• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Pebuhan Indonesia II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Pebuhan Indonesia II"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Pebuhan Indonesia II

Sejak tahun 1960 pengelolaan pelabuhan di Indonesia dilaksanakan oleh pemerintah melalui Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII. Kemudian dalam perkembangannya, pada tahun 1964 aspek operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh lembaga pemerintah yang disebut Port Authority, sedangkan aspek komersial tetap di bawah pengelolaan PN Pelabuhan I sampai dengan VIII.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969, pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Pada tahun 1983, BPP diubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) pelabuhan yang hanya mengelola pelabuhan umum yang diusahakan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan dilakukan oleh Unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. PERUM pelabuhan dibagi menjadi 4 wilayah operasi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983. Status PERUM ini kemudian dirubah lagi menjadi PT. Pelabuhan Indonesia I sampai IV pada tahun 1992 sampai saat ini.

PT. Pelabuhan Indonesia II sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola jasa kepelabuhanan di Indonesia, didirikan pada tanggal 1 Desember 1992 sesuai Akta Pendirian Perusahaan Nomor 3 oleh Notaris Imas Fatimah, serta akta perubahan tanggal 5 Mei 1998 oleh Notaris Imas Fatimah

(2)

Sarjana Hukum. Kantor Pusat PT. Pelabuhan Indonesia II berkedudukan di Jakarta, memiliki wilayah operasi di 10 propinsi dan mengelola 12 pelabuhan yang diusahakan, yaitu : Pelabuhan Teluk Bayur di Propinsi Sumatera Barat, Pelabuhan Jambi di Propinsi Jambi, Pelabuhan Palembang di Propinsi Sumatera Selatan, Pelabuhan Bengkulu di Propinsi Bengkulu, Pelabuhan Panjang di propinsi Lampung, Pelabuhan Tanjung Pandan dan Pelabuhan Pangkal Balam di Propinsi Bangka Belitung, Pelabuhan Banten di Propinsi Banten, Pelabuhan Tanjung Priok dan Sunda Kelapa di Propinsi DKI Jakarta, Pelabuhan Cirebon di Propinsi Jawa Barat dan Pelabuhan Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat.

Selain itu perseroan memiliki tiga anak perusahaan dan dua perusahaan afiliasi. Ketiga anak perusahaan tersebut adalah PT. Rumah Sakit Pelabuhan dengan kepemilikan saham perseroan 99% dan Koperasi Pegawai Maritim (KOPEGMAR) sebesar 1% PT. Multi Terminal Indonesia (MTI) dengan komposisi saham PT. Pelindo II 99% dan Koperasi Pegawai Maritim (KOPEGMAR) sebesar 1%, sedangkan anak perusahaan lainnya adalah PT. Electronic Data Interchange (EDI) Indonesia dengan kepemilikan saham PT. Pelindo II 51% dan PT. Sisindokom Lintas Buana sebesar 49%.

Perusahaan afiliasi PT. Pelindo II masing-masing adalah PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) dengan kepemilikan saham 48,9% Pelindo II dan 51% Grosbeak Pte.Ltd dan Koperasi Pegawai Maritim (KOPEGMAR) sebesar 1%, Sementara di Terminal Petikemas Koja (TPK Koja) yang merupakan kerjasama operasi antara PT. Pelindo II (52,12%) dengan PT. Ocean Terminal Petikemas (47,88%) yang telah beroperasi sejak tahun 1998.

(3)

4.1.1 Logo dan Slogan PT Pelabuhan Indonesia II

Gambar: 4.3

Logo Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia II38

Berikut ini adalah keterangan mengenai makna dari Logo PT Pelindo II:

1. Ikan lumba-lumba ini mengartikan bahwa perusahaan siap bekerja dalam waktu 24/7 atau 24 jam nonstop dalam melayani kegiatan kepelabuhanan. Dipilihnya ikan lumba-lumba ini, karena ikan jenis ini meiliki respon cepat dan hanya tidur lima menit dalam sehari.

2. Warna jingga dan biru yang mewarnai logo baru mengekpresikan sinar cahaya matahari terbit dan ketangkasan dalam berekpresi.

3. Untuk warna jingga mengandung makna adanya sebuah perubahan, kekuatan

(4)

baru, rasa optimis, serta mengsimbolkan semangat dan kebanggaan karyawan untuk secara bersama mengujudkan tujuan organisasi.

4. Sedangkan untuk warna biru, menggambarkan kesiapan perusahaan memasuki era baru yang dinamis dan fleksibel pada setiap komponen perusahaan dalam menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan perusahaan sebagai operator pelabuhan kelas dunia atau world class port operator.

5. Paduan grafis yang menghiasi logo ikan lumba-lumba yang sedang melompat, menginspirasikan seperti anak panah yang melesat diatas permukaan laut yang luas.

6. Tulisan IPC (Internadtional Post corporation) engan tagline ‘Energizing

Trade, Enegrizing Indonesia,’ yang disandingkan dengan logo baru tersebut,

menginspirasikan arah dan tujuan dari transformasi.

7. Pemilihan nama IPC (Internadtional Post corporation) adalah sebagai bentuk dari semangat berorientasi kepada market. Karena link bisnis PT Pelindo II selama ini langsung berhubungan dengan dunia internasional, sehingga IPC

(Internadtional Post corporation) akan lebih memiliki cita rasa Internasional.

Adapun slogan dari PT Pelindo II adalah “Productivity for everyone”, berdasarkan slogan tersebut diyakini dapat membawa perusahaan BUMN ini menjadi lebih dinamis dan kompetitif serta mampu menjadi salah satu pemain dunia dalam bisnis pelabuhan.

(5)

4.1.2 Visi dan Misi PT. Pelindo II

Pelayanan dan kepuasan pelanggan sebagai kata kunci seluruh aktivitas perusahaan harus menjadi budaya dan etika setiap elemen perusahaan dalam pelaksanaan tugasnya, sebagaimana yang tercermin dalam visi dan misi perusahaan.

Visi Perusahaan adalah memberikan jasa kepelabuhan secara handal dengan mutu pelayanan yang baik.

Misi Perusahaan adalah mewujudkan visi perusahaan melalui peningkatan realisasi komitmen perusahaan kepada mitra, pelangan, kepentingan nasional, pemilik, masyarakat pelabuhan dan anggota perusahaan. Komitmen perusahaan adalah :

1. Kepada mitra dan pelanggan jasa pelabuhan

Menyediakan dan mengoperasikan jasa pelayanan kepelabuhan yang handal dengan mutu yang baik.

2. Kepada kepentingan nasional

Meningkatkan kesehatan perusahaan secara professional dan dapat mendorong pengembangan ekonomi nasional.

3. Kepada anggota perusahaan

Mewujudkan sumber daya insani yang beriman, bermutu, optimis, bersikap melayani dan ramah, bangga kepada perusahaan dan budayanya, serta mampu memberikan kesejahteraan dan kepuasan kerja kepada karyawan.

(6)

4.1.3 Kegiatan Usaha PT. Pelindo II

Setiap pelabuhan memiliki portofolio bisnis dasar yaitu memberikan pelayanan terhadap kapal untuk berlabuh dan bertambat guna melakukan bongkar muat barang dan naik turun penumpang, serta memberikan pelayanan terhadap barang yang akan dimuat dan barang yang telah dibongkar dari kapal. Berkembangnya teknologi, volume perdagangan dan ukuran kapal menyebabkan bertambahnya kegiatan dan bidang usaha pelabuhan.

Bidang usaha Pelindo II meliputi penyediaan dan pengusahaan berbagai aktivitas sebagai berikut:

1. Perairan dan kolam pelabuhan untuk lalu lintas pelayaran dan tempat kapal berlabuh.

2. Pemanduan dan penundaan kapal keluar masuk pelabuhan, olah gerak kapal dalam kolam pelabuhan, serta jasa pemanduan dan penundaan kapal yang melakukan pelayaran dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya, serta jasa angkutan bandar.

3. Fasilitas untuk kapal bertambat dan melakukan bongkar muat barang dan hewan.

4. Fasilitas pergudangan dan lapangan penumpukan.

5. Terminal petikemas untuk melayani bongkar muat petikemas di pelabuhan. 6. Terminal curah untuk melayani bongkar muat barang curah.

7. Bongkar muat barang di terminal konvensional.

8. Terminal penumpang untuk melayani embarkasi dan debarkasi penumpang kapal laut.

(7)

9. Fasilitas listrik, air minum dan telepon untuk kapal dan umum dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan.

10. Lahan untuk industri, bangunan dan ruang perkantoran umum.

11. Fasilitas pelayan rumah sakit untuk umum yang dilakukan oleh anak perusahaan, PT Rumah Sakit Pelabuhan.

12. Fasilitas pendidikan dan pelatihan kepelabuhan yang diwadahi oleh Balai Pendidikan dan Latihan (BPL).

Selain portofolio bisnis di atas, perusahaan memiliki peluang untuk mengembangkan kegiatan bisnis lain yang berkaitan dengan bidang usaha yang telah ada, antara lain di bidang jasa informasi pengelolaan cargo distribution

center, maupun inland container depot, baik yang dikelola oleh perusahaan

(8)

4.1.4 Struktur Organisasi Public Relations PT. Pelindo II

Gambar : 4.4

Struktur Organisasi Public Relations PT. Pelindo II 39

39 Annual Report PT. Pelabuhan Indonesia II tahun 2010 hal 211

Asisten Sekretaris Perusahaan Bidang Humas Hambar Wiyadi

Asisten Sekretaris Perusahaan Bidang Tata Usaha Direksi Irwan Favorit

Asisten Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Antar Lembaga Kiki M. Hikmat

President Director R.J. Lino

Sekretaris Perusahaan Rima Novianti

(9)

4.1.5 Corporate Secretary PT Pelabuhan Indonesia II

Sesuai dengan ketentuan mengenai kewajiban pengungkapan informasi perusahaan, sejak tahun 1998 manajemen telah membentuk struktur jabatan

Corporate Secretary berdasarkan surat keputusan Direksi No.

HK.56/5/13/PI.II-09 tanggal 15 Oktober 20HK.56/5/13/PI.II-09 mengenai Struktur Organisasi Perseroan yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. Corporate Secretary berfungsi sebagai penghubung (Liaison Officer) antara Perusahaan dengan Pemegang Saham, regulator, lembaga lain dan publik, serta sebagai penanggung jawab secretariat perusahaan maupun sekretaris Direksi untuk menata usahakan dokumen-dokumen Perseroan.

Dalam pelaksanaanya, Corporate Secretary bertanggung jawab untuk menyeleksi dan merekomendasi jenis-jenis informasi yang relevan untuk dipublikasikan maupun diedarkan di kalangan internal Perseroan sekaligus merencanakan dan melaksanakan hubungan dengan media massa.

Corporate Secretary juga bertanggung jawab dalam urusan hubungan

dengan pemegang saham seperti perencanaan dan penyelenggaraan RUPS serta hubungan dengan lembaga lain. Selain itu Corporate Secretary juga mewakili Perseroan dalam berhubungan dengan regulator, lembaga atau asosiasi lain yang berkaitan dengan kegiatan Perseroan.

Sebagai pemenuhan atas kewajiban pengungkapan informasi perusahaan,

Corporate Secretary telah mengkomunikasikan informasi material mengenai

aktivitas Perseroan dan kinerja Perseroan. Hal tersebut juga sejalan dengan niat Perseroan untuk menyampaikan informasi secara terbuka kepada masyarakat.

(10)

Adapun media yang dipergunakan sebagai sarana pengungkapan informasi perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Telah menerbitkan iklan publikasi/pengumuman sebagai bentuk transparansi kepada masyarakat yang di umumkan melalui media cetak.

b. Press Release c. Laporan Tahunan d. Website

e. Komunikasi Internal melalui majalah “Transmoda” dan newsletter “ Info Komunika”.

4.1.6 Public Relations PT Pelabuhan Indonesia II

Public Relations berada di bawah Corporate Secretary dan dipimpin oleh

Senior Manajer Asisten Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat yang bertanggung jawab dan melaporkan kepada Corporate Secretary. Keberadaan Public Relations sangat penting dalam suatu perusahaan.

Dalam menjalin hubungan baik dengan stakeholder diperlukan suatu langkah yang tepat untuk melancarkan kegiatan proses penyampaian informasi.

Public Relations yang mempunyai tanggung jawab dalam menentukan langkah

apa yang tepat. Pengelolaan dan pelaksanaan acara perusahaan juga dilakukan oleh Public Relations. Dari membuat konsep hingga acara berlangsung sampai penutupan acara merupakan tangung jawab komunikasi korporat untuk mengkoordinasi dan melakukan dokumentasi acara. Oleh karena itulah, peranan

(11)

4.1.7 Fungsi dan tugas Public Relations a. Fungsi

Pembantu Corporate Secretary dalam penyelenggaraan kegiatan hubungan masyarakat.

b. Tugas

Tugas pokok Public Relations adalah bertanggung jawab dalam: 1) Mengelola kegiatan komunikasi internal dan eksternal perusahaan 2) Menyusun kebijakan, sistem prosedur komunikasi internal dan

eksternal perushaan

3) Mengelola dokumentasi, publikasi dan media resmi perusahaan 4) Mengelola kegiaan resmi perusahaan

5) Membina kegiatan kehumasan 6) Menyusun laporan tahunan

7) Menyusun Buku Panduan Kerja Bersama

8) Melayani publik dan mampu memberikan saran dan masukan kepada pimpinan organisasi demi kepentingan umum dan organisasi itu sendiri.

9) Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisai kepada publik dan menyalurkan opini publik

10) Membina hubungan yang harmonis dengan publik internal dan eksternal

(12)

11) Menunjang semua kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan yang baik

4.2 Hasil Penelitian

4.2.2 Peran Public Relations dalam Perjanjian Kerja Bersama antara Serikat Pekerja dengan Manajemen PT. Pelabuhan Indonesia II Tanjung Priok Hubungan yang harmonis antara perusahaan dan karyawan di PT. Pelabuhan Indonesia II Tanjung Priok diatur melalui sebuah aturan yang mengikat pengusaha dengan pekerja yang dinamakan Perjanjian Kerja Bersama.

Bapak Hambar Wiyadi selaku Senior Manajer Asisten Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, menjelaskan perihal mengapa diadakan perjanjian kerja bersama, adalah sebagai berikut:40

“untuk menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pengusaha dan pekerja dalam meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.”

Penjelasan dari informan 1 dilengkapi juga oleh Bapak Meirisal Dwiwaldi selaku staff sistem informasi juga menambahkan, alasan mengapa diadakannya perjanjian kerja bersama, adalah sebagai berikut:41

“untuk menjamin kepastian hukum bagi seluruh pekerja. Untuk menciptakan hubungan kerja yang harmonis dan dinamis.”

Menurut informan 1 dan 2, alasan diadakannya perjanjian kerja bersama adalah untuk meningkatkan hubungan kerja yang harmonis dan dinamis serta memberikan kepastian hukum bagi seluruh pekerja perusahaan.

40 Hasil wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(13)

Dalam perjanjian tersebut, mengatur berbagai hal yang pada intinya persoalan dari sisi finansial maupun non finansial. Pada persoalan finansial, menyangkut kepada kesejahteraan karyawan dalam hal ini penghasilan dan skema pensiun. Sedangkan dari sisi non finansial menyangkut hal disiplin kerja, hubungan kerja dan pola karir.

Persoalan finansial selalu menjadi hal yang paling menarik perhatian karena setiap orang pasti menginginkan kesejahteraan dalam hidupnya, termasuk juga bagi PT. Pelindo II Tanjung Priok. Berikut pendapat dari Bapak Syarief Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja:42

“masalah yang diperjuangkan oleh serikat pekerja yang utama adalah masalah kesejahteraan karyawan baik finansial dan non finansial, seperti kenaikan tunjangan pensiun, tunjangan hari raya dan tunjangan kesehatan.”

Menurut Bapak Syarief saleh bahwa masalah yang diperjuangkan oleh serikat pekerja adalah masalah kesejahteraan karyawan baik finansial dan non finansial, seperti kenaikan tunjangan pensiun, tunjangan hari raya dan tunjangan kesehatan.

Kesejahteraan itu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu kesejahteraan saat bekerja dan kesejahteraan setelah pensiun. Kesejahteraan saat bekerja adalah hal yang umum, namun jarang sekali perusahaan yang memikirkan kesejahteraan karyawannya setelah pensiun.

Maka dari itu dari sekian tuntutan yang diajukan pekerja PT Pelindo II Tanjung Priok, masalah tunjangan pensiunlah yang paling menarik bagi peneliti. Dikatakan menarik dikarenakan dalam dua periode perundingan, hal inilah yang

(14)

menjadi tuntutan utama dari serikat pekerja dan pada periode perjanjian kerja bersama 2011-2013 tuntutan ini baru berhasil dipenuhi manejemen walaupun hanya empat puluh kali, dan perundingan yang terjadi lebih alot sampai memakan waktu enam bulan.

Manajemen seringkali mengabaikan masalah pensiun dikarenakan para pejabat merasa sudah nyaman dengan kesejahteraan saat masih aktif bekerja tanpa berpikir bagaimana kelak kehidupan setelah pensiun. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak Syarief Saleh mengenai alasan diadakannya perjanjian kerja bersama, berikut pernyataannya:

“Berdasarkan pengalaman dan cerita dari senior kami yang telah pensiun termasuk banyak pensiunan penjabat perusahaan ini bahwa nilai yang diterima saat mereka memasuki masa pensiun kecil dan bisa dikatakan drastis penurunannya dibandingkan saat mereka aktif bekerja. Mereka menyesal karena saat mereka jaya dahulu tidak terpikirkan untuk membuat suatu skema pensiun yang baik. Hal inilah yang sering menjadikan pensiunan perusahaan ini termasuk para pensiunan penjabat mengalami sakit dan stress saat memasuki masa pensiun. Atas dasar inilah dan masukan dari senior yang telah pensiun, kami dari Serikat Pekerja bertekad untuk terus berjuang memperbaiki skema pensiun yang ada menjadi lebih baik agar saat pensiun karyawan perusahaan ini tetap sejahtera”.43

Pernyataan Bapak syarief saleh hampir mirip dengan pernyataan Bapak Amris Bahar selaku pensiunan PT. Pelabuhan Indonesia II Tanjung Priok. Berikut pernyataanya:

“pendapatan yang kami terima saat pensiun ini ya kecil sekali dibandingkan saat masi bekerja, kalau pada saat bekerja selain gaji, kita masi terima tunjangan lain-lain, sedangkan masa pensiun kita hanya menerima duit pensiun saja setiap bulannya. Makanya rekan-rekan kami

43 Hasil wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(15)

berinisiatif untuk mengusulkan kenaikan tunjangan pensiun enam puluh kali gaji itu.”44

Mengacu dari uraian di atas bahwa permasalahan pensiun sering menjadi polemik dalam perusahaan termasuk PT Pelindo II, sebab apabila disetujui maka perusahaan akan menanggung biaya yang sangat besar untuk hal ini. Dalam proses penelitian yang didapati penulis bahwa isu utama dalam skema pensiun yang diperjuangkan serikat pekerja pada perundingan kali ini adalah tetap sama dengan perundingan sebelumnya yaitu usulan kenaikan tunjangan masa bakti pensiun untuk dinaikan sebesar enam puluh kali penghasilan tetap bagi seluruh pensiunan pekerja perusahaan, namun akhirnya manajemen hanya memenuhi sebesar empat puluh kali penghasilan tetap dan kesepakatan tersebut baru disahkan dalam perjanjian kerja bersama periode 2011-2013.

Terkait dengan hal di atas, Bapak Syarif Shaleh selaku wakil ketua serikat pekerja menjelaskan perihal mengapa proses perundingan perjanjian kerja bersama berjalan cukup lama dan mengalami penundaan dalam hal permintaan kenaikan tunjangan pensiun ini, berikut jawabannya:45

“alasan mengapa proses perundingan perjanjian kerja mengalami penundaan adalah karena tidak adanya titik temu kesepakatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak terutama mengenai permintaan kenaikan tunjangan pensiun, sehingga proses perundingan ditunda hingga beberapa kali. Tuntutan ini telah dikemukakan pada periode perundingan perjanjian kerja bersama tahun 2009-2011 namun tidak berhasil. Dan pada perundingan kali ini tetap menjadi isu utama bagi kami dari serikat pekerja agar tuntutan tersebut dapat berhasil. Hal ini telah menjadi tekad kuat bagi kami untuk menggolkan hal itu makanya perundingan kali ini berjalan lebih lama sampai enam bulan walau pada akhirnya manajemen menyetujui kenaikan sebesar empat puluh kali penghasilan tetap bagi seluruh pensiunan pekerja perusahaan.”

44 Hasil Wawancara dengan Pensiunan PT. Pelabuhan Indonesia II, Tanggal 4 November 2012

(16)

Pendapat wakil ketua serikat pekerja mendapat dukungan dari Bapak Merisal Dwiwaldi selaku Saff Sistem Informasi, berikut pernyataanya:46

“Permasalahan yang menyebabkan alotnya perundingan terletak pada pembahasan masalah skema pensiun. Namun, Alhamdulillah setelah melalui proses perundingan yang alot selama kurang lebih enam bulan akhirnya diperoleh hasil yang menggembirakan mengenai besaran uang pesangon pensiun menjadi empat puluh kali penghasilan tetap. Harapan saya hal ini dapat menjadi pemicu pekerja untuk meningkatkan produktivitas mereka sebab telah nyata bahwa perusahaan maju maka karyawan akan sejahtera. Sejahtera tidak hanya saat aktif bekerja namun saat pensiun juga kesejahteraan tetap diperhatikan oleh perusahaan. Terimakasih kepada kedua belah pihak atas hasil ini terutama bagi Serikat Pekerja. Pekerja bersatu tidak terkalahkan.”

Bapak Amris Bahar selaku pensiunan PT. Pelabuhan Indonesia II juga memberikan pernyataan sebagai berikut:

“setau saya karena manajemen belum menyanggupi permintaan dari

serikat pekerja, makanya ditunda sampai ada kesepakatan bersama.”47

Pernyataan dari informan 1 dan 2 ditambahkan oleh Bapak Hambar Wiyadi, Selaku Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, yaitu:48

“Deadlock karena tidak ada titik temu mengenai isi perjanjian kerja bersama.”

Penjelasan dari informan 1, 2 dan 3, mendapat dukungan dari informan 3. Bahwa dalam pelaksanaan perundingan kerja bersama yang menjadi pembahasan alot adalah pembahasan mengenai kenaikan pesangon pensiun karyawan sehingga perundingan menjadi berlarut-larut, dikarenakan pada saat perundingan tersebut

46 Hasil Wawancara dengan Staff Hubungan Informasi, Tanggal 12 Agustus 2012 47 Hasil Wawancara dengan Pensiunan PT. Pelabuhan Indonesia II, tanggal 4 November 2012

48 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(17)

tidak adanya titik temu yang menguntungan kedua belah pihak (win-win

solutions).”

Terkait masalah tunjangan pensiun, meskipun proses perundingan mengalami penundaan namun para pekerja tetap sabar menunggu keputusan dari manajemen dan tidak pernah melakukan mogok kerja, berikut pernyataan dari Bapak Syarief Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja:49

“sejauh ini belum pernah sampai ada mogok kerja menuntut tunjangan pensiun, alhamdulillah mereka dapat mengerti bersabar menunggu keputusan manajemen.”

Bapak Amris Bahar selaku Pensiunan juga berpendapat yang sama dengan informan 1, berikut penyataanya:50

“Tidak pernah saya mendengar ada unjuk rasa kalau dalam hal masalah pensiun ini.”

Perjanjian kerja bersama merupakan aturan yang mengikat kedua belah pihak, sebagai pedoman bagi perusahaan dan pekerja dalam penerapan hak dan kewajiban untuk mencapai visi dan misi perusahaan agar meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan.

Hal ini di tegaskan oleh Bapak Syarif Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja perihal tujuan diadakan perjanjian kerja bersama antara manajemen dengan serikat pekerja, adalah sebagai berikut :51

“perjanjian kerja bersama merupakan aturan yang mengikat kedua belah

pihak antara manajemen dengan serikat pekerja yang mengatur hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, untuk menciptakan keserasian,

49 Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Serikat Pekerja, tanggal 15 Juli 2012

50 Hasil Wawancara dengan Pensiunan PT. Pelabuhan Indonesia II, tanggal 4 November 2012

(18)

keselarasan dan keseimbangan hubungan kerja antara manajemen dengan karyawan dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.”

Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, adalah sebagai berikut :52

“tujuan perjanjian kerja bersama itu adalah untuk mengatur dan menjamin kepastian hukum antara kedua belah pihak dalam hubungan industrial yang bersinergi.”

Pernyataan dari informan 1 dan informan 2 dibenarkan juga oleh Bapak Meirisal Dwiwaldi selaku Staff Sistem Informasi yang menyatakan bahwa:53

“perjanjian kerja bersama merupakan aturan yang mengikat antara karyawan dengan perusahaan agar saling menghargai antara perusahaan dan karyawan dalam bekerja.”

Menurut informan 1, 2 dan 3 bahwa tujuan dibuatnya perjanjian kerja bersama adalah adanya kepastian hukum yang mengatur aturan dan mengikat antara karyawan dengan perusahaan agar saling menghargai antara kedua belah pihak, menciptakan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan kerja antara manajemen dengan karyawan dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Yang menjadi anggota serikat pekerja PT Pelindo II adalah seluruh karyawan yang mendaftarkan diri menjadi anggota serikat pekerja dan yang menyusun perjanjian kerja bersama adalah perwakilan dari tim manajemen dan tim serikat pekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Syarif Saleh selaku wakil serikat pekerja, bahwa yang menjadi anggota serikat pekerja itu adalah:54

“Seluruh karyawan yang mendaftarkan diri menjadi anggota serikat pekerja, kecuali jajaran direksi.”

52 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

53 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi, tanggal 12 Agustus 2012 54 Hasil Wawancara dengan Wakil Serikat Pekerja, tanggal 15 Juli 2012

(19)

Bapak Syarif Saleh juga memaparkan, bahwa yang menyusun perjanjian kerja bersama ini adalah: 55

“tim perunding dari tim manajemen dan tim serikat pekerja. Masing-masing ada perwakilan yang ditunjuk.”

Pernyataan dari Bapak Syarif Saleh dibenarkan oleh Bapak Meirisal Dwiwaldi, berikut pernyataanya:56

“yang menyusun perjanjian kerja bersama adalah tim perunding dari manajemen dan serikat pekerja.”

Pernyataan dari informan 1 dan 2, dibenarkan oleh Bapak Hambar Wiyadi Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, berikut pernyataanya:57

“perjanjian kerja bersama disusun oleh tim perunding perjanjian kerja bersama yang merupakan perwakilan dari kedua belah pihak baik dari sisi manajemen maupun serikat pekerja.”

Perjanjian kerja bersama mempunyai masa berlaku atau periode berlakunya yaitu selama dua tahun. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Hambar Wiyadi sebagai berikut:58

“periode perjanjian kerja bersama dua tahun”

Bapak syarief Saleh sebagai wakil ketua serikat pekerja juga membenarkan pernyataan dari informan 1, berikut pernyataanya:59

“dua tahun masa berlaku perjanjian kerja bersama”

55 ibid

56 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi, tanggal 12 Agustus 2012 57 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

58 ibid

(20)

Pernyataan dari informan 1 dan 2, sama juga dengan pernyataan Bapak Meirisal Dwiwaldi selaku Staff Sistem Informasi. Berikut pernyataanya:60

“dua tahun periode berlakunya perjanjian kerja bersama”

Dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama divisi Public Relations mempunyai peran yaitu terlibat mulai dari awal perundingan hingga berakhirnya perundingan. Bahkan peran tersebut berlanjut dengan tugas untuk mensosialisasikan hasil perundingan kepada seluruh karyawan. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Hambar Wiyadi perihal mengapa Public Relations ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama, berikut adalah jawabannya sebagai berikut:61

“Peran Public Relations dalam perjanjian kerja bersama adalah sebagai penyambung lidah atau penghubung komunikasi antara manajemen dengan serikat pekerja, terlibat dari awal sampai akhir perundingan, bahkan sebelum perundingan bergulir Public Relations dimintai informasi terkini mengenai kondisi perusahaan, serta Public Relations juga mempunyai data tentang perusahaan pembanding lainnya sebagai bekal persiapan untuk perundingan. Setelah perundingan berakhir bukan berarti tugas Public Relations selesai tetapi Public Relations harus mensosialisikan hasilnya kepada seluruh karyawan perusahaan. Kalau boleh di jabarkan perundingan kerja bersama itu tahapannya pertama persiapan, proses perundingan, resolusi. Peran Public Relations pada proses persiapan ini Public Relations mengumpulkan data-data, menampung dan mensortir informasi, kemudian Humas juga membuat buku panduan daftar acara rapat kepada masing-masing peserta yang hadir, untuk mempermudah para peserta mengetahui jadwal dan topik – topik yang dibahas pada saat rapat, mempersiapkan segala akomodasi yang berkaitan dengan proses perundingan, mulai dari undangan rapat dan mendistribusikannya kepada peserta rapat, menyiapkan daftar hadir peserta, tempat pelaksanaan, menentukan waktu pelaksanaan, menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk rapat, mempersiapkan konsumsi, transportasi dan akomodasi lainnya apabila rapat diadakan di luar kantor atau di luar kota. Tahap perundingan, Humas melakukan perekaman, penyajian data, memfasilitasi serikat pekerja menyampaikan aspirasinya kepada manajemen, membuat

60 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi, tanggal 12 Agustus 2012 61 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(21)

laporan hasil penerimaan aspirasi yang dimaksud. Kemudian Public Relations mengamati, mempelajari tentang keinginan dan aspirasi karyawan sehingga Public Relations pada akhirnya dapat memberikan nasihat atau sumbang saran. Kemudian Public Relations berperan sebagai publisitas, mendokumentasikan, menyebarluaskan informasi kegiatan yang berlangsung melalui media internal dan eksternal perusahaan. Tahap Resolusi, Pada saat terjadi deadlock Humas sebagai mediator antara tim manajemen dengan serikat pekerja, berusaha meredam dan menenangkan karyawan dan mebantu memprogres hasil perundingan perjanjian kerja bersama yang sebelumnya kepada manajemen sehingga serikat pekerja dapat menerima jawaban dari hasil usulan mereka secepatnya, dengan menyurati Direksi agar segera memberikan keputusan. Kemudian dari jawaban Direksi tersebut humas menginformasikan dengan mengirimkan memo kepada serikat pekerja sebagai bahan pertimbangan bagi serikat pekerja untuk perundingan selanjutnya. Pada perundingan selanjutnya kedua belah pihak saling mengajukan pendapat dan berdiskusi secara langsung untuk menindaklanjuti persoalan sebelumnya yang belum ada titik temunya, Public Relations biasanya bertindak sebagai pendengar, pemberi informasi dan data-data pembanding sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. setelah ada kata sepakat dari kedua belah pihak, barulah Humas membuat draft berkas kerjasama yang akan disampaikan kepada kedua belah pihak dan akan ditanda tangani oleh masing-masing tim perunding. Hasil final dari draft tersebut akan dirancang dalam bentuk buku panduan perjanjian kerja bersama oleh Public Relations yang nantinya akan dibagikan kepada seluruh karyawan PT Pelabuhan Indonesia II”.

Pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi di atas juga hampir sama dengan Bapak Syarif Shaleh, yaitu: 62

“Tahapan Perundingan itu sendiri ada tiga yaitu tahap persiapan, tahap

perundingan, tahap resolusi. Tahap persiapan yaitu pemilihan ketua dan anggota tim negosiasi dari serikat pekerja dan dari manajemen, menganalisa data, pemilihan bahan isi perjanjian, perancangan strategi. Kemudian tahap perundingan, disini terjadi pertukaran perundingan, pertukaran tuntutan finansial dan nonfinansial, pertukaran proposal. Tahap resolusi baru terjadi perjanjian, pengesahan oleh kedua belah pihak, kontrak penandatanganan perjanjian. Dari rangkaian tahapan perundingan tersebut Humas juga mempunyai peran dalam proses perundingan kerja bersama karena merekalah sebagai koordinator acara. Beberapa informasi terkini mengenai kondisi perusahaan dapat diperoleh dari bagian PR karena merekalah yang mensosialisasikan kebijakan perusahaan. Merekalah yang mengatur jadwal dan tempat pertemuan serta segala

(22)

akomodasi yang diperlukan. Lalu mereka jugalah yang menginformasikan kepada rekan-rekan pekerja mengenai informasi terupdate terkait jalannya perundingan agar tidak simpang siur. Dan pada akhirnya semua hasil dari perundingan dituangkan Public Relations secara lengkap dalam pembuatan buku panduan perjanjian kerja bersama yang dibagikan kepada seluruh karyawan, dengan adanya buku panduan itu karyawan dapat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pekerja.”

Sebagai Staff Sistem Informasi Bapak Meirisal Dwiwaldi juga memberikan pernyataannya terkait hal diatas yaitu:63

“pada perundingan perjanjian kerja bersama Public Relations berperan sebagai penyebar informasi hasil perundingan yang telah disepakati kepada seluruh karyawan yang dibuat secara lengkap dalam bentuk buku panduan kerja bersama yang dibagikan kepada seluruh karyawan. Bahkan untuk memudahkan pemahaman atas isi dari perjanjian kerja bersama tersebut, Public Relations mengadakan temu karyawan sebagai wadah sosialisasinya”.

Menurut Bapak Hambar Wiyadi, dalam perundingan kerja bersama juga menerapkan empat peran Public Relations yaitu sebagai sebagai teknik komunikasi, sebagai fasilitator komunikasi, sebagai ahli komunikasi, sebagai problem solving komunikasi, berikut pemaparannya:64

“peran Public Relations itu ada empat, sebagai teknik komunikasi, sebagai

fasilitator komunikasi, sebagai ahli komunikasi, sebagi problem solving komunikasi.”

4.2.3 Communication Technician (teknisi komunikasi)

Teknisi komunikasi merupakan salah satu peran Public Relations yang harus dijalankan dalam setiap perusahaan. Pada teknisi komunikasi peran Public

63 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi, tanggal 12 agustu 2012

64 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(23)

Relations hanya pada tataran teknis pelayanan komunikasi saja dan hanya diberi

tugas untuk mengkomunikasikan keputusan yang telah diambil.65

Penulis ingin mengetahui bagaimana peran Public Relations sebagai teknisi komunikasi dalam perjanjian kerja bersama di PT. Pelindo II. Jawabannya dapat kita lihat seperti diungkapkan oleh Bapak Hambar Wiyadi memaparkan sebagai berikut:66

“Sebagai teknisi komunikasi divisi Public Relations berperan dalam memberikan informasi, data-data dan dokumen yang dapat dijadikan referensi dalam perundingan perjanjian kerja bersama, kemudian menyampaikan hasil dari perundingan tersebut kepada seluruh karyawan melalui pembuatan buku pedoman perjanjian kerja bersama, agar kebijakan-kebijakan baru yang akan diterapkan diperusahaan supaya bisa dipahami oleh seluruh karyawan. Untuk lebih memudahkan atas sosialisasi tersebut maka oleh Public Relations disebarkan garis besar hasil perundingan melalui email dan papan pengumuman dan ditindaklanjuti dengan diadakan temu karyawan yang menjelaskan garis besar atas hasil dari perundingan”.

Divisi Public Relations menerapkan perannya sebagai teknisi komunikasi pada pelaksanaan perjanjian kerja bersama, dengan cara memberikan data-data yang diperlukan dalam perjanjian kerja bersama, kemudian menginformasikan hasil dari perundingan atau kebijakan-kebijakan baru tersebut kepada karyawan melalui pembuatan buku pedoman perjanjian kerja bersama.

Alasan mengapa Public Relations berperan sebagai teknisi komunikasi dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama ini adalah berikut jawaban yang dipaparkan oleh Bapak Hambar Wiyadi:67

65 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom. Op.cit. hal 46

66 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(24)

“Public Relations berperan sebagai teknisi komunikasi dalam perjanjian kerja bersama, karena secara teknik Public Relations lah yang lebih paham saluran apa yang digunakan untuk menyambungkan antara pihak manajemen dan serikat pekerja, pemberian informasi atas status perundingan yang sedang berlangsung dan akhirnya mensosialisasikan hasil perundingan kepada karyawan melalui pembuatan buku panduan perjanjian kerja bersama. Sebagai sarana untuk memudahkan sosialisasi tersebut maka Public Relations melakukan penyebaran garis besar hasil perundingan melalui email dan papan pengumuman dan ditindaklanjuti dengan diadakannya temu karyawan yang membahas garis besar hasil dari perundingan”.

Berdasarkan pada pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi, yang menjadi alasan mengapa Public Relations berperan dalam teknisi komunikasi dalam perjanjian kerja bersama adalah karena Public Relations dianggap lebih cakap dalam menentukan saluran apa yang digunakan untuk penyampaian informasi dari manajemen kepada seluruh karyawan.

Sebagai teknisi komunikasi Public Relations juga mempunyai hambatan dalam penyampaian hasil perjanjian kerja bersama, berikut pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi68:

“hambatan Public Relations sebagai teknisi komunikasi adalah terkadang karyawan tidak begitu memperhatikan informasi yang disebarkan melalui email atau papan pengumuman yang telah disediakan, dikarenakan kurangnya minat baca karyawan. Apalagi harus membaca detail buku pedoman perjanjian kerja bersama. Mereka lebih mudah menerima informasi dari mulut ke mulut atau secara langsung. Kemudian hambatan lain adalah penerbitan buku panduan kerja bersama yang tidak tepat waktu dikarenakan masalah dari percetakannya, sehingga penyebarannya kepada karyawanpun ikut tertunda”

Menurut pernyataan Bapak Hambar Wiyadi hambatan Public Relations sebagai teknisi komunikasi adalah dikarenakan kurangnya minat baca para karyawan terhadap informasi tertulis, mereka lebih mudah menerima informasi

68 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(25)

secara lisan. Kemudian hambatan lain adalah penerbitan buku panduan kerja bersama yang tidak tepat waktu. Maka dari itu untuk memudahkan informasi atas hasil perundingan agar diketahui oleh seluruh karyawan maka Public Relations menindaklanjutinya dengan temu karyawan yang membahas garis besar hasil dari perundingan.

Kapan waktu yang efektif untuk menyampaikan hasil dari perjanjian kerja bersama kepada karyawan, berikut jawaban dari Bapak Hambar Wiyadi:69

“ segera setelah perjanjian kerja bersama tersebut di tanda tangani oleh kedua belah pihak yaitu manajemen dan serikat pekerja.”

Pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi dibenarkan oleh Bapak Syarif Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja, berikut pernyataanya:70

“secepatnya lebih bagus, selesai pertemuan, maka notulen rapatnyapun segera mungkin di sebarkan oleh Public Relations”

Menurut informan 1 dan 2, hasil perjanjian kerja bersama sebaiknya segera diinformasikan kepada seluruh karyawan. Dan apa saja yang dilakukan oleh

Public Relations untuk mengetahui keefektifan penyebaran informasi hasil

perjanjian kerja bersama, berikut jawaban dari Bapak Hambar Wiyadi:71

“bertanya langsung kepada karyawan apakah informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik atau tidak.”

Merut Bapak Hambar Wiyadi, untuk mengetahui apakah informasi yang disampaikan itu efektif atau tidak maka menanyakan langsung kepada karyawan yang bersangkutan

69 ibid

70 Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Serikat Pekerja, tanggal 15 Juli 2012 71 ibid

(26)

4.2.4 Expert Prescriber Communication (ahli komunikasi)

Menurut Cutlip, Center and Broom peran Public Relations yang kedua adalah teknisi ahli. Peran praktisi Public Relations dianggap sebagai ahli dalam masalah Public Relations dan sering kali mereka terlihat memiliki kualitas untuk menangani masalah-masalah Public Relations dan mengidentifikasi solusinya.72

Untuk mengetahui alasan mengapa Public Relations dikatakan sebagai

Expert Prescriber dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama, berikut ini

jawaban dari Bapak Hambar Wiyadi:73

“Sebenarnya dalam perjanjian kerja bersama ini Public Relations hanya berperan sebagai koordinator acara dan penyampai hasil pelaksanaan perjanjian kerja bersama saja. Sedangkan yang dikatakan sebagai Expert Prescriber dalam pelaksanaan perjanjian ini adalah tim perunding. Siapa saja Tim perunding tersebut? mereka adalah tim dari manajemen dan tim dari serikat pekerja. Merekalah yang mempunyai wewenang penuh dalam pengambilan keputusan terkait pelaksanaan perjanjian. Public Relations hanya berperan dalam pemberian informasi kepada tim perunding, mengkomunikasikan dan mempublikasikan berita-berita terkini terkait status proses perundingan dan sosialisasi hasil kesepakatan yang berkaitan dengan perjanjian kerja bersama kepada seluruh karyawan”.

Menurut Bapak Hambar Wiyadi, tim perundinganlah yang mempunyai wewenang penuh dalam pelaksanaan perjanjian. Public Relations dianggap lebih paham untuk mengkomunikasikan dan mempublikasikan seluruh informasi kepada seluruh karyawan melalui media-media yang tersedia pada perusahaan.

Public Relations mempunyai wewenang sebagai pihak yang dapat

menginformasikan segala kebijakan perusahaan baik internal maupun eksternal (informasi satu pintu). Hal ini bertujuan agar tidak terjadi informasi yang

72 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom. Op.cit. hal 47

73 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(27)

membingungkan bagi pekerja karena adanya satu informasi terpercaya melalui satu pintu yaitu informasi dari Public Relations.

Dengan demikian Bapak Hambar Wiyadi menegaskan, bahwa Public

Relations tidak berperan sebagai teknisi ahli dalam perjanjian kerja bersama,

karena tim perundinglah yang berperan sebagai Expert Prescriber berikut pernyataanya:74

“dalam hal pelaksanaan perjanjian kerja bersama Public Relations tidak berperan sebagai teknisi ahli. Tim perundinglah yang berperan sebagai Expert Prescriber”

4.2.5 Communicator Fasilitator

Peran Public Relations yang ketiga merupakan fasilitator komunikasi antara perusahaan dengan stakeholdernya. Peran praktisi Public Relations adalah diikutsertakan sebagai pendengar yang peka dan pengatur alur informasi yang mengambil peran sebagai jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan dan memfasilitasi komunikasi.75

Dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama, peran Public Relations sebagai fasilitator komunikasi memiliki peran yang dominan untuk keberhasilan pelaksanaan perjanjian kerja bersama. Mulai dari mengatur jadwal pertemua, menentukan tempat pertemuan, dan segala akomodasinya. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Hambar Wiyadi:76

“divisi Public Relations memfasilitasi dalam pelaksanaan perjanjian kerja

bersama. Public Relations sebagai koordinator acara yang mengatur

74 ibid

75 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom. Op.cit. hal 47

76 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(28)

jadwal dan tempat pertemuan serta akomodasi lainnya dari awal hingga akhir perundingan”.

Pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi dibenarkan oleh Bapak Syarif Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja, berikut pernyataanya:77

“divisi Public Relationslah yang menyiapkan seluruh akomodasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan perjanjian. Mulai dari materi rapat, akomodasi, konsumsi, tempat perundingan, semua Public Relations yang urus”.

Menurut Bapak Syarif Saleh, selama proses perundingan kerja bersama PRlah yang turut aktif menyiapkan segala macan yang dibutuhkan oleh tim perunding, mulai dari materi rapat, akomodasi, konsumsi, dan menentukan tempat perundingan.

Dari pernyataan diatas terlihat bahwa Public Relations mamfasilitasi pelaksanaan perundingan kerja bersama dari awal hingga akhir perundingan. Apa saja yang di fasilitasi oleh Public Relations berikut pernyataan dari Hambar Wiyadi, sebagai berikut:78

“Yang difasilitasi itu adalah semua yang dibutuhkan terkait pelaksanaan perundingan. Apa saja yang dibutuhkan oleh tim perunding maka Public Relations memfasilitasinya”.

Bapak Hambar Wiyadi selaku Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang

Public Relations menegaskan yang difasilitasi oleh Public Relations adalah

semua yang dibutuhkan selama proses perundingan perjanjian kerja bersama.

Public Relations hanya mengikuti apa yang dibutuhkan oleh tim perunding saja.

77 Hasil wawancara dengan wakil ketua serikat pekerja, tanggal 15 Juli 2012

78 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(29)

Tempat pelaksanaan perundingan kerja bersama tidak selalu dilaksanakan dikantor, terkadang juga dilaksanakan di luar kantor hal ini bertujuan untuk memberikan memotivasi kepada para tim perunding agar tidak merasa bosan. Berikut pernyataan dari Bapak Syarief Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja:79

“biasanya perundingan dilaksanakan ada yang di kantor, ada juga yang di luar kantor seperti di luar kota yang ditunjuk. Kalau di luar kota nanti para tim perunding tersebut akan mendapatkan biaya akomodasi masing-masing individu.”

Pernyataan dari Bapak Syarief Saleh dibenarkan oleh Bapak Hambar Wiyadi bahwa proses perundingan terkadang dilaksanakan di kantor dan di luar kantor, berikut pernyataanya:80

“perjanjian kerja bersama dilaksanakan di kantor dan di luar kantor.”

Divisi Public Relations sebagai fasilitator komunikasi menggunakan media internal perusahaan untuk memudahkan karyawan mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan perjanjian kerja bersama. Media yang digunakan seperti yang sebutkan oleh Bapak Hambar Wiyadi berikut ini:81

“Media yang digunakan seperti email, papan pengumuman, dan buku panduan perjanjian kerja bersama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, itu semua di bawah tanggungjawab divisi Public Relations”.

Pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi juga dibenarkan oleh Bapak Syarif Shaleh selaku wakil ketua serikat pekerja, yaitu:82

“media yang digunakan untuk menyampaikan informasi pelaksanaan

perjanjian kerja bersama adalah media internal perusahaan yang kesemuanya di bawah tanggungjawab Public Relations”.

79 Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Serikat Pekerja, tanggal 15 juli 2012 80 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

81 ibid

(30)

Pernyataan dari informan 1 dan 2, dibenarkan juga oleh Bapak Meirisal Dwiwaldi, berikut pernyataanya:83

“email, nota dinas, buku panduan perjanjian kerja bersama”.

Berdasarkan pernyataan di atas, Public Relations menggunakan email, papan pengumuman, dan buku panduan perjanjian kerja bersama yang dibagikan kepada seluruh karyawan sebagai informasi atas hasil perundingan perjanjian kerja bersama.

Apakah media yang digunakan Public Relations dalam menyampaikan informasi kepada karyawan sudah efektif, berikut jawaban dari Bapak Hambar Wiyadi:84

“ media yang digunakan Public Relations sudah cukup baik”

pernyataan dari informan 1 ditambahkan oleh Bapak Meirisal Dwiwaldi, adalah sebagai berikut:85

“sejauh ini penyebaran informasinya sudah efektif, melalui penyebaran buku panduan kerja bersama. Karyawan akhirnya mengetahui isi dan peraturan perusahaan, mana yang hak dan kewajibannya.”

Hambatan atau kendala yang sering dihadapi Public Relations sebagai fasilitator komunikasi adalah sulitnya mengatur waktu untuk pertemuan dikarenakan kesibukan masing-masing tim perunding, berikut Jawaban dari Bapak Hambar Wiyadi selaku manajer bidang Public Relations:86

“kesibukan dari tim perunding dimana seringkali waktu perundingan diatur ulang.”

83 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi, tanggal 12 Agustus 2012 84 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

85 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi, tanggal 12 agustus 2012

86 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(31)

Pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi, dibenarkan oleh Bapak Syarif Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja:87

“biasanya masalah klise saja, yaitu karena kesibukan masing-masing tim perunding dalam membagi waktu untuk pertemuan yang telah ditentukan. Kadang jadwal mereka ada yang bentrok dengan rapat di tempat lain. Jadi mereka tidak hadir.”

Menurut Bapak Syarief Saleh yang menjadi hambatan sebagai fasilitator komunikasi adalah masalah waktu pertemuan yang terkadang bersamaan dengan pertemuan lain.

4.2.6 Problem Solving Fasilitator

Peran Public Relations yang keempat adalah sebagai fasilitator pemecah masalah. Peran praktisi Public Relations adalah berkolaborasi dengan manajer-manajer yang lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah komunikasi organisasi.88

Jadi dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator pemecah masalah, penulis menanyakan kepada seluruh informan, bagaimana peran Public Relations sebagai fasilitator pemecah masalah pada perjanjian kerja bersama antara serikat pekerja dengan manajemen PT. Pelabuhan Indonesia II Tanjung Priok. Menurut Bapak Hambar Wiyadi sebagai berikut:89

“peran Public Relations sebagai pemecah masalah komunikasi muncul pada saat terjadi deadlock perjanjian. Terjadinya kesimpangsiuran informasi yang diterima oleh karyawan misalnya tim manajemen dianggap tidak kooperatif dalam proses perundingan maka Public Relations langsung mengambil alih untuk meredam suasana dengan cara mengumpulkan karyawan dan memberikan informasi terkini terkait status perundingan ”.

87 Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Serikat Pekerja, tanggal 15 Juli 2012 88 Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom. Op.cit. hal 47 89 ibid

(32)

Berdasarkan pernyataan dari Bapak Hambar Wiyadi, dalam menjalankan peran fasilitator pemecah masalah, divisi Public Relations membantu tim perundingan untuk mencari solusi yang tepat dalam meredakan suasana yang panas terkait deadlock perjanjian. Dikarenakan biasanya suasana panas ini akan menjalar ke tengah-tengah karyawan akibat informasi yang simpang siur. Sedangkan untuk mengatasi inti masalah yang terjadi pada point dalam perundingan, hal itu merupakan wewenang dari tim perundingan kerja bersama untuk menyelesaikannya.

Pendapat Bapak Hambar Wiyadi mendapat dukungan dari Bapak Syarif Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja yang memberikan pernyataan sebagai berikut:90

“pada saat terjadinya kebuntuan dalam proses negosiasi maka Public Relations mengusulkan untuk menunda dahulu proses perundingan, disaat bersamaan pula banyak informasi yang muncul dan berkembang ditengah karyawan. Maka untuk mengendalikan suasana, Public Relations akan mengumpulkan karyawan untuk memberikan informasi terbaru.”

Bapak Syarif Saleh menjelaskan bahwa peran Public Relations sebagai pemecah masalah muncul saat proses perundingan deadlock. Saat itu suasana perundingan panas maka Public Relations mengambil inisiatif untuk menunda perundingan dahulu sambil memberikan waktu untuk kedua belah pihak mengkaji kembali perbedaan pendapat dalam hal tuntutan. Setidaknya akan ada opsi-opsi lain yang muncul sebagai pengganti bila ada tuntutan yang tidak terpenuhi dan hal inilah yang terjadi beberapa kali dalam hal tuntutan pesangon pensiun.

(33)

Berikut merupakan penjelasan dari Bapak Meirisal Dwiwaldi terkait hal di atas adalah sebagai berikut:91

“Beberapa kali sempat terjadi jeda perundingan terkait masalah tuntutan

tunjangan pensiun dan sempat ada informasi simpang siur bahwa manajemen tidak menyetujui sama sekali tuntutan karyawan mengenai kenaikan tunjangan pensiun. Suasana saat itu menjadi panas. Lalu Public Relations mengumpulkan karyawan dan menginformasikan hal yang sebenarnya terjadi bahwa bukannya tidak menyetujui tetapi meminta waktu untuk mengkaji lebih dalam kembali mengenai tuntutan tersebut. Lalu setelah dijelaskan maka suasana menjadi normal kembali”.

Menurut Bapak Meirisal Dwiwaldi beberapa kali sempat terjadi informasi yang simpang siur, sehingga suasana di tengah karyawan menjadi tidak kondisif. Kemudian PR berusaha meredamkan suasana dengan mengumpulkan karyawan dan menginformasikan hal yang sebenarnya terjadi. Bahwa manajemen bukanya tidak menyetujui, akan tetapi meminta waktu untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai tutuntutan tersebut. Dan setelah mendapatkan penjelasan dari Public

Relations karyawanpun menjadi mengerti.

Terkait dengan hal di atas, Perjanjian kerja bersama ini dirasakan banyak memberikan keuntungan bagi karyawan. Berikut pernyataan dari Bapak Syarief Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja:92

“terutama bagi karyawan sangat bermanfaat sekali. Aspirasi dan keinginan karyawan dapat terpenuhi, walaupun kadang kala ada juga yang tidak terpenuhi begitu saja. Kemudian adanya kepastian hukum yang mengatur mengenai kesehahteraan karyawan ini.”

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Bapak Hambar Wiyadi, berikut pernyataanya:93

91 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi tanggal 12 Agustus 2012 92 Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Serikat Pekerja, tanggal 15 juli 2012 93 Hasil Wawancara dengan Senior Manajer Sekretaris Perusahaan Bidang Hubungan Masyarakat, tanggal 11 Agustus 2012

(34)

“iya tentu saja menguntungkan karyawan, dan lebih tepatnya menguntungkan kedua belah pihak.”

Menurut informan 1 dan 2, perjanjian kerja bersama dapat menyalurkan aspirasi dan keinginan karyawan serta adanya kepastian hukum yang mengatur mengenai kesejahteraan karyawan. Selain itu perjanjian kerja bersama tidak saja menguntungkan karyawan tetapi juga menguntungkan kedua belah pihak.

Pernyataan dari informan 1 dan 2, dibenarkan oleh Bapak Meirisal Dwiwaldi, berikut pernyataanya:94

“tentu saja menguntungkan, karena keinginan karyawan dapat terwujudkan berkat serikat pekerja.”

Menurut Bapak Meirisal Dwiwaldi, perjanjian kerja bersama sangat menguntungkan karyawan untuk mengujudkan segala aspirasi mereka. Dan supaya proses perundingan perjanjian dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan bersama, maka dokumen-domen terkait perundingan kerja bersama harus dilengkapi terlebih dahulu. Berikut pernyataan dari Bapak Syarif Saleh selaku wakil ketua serikat pekerja:95

“Materi-materi dan dokumen yang dibutuhkan untuk rapat harus lengkap, peserta rapat yang hadir seharusnya komplit, hasil keputusan rapat sebaiknya win-win solution, menguntungkan kedua belah pihak.”

94 Hasil Wawancara dengan Staff Sistem Informasi, tanggal 12 Agustus 2012 95 Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Serikat Pekerja, tanggal 15 Juli 2012

(35)

4.3 Pembahasan

4.3.1 TAHAPAN DALAM PROSES PERJANJIAN KERJA BERSAMA PT. PELABUHAN INDONESIA II

Gambar: 4.5 96

Tahapan dalam Proses Perjanjian Kerja Bersama PT. Pelindo II

96 ibid

Pemilihan ketua dan anggota tim perunding dari pihak Serikat Pekerja

Pemilihan ketua dan anggota tim perunding dari pihak manajemen

Persiapan: Analisa data 1. Pemilihan

bahan-bahan isi perjanjian 2. Perencanaan strategi

Persiapan: Analisa data 1. Pemilihan bahan-bahan

isi perjanjian 2. Perencanaan strategi

Peraturan Perundingan

Pertukaran tuntuan finansial dan non finansial

Pertukaran proposal

Perjanjian

Kontrak – penanda tanganan perjanjian Pengesahan TAHAP PERSIAPAN TAHAP PERUNDINGAN TAHAP RESOLUSI

(36)

1. PERSIAPAN

Pada proses persiapan ini Public Relations mengumpulkan data-data, menampung dan mensortir informasi sebelum diadakannya proses perjanjian serta mengetahui anggota yang dipilih sebagai perwakilan dari tim perunding baik dari pihak serikat pekerja maupun dari tim manajemen. Dengan begitu

Public Relations telah memahami dan mengetahui program kerja serta

program strategi dari serikat pekerja yang menjadi pembahasan pada saat perundingan. Kemudian Humas juga membuat dan membagikan buku panduan daftar acara rapat kepada masing-masing peserta yang hadir, untuk mempermudah para peserta mengetahui jadwal dan topik – topik yang dibahas pada saat rapat.

Kemudian Public Relations mempersiapkan segala akomodasi yang berkaitan dengan proses perundingan, mulai dari undangan rapat dan mendistribusikannya kepada peserta rapat, menyiapkan daftar hadir peserta, tempat pelaksanaan, menentukan waktu pelaksanaan, menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk rapat, mempersiapkan konsumsi, transportasi dan akomodasi lainnya apabila rapat diadakan di luar kantor atau di luar kota.

2. TAHAP PERUNDINGAN

Perundingan kerja bersama biasanya dilakukan di luar kantor, bahkan lebih sering di lakukan di luar kota hal ini bertujuan untuk lebih memberikan motivasi kepada tim perunding untuk lebih giat lagi menghadiri rapat ini.

(37)

Karena bila diadakan di luar kantor maka masing-masing tim perunding akan mendapatkan fasilitas lebih seperti uang perjalanan dinas.

Pada tahap tahap perundingan ini, Public Relations melakukan perekaman, penyajian data, memfasilitasi serikat pekerja menyampaikan aspirasinya kepada manajemen, membuat laporan hasil penerimaan aspirasi yang dimaksud. Kemudian Public Relations mengamati, mempelajari tentang keinginan dan aspirasi karyawan sehingga Public Relations pada akhirnya dapat memberikan nasihat atau sumbang saran untuk menanggapi apa yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan seperti yang dikehendaki oleh pihak publiknya. Begitu juga sebaliknya Public Relations memberikan penerangan dan informasi kepada karyawan tentang apa yang telah diupayakan oleh perusahaan untuk publiknya.

Public Relations berperan sebagai mediator yaitu sebagai pihak netral

yang membantu kedua belah pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan sebuah penyelesaian. Kemudian Public Relations berperan sebagai publisitas, mendokumentasikan, menyebarluaskan informasi kegiatan yang berlangsung melalui media internal dan eksternal perusahaan.

3. TAHAP RESOLUSI

Pada saat terjadi deadlock, Public Relations sebagai mediator antara tim manajemen dengan serikat pekerja, berusaha meredam dan menenangkan karyawan dan mebantu memprogres hasil perundingan perjanjian kerja bersama yang sebelumnya kepada manajemen sehingga serikat pekerja dapat

(38)

menerima jawaban dari hasil usulan mereka secepatnya, dengan menyurati Direksi agar segera memberikan keputusan dan menindaklanjuti terkait perjanjian kerja bersama guna menghindarkan keresahan dikalangan pekerja serta menimbulkan gejolak yang dapat mengganggu kegiatan manajerial dan operasional perusahaan. Kemudian dari jawaban Direksi tersebut Public

Relations menginformasikan dengan mengirimkan memo kepada serikat

pekerja sebagai bahan pertimbangan bagi serikat pekerja untuk perundingan selanjutnya. Pada perundingan selanjutnya kedua belah pihak saling mengajukan pendapat dan berdiskusi secara langsung untuk menindaklanjuti persoalan sebelumnya yang belum ada titik temunya, Public Relations biasanya bertindak sebagai pendengar, pemberi informasi dan data-data pembanding sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

setelah ada kata sepakat dari kedua belah pihak, barulah Public

Relations membuat draft berkas kerjasama yang akan disampaikan kepada

kedua belah pihak dan akan ditanda tangani oleh masing-masing tim perunding. Hasil final dari draft tersebut akan dirancang dalam bentuk buku panduan perjanjian kerja bersama oleh Public Relations yang nantinya akan dibagikan kepada seluruh karyawan PT Pelabuhan Indonesia II.

Terkait dengan tahapan proses perjanjian kerja bersama di atas, dan berdasarkan hasil yang diperoleh selama peneliti melakukan penelitian mengenai peran Public Relations dalam perjanjian kerja bersama antara manajemen dengan serikat pekerja PT Pelabuhan Indonesia II, secara umum Humas PT Pelindo II

(39)

telah berperan dalam proses perundingan tersebut, sesuai teori yang dicetuskan oleh Cutlip, Scott M., Allen H. Center., dan Glen M. Broom yaitu empat peran PR97: Communication Technician, Expert Prescriber, Comunication facilitator,

Problem Solving Facilitator, dan berikut adalah pembahasannya:

4.3.2 Communication Technician (Teknisi Komunikasi)

Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, dapat diketahui peran

Public Relations PT Pelindo II sebagai teknisi komunikasi dalam pelaksanaan

perjanjian kerja bersama adalah memberikan data-data yang diperlukan dalam perjanjian kerja bersama, kemudian menginformasikan hasil dari perundingan atau kebijakan-kebijakan baru tersebut kepada karyawan melalui pembuatan buku pedoman perjanjian kerja bersama.

Agar karyawan lebih memahami kebijakan-kebijakan tersebut, Public

Relations melakukan program sosialisasi melalui temu karyawan, karena langkah

seperti ini dianggap lebih efektif untuk menyampaikan informasi secara langsung kepada karyawan. Hal tersebut dilakukan mengingat kurangnya minat baca karyawan untuk mencermati satu persatu dari isi buku panduan tersebut.

Dalam mengkomunikasikan hasil dari perjanjian kerja bersama merupakan bagian dari teori Scott, Cutlip, and Broom yang terdapat pada Bab II yang menjelaskan bahwa peran Public Relations sebagai teknisi komunikasi hanya pada tataran teknis pelayanan komunikasi. Semua keputusan mengenai upaya dan langkah yang akan diambil ditentukan oleh pihak manajemen dimana praktisi

(40)

Public Relations hanya diberi tugas untuk mengkomunikasikan keputusan yang

telah diambil tersebut.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa Public Relations PT Pelindo II dilibatkan dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama dan merupakan pihak yang bertugas untuk menjelaskan kebijakan baru dan keputusan manajemen tersebut kepada karyawan, artinya secara teknik komunikasi Public Relations bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan informasi baik secara lisan maupun tulisan kepada seluruh karyawan di PT Pelindo II. Public Relations mengumpulkan data-data, mensortir informasi, membuat undangan rapat perundingan, membuat dan membagikan buku panduan daftar acara rapat, membuat notulen rapat yang nantinya akan didistribusikan melalui media internal dan eksternal perusahaan. Kemudian Public Relations juga mempersiapkan segala akomodasi dan transportasi yang diperlukan oleh peserta rapat.

4.3.3 Expert Prescriber

Peran Public Relations sebagai teknisi ahli dalam perjanjian kerja bersama diambil alih oleh tim perundingan perjanjian kerja bersama yang terdiri dari Tim manajemen dan tim serikat pekerja. Merekalah yang terjun langsung dalam menangani masalah dan mengambil tanggung jawab penuh terhadap hasil kesepakatan perjanjian kerja bersama. Public Relations PT Pelindo II hanya membuat laporan hasil penerimaan aspirasi karyawan, kemudian Public Relations mempelajari tentang keinginan karyawan dan aspirasi karyawan, kemudian Public

(41)

Relations memberikan nasehat dan sumbang saran untuk menanggapi apa yang

seharusnya dilakukan manajemen kepada karyawan.

Selain itu tim perundingan tetap membutuhkan bantuan dan peran Public

Relations dalam memberikan pengarahan bagaimana cara mengkomunikasikan

materi-materi terkait perundingan tersebut. Meskipun yang mempunyai wewenang dalam pelaksanaan perundingan tersebut adalah para tim perunding. Humas juga memberikan masukan-masukan kepada tim perunding jika adanya hambatan dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama tersebut. Masukan-masukan itu juga dilihat berdasarkan kacamata Public Relations, seperti memberikan masukan bagaimana pelaksanaan perjanjian berjalan efektif, jika masukan dari Public Relations diterima oleh tim perunding, maka Public

Relations menjalankannya sesuai dengan penanggung jawab perundingan yaitu

tim perunding. Jadi peran Public Relations hanya sebagai penyusun dan penyempurna pelaksanaan perjanjian kerja bersama saja.

4.3.4 Communication Fasilitator

Peran Public Relations sebagai fasilitator komunikasi memberikan pengaruh yang penting terhadap keefektifan penyebaran informasi terkait hasil dari perjanjian kerja bersama. Divisi Public Relations mempunyai tugas untuk memfasilitasi kebutuhan seluruh rangkaian proses pelaksanaan perjanjian kerja bersama dari awal hingga akhir perundingan.

Dalam menjalankan tugasnya Public Relations PT. Pelindo II bertugas untuk menyampaikan informasi-informasi korporat secara terbuka atau

(42)

transparan, penuh dengan akuntabilitas, dan melaksanakan tanggung jawab sebagai divisi yang mengelola dan menginformasikan segala informasi-informasi korporat secara mandiri, dan sesuai dengan prinsip kewajaran.

Peran Public Relations PT Pelindo II sebagai Communication Fasilitator ada kesamaan dengan teori Scott M.Cutlip, allen H. Center, Allen H, and Broom, Glen. M, dalam buku Effective Public Relations sebagai Communication

Fasilitator sebagai jembatan komunikasi yang sudah penulis jabarkan di Bab II.

Dalam hal ini peran praktisi Public Relations adalah sebagai mediator yang menyediakan informasi yang dibutuhkan baik kepada manajemen dan publiknya agar mereka dapat membuat keputusan yang dibutuhkan berdasarkan kepentingan bersama. Kemudian memfasilitasi serikat pekerja dalam menyampaikan aspirasi kepada manajemen, mengatur jadwal dan waktu perundingan yang tepat untuk melakukan perundingan.

4.3.5 Problem Solving Facilitator

Sebagai fasilitator komunikasi dalam perjanjian kerja bersama, Public

Relations PT pelindo II hanya berperan pada saat terjadinya deadlock

perundingan. Public Relations melakukan inisiatif di tengah kebuntuan perundingan dengan mengusulkan untuk melakukan penundaan dengan maksud mencairkan suasana panas dan memberikan waktu agar kedua belah pihak melakukan kajian kembali atas perbedaan pendapat dalam tuntutan tersebut, sehingga diharapkan pada pertemuan selanjutnya sudah memperoleh hasil yang memuaskan keduanya.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan

Dalam penerapannya, muqarnas dapat bertransformasi menjadi bentuk yang benar- benar tiga dimensional, seperti yang terdapat pada kubah-kubah dan relung pintu gerbang, dapat

Berdasarkan masalah tersebut diatas dan setelah dianalisa dapat disimpulkan bahwa: Tingkat ekonomi orang tua SDN Bajeman 2 desa Tragah Bangkalan berada pada interprestasi

Variabel penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial adalah

Analisis regresi linear Finlay and Wilkinson tahun 1963 yang dikembangkan Eberhart and Russel (1966) digunakan untuk menganalisis.. adaptabilitas dan stabilitas

Atas pencapaian positif dan koordinasi yang telah terjalin dengan baik tersebut, perkenankan kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada Bapak Gubernur dan Wakil

Analisa daya tahan tahu dilakukan dengan uji fisik kondisi tahu dibandingkan dengan tahu yang tidak diawetkan, dan uji kesukaan.Kesimpulan dari penelitian ini adalah

Sebaliknya siswa dengan Self-Efficacy yang lemah atau rendah cenderung rentan dan mudah menyerah menghadapi masalah matematika tersebut, mengalami kesulitan dalam