• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Aturan Tentang Perbuatan Tercela Yang Berakibat Pada Pemberhentian Sementara Dari Jabatan Notaris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Aturan Tentang Perbuatan Tercela Yang Berakibat Pada Pemberhentian Sementara Dari Jabatan Notaris"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i

Penerapan Aturan Tentang Perbuatan Tercela Yang Berakibat Pada Pemberhentian Sementara

Dari Jabatan Notaris

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn)

Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh :

Ade Kusuma Dwitama, S.P., S.H 02022681620062

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2017/2018

(2)
(3)

iii

TIM PENGUJI

1. Ketua : Dr. Happy Warsito, S.H.,M.Sc

2. Sekertaris : Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum. 3. Anggota : 1. Prof. Dr. H. Joni Emirzon, S.H., M.Hum 2.Dr. Ridwan, S.H., M.Hum

3. H. Kms. Abdullah Hamid, S.H.,Sp.N.,M.H

Catatan : Tim Penguji tidak bertanda tangan, cukup sama dan gelar saja, sesuai dengan Surat Keputusan Dekan Tentang Tim Penguji.

(4)
(5)
(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil aalamin, segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya atas kehadirat Allah S.W.T, Tuhan semesta alam dan Baginda Rasul dan Nabi Besar Muhammad S.A.W, karna berkat rahmat dan seizin-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis ini, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, sehingga Tesis ini berjudul :“PENERAPAN ATURAN TENTANG

PERBUATAN TERCELA YANG BERAKIBAT PADA

PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN NOTARIS” dapat

diselesaikan dengan baik.

Dengan menyadari sepenuhnya, bahwa Tesis ini tidak akan pernah dapat tersusun dan terselesaikan berdasarkan kemampuan penulis semata-mata tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala bantuan, bimbingan, kritik dan saran, serta pengetahuan yang telah diberikan, terutama kepada orang-orang yang berjasa dalam menyelesaikan Tesis dan studi penulis pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Sriwijaya, yaitu:

(7)

vii

1. Yth. Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Yth. Dr. Febrian, S.H., MS selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

3. Yth. Dr. Annalisa Y, S.H., M.Hum, Selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya serta sebagai Pembimbing Akademik Penulis.

4. Yth. Dr. Happy Warsito, S.H., M.Sc., selaku Pembimbing Pertama yang telah banyak membantu, memberi bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada Penulis sampai selesainya Tesis ini.

5. Yth. H. Kms. Abdullah Hamid, S.H.,Sp.N.,M.H, selaku Pembimbing Kedua penulisan Tesis ini. Terimakasih atas bimbingan serta saran dalam proses pembuatan Tesis ini.

6. Yth. Segenap Guru Besar serta Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, terimakasih atas pengajaran yang begitu berharga selama ini dalam mendidik guna membangun pemikiran, jiwa dan mental. 7. Papaku A.S. Cahaya Negara, S.H., Sp.N dan Mamaku Ermanitaty,

yang selalu memberikan dukungan lewat doa-doa yang tak pernah putus untuk keberhasilan penulis.

8. Saudariku Ade Andriani Pratama, S.P., S.H dan Ulfa Febriyanti yang selalu memberi semangat bagi Penulis dalam penyelesaian tesis ini.

(8)

viii

9. Calon imamku Dery Septian, atas dukungan materil dan moril serta motivasi positifnya yang mampu memberikan kekuatan bagi penulis untuk terus maju tanpa menyerah.

10. Seluruh Pimpinan, Staf dan Karyawan Bagian Akademik Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya; Pak Satino, dan segenap jajarannya. Terimakasih banyak atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.

11. Sahabat Seperjuangan: Poppy Dian Sari Nainggolan, S.H, Chintya A. Putri, SH,. Terima kasih atas kebersamaan, serta dukungan yang telah kalian berikan.

12. Yth. Neliwati selaku Ketua Majelis Pengawas Daerah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Sumatera Selatan, yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk saya wawancarai sebagai narasumber bahan penelitian tesis saya.

13. Yth. Notaris Herman Adriansyah, S.H., Sp.N., M.H, yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk saya wawancarai sebagai narasumber bahan penelitian tesis saya dan terimakasih atas sumbangan informasi seputar kenotariatan.

14. Yth. Notaris H. Achmad Syarifuddin, S.H., Sp.N. yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk saya wawancarai sebagai narasumber bahan penelitian tesis saya dan terimakasih atas sumbangan informasi seputar kenotariatan.

(9)

ix

15. Rekan seperjuangan di Magister Kenotariatan Universitas Sriwijaya Angkatan 2016. Semoga cita-cita untuk menjadi Notaris yang Unggul dapat tercapai.

16. Semua pihak yang terkait dalam proses penulisan Tesis ini, terima kasih yang sebesar-besarnya.

Tidak ada kata lain, selain do’a dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dari penulis, semoga Bapak/Ibu serta rekan-rekan yang telah memberikan bantuan, waktu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga mendapatkan limpahan berkah, rahmat dan karunia yang indah dan besar dari Allah S.W.T. Aamiin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang Juli 2018 Penulis

(10)

x

PERSEMBAHAN

Motto :

Satu-satunya Hal Yang Harus Kau Takuti

Adalah Ketakutan Itu Sendiri.

Franklin D. Roosevelt

Kupersembahkan Tesis ini kepada:

1. Papa dan Mama yang tercinta

2. Saudara-saudaraku yang terkasih

3. Calon imamku yang teristimewa

4. Keponakanku Ratu Araceli Y. yang tersayang

5. Keluarga besarku

6. Sahabat baikku

7. Almamaterku

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul

“PENERAPAN ATURAN TENTANG PERBUATAN TERCELA YANG

BERAKIBAT PADA PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI

JABATAN NOTARIS” sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kenotariatan di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sriwijaya.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk sekiranya memberkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna mengasilkan suatu karya ilmiah yang lebih baik dan lebih sempurna lagi di masa mendatang.

Akhir kata, Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kepada Allah SWT mohon ampun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dibidang ilmu hukum kenotariatan.

Amin yaa Robbal’alamin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 2018 Penulis,

(12)
(13)
(14)

xiv DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 9 1. Manfaat Teoritis ... 10 2. Manfaat Praktisi ... 10 E. Kerangka Teori 1. Grand Theory ... 11

2. Middle Range Theory ... 14

3. Applied Theory ... 21

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian ... 21

2. Pendekatan Penelitian ... 22

3. Sumber Bahan Penelitian ... 25

4. Teknik Pengumpulan Bahan Penelitian ... 26

5. Teknik Pengolahan Bahan Penelitian ... 28

6. Teknik Analisis Bahan Penelitian ... 30

(15)

xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 33

A. Tinjauan Umum Tentang Notaris ... 33

1.Pengertian Notaris ... 33

2. Pengertian Jabatan Notaris ... 36

3. Wewenang Notaris ... 39

4. Kewenangan Notaris Sebagai Pejabat Umum ... 44

5. Kewajiban dan Larangan terhadap Notaris ... 57

B. Perbuatan Tercela Notaris Yang Melanggar Norma... . 65

1.Pengertian Norma... ... 66

2.Perbuatan Tercela yang Melanggar Norma ... 67

C. Tinjauan Umum Tentang Jenjang-jenjang Pengwasan Notaris 69 1. Majelis Pengawas Daerah (MPD) ... 69

2. Majelis Pengawas Wilayaah (MPW)... 71

3. Majelis Pengawas Pusat (MPP) ... 75

D. Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab Notaris ... 78

1.Pengertian Tanggung Jawab Notaris Terhadap Perbuatan Tercela yang Berakibat Pada Pemberhentian Sementara ... 78

2. Batas Ruang Lingkup Tanggung Jawab Notaris ... 80

BAB III PEMBAHASAN ... 89

A. Makna dan Tolok Ukur Perbuatan Tercela Pada Pasal 9 Ayat (1) Huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris ... 89

1. Makna Perbuatan Tercela Pada Pasal 9 Ayat (1) Huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris ... 89

(16)

xvi

2. Tolok Ukur Perbuatan Tercela Pada Pasal 9 Ayat (1) Huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Sebagaimana

Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris ... 96

B. Prosedur Pemberhentian Sementara Terhadap Notaris Yang Melakukan Perbuatan Tercela ... 98

C. Kedudukan Notaris Yang Melakukan Perbuatan Tercela Setelah Menjalani Masa Pemberhentian Sementara Dari Jabatan ... 116

BAB IV PENUTUP ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 121

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Notaris adalah pejabat umum yang berfungsi menjamin otentisitas pada tulisan-tulisannya (akta). Notaris diangkat oleh penguasa negara dan kepadanya diberikan kepercayaan dan pengakuan dalam memberikan jasa bagi kepentingan masyarakat. Hanya orang-orang yang sudah dikenal kejujurannya serta mempunyai pengetahuan dan kemampuan di bidang hukum sajalah yang diizinkan untuk memangku jabatan Notaris.

Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan, maka keluhuran serta martabat Jabatan Notaris harus dijaga, baik ketika dalam menjalankan tugas jabatannya maupun perilaku kehidupan Notaris sebagai manusia yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi martabat jabatan Notaris.1 Oleh karena itulah

pemegang jabatan Notaris harus menjaga keluhuran martabat jabatannya dengan menghindari pelanggaran aturan dan tidak melakukan kesalahan profesi yang dapat menimbulkan kerugian kepada orang lain.2

1Habib Adjie. 2008. Hukum Notaris Indonesia. Hlm. 40. Bandung: Refika

Aditama.

2Husni Thamrin. 2011. Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris. Hlm. 72.

(18)

2

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.3 Definisi yang diberikan oleh Undang-Undang Jabatan

Notaris ini merujuk pada tugas dan wewenang yang dijalankan oleh Notaris. Artinya Notaris sebagai pejabat umum memiliki wewenang untuk membuat akta otentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh Undang-Undang Jabatan Notaris.

Kedudukan Notaris sebagai pejabat umum, dalam arti kewenangan yang ada pada Notaris tidak pernah diberikan kepada pejabat-pejabat lain, sepanjang kewenangan tersebut tidak menjadi kewenangan pejabat-pejabat lain dalam membuat akta otentik dan kewenangan lain, maka kewenangan tersebut menjadi kewenangan Notaris.

Pengertian Pejabat umum yang diartikan sebagai kedudukan Notaris adalah pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh kekuasaan umum (pemerintah) dan diberi wewenang serta kewajiban untuk melayani publik dalam hal-hal tertentu, karena itu ia ikut

3Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana

(19)

3

melaksanakan kewibawaan pemerintah.4 Notaris dikatakan sebagai

pejabat umum karena Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah.

Selaku pejabat umum, Notaris dalam menjalankan tugasnya harus bertindak berdasarkan etika. Etika yang dimaksud adalah kode etik yang dimaksudkan untuk menjalankan suatu profesi supaya betul-betul mencerminkan pekerjaan profesional, bermoral, dengan motivasi dan berorientasi pada keterampilan intelektual dengan argumentasi rasional dan kritis.5

Profesionalisme kerja seorang Notaris mensyaratkan adanya tiga watak kerja, yaitu :6

1. Bahwa kerja itu merefleksikan adanya etika untuk merealisasikan kebajikan yang dijunjung tinggi dalam masyarakat, yang oleh karena itu tak akanlah kerja itu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil untuk para pelakunya, melainkan tegaknya kehormataan diri.

2. Bahwa kerja itu dikerjakan berdasarkan kemahiran teknis yang bermutu tinggi, yang karena itu amat mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan yang berlangsung bertahun-tahun secara ekslusif dan berat; serta

4R. Soesanto. 1982. Tugas Kewajiban dan Hak-hak Notaris, Wakil Notaris. Hlm

75. Jakarta: Pradnya Paramita.

5G.H.S. Lumban Tobing. 1999. Peraturan Jabatan Notaris. Hlm. 48. Jakarta:

Erlangga.

6Soetandyo Wignjosoebroto. 2001. Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi.

(20)

4

3. Bahwa kualitas teknis dan moral yang amat disyaratkan dalam kerja-kerja pemberian jasa profesi ini dalam pelaksanaannya harus menundukkan diri pada kontrol sesama warga teroraganisasi, berdasarkan kode-kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam organisasi tersebut, yang pelanggarannya akan konsekuensi dibawanya si pelanggar kehadapan Dewan Kehormatan.

Notaris juga dituntut untuk memiliki nilai moral yang tinggi, karena dengan adanya moral yang tinggi maka Notaris tidak akan menyalahgunakan wewenang yang ada padanya, sehingga seorang Notaris akan dapat menjaga martabatnya sebagai seorang pejabat umum yang memberikan pelayanan yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak merusak citra Notaris itu sendiri. Sebagaimana harapan Komar Andasasmita, agar setiap Notaris mempunyai pengetahuan yang cukup luas dan mendalam serta keterampilan sehingga merupakan andalan masyarakat dalam merancang, menyusun dan membuat berbagai akta otentik,sehingga susunan bahasa, teknis yuridisnya rapi, baik dan benar, karena disamping keahlian tersebut diperlukan pula kejujuran atau ketulusan dan sifat atau pandangan yang objektif.7

Pengangkatan dan pemberhentian Notaris dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri juga berwenang

7Komar Andasasmita. 1981. Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban,

(21)

5

menentukan formasi jabatan Notaris pada daerah Kabupaten atau Kota sebagai tempat kedudukan Notaris. Pasal 9 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menjelaskan bahwa :

1. Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena :

a. Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;

b. Berada di bawah pengampuan; c. Melakukan perbuatan tercela; atau

d. Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan.

2. Sebelum pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, Notaris diberi kesempatan untuk membela diri dihadapan Majelis Pengawas secara berjenjang.

3. Pemberhentian sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat. 4. Pemberhentian sementara berdasarkan alasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

Sedangkan menurut Pasal 12 Undang–undang Nomor 30 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Jabatan Notaris menyatakan bahwa Notaris diberhentikan

(22)

6

dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila:

a. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

b. Berada di bawah pengampuan secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;

c. Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan Notaris; atau

d. Melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan.

Majelis Pengawas Notaris juga diberi wewenang untuk menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris (Pasal 70 huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris). Pemberian wewenang seperti itu telah memberikan wewenang yang sangat besar kepada Majelis Pengawas. Bahwa Kode Etik Notaris merupakan pengaturan yang berlaku untuk organisasi Notaris, jika terjadi pelanggaran atas Kode Etik Notaris tersebut, maka organisasi Notaris melalui Dewan Kehormatan Notaris (Daerah, Wilayah, Pusat) berkewajiban untuk memeriksa Notaris dan menyelenggarakan sidang pemeriksaan atas pelanggaran tersebut, dan jika terbukti, Dewan Kehormatan Notaris dapat memberikan sanksi atas keanggotaan yang bersangkutan pada organisasi jabatan Notaris. Dalam menjalankan tugas jabatannya, Notaris diawasi oleh Dewan

(23)

7

Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris, Habib Adjie menjelaskan bahwa pemberian wewenang kepada Majelis Pengawas Notaris untuk melaksanakan sidang atas adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris, merupakan suatu bentuk pengambil alihan wewenang dari Dewan Kehormatan Notaris.8

Dalam pengawasan suatu lembaga yang netral dan mandiri atau independen, tujuan dari pengawasan terhadap Notaris adalah agar para Notaris sungguh-sungguh memenuhi persyaratan-persyaratan dan menjalankan tugas jabatannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Kode Etik Notaris demi pengamanan dari kepentingan masyarakat umum. Tujuan dari dibuatnya kode etik, dalam hal ini adalah Kode Etik Notaris, pada intinya adalah untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan Notaris.9

Adanya batasan terhadap Pasal 9 ayat (1) huruf c dan Pasal 12 huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, menunujukan bahwa ketidak jelasan dalam Pasal 9 Ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan

8 Habib Adjie. 2008. Hukum Notaris Indonsia Tafsir Tematik Terhadap

Undang-undang No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Hlm. 172-173. Bandung: Refika

Aditama, (untuk selanjutnya disebut Habib Adjie II).

9Abdul Ghofur Anshori. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia. Hlm. 118.

(24)

8

Notaris tidak jelas mengenai tolok ukur perbuatan tercela, prosedur pemberhentian sementara terhadap Notaris yang melakukan perbuatan tercela serta kedudukan Notaris yang melakukan perbuatan tercela setelah menjalani masa pemberhentian sementara dari jabatannya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti tentang: ”PENERAPAN ATURAN TENTANG PERBUATAN TERCELA

YANG BERAKIBAT PADA PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN NOTARIS”, karena apabila tidak diatur tentang perbuatan

tercela pada Pasal 9 Ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dapat mengakibatkan ketidakpastian hukum dan kekacauan sehingga menimbulkan ketidakadilan hukum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dari implementasi aturan tentang perbuatan tercela yang berakibat pada pemberhentian sementara dari jabatan Notaris adalah sebagai berikut:

1. Apa makna dan tolok ukur perbuatan tercela menurut Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris ?

(25)

9

2. Bagaimana prosedur pemberhentian sementara terhadap Notaris yang melakukan perbuatan tercela ?

3. Bagaimana kedudukan Notaris yang melakukan perbuatan tercela setelah menjalani masa pemberhentian sementara dari jabatannya ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dalam rangka penulisan tesis ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sehingga penelitian ini akan lebih terarah serta dapat mengenai sasarannya, adapun tujuan penelitian ini adalah :

a) Menjelaskan makna dan tolok ukur dari perbuatan tercela menurut pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

b) Untuk menjelaskan prosedur pemberhentian sementara terhadap Notaris yang melakukan perbuatan tercela.

c) Untuk menjelaskan kedudukan Notaris yang melakukan perbuatan tercela setelah menjalani masa pemberhentian sementara dari jabatannya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi aspek teoritis maupun aspek praktis.

(26)

10

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan ilmu hukum khususnya ilmu hukum kenotariatan terkait dengan perbuatan tercela yang dilakukan oleh Notaris berdampak pemberhentian sementara terhadap Notaris.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dari Pasal 9 Ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris diharapkan dapat menjadi preferensi dalam memberikan kontribusi tentang implementasi aturan tentang perbuatan tercela yang berakibat pada pemberhentian sementara dari jabatan Notaris, kepada:

a. Notaris.

Agar Notaris tidak akan menyalahgunakan wewenang yang ada padanya, sehingga seorang Notaris akan dapat menjaga martabatnya sebagai seorang pejabat umum. b. Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia (INI).

Agar Dewan Kehormatan Notaris selaku pengawas Notaris dalam organisasi yang disebut Ikatan Notaris Indonesia (INI) lebih fokus dalam pengawasan dan pengambilan keputusan terkait sanksi yang diberikan kepada Notaris yang melakukan pelanggaran (baik pelanggaran

(27)

Undang-11

Undang maupun pelanggaran Kode Etik Profesi) senantiasa berpegang teguh kepada amanat Undang-Undang maupun Kode Etik Profesi.

c. Majelis Pengawas Daerah Notaris.

Agar Majelis Pengawas Daerah Notaris selaku pembina dan memberikan pengawasan terhadap Notaris dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan. d. Masyarakat Kota Palembang pada umumnya.

Agar masyarakat memahami tentang peran dan wewenang Notaris dalam menjalankan jabatannya.

E. Kerangka Teori

Adapun teori-teori yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Grand Theory

Menurut Gustav Radbruch dari tiga tujuan hukum (yaitu keadilan hukum, kemanfaatan Hukum dan kepastian hukum), keadilan harus menempati posisi yang pertama dan utama dari pada kepastian dan kemanfaatan. Yang mana hukum harus mengandung tiga nilai identitas. (1). Asas Keadilan Hukum (gerectigheid) asas ini meninjau dari sudut filosofis, Asas Kepastian Hukum (rechtmatigheid) asas ini meninjau dari sudut yuridis, Asas Kemanfaatan Hukum (zwechmatigheid) asas ini meninjau dari sudut sosiologis.

(28)

12

a. Teori Keadilan

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrim yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrim itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proposi tersebut berarti ketidakadilan.10

Teori keadilan merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis tentang ketidakberpihakan kebenaran atau ketidaksewenangan-wenangan dari institusi atau individu terhadap masyarakat atau individu yang lainnya. Teori keadilan dalam penelitian ini dimaksudkan agar notaris diperlakukan secara adil sebelum diberhentikan sementara dari jabatannya karena melakukan perbuatan tercela dan dapat melakukan pembelaan diri secara berjenjang di hadapan Majelis Pengawas Notaris sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 9 ayat (2).

10 W. Friedmann. 1996. Teori dan Filsafat Hukum. Hlm. 80 Jakarta: PT. Raja

(29)

13

b. Teori Kemanfaatan Hukum

Menurut Gustav Radbruch dalam nilai kemanfaatan hukum berfungsi sebagai alat untuk memotret fenomena masyarakat atau realitasosial. Dapat memberi manfaat atau berdaya guna (utility) bagi masyarakat. Penganut aliran utilitas menganggap bahwa tujuan hukum semata-mata untuk memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak- banyaknya warga masyarakat. Penanganannya didasarkan pada filsafat sosial, bahwa setiap warga masyarakat mencari kebahagiaan, dan hukum merupakan salah satu alatnya. Aliran utilitas memasukkan ajaran moral praktis yang menurut penganutnya bertujuan untuk memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin warga masyarakat.

Teori kemanfaatan hukum yang dimaksudkan dalam penelitian ini agar Notaris yang melakukan perbuatan tercela berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menjaga moral sebagai pejabat umum dimata masyarakat, agar tidak terjadi perbuatan tercela yang berakibat pada pemberhentian sementara dari Jabatan Notaris.

(30)

14

c. Teori Kepastian Hukum

Menurut M. Luthfan Hadi Darus kepastian hukum adalah teori dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan yang wajib dipatuhi Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya yang berhubungan dengan segala tindakannya dalam pembuatan akta otentik.11

Teori kepastian hukum yang dimaksudkan dalam penelitian ini agar Notaris yang melakukan perbuatan tercela berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris mendapatkan kepastian hukum, baik dalam hal tolok ukur perbuatan tercela, prosedur pemberhentian sementara terhadap Notaris yang melakukan perbuatan tercela maupun kedudukan notaris yang melakukan perbuatan tercela setelah menjalani masa pemberhentian sementara pada jabatannya.

2. Middle Range Theory

a. Teori Jabatan

Menurut E. Utrecht bahwa jabatan (ambt) ialah suatu lingkungan pekerjaan tetap (kringvan vaste

11M. Luthfan Hadi Darus. 2017. Hukum Notariat dan Tanggung Jawab Jabatan

(31)

15

werkzamhedden) yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan negara dan kepentingan umum.12 Jabatan

merupakan subjek hukum (recht persoon), yakni pendukung hak dan kewajiban (suatu personifikasi), dan oleh hukum tata negara tidak diberikan kepada pejabat (orang), tetapi diberikan kepada jabatan (lingkungan pekerjaan).13 Teori jabatan yang dimaksud dalam penelitian

ini berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang menyebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang ini.

b. Teori Kewenangan

Teori wewenang dikemukakan untuk membahas dan menganalisis kewenangan Notaris dalam jabatannnya. Setiap perbuatan pejabat atau badan tata usaha negara disyaratkan bertumpu pada kewenangan yang sah. Tanpa adanya kewenangan yang sah seorang pejabat ataupun badan usaha negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan. Jabatan memperoleh kewenangan melalui tiga sumber yaitu atribusi, delegasi, dan mandat, ketiga sumber

12E. Utrecht. 1963. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Hlm. 29. Jakarta:

Penerbitan dan Balai Buku. Ichtisar.

13Saefudin Arif. 2011. Notariat Syariah Dalam Pratik Jilid Ke I Hukum Keluarga

(32)

16

kewenangan ini akan melahirkan kewenangan (bevoegheid, legal power, competence).14

Teori kewenangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah notaris memperoleh wewenang melalui atribusi15

yang merupakan pemberian kewenangan pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan tersebut. Artinya kewenangan itu bersifat melekat terhadap pejabat yang dituju atas jabatan yang diembannya.

c. Teori Larangan

Selain wewenang Notaris dibatasi oleh larangan-larangan yang diatur dalam norma hukum (Undang-Undang). Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misalnya pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku sesuai dengan keinginan pembuat peraturan itu sendiri16. Ditinjau dari sudut isinya,

maka dapatlah dikenal adanya tiga macam kaedah hukum yaitu:17

1. Kaedah-kaedah hukum yang berisikan suruhan;

14Philipus M. Hadjon dkk. 2005. Pengantar Hukum Administrasi

Indonesia(Introduction To The Indonesian Administrative Law). Hlm. 139-140.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

15M.Luthfan Hadi Darus. Op.Cit. Hlm. 20. Jakarta: UIIPress.

16Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka. 1989. Sendi-Sendi Ilmu Hukum

dan Tata Hukum. Hlm. 7. Bandung: Citra Aditrya Bakti.

17Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka. 1989. Perihal Kaedah Hukum.

(33)

17

2. Kaedah-kaedah hukum yang berisikan larangan; 3. Kaedah-kaedah hukum yang berisikan

kebolehan.

Apabila isi kaedah hukum dihubungkan dengan sifat kaedah hukum, maka kaedah-kaedah hukum yang berisikan suruhan dan larangan bersifat imperatif. Yang dimaksud kaedah hukum yang bersifat imperatif adalah kaedah-kaedah hukum yang secara prioritas harus ditaati. Artinya, apabila seseorang hendak melakukan suatu perbuatan, maka tidak boleh tidak harus menaati kaedah-kaedah hukum tertentu yang berhubungan dengan perbuatan itu.18

Norma akan memberi batasan aturan yang bersifat perintah dan anjuran serta larangan. Ketentuan larangan untuk perbuatan yang apabila dilakukan dapat membahayakan kehidupan bersama, sebaliknya perintah adalah ditujukan agar dilakukan perbuatan yang dapat memberi kebaikkan bagi kehidupan bersama. Jeremy Bentham mendefinisikan hukum sebagai rangkaian perintah dan larangan yang disampaikan oleh badan atau lembaga yang memiliki wewenang yang sah untuk membentuk

(34)

18

hukum yang disertai sanksi atas pelanggaran terhadap perintah dan larangan tersebut.19

Teori larangan yang dimaksud dalam penelitian ini berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris adalah Notaris yang mematuhi kaedah-kaedah hukum yang berisikan larangan untuk tidak melakukan perbuatan tercela agar tidak berakibat pada pemberhentian sementara dari Jabatan Notaris.

d. Teori Tanggung Jawab

Setiap tindakan atau perbuatan tidak terlepas apa yang dinamakan tanggungjawab. Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, pada dasarnya dapat dimintakan tanggungjawab dan tanggunggugat, terlebih lagi yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban dari seseorang profesi hukum, seperti jabatan Notaris, tanggunggugat merupakan prinsip profesionalisme dan sebagai wujud komitmen Notaris terhadap pelaksanaan tugas dan

19E Sumaryono. 2002. Etika Dan Hukum: Relevansi Teori Hukum Kodrat. Hlm.

(35)

19

jabatannya.20 Teori tanggungjawab dalam penelitian ini

berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, apabila Notaris melakukan perbuatan tercela maka pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh Notaris dikenakan sanksi pemberhentian sementara.

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya menyatakan bahwa, “seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan”.21 Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan

bahwa:22

Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan.

20Syarifurrachman dan Habib Adjie. 2011. Aspek Pertanggungjawaban Notaris

Dalam Pembuatan Akta. Hlm.13. Bandung: Mandar Maju.

21Hans Kelsen. 2007. General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan

Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik.

Hlm. 81. terjemahan Somardi. Jakarta: BEE Media Indonesia.(selanjutnya ditulis Hans Kelsen II).

(36)

20

Selanjutnya Hans Kelsen membagi tanggung jawab menjadi 4 (empat) bagian yang terdiri dari:23

a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.

Teori tanggungjawab yang dimaksud dalam penelitian ini berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris adalah Notaris yang

23Hans Kelsen. 2006. Teori Hukum Murni. Hlm. 140. terjemahan Raisul

(37)

21

mempertanggungjawabkan perbuatan tercelanya secara pertanggungjawaban individu, pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan dan pertanggungjawaban mutlak.

3. Applied Theory

Asas Profesionalitas

Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Jabatan Notaris) yang berlaku dalam menjalankan tugas dan jabatan Notaris.24 Teori

profesionalitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini agar Notaris mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Jabatan Notaris) yang berlaku sehingga terhindar dari sanksi pemberhentian sementara terhadap perbuatan tercela yang disebutkan pada Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris (terapan) bermula dari ketentuan hukum positif tertulis (perundang-undangan) yang diberlakukan pada peristiwa

(38)

22

hukum in concreto dalam masyarakat. Dalam penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris (terapan) selalu terdapat gabungan 2 (dua) tahap kajian. Tahap pertama, kajian mengenai hukum normatif (perundang-undangan) yang berlaku, dan tahap kedua kajian hukum empiris berupa penerapan pada peristiwa hukum in concreto guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, penelitian hukum ini disebut penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris membutuhkan bahan penelitian kepustakaan dan bahan penelitian lapangan.25

Penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan ditujukan untuk menelaah dan menginterprestasikan hal-hal yang bersifat teoritis terkait asas-asas, doktrin-doktrin, dan norma hukum yang berkaitan dengan pemberhentian sementara dari jabatan Notaris, dengan ditunjang data empiris berupa wawancara kepada Notaris dan pihak-pihak yang terkait lainnya.

2. Pendekatan Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah statute approach, conceptual approach, philosophical approach, historical approach dan legal sociological approach.

25Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Hlm. 53.

(39)

23

a. Pendekatan Perundangan-undangan (Statute Approach). Pendekatan ini dimaksudkan untuk mencari tolok ukur dan meninjau tentang perbuatan tercela yang disebut pada Pasal 9 Ayat (1) huruf c peraturan perundang-undangan Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dan semua aturan yang berkaitan dengan jabatan Notaris.

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach).

Dalam membangun konsep dan memahami pandangan dari doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum sebagai acuan dalam ilmu hukum.26 Peneliti akan mememukan

konsep yang relevan dengan isu-isu yang dihadapinya yaitu konsep perbuatan tercela, konsep pemberhentian sementara dan konsep Notaris.

c. Pendekatan Filsafat Hukum (Philosophical Approach)

Dalam penelitian tesis ini menggunakan lapangan ilmu filsafat etika, yang merupakan bagian ilmu filsafat yang merenungkan tentang hakikat nilai dan perilaku yang baik dan buruk27 tentang perbuatan tercela yang berakibat pada

pemberhentian sementara dari jabatan Notaris.

26 Abdulkadir Muhammad. Ibid. Hlm.177-178

27Sudikno Mertokusumo. 2012. Teori Hukum. Hlm. 68. Yogyakarta:Atma

(40)

24

d. Pendekatan Sejarah Hukum (Historical Approach)

Pendekatan sejarah yang dilakukan dalam kerangka pelacakan sejarah lembaga hukum dari waktu ke waktu.28

Penggunaan pendekatan ini guna untuk mengetahui filosofi yang mempengaruhi perkembangan Notaris di Indonesia khususnya kota Palembang.

e. Pendekatan yang mengandung unsur sosiologi hukum (Legal Sociological Approach)

Dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan, digunakan pendekatan sosiologi hukum, yang memahami hukum sebagai pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis, sebagai variabel empiris, yang berorientasi pada simbolik interaksional.29 Pendekatan

sosiologi merupakan pendekatan yang dilakukan secara langsung melalui wawancara di lapangan kepada pihak yang berkompeten. Pendekatan sosiologi mempunyai kegunaan dalam mengkaji reasoning (penalaran) tersebut merupakan referensi bagi penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum mengenai pengaturan tentang perbuatan tercela yang berakibat pada pemberhentian sementara dari jabatan Notaris.

28 Peter Mahmud Marzuki. 2011. Penelitian Hukum. Hlm. 126. Jakarta:Prenada

Media Group.

29Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Hlm. 97. Jakarta:

(41)

25

3. Sumber Bahan Penelitian

1. Sumber Bahan Penelitian

Berdasarkan tipe penelitian hukum yang diungkapkan diatas, peneliti pada umumnya mengumpulkan bahan hukum kepustakaan adalah data yang diperoleh langsung melalui bahan pustaka. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh melalui lapangan. Adapun bahan penelitian hukum digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer30 adalah bahan hukum yang

mempunyai kekuatan mengikat, bersumber dan/atau yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, meliputi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian, yang terdiri atas:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum dan sesudah perubahan);

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek);

3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan

30Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif, Suatu

(42)

26

Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

4) Perundang-undangan lain yang terkait b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, wawancara (interview) berupa komentar-komentar Notaris, jurnal ilmiah, hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, dokumen pribadi31

atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan pokok bahasan penelitian, serta bahan-bahan yang diperoleh dari internet.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan menjelaskan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Seperti kamus, ensiklopedia, kamus hukum, surat kabar, majalah, sepanjang memuat informasi yang relevan.32

4. Teknik Pengumpulan Bahan Penelitian

Untuk memperoleh bahan penelitian hukum kepustakaan berdasarkan buku-buku, literatur-literatur,

31Roni Hanitijo Soemitro. 1988. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri.

Hlm.24. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(43)

27

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris dan peraturan perundang-undangan yang terkait dan dilanjutkan dengan penelitian di lapangan (field research), maupun bahan-bahan penelitian lapangan melalui wawancara dengan beberapa informan yang dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam pengumpulan bahan hukum di lapangan.33 Dengan menerapkan teknik sampling, yaitu

teknik sampling non probabilitas adalah suatu teknik pengambilan sampling di mana setiap manusia tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih jadi sampel hanya saja jumlah subjek atau orang-orang yang akan diteliti telah ditentukan terlebih dahulu.34 Dari teknik sampling non

probabilitas maka cara pengambilan sample ini dengan menggunakan purposive sampling yang artinya pemilihan sekelompok subjek atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.35

Dengan purposive sampling maka cara untuk mendapatkan informasi dari responden yang akan dituju melalui penarikan

33Bambang Waluyo. 2008. Penelitian Hukum dalam Praktek. Hlm. 57. Jakarta:

Sinar Grafika.

34Amirudin dan Zainal Asikin. 2014. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Hlm.

103. Jakarta: Rajawali Pers.

(44)

28

wawancara yang bertujuan untuk mendalami permasalahan yang menjadi objek penelitian yang diperoleh langsung dari informan Notaris Palembang, Dewan Kehormatan Notaris, Majelis Pengawas Daerah Notaris kota Palembang dan pihak yang terkait dalam penulisan tesis.

5. Teknik Pengolahan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan bahan penelitian berupa bahan-bahan hukum yang dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan (library research) yaitu dengan memperoleh bahan-bahan penelitian dengan cara membaca, menelaah serta menganalisa buku-buku, literatur-literatur, peraturan perundang-undangan serta dokumen yang berhubungan dengan penulisan penelitian ini. Dan menggunakan bahan penelitian empiris berupa penelitian kualitatif, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah teknik mengumpulkan bahan yang diperoleh secara wawancara.36 Wawancara adalah

suatau proses tanya jawab lisan, dimana 2 (dua) orang atau lebih saling berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.37

36Burhan Ashshofa. 2004. Metode Penelitian Hukum. Hlm. 58. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

37Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian. Hlm.89. Yogyakarta: Pers

(45)

29

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat oleh peneliti. Pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti dalam pedoman wawancara dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan saat wawancara sehingga wawancara dapat berjalan dengan terbuka namun tetap fokus pada masalah penelitian. Dari wawancara tersebut, peneliti berhasil mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitan mengenai penerapan aturan tentang perbuatan tercela yang berakibat pada pemberhentian sementara dari Jabatan Notaris. Ada tiga 3 (tiga) wawancara yaitu: wawancara berstruktur, wawancara tak berstruktur dan wawancara kelompok. Penelitian ini mengunakan bentuk wawancara tak terstruktur.

Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajian sama untuk setiap responden.38 Alasan peneliti menggunakan jenis wawancara tak

terstruktur adalah untuk mengurangi variasi hasil wawancara pada saat dilakukan. Responden terdiri dari Notaris, Dewan Kehormatan Notaris Ikatan Notaris Indonesia, Majelis Pengawas Daerah Notaris dan Masyarakat. Selanjutnya bahan-bahan yang diperoleh tersebut diolah dengan cara mengklarifikasi atau

38Lexy. J. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Hlm. 188.

(46)

30

mengelompokkan bahan-bahan melalui proses inventarisasi dan deskripsi sistematis bahan penelitian dengan penghimpunan, menata dan memaparkan bahan penelitian untuk menentukan aturan hukum tersebut.

6. Teknik Analisis Bahan Penelitian

Teknik analisis penelitian dilakukan dengan penafsiran hukum terhadap bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan dan diolah, yaitu:39

a. Penafsiran Otentik

Penafsiran otentik adalah penafsiran yang didapat dari pembentuk Undang-Undang.

b. Penafsiran Gramatikal

Penafsiran gramatikal ialah menafsirkan Undang-Undang menurut arti perkataan hal ini memberikan pengertian bahwa terdapat hubungan yang erat antara bahasa yang digunakan sebagai satu-satunya alat yang digunakan pembuat Undang-Undang untuk menyatakan kehendak sesuai dengan bahasa sehari-hari atau bahasa hukum.40

c. Penafsiran Teleologis

Dapat dilihat dari sejarah dan dapat dilihat pula dari sifat hubungan yang memerlukan pengaturan.

39Mochtar Kusumaattmadja. 2000. Pengantar Ilmu Hukum. Hlm.100.

Bandung:Alumni.

(47)

31

Undang ingin menjadi pengaturan yang bermamfaat untuk kehidupan bersama. Jadi dalam menafsirkannya harus memperhatikan pertanyaan bagaimana Undang-Undang yang bersangkutan berusaha mencapai tujuan dan untuk itu memperhatikan kehidupan masyarakat. Penafsiran ini disebut juga penafsiran sosiologis.41

d. Penafsiran Sistematis

Penafsiran sistematis adalah penafsiran dengan cara memperhatikan apakah ada hubungan antara pasal yang satu dengan pasal lainnys dalam peraturan perundang-undangan.

7. Teknik Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan terhadap bahan penelitian mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif-induktif untuk memperoleh jawaban-jawaban atas permasalahan yang ada pada tesis ini. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah penarikan kesimpulan yang bertolak dari proposisi pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.42 Dan

metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah suatu pembahasan yang dimulai dari fakta yang ada bersifat khusus

41Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum.

Hlm. 65. Yogyakarta:PT. Citra Aditya Bakti.

42Bambang Sunggono. 2011. Metodelogi Penelitian Hukum. Hlm. 120. Jakarta:

(48)

32

dan konkrit kemudian menuju kepada generalisasi yang bersifat umum.43

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Buku – Buku :

Adjie, Habib. 2008. Hukum Notaris Indonesia. Bandung: Refika Aditama. _______2008. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: Refika Aditama (untuk selanjutnya disebut Habib Adjie II)

_______2014. Hukum Notaris Indonesi. Bandung: Refika Aditama.

_______2009. Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan tentang Notaris dan PPAT. Bandung:PT. Citra Aditya Bakti

_______2008. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik. Bandung:PT Refika Aditama.

_______2009. Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia. Bandung:Mandar Maju.

Ahmadi, Wiratni. 2014. Kode Etik Notaris. Jakarta:Wacana Paramita Amirudin dan Zainal Asikin. 2014. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

Jakarta: Rajawali Pers.

Andasasmita, Komar. 1981. Notaris Dengan Sejarah, Peranan, Tugas Kewajiban, Rahasia Jabatannya. Bandung: Sumur.

Anshori, Abdul Ghofur. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Prespektif Hukum dan Etika. Yogyakarta : UII Press.

Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu Hukum, terjemahan Oetarid Sadino dari “Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht”. (Jakarta: Pradnya Paramita, cet.ke-29, 2001).

(50)

Arif, Saefudin. 2011. Notariat Syariah Dalam Pratik Jilid Ke I Hukum Keluarga Islam. Jakarta: Darujanah Publishing.

Ashshofa, Burhan. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Budiono, Herlien. 2007. Notaris dan Kode Etiknya. Uprading dan Refreshing Coirse. Medan:Nasional Ikatan Notaris Indonesia. Darus, M. Lutfan Hadi. 2017. Hukum Notariat dan Tanggung Jawab

Jabatan Notaris. Jakarta: UIIPress.

E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi. 1982. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Jakarta:Alumni AHM-PTHM.

Fitriyana Mahmud, Eis. 2013. “Batas-Batas Kewajiban Ingkar Notaris dalam Penggunaan Hak Ingkar Pada Proses Peradilan Agama”, Jurnal, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya. Malang.

Fuady, Munir. 2005. Perbuatan Melawan Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya

Friedmann, W. 1996. Teori dan Filsafat Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Terbaru. Jakarta:Dunia Cerdas.

Kan, J.van dan J.H. Beekhuis, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Pustaka Sarjana, tanpa tahun.

(51)

Kelsen, Hans. 2007. General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik. terjemahan Somardi. Jakarta: BEE Media Indonesia.(selanjutnya ditulis Hans Kelsen II).

_______2006. Teori Hukum Murni. terjemahan Raisul Mutaqien. Bandung: Nuansa & Nusamedia. (selanjutnya ditulis Hans Kelsen III).

Mochtar Kusumaattmadja. 2000. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung:Alumni.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

M. Hadjon, Philipus dkk. 2005. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction To The Indonesian Administrative Law). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Nico. 2003. Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum. Yogyakarta:Center For Documentation and Studies Of Business Law.

Notodisoerjo, R. Soegondo. 1982. Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan. Rajawali:Jakarta dalam buku Habib Adjie I.

Pandu, Yudha. 2009. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Jabatan Notaris dan PPAT. Jakarta:Indonesia Legal Center Publishing. Purbacaraka. 2010. Perihal Kaedah Hukum. Bandung:Citra Aditya

Riduan, Syahrani. 2009. Kata-Kata Kunci Mempelajari Ilmu Hukum. Bandung:PT.Alumni.

(52)

Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

Website

Anonim. http://Ikbbi.web.id/notaris.diakses pada hari minggu, tanggal 25 Maret 2018. pukul 23.23 WIB.

Dikutip pada tanggal 05 Mei 2018 jam 14.38 dari

http://ejournal.warmadewa.ac.id/journal-hukum/hubungan-antara-nilai asas

hukum-dan-norma-hukum-dalam-pembentukan-peraturan perundang undangan yang ditulis oleh

Ida Bagus Putu Kumara Adi Adnyana dalam makalah berjudul “Hubungan antara Nilai, Asas Hukum dan Norma Hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”.

Sony Pungus. Teori Pertangungjawaban.

http://sonny-tobelo.blogspot.com Teori Pertanggungjawaban. Html. Diakses

(53)

Saputro, Anke Dwi. 2008. Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, dan di Masa Datang. Jakarta:Gramedia Pustaka.

Sarwono, W. Sarlito. 2016. Pengantar Psikologi Umum. Edisi 1 Cetakan 7. Jakarta:Rajawali Pers.

Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta:PT Grasindo.

Soedjendro, Kartini. 2001. Perjanjian Peralihan Hak Atas Tanah yang Berpotensi Konflik. Yogyakarta:Kanisius.

Soemitro, Roni Hanitijo. 1988. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

_______2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

_______dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soesanto. R, 1982. Tugas Kewajiban dan Hak-hak Notaris, Wakil Notaris. Jakarta: Pradnya Paramita.

Subekti, Henricus. Tugas Notaris (Perlu) Diawasi. Renvoi. Nomor 26. Tahun Ketiga, 3 April 2006

Sudikno Mertokusumo dan A.Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Yogyakarta:PT. Citra Aditya Bakti.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

(54)

Sunggono, Bambang. 2011. Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Press.

Sumaryono, E. 2002. Etika Dan Hukum: Relevansi Teori Hukum Kodrat. Yogyakarta: Kanisius.

Surayin. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung:Yrama Widya. Syarifurrachman dan Habib Adjie. 2011. Aspek Pertanggungjawaban

Notaris Dalam Pembuatan Akta. Bandung: Mandar Maju.

Tamrin, Husni. 2001. Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris. Yogyakarta: LaksBang, Presindo.

Tobing, G.H.S. Lumban. 1999. Peraturan Jabatan Notaris. Jakarta, Erlangga.

Utrecht, E. 1963. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Jakarta: Penerbitan dan Balai Buku, Ichtisar.

Waluyo, Bambang. 2008. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika

Wignjosoebroto, Soetandyo. 2001. Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi. Malang: Media Notariat.

Undang-undang:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara

(55)

Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

Website

Anonim. http://Ikbbi.web.id/notaris.diakses pada hari minggu, tanggal 25 Maret 2018. pukul 23.23 WIB.

Dikutip pada tanggal 05 Mei 2018 jam 14.38 dari

http://ejournal.warmadewa.ac.id/journal-hukum/hubungan-antara-nilai asas

hukum-dan-norma-hukum-dalam-pembentukan-peraturan perundang undangan yang ditulis oleh

Ida Bagus Putu Kumara Adi Adnyana dalam makalah berjudul “Hubungan antara Nilai, Asas Hukum dan Norma Hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”.

Sony Pungus. Teori Pertangungjawaban.

http://sonny-tobelo.blogspot.com Teori Pertanggungjawaban. Html. Diakses

Referensi

Dokumen terkait

SL-PTT merupakan program yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman

Metode ini dilakukan dengan memasukkan ikan secara langsung kedalam media air yang bersuhu ±8°C dan telah ditambahkan minyak cengkeh sesuai perlakuan kemudian dilakukan

Dalam hal ini, pengertian dari corak tersebut adalah suatu corak yang menjelaskan petunjuk ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan masyarakat serta usaha

Penggunaan sistem ini dapat mengatur pembukaan awalan katup masuk sesuai dengan kondisi beban engine sehingga dapat memperbesar rendemen volumetris disaat yang

Praktikan bertugas melakukan penagihan pembayaran kepada para pelanggan melalui email, tanggal penagihan dilakukan sesuai dengan tanggal saat pemasangan layanan internet,

Saran dalam penelitian ini: Bagi pihak manajemen, dari hasil perhitungan rasio profitabilitas ini menunjukan kinerja keuangan Perum Pegadaian terjadi penurunan atau

Struktur harga dengan sendirinya akan megatur dan menyaring produsen berdasarkan tingkat kemampuan produsen dalam menanggung biaya produksi yang meliputi biaya

Pengukuran protein kasar pada sampel bertujuan untuk mengetahui jumlah protein pada pakan dan sampel A (silase sorgum Samurai 2) menunjukkan bahwa protein kasar yang