• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN MEDIA GAMBAR SERIPADA SISWA KELAS III

SD NEGERI 1 DARUBA KABUPATEN PULAU MOROTAI

M. Rais Salim 1) , Ledy Yanti Lessy 2)

Universitas Pasifik Morotai

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

© 2019 Kresna BIP. e-ISSN 2550-0481

p-ISSN 2614-7254

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dik irim : 09 Mei 2019 Revisi pertama : 17 Mei 2019 Diterima : 21 Mei 2019 Tersedia online : 31 Mei 2019

Tujuan pengajaran bahasa adalah untuk membantu siswa mengembangk an k eterampilan berk omunik asi, baik secara lisan maupun tulis. Salah sa t u k emampuan siswa yang mendasar adalah k emampuan untuk mengek spresikan diri dengan menggunakan ba h asa tulis.

Untuk meningk atk an k eterampilan menulis k arangan siswa k elas III SD Negeri I Daruba Pulau Morotai peneliti menggunak an media gambar seri sebaga i sarana untuk membantu siswa dalam menyampaik an gagasannya. Pada saat proses belajar mengajar menggunak an media gambar berseri dapat meningk atk an menulis k arangan, dapat dilihat dari hasil tes k eterampilan menulis k arangan. Hal tersebut terbuk ti dari pening k a ta n hasil belajar siswa, pada sik lus I nilai rata -rata hasil belajar mencapai 54,70 dengan presentase tuntas belajar k lasik al 20,58% nilai rata-rata sik lus II meningk at menjadi 80,58. Presentase k lasik al l pun meningk at menjadi 88.24%. Berdasark an hasil penelitian di atas dapat disimpulk an bahwa penerapan media gambar seri dapat meningk atkan k eterampilan menulis k arangan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa k elas III SD Negeri 1 Daruba.

Kata Kunci: Media buk u gambar, Keterampilan Menulis

Email: mraissalim@yahoo.com 1),

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan juga hakikat pembelajaran. Pembelajaran di sekolah-sekolah turut andil dalam pencapaian mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembelajaran ini dapat dispesifikasikan lagi sampai kepada pembelajaran dari salah satu mata pelajaran yang memberikan konstibusi positif bagi pencerdasan kehidupan yaitu bahasa Indonesia yang memiliki empat ketrampilan antara lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara karakteristik, keempat keterampilan itu berdiri sendiri, namun dalam pembelajaran bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Menurut Slamet (2008:6), keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan pada pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap selanjutnya. Seterusnya, peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melaui latihan dan praktik yang banyak dan terus menerus (Tarigan 1994). Sedangkan menurut Nurjamal, dkk (2014: 69) menjelaskan bahwa menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis yang memiliki tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur.

Salah satu jenis karangan yang dapat dibuat oleh siswa kelas III adalah karangan sederhana. Sesuai dengan salah satu Kompetensi Dasar menulis yang terdapat dalam KTSP (2006:326) bagi kelas III, yang berbunyi “Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan”. Namun dalam kenyataannya, masih banyak ditemukan permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terutama untuk kegiatan menulis di Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas, siswa belum dapat menguasai kemampuan menulis karangan secara benar. Rendahnya kemampuan siswa menulis karangan disebabkan kurangnya perhatian siswa saat guru menjelaskan karena tidak digunakan suatu media yang menarik perhatian siswa untuk mendapatkan sebuah ide dalam menulis karangan. Hal ini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai keterampilan menulis, mengingat pentingnya keterampilan menulis di zaman yang semakin modern ini, di mana setiap hari orang-orang mendapatkan informasi melalui tulisan dan tersebar di berbagai media informasi. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diteliti difokuskan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok yaitu menulis karangan pribadi pada siswa kelas III SD Negeri 1 Pulau Morotai yaitu: (1) Apakah Penggunaan Media Gambar Seri dapat meningkatkan keterampilan Menulis Karangan Siswa kelas III SD Negeri 1 Pulau Morotai? (2) Bagaimana Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Dengan Menggunakan

(3)

Secara harfiah kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan bahasa dengan lambang-lambang yang dapat dipahami. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarigan (2008: 22) yang menyatakan bahwa “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut”. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata untuk menghasilkan tulisan yang baik. Menurut Tarigan (2008: 6) tulisan yang baik memiliki ciri-ciri yaitu: 1) mencerminkan ke-mampuan penulis menggunakan nada yang serasi, 2) mampu menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi kesatuan yang utuh, 3) jelas dan tidak samar-samar, 4) menarik minat pembaca dan mencerminkan kebanggaan penulis.

Menurut Doyin dan Wagiran (2009:12), menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih. Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:248).

Lebih lanjut Suparno dan Yunus (2009:1.3) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Senada dengan pendapat tersebut, menulis menurut Nurudin (2010:4) adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Sementara itu Semi (2007:14) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Keterampilan menulis merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan. Menulis merupakan salah satu cara orang untuk mengungkapkan perasaan. Keterampilan menulis “bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga pengungkapan ide, pengetahuan ilmu dan pengalam hidup seseorang dalam bahasa tulis (Saddhono & Slamet, 2012:96)”. Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan. Maksud atau tujuan penulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan penulis akan diperolehnya dari pembaca. Charlie (2008:111) mengemukakan bahwa penulis memiliki tujuan tertentu dalam penulisannya, yaitu: memberi informasi, mencerahkan jiwa, mengabadikan sejarah, ekspresi diri, mengedepankan idealisme, mengemukakan opini dan teori, serta menghibur.

Menurut Santoso (dalam Sunarti 2004) mengemukakan beberapa pengertian media, yaitu: (a) Secara umum media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar idea tau gagasan sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima; (b) Mediun yang paling utama dalam komunikasi sosial manusia adalah bahasa; (c) Media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu

(4)

mengajar dan belajar; (d) Perbedaan istilah media pendidikan dengan teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan perluasan konsep tentang media.

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode pembelajaran dan media pembelajaran (Arsyad 2002:15). Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan satu metode pembelajaran akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru. Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif.

Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan. Menurut Sudjana, dkk (2002:2) menyatakan bahwa tujuan media pembelajaran adalah 1). Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, 2). Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, 3). Metode mengajar akan lebih bervariasi, 4). Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media pembelajaran adalah 1). Efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, 2). Meningkatkan motivasi belajar mengajar, 3). Variasi metode pembelajaran, 4). Peningkatan aktivitasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Azhar Arsyad (2009:119) mengungkapkan gambar seri adalah gambar yang merupakan rangkaian kegiatan atau cerita yang disajikan secara beruruatan. Siswa berlatih mendeskripsikan setiap gambar, yang nanti hasil deskripsi setiap gambar apabila dirangkaikan akan menjadi suatu karangan yang utuh.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menutut Arikunto (2006:3) Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan menurut Wibawa dalam (Tukiran, 2011:15) berpendapat bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Daruba tahun ajaran 2017/2018, dengan jumlah siswa yaitu 34 siswa, dengan rincian 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini, dilakukan dalam beberapa siklus. Model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang di perkenalkan pada tahun 1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain. Konsep inti PTK Lewin, bahwa dalam satu siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan ( planning);

(5)

(2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasing (observing); (4) refleksi (reflektion), (Tukiran, 2011:23).

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut: (a) Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan, yaitu menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran menulis karangan menggunakan buku bergambar tanpa teks, (2) menyiapkan instrumen tes beserta penilaiannya (3) membuat dan menyiapkan instrumen nontes berupa lembar observasi, dan dokumentasi foto, (4) menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa media buku bergambar tanpa teks, dan (5) mengadakan kolaborasi dengan guru wali kelas, (b) Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti pembelajaran menulis karangan pada siklus I ini sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah melaksanakan pembelajaran menulis karangan menggunakan buku bergambar tanpa teks dengan pendekatan komunikatif, tindakan ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti dan penutup, (c) Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis menggunakan media gambar seri. Dalam observasi ini diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran maupun respons terhadap media pembelajaran yang digunakan yaitu media gambar seri.Pada tahap ini, peneliti mengamati hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes tersebut belum memenuhi nilai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang timbul pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannya pada siklus II.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes Teknik pengumpulan data dalam menulis karangan adalah dengan tes yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu dalam siklus I dan siklus II. Teknik tes diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam menulis karangan setelah proses pembelajaran menggunakan media gambar seri. Teknik Nontes Teknik pengumpulan data nontes ada tiga macam, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi foto. Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Uraian tentang teknik kuantitatif dan teknik kualitatif sebagai berikut. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil tes menulis karangan menggunakan media gambar seri. Nilai dari masing-masing siklus dihitung jumlahnya dalam satu kelas, selanjutnya dihitung dalam persentase dengan rumus sebagai berikut.

a. Menurut Naniek Wardani (2011:23), untuk menentukan nilai akhir belajar siswa menggunakan rumus sebagai berikut.

b.

N = nilai akhir Sp = skor perolehan Sm = skor maksimal

(6)

c. Menurut Zaenal Aqib dkk. (2010: 41), untuk menentukan tuntas belajar klasikal menggunakan rumus sebagi berikut.

x100

tuntas belajar klasikal

jumlah siswa yang tuntas belajar jumlah siswa

Hasil penghitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I dan hasil tes siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan keterampialan menulis karangan menggunakan media gambar seri.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan pada Siklus I

Nilai Jumlah Siswa

Jumlah nilai presentase Tuntas Belajar Tuntas Belum Tuntas 90 2 180 5.88 % 2 - 85 1 85 2.94% 1 - 80 1 80 2.94% 1 - 75 1 75 2.94% 1 - 70 2 140 5.88% 2 - 60 1 60 2.94% 1 55 10 550 29.41% 10 50 11 550 32.35% 11 30 3 90 8.84% 3 25 2 50 5.88% 2 Jumlah 34 1860 100% 7 27 Rata-rata 54.70 Presentase Ketuntasan Belajar Klasikal 20.58% 79.42%

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah nilai dalam pelaksanaan siklus I yaitu 1860 dengan rata-rata 54.70 dalam kategori cukup. 3 siswa yang berhasil mencapai nilai dalam kategori sangat baik (81-100), 4 siswa mencapai nilai dengan kategori baik (61-80), 22 siswa yang mencapai nilai kategori cukup (41-60), 5 orang siswa yang mencapai nilai kategori kurang (21-40) dan tidak ada siswa yang mencapai nilai kategori kurang.

Berdasarkan uraian hasil menulis karangan pada siklus I diperoleh simpulan bahwa nilai klasikal menulis karangan siswa kelas III SD Negeri 1 Daruba siswa yang belum tuntas 79.42% dan yang tuntas 20.58% hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa belum bisa menulis karangan. Hasil tes siklus I yang belum memuaskan akan ditingkatkan lagi pada pembelajaran menulis karangan siklus II dengan melakukan

(7)

beberapa perbaikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan cukup banyak kesalahan dalam penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Sedangkan pada pilihan kata yang digunakan masih kurang tepat. Siswa mengalami kesulitan karena mereka kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurang serius dalam mengikuti pembelajaran serta cenderung pasif untuk bertanya kepada guru. Pada siklus II akan dilakukan perbaikan dengan memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang disertai dengan dokumentasi foto. Hasil observasi dan wawancara selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini.

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis karangan berlangsung. Observasi dilakukan oleh seorang rekan peneliti dan peneliti. Hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat lebih baik karena peneliti selain berperan sebagai pengamat juga sebagai pengajar sehingga dalam melakukan observasi memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa 23.52% siswa cukup aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru selama proses pembelajaran menulis karangan. Hal ini dikarenakan siswa termotivasi dan keingintahuan yang besar untuk menulis karangan.

Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa baik itu yang mendapat nilai tuntas dan siswa yang mendapat nilai belum tuntas. Peneliti mewawancara kepada 2 orang siswa untuk mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pembelajaran menulis karangan, ternyata mereka senang dalam menulis karangan dan biasanya mereka sering latihan menulis karangan dirumah. Sedangkan untuk dua orang siswa yang mendapat nilai terendah pada penelitian siklus satu, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pembelajaran menulis karangan. Menurut mereka, belum terlalu memahami bagaimana cara menulis sebuah karangan, hal ini berarti peneliti harus menjelaskan cara-cara penulisan sebuah karangan agar dapat dipahami oleh setiap siswa.

Penelitian siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 1 Maret 2018. Hasil penelitian pada siklus II melalui hasil tes dan nontes. Siklus II merupakan perbaikan hal-hal yang menjadi problem saat pelaksanaan siklus I yaitu mengenai kemampuan menulis karangan tanpa diberikan media, pada siklus II peneliti akan menggunakan media gambar agar siswa lebih mudah dalam menulis karangan karena telah ada dasar pemikiran melalui media gambar tersebut. Hasil penelitian menulis karangan siklus II secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan pada Siklus II

Nilai Jumlah Siswa Jumlah nilai Presentase

Tuntas Belajar Tuntas Belum Tuntas 100 2 200 5.88 % 2 - 90 7 630 20.59% 7 - 85 6 510 17.65% 6 - 80 8 640 23.53% 8 - 75 3 225 8.82% 3 - 70 4 280 11.77% 4 -

(8)

Lanjutan Tabel 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan pada Siklus II

Nilai Jumlah Siswa Jumlah nilai Presentase

Tuntas Belajar Tuntas Belum Tuntas 65 3 195 8.82% - 3 60 1 60 2.94% 1 Jumlah 34 2740 100% 30 4 Rata-rata 80.58 Presentase Ketuntasan Belajar Klasikal 88.24% 11.76%

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah nilai dalam pelaksanaan siklus II yaitu 2740 dengan rata-rata 80.58 dalam kategori baik. 15 siswa yang berhasil mencapai nilai dalam kategori sangat baik (81-100) , 18 siswa mencapai nilai dengan kategori baik (61-80), 1 siswa yang mencapai nilai kategori cukup (41-60), dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori nilai kurang dan sangat kurang. sesuai uraian hasil menulis karangan pada siklus II diperoleh simpulan bahwa nilai klasikal menulis karangan siswa kelas III SD Negeri 1 Daruba siswa yang belum tuntas 11.76% dan yang tuntas 88.24% hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa sudah bisa menulis karangan dengan menggunakan media gambar seri. Hal ini berarti bahwa peneliti telah berhasil pada siklus II dan tidak perlu melakukan penelitian ke siklus berikutnya.

Hasil penelitian nontes pada siklus II ini didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang disertai dengan dokumentasi foto. Hasil observasi dan wawancara selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini.

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis karangan dengan media gambar seri berlangsung. Observasi dilakukan oleh seorang rekan peneliti dan peneliti. Hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat lebih baik karena peneliti selain berperan sebagai pengamat juga sebagai pengajar sehingga dalam melakukan observasi memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa 88.23% siswa sudah aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru selama proses pembelajaran menulis karangan. Hal ini dikarenakan siswa termotivasi ketika peneliti menjelaskan tentang cara menulis karangan dengan media gambar seri, sehingga siswa lebih mudah memahami untuk menulis sebuah karangan.

Pada siklus II peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa baik itu yang mendapat nilai tertinggi dan siswa yang mendapat nilai terendah pada siklus II. Peneliti mewawancara kepada 2 orang siswa untuk mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pembelajaran menulis karangan saat menggunakan media gambar seri, ternyata saat menggunakan media pembelajaran yaitu media gambar seri lebih mempermudah siswa dalam menulis sebuah karangan karena gambar yang dipakai menjadi dasar pemikiran siswa untuk menulis. Sedangkan untuk siswa yang mendapat nilai terendah pada penelitian siklus II, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan media gambar seri, ternyata siswa tersebut belum bisa

(9)

hasil wawancara siklus II peneliti dapat menyimpulkan bahawa penelitian ini telah berhasil karena hanya 4 siswa yang belum berhasil dari 34 siswa, sehingga peneliti mengambil jalan alternatif untuk mengajarinya setelah pulang sekolah.

Pembahasan

Tabel 3. Perbandingan Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan pada Siklus I dan Siklus II

Nilai Siklus I Siklus II

Siswa % Siklus II % 100 0 0.% 2 5.88% 90 2 5.88 % 7 20.58% 85 1 2.94% 6 17.65% 80 1 2.94% 8 23.53% 75 1 2.94% 3 8.82 % 70 2 5.88% 4 11.77% < 65 27 79.42% 4 11.77%

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Hasil penelitian tentang keterampilan menulis dengan menggunakan media gambar seri sebagai media pembelajaran, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan nilai yang baik. Pada siklus I, pembelajaran dengan materi menulis karangan belum mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Hal ini dikarenakan peneliti belum menggunakan media gambar seri untuk menulis karangan, siswa membuat sebuah karangan berdasarkan apa yang pernah terjadi dan mereka masih belum tahu cara membuat sebuah karangan, oleh karena itu peneliti membantu siswa menulis karangan dengan menyuruh siswa menceritakan apa yang hendak di tulis dan membantu mereka dengan menambah kata-kata dalam menulis karangan siswa tersebut. Namun masih ada temuan problem dilapangan, berarti pembelajaran bahasa Indonesia dalam konteks menulis perlu menggunakan media untuk membantu siswa menulis sebuah karangan, peneliti juga harus menjelaskan dengan detail cara-cara penulisan sebuah karangan agar dapat dipahami siswa. Oleh karena itu setelah melihat hasil menulis karangan dari siswa dan masalah yang dialami siswa maka peneliti menjelaskan kembali cara membuat sebuah karangan dan contoh karangan. Pada siklus I hasil keterampilan menulis siswa masih tergolong rendah, hanya sebagian siswa yang mencapai kriteria keberhasilan yaitu 7 siswa atau 20.58% dan yang belum mencapai keberhasilan yaitu 27 siswa atau 79,42%. Keterampilan menulis siswa pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan sehingga dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Pada siklus II, proses kegiatan belajar mengajar telah mengalami peningkatan, peneliti dalam proses pembelajaran sudah menggunakan media gambar seri hanya saja dalam membuat soal peneliti tidak memakai gambar yang ada dalam buku pedoman belajar siswa dan lebih menyederhanakan gambar tersebut yang pernah dilihat atau diketahui siswa yang ada dilingkungan sekitar daerah Pulau Morotai, seperti gambar pantai nunuhu dan membuat gambar-gambar tersebut menjadi gambar seri agar lebih mempermudah siswa untuk membuat sebuah karangan. Jadi pada penelitian ini siswa tidak langsung menciptakan sebuah karangan baru, tetapi d mana peneliti mengajarkan bagaimana siswa bisa menulis sebuah karangan yang awalnya tidak bisa menulis

(10)

sebuah karangan menjadi bisa menulis karangan sederhana walaupun mengikuti pola-pola kalimat atau contoh karangan yang peneliti telah berikan, tetapi ada beberapa kata yang diubah sendiri oleh siswa. Hal ini berarti ada peningkatan keterampilan menulis karangan dari tidak bisa menjadi bisa. Pada siklus II, keterampilan menulis siswa mengalami peningkatan yaitu dari 34 siswa yang mencapai keberhasilan yaitu 30 siswa atau 88.24% sedangkan yang belum mancapai keberhasilan yaitu 4 siswa atau 11.76%. Berdasarkan data hasil belajar siklus II dan tes akhir keseluruhan, maka penelitian mengalami peningkatan keterampialn menulis siswa kelas III SD Negeri I Daruba, sehingga tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Pokok Menulis Karangan Pribadi di kelas III SD Negeri 1 Daruba dapat meningkatkan Keterampilan menulis karangan siswa. Dapat dilihat adanya peningkatan pada siklus I dan siklus II, dilihat dari nilai rata-rata hasil tes Keterampilan Menulis karangan mencapai 54,70 dengan presentase tuntas belajar klasikal 20,58% nilai rata-rata siklus II meningkat menjadi 80,58. Presentase klasikal pun meningkat menjadi 88.24%. Melalui media gambar seri yang disertai dengan contoh hasil karangannya, kemudian dibagikan kepada siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung akan memudahkan guru maupun siswa dalam pembelajaran menulis karangan. Dengan adanya suatu media yang dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi, biasanya siswa akan lebih mudah untuk menuangkan ide-idenya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arsyad, Ashar. 20002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Charlie. 2008. Tujuan dan Jenis-jenis Menulis, (Online), (http://www.sekolahdasar.net

/2012/ 04/ tujuan-dan-jenis-jenismenulis.html#) diakses tanggal 12 Maret 2018.

Doyin dan Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES Press.

Henry Guntur Tarigan. 2008. Menulis Sebagai Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurjamal, W., Sumirat, W., Darwis, R. 2014. Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta.

Nurudin. 2010. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press.

Saddhono, Kundharu dan St, Y, Slamet. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung:Angkasa.

Slamet, St. Y. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.

Gambar

Tabel 1. Hasil Tes Keterampilan  Menulis Karangan  pada  Siklus I
Tabel 2. Hasil Tes Keterampilan  Menulis Karangan  pada  Siklus II
Tabel 3. Perbandingan  Hasil Tes Keterampilan  Menulis Karangan  pada  Siklus I dan  Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman mengan- dung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri dari bakteri dan jamur (Stro bel

And yet, Katherine Duncan-Jones, in her 1997 Arden edition of the sonnets, refused to let Thorpe stand as the only begetter of his tortuous dedication, suggesting instead that,

Already head and shoulders under the hood, Gray simply turned his head and gave her a dry look.. Brianna bit her lip as she watched

Prinsip kerjanya adalah aliran data dari phones (client)/WAP protokol, akan mengirim encoded request, protokol gateway akan mentranslasikan request dari WAP protokol yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Rambah Tengah Hulu pada Kawasan Objek Wisata Air Panas Sauman didapatkan 3 famili 7 sub

yang nantinya menginkubasi perusahaan pemula dalam industri hilir kelapa sawit dan memberikan layanan bisnis dan teknologi kepada UMKM yang sudah ada. Berperan

Individu atau beberapa anggota kelompok usaha dapat terdaftar secara legal dan memperbolehkan mereka membuat profit Kelompok usaha sepakat bahwa Individu atau beberapa anggota

1) Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten Maros di bidang Komunikasi dan Informasi melalui Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan