• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sumber Data

2.1.1 Literatur Buku

1. “The Illusion of Life Disney Animation” karya Frank Thomas dan Ollie Johnston.

2. “Chiken Soup” for the Dog Lover’s Soul 3. “Dog Stories” karya James Herriot’s

2.1.2 Literatur Artikel 1. http://www.antaranews.com/berita/285587/harimau-sumatra-berkeliaran-di- kepahiang 2. http://maliqren.wordpress.com/2010/11/19/masyarakat-pedesaan/ 3. http://erabaru.net/nasional/60-lingkungan/26115-harimau-sumatera-terancam-punah 4. http://www.mahasiswafreak.com/2011/12/mengharukan-seekor-anjing-rela-mati.html 5. http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=350267368324609 6. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8166939 7. http://www.gamexeon.com/forum/berita-lain-lain/73273-menunggui-jenazah-tuannya-seekor-anjing-ditembak-mati.html 8. http://penulis165.esq-news.com/saintek/2010/07/13/ilmuwan-terinspirasi-anjing-berkaki-tiga.html

(2)

2.2 Animasi

2.2.1 Definisi Animasi

Animasi atau lebih akrab disebut dengan film animasi , adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak.

Film animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar dari dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal dari bahasa Inggris yang telah diserap menjadi bahasa Indonesia yang bermakna :

1. Sebuah barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid empat gambar potret negative.

2. Lakon (cerita) gambar hidup.

Secara mendasar, pengertian film secara menyeluruh sulit untuk dijelaskan.Baru dapat diartikan kalau dilihat dari konteksnya, misalnya dipakai untuk portret negative atau plat cetak, film mengandung pengertian suatu lembaran pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat hasilnya. Atau yang berhubungan dengan cerita atau lakon , film mengandung pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar – gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung unsur cahaya, suara dan waktu. Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada ensiklopedi Americana :

“Animated, a motion picture consisting of series of individual hand-drawn sketches, in which the positions or gestures of the figures are varied slightly

(3)

from one sketch to another . Generally, the series is film and, when projected on screen, suggest that figures are moving. “ (Ensiklopedi Americana vol.5)

Animasi seperti halnya film hidup dimungkinkan adanya perhitungan kecepatan film yang berjalan berurutan antara 18 sampai 24 gambar tiap detiknya.

Gambar yang diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak bergerak, yang terlihat adalah gerakan semu , terjadi pada indra kita akibat perubahan kecil dari satu gambar ke gambar yang lain. Adanya suatu fenomena yang terjadi pada waktu kita melihat disebut persistence of vision sehingga menghasilkan suatu ilusi gerak dari pandangan kita. Berbeda dengan film hidup, gambar diambil dari pemotretan obyek yang bergerak , lalu dianalisi satu persatu menjadi beberapa gambar diam pada tiap bingkai pita seluloid. Sedangkan film animasi, gerak gambar diciptakan dengan menganalisis gambar per gambar atau kerangka demi kerangka oleh animator, lalu direkam gambar demi gambar atau gerak demi gerak dengan menggunakan kamera stop-frame, kamera yang memakai alat mesin penggerak frame by frame , yaitu alat penggerak pita seluloid bingkai per bingkai, dengan perhitungan waktu untuk tiap satu detik dibutuhkan 24 bukaan bingkai kamera untuk merekam gambar dan gerak ke pita seluloid.

2.2.2 Sejarah Animasi

Dewasa ini animasi merupakan suatu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam dunia film, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu film , maupun bersatu dengan film live.

(4)

Dalam dunia film sebenarnya berakar dari fotografi , sedangkan animasi berakar dari dunia gambar , yaitu ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual). Melalui sejarahnya masing- masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi dan wujud baru di dalam film live dan animasi. Dapat dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari dua disiplin , yaitu film dan gambar. Untuk dapat mengerti dan menggunakan teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan dimengerti.

Film biasa dipakai untuk merekam suatu keadaan, atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai untuk memenuhi suatu kebutuhan umum, yaitu mengkomunikasikan suatu gagasan , pesan atau kenyataan. Karena keunikan dimensinya dan karena sifat hiburannya, film telah diterima sebagai salah satu media audio visual yang paling populer dan digemari. Karena itu juga dianggap sebagai media yang paling efektif. Untuk dapat mempergunakan media film ada dua masalah pokok yang harus dihadapi, yaitu masalah teknis film dan masalah teknik mengemukakan sesuatu dengan film atau biasa disebut dengan teknik presentasi, Demikian juga dengan hal yang harus diketahui di dalam film animasi, yaitu masalah teknik animasi dan masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan teknik animasi. Sering perkataan teknik berkomunikasi lebih akrab dikatakan seni berkomunikasi.

Di dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan berbagai bidang kegiatan seni, baik visual maupun herbal. Bagi seorang perencana

(5)

komunikasi, kegiatan ini sangat penting dimengerti.Seorang pembuat film akan menghadapi masalah teknik membuat film dan seni membuat film.

2.2.3 Asal Mula Teknik Film Animasi

Keinginan manusia untuk membuat gambar atau image yang hidup dan bergerak sebagai perantara dari pengungkapan ekspresi mereka merupakan perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi itu sendiri sebenarnya merupakan pernyesuaian dari kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate, dalam kamus umum bahasa Inggris – Indonesia berarti menghidupkan. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan, mengerakkan benda mati. Suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup.

Sebenarnya sejak jaman dulu manusia telah mencoba menganimasi gerak gambar binatang seperti yang dikemukakan oleh para ahli purbakala di Gua Lascaux, Spanyol Utara yang sudah berumur dua ratus ribu lebih. Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang seperti celeng, bison atau kuda dan digambarkan dengan delapan kaki dengan posisi berbeda dan bertumpuk. Orang Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar – gambar para pegulat yang sedang bergumul sebagai dekorasi dinding. Karya ini dibuat sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Lukisan Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup, dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian (794 – 1192). Kemudian muncul permainan yang disebut Thaumatrope sekitar abad ke –

(6)

19 di Eropa, berupa lembaran cakram karton tebal bergambar burung dalam sangkar yang kedua sisi kiri kanannya diikat seutas tali dan bila dipilin dengan tangan akan memberikan gambar burung itu bergerak.

Hingga pada tahun sekitar 1880, Jean Marey menggunakan alat potret yang beruntun merekam secara terus – menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film hidup yang berkembang sampai saat ini. Sedangkan ditahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal proyektor pada bioskop. Kedua pemula pembuat film bioskop yang berasal dari Prancis ini dianggap sebagai pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi.

Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesatnya di akhir abad ke-19, pada tahun 1908, Emile Cohl, pemula dari Prancis membuat film animasi sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian gambar – gambar garis hitam (black-line) dibuat di atas lembaran putih, dipotret dengan film negatif sehingga yang terlihat figure menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam.

Sedangkan di Amerika Serikat Winsor McCay membuat film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figur digambar blok hitam dengan latar berlakang putih. Di tahun – tahun berikutnya para animator Amerika mulai

(7)

mengembangkan teknik film animasi pada tahun sekitar 1913 sampai pada awal tahun 1920an. Max Fleischer mengembangkan “Ko Ko the Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix the Cat”. Rangkaian gambar - gambar dibuat sesederhana mungkin, di mana figur atau karakter digambar berupa blok hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar belakang blok dasar putih atau dibuat sebaliknya. McCay membuat rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan. Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi sel , yaitu lembaran tembus pandang dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut cell. Pemula lainnya di Jerman , Lotte Reineger, pada tahun 1919 mengembangkan film animasi bayangan dan Bertosch dari Perancis , di tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figur yang berasal dari potongan – potongan kayu. George Pal memulai menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasi pendeknya pada tahun 1934 di Belanda. Sedangkan Alexander Ptushko dari Russia membuat film animasi boneka panjang “The New Gulliver” pada tahun 1935. Di tahun 1935 Len Lye dari Canada memulai menggambar langsung pada film setelah memasuki pembaharuan dalm film berwarna melalui film “Colour of Box”. Perkembangan teknik animasi yang terpenting adalah pada sekitar tahun 1930-an, dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat melalui film “Mickey Mouse” , “Donald Duck” , “Silly Symphony” yang dibuat mulai dari tahun 1928 sampai 1940.

Pada tahun 1931, Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “Flower and Trees”. Dan film animasi kartun panjang pertama yang dibuat

(8)

Disney adalah film “Snow White and Seven Dwarfs” yang dibuat pada tahun 1938. Demikian asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang dengan gaya dan ciri khas masing – masing pembuat di berbagai negara di Eropa, Amerika, dan meluas sampai negara – negara di Asia terutama di Jepang. Film kartun berkembang cukup pesat di Jepang, hingga pada dekade tahun ini menguasai pasaran film animasi kartun dengan ciri dan gaya yang khas.

2.2.4 Jenis Teknik Film Animasi

Berdasarkan materi atau bahan dasar obyek animasi yang dipakai, secara umum jenis teknik film animasi digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu : film animasi dwi-matra (flat animation) dan film animasi trimatra (object animation).

2.2.4.1 Film Animasi Dwi-matra (Flat Animation)

Jenis film animasi ini seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar, sebab hampir semua obyek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua runtun kerja jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar atau papar.

Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah: a. Film Animasi ‘Sel’ (Cel Technique)

• Jenis film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun (cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat di atas lembaran plastic tembus padang, disebut ‘sel’.

(9)

• Figur animasi digambar sendiri – sendiri di atas sel untuk setiap perubahan gambar yang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yaitu latar belakang (background), dibuat untuk setiap adegan, digambar memanjang lebih besar daripada lembaran sel.

• Lembaran sel dan latar diberi lubang pada salah satu sisinya untuk dudukan standar page mace meja animator sewaktu di gambar, dan meja dudukan sewaktu dipotret.

b. Penggambaran Langsung Pada Film

Tidak seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini menggunakan teknik penggambaran obyek animasi dibuat langsung pada pita seluloid baik positif atau negatif, tanpa melalui runtun pemotretan kamera ‘stop frame’, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat pengungkapan, atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru.

2.2.4.2. Film Animasi Tri-matra (Object Animation)

Secara keseluruhan , jenis film animasi tri-matra menggunakan teknik runtun kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi-matra. Perbedaannya pada obyek animasi yang dipakai, yaitu dalam wujud tri-matra, dengan memperhitungkan karakter obyek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang.

Untuk menggerakkan benda tri-matra, walaupun ini mungkin, tetapi cukup sulit untuk melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang gerak yang terbatas. Tidak seperti jenis film animasi gambar, dimana bebas melakukan berbagai gerakan yang diinginkan.

(10)

Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film animasi ini adalah :

a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation)

Obyek film animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan figur lainnya, yang merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada. Terbuat dari bahan – bahan yang mempunyai sifat lentur (plastik) dan mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai per bingkai, seperti bahan kayu yang mudah diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain, untuk dapat menciptakan karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.

b. Film Animasi Model

• Obyek animasi tri-matra dalam jenis film ini berupa macam-macam bentuk animasi yang bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk – bentuk abstrak (balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan lain – lain). Atau bentuk model, percontohan bentuk dari ukuran sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa kimia, bola bumi.

• Bentuk animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan tidak banyak membutuhkan gerak. Bahan yang dipakai terdiri dari kayu, plastik, dan bahan keras lainnya yang sesuai dengan sifat karakter materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentur tidak dipakai.

• Disebut juga film animasi ‘non-figur’ karena keseluruhan cerita tidak membutuhkan tokoh atau figur lainnya. Jenis film teknik yang memanfaatkan lembaran sel, merupakan suatu pertimbangan

(11)

penghematan gambar, dengan memisahkan bagian dari obyek animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan, dan bagian yang tidak bergerak cukup dibuat sekali saja.

c. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation)

• Jenis film animasi ini, termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan mudah. Figur attau obyek aniamsi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. Pemotretan dilakukan dengan menganalisis langsung tiap gerakan dengan tangan, sesuai dengan tuntutan cerita.

• Dengan teknik yang sederhana, gerak figur atau obyek animasi menjadi terbatas sehingga karakternya pun terbatas pula. Karakter figur dibuat terpisah, biasanya terdiri dari tujuh bagian yang berbeda : kepala, leher, badan, dua tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan menghidupkan karakter, pemisahan itu dapat disesuaikan dengan tutuntan cerita, bisa dibuat kurang dari bagian tadi atau lebih.

d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation)

• Seperti halnya pertunjukkan wayang kulit, jenis film animasi ini menggunakan cara yang hampir sama. Figur atau obyek animasi berupa bayangan dengan latar belakang yang terang, karena pencahayaannya berada di belakang layar.

(12)

• Teknik yang dipakai sama dengan film animasi potongan, yaitu figur digambar lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar dan diletakkan pada latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya pada bagian ini, kertas yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas berwarna atau diberi warna sesuai dengan kebutuhan, sedangkan film animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna gelap (hitam), baik itu figur atau obyek animasi lainnya.

e. Film Animasi Kolase (Collage Animation)

Yang selalu berhubungan dengan jenis film animasi ini adalah sebuah teknik yang bebas mengembangkan kegiatan kita untuk menggerakkan obyek animasi semaunya di meja dudukan kamera. Teknik cukup sederhana dan mudah, hanya dengan beberapa bahan yang bisa dipakai, seperti potongan Koran, potret , gambar – gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai, disusun sedemikian rupa lalu dirubah secara berangsur – angsur menjadi bentuk susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk dilm animasi yang bebas.

2.2.5 Animasi 2D

Animasi adalah menghidupkan gambar, sehingga anda perlu mengetahui dengan pasti setiap detail karakter, mulai tampak (depan, samping, ¾ dan belakang), detail muka karakter dalam berbagai ekspresi (normal, diam , marah, senyum, ketawa, kesal dan lainnya) lalu pose/gaya khas karakter tersebut ketika

(13)

sedang melakukan sesuatu. Animasi 2D merupakan animasi yang paling akrab dengan keseharian kita. Animasi 2D bisa disebut juga dengan kartun. Kartun sendiri berasal dari bahasa cartoon , yang artinya gambar yang lucu. Banyak sekali animasi 2D baik yang muncul di televisi ataupun di bioskop. Misalnya : “Looney Tunes” , “Pink Panther”, “Tom and Jerry” , “Scooby Doo” , “Doraemon” , “Mulan” , “Lion King” , “Brother Bear” , “Spirit” , Meskipun yang paling terkenal diantara itu semua adalah Disney, namun bukan Disney yang disebut sebagai bapak animasi.

Dalam konteks tugas akhir ini, penulis menggunakan animasi 2D untuk menggambarkan hubungan yang terjadi antara manusia dengan hewan sebagai media untuk menyampaikan tema yang diangkat menjadi sebuah animasi short movie.

2.2 Data – data

2.2.1 Rakyat Pedesaan

Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.

Ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:

1. Di dalam masyarakat pedesaan memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.

(14)

2. System kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban)

3. Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yag biasa mengisi waktu luang.

4. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.

Masyarakat pedesaan identic dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam:

1. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan dari bawah).

2. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiriberasal dari luar (biasanya berasal dari atas).

3. HAKIKAT DAN SIFAT MASYARAKAT PEDESAAN

Beberapa gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan:

1. Konflik (pertengkaran) 2. Kontraversi (pertentangan) 3. Kompetisi (persiapan)

4. Kegiatan pada masyarakat pedesaan

(15)

Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Para petani di Indonesia terutama di pulau jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunnyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar. 2. Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadnag

untuk mencapai kedudukannya.

3. Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang), kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu. Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau mengenang kekayaan masa lampau menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).

4. Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang kembali. Mereka cukup saja menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya. 5. Dan untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-royong,

(16)

2.2.2 Harimau Sumatera

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) merupakan salah satu spesies harimau yang hanya ada di Kepulauan Sumatera. Harimau ini termasuk dalam daftar satwa langka yang harus dilindungi jika tidak, harimau ini akan punah. Perburuan liar dan perusakan habitat merupakan penyebab utama berkurangnya spesies harimau sumatera. Selain itu di habitat alaminya, harimau Sumatera sering mengalami konflik dengan warga setempat. Harimau Sumatera diketahui sering masuk ke pemukiman penduduk untuk berburu mangsa seperti hewan ternak, dan beberapa warga sudah menjadi korban dalam penyerangan harimau Sumatera.

Kemunculan harimau di sekitar perkebunan petani seringkali dimanfaatkan pemburu untuk memasang jerat atau menembak sang raja hutan untuk diperjualbelikan karena kulit harimau Sumatera mempunyai nilai harga yang sangat tinggi dalam pasar gelap. Selain warga setempat, pemasangan jerat dan pemburuan harimau sumatera juga sering dilakukan para pemburu profesional yang datang.

Padahal alasan berkeliarannya harimau di sekitar pemukiman warga adalah karena kesalahan manusia sendiri yang merusak habitat lingkungan hutan. Dengan adanya penebangan liar dan perusakan lingkungan, hal itu menyebabkan berkurangnya hewan – hewan kecil seperti rusa dan babi hutan yang merupakan makanan pokok harimau Sumatera. Hal tersebut mengakibatkan harimau Sumatera tidak mempunyai pilihan lain selain memasuki pemukiman warga dan berburu mangsa untuk bertahan hidup.

(17)

2.2.3 Anjing

Anjing merupakan hewan yang dikenal paling dekat dengan manusia. Anjing sudah mendampingi manusia selama ribuan tahun. Sifat dasar dari anjing yang disukai manusia adalah mereka sangat setia. Anjing sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia dan manusia pun menganggap anjing merupakan partner yang paling hebat. Anjing dikenal sangat membantu dalam kehidupan manusia, contohnya adalah anjing penuntun orang buta, anjing terapi, anjing yang bertugas di kepolisian untuk melacak bom dan narkoba serta menolong orang – orang yang terkena bencana dan lainnya. Di seluruh belahan dunia, banyak sekali kisah anjing yang menyelamatkan hidup manusia, baik manusia tersebut yang merupakan majikan mereka ataupun manusia yang tidak dikenalnya sama sekali.

Sayangnya di Indonesia, tidak ada hukum perlindungan khusus untuk hewan – hewan. Di Indonesia, hewan peliharaan seperti anjing masih hanya dianggap sebagai barang kepunyaan pemilik serta nyawa dari anjing tersebut dianggap rendah.

Contohnya yaitu di Malang, Jawa Timur, seekor anjing berjenis German Shepherd setia menunggui jenazah sang majikan selama sepekan. Saat jenazah akan dievakuasi, anjing itu berusaha menghalangi siapapun mendekati mayat tuannya. Anjing itu selalu menyalak dengan garang saat petugas akan mengambil jenazah tuannya. Anjing itu pun terpaksa ditembak karena khawatir melukai polisi.

Dari kisah nyata tersebut kita bisa melihat bahwa kesetiaan tanpa batas seekor anjing selalu menjagai tuannya yang bahkan sudah tidak bernyawa. Keluarga dan orang sekitar tidak ada yang mempedulikan korban, hanya anjingnya yang

(18)

selalu setia berada di sebelahnya. Dan di Indonesia, kesetiaan anjing tersebut tidak dianggap, dengan matinya anjing tersebut karena ditembak petugas dengan alasan egois dikhawatirkan akan melukai petugas. Dari sini bisa diketahui bahwa nyawa hewan – hewan di Indonesia, bahkan hewan yang dekat dengan manusia tidak dianggap , dengan cara petugas yang memilih menembak mati anjing tersebut tanpa memilih untuk membiusnya.

2.2.3.1. Anjing Berkaki Tiga

Anjing yang berkaki tiga rata – rata mengalami hal tersebut, kehilangan salah satu kakinya karena penyakit ataupun karena dilukai manusia. Anjing ditemukan dapat segera menyesuaikan diri walaupun kehilangan anggota tubuh, namun telah dibuktikan bahwa kehilangan anggota tubuh bagian lebih sulit daripada belakang. Hal ini dikarenakan hewan lahir dengan ditopang oleh tubuh bagian depan. Ketika pertama kali anjing kehilangan salah satu kakinya, pada awalnya hal tersebut membuat anjing tidak bisa berjalan dengan benar. Akan tetapi seiring waktu, ketika anjing sudah terbiasa, hilangnya salah satu kaki tersebut tidak menjadi hambatan untuk si anjing dalam melakukan aktivitasnya. Mereka bisa tetap sama melakukan aktivitas yang dilakukan oleh anjing normal seperti bermain, berlari dan lainnya. Perbedaannya hanyalah, ketika berjalan anjing yang berkaki tiga akan terlihat sedikit melompat – lompat (pincang), untuk mengimbangi bagian tubuhnya

(19)

yang hilang dan ketika anjing berlari , kecacatan tersebut menjadi tidak kelihatan. Pada intinya, anjing berkaki tiga tetap dapat hidup normal dan melakukan aktivitas seperti layaknya anjing normal, bahkan terkadang orang suka mengatakan bahwa mereka tampak tidak terlihat seperti cacat karena melakukan aktivitas dengan senang seperti bermain dan berlari.

2.2.4 Perlakuan Masyarakat Terhadap Hewan di Indonesia

Perlakuan masyarakat umum terhadap hewan – hewan yang ada di Indonesia masih buruk. Hal utama yang menyebabkan masalah itu adalah tidak adanya kesadaran diri dari masyarakat untuk lebih memperlakukan hewan selayaknya makhluk hidup. Selain itu, tidak adanya hukum tegas yang melindungi kesejahteraan hewan di Indonesia menyebabkan masyarakat tidak memikirkan akibat dari perlakuan mereka terhadap hewan – hewan tersebut dan malah berbuat semena- mena.

Beberapa adalah contoh perlakuan buruk yang terjadi pada hewan – hewan di Indonesia :

1. Beberapa acara tayangan televisi (tv) banyak dijumpai menggunakan hewan sebagai pemeran utama atau pemeran pedamping dari manusia sebagai pembawa acara. Hal tersebut ternyata bagi para pecinta hewan dapat dibilang pembodohan bahkan menjurus pada penyiksaan hewan.

Menurut mereka, masyarakat disajikan tayangan yang mengedepankan penyiksaan terhadap hewan baik secara langsung maupun tidak

(20)

langsung,diantaranya ada beberapa tayangan yang mengambil tema berusaha bersahabat dengan hewan liar. Namun,pada kenyataannya si hewan diperlakukan tidak sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) penangkapan hewan. Hewan yang berada di alam liar pun seolah-olah dipaksa untuk bersahabat dengan manusia. Padahal dengan tindakan ini akan sangat mengganggu kehidupan si hewan.

“Beberapa waktu lalu kami sudah menyurati Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan stasiun-stasiun tv terkait. Tapitanggapan mereka datar-datar saja, konsolidasi yang kerap kami lakukan juga tidak ditanggapi dengan baik,” kata Kepala Divisi Advokasi dari Remotivi, Jefri, di sela-sela diskusimengenai kekejaman terhadap hewan di tv, di Jakarta, Jumat (3/2).

Dikesempatan lain, salah seorang anggota JAAN, Benvika mengatakan, hewan yang mendapat kontak langsung dari manusia tentu akan mengalami perubahan. Terlebih bagi hewan liar yang seharusnya tidak tersentuh oleh tangan-tangan jahil manusia. Dengan perlakuan seperti banyak di tayangan tv dapat berujung pada rasa stresshewan yang sudah pasti sangat tidak baik bagi perkembangan psikologis hewan tersebut.

Pria yang sudah lama berkecimpung dalam penyelamatan hewan tersebut pun menambahkan bahwa tidak adanya lembaga atau aturan yang kuat yang mengatur akan hal ini, sehingga tayangan seperti ini semakin marak.

Ditambah lagi dengan KPI yang seyogyanya menjadi ujung tombak bagi pengawasan siaran tv malah seperti acuh tak acuh akan hal ini. Wewenang KPI

(21)

yang hanya sebatas menegur dan memberikan sanksi terhadap siaran TV yang bermasalah dianggap tidak terlalu kuat memberhentikan kasus ini.

2. Pemberitaan di televisi Australia mengenai perlakuan buruk yang terjadi di sebelas rumah potong di Indonesia yang berkembangan menjadi polemik internasional beberapa hari ini dan bahkan pemberitaan ini juga ditayangkan CNN dan diberitakan media secara internasional membuat gempar masyarakat Australia dan Internasional. Pemberitaan menegnai penghentian ekspor sapi hidup ke Indonesia karena Indonesia dinilai tidak memperlakukan hewan terutama sapi dengan sangat biadab.

Australia, secara resmi menuntut agar praktek-praktek penganiayaan terhadap hewan terutama sapi potong segera dihentikan. Menurutnya, praktek-praktek tersebut dinilai keji dan tidak bermartabat. Sementara di Australia yang merupakan negara produsen sapi penting dunia telah lama mempraktekan pemotongan yang sangat maju, modern dan memperhatikan kesejahteraan hewan yang akan disembelih dengan sangat cermat.

3. Banyaknya anjing dan kucing terlantar yang berkeliaran di sekitar masyarakat. Banyak dari anjing dan kucing tersebut yang tadinya adalah peliharaan seseorang yang lalu membuang mereka. Perlakuan masyarakat terhadap hewan – hewan tersebut juga buruk, dilihat dari orang- orang yang senang mengejar- ngejar, menakuti serta melukai anjing dan kucing tersebut.

(22)

3.1 Survei Shelter Pejaten

Penulis melakukan survey mengenai contoh buruk perlakuan masyarakat terhadap hewan di Indonesia khususnya anjing melalui Shelter Pejaten. Shelter ini merupakan tempat milik Dr.Susana Somali yang bertujuan untuk menampung anjing – anjing yang dibuang serta ditelantarkan oleh pemiliknya. Anjing – anjing di tempat ini berjumlah kira – kira 200 ekor. Banyak dari anjing – anjing tersebut mempunyai luka dan beberapa dari mereka menderita cacat seperti kaki pincang. Banyak pula terdapat anjing – anjing ras seperti Dachshund, Labrador Retriever, Doberman, Rottweiler, Boxer, Pit Bull , Bull Terrier dan German Pointer. Bahkan dulu di Shelter ada juga jenis Golden Retriever dan juga German Shepherd. Hal ini menjadi bukti bahwa anjing ras yang berharga mahal bisa juga menjadi terlantar dikarenakan oleh pemiliknya yang tidak bertanggung jawab.

Berikut adalah foto – foto hasil survey :

(23)

Gambar 2.3. Rottweiler yang dibuang Gambar 2.4. Anjing Melahirkan

Gambar 2.5. Anjing Pincang Gambar 2.6. Suasana Shelter

(24)

Gambar 2.8. Suasana Shelter 4

2.4 Sinopsis Cerita

Di sebuah desa di Sumatera, hiduplah seorang anak laki – laki. Anak tersebut suka menyakiti hewan – hewan yang ada di sekitarnya. Ia juga dikenal sebagai anak yang nakal dan suka berbuat semaunya sendiri. Di dekat desa tersebut ada seekor anjing kampung berukuran sedang yang hanya memiliki 3 kaki. Anjing ini memiliki tempat kesukaannya, sebuah batu besar yang terletak di sisi luar desa sebagai tempat untuk beristirahat. Anjing tersebut sering menjadi sasaran kekasaran anak laki – laki tersebut dan ia sering mengatainya pincang. Pada suatu , anak laki – laki tersebut sedang mengincar burung dengan ketapelnya. Burung tersebut terbang ke dalam hutan dan anak laki – laki tersebut mengejarnya sendirian. Tak ada seorangpun yang melihat kepergian anak tersebut, karena anak tersebut pergi dengan sembunyi – sembunyi. Yang melihat

(25)

kepergian anak tersebut hanyalah anjing berkaki tiga tersebut karena ia selalu berada di sisi luar desa.

Anak laki – laki tersebut merasa senang dengan petualangan kecilnya. Akan tetapi, karena tidak familiar dengan kondisi hutan yang rimbun, ia tersandung sebuah akar pohon dan terjatuh ke bawah lalu pingsan. Ketika sadar kembali, ia mendapati dirinya sendirian di tengah hutan yang rimbun. Dengan perasaan takut, ia mencoba untuk bangun akan tetapi kakinya tak bisa digerakkan karena patah ketika terjatuh tadi. Ketika sedang bingung dan panik, ia mendengar suara dari atas kepalanya. Ketika ia mendongak, ia melihat anjing berkaki tiga yang sering ia ganggu sedang menatapnya. Ia balas menatap anjing tersebut untuk meminta pertolongan, akan tetapi tanpa disangkanya, anjing tersebut berbalik lalu pergi meninggalkannya sendirian. Dengan perasaan yang sangat kecewa dan merasa dikhianati anak tersebut hanya bisa menatap tempat anjing tersebut muncul. Ia merasa kesal dan takut karena sendirian berada di dalam hutan yang rimbun. Karena tidak bisa bergerak, ia hanya bisa diam di tempat sambil menatap sekelilingnya.

Tiba – tiba ada sebuah suara dari semak – semak rimbun yang ada di sekitarnya. Dari semak – semak tersebut keluarlah seekor harimau Sumatera liar. Dengan ketakutan dan tidak bisa melakukan apa – apa, anak tersebut hanya bisa menatap harimau tersebut yang berjalan mendekat ke arahnya. Harimau tersebut siap melompat ke arahnya dan si anak berpikir bahwa hidupnya sudah berakhir. Tiba – tiba sesuatu melompat dari atas kepala si anak dan berdiri masuk di antara

(26)

anak tersebut dan harimau. Si anak yang melihat sangat terkejut bahwa yang berdiri di depannya adalah anjing berkaki 3 tersebut.

Dengan suara yang keras, anjing tersebut menggonggong kearah harimau tersebut. Dan dari kejauhan, terdengar suara para penduduk desa yang datang. Mendengar suara ramai tersebut, harimau tersebut lari kembali ke semka- semak. Anjing berkaki 3 tersebut lalu datang menghampiri si anak lalu menjilat mukanya. Anak tersebut tidak bisa berkata apa-apa dan hanya menatap anjing tersebut. Ia merasa sangat terkejut dan sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata anjing tersebut tadi pergi meninggalkannya untuk memanggil bantuan kepada orang desa. Lalu setelah menatapnya, anjing tersebut pergi. Anak tersebut yang sadar bahwa nyawanya telah ditolong oleh anjing yang selama ini selalu dia jahati dan remehkan hanya bisa diam menangis karena merasa kecewa dengan dirinya sendiri ketika para penduduk desa datang menolongnya.

Keesokan harinya, anak tersebut berjalan kearah batu tempat anjing berkaki tiga tersebut selalu ada. Ia berjalan dengan pincang dengan bantuan tongkat karena kakinya patah dan butuh waktu lama untuk sembuh kembali. Ketika sampai di tempat tersebut, anjing berkaki tiga tersebut tidak ada. Anak tersebut hanya bisa menatap batu tempat anjing itu biasa merebahkan diri. Dengan perasaan berterima kasih ia menatap tempat itu. Jika selama ini anjing tersebut selalu berada di tempat itu, kali ini giliran anak itu yang menunggu anjing tersebut sampai ia datang kembali ke tempat tersebut.

(27)

Nilai moral yang berusaha penulis sampaikan melalui film ini adalah manusia terkadang meremehkan makhluk hidup yang dianggap lebih rendah dibanding mereka. Akan tetapi, jika suatu saat kita kesulitan, yang selama ini kita anggap teman ataupun keluarga malah tidak menolong kita. Dan seseorang ataupun sesuatu yang selama ini kita remehkan, tak disangka mereka yang akan ada untuk menolong kita di saat kesulitan dan membutuhkan bantuan tanpa mengharapkan balasan.

2.5. Perbandingan Data Visual

Penulis menggunakan gaya gambar realis pada animasi short movie ini. Tujuan dari penggunaan gaya gambar tersebut adalah agar lebih bisa mempengaruhi audiens yang merupakan remaja dan dewasa.

2.5.1.Perbandingan Data Visual Karakter

Penulis mengambil contoh perbandingan animasi short movie ini dengan menggunakan film – film animasi Disney 2D sebagai referensi. Film yang penulis jadikan sebagai referensi gaya gambar adalah Brother Bear dan Pocahontas. Penulis memilih film ini sebagai referensi gaya gambar karena gaya gambar bersifat semi realis.

(28)

Gambar 2.10. Moose

Gambar 2.11. Beruang

Gambar 2.12. Pocahontas

2.5.2. Perbandingan Data Visual Environment

Dalam menggambar background environment, penulis juga menggunakan Disney sebagai referensi warna dan gaya gambar. Animasi yang dijadikan referensi yaitu Brother Bear dan Tarzan karena pada kedua film itu, banyak terdapat setting hutan.

(29)

Gambar 2.13. Hutan Brother Bear Gambar 2.14. Hutan Tarzan

Gambar 2.15. Hutan Tarzan ~siang~ Gambar 2.16. Pohon

(30)

2.6 Analisa Kasus

2.6.1. Faktor Pendukung

1. Animasi 2D selalu dinikmati masyarakat sejak jaman dahulu sehingga pembuatan animasi ini diharapkan dapat diterima masyarakat.

2. Animasi ini bisa ditujukan sebagai hiburan bagi masyarakat sekaligus bisa digunakan sebagai faktor komunikasi penyampaian moral di masyarakat.

2.6.2. Faktor Penghambat

1. Animasi yang dibuat dalam format 2D masih sering dianggap oleh orang dewasa sebagai tontonan anak kecil.

2. Di Indonesia, hewan masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak berharga (hewan peliharaan dianggap sebagai barang kepunyaan pemilik, tidak ada hukum yang melindungi hak asasi untuk hewan).

Gambar

Gambar 2.1. Suasana Shelter     Gambar 2.2. Suasana Shelter 2
Gambar 2.7. Anjing Ras yang Dibuang
Gambar 2.8. Suasana Shelter 4
Gambar 2.9. Brother Bear
+2

Referensi

Dokumen terkait

(Quality Evaluation of Cucumber (Cucumis sativus L.) Based on Its Shape Using Perceptron) Suroso, Fadlilah

Dari evaluasi input yang dilakukan diketahui karakteristik anak usia dini di kabupaten Kulon Progo, khususnya di TPK Al-Hidayah, TPK Anggrek dan TPK Fitrah Sari

Yang menyatakan luas prisma persegi yang tingginya sama dengan panjang rusuk alasnya

Pengamatan dilakukan terhadap parameter pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar maksimum, dan diameter akar), produksi kering akar, minyak (kg/ha) dan

Dipilih angka satuan yang tidak boleh mengulang angka sebelumnya, artinya angka ratusan dan puluhan tidak boleh berulang diangka satuan sehingga akan ada 4 cara yaitu dari angka

Menggunakan Metode Lagrange untuk menentukan nilai ekstrim fungsi dua atau tiga peubah dengan kendala tertentu.. Demikian juga soal tentang ukuran kotak ber- volume 1 yang

Untuk menghaluskannya dilakukan pendekatan garis dengan kurva yang dibentuk dengan fungsi