat diketahui dari komposisi penduduk menurut kelompok umur. Dalam Gambar 3.2, piramida penduduk menggambarkan struktur penduduk yang dibagi ke dalam kelompok umur. Dari komposisi sebaran penduduk menurut kelompok umur tersebut piramida Kabupaten Gresik termasuk dalam piramida ekspansive atau muda. Hal ini tampak dari bentuk piramida penduduk dimana penduduk lebih terdistribusi ke dalam kelompok umur usia muda (kelahiran tinggi) atau piramida yang mempunyai alas yang lebar. Selain itu dilihat dari besarnya median umur, Kabupaten Gresik pada tahun 2015 tergolong pada penduduk usia intermediate atau menengah karena memiliki median umur 29,90 tahun. Sesuai dengan kriteria penduduk usia menengah adalah bila median umur suatu daerah berada pada rentang 20 – 30 tahun.

Gambar 3.2 Piramida Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2015

Sumber : BPS, proyeksi penduduk 2015

Implikasi dari struktur penduduk muda adalah besarnya persentase penduduk yang siap memasuki batas penduduk usia kerja (economically active population) dan besarnya rasio ketergantungan (dependency ratio). Batas bawah usia kerja di Indonesia adalah 15 tahun. Setelah memasuki usia tersebut, maka mereka disebut sebagai penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan melakukan kegiatan lainnya). Bila penduduk usia kerja tidak melakukan salah satu aktivitas dalam

(31)

kelompok bukan angkatan kerja maka termasuk kedalam kriteria angkatan kerja. Dan bila dalam angkatan kerja tidak melakukan aktivitas kerja maka kelompok ini termasuk ke dalam kriteria pengangguran (unemployment). Dengan jumlah penduduk muda yang besar tentu potensi jumlah penduduk yang akan terjun ke dalam angkatan kerja juga besar, untuk itu pemerintah harus bersiap untuk menyediakan lapangan kerja untuk menampung jumlah angkatan kerja yang besar ini. Hal yang akan terjadi bila permintaan akan tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja adalah terciptanya pengangguran.

Gambar 3.3 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Gresik Tahun 2015

Sumber : BPS, proyeksi penduduk 2015

Gambar 3.3 memberikan informasi bahwa persentase penduduk produktif dan non produktif baik itu secara agregat maupun gender menunjukkan kecenderungan yang sama. Baik itu penduduk laki-laki maupun perempuan serta total penduduk menunjukkan distribusi yang hampir seragam. Besarnya rasio ketergantungan Kabupaten Gresik mencapai 43,03 persen. Artinya dari 100 orang yang masih

(32)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 21

produktif (15-64 tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 43 orang yang belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif (65 tahun keatas).

Menurut para ahli demografi, sekitar tahun 2020-2030 nanti Indonesia akan mengalami Bonus Demografi. Bonus Demografi adalah sebuah kondisi dimana rasio ketergantungan mencapai nilai terendah dibandingkan dengan tahun sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain jumlah penduduk usia produktif berada pada jumlah yang paling maksimum. Bagaimana dengan Kabupaten Gresik? Bila dilihat dari struktur umurnya dalam piramida penduduk, maka keadaan itu dapat terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Namun perlu diperhatikan bahwa bonus demografi seperti pedang bermata dua, penduduk usia produktif besar tetapi menganggur justru akan menimbulkan masalah multidimensional.

3.2. Kondisi Kesehatan

Perhatian pemerintah dalam membangun indeks pembangunan manusia dibidang kesehatan diwujudkan melalui penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai. Oleh karena itu penyediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan menjadi sebuah indikator yang layak untuk diperhatikan. Disamping itu, indikator lainnya yang dapat digunakan sebagai tolak ukur pembangunan manusia dalam bidang kesehatan adalah manusia sebagai objek pembangunan itu sendiri. Tingkat kesehatan seseorang dapat dilihat dari sejarah kesehatan yang diruntut dari kondisi kesehatannya sejak lahir, balita, anak-anak hingga dewasa. Sedangkan tingkat kesehatan pada masyarakat secara umum dapat dilihat dari tingkat pesakitan atau jumlah keluhan kesehatan, tingkat kematian bayi, penolong kelahiran bayi, dan lain-lain.

3.2.1. Sarana Kesehatan

a. Fasilitas Kesehatan

Ketersediaan fasilitas kesehatan sangat menentukan kualitas kesehatan penduduk, perlu dilakukan peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas

(33)

kesehatan yang tentunya difasilitasi oleh pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Gresik cenderung mengalami peningkatan. Jumlah Rumah Sakit Umum misalnya, di Kabupaten Gresik pada tahun 2015 tercatat sebanyak 15 fasilitas, mengalami kenaikan dibanding keadaan tahun 2014 dimana tercatat baru terdapat 9 fasilitas. Dan yang perlu juga diingat, keberadaan fasilitas kesehatan akan lebih bermanfaat apabila didukung dengan jumlah tenaga kesehatan yang memadai.

Tabel 3.1. Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2012 – 2015

Jenis Fasilitas 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5)

RS Umum 8 8 9 15

RS Ibu dan Anak 1 1 1 1

Puskesmas 32 32 32 32 Puskesmas dengan tempat tidur 12 12 12 12 Puskesmas Pembantu 77 77 76 76 Laboratorium Kesehatan 19 19 19 20 Apotik 123 132 147 150

Toko Obat Berizin 18 20 22 25

Sumber : Gresik Dalam Angka 2012 – 2015

Tersedianya fasilitas dan pelayanan kesehatan yang mampu menjangkau dan dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (universal akses) menjadi prioritas utama. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan kesehatan antara lain rasio fasilitas kesehatan per penduduk.

 Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan berbagai pelayana kesehatan. Distribusi penyebaran rumah sakit diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Tabel 3.1, menunjukkan bahwa dari 18 kecamatan di Kabupaten Gresik pada tahun 2015 distribusi penyebaran fasilitas rumah sakit belum merata.

(34)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 23 Kabupaten Gresik Tahun 2015

Nama Rumah Sakit Alamat/Lokasi Kecamatan

1. RSUD Ibnu Sina Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo 243 B Gresik 2. RS Muhamadiyah Gresik Jl. KH.Kholil 88 Gresik

3. RS Petrokimia Gresik Jl. Jendral Ahmad Yani No. 69 Gresik 4. RS PT. Semen Gresik Jl. RA. Kartini 280 Gresik

5. RSIA Nyai Ageng Pinatih Jl. K.H Abdul Karim 76 – 78 Gresik

6. RS Denisa Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 736 Gresik 7. RS PKU Muhamadiyah Sekapuk Jl. Raya Daendels Sekapuk, Sidayu

8. RS Petrokimia Gresik Driyorejo Jl. Raya Legundi Km. 05, Driyorejo 9. Rumah Sakit Fathma Medika Gresik Jl. Pendopo 45, Sembayat, Manyar, 10.RSU Mabarrot MWC NU Jl. Raya Bungah No. 63, Bungah

11.RS Wates Husada Gresik Jl. Raya Wates Utara Kedung Pring, Balong Panggang

12.RS Wali Songo 1 Jl. Raya Balongpanggang - Mojokerto Km 4 Balongpanggang

13.RS Graha Husada Gresik Jl. Padi No. 3 Komplek Perumahan PT Petrokimia Gresik

14.RS Islam Almunawaroh/Cahaya Giri Gresik Jl. Raya Bringkang, Menganti, 15.RS Surya Medika Jl. Laban Kulon 58 Menganti

Sumber : Pemkab Kabupaten Gresik

Perkembangan Rumah Sakit di Kabupaten Gresik terus meningkat, dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 1.303.773 jiwa dan jumlah RS sebanyak 15 maka rasio rumah sakit per penduduk adalah 86.919 jiwa.

(35)

 Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Polindes, dan

Posyandu

Selain rumah sakit, sarana kesehatan lainnya yang ikut berperan dalam menyehatkan masyarakat antara lain puskesmas, puskesmas pembantu (Pustu), dan polindes yang dimanfaatkan sebagai fasilitas kesehatan yang terjangkau baik dalam segi biaya maupun letaknya yang menyebar jika dibandingkan dengan rumah sakit. Jumlah puskesmas di Kabupaten Gresik sebanyak 32 unit demikian juga puskesmas keliling sebanyak 32 unit yang menyebar di 13 kecamatan, jumlah puskesmas pembantu 76 unit. Polindes sebanyak 49 unit dan posyandu di Kabupaten Gresik dibagi menjadi 2 jenis yaitu posyandu purnama-mandiri dan posyandu pratama-madya, dari ke 2 jenis posyandu tersebut pada tahun 2015 sebanyak 1.334 unit dan 157 unit jadi total posyandu adalah 1.491 unit. Kecamatan Kebomas dan Manyar mempunyai fasilitas kesehatan berupa puskesmas, puskesmas pembantu, demikian juga posyandu yang lebih banyak dibandingkan kecamatan yang lain.

b. Tenaga Kesehatan

Ketersediaan tenaga kesehatan sangat menentukan kualitas kesehatan penduduk, perlu dilakukan peningkatan pelayanan dan penyediaan tenaga kesehatan yang tentunya difasilitasi oleh pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Gresik cenderung mengalami peningkatan. Dan yang perlu juga diingat, keberadaan fasilitas kesehatan akan lebih bermanfaat apabila didukung dengan jumlah tenaga kesehatan yang memadai. Secara lebih lengkap jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Gresik ditampilkan pada tabel 3.3. berikut.

(36)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 25

Tahun 2012 – 2015

Jenis Tenaga Kesehatan 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) Dokter Umum 76 117 117 204 Dokter Gigi 46 52 52 63 Dokter Spesialis 42 54 54 151 Apoteker 14 58 46 50 Perawat 395 460 750 851 Sarjana Kesehatan 46 11 13 38

Sumber : Gresik Dalam Angka 2011 – 2014 dan Dinkes Kab. Gresik 2015

Jumlah dokter dalam suatu wilayah tertentu menentukan tingkat pelayanan kesehatan. Rasio antara jumlah dokter yang tersedia dengan jumlah penduduk yang membutuhkan layanan kesehatan idealnya proporsional. Semakin besar rasio penduduk terhadap dokter maka semakin banyak penduduk yang harus dilayani. Implikasinya adalah semakin besar jumlah penduduk yang akan tidak terlayani atau semakin sulit masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari dokter. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Kabupaten Gresik tahun 2015 dan jumlah dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Kabupaten Gresik mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, distribusinyapun sudah tersebar dengan alokasi yang baik. Data sementara menunjukkan rasio penduduk terhadap jumlah dokter tahun 2015 menurun menjadi 3.119 dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 5.916. Rasio tersebut setidaknya memberikan gambaran kasar bahwa ketersediaan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dapat mencerminkan bagaimana kondisi kecukupan tenaga kesehatan di Kabupaten Gresik.

3.2.2. Derajat Kesehatan Masyarakat

Selain dari sarana kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dijadikan sebagai indikator untuk melihat indeks pembangunan manusia di bidang kesehatan mengingat manusia sebagai obyek dari pembangunan itu sendiri. Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat (universal akses) demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Obyek yang dijadikan perhatian dalam

(37)

pembangunan dibidang kesehatan salah satunya adalah kesehatan pada balita. Keberhasilan dalam meningkatkan tingkat kesehatan pada balita dapat dilihat dari tingkat kematian bayi, penolong kelahiran, dan imunisasi pada balita.

Tingkat pesakitan atau banyaknya keluhan kesehatan menunjukkan seberapa besar kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Semakin banyak keluhan kesehatan yang terjadi dalam masyarakat maka tingkat kesehatan masyarakat semakin rendah. Kesehatan pada masyarakat juga dipengaruhi oleh pola hidup sehat yang dilakukan. Salah satunya adalah sistem sanitasi dalam masyarakat. Penggunaan air bersih dan sistem pembuangan tinja dianggap sebagai hal yang perlu diperhatikan.

 Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi seringkali dijadikan sebagai indikator derajat kesehatan suatu daerah. Untuk menghasilkan AKB yang akurat diperlukan data dasar yang baik seperti Sensus Penduduk. Namun bila data dasar tersebut sulit tersedia atau jaraknya terlalu jauh dengan tahun referensi maka dapat dilakukan dengan pendekatan lain. Salah satunya adalah AKB didekati dari data jumlah anak yang lahir hidup dengan jumlah anak yang masih hidup. Berdasarkan data Susenas 2015, rata-rata anak yang dilahirkan hidup per perempuan usia 15-49 tahun yang pernah kawin di Kabupaten Gresik tahun 2015 sebesar 1,76, sementara rata-rata anak yang masih hidup 1,71 jadi selisih dari keduanya sebesar 0,05 poin. Artinya rata-rata anak yang sudah meninggal per perempuan usia 15-49 tahun yang pernah kawin di Kabupaten Gresik tahun 2015 sebesar 0,05. AKB selama kurun waktu 2010-2014 terjadi penurunan dan seiring dengan itu AHH mengalami kenaikan.

(38)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 27

Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015

10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 72,15 72,16 72,18 72,19 72,19 72,29 24,29 23,46 23,27 22,65 22,13 AHH AKB

Sumber : BPS Jawa Timur 2010-2015

 Penolong Kelahiran

Indikator penting terkait dengan kesehatan adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi berpengaruh kepada penghitungan angka harapan hidup waktu lahir (

e

o) yang digunakan dalam salah satu dimensi pada indeks komposit penyusun

indeks pembangunan manusia ditilik dari sisi kesehatan. Sementara itu salah satu aspek penentu besarnya angka kematian bayi adalah penolong kelahiran. Penolong kelahiran sebenarnya tidak hanya terkait dengan angka kematian bayi namun juga angka kematian ibu sebagai resiko proses kelahiran. Dalam proses kelahiran bayi tidak dapat dipisahkan antara probabilita keselamatan ibu atau anak yang dilahirkan. Keduanya harus diselamatkan dalam resiko besar sebuah kelahiran. Penolong kelahiran yang dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lainnya selama ini dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan dukun atau famili. Dalam analisis ini digunakan penolong terakhir pada kelahiran mengingat pada proses ini sangat mengandung resiko. Gambar 3.5 menunjukkan bahwa 100 persen penolong kelahiran balita dilakukan oleh petugas medis (dokter, bidan, dan tenaga paramedis lain), kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 98,53 persen.

(39)

Sementara penolong kelahiran tenaga non medis sebesar 0 persen atau mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 1,47 persen. Masyarakat Kabupaten Gresik secara keseluruhan sudah memiliki kesadaran akan pentingnya menggunakan jasa tenaga kesehatan terlatih dibandingkan dengan penolong kelahiran tidak terlatih. Fenomena penolong kelahiran dengan bantuan dukun secara umum sudah jarang terjadi, dan pada tahun 2015 persentasenya sudah nol sehingga resiko kematian bayi maupun ibu dapat ditekan, dan tentunya akan menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian ibu.

Gambar 3.5 Persentase Tenaga Penolong Kelahiran Terakhir Kabupaten Gresik Tahun 2015

Sumber: Susenas Jawa Timur 2013-2015

 Imunisasi

Angka kematian bayi sangat berhubungan erat dengan proses kelahiran, setelah itu masih banyak tahap yang harus dilalui sesorang untuk tetap survive terutama selama tahap usia balita. Untuk menjamin kesehatan balita yang rentang dengan ancaman penyakit, sangat perlu diberikan imunisasi agar kekebalan pada tubuh balita dapat terbentuk. Imunisasi yang diberikan kepada balita diantaranya adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak/morbili, dan Hepatitis B. Pemberian

(40)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 29

imunisasi sebagai salah satu cara untuk mencegah terserang penyakit dan menyebabkan kematian. Gambar 3.6 menunjukkan bahwa di tahun 2015, persentase balita yang mendapatkan imunisasi cukup tinggi untuk semua jenis imunisasi yaitu BCG (95,51%); DPT (99,34%); Polio (99,25%); Campak/morbili (79,10%); Hepatitis (98,82%); dan sebanyak 89,85 persen imunisasi lengkap.

Gambar 3.6 Persentase Penggunaan Imunisasi Pada Balita Kabupaten Gresik Tahun 2015

Sumber: Susenas Jawa Timur 2015

Tingkat kesadaran tertinggi terdapat pada jenis imunisasi DPT, sedangkan

kesadaran imunisasi terendah adalah pada jenis pengunaan imunisasi

campak/morbili. Kesadaran dalam mengimunisasi balita sangat penting perannya dalam tumbuh kembang balita. Sebenarnya tidak hanya kesadaran dalam mengimunisasi balita saja yang harus diperhatikan oleh para orang tua namun juga imunisasi dasar lengkap harus diperhatikan.

Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian lima vaksin imunisasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk bayi dibahwa satu tahun. Imunisasi lengkap tersebut yaitu: (1) Hepatitis B, umur pemberian kurang dari 7 hari sebanyak satu kali; (2) BCG, umur pemberian satu bulan sebanyak satu kali; (3) DPT umur pemberian dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan sebanyak tiga kali; (4) Polio, umur pemberian satu, dua, tiga, dan empat bulan sebanyak empat kali; (5) Campak, umur pemberian sembilan bulan sebanyak satu kali. Perlu diketahui bahwa balita yang

(41)

mendapatkan imunsasi secara lengkap perlu terus digalakkan agar tidak hanya sekedar diberikan imunisasi tetapi imunisasi dasar lengkap.

 Morbiditas / Tingkat Pesakitan

Banyaknya keluhan kesehatan digunakan untuk mengukur derajat kesehatan pada penduduk. Penduduk dianggap memiliki derajat kesehatan yang semakin tinggi ketika keluhan kesehatan yang dialami semakin rendah. Pada tahun 2015, penduduk Kabupaten Gresik yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 24,74 persen. Jika dilihat dari tahun 2013-2015 terjadi kenaikan persentase keluhan dari 21,08 ditahun 2013 menjadi 22,58 ditahun 2014. Hal tersebut menunjukkan semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dikarenakan faktor makanan, gaya hidup, dan lingkungan. Informasi mengenai keluhan kesehatan dapat digunakan sebagai referensi dalam penyediaan dalam pelayanan kesehatan seperti persediaan obat-obatan dalam tenaga medis maupun para medis. Data susenas 2015 juga menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Gresik mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu kegiatan sehari-harinya sebesar 13,21 persen, mereka berobat jalan terbanyak kepraktek dokter/bidan, dengan rata-rata lama sakit 4-5 hari, jika yang rawat inap maka rata-rata 5-6 hari.

 Penggunaan Air Bersih

Selain dilihat dari tingkat morbiditas, derajat kesehatan masyarakat juga dapat diamati dari pola hidup. Pola hidup mempengaruhi tingkat kesehatan, pola hidup bersih dan sehat tentunya lebih dapat menjamin kesehatan dibandingkan dengan pola hidup yang tidak bersih. Penggunaan air bersih baik itu sumber air minum maupun lainnya menentukan kondisi kesehatan masyarakat. Sumber air minum menentukan kualitas air minum. Hasil Susenas 2015 menunjukkan bahwa sebesar 81,45 persen rumah tangga di Kabupaten Gresik memiliki fasilitas air minum sendiri; 10,33 persen milik bersama; 8,22 persen fasilitas umum. Sebagian besar rumah tangga memperoleh air minum dengan cara membeli secara eceran. Perkembangan kondisi penggunaan air bersih mengalami-perbaikan kualitas, hal ini terlihat dari

(42)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 31

persentase penggunaan fasilitas air sendiri yang masih jauh lebih tinggi dibandingkan persentase penggunaan fasilitas air minum milik bersama dan umum.

Sumber air minum tertinggi rumah tangga di Kabupaten Gresik tahun 2015 adalah air isi ulang dengan nilai 50,78 persen, sumber air untuk memasak tertinggi menggunakan air dari sumber sumur bor/pompa demikian sumber air untuk mandi dan cuci. Rumah tangga yang menggunakan pompa/sumur/mata air di Kabupaten Gresik tahun 2015 berjarak diatas 10 meter ke tempat penampungan kotoran/tinja terdekat sebesar 85,08 persen.

Gambar 3.7 Persentase Penggunaan Fasilitas Air Minum Kabupaten Gresik Tahun 2015

Sumber: Susenas Jawa Timur 2015

3.3 Kondisi Pendidikan

Dalam pembukaan UUD 1945 telah diamanatkan kepada pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia sebuah pesan penting terkait dengan kemajuan bangsa Indonesia. Pesan yang terkandung dalam tujuan bangsa Indonesia itu ialah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan sebuah perjuangan dan usaha melalui kegiatan pendidikan. Pasal 31 UUD 1945 Juga telah jelas mengaturnya bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Selain itu lebih khusus dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) bab IV bagian 1 pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan

(43)

meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Kedua ayat ini secara jelas memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak untuk mendapatkan pendidikan yang seluas-luasnya.

Banyak cara yang dilakukan pemerintah dalam upaya memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Diantaranya adalah dengan menyelenggarakan progam wajib belajar 9 tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat.

Selanjutnya dalam UU Sisdiknas 2003 pasal 6 disebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang berbentuk sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat (pasal 17 UU Sisdiknas 2003).

Upaya mempercepat tercapainya gerakan pendidikan wajib belajar sembilan tahun terus dilakukan. Pada tahun 2006 pemerintah mengeluarkan instruksi presiden RI Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (PWPPBA). Berbagai lini institusi terkait dilibatkan dalam upaya gerakan pendidikan dasar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara.

Target yang ingin dicapai dalam Inpres No.5 tahun 2006 antara lain adalah:

a. Meningkatkan persentase peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah/pendidikan yang sederajat terhadap penduduk usia 7-12 tahun atau angka partisipasi murni sekurang-kurangya menjadi 95 persen pada akhir tahun 2008.

b. Meningkatkan persentase peserta didik Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah/pendidik yang sederajat terhadap penduduk usai 13-15 tahun atau angka partisipasi kasar (APK) sekurang-kurangya menjadi 95 persen pada akhir tahun 2008.

c. Menurunkan persentase penduduk buta aksara 15 tahun ke atas atau sekurang-kurangnya menjadi 5 persen pada akhir tahun 2009.

(44)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 33

Pemerintah juga telah melakukan sebuah langkah konkret dalam upaya mensukseskan pendidikan di Indonesia dengan mencantumkan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seperti yang dicantumkan dalam amanat konsitusi amandemen UUD 1945 yang kemudian ditegaskan lagi dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 49 ayat (1) bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan, dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Suatu angka fantastik yang sebelumnya tidak pernah lebih dari lima persen. Persentase alokasi untuk penyelengaraan pendidikan di Kabupaten Gresik sampai dengan tahun 2015 sudah mencapai 24,77 persen sudah sesuai seperti yang diamanatkan dalam undang-undang.

Langkah-langkah tersebut diatas semata-mata dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidik dalam upaya untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Beberapa indikator pendidikan terpilih digunakan untuk melihat sejauh mana kualitas pendidikan di Kabupaten Gresik diuraikan sebagai berikut :

3.3.1 Harapan Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang. HLS dihitung pada usia 7 tahun keatas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu progam wajib belajar. Angka ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

Berdasarkan gambar 3.8, HLS Kabupaten Gresik terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015, HLS penduduk sebesar 13,19 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2014 yakni sebesar 13,17 tahun. HLS Kabupaten Gresik tahun 2015 sebesar 13,19 berarti lamanya sekolah yang akan dicapai oleh anak umur tertentu dimasa datang adalah 13,19 tahun atau telah mencapai pendidikan di kelas 2 SMA. Idealnya, harapan lama sekolah tidak berselisih jauh dengan rata-rata

(45)

lama sekolah namun kondisi tersebut nampaknya belum tercapai di Kabupaten Gresik.

Gambar 3.8 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015

Sumber : BPS Provinsi Jatim

3.3.2 Rata-rata Lama Sekolah

Salah satu indikator pendidikan lain yang digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (RLS). Berdasarkan gambar 3.9, RLS Kabupaten Gresik terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015, RLS penduduk usia 25 tahun keatas sebesar 8,93 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2014 yakni sebesar 8,42 tahun. RLS Kabupaten Gresik tahun 2015 sebesar 8,93 artinya rata-rata penduduk Kabupaten Gresik baru mampu menempuh pendidikan sampai kelas 3 SLTP atau putus sekolah di kelas 3 SLTP.

(46)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 35

Kabupaten Gresik Tahun 2010-2015

Sumber : BPS Provinsi Jatim

RLS pada metode lama menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk umur 15 tahun ke atas. Pada penghitungan metode baru, RLS adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berumur 25 tahun keatas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Gambar diatas memperlihatkan bahwa RLS dengan metode lama nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan RLS metode baru dikarenakan metode yang berbeda pada batasan umur yang digunakan.

3.3.3 Angka Partisipasi Sekolah

Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang telah memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu, atau biasa di sebut dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Peningkatan APS menunjukkan adanya keberhasilan dibidang pembangunan, khususnya berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan.

APS penduduk usia 7–12 tahun mengalami penurunan dari 99,85 persen pada tahun 2013 menjadi 99,70 persen pada tahun 2014. APS pada usia ini kembali tetap menjadi 99,70 persen pada tahun 2015. Kondisi yang berbeda terjadi pada penduduk usia 13–15 tahun. Pada kondisi ini APS mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014 yaitu dari 95,24 persen menjadi 96,82 persen. Pada tahun 2015 APS di

(47)

usia ini kembali mengalami peningkatan menjadi 98,56 persen. Tren yang selaras juga terjadi pada APS penduduk usia 16–18 tahun dan APS usia 7–12 tahun, kedua kelompok umur ini juga terus mengalami peningkatan angka APS dan mempunyai kesamaan pola kebijakan. APS penduduk usia 16–18 mengalami peningkatan dari 71,75 persen pada tahun 2013 menjadi 78,82 persen pada tahun 2014. Kemudian kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 84,26 persen. APS penduduk usia 19–24 tahun mengalami peningkatan dari 22,41 persen pada tahun 2013 menjadi 24,71 persen pada tahun 2014, pada tahun 2015 APS usia 19–24 mengalami penurunan cukup signifikan menjadi 20,59 persen.

Pada tahun 2015, APS penduduk usia 7–12 tahun mencapai 99,70 persen berarti masih ada putus sekolah. Demikian pula pada penduduk usia 13–15 dan 16-18 tahun, terdapat 1,44 persen dan 15,74 persen pada kelompok umur tersebut yang tidak melanjutkan sekolahnya. Sementara pada penduduk usia 19–24 hanya 20,59 persen saja yang melanjutkan sekolah.

Peningkatan APS penduduk usia 7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24 mengindikasikan bahwa partisipasi penduduk untuk bersekolah SD/MI/sederajat,

SLTP/MTs/sederajat, SLTA/MA/sederajat, dan perguruan tinggi mengalami

peningkatan. Tren peningkatan ini memberikan optimisme bahwa angka APS untuk semua jenjang kelompok umur akan terus mengalami peningkatan di masa mendatang.

Gambar 3.10 APS dan APM Kabupaten Gresik Tahun 2014-2015

(48)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 37

Indikator lain yang digunakan untuk mengukur partisipasi sekolah adalah angka partisipasi murni (APM). Indikator ini digunakan untuk mendeteksi partisipasi penduduk yang bersekolah tepat pada waktunya. APM dibagi menjadi kelompok APM SD untuk penduduk yang berusia 7-12 tahun, APM SLTP untuk penduduk yang berusia 13-15 tahun dan APM SLTA untuk penduduk yang berusia 16-18 tahun serta APM Perguruan tinggi untuk penduduk yang berusia 19-24 tahun.

Angka Partisipasi Murni Kabupaten Gresik tahun 2015 mengalami peningkatan disemua level pendidikan dibandingkan tahun 2014. APM SD/MI meningkat menjadi 95,78 persen pada tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 93,55 persen. APM SD/MI sebesar 95,78 persen mempunyai makna sekitar 95 - 96 orang diantara 100 penduduk usia 7-12 tahun sedang bersekolah SD/MI dan tepat berumur 7-12 tahun.

APM SLTP/MTs meningkat menjadi 90,61 persen pada tahun 2015 setelah pada tahun sebelumnya sebesar 84,31 persen. APM SLTP/MTs jauh lebih kecil dibandingakan dengan APM SD/MI. Hal ini memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang ikut berpartisipasi sekolah SLTP/MTs dibandingkan dengan penduduk yang berpartisipasi sekolah SD/MI pada usia 7-12 tahun menurun atau dengan kata lain ada sebagian penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP/MTs pada penduduk berusia 13-15 tahun maupun putus sekolah saat SLTP/MTs.

APM SLTA/MA tahun 2015 hanya mencapai 77,16 persen atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2014 yang semula sebesar 69,73 persen. Pada jenjang pendidikan ini, APM nya juga lebih rendah dari APM SLTP/MTs. Artinya tingkat partisipasi penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah SLTA/MA tepat pada umur 16-18 tahun lebih rendah dibandingkan dengan partisipasi penduduk usia 13-15 tahun yang bersekolah SLTP/MTs tepat pada usia 13-15 tahun. Dapat diartikan pula proporsi penduduk yang berusia 16-18 tahun untuk melanjutkan sekolah di SLTA/MA lebih kecil dibandingkan dengan proporsi pada penduduk usia 13-15 tahun untuk melanjutkan pendidikan SLTP/MTs.

Kecenderungan yang terlihat dari APM untuk jenjang pendidikan SD sampai dengan perguruan tinggi adalah bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang

Gambar

Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Dalam Penghitungan IPM
Tabel 2.3 Klasifikasi Capaian IPM
Gambar 3.1 Perkembangan dan laju Pertumbuhan Penduduk  Kabupaten Gresik Tahun 2011 – 2015
Gambar 3.2 Piramida Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh itu pendekatan yang di ambil oleh Majlis Agama Islam Negeri Pulau Pinang (MAINPP) berkerjasama Jabatan Wakaf, Zakat dan Haji (JAWHAR) mengambil inisiatif

Dengan adanya pemancar ini, maka penjaga penjara dapat memantau posisi setiap narapidana melalui sebuah layar besar yang dihubungkan langsung dengan sebuah satelit yang pada

Dalam menulis karya sastra, seorang penulis memiliki gaya atau caranya masing- masing yang akan menjadi ciri khasnya. Adapum alasan penulis memilih judul ini yaitu untuk

Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan ekstrak etanol daun stroberi mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 363,551 ppm dan mempunyai aktivitas

Kebudayaan fisik itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang semakin menjauhkan manusia dari lingkungan aslinya sehingga mempengaruhi pula pola-pola

Key ​ ​berbentuk​ ​hardcode​ ​di​ ​aplikasi​ ​sehingga​ ​dengan​ ​mudah​ ​di​ ​lihat​ ​menggunakan tehnik ​ ​reverse​

Guru sejarah dapat mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dengan pendekatan biografis, seperti nilai-nilai budaya bahari Sultan Ageng Tirtayasa.. Hal ini dapat menumbuhkan

Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna yang terkandung di dalam wacana kelestarian alam cerita Lipi Selan Bukit pada masyarakat adat Tenganan