• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pembangunan wilayah, secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan pembangunan antar wilayah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mengalami pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya sumberdaya yang dimiliki, adanya kecenderungan penanam modal (investor) memilih daerah yang telah memiliki fasilitas seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi, juga tenaga kerja terampil, disamping itu ada ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat ke daerah. Di sisi lain pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi selama ini juga menimbulkan semakin melebarnya kesenjangan sosial-ekonomi antar wilayah. Kesenjangan ini pada akhirnya menimbulkan masalah dalam konteks makro. Potensi konflik antar daerah/wilayah menjadi besar, wilayah-wilayah yang dulu kurang tersentuh pembangunan mulai menuntut hak-haknya. Demikian pula hubungan antar wilayah telah membentuk suatu interaksi yang saling memperlemah. Wilayah-wilayah hinterland menjadi lemah karena eksploitasi sumberdaya yang berlebihan. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi faktor biofisik/karakteristik wilayah (sumberdaya alam), sumberdaya buatan (ketersediaan sarana dan prasarana sosial-ekonomi), sumberdaya manusia, sumberdaya sosial, karakteristik struktur ekonomi wilayah, dan kebijakan pemerintah daerah (Anwar 2005; Sjafrizal 2008; Rustiadi et al. 2007). Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab disparitas tersebut diharapkan dapat dikembangkan kebijakan dan strategi dalam mengurangi tingkat disparitas yang terjadi.

Perumusan Masalah

Sejak diterbitnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1999 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Bengkayang, kedudukan Pemerintah Daerah

(2)

Kabupaten Sambas pindah dari Kota Singkawang ke Kota Sambas dengan 9 wilayah kecamatan. Namun sampai tahun 2006, wilayah Kabupaten Sambas sudah dimekarkan sebanyak lima kali sehingga menjadi 17 kecamatan dengan 8 kecamatan baru, yaitu Kecamatan Galing dan Subah di tahun 2001, Kecamatan Tekarang di tahun 2002, Kecamatan Semparuk Tahun 2003, Kecamatan Sajad, Sebawi dan Jawai Selatan di tahun 2004, serta Kecamatan Tangaran di tahun 2005. Hal tersebut diduga merupakan salah satu akibat dari kurangnya tingkat pelayanan atau pembangunan sarana dan prasarana dasar, sehingga wilayah kecamatan tersebut mulai menuntut hak-haknya dalam memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, sarana dan prasarana dasar lainnya, sehingga memekarkan diri menjadi suatu wilayah kecamatan baru.

Selain itu, Kabupaten Sambas yang terbagi atas 17 kecamatan dan 183 desa, dua kecamatan diantaranya berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sarawak), yaitu Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar. Sebagaimana halnya karakteristik perkembangan kawasan perbatasan antar negara pada umumnya di Indonesia, kawasan perbatasan antar negara Kalimantan termasuk di Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, merupakan kawasan yang tertinggal dan terisolir dengan sarana prasarana sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Sebagian besar aksesibilitas antar pusat-pusat pertumbuhan dirasakan sangat kurang akibat terbatasnya jaringan jalan, jaringan lintas batas, jaringan trans yang kurang memadai, belum adanya jaringan dari sentra produksi, terbatasnya sarana dan prasarana kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, telekomunikasi, dan lain-lain, khususnya di pusat-pusat pertumbuhan kawasan (DPU 2007). Disisi lain, kawasan perbatasan antar negara merupakan “beranda depan negara dan sekaligus pintu gerbang ke dan dari negara tetangga”.

Gambaran makro perekonomian di Kabupaten Sambas seperti terlihat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara PDRB (atas dasar harga berlaku) Kecamatan Pemangkat, Sambas dan Tebas dengan kecamatan-kecamatan lainnya. PDRB ketiga kecamatan ini memberikan kontribusi lebih dari 45% terhadap PDRB Kabupaten Sambas secara keseluruhan, sedangkan PDRB Kecamatan Sajingan Besar dan Sajad memberikan kontribusi yang sangat kecil di bawah satu persen. Padahal Kecamatan Sajingan Besar

(3)

memiliki wilayah yang paling luas (21,75%) di Kabupaten Sambas. Hal serupa juga terlihat pada kecamatan lain yang memiliki wilayah yang relatif luas dari wilayah kecamatan lainnya seperti Kecamatan Paloh dan Kecamatan Subah yang memiliki luasan berturut-turut sebesar 17,96% dan 10,08% hanya memberikan kontribusi kurang dari lima persen.

Tabel 1 PDRB, luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan serta kontribusinya terhadap Kabupaten Sambas Tahun 2006

Kecamatan

Luas wilayah Jumlah Penduduk PDRB atas dasar harga berlaku Km2 Persen (%) Jiwa Persen (%) Nilai (Jutaan Rp) Persen (%) Selakau 292.50 4.57 37,131.00 7.68 280,059.27 7.64 Pemangkat 193.75 3.03 61,418.00 12.70 753,068.32 20.54 Semparuk 90.15 1.41 22,151.00 4.58 106,458.95 2.90 Tebas 395.64 6.19 62,155.00 12.85 474,791.45 12.95 Tekarang 83.16 1.30 11,585.00 2.40 43,070.11 1.17 Sambas 246.66 3.86 42,246.00 8.73 500,457.34 13.65 Subah 644.55 10.08 16,694.00 3.45 111,464.79 3.04 Sebawi 161.45 2.52 14,923.00 3.09 54,175.18 1.48 Sajad 94.94 1.48 9,750.00 2.02 29,761.62 0.81 Jawai 193.99 3.03 37,950.00 7.85 325,923.28 8.89 Jawai Selatan 93.51 1.46 19,541.00 4.04 67,028.59 1.83 Teluk Keramat 554.43 8.67 63,008.00 13.03 354,564.03 9.67 Tangaran 186.67 2.92 19,834.00 4.10 88,556.16 2.42 Galing 333.00 5.21 15,955.00 3.30 112,865.95 3.08 Sejangkung 291.26 4.55 18,848.00 3.90 165,130.18 4.50 Sajingan Besar 1,391.20 21.75 7,539.00 1.56 22,640.59 0.62 Paloh 1,148.84 17.96 22,918.00 4.74 176,149.16 4.80 Kabupaten Sambas 6,395.70 100.00 483,646.00 100.00 3,666,164.97 100.00

Sumber: PDRB Kecamatan Kabupaten Sambas 2000-2006 (BPS Kab.Sambas 2007, diolah)

Hal ini memperlihatkan perkembangan ekonomi pada ketiga kecamatan tersebut (Pemangkat, Sambas dan Tebas) lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Secara spasial, Kecamatan-kecamatan yang memiliki PDRB Kecamatan cukup tinggi ternyata memiliki aksesibilitas cukup tinggi karena berada pada jalur transportasi utama yaitu jalur utama yang menghubungkan ibu kota kecamatan di Kabupaten Sambas dengan kota-kota lain di luar Kabupaten Sambas, seperti Kota Singkawang dan berlanjut ke Pontianak

(4)

-100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 P D R B (J u ta R p ) Kecamatan PDRB

(ibu kota Provinsi Kalimantan Barat). Secara tabulasi, PDRB Kecamatan di Kabupaten Sambas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Penyebaran PDRB per Kecamatan di Kabupaten Sambas

Gambaran tersebut di atas mengindikasikan bahwa pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Sambas selama ini masih belum merata, sehingga diduga telah terjadi disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Sambas. Oleh karenanya diperlukan kajian dan identifikasi mengenai tingkat disparitas pembangunan antar wilayah dan faktor-faktor penyebabnya, terutama dari aspek ekonomi, kondisi biofisik wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana (sumberdaya buatan), serta kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Sambas. Hal ini penting pada perumusan kebijakan daerah dalam upaya mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah dan menciptakan pemerataan pembangunan di Kabupaten Sambas.

Adanya perbedaan perkembangan wilayah yang mencerminkan adanya disparitas pembangunan di Kabupaten Sambas, akan membentuk suatu struktur wilayah yang berhirarki, dimana wilayah yang telah maju cenderung akan cepat berkembang menjadi pusat aktifitas baik perekonomian maupun pemerintahan. Wilayah yang sumber daya alamnya kurang mendukung akan relatif kurang berkembang akan cenderung menjadi wilayah hinterland, sehingga penentuan hirarki dan tingkat perkembangan wilayah juga menjadi sangat penting dalam perumusan kebijakan guna mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah tersebut. Selain itu terbatasnya dana pemerintah daerah dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor perekonomian guna memacu pertumbuhan dan

(5)

perkembangan ekonomi wilayah memerlukan adanya penentuan sektor yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Oleh karenanya perlu dilakukan identifikasi sektor yang menjadi prioritas pengembangan atau sektor unggulan yang diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian tiap wilayah.

Dari beberapa uraian di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat perkembangan/hirarki wilayah kecamatan di Kabupaten Sambas?

2. Apa yang menjadi sektor unggulan dari tiap wilayah kecamatan di Kabupaten Sambas?

3. Bagaimana tipologi dan karakteristik wilayah di Kabupaten Sambas?

4. Berapa besar tingkat disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Sambas?

5. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah tersebut?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan tingkat perkembangan/hirarki wilayah di Kabupaten Sambas. 2. Mengidentifikasi sektor unggulan pada tiap wilayah kecamatan di Kabupaten

Sambas.

3. Menentukan tipologi dan karakteristik wilayah di Kabupaten Sambas.

4. Mengetahui tingkat disparitas pembangunan antar wilayah (kecamatan dan wilayah pengembangan) di Kabupaten Sambas.

5. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Sambas.

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dalam perumusan atau penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan wilayah terutama dalam mengurangi tingkat disparitas pembangunan antar wilayah kecamatan dan wilayah pengembangan di Kabupaten Sambas.

(6)

Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih fokus pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka ditetapkan ruang lingkup atau batasan penelitian sebagai berikut: 1. Dikarenakan faktor utama penyebab disparitas sangat banyak maka dalam

penelitian ini hanya difokuskan pada beberapa faktor karakteristik wilayah (kondisi biofisik, ketersediaan sarana dan prasarana wilayah), ekonomi serta kebijakan pemerintah daerah.

2. Lingkup wilayah kajian dalam penelitian adalah wilayah administrasi Kabupaten Sambas (meliputi 17 wilayah kecamatan) yang terbagi dalam 4 wilayah pengembangan.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga telah terjadi disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten

Sambas yang cukup tinggi baik antar wilayah pengembangan (WP) maupun dalam wilayah pengembangan (antar wilayah kecamatan) terutama dalam hal pembangunan ekonomi (PDRB) dan ketersediaan sarana dan prasarana wilayah.

2. Sumber utama disparitas di Kabupaten Sambas diduga berasal dari disparitas dalam wilayah pengembangan (antar wilayah kecamatan).

3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas adalah adanya perbedaan yang nyata dalam aspek ketersediaan sarana dan prasarana, aksesibilitas, ekonomi dan kondisi biofisik suatu wilayah dengan wilayah lain.

Gambar

Tabel 1  PDRB,  luas  wilayah  dan  jumlah  penduduk  per  kecamatan  serta  kontribusinya terhadap Kabupaten Sambas Tahun 2006
Gambar 1 Penyebaran PDRB per Kecamatan di Kabupaten Sambas

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lampung Utara tahun 2011- 2016 dalam perspektif ekonomi islam .... 93

Bila inti atom memancarkan sinar beta atau partikel elektron, maka akan berubah menjadi isotop baru yang nomor atomnya bertambah satu dan nomor massa tetap.. Partikel

Selain itu social networking (jejaring sosial) memiliki pengaruh sebesar 34,4% untuk membentuk brand loyalty (loyalitas merek) dan brand trust (kepercayaan merek)

PEMBUATAN FILM PENDEK TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN TEKNIK CONTINUITY EDITING SEBAGAI UPAYA.. PENYADARAN

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat kinerja karyawan di PT.Inti (Persero) Bandung pada divisi Operasional Celco Produksi dan

Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang kurang melakukan aktifitas kurang menunjang selama proses pembelajaran telah menurun yakni sebanyak 2 siswa kurang aktif

respondents who were able to make monthly payment in. terms of the amount of their monthly income and

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala