• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Pengantar

Angkola sebenarnya adalah sebutan untuk sebuah daerah yang sebelumnya berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten tersebut telah dibagi dalam beberapa wilayah tingkat II yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidimpuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Kabupaten Padang Lawas. Dengan demikian, secara mudah dapat disebut wilayah-wilayah itu sebagai Tapanuli bagian Selatan. Angkola sendiri berdasarkan riwayatnya berasal dari bahasa Arab. (Baumi, 1984: 29). Sebenarnya Angkola dahulu lebih dikenal sebagai Angkola Sipirok dengan wilayah cakupan yang sangat luas yang meliputi perbatasan Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, termasuk Batangtoru Simangumban, Hopong, Sipirok, Saipar Dolok Hole, dan Hole, yang berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu. Wilayah ini juga harus dibedakan dari Mandailing karena Mandailing berbatas di sebelah Selatan dengan Angkola, yaitu pada pertemuan sungai Batanggadis dengan Sungai Batang Angkola. Peta di bawah ini, meskipun wilayah-wilayah itu masih bersatu dalam Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan penyebaran dan ruang lingkup geografis suku Angkola. BPS Tapanuli Selatan (2009).

(2)
(3)

2.2. Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Selatan Sebelum Dimekarkan.

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut AFDELLING PADANGSIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang residen yang berkedudukan di Padangsidimpuan Afdelling Padangsidimpuan dibagi atas 3 (tiga) order afdelling masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur dibantu oleh masing-masing demang yaitu:

− Order Afdelling Angkola dan Sipirok berkedudukan di Padangsidimpuan. Order ini dibagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten demang yaitu:

a) Distrik Angkola berkedudukan di Padangsidimpuan. b) Distrik Batang Toru berkedudukan di Batang Toru. c) Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok.

− Order Afdelling Padang Lawas berkedudukan di Sibuhuan, Order ini dibagi atas 3 order Distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang asisten demang, yaitu:

a) Distrik Padang Bolak berkedudukan di Gunung Tua. b) Distrik Barumun dan Sosa berkedudukan di Sibuhuan. c) Distrik Dolok berkedudukan di Sipiongot.

− Order Afdelling Mandailing dan Natal berkedudukan di Kota Nopan. Order ini dibagi atas 5 Order distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang asisten demang,

(4)

a) Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan. b) Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan c) Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi. d) Distrik Natal berkedudukan di Natal.

e) Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma.

Tiap-tiap order distrik dibagi atas beberapa luhat yang dikepalai oleh seorang kepala Luhat (Kepala Kuria) dan tiap-tiap luhat dibagi atas beberapa kampung yang dikepalai oleh seorang kepala Hoofd dan dibantu oleh seorang kepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besar jumlahnya.

Daerah Angkola Sipirok dibentuk menjadi satu kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Padangsidimpuan.

Daerah Padang Lawas dijadikan satu kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Gunung Tua.

Daerah Mandailing Natal dijadikan satu kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Panyabungan.

Setelah beberapa tahun Indonesia merdeka dan setelah diadakan beberapa kali pemekaran, maka Kabupaten Tapanuli Selatan hanya terdiri dari 12 wilayah kecamatan. Adapun kedua belas wilayah kecamatan yaitu: Kecamatan Batang Angkola, Sayurmatinggi, Angkola Timur, Angkola Selatan, Angkola Barat, Batang Toru, Marancar, Sipirok, Arse, Saipar Dolok Hole, Aek Bilah, dan Muara Batang Toru.

(5)

Sesuai dengan PP No. 32 tahun 1982 tanggal 30 November 1982 dibentuk kota Adminidstratif Padangsidimpuan, kemudian pada tanggal 23 November 1998 keluar undang-undang Republik Indonesia No.12 tahun 1998 tentang pengesahan pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan dan pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (ibukotanya Panyabungan) dengan jumlah daerah administrasi 16 kecamatan.

Pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan masih terus berlanjut dengan keluarnya undang-undang Republik Indonesia no.37 tahun 2007 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2007 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas . Maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten , yaitu Kabupaten Padang Lawas Utara (ibukotanya Gunung Tua) dengan jumlah daerah administrasi 9 Kecamatan ditambah 10 desa dari wilayah kecamatan Padang Sidimpuan Timur dan Kabupaten Padang Lawas (ibukotanya Sibuhuan) dengan jumlah daerah administrasi 9 kecamatan, sedangkan Kabupatan Tapanuli Selatan (ibukotanya Sipirok) dengan jumlah daerah Administrasi 12 kecamatan ( BPS Kabupaten Tapanuli Selatan:2009).

Kabupaten Tapanuli Selatan yang dahulunya hanya merupakan satu kabupaten sekarang telah mekar menjadi 4 kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, dan Kota Padangsidimpuan.

(6)

2.3 Kedudukan Bahasa Angkola

Bahasa Angkola adalah salah satu bahasa daerah di Sumatera Utara. bahasa Angkola dipergunakan masyarakat Angkola dalam melaksanakan aktifitas dan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Daerah pemakaian bahasa Angkola sangat luas sekali bila dilihat dari segi geografisnya, karena daerah pemakaiannya tidak hanya di Kabupaten Tapanuli Selatan, tetapi setelah pemekaran pemakaian bahasa Angkola tersebar ke Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Mandailing Natal, dan Kota Padang Sidimpuan.

Penutur asli bahasa Angkola bila berbicara dengan sesama suku Angkola masih setia menggunakan bahasa Angkola. Bahasa Angkola masih dipakai dalam upacara-upacara adat, acara keagamaan bahkan di kantor-kantor instansi pemerintahan.

Penutur asli bahasa Angkola yang bertempat tinggal di kota-kota besar di Indonesia sebahagian masih menggunakan bahasa Angkola sebagai bahasa sehari-hari, sedangkan yang lain menggunakan bahasa Indonesia ini disebabkan perkawinan campuran, orang tuanya sudah lama berdomisili di luar Kabupaten Tapanuli Selatan , juga yang sedang mendapat kesempatan studi di luar daerah tersebut.

2.4 Daerah Objek Penelitian

Daerah penelitian ini terdapat pada empat Kabupaten dan satu kota yang berbeda, tetapi masih tetap berada di provinsi Sumatera Utara. Daerah objek penelitian adalah Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara,

(7)

Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Mandailing Natal, dan Kotamadya Padang Sidempuan.

Sebelum dijelaskan secara rinci setiap daerah titik pengamatan di masing-masing kabupaten, terlebih dahulu diuraikan tentang latar belakang setiap kabupaten. Latar belakang yang dijelaskan meliputi sejarah, geografi, dan sosial penduduk untuk setiap kabupaten. Selanjutnya, dijelaskan juga mengenai desa yang sudah ditetapkan sebagai daerah titik pengamatan untuk mewakili desa lainnya.

Sebagaimana telah dijelaskan di halaman terdahulu bahwa penelitian ini adalah suatu penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Data penelitian diperoleh dalam bentuk tulisan (fiksi dan non fiksi), lisan (fiksi dan non fiksi), dan sejumlah informan penutur bahasa Angkola yang bertempat tinggal di desa daerah titik pengamatan. Daerah titik pengamatan ada sebanyak 20 desa. Untuk itu berikut ini dijelaskan mengenai keadaan alam bagi masing-masing daerah penelitian.

2.5 Kabupaten Tapanuli Selatan a) Kondisi Geografis Daerah

Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas wilayah 4,367,05 km2.dengan jumlah penduduk 263,812 jiwa, terdiri dari 12 kecamatan dengan 493 desa dan 10 kelurahan. Terletak pada garis 0o 58’ 35” – 2o 07’ 33” Lintang Utara dan 98o 42’ 50” – 99o 34’ 16” Bujur Timur. Pada ketinggian berkisar antara 0 – 1.925,3 m di atas permukaan laut.

(8)

b) Batas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara.

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan Samudera Indonesia.

Tabel 2.1

Luas Wilayah, Jumlah Keseluruhan/Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

No Kecamatan Luas Wilayah Kelurahan/ Desa Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 1 Batang Angkola 474.70 58 31,012 65 2 Sayurmatinggi 519.60 55 37,021 71 3 Angkola Timur 286.40 39 23,733 83 4 Angkola Selatan 301.31 18 20,957 70 5 6 7 Angkola Barat Batang Toru Marancar 413.60 384.20 86.88 24 29 32 47,455 26,120 9,168 115 68 106

(9)

8 Sipirok 577.18 100 30,732 53

9 Arse 248.75 31 8,069 32

10 Saipar Dolok Hole 474.13 68 14,020 30

11 Aek Bilah 327.17 42 6,894 21

12 Muara Batang Toru 273.13 7 8,631 32

Total 4,367.05 503 263,812 60

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Selatan(2009)

Untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik, maka dipilih dan ditetapkan desa daerah titik pengamatan sebagai lokasi tempat pengumpulan data secara baik dan benar. Empat kecamatan yang terdaftar di atas kemudian dipilih sebagai lokasi tempat pengumpulan data.

Adapun wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai daerah penelitian ialah: 1. Kecamatan Angkola Barat

2. Kecamatan Angkola Timur 3. Kecamatan Batang Angkola 4. Kecamatan Sayur Matinggi

(10)

Gambar 2.2.

Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan

BA BA BA BA BA BA BA BA BA BA BA B

(11)

Keterangan : BA = Bahasa Angkola

1. Kecamatan Batang Angkola 2. Kecamatan Sayurmatinggi 3. Kecamatan Angkola Timur 4. Kecamatan Angkola Selatan 5. Kecamatan Angkola Barat 6. Kecamatan Batang Toru 7. Kecamatan Marancar 8. Kecamatan Sipirok 9. Kecamatan Arse

10. Kecamatan Saipar Dolok Hole 11. Kecamatan Aek Bilah

12. Kecamatan Muara Batang Toru

Pemilihan keempat kecamatan di atas ditetapkan berdasarkan kepentingan praktis saja. Berdasarkan wawancara dengan informan di desa titik pengamatan yang telah ditetapkan, maka hasil yang diperoleh adalah semua kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan lebih dominan memakai bahasa Angkola di samping bahasa Mandailing dan bahasa Indonesia.

Suku lain yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan seperti Suku Melayu, Padang, Nias, Batak Toba, Cina selalu berkomunikasi dalam bahasa Angkola. Sedangkan pegawai atau karyawan yang bertugas di Kabupaten Tapanuli Selatan tapi berdomisili di kabupaten di luar Tapanuli Selatan juga menggunakan bahasa Angkola di samping bahasa Indonesia.

(12)

2.6 Kabupaten Padang Lawas Utara a. Kondisi geografis daerah

Secara geografis Kabupaten Padang Lawas Utara berada pada sebelah timur laut Kabupaten Tapanuli Selatan dan merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan, membentang antara 1° 13′ 50″ – 2° 2′ 32″ Lintang Utara dan 99° 20′ 44″ – 100° 19′ 10″ Bujur Timur, berada pada 0 – 1.915 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Padang Lawas Utara terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, secara keseluruhan kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 3.918,05 Km2 (391.805 Ha), atau 3.918,05 Km2 terdiri dari 9 kecamatan dan 386 desa dan 2 kelurahan.dengan Ibukota Kabupaten berkedudukan di Gunungtua.

b. Batas Wilayah kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebagai berikut Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Rokan

Hulu Provinsi Riau.

Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

c. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010 ( BPS Kabupaten Padang Lawas Utara 2010) jumlah penduduk Kabupaten Padang lawas Utara sementara adalah 223.049 orang, yang terdiri atas 112.098 laki-laki dan 110.951 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran

(13)

penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara masih bertumpu di kecamatan Padang Bolak yakni sebesar 26,13 persen, kemudian diikuti oleh kecamatan Simangambat sebesar 20 persen, sedangkan kecamatan kecamatan lainnya di bawah 20 persen.

Umumnya bertempat tinggal menetap merupakan masyarakat dari berbagai etnis yaitu Batak Angkola, Mandailing, Batak Toba, Jawa, Minang, Nias yang bermata-pencaharian sebagian besar bertani.

Tabel 2.2

Data Luas Kecamatan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara.

No Kecamatan Luas Jumlah Penduduk

1 Simangambat 1.036,68 Km2 46.731 jiwa

2 Batang Onang 286,69 Km2 12.813 jiwa

3 Hulu Sihapas 82,98 Km2 4.639 jiwa

4 P. Bolak Julu 243,33 Km2 9.924 jiwa

5 Padang Bolak 792,14 Km2 58.285 jiwa

6 Portibi 142,35 Km2 23.225 jiwa

7 Halongonan 596,26 Km2 28.938 jiwa

8 Dolok 492,45 Km2 22.514 jiwa

9 Dolok Sigompulon 272,17 Km2 15.924 jiwa

(14)

BA BA BA BA BA BA BA BA BA Gambar 2.3.

Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Padang Lawas Utara

Keterangan : BA = Bahasa Angkola 1. Kecamatan Simangambat 2. Kecamatan Batang Onang 3. Kecamatan Hulu Siapas

(15)

4. Kecamatan Padang Bolak Julu 5. Kecamatan Padang Bolak 6. Kecamatan Portibi

7. Kecamatan Halongonan 8. Kecamatan Dolok

9. Kecamatan Dolok Sigompulon

Dari wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara ditetapkan juga empat lokasi penelitian. Adapun wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai daerah penelitian untuk wilayah Padang Lawas Utara ialah:

1. Kecamatan Batang Onang 2. Kecamatan Hulu Sihapas 3. Kecamatan Padang Bolak 4. Kecamatan Dolok

Sama halnya dengan kabupaten sebelumnya, dari hasil wawancara dengan informan di desa titik pengamatan yang telah ditetapkan, maka hasil yang diperoleh semua kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Lawas Utara lebih dominan memakai bahasa Angkola di samping bahasa Mandailing dan bahasa Indonesia.

Suku lain yang ada di Kabupaten Padang Lawas Utara seperti suku Melayu, Padang, Nias, Batak Toba, Cina selalu berkomunikasi dalam bahasa Angkola. Sedangkan pegawai atau karyawan yang bertugas di Kabupaten Padang Lawas Utara tapi berdomisili di luar Kabupaten Padang Lawas Utara juga menggunakan bahasa Angkola di samping bahasa Indonesia.

(16)

2.7 Kabupaten Padang Lawas a. Kondisi geografis daerah

Secara geografis Kabupaten Padang Lawas merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan, membentang antara : 10 26’ – 2011’ Lintang Utara, 91001’ – 95053’ Bujur Timur. Ketinggian Berkisar antara : 0 – 1.915 m diatas permukaan laut

Kabupaten Padang Lawas terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan,dengan jumlah penduduk diperkirakan sebanyak 185.209 jiwa. Secara keseluruhan kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 4.229,99 Km2, ,dengan Ibukota Kabupaten berkedudukan di Sibuhuan (Padang Lawas Dalam Angka 2009)

b. Batas Wilayah Kabupatae Padang Lawas adalah sebagai berikut Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu

Propinsi Riau

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat, Kecamatan Siabu

Kabupaten Mandailing Natal

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Gunung Malintang Kabupaten Mandailing Natal, Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan

(17)

c. Gambaran Umum Demografis.

Gambaran Umum Demografis Kabupaten Padang Lawas pada umumnya bertempat tinggal menetap dan merupakan masyarakat dari berbagai etnis yaitu Batak Angkola, Mandailing, Batak Toba, Jawa, Minang, Melayu, Nias yang bermata pencaharian bertani, berkebun kelapa Sawit dan coklat.

Tabel 2.3

Data Luas Kecamatan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas.

No Kecamatan Luas Jumlah Penduduk

1 Sosopan 407,52 Km2 8.832 jiwa

2 Ulu Barumun 241,37 Km2 12.665 jiwa

3 Barumun 242,10 Km2 43.128 jiwa

4 Lubuk Barumun 300,23 Km2 12.704 jiwa

5 Sosa 611,85 Km2 24.381 jiwa

6 Batang Lubuk Sutam 586,00 Km2 9.450 jiwa

7 Hutaraja Tinggi 408,00 Km2 33.239 jiwa

8 Huristak 375,65 Km2 12.056 jiwa

9 Barumun Tengah 1.075,27 Km2 28.754 jiwa

Jumlah 4.229,99 Km2 185.209 jiwa

(18)

Gambar 2.4

Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Padang Lawas

Keterangan : BA = Bahasa Angkola 1. Kecamatan Sosopan 2. Kecamatan Ulu Barumun

(19)

3. Kecamatan Barumun 4. Kecamatan Lubuk Barumun 5. Kecamatan Sosa

6. Kecamatan Batang Lubuk Sutam 7. Kecamatan Huta Raja Tinggi 8. Kecamatan Huristak

9. Kecamatan Barumun Tengah

Sebanyak empat kecamatan juga dipilih sebagai lokasi penelitian dari kabupaten ini. Adapun wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai daerah penelitian ialah:

1. Kecamatan Sosopan 2. Kecamatan Huristak 3. Kecamatan Barumun 4. Kecamatan Sosa

Dari hasil survei dan wawancara yang dilakukan dengan informan di desa titik pengamatan yang telah ditetapkan, maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kecamatan Sosopan lebih dominan memakai bahasa Angkola, ini dikarenakan kecamatan Sosopan merupakan daerah yang berbatasan dan terdekat dengan Kabupaten Padang Lawas utara, sedangkan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Padang Lawas memakai bahasa Mandailing di samping bahasa Indonesia..

Suku pendatang yang ada di Kabupaten Padang Lawas seperti Suku Melayu, Padang, Nias, Batak Toba, Cina, Jawa selalu berkomunikasi dalam bahasa

(20)

Mandailing dan Bahasa Indonesia, sedangkan pegawai atau karyawan yang bertugas di Kabupaten Padang Lawas tapi berdomisili di di luar Kabupaten Padang Lawas menggunakan bahasa Indonesia, walaupun kadang-kadang bercampur dengan bahasa Mandailing.

2.8 Kabupaten Mandailing Natal a. Kondisi Geografis Daerah

Secara geografis Kabupaten Mandailing Natal merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan, membentang antara : 0o 10 – 1 50 Lintang Utara 98° 50 – 100 10 Bujur Timur.

Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari 23 (dua puluh tiga) kecamatan, secara keseluruhan kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar ± 6.620,70 Km² (662.070 Ha), Ketinggian Berkisar antara : 0 – 1.315 m diatas permukaan laut,

b. Batas Wilayah Kabupaten Mandailing Natal adalah sebagai berikut Sebelah Utara : Dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

dan Kabupaten Padang Lawas. Sebelah Timur : Dengan Propinsi Sumatera Barat. Sebelah Selatan : Dengan Propinsi Sumatera Barat. Sebelah Barat : Dengan Samudera Indonesia.

(21)

c. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil pendataan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, pada saat Kabupaten Mandailing Natal dimekarkan pada tanggal 23 November 2008 dengan jumlah kecamatan 16 (enam belas), sekarang berdasarkan pendatan BPS Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009 setelah mengalami pemekaran-pemekaran beberapa kali lagi, telah menjadi 23 (dua puluh tiga) kecamatan, 395 Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk 423.712 jiwa.

Tabel 2.4

Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan/ Desa dan Jumlah Penduduk Kabupaten Mandailing Natal

No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Kelurahan/Desa Penduduk 1. Batahan 66.971,00 18 18.608 2. Sinunukan - 13 14.228 3. Batang Natal 65.150,99 31 22.459 4. Lingga Bayu 34.539,01 18 21.670 5. Ranto Baek - 16 10.179 6. Kota Nopan 32.514,72 36 29.428 7. Ulu Pungkut 29.519,06 13 5.737

(22)

8. Tambangan 21.413,65 20 15.111

9. Lembah Sorik Marapi 3.472,57 9 17.748

10. Puncak Sorik Marapi - 11 8.303

11. Muara Sipongi 22.930,00 15 10.853 12. Pakantan - 8 2.899 13. Panyabungan 25.977,43 38 75.381 14. Panyabungan Selatan 8.759,72 11 10.555 15. Panyabungan Barat 8.721,83 10 9.677 16. Panyabungan Utara 17.993,61 12 21.055 17. Panyabungan Timur 39.787,40 15 13.476 18. Huta Bargot - 13 5.680 19. Natal 93.537,00 29 26.379

20. Muara Batang Gadis 143.502,00 17 14.861

21. Siabu 34.536,48 24 52.725

22. Bukit Malintang 12.743,52 11 12.840

23. Naga Juang - 7 3.860

Jumlah/ Total 662.070,00 395 423.712

(23)

d. Gambaran Umum Demografis.

Gambaran Umum Demografis Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya bertempat tinggal menetap dan merupakan masyarakat dari berbagai etnis yaitu Batak Angkola, Mandailing, Batak Toba, Jawa, Minang, Nias , Pakpak, Karo, Simalungun, Melayu, cina yang bermata - pencaharian sebagian besar bertani dan berkebun, di samping yang lainnya ada yang sebagai pegawai di instansi-instansi pemerintah maupun swasta.

(24)

Gambar 2.5.

Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Mandailing Natal Keterangan : BA = Bahasa Angkola

1. Kecamatan BatahanKecamatan Sinunukan 2. Kecamatan Batang Natal

(25)

3. Kecamatan Lingga Bayu 4. Kecamatan Ranto Baek 5. Kecamatan Kotanopan 6. Kecamatan Ulu Pungkut 7. Kecamatan Tambangan

8. Kecamatan Lembah Sorik Merapi 9. Kecamatan Puncak Sorik Merapi 10. Kecamatan Muara Sipongi 11. Kecamatan Pakantan 12. Kecamatan Panyabungan

13. Kecamatan Panyabungan Selatan 14. Kecamatan Panyabungan Barat 15. Kecamatan Panyabungan Utara 16. Kecamatan Panyabungan Timur 17. Kecamatan Huta Bargot

18. Kecamatan Natal

19. Kecamatan Muara Batang Gadis 20. Kecamatan Siabu

21. Kecamatan Bukit Malintang 22. Kecamatan Naga Juang

Untuk Kabupaten Mandailing Natal hanya satu kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian, yaitu Kecamatan Siabu. Setelah diamati semua desa titik pengamatan yang telah ditetapkan, maka hasil yang diperoleh semua kecamatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal memakai bahasa Mandailing di samping bahasa Indonesia, kecuali Kecamatan Siabu lebih cenderung memakai bahasa Angkola,

(26)

karena merupakan daerah yang berbatasan dan terdekat dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Suku pendatang yang ada di Kabupaten Mandailing Natal seperti Suku Melayu, Padang, Nias, Batak Toba, Cina selalu berkomunikasi dalam bahasa Mandailing dan bahasa Indonesia, sedangkan pegawai atau karyawan yang bertugas di Kabupaten Mandailing Natal tapi berdomisili di luar Kabupaten Mandailing Natal menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mandailing.

2.9 Kota Padang Sidimpuan

a. Kondisi Geografis Daerah

Secara geografis merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan, membentang antara : 1°08′ - 1 Lintang Utara 99°13′ - 99°20′ Bujur Timur.

Kota Padangsidimpuan yang terdiri dari terdiri dari 6 (enam) kecamatan, 37 (tiga puluh tujuh) kelurahan, 42 (empat puluh dua) desa, secara keseluruhan kota ini kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 14.684,68 Ha, dengan Ibukota Kabupaten berkedudukan di Kota Padang Sidimpuan.

b. Batas Wilayah Kota Padang Sidimpuan adalah sebagai berikut Sebelah Utara : Kec. Angkola Timur, Kab. Tapanuli Selatan Sebelah Selatan : Kec. Batang Angkola, dan Kec. Angkola Selatan, Kab. Tapanuli Selatan

Sebelah Barat : Kec. Angkola Barat dan Kec. Angkola Sebelah Timur : Kec. Angkola Timur, Kab. Tapanuli Selatan.

(27)

c. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil pendataan Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan 2007 jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan diperkirakan sebanyak 185.132 jiwa

Wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai daerah penelitian ialah: 1. Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru .

2. Kecamatan Padangsidimpuan Utara 3. Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 4. Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

Tabel 2.5

Jumlah Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Penduduk Kota Padangsidimpuan No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk 1 Padangsidimpuan Tenggara 27,69 18 28.760 1.039 2 Padangsidimpuan Selatan 15,81 12 60.746 3.842 3 Padangsidimpuan Batunadua 38,74 15 16.971 438 4 Padangsidimpuan Utara 14,09 16 58.492 4.152 5 Padangsidimpuan Hutaimbaru 22,34 10 16.058 719 6 Padangsidimpuan Angkola Julu 28,19 8 7.472 265

Jumlah 146,86 79 188.499 1.284

(28)

BA BA BA BA BA BA Gambar 2.6.

Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kota Padangsidimpuan

Keterangan : BA = Bahasa Angkola

1. Kecamatan Padang Sidimpuan Tenggara 2. Kecamatan Padang Sidimpuan Selatan 3. Kecamatan Batu Nadua

(29)

4. Kecamatan Padang Sidimpuan Utara 5. Kecamatan Hutaimbaru

6. Kecamatan Padang Sidimpuan Angkola Julus

Setelah diamati, semua desa titik pengamatan dari setiap kecamatan yang telah ditetapkan, maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan memakai Bahasa Angkola. Bahasa Indonesia tetap dipakai dalam komunikasi di kantor, di sekolah-sekolah di samping Bahasa Indonesia dan bahasa Mandailing. Suku pendatang yang ada di Kota Padangsidimpuan seperti Suku Melayu, Padang, Nias, Batak Toba, Cina selalu berkomunikasi dalam Bahasa Angkola dan Bahasa Indonesia. Bahasa Angkola digunakan dalam interaksi informal sementara bahasa Indonesia dalam interaksi formal. Dalam komunikasi sehar-hari antarwarga dengan demikian Bahasa Angkolalah yang digunakan.

Dari seluruh wilayah penelitian yang telah ditetapkan, Kecamatan Batang Onang dan Kecamatan Dolok dipilih sebagai titik awal pengumpulan data atau kegiatan penelitian secara keseluruhan karena semata-mata alasan praktis. Perekaman hanya dilakukan pada dua kecamatan ini karena pada waktu yang telah dijadwalkan tersedia kegiatan yang dapat direkam senagai sumber data. Dengan demikian, pada kecamatan lainnya hanya dilakukan wawancara untuk memverifikasi data yang diperoleh dari perekaman dan dari teks tulisan. Verifikasi juga dilakukan terhadap data intuitif yang berasal dari peneliti esndiri sebagai penutur asli Bahasa Angkola.

Gambar

Gambar 2.1. Peta wilayah Tapanuli Selatan Sebelum pemekaran

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

participants in the chain can access the data in real time and can validate which increases trust between parties, our blockchain & IoT based food supply chain system

Disamping itu pada kondisi pemeliharaan ayam buras saat ini dimana peternak sudah melaksanakan pemeliharaan di kandang batere untuk tujuan memproduksi telur konsumsi, maka dengan

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

hipotesis peneliti, dilakukan analisis statistik dengan analisis regresi. Cara pengambilannya menggunakan teknik random sampling, yaitu cara pengambilan/pemilihan