• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGHULU DALAM MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN ENREKANG KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PENGHULU DALAM MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN ENREKANG KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENGHULU DALAM MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN ENREKANG

KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Pada Program Studi Hukum Keluarga

(Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh: NURINAYAH NIM: 105261104917

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSHIYAH) FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2021

(2)

iii

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul skripsi : Peran Penghulu Dalam Mengurangi Tingkat

Perceraian Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Nama : Nurinayah

NIM : 105261104917

Fakultas / Prodi : Agama Islam / Ahwal Syakhshiyah.

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan tim penguji ujian skripsi pada Prodi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.

Makassar, 18 Ramadan 1442 H 30 April 2021 M Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muh. Ali Bakri, S.Sos., M.Pd A. Satrianingsih, Lc.,M.Th.I

(3)

iv

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi saudari Nurinayah, NIM. 105261104917 yang berjudul “Peran Penghulu

dalam Mengurangi Tingkat Perceraian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang”, telah diujikan pada hari Sabtu 29 Zulkaidah

1442 H / 10 Juli 2021 M, di hadapan Tim Penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H 10 Juli 2021 M

Dewan Penguji,

Ketua : Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M. Si (……....…………) Sekretaris : Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., MA (…………....……) Penguji:

1. Dr. Abbas, Lc., MA (...) 2. Dr. Muh. Ali Bakri, S.Sos., M.Pd (...) 3. A. Satrianingsih, Lc., M.Th.I (...) 4. Nur Asia Hamzah, Lc., MA (...)

Disahkan oleh:

Dekan FAI Unismuh Makassar

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M. Si NBM: 774234

(4)

v

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, setelah mengadakan sidang munaqasyah pada hari Sabtu, 29 Zulkaidah 1442 H / 10 Juli 2021 M yang bertempat di Gedung Prodi Ahwal Syakhshiyah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, Jl. St. Alauddin No. 259 Makassar.

MEMUTUSKAN

Bahwa saudari,

Nama : Nurinayah Nim : 105261104917

Judul Skripsi : Peran Penghulu dalam Mengurangi Tingkat Perceraian di

Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Dinyatakan : LULUS

Ketua Sekretaris

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., MA

NBM: 774 234 NIDN : 0909107201

Dewan Penguji:

1. Dr. Abbas, Lc., MA (...) 2. Dr. Muh. Ali Bakri, S.Sos., M.Pd (...) 3. A. Satrianingsih, Lc., M.Th.I (...) 4. Nur Asia Hamzah, Lc., MA (...)

Disahkan Oleh:

Dekan FAI Unismuh Makassar

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si NBM: 774 234

(5)

vi

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222

PERNYATAAN KEASLIAN

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nurinayah

Nim : 105261104917

Fakultas : Agama Islam

Program studi : Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah)

Judul : Peran Penghulu Dalam Mengurangi Tingkat Perceraian di

Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah karya penulis sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat seluruh atau sebagiannya oleh orang lain, maka skripsi dan gelar kesarjanaan yang di peroleh karenanya batal demi hukum. Makassar, 29 Zulkaidah 1442 H 10 Juli 2021 M Penyusun Nurinayah NIM : 105261104917

(6)

vii

KATA PENGANTAR ِمْيِحَّرلا ِن ْحَّْرلا ِالله ِمْسِب

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam yang senantiasa tercurah kepada panutan kita, Rasulullah Muhammad saw, yang telah mengemban amanah, menyampaikan risalah, menasihati ummat ,serta memberi kabar gembira dan juga peringatan.

Ucapan terima kasih senantiasa penulis ucapkan kepada ayahanda Adama dan ibunda Hajrah Nuranisa yang telah mendidik dan membesarkan serta memberikan dukungan moril, materil dan juga atas doanya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tak akan usai tanpa dukungan dan bimbingan dari segala pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Unismuh yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi para penuntut ilmu

2. Syaikh Dr. Muhammad Thayyib Khoory donatur AMCF atas bantuan dan kerjasamanya.

3. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, para wakil dekan, serta staf karyawan yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan di program studi Ahwal Syakhshiyah.

(7)

viii

4. H. Lukman Abdul Shamad, Lc. Mudir Ma’had Al-bir Unismuh Makassar yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada para penulis selama berada di naungan Ma’had Al-bir.

5. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc, Ma. Ketua Program Studi Ahwal Syakhshiyah yang senantiasa membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis.

6. Dr. Muh. Ali Bakri, S.Sos., M. Pd dan A. Satrianingsih, Lc., M. Th.I, selaku pembimbing pertama dan kedua yang telah memberikan dukungan serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Kepala KUA Kecamatan Enrekang beserta jajarannya serta Ibu Hakim Pengadilan Agama yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Para dosen dan staf Program Studi Ahwal Syakhshiyah Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa sabar dalam memberikan bimbingan, pengetahuan, serta keterampilan bagi penulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

9. Kepada seluruh teman-teman Ma’had Al birr, Jurusan Ahwal Syakhshiyah Fakultas Agama Islam, terkhusus angkatan 2017 yang telah berjuang bersama-sama menjalani kehidupan perkuliahan dengan suka ataupun duka serta saling memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

ix

ABSTRAK Nama : Nurinayah

Nim : 105261104917

Judul : Peran Penghulu dalam mengurangi tingkat perceraian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Skripsi ini membahas tentang peran penghulu dalam mengurangi tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Adapun pokok permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana peran penghulu dalam upaya mengurangi tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang. Kemudian dijabarkan kedalam sub masalah tentang bagaimana tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang serta bagaimana peran penghulu atau langkah-langkah yang diambil oleh Penghulu dalam upaya mengurangi tingkat perceraian.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Kemudian metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun sumber data penelitian ini adalah Penghulu, Hakim Pengadilan Agama, serta Kepala KUA. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, serta melalui dokumen. Kemudian instrumen penelitian yang dipakai adalah pedoman wawancara, buku tulis, alat tulis, perekam suara, dan kamera. Selanjutnya teknik analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mereduksi data, menganalisis, kemudian terakhir menarik kesimpulan agar menghasilkan gambaran secara ringkas, jelas, dan mudah dipahami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Tingkat perceraian di Kabupaten Enrekang mengalami peningkatan dan penurunan selama tiga tahun terakhir dari tahun 2018-2020 2) Penghulu memiliki peran dalam upaya mengurangi tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang, diantara perannya yaitu a) meningkatkan kualitas program bimbingan keluarga sakinah, b) nasehat khutbah nikah, c) menyediakan penasihatan dan konsultasi pernikahan, serta d) peningkatan kader pembina keluarga sakinah.

Implikasi dari penelitian ini adalah: peran penghulu dalam upaya mengurangi tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang masih memerlukan upaya-upaya yang strategis dan tepat. Oleh sebab itu, yang perlu dilakukan oleh penghulu antara lain: 1) Melakukan sosialisasi dan pembinaan lebih ekstra kepada masyarakat tentang persoalan dalam menghadapi lika-liku kehidupan berumah tangga terutama terhadap pasangan yang sudah menikah serta ibu-ibu yang memang sering mengajukan perceraian ketika mengalami permasalahan sedikit saja dalam rumah tangganya. 2) Melibatkan tokoh-tokoh kegamaan yang dapat memberikan bimbingan khusus seputar keagaman, yang dapat menjadikan masyarakat paham terhadap syariat Islam. 3) Mengajak Pemerintah agar kiranya dapat lebih mendukung dalam pemenuhan tugas penghulu melalui penguatan undang-undang dan menyiapkan dana yang cukup.

(9)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix DAFTAR ISI ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 10

A. Pernikahan dan Perceraian ... 10

1. Pengertian Pernikahan ... 10

2. Dasar Hukum Pernikahan ... 11

3. Hikmah Pernikahan ... 13

4. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian ... 15

(10)

xi

6. Macam-Macam Perceraian... 22

7. Sebab dan Akibat Perceraian ... 25

B. Penghulu ... 33

1. Pengertian Penghulu... 33

2. Syarat-Syarat Penghulu ... 35

3. Tugas dan Fungsi Penghulu ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 38

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Fokus Penelitian ... 39

D. Sumber Data Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 44

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

B. Tingkat perceraian di di Kabupaten Enrekang ... 48

1. Perkembangan Perceraian di Kecamatan Enrekang ... 48

2. Faktor Penyebab Perceraian di Kabupaten Enrekang ... 50

C. Keterkaitan Penghulu Dengan Perceraian ... 58

D. Peran Penghulu Dalam Mengurangi Tingkat Perceraian di KUA Kecamatan Enrekang ... 59

(11)

xii

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 74

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karenanya dia tidak bisa hidup sendiri, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk saling berinteraksi satu sama lain. Ia membutuhkan sosok seorang teman untuk saling berbagi kasih dan sayang. Dan salah satu bentuk kebesaran Allah swt, bagi manusia adalah diciptakannya dia dari laki-laki dan perempuan agar saling berpasang-pasangan. Allah swt berfirman dalam QS al-Rum/30: 21.

َأ ِهِتَيَآ ْنِمَو

ِلَذ ِفِ َّنِإ ًةَْحَْرَو ًةَّدَوَم ْمُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِل اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َقَلَخ ْن

َك

َنوُرَّكَفَ تَ ي ٍمْوَقِل ٍتَيَلآ

Terjemahannya:

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.1

Allah memberikan karunia yang begitu besar berupa rasa cinta (cenderung kepada lawan jenis) yang dapat diwujudkan dalam sebuah wadah untuk membentuk keturunan sekaligus beribadah kepada Allah swt, dengan cara melakukan pernikahan sesuai dengan ketentuan syariat-Nya. Allah menjanjikan kesenangan, ketentraman, dan tumbuhnya kasih sayang dalam pernikahan.

1Kementerian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta Timur: Lajnah

(13)

2

Islam telah menganjurkan untuk membentuk sebuah keluarga dan menyerukan kepada ummat untuk hidup dibawah naungan-Nya. Jika keluarga sebagai tiang ummat, maka pernikahan sebagai tiang sebuah keluarga. Dengan pernikahan maka akan terbentuk sebuah rumah tangga dan keluarga, sehingga mempererat hubungan silaturahmi kedua pihak.

Suatu pernikahan (keluarga) tidak akan tercapai, jika tujuannya untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah tanpa adanya kemampuan memahami pasangan hidup dan tanpa mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban antar sesama pasangan.2

Pernikahan tanpa pemahaman karakter masing-masing atau tidak dilaksanakan sesuai dengan aturan dapat mengakibatkan timbulnya masalah dalam kehidupan keluarga. Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga merupakan satuan persatuan hidup yang paling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat dan menjadi wadah reproduktif dalam mengembangkan keturunan.3

Keluarga yang baik adalah keluarga yang dapat menjalin komunikasi dengan baik, menciptakan kejujuran untuk mencapai keluarga yang harmonis yaitu dengan menghadirkan saling kerjasama yang baik dalam anggota keluarga. Karena pernikahan itu mengikat antara dua hati, menyambung antara dua jiwa, mencampur antara dua ruh, dan yang terakhir adalah mendekatkan antara dua jasad. Maka penting bagi suami istri memahami pasangan hidupnya dan

2Farchruddin Hasballah, Psikologi Keluarga Dalam Islam (Banda Aceh: Yayasan Pena,

2007), h. 1.

3Abu Bakar M. Luddin, Psikologi dan Konseling Keluarga (Medan: Difa Grafika, 2016),

(14)

3

mengetahui hak dan kewajibannya. Karena, itu merupakan salah satu dari sekian banyak kunci keberhasilan dalam membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Itulah tujuan dari sebuah pernikahan. Berbicara tentang tujuan memang bukan hal yang mudah karena suami istri masing-masing mempunyai tujuan yang mungkin berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, sekali lagi perlu ditekankan bahwa antara suami istri demi membentuk keluarga yang bahagia perlu mempersatukan tujuan yang akan dicapai dalam pernikahan itu. Tujuan yang sama benar-benar harus diresapi oleh setiap pasangan dan harus disadari bahwa tujuan itu dicapai bersama-sama, bukan hanya salah satu pihak saja.

Tanpa adanya kesatuan tujuan dalam sebuah keluarga, maka dapat dibayangkan bahwa keluarga itu akan mudah mengalami hambatan-hambatan yang akhirnya akan dapat menuju keretakan keluarga yang dapat berakibat jauh. Oleh karena itu, tujuan menjadi titik tuju bersama untuk dapat dicapai secara bersama-sama.4

Sungguh, kebahagiaan dan ketentraman keluarga adalah idaman setiap insan. Kesuksesan suami istri dalam membina keluarga merupakan penopang terciptanya kedamaian di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kehidupan keluarga. Islam telah meletakkan kaidah-kaidah dan asas-asas bagi suami istri, berdasarkan kaidah dan asas itulah nantinya akan dibangun mahligai pernikahan yang kuat. Dan di atas pilar itu juga terdapat jaminan kebaikan bagi masyarakat Islam secara keseluruhan.

4Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: C.V Andi Offset,

(15)

4

Keluarga adalah perkara yang sangat utama bagi kehidupan manusia. Karena itulah Rasulullah saw, sangat menganjurkan ummatnya untuk membangun sebuah keluarga dalam mahligai pernikahan. Bahkan beliau menyatakan bahwa seseorang yang telah membina sebuah keluarga berarti telah menyempurnakan separuh agamanya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

قَتَ يْلَ ف نْيدْلا ُفْصن َلَمْكَتْسا ْدَقَ ف ُدْبَعْلا َجوَزَ ت اَذِإ

ف الله

قَب اَمْي

َي

5 Artinya:

Apabila seorang hamba telah menikah berarti ia telah menyempurnakan separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah dalam menjaga separuhnya lagi.

Dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam juga memuat tentang tujuan pernikahan. Menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.6

Namun, untuk mewujudkan tujuan dari pernikahan dalam membentuk keluarga yang harmonis sangatlah sulit pada hakikatnya. Masalah yang terjadi di dalam kehidupan berkeluarga merupakan konsekuensi yang tidak bisa dihindari oleh setiap pasangan. Konflik dalam berumah tangga merupakan warna-warni kehidupan suami istri. Dalam hal ini, suami istri sering kali gagal dalam usahanya mendirikan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Berlainan tujuan hidup dan cita-cita menjadi sebab perselisihan antar keduanya.

5Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib wa At- Tarhib (Beirut: Maktab

al-Islami, 1987), h. 6.

6Tim Redaksi BIP, UUD RI No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Jakarta: Bhuana

(16)

5

Permasalahan ekonomi juga menjadi salah satu pemicu timbulnya pertengkaran antara suami istri. Namun selain itu, faktor penyebab terjadi banyak perceraian adalah karena perencanaan yang lemah dalam hal pernikahan dan keluarga. Banyak pasangan muda yang menikah tidak diimbangi kesiapan dan kematangan perencanaan, sehingga rumah tangga yang dibangun tidak memiliki dasar yang kuat dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Jika dalam rumah tangga tidak memiliki perencanaan, maka akan sering terjadi konflik dalam keluarga dan jika konflik semakin memuncak rumah tangga pun bisa bubar (karam).7

Suami istri dalam ajaran Islam tidak boleh terlalu cepat mengambil keputusan bercerai, karena benang kusut dalam kehidupan rumah tangga itu sangat mungkin masih bisa disusun kembali. Walaupun dalam ajaran Islam ada jalan penyelesaian terakhir yaitu perceraian. Namun, perceraian meskipun boleh dilakukan tapi hal itu sangat dibenci oleh Nabi. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

8

ِقَلََطلا الله لىإ ِل َلََْلْا ُضَغْ بَأ

Artinya:

Perkara halal yang sangat dibenci oleh Allah ialah perceraian.9

7Muhammad Iqbal, Psikologi Pernikahan: Menyelami Rahasia Pernikahan (Jakarta:

Gema Insani, 2018), h. 14.

8Abu Daud Sulaiman al-Asy’ats as-Sajastani, Sunan Abu Daud, Juz 4 (Cet. I; Kairo: Dar

ath-Tasil, 2015), h. 178.

9Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Bulughul Maraam (Tarjamah Bulughul Maram), terj. A.

(17)

6

Perceraian juga di atur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam pasal 39 disebutkan:

1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami istri.

3) Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersebut.10

Perceraian telah menjadi perhatian pemerintah. Di Indonesia angka perceraian semakin hari semakin tinggi. Fenomena ini tentu saja harus segera disikapi oleh semua pihak. Keputusan untuk bercerai dalam sebuah pernikahan tentu saja merupakan keputusan yang sangat buruk, karena akan berdampak besar bagi kehidupan dan perkembangan anak-anak.

Adapun angka perceraian di Kabupaten Enrekang selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2018 Pengadilan agama Enrekang menerima 307 perkara perceraian. Jumlah tersebut terdiri dari cerai talak dan cerai gugat. Sedangkan pada tahun 2019 terdapat 324 perkara perceraian, jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan jumlah total perkara yang diterima selama tahun 2018. Dan pada tahun 2020, angka perceraian mengalami penurunan sedikit, yaotu dengan total 321 perkara perceraian.11

10Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2016), h. 148. 11Data Laporan Pengadilan Agama Enrekang

(18)

7

Menurut Hakim Pengadilan Agama Enrekang, Radiaty saat ditemui di kantornya, ada beberapa faktor utama penyebab gugatan cerai yang masuk, seperti ditinggal suami tanpa ada alasan dan perselisihan secara terus menerus diantara kedua belah pihak. Selain itu, adapula faktor ekonomi, Kekerasan dalam rumah tangga, mabuk, serta dihukum penjara. Namun yang paling mendominasi adalah adanya perselisihan diantara kedua belah pihak secara terus menerus.12

Hal ini merupakan masalah dalam masyarakat yang perlu dipecahkan. Untuk mengurangi lebih banyak lagi terjadinya perceraian, dalam hal ini penghulu yang dikenal mempunyai peran dalam menikahkan, harus cermat dan tanggap serta teliti terhadap mereka yang akan melangsungkan pernikahan. Dengan demikian besar harapan kemungkinan terjadinya perceraian dapat dihindari. Upaya yang dilakukan oleh penghulu haruslah memberikan dampak positif dan memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa dampak dari perceraian itu sangatlah besar.

Dengan melihat latar belakang yang ada yaitu pertama, dalam kehidupan pernikahan konflik dalam berumah tangga tidak bisa dihindari. Kedua, Perceraian sudah menjadi salah satu solusi yang marak di ambil oleh masyarakat ketika terjadi perselisihan antara pasangan suami-istri. Ketiga, Kota Enrekang juga menjadi salah satu kota yang tingkat perceraiannya termasuk tinggi dan keempat melihat tugas pokok penghulu yaitu menikahkan, tak hanya itu penghulu juga dikenal lebih dekat dengan masyarakat, maka disitulah seorang penghulu berperan sangat penting dalam menasehati pasangan suami istri agar tetap terus mencari

12Radiaty, Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Enrekang (36 tahun), Wawancara,

(19)

8

solusi dari setiap permasalahan yang ada tanpa harus melakukan perceraian. Karena melihat latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk mengungkap lebih jauh tentang peran penghulu dalam mengurangi tingkat perceraian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa permasalahan sebagai pangkal pembahasan berikutnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang?

2. Bagaimana peran penghulu dalam mengurangi tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penyusunan proposal ini, peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui peran penghulu dalam upaya mengurangi tingkat perceraian di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

(20)

9

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi dua yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang peran penghulu dalam mengurangi tingkat perceraian. 2. Manfaat Praktis

a. Untuk meminimalisir perceraian, khususnya di kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

b. Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu keagamaan khususnya tentang keluarga, karena dengan membahas tentang masalah perceraian, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memahami buku-buku tentang pernikahan dan perceraian dan hal-hal yang berkaitan dengan keduanya.

(21)

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pernikahan dan Perceraian 1. Pengertian Pernikahan

Perkawinan (Pernikahan) dalam fiqh berbahasa arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Adapun Zawaj secara bahasa adalah bersatunya salah satu dari dua hal dengan yang lain lalu menjadikan mereka pasangan setelah masing-masing adalah seorang individu. Sedangkan nikah secara bahasa berarti berkumpul dan bersatu. Adapun pengertian nikah dan zawaj secara syara’ adalah akad yang mengandung hak untuk bersenang-senang yang diberikan antara suami istri dengan cara yang disyariatkan. Dan orang Arab menggunakan istilah nikah dengan maksud akad atau bermakna wat'i (hubungan badan) dan istimta’ (bersenang-senang antara suami istri).13

Menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) Buku Satu Bab 1 Pasal 1 butir (c) akad nikah ialah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan kabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi. Bab II Pasal 2 merumuskan perkawinan menurut hukum Islam yaitu akad yang sangat

13Muhammad Ibrahim al-Hafnawi, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Muyassarah fii az- Zawaj

(22)

11

kuat atau miitsaqan galidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Pasal 2 ayat (1) UUD No 1 tahun 1974 tentang perkawinan merumuskan perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Pasal 4 KHI merumuskan perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UUD No 1 tahun 1974 tentang perkawinan.14

2. Dasar Hukum Pernikahan

Hukum nikah (perkawinan), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat pernikahan tersebut. Pernikahan adalah sunnatullah, hukum alam di dunia.15

Allah telah mensyariatkan dan memerintahkan dilakukannya pernikahan seperti yang termaktub dalam Firman-Nya dan Hadis Rasulullah saw.

a. Al-Qur'an

Allah swt berfirman dalam QS ar-Ra’d/13: 38.

ًةَّيِِّرُذَو اًجاَوْزَأ ْمَُلَ اَنْلَعَجَو َكِلْبَ ق ْنِم لَُسُر اَنْلَسْرَأ ْدَقَلَو

)..

٣٨

)

Terjemahannya:

Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.16

14Jamaluddin, Mengenal Islam dari Sudut Fikih Indonesia (Ciputat: Garuda Mas

Sejahtera, 2014), h. 190-191.

15H. M. A Tihami, Fiqih Munakahat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 8. 16Departemen Agama Islam, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, h. 255.

(23)

12 Allah swt berfirman dalam QS an-Nur/24: 32.

ِم َُّللَّا ُمِهِنْغُ ي َءاَرَقُ ف اوُنوُكَي ْنِإ ْمُكِئاَمِإَو ْمُكِداَبِع ْنِم َينِِلْاَّصلاَو ْمُكْنِم ىَمَيَلأا اوُحِكْنَأَو

ِهِلْضَف ْن

..

(

٣٢

)

Terjemahannya:

Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.17

Pernikahan adalah menciptakan kehidupan keluarga antara suami istri dan anak-anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan tentram (sakinah), pergaulan yang saling mencintai (mawaddah), dan saling menyantuni (wa rahmah).18

b. Hadis

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

َْلَ نَمَو ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو ِرَصَبْلِل ضَغَأ ُهنِإَف جوَزَ تَ يْلَ ف ةَءاَبْلا مُكْنِم َعاَطَتْسا نَم باَبشلا َرشْعَم َيَ

19

ءاَجِو ُهَل ُهنِإَف ِمْوصلِبِ ِهْيَلَعَ ف عِطَتْسَي

Artinya:

Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian yang sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah. Sebab dengan menikah, pandangan lebih mudah tertundukkan dan farji akan lebih mudah terjaga. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa. Sebab puasa itu merupakan solusi (pengekangan birahi) baginya. (HR. Bukhari-Muslim)

17Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, h. 355.

18Sudarto, Ilmu Fikih, Refleksi Tentang: Ibadah, Muamalah, Munakahat, dan Mawaris

(Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 138-139.

19Muhammad ibnu Ismail Bukhari, Shahih Bukhari Musnad ash-Shahih

(24)

13

3. Hikmah Pernikahan

Banyak hikmah yang akan diperoleh oleh seseorang yang me-laksanakan pernikahan, diantaranya yaitu:

a) Memperoleh anak

Dengan memperoleh anak akan mendekatkan seseorang ke dalam empat aspek:

• Mendapatkan cinta Allah dalam usaha memperoleh anak untuk melestarikan ummat.

• Mencari cinta Rasulullah dalam berlomba-lomba untuk memperbanyak keturunan.

• Mencari keberkahan berupa anak saleh setelah kematian. Sehingga manfaat dari pernikahan tidak hanya seputar dunia saja, bahkan berlanjut setelah kematian. Sesungguhnya manusia ketika meninggal terputuslah amalnya dan ladang pahalanya, akan tetapi apabila dia menikah dan memperoleh anak saleh, maka dia akan didoakan sehingga tidak terputuslah amalnya.

• Mendapatkan syafaat dari anaknya yang meninggal dalam keadaan masih kecil.20

b) Memiliki rasa tanggung jawab

Pernikahan menanamkan pada seseorang beberapa akhlak yang mulia, termasuk tidak mementingkan diri sendiri, mencintai sesama, dan memiliki rasa tanggung jawab. Dan itulah yang ingin diciptakan oleh masing-masing pasangan

20Muhammad Ibrahim al-Hafnawi, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Muyassarah fii az- Zawaj

(25)

14

agar saling memberikan kenyamanan, sehingga suami bekerja keras, mengerahkan segala daya dan tenaganya untuk mendapatkan kekuatan demi mendapatkan rezeki untuk istri dan anak-anaknya. Dan seorang istri tidak meninggalkan ketentraman (dalam rumahnya), kecuali ketentraman untuk suami dan anak-anaknya.

c) Menjaga nasab

Pernikahan dapat menjaga keluarga agar tidak dilahirkan dalam keadaan tidak terhormat (menjadi anak haram) sehingga melindungi nasab dari percampuran serta dapat menetapkan aturan kewarisan dengan baik.

d) Menghibur hati

Manusia pada dasarnya lebih cenderung pada hal-hal yang menghibur hatinya dan istri menjadi salah satu tempat untuk saling berbagi kesedihan dan menghilangkan rasa sepi, serta menjadi tempat solusi untuk melepaskan kesedihan yang mendalam juga yang akan mendukungnya dalam menjalani kehidupan di dunia.

e) Mempererat ikatan keluarga

Pernikahan akan mempererat ikatan keluarga dan penguatan ikatan cinta antara suami dan istri yang akan bermanfaat bagi masyarakat.21

Hikmah pernikahan telah dirasakan oleh setiap orang yang berumah tangga, yaitu terdapatnya kepuasan dan ketenangan jiwa (hati), rasa kasih sayang terhadap istri dan anak-anak yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab, baik di bidang kesehjateraan lahiriah dan batiniyah seperti, membentuk kepribadian anak

21Muhammad Ibrahim al-Hafnawi, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Muyassarah fii az- Zawaj

(26)

15

atau keluarga dengan ajaran agama dan ilmu pengetahuan lainnya, dengan tujuan agar terwujud rumah tangga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin, memperoleh keturunan yang sah, suci di masa yang akan datang.

3. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

Kata ath-thalaq (perceraian) berasal dari kata al-ithlaq yang artinya melepaskan dan meninggalkan.22 Sedangkan menurut istilah syara’ perceraian adalah melepas ikatan pernikahan dengan lafaz (kata) talak atau menghapus ikatan hubungan suami istri dengan lafaz khusus.23

Di antara keagungan syariat Islam adalah meletakkan sesuatu di tempatnya yang sesuai. Pisahnya suami dengan istri dianggap sebagai sesuatu yang membawa kebaikan bagi keduanya jika mereka menggunakannya dengan baik, sebagaimana hal itu juga dapat mengakibatkan bahaya besar jika salah dalam menggunakan hak ini. Kadang memang terjadi kebuntuan dalam kehidupan suami istri dan tidak berhasil dalam usaha mengadakan perbaikan, baik karena adanya aib pada seorang suami atau istri atau aib pada keduanya. Karena itu, Islam mensyariatkan talak (perceraian) sehingga masing-masing pihak akan mendapatkan orang yang sesuai dengan tabiat dan kecenderungannya.24

Adapun hukum talak dalam pandangan syariat Islam, pada dasarnya adalah diperbolehkan atau mubah dengan alasan untuk menghindari bahaya yang

22Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz 2 (Cet. III; Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1977), h.

241.

23Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Juz 3 (Kairo: Darul Taufiq

Litturas: 2010), h. 209.

(27)

16

dapat mengancam salah satu pihak, baik secara akidah maupun secara fisik. Allah swt berfirman dalam QS al-Baqarah/2: 229.

وُمُتْ يَ تآ اَِّمِ اوُذُخَْتَ ْنَأ ْمُكَل ُّلَِيَ لاَو ٍناَسْحِِبِ ٌحيِرْسَت ْوَأ ٍفوُرْعَِبِ ٌكاَسْمِإَف ِنَتََّرَم ُقلََّطلا

لاِإ اًئْ يَش َّنُه

َمِهْيَلَع َحاَنُج لََف َِّللَّا َدوُدُح اَميِقُي لاَأ ْمُتْفِخ ْنِإَف َِّللَّا َدوُدُح اَميِقُي لاَأ اَفاََيَ ْنَأ

َكْلِت ِهِب ْتَدَتْ فا اَميِف ا

َنوُمِلاَّظلا ُمُه َكِئَلوُأَف َِّللَّا َدوُدُح َّدَعَ تَ ي ْنَمَو اَهوُدَتْعَ ت لََف َِّللَّا ُدوُدُح

Terjemahannya:

Talak (yang bisa dirujuk) dua kali, setelah itu, boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil sesuatu dari yang telah kamu berkan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan bisa menjalankan hukum-hukum Allah. Apabila kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu me-langgarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim.25

Dengan demikian, hukum talak adalah boleh demi terciptanya kemaslahatan yang lebih besar. Akan tetapi, hukum ini berubah, tergantung pada kondisi dan motif perceraian itu sendiri.26

Ulama fiqh menetapkan bahwa talak adalah hak seorang suami. Mereka sepakat bahwa perceraian suami istri tidak diperbolehkan, kecuali jika memang diperlukan. Bersamaan dengan hal itu, mereka berbeda pendapat dalam menentukan hukum asal perceraian, apakah dilarang atau diperbolehkan. Ulama jumhur seperti pengikut Mazhab Hambali, Syafii’, dan Maliki berpendapat bahwa talak hukumnnya boleh dalam kondisi apapun, tetapi yang lebih utama tidak

25Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, h. 37.

26Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Lengkap dan Praktis Fiqh Wanita (Yogyakarta: Noktah,

(28)

17

menerjangnnya karena dapat mengakibatkan terputusnya kasih sayang, kecuali yang bersifat sementara.27

Para pengikut Mazhab Hanafi juga berpendapat bahwa hukum asal perceraian adalah boleh, karena ayat-ayat Al-Qur’an yang ada tidak membatasinya, seperti dalam firman Allah QS al-Baqarah/2: 236.

َءاَسِِّنلا ُمُتْقَّلَط ْنِإ ْمُكْيَلَع َحاَنُج لا

..

(

٢٣٦

)

Terjemahannya:

Tidak ada dosa bagi kalian, jika kalian menceraikan isteri-isteri kalian....28 Pendapat yang paling tepat bahwa syariat Islam tidak mudah membuka pintu perpisahan kepada dua pihak yang berseberangan. Oleh karena itu, biduk rumah tangga menjadi retak dan rapuh, lalu mudah bercerai-berai dan runtuh hanya gara-gara perselisihan atau cekcok masalah sepele.

Adapun Islam tidak menutup rapat pintu di hadapan suami istri seperti orang-orang Kristen dan Hindu lakukan. Menurut keduanya, suami istri tidak boleh sama sekali bercerai meskipun faktor perceraian sangat kuat dan mendesak sehingga suami istri harus tetap hidup bersama. Mereka bagaikan hidup di atas duri, tetapi tidak ada kata lari.29

Islam tidak membuka perceraian secara mutlak, begitu juga tidak menutupnya secara mutlak. Keputusan cerai tergantung pada situasi dan kondisi,

27Mohamed Osman el-Khost, Fiqh an-Nisa: Fii Dhau’i Mazahib Arba’ah wa

al-Ijtihadat al-Fiqhiyyah al-Mua’assarah (Fiqh Wanita: Dari Klasik Sampai Modern ), terj. Abu

Ihmadillaha (Solo: Tinta Medina, 2018), h. 200.

28Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, h. 39.

29Mohamed Osman el-Khost, Fiqh an-Nisa: Fi Dhau’i Mazahib Arba’ah wa

al-Ijtihadat al-Fiqhiyyah al-Mua’assarah (Fiqh Wanita: Dari Klasik Sampai Modern ), terj. Abu

(29)

18

berporos pada maslahat dan kebutuhan. Ulama fiqh sepakat bahwa hukum talak terdiri dari lima macam berdasarkan kondisi dan keadaan adalah sebagai berikut:

a) Talak haram

Talak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami tidak sesuai dengan petunjuk syariat Islam. Hal ini berarti, talak diucapkan oleh suami pada kondisi dimana talak tersebut dilarang untuk diucapkan. Seperti menceraikan istrinya dalam keadaan haidh atau ketika telah suci suaminya berkumpul (jima') kembali dengan istrinya. Begitu pun ketika dia merasa takut akan melakukan zina setelah menceraikannya.

b) Talak makruh

Perceraian yang dilakukan tanpa adanya alasan yang memaksa. Adapun dalil yang menunjukkan perceraian itu makruh berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.30

ْنَع

ا

َضِئاَح َيِه َو ُهَتَأَرْما َقِّلَط هنَا رمُع ِنْب

َف

َركذ

كلذ

رَمُع

بينلل

ملسو هيلع الله ىلَص

لوسر لاقف ,

ملسو هيلع الله ىلص الله

َُّث اَهْعِجَاُيُْلَ ف ُهْرُم" :

ُهَط اذِإ اهَقِِّلَطُيِل

ْتَر

,َضْيَِتَ َُّث ,

لِماَح يهو وأ

31 Artinya :

Dari Abdullah bin Umar bahwasanya ia menceraikan istrinya ketika sedang haidh pada zaman Rasulullah saw, lalu Umar menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw dan Beliau bersabda: “Perintahkanlah agar ia kembali kepadanya, kemudian menahannya hingga masa suci, lalu masa haidh dan suci lagi...”

30Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, Juz 3, h. 211.

31Abu Daud Sulaiman al-Asy’ats as-Sajastani, Sunan Abu Daud, Juz 2 (Cet. I; Beirut:

(30)

19 c) Talak mubah

Talak dibolehkan jika memang diperlukan, dikarenakan sang istri berperingai buruk dan tidak mempergauli suami secara baik.

d) Talak sunnah

Talak dianjurkan jika sudah dalam keadaan darurat, apabila istri mengalami kerugian jika tetap tinggal bersama, atau sang istri sudah tidak menyukai suaminya lagi.

e) Talak wajib

Talak menjadi wajib bagi suami untuk istrinya, apabila istri sudah tidak salat atau tidak lagi menjaga kehormatannya, kecuali dia bertobat dan mau menerima nasihat.32

Demikianlah perincian hukum talak yang disandarkan pada ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demikian pulalah aturan talak yang cemerlang, yang dilakukan untuk menjaga berbagai aspek dan berjalan seiring dengan berbagai kemaslahatan suami istri hingga sampai pada batas yang sedimikian jauh. Karenanya, Islam tidaklah membuka pintu talak lebar-lebar dan tidak pula menutupnya rapat-rapat.33

Di Indonesia, konsep dan pelaksanaan perceraian juga telah diatur dalam hukum, pasal 149 KHI menyebutkan bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib:

32Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaijiri, Mukhtasar al-Fiqh al-Islami fii

Dhau’i al-Qur’an wa as-Sunnah (Cet. XI; Saudi Arabiah: Dar Asda al-Mujtama’, 2010), h. 833.

33Muhammad Ustman Al-Khasyt, Fiqh an-Nisa: Fii Dhau’i al-Mazahib al-Arba’ah

(Fikih Wanita Empat Madzhab), terj. Abu Khadijah (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2017), h. 311.

(31)

20

a) Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya baik berupa uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qabla ad dukhul;

b) Memberikan nafkah, masukan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil;

c) Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan separuh apabila

qabla ad dukhul;

d) Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun.

Pasal 150 KHI menyebutkan bekas suami berhak ruju’ kepada bekas istrinya yang masih dalam masa iddah. Pasal 151, bekas istri selama dalam iddah, wajib menjaga dirinya, tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lainnya. Pasal 152, bekas istri berhak mendapat nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali bila dia nusyuz.34

4. Rukun dan Syarat-Syarat Perceraian

Dalam perceraian ada beberapa rukun dan syarat-syarat yang mesti diperhatikan. Adapun rukun perceraian adalah sebagai berikut:

1) Suami

Jadi tidak sah hukum perceraian apabila dilakukan oleh laki-laki asing yang belum memiliki ikatan pernikahan, karena telah diketahui bahwa hakikat

(32)

21

perceraian adalah melepas ikatan pernikahan, maka perceraian barulah terpenuhi setelah adanya akad. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

35

ُكلَْتَ اَمْيِف لاِإ َعْيَ ب لاو ،ُكلَْتَ اَمْيِف لاِإ َقْتِع لاو ،ُكلَْتَ امْيِف لاِإ َق َلََطلا

Artinya:

Tidak ada perceraian pada perempuan kecuali yang dia miliki, tidak ada pemerdekaan kecuali pada budak yang ia miliki, dan tidak jual beli kecuali pada barang yang ia miliki.

2) Istri

3) Sighat talak

Sighat talak adalah kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap istrinya yang menunjukkan lepasnya ikatan pernikahan, baik secara langsung atau menggunakan kata sindiran.36

4) Qasdhu atau sengaja

Ucapan talak dari seorang suami kepada istrinya memang dimaksudkan sebagai talak, apabila suami ingin memanggil nama istrinya Thahirah, kemudian dia berkata: “Wahai Thaliqa (wanita yang ditalak)” yaitu salah dalam pengucapan, maka talaknya tidak dianggap secara agama.37

Adapun syarat-syarat perceraian adalah sebagai berikut: a. Syarat-syarat yang terdapat pada pria

• Suami sah dari istrinya • Baligh

35Abu Daud Sulaiman al-Asy’ats as-Sajastani, Sunan Abu Daud, Juz 2, h. 258.

36Abdurrahman bin Muhammad Aud al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Juz 4

(Cet. II; Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 2003), h. 251.

37Abdurrahman bin Muhammad Aud al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Juz 4,

(33)

22 • Berakal

b. Syarat-syarat yang terdapat pada wanita

• Wanita masih berstatus istri sah dari pemberi talak dan hubungan pernikahannya masih diakui secara hukum.

• Suami menetapkan wanita yang ditalaknya baik secara isyarat ataupun niat.

c. Syarat perceraian dari segi perkataan

Prinsip dasar dari perceraian adalah harus diungkapkan dalam bentuk kata baik secara jelas ataupun Kinayah (sindiran), namun dalam keadaan tertentu juga dapat diganti dengan tulisan ataupun isyarat.38

5. Macam-Macam Perceraian

Berakhirnya perkawinan dalam keadaan suami dan istri masih hidup dapat terjadi atas kehendak suami, dapat terjadi atas kehendak istri, dan dapat pula terjadi di luar kehendak suami dan istri. Macam-macam perceraian dapat dijabarkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

1) Perceraian ditinjau dari segi jelas atau tidaknya talak itu dijatuhkan, ada dua jenis yaitu:

a) Talak sharih, yaitu talak yang dijatuhkan dengan kata-kata yang jelas dan tegas, yakni dengan kata-kata yang mudah dipahami arti katanya, arti kata itu secara tegas menyatakan cerai, seperti kata-kata: “engkau saya talak sekarang juga, atau engkau cerai sekarang juga”.

(34)

23

b) Talak kinayah, yaitu talak yang dijatuhkan dengan kata-kata yang bersifat sindiran seperti kata-kata: “engkau sekarang terjatuh dariku”.39 2) Perceraian yang ditinjau dari segi boleh tidaknya rujuk, ada dua jenis yaitu:

a) Talak raj’i yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya, dan boleh bagi suami kembali rujuk kepada istrinya sementara dalam masa iddah tanpa akad baru ataupun tanpa persetujuan dari istrinya. Dan talak raj’i hanya terjadi pada talak yang pertama dan yang kedua dan belum menjadi talak bai’in sampai selesai masa iddah, namun apabila telah habis masa iddah dan suami belum mengatakan rujuk maka talak yang berlaku adalah talak bai’in, dan suami tidak mempunyai hak untuk kembali kepada istrinya tanpa akad baru.40

b) Talak bai’in, yaitu talak yang tidak memberi hak kepada suami terhadap bekas istrinya untuk kembali rujuk. Ada dua jenis talak bai’in yaitu:

• Talak bai’in sughra, yaitu talak yang menghilangkan kepemilikan kepada bekas suami untuk kembali rujuk kepada bekas istrinya kecuali dengan akad dan mahar yang baru.41

• Talak bai’in kubra, yaitu talak yang menghilangkan kepemilikan kepada bekas suami untuk kembali rujuk kepada bekas istrinya baik semasa iddahnya ataupun telah selesai, kecuali dengan akad dan mahar baru, setelah bekas istri menikah dengan lelaki lain dan

39M. Dahlan, Fikih Munakahat (Cet: 1; Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 114. 40Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Juz 3, h. 236. 41Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Juz 3, h. 246.

(35)

24

telah berkumpul dengan suami keduanya, kemudian bekas istrinya telah berpisah, disebabkan suaminya telah meninggal ataupun karena diceraikan dan telah selesai menjalankan masa iddahnya.42 3) Perceraian ditinjau dari segi waktu jatuhnya talak, ada tiga jenis yaitu:

a) Talak munajjaz yaitu talak yang menggunakan susunan kata yang berlaku langsung, tidak bergantung pada suatu syarat, atau bergantung pada suatu waktu, sehingga dengan diucapkannya talak itu maka talak seketika berlaku, seperti suami berkata kepada istrinya, “sekarang engkau saya talak”.

b) Talak mudhaf, yaitu talak yang disandarkan pengucapannya pada waktu tertentu (yang akan datang), seperti ungkapan suami kepada istrinya: “engkau tertalak pada bulan yang akan datang atau pada malam hari”.43

c) Talak muallaq, yaitu talak yang digantungkan suami kepada istrinya pada suatu syarat atau waktu, seperti talak yang diucapkan suami pada istrinya, “jika engkau keluar rumah makan engkau tertalak” atau “jika engkau membuka rahasia ini pada ibumu, maka jatuh talak saya kepadamu”.

4) Perceraian ditinjau dari segi siapa yang berkehendak untuk melakukan perceraian, ada tiga macam yaitu:

a) Talak yaitu perceraian yang terjadi atas kehendak suami dengan menggunakan kata-kata talak kepada istri.

42Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Juz 3, h. 249. 43Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Juz 3, h. 269.

(36)

25

b) Khulu’ yaitu perceraian yang terjadi atas kehendak istri dengan membayar iwad atau tebusan kepada suami.

c) Fasakh yaitu perceraian atas kehendak suami atau istri atau pengadilan karena adanya hal-hal yang dianggap berat, seperti suami dan istri diketahui masih saudara sekandung atau salah satu pihak murtad.44

6. Sebab dan Akibat Perceraian a) Sebab Perceraian

Dalam pernikahan, konflik rumah tangga sangat sering terjadi karena perbedaan persepsi dan masalah komunikasi. Hal ini menyebabkan suami istri menghadapi berbagai ketidaknyamanan.

Talak atau perceraian di dalam rumah tangga tidak mungkin terjadi begitu saja tanpa sebab. Setiap talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istri pasti disebabkan oleh beberapa faktor.

Berikut adalah beberapa faktor umum yang menjadi penyebab perceraian: a. Faktor ekonomi

Inilah faktor terpopuler penyebab perceraian, baik karena kekurangan uang (finansial) maupun kelebihan uang. Kebutuhan hidup yang tinggi, mendapatkan pekerjaan layak yang sulit, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang banyak terjadi yang berdampak langsung terhadap keberlangsungan sebuah pernikahan.

(37)

26

Ketika persoalan tentang kekurangan uang (finansial) muncul, banyak pasangan yang tidak mampu bertahan. Selain itu sikap dari suami yang mudah mengeluh, malas, dan tidak mau bekerja keras membuat perceraian semakin mudah terjadi. Istri dan anak harus dipenuhi kebutuhan dasar mereka, mulai dari kebutuhan pangan, sandang hingga papan.

Kelebihan uang (finansial) yang dimiliki pasangan suami atau istri telah meraih kesuksesan secara finansial membuat prilaku mereka mulai berubah, dan terjadi kejutan budaya (culture shock) secara psikologis sehingga timbul keinginan dan tuntutan untuk mendapatkan layanan yang lebih dari pasangan. Jika hubungan suami istri tidak kuat, akan mudah terjadi konflik dan pertengkaran yang bisa berujung pada perceraian.

b. Persoalan konflik keluarga

Konflik keluarga, terutama konflik antara mertua dan menantu, atau konflik antara keluarga suami dan keluarga istri sering menjadi penyebab perceraian. Biasanya, persoalan ini terjadi diawali dari proses pernikahan yang bermasalah, rasa cemburu yang berlebihan, sikap yang tak patut, komunikasi yang buruk, dan doa restu yang kurang pada awal pernikahan.

Banyak suami atau istri yang diminta oleh orang tua mereka untuk menceraikan atau menggugat cerai pasangan karena ketidaksukaan mertua terhadap menantu, dan konflik yang tidak kunjung selesai. Kemampuan komunikasi dari pasangan suami istri sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan ini. Banyak perceraian yang terjadi karena keinginan (desakan) orang tua, dan bukan keinginan dari pasangan.

(38)

27 c. Suami menikah lagi

Karena suami menikah lagi (poligami), maka perceraian pun sering terjadi. Dilema antara rasa cemburu dan cinta, serta kegagalan suami dalam memenuhi kebutuhan dan membahagiakan pasangannya membuat banyak isteri menolak untuk dipoligami. Walaupun ajaran Islam membolehkan poligami, tetapi banyak kasus di lapangan, suami yang berpoligami tidak mampu menjaga keharmonisan dan memberikan keadilan dalam rumah tangganya.

Beberapa poligami, dinilai berhasil, tidak melahirkan konflik, adalah ketika suami mampu memberikan kesejahteraan lahir batin, memiliki komunikasi terbuka, serta mampu meyakinkan istri dengan cara memberikan pemahaman dan pendekatan agama yang baik. Selain itu, pilihan menikah lagi bukan karena dorongan hawa nafsu semata, melainkan juga sudah ada perencanaan dan persiapan yang baik sebelumnnya sehingga tidak menimbulkan persoalan baru.45

d. Komunikasi yang buruk

Fakta membuktikan, banyak perceraian yang terjadi dimasyarakat karena kurangnnya komunikasi antara suami dan istri. Komunikasi yang kurang baik akan menyebabkan pasangan suami istri mudah bertengkar. Selain itu, komunikasi semacam ini juga menimbulkan ketidakbahagiaan di dalam rumah tangga. Kehidupan dalam berumah tangga akan kurang bahagia jika suami atau istri bersifat kaku dan dingin dalam berkomunikasi. Suatu keluarga jika komunikasinya baik, maka keluarga itu akan sakinah, mawaddah, wa rahmah.

45Muhammad Iqbal, Psikologi Pernikahan: Menyelami Rahasia Pernikahan (Jakarta:

(39)

28

Sebaliknya, jika komunikasinya kurang baik maka mustahil kesejahteraan akan terbina.

e. Perselingkuhan

Bisa dikatakan, salah satu penyebab utama lainnya yang sering membawa kepada perceraian adalah perselingkuhan. Seorang suami yang berselingkuh akan digugat cerai oleh istrinya. Sebaliknya, istri yang berselingkuh akan ditalak oleh suaminya.dan, hal ini sangat banyak terjadi di tengah masyarakat. Sungguh termasuk orang-orang yang paling rugi, baik di dunia apalagi di akhirat, apabila seorang suami atau istri berselingkuh. Perselingkuhan inilah yang dalam islam disebut zina muhsan. Islam juga menetapkan hukuman keras bagi para pezina.46

f. Pekerjaan

Tuntutan pekerjaan yang membuat seorang suami terlalu sibuk di luar rumah, sehingga kerap tidak memiliki waktu bersama keluarga, juga menjadi faktor penyebab perceraian. Istri yang ditinggal di rumah akan merasa kesepian, hidupnya akan terasa hampa. Meskipun suami memberikan nafkah yang cukup atau bahkan lebih, tapi istri kekurangan kasih sayang dari suami. Hal inilah yang menjadikan isteri bisa menggugat suami. Sebaliknya, istri yang terlalu sibuk bekerja sehingga melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Kesibukan istri akan membuat suami merasa diabaikan. Hal ini kemudian membuat suami mudah berpaling kepada wanita lain dan memilih untuk menalak istrinya.

(40)

29 g. Kurang perhatian

Faktor penyebab perceraian yang berikutnya adalah kurang perhatian dari pasangan baik dari sang suami ataupun istri. Setiap orang memiliki satu impian yang sama saat membangun rumah tangga, yaitu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang yang dicintai. Namun, bilamana orang yang dicintai sudah tidak lagi memberikan perhatian, justru membuat hubungan menjadi hambar dan kebanyakan orang justru memilih langkah cerai. Kurangnnya perhatian akan membawa kepada kurangnnya kemesraan dalam rumah tangga. Bila kemesraan sudah berkurang, komunikasi pun menjadi dingin dan kurang baik. Dan pada akhirnya, talak atau perceraian menjadi solusinya.47

h. Saling curiga

Islam memang menganjurkan agar suami memiliki rasa cemburu kepada istri. Tapi, cemburu yang dibolehkan dalam Islam adalah cemburu dalam batas yang wajar, yaitu cemburu yang bisa menjauhkan pasangan dari kemaksiatan atau marabahaya. Adapun cemburu yang dilarang adalah cemburu buta. Cemburu buta tidak dilandasi rasa cinta, melainkan oleh prasangka buruk. Cemburu buta inilah yang melahirkan sifat curiga terhadap pasangan, yang berujung pada penuduhan dan fitnah terhadap pasangan. Suami istri yang dikuasai oleh cemburu buta, hidupnya tidak akan langgeng dan tentram, tetap akan berujung pada perceraian.

i. Kekerasan dalam rumah tangga

Fenomena kekerasan dalam rumah tangga sangatlah memprihatinkan dan menjadi salah satu penyebab dominan dalam perceraian. KDRT (Kekerasan

(41)

30

Dalam Rumah Tangga) berkaitan erat dengan kesehatan mental serta tekanan ekonomi yang membuat suami atau istri mudah marah dan emosi kepada pasangannya. Bentuk kemarahan dan luapan emosi tersebut bukan hanya kekerasan fisik, melainkan juga kekerasan psikis (ancaman, tekanan, bentakan, dan lain-lain) serta kekerasan ekonomi (tidak diberi nafkah dan penelantaran) yang membuat korban tersakiti baik secara fisik ataupun non fisik.

Kekerasan dalam rumah tangga menjadi keprihatinan bagi banyak pihak karena kasus KDRT menjadi pemicu terjadinya perceraian. Dampak KDRT pun sangat berbahaya. Bahkan, banyak didapati KDRT menyebabkan kematian dan berdampak negatif pada masa tumbuh kembang anak.48

Adapun alasan atau sebab perceraian menurut pasal 19 Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975, yaitu:

1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;

3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain;

48Muhammad Iqbal dan Kisma Fawzea, Psikologi Pasangan: Manajemen Konflik Rumah

(42)

31

5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;

6) Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.49

b) Akibat Perceraian

Tidak semua kehidupan rumah tangga berjalan dengan mulus, karena di sana ada perselisihan dan permasalahan. Tidak diragukan lagi, perselisihan akan mengeruhkan suasana dalam kehidupan rumah tangga dan mengancam kelanggenan dan komitmen. Keadaan seperti ini bisa pula menjadi penyebab kegelisahan semua anggota keluarga dan anak-anak. Tentunya ini akan memberikan pengaruh negatif terhadap sekitarnya. Ketika pertentangan telah mencemaskan dan menggelisahkan jiwa seseorang, hal ini akan mengganggu pikiran dan tingkah laku kehidupan sosial bermasyarakat. Perselisihan dalam kehidupan rumah tangga menimbulkan dampak atau akibat yang jelas.50

Adapun akibat putusnya perkawinan karena perceraian berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 pasal 41 adalah:

a) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana

49Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2017), h. 148. 50Samihah Mahmud Gharib, Nikah Tanpa Masalah (Mataram: Nakhlah Pustaka, 2007), h.

(43)

32

ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberi keputusannya.

b) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c) Pengadilan dapat mewajibakan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri.51

Adapun menurut KHI pasal 149, apabila perkawinan putus karena cerai talak, maka suami wajib melunasi mahar (yang terhutang) seluruhnya apabila istrinya sudah dicampuri, dan setengah bagi istri yang belum dicampuri. Kemudian bekas suami wajib memberikan mut’ah berupa uang atau benda kepada bekas istri kecuali belum dicampuri.

Selain itu, ada juga kewajiban memberi nafkah berupa maskan (tempat tinggal) dan kiswah (pakaian) selama bekas istri dalam masa iddah kecuali jatuh talak ba’in atau nusyuz sedang bekas istri dalam keadaan hamil. Serta adanya kewajiban memberikan biaya hadhanah bagi anak di bawah umur 21 tahun.52

51Mardani, Hukum Islam: Kumpulan Peraturan Tentang Hukum Islam Di Indonesia

(Jakarta: Kencana, 2013), h. 78.

52Sudarto, Ilmu Fikih Refleksi Tentang:Ibadah, Muamalah, Munakahat, dan Mawaris, h.

(44)

33

B. Penghulu

1. Pengertian Penghulu

Penghulu merupakan bentuk kepemimipinan masyarakat di Indonesia. Kata penghulu berasal dari kata hulu diberikan awal pe-. Kata hulu merujuk pada sumber atau awal sebagaimana kata hulu sungai. Sementara awalan pe- merupakan pembentuk kata benda. Jadi penghulu adalah orang yang dituakan untuk menjadi pemimpin.

Kata penghulu memiliki beragam makna dalam masyarakat di Indonesia. Bagi masyarakat Minang kata penghulu identik dengan kepala suku yang memiliki kewenangan untuk mengatur kemenakan dan harta pusaka. Tapi, di beberapa tempat kata penghulu bisa memiliki makna yang jauh berbeda. Dalam masyarakat melayu lainnya, kata penghulu biasanya merujuk pada tetua kampung. Makna yang jauh berbeda ditemui di Jawa, penghulu identik dengan orang atau pejabat yang berwenang melakukan akad nikah. Di daerah lain biasanya menggunakan qadi (hakim) untuk jabatan tersebut.53

Makna umum dari penghulu adalah petugas representasi dari pemerintah yang bertugas untuk menikahkan kedua mempelai untuk menggantikan wali dari pihak keluarga. Ia juga sekaligus mencatat pernikahan tersebut ke dalam catatan pemerintah. Pada asalnya, akad nikah dilaksanakan oleh mempelai pria oleh wali dari mempelai wanita seperti ayah, saudara laki-laki, atau wali yang sah lainnya. Kadang kala dikarenakan suatu hal seperti pihak wali berhalangan hadir, mempelai wanita sebatang kara, orang tua tidak menyetujui pernikahan dengan

(45)

34

alasan yang tidak dibenarkan agama, wali tidak siap atau malu. Maka pihak wali dapat memberikan wewenang kepada penghulu untuk mewakili wali dalam melaksanakan akad nikah.54

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/62/M.PAN/6/2005 dalam SKB Menteri Agama RI dan kepala BKN Nomor 20 dan 14 A Tahun 2005, penghulu adalah pegawai negeri sipil sebagai pegawai pencatat nikah yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.55

Penghulu adalah pejabat fungsional yang mempunyai kelompok bidang keagamaan, kedudukannya setara dengan pelaksana teknisi dalam melaksanakan kegiatan kepenghuluan yang berada di wilayah Kementerian Agama. Penghulu diberi wewenang untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan orang yang bertugas sebagai pencatat dokumen pernikahan sesuai perundang-undangan yang berlaku. Penghulu juga mempunyai kegiatan khususnya kegiatan pelayanaan kepada masyarakat dibidang perkawinan.56

Dalam Peraturan Menteri Agama No. 30 Tahun 2005 menjelaskan bahwa penghulu adalah pegawai negeri sipil sebagai pencatat nikah yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Menteri Agama atau

54“Penghulu Nikah”, Wikipedia the Free Encyclopedia.

Https://id.m.wikipedia-.org/wiki/.Penghulu_Nikah (1 April 2020).

55Pasal 1 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/62/M.PAN/6/2005 Tentang Jabatan Fungsional Penghulu Dan Angka Kreditnya.

56Pasal 2 dan 3 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

(46)

35

pejabat yang ditunjuk sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.57

2. Syarat-Syarat Penghulu

Adapun syarat-syarat jadi penghulu berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparutur Negara Nomor:PER/62/M.PAN/6/2005 Tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya pasal 22 menyatakan:

(1) Persyaratan untuk dapat diangkat pertama kali dalam jabatan penghulu adalah:

a. Berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan:

b. Paling rendah menduduki pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a:

c. Lulus pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang kepenghuluan: dan

d. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP-3) paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

(2) Pengangkatan dalam jabatan Penghulu sebagaimana dimaksud ayat (1), adalah pengangkatan yang dilakukan melalui proses pengangkatan CPNS untuk mengisi lowongan formasi jabatan penghulu.

(3) Penentuan jenjang jabatan Penghulu sebagiamana dimaksud ayat (1) dilakukan berdasarkan penetapan angka kredit oleh pejabat yang berwenang

(47)

36

menetapkan angka kredit oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1):

(4) Kualifikasi pendidikan dan pendidikan dan pelatihan fungsional untuk jabatan Penghulu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan c ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Agama selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Penghulu.58

C. Tugas dan Fungsi Penghulu

Tugas pokok penghulu berdasarkan pasal 24 Peraturan Menteri Pendayagunaan Apatur Negara Nomor PER/62/M/.PAN/6/2005 Tentang jabatan Fungsional Penghulu dan angka kreditnya Bab II Pasal 4, tugas pokok penghulu adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perencanaan kegiatan kepenghuluan. b. Pengawasan pencatatan nikah/rujuk .

c. Penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.

d. Pemantauan pelanggaran ketentuan nikah/rujuk.

e. Pelayanan fatwa hukum munakahat dan bimbingan muamalah f. Pembinaan keluarga sakinah.

g. Pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan dan pe-ngembangan kepenghuluan.59

58Pasal 22 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/62/M.PAN/6/2005 Tentang Jabatan Fungsional Penghulu Dan Angka Kreditnya.

59Iskandar Bunyamin, Panduan Praktis Penghulu (Banten: Kementrian Agama, 2012), h.

(48)

37

Sedangkan tugas pokok penghulu menurut PMA Nomor 11 Tahun 2007 meliputi:

1) Pasal 3 ayat (1): PPN sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dapat melaksanakan tugasnya dapat diawali oleh Penghulu atau Pembantu PPN;

2) Pasal 4: Pelaksananaan tugas Penghulu dan Pembantu PPN sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat (1) dilaksanakan atas mandat yang diberikan oleh PPN.60

Profesi penghulu ternyata turut memberikan andil dalam pembangunan keluarga sejahtera. Bahkan, dalam struktu terbarunya, penghulu juga ditekankan untuk menjalin hubungan lintas sektoral dengan aparat dan masyarakat dalam bidang-bidang yang menjadi tugas pokok dan fungsi kepenghuluan.61

60Peraturan Kementrian Agama No 11 Tahun 2007.

61Nurul Huda Haem, Awas Ilegal Wedding dari Penghulu Liar Hingga Perselingkuhan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif, yaitu mendeskripsikan kejadian berdasarkan yang terjadi di lapangan, sehingga dapat

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan data yang diperlukan dalam penelitian seperti soal- soal yang digunakan untuk pretest,

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

Teknik ini digunakan dalam menggali data pokok dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap permasalahan yang akan diteliti yaitu data yang berkenaan

Sumber Ngembag yang memiliki debit lebih besar dari Sumber Belik Kosel yaitu sebesar 4 liter/detik dilakukan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Preparasi Conto Mineragrafi yang disusun ini merupakan sebagian dari kegiatan penanganan conto uji secara teknis di LPSDG. LPSDG dalam

Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain pertama Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional yang terdiri dari perilaku kepemimpinan