• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. intensitas menonton sinetron sebagai variabel (X) dan perilaku penyimpangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. intensitas menonton sinetron sebagai variabel (X) dan perilaku penyimpangan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

41

Perilaku Penyimpangan Sosial Intensitas Menonton Sinetron

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu intensitas menonton sinetron sebagai variabel (X) dan perilaku penyimpangan Sosial sebagai variabel (Y).

3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel-variabel yang akan digunakan adalah: a. Variabel bebas : Intensitas menonton sinetron “Anak Langit”

b. Variabel terikat : Perilaku penyimpangan sosial

2. Definisi Operasional

a. Intensitas Menonton Sinetron “Anak Langit”

Intensitas menonton sinetron “Anak Langit” merupakan besarnya usaha individu untuk menonton sinetron “Anak Langit”, yang ditandai dengan adanya perhatian, penghayatan, durasi dan frekuensi. Untuk operasional dari aspek-aspek intensitas menonton sebagai berikut, yakni:

(2)

 Perhatian

Perhatian merupakan ketertarikan terhadap objek tertentu yang menjadi target perilaku. Hal ini diilustrasikan dengan adanya stimulus yang datang, kemudian stimulus itu direspon, dan responnya berupa tersitanya perhatian individu terhadap objek yang dimaksud. Perhatian dalam menonton sinetron “Anak Langit” berarti berupa tersitanya perhatian maupun waktu dan tenaga individu untuk menonton tayangan-tayangan tersebut yang disajikan di televisi.

 Penghayatan

Penghayatan dapat berupa pemahaman dan penyerapan terhadap informasi yang diharapkan, kemudian informasi tersebut dipahami, dinikmati dan disimpan sebagai pengetahuan yang baru bagi individu yang bersangkutan. Penghayatan dalam menonton sinetron “Anak Langit” berarti meliputi pemahaman dan penyerapan terhadap tayangan-tayangan tersebut, kemudian dijadikan informasi baru yang disimpan sebagai pengetahuan oleh individu yang bersangkutan.

 Durasi

Durasi merupakan lamanya selang waktu yang dibutuhkan individu untuk melakukan perilaku yang menjadi target. Durasi menonton sinetron “Anak Langit” berarti membutuhkan waktu, lamanya selang waktu yang dibutuhkann untuk menonton

(3)

sebuah sinetron “Anak Langit”.  Frekuensi

Frekuensi merupakan banyaknya pengulangan perilaku yang menjadi target. Menonton tayangan sinetron “Anak Langit” dapat berlangsung dalam frekuensi yang berbeda-beda, dapat seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali, tergantung dari individu yang bersangkutan.

Sinetron adalah genre acara televisi yang menyajikan hampir setiap drama tersebut bertemakan cinta digabung keglamoran remaja kota. Pada penelitian ini, sinetron “Anak Langit” sendiri tayang di SCTV setiap hari pukul 16.40 WIB. Sinetron “Anak Langit” sering ditegur oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI dikarenakan menampilkan adegan perkelahian antar beberapa kelompok pria. Tentu saja itu bisa menjadi unsur dari perilaku penyimpangan sosial, seperti perkelahian dan balapan liar.

Tabel 3.1

Oprasionalisasi Variabel

NO VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

1 Intensitas ( X) Berdasarkan Tolak

Ukur Intensitas Menonton menurut Azjen (dalam Setiawan

2005) a. Perhatian a. Pengetahuan adanya sinetron tersebut b. Ketertarikan terhadap objek

(4)

b. Penghayatan a. Pemahaman b. Penyerapan

c. Durasi a. Lamanya selang waktu yang dibutuhkan d. Frekuensi a. Banyaknya pengulangan menonton tayangan 2 Penyimpangan Sosial ( Y ) a. Penyimpangan Individu a. Pembandel b. Pembangkang c. Pelanggar b. Penyimpangan Kelompok a. Perkelahian antar geng b. Lebih patuh pada norma yang berlaku pada kelompok c. Penyimpangan Campuran a. Balapan liar b.Tidak memperdulikan norma yang berlaku di masyarakat

(5)

Tabel 3.2 Blueprint

Intensitas Menonton Sinetron

NO Indikator No Item 1 Durasi 5,6,12 2 Frekuensi 2 3 Penghayatan 3,4 4 Perhatian 1 Total 7

b. Perilaku Penyimpangan Sosial

Secara umum perilaku menyimpang merupakan semuan tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut. Penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak berarti merupakan penyimpangan dalam masyarakat lain karena adanya perbedaan standar atau ukuran tentang nilai dan norma.

Salah satu dari faktor terjadinya penyimpangan sosial adalah media massa. Media massa mempunyai peranan besar atas terjadinya penyimpangan sosial. banyaknya tayangan-tayangan sinetron yang mengandung adegan perkelahian dan kekerasan lainnya sangat menjadi pengaruh. Pola seperti ini akan

(6)

memengaruhi emosi dan kejiwaan seseorang, yang berakibat kepada perkelahian, balapan liar, terciptanya sebuah kelompok yang negatif dan sebagainya. Saat ini sinetron di Indonesia sudah terkontaminasi dengan acara-acara yang berdampak pada tindakan negatif.

Tabel 3.3 Blueprint

Perilaku Penyimpangan Sosial

NO Indikator No Item

1 Penyimpangan Inividu 7,8,9

2 Penyimpangan Kelompok 10

3 Penyimpangan Campuran 11

Total 5

3.2 Populasi dan Sample

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2009) dalam bukunya untuk penelitian mengemukakan bahwa, populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari: objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMP Smart Cibinong Kabupaten Bogor yang berjumlah 546 orang.

(7)

Jumlah populasi secara keseluruhan 546 yang terdiri dari kelas 1 = 252 orang dengan jumlah siswa = 132 dan siswi = 120. Kelas 2 sebanyak 140 orang dengan jumlah siswa = 72 dan siswi = 68. Kelas 3 sebanyak 154 orang dengan jumlah siswa = 79 dan siswi 75. Sampel dalam penelitian ini yakni siswi kelas 1, 2dan 3 yang berjumlah 546 orang.

Tabel 3.4

Populasi Penelitian

No Kelas Populasi (Jumlah Siswa)

1 Kelas 1 252

2 Kelas 2 140

3 Kelas 3 154

Jumlah 546

Sumber : (Arsip SMP Smart Cibinong, 2019) 3.2.2 Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka kita dapat dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populfasi harus benar-benar representatif (mewakili). Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, diambil berdasarkan pendapat Arikunto (2002), yaitu apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil

(8)

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20- 25% atau lebih. Berdasarkan pendapat diatas maka pada penelitian ini, besaran sampel akan diambil sebesar 25% dari 546 orang, yaitu 136 orang. Jadi besaran sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 136 orang.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified Sampling. Teknik tersebut memiliki sifat populasi yang terdiri dari unit- unit yang sifatnya berstrata (berlapis). unit populasi adalah golongan-golongan, kelompok-kelompok dan sebagainya yang memiliki sifat bertingkat atau berlapis yang jelas (Bungin, 2009). Subjek yang terdiri dari siswa dan siswi terbagi berdasarkan kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. Dikarenakan populasi tiap kelas seimbang, maka penarikan sampel dengan teknik Stratified Sampling, jenis proporsional. Untuk menyebarkan instrumen alat ukur tidak dilakukan secara random tetapi menggunakan teknik accidental sampling. pengambilan sampel berdasarkan jumlah populasi per kelas, yaitu:

Tabel 3.5

Sampel Penelitian

Kelas Populasi Sampel

VII 252 252/546 x 136 = 62.76 = 63 Orang VIII 140 140/546 x 136 = 34.87 = 35 Orang IX 154 154/546 x 136 = 38.35 = 38 Orang Total 546 136 Orang

(9)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Studi Pustaka

1. Studi Literatur

Studi Pustaka merupakan untuk memperoleh informasi dengan cara menelaah bahan bacaan atau referensi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan dari literature, referensi, majalah, makalah, dan yang lainnya. Sehingga peneliti memperoleh data-data yang tertulis melalui telaah bacaan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. 2. Internet Searching

Internet Searching atau pencarian secara online adalah pencarian dengan menggunakan computer yang dilakukan melalui internet dengan alat atau software pencarian tertentu pada server-server yang tersambung dengan internet yang tersebar di berbagai penjuru dunia. (Sarwono, 2005 : 229).

Penggunaan internet sebagai salah satu sumber dalam teknik pengumpulan data dikarenakan dalam internet terdapat banyak informasi ini tentunya sangat berguna bagi penelitian, serta dilengkapi dengan beragam literature yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari berbagai belahan dunia. Aksesibilitas yang fleksibel dan aplikasi yang mudah juga menjadi

(10)

point penting untuk menjadikan pencarian data dalam internet sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. 3.3.2 Studi Lapangan

1. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang terdiri atas beberapa item dengan tiga alternatif jawaban, yaitu SR (sering), JR (jarang), TP (tidak pernah) pada aspek tentang intensitas sinetron dan perilaku penyimpangan sosial.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subjek). Biasanya data yang dikumpulkan bersifat kompleks, sensitif, dan kontroversial sehingga menyebabkan kurang memahami daftar pertanyaan yang diajukan tersebut. (Ruslan, 2010 : 23)

(11)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.

Jadi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menulis atau melapor dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

3.4 Operasionalisasi Variabel

3.4.1 Intensitas Sinetron

Intensitas sinetron dalam hal ini yakni usaha yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu oleh individu untuk mencapai suatu tujuan dalam menonton sinetron. Definisi operasional sinetron dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh intensitas sinetron dalam hal ini seberapa sering siswi dan siswa menonton sinetron terhadap sikap di kalangan siswa dan siswi SMP Smart Cibinong Bogor.

3.4.2 Perilaku Penyimpangan Sosial

Secara umum perilaku menyimpang merupakan semuan tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk

(12)

memperbaiki perilaku menyimpang tersebut. Penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak berarti merupakan penyimpangan dalam masyarakat lain karena adanya perbedaan standar atau ukuran tentang nilai dan norma.

Salah satu dari faktor terjadinya penyimpangan sosial adalah media massa. Media massa mempunyai peranan besar atas terjadinya penyimpangan sosial. banyaknya tayangan-tayangan sinetron yang mengandung adegan perkelahian dan kekerasan lainnya sangat menjadi pengaruh. Pola seperti ini akan mempengaruhi emosi dan kejiwaan seseorang, yang berakibat kepada perkelahian, balapan liar, terciptanya sebuah kelompok yang negatif dan sebagainya. Saat ini sinetron di Indonesia sudah terkontaminasi dengan acara-acara yang berdampak pada tindakan negatif. Penyimpangan Sosial menurut Robert M.Z Lawang adalah segala tindakan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma yang sudah berlaku di dalam sistem masyarakat tertentu. 3.4.3 Alat Ukur

Pengumpulan data dalam penelitan ini disesuaikan dengan definisi operasional yang menjadi fokus penelitian, agar data yang terkumpul sesuai dengan variabel penelitian. Variabel yang menjadi fokus penelitian adalah perilaku prososial, yang diukur dengan skala. Sedangkan untuk variabel intensitas menonton sinetron “Anak Langit” digunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Alat ukur pada skala perilaku penyimpangan sosial adalah alat ukur non- kognitif. Untuk atribut non-kognitif, instrument yang paling popular dan relatif paling banyak digunakan adalah skala model likert (Suryabrata, 2008).

(13)

Bentuk skala yang digunakan adalah skala summated ratings yang dikembangkan oleh Rensis Likert (dikenal dengan nama skala likert) (Azwar, 2007). Pernyataan pada skala tersebut hanya berbentuk favorable, yaitu pernyataan yang mendukung atau memihak pada objek sikap.

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpul data pada variabel intensitas menonton sinetron “Anak Langit” adalah dengan menggunakan skala Intensitas Menonton Sinetron “Anak Langit”. Data yang diperoleh adalah data yang dikategorikan sebagai data faktual (Azwar, 2005). Data yang telah terkumpul akan dilakukan penghitungan dan skoring.

a. Skala Perilaku Penyimpangan Sosial

Untuk mengungkap perilaku penyimpangan sosial, peneliti menggunakan skala perilaku penyimpangan sosial berdasarkan indikator-indikator yang mencakup pada tindakan-tindakan: individual deviation (penyimpangan individual), grup deviation (penyimpangan kelompok), mixture of both deviation (penyimpangan campuran).

Model skala yang digunakan adalah model skala likert dengan menyajikan 3 (tiga) alternatif jawaban. Pada penelitian ini menggunakan satu pernyataan, yaitu berbentuk favorable. Penilaian aitem berkisar antara 0 (nol) sampai 2 (dua) dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Nilai 2 (dua) jika jawaban SR (Sering) b) Nilai 1 (satu) jika jawaban JR (Jarang) c) Nilai 0 (nol) jika jawaban TP (Tidak Pernah)

(14)

b. Kuesioner Intensitas Menonton Sinetron “Anak Langit”

Instrumen pengumpulan data untuk variabel intensitas menonton sinetron adalah kuesioner, yang berisi tentang data-data. Pernyataan pada aitem-aitem intensitas menonton sinetron “Anak Langit” disusun berdasarkan aspek-aspek intensitas.

Adapun aspek-aspeknya adalah perhatian, penghayatan, durasi, dan frekuensi.

Penilaian aitem berkisar antara 0 (nol) sampai 2 (dua dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Nilai 2 (dua) jika jawaban SR (Sering) b) Nilai 1 (satu) jika jawaban JR (Jarang) c) Nilai 0 (nol) jika jawaban TP (Tidak Pernah) 3.5 Metodologi Penelitian

3.5.1 Rancangan dan Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui pendekatan ini nantinya, peneliti dapat mendeskripsikan bagaimana pengaruh intensitas menonton sinetron terhadap perilaku penyimpangan sosial di kalangan siswa dan siswi SMP Smart Cibinong Bogor. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

(15)

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif. Ada kalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study).

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data penelitian ini, digunakan teknik Rank Spearman Correlation, yaitu teknik statistik parametrik untuk mencari korelasi dua variabel. Teknik analisis statistik parametrik yang digunakan untuk uji Analisis data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solutions (SPSS) For Windows versi 25

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Azwar (2009), validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauhmana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Senada dengan Suryabrata (2008) validitas

(16)

instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam atau mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur.

Validitas adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap skala (Azwar, 2008). Dalam penelitian ini, alat ukur penelitian akan dipertimbangkan kriteria validitas isi. peneliti mempertimbangkan konsep validitas isi (content validity), karena suatu alat ukur dikatakan shahih apabila alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.

Pengujian validitas ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui validitas atau ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur akan dinyatakan valid atau sah jika memiliki koefisien validitas yang lebih besar dari titik kritis sebesar 0,3 adapun hasil uji validitas dihitung menggunakan software SPSS versi 25. koefisien validitas yang diperoleh untuk seluruh pertanyaan lebih besar dari 0,3 yang artinya seluruh instrumen pernyataan yang digunakan dinyatakan valid.

(17)

Tabel 3.6 Blueprint

Aitem Intensitas Menonton Sinetron dan Perilaku Penyimpangan Sosial

yang valid Variabel No Item Koefisien Validitas Titik Kritis Kesimpulan Intensitas Menonton (X) 1 0,787 0,300 Valid 3 0,705 0,300 Valid 4 0,722 0,300 Valid 5 0,722 0,300 Valid 6 0,685 0,300 Valid 12 0,660 0,300 Valid 2 0,781 0,300 Valid Perilaku Penyimpangan Sosial (Y) 7 0,427 0,300 Valid 8 0,825 0,300 Valid 9 0,804 0,300 Valid 10 0,720 0,300 Valid 11 0,872 0,300 Valid 3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009).

(18)

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah SMP Smart Cibinong Kab. Bogor

Alamat : Jl.Raya Narogong KM.7 Desa Kembang Kuning Kec. Klapanunggal, Kabupaten Bogor 16710, Indonesia

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti selama kurang lebih 6 (enam) bulan terhitung mulai Februari 2019 hingga bulan Juli 2019.

(19)

Tabel 3.7

Tabel Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persetujuan Judul 2 Penentuan Pembimbing 3 Bimbingan Judul 4 Persetujuan Pembimbing 5 Penulisan Bab 1 6 Bimbingan Bab 1 7 Penulisan Bab 2 8 Pengumpulan Data lapangan 9 Penulisan Bab 3 10 Bimbingan Bab 2 dan Bab 3 11 Seminar UP 12 Revisi UP 13 Bimbingan UP 14 Wawancara Penelitian Lapangan 15 Penulisan Bab 4 dan 5 16 Bimbingan Bab 4 dan 5 17 Penyusunan Keseluruhan Bab 18 Bimbingan Keseluruhan Bab 19 Sidang Skripsi Sumber : Peneliti, 2019

Gambar

Tabel 3.2  Blueprint
Tabel 3.3  Blueprint
Tabel 3.5  Sampel Penelitian
Tabel 3.6  Blueprint

Referensi

Dokumen terkait

Rasio Pengembalian Investasi digunakan untuk mengukur seberapa besar hasil yang dicapai dari investasi yang dilakukan. Rasio ini memiliki batas normal minimal 15%. Hasil

menunjukkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan pedagang dalam usaha penjualan ayam ras pedaging di Pasar Masomba pada Bulan Mei adalah sebesar Rp.. Total

Instrumen untuk mengukur persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru PKn di SMK Muhammadiyah 1 Banjarmasin, yaitu menguasai karakteristik peserta didik, menguasai

Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami ISPA dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Anak RSU Bangil

2 Orang-orang yang penting bagi saya berpikir bahwa saya seharusnya menggunakan E- Learning.. 3 Dosen saya sangat membantu dalam pengunaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara guru bimbingan dan konseling memberikan arahan/bimbingan dalam mengatasi degradasi moral siswa sudah berjalan dengan baik dilihat

Ada perbedaan yang signifikan pada kecukupan asupan serat antara kelompok kontrol dan perlakuan, sehingga perlu dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan

faktor yang paling penting yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Menemukan cara yang efektif untuk mengatasi hambatan