• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman (“Buku”, par.1).

2.1.2. Fotografi

Fotografi berasal dari kata Yunani yaitu "photos" yang artinya cahaya dan "Grafo" yang artinya melukis (Benedictus, par.1).

Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat (Benedictus, par.2).

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat dalam menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO

Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO,

diafragma dan speed dapat diukur menggunakan lightmeter (exposure) (Benedictus, par.3).

Hal penting yang harus diperhatikan dalam teknik pemotretan yaitu unsur pencahayaan, kecepatan rana, dan bukaan diafragma untuk memperoleh foto yang diinginkan. Foto merupakan hasil perpaduan ketiga unsur tersebut.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan foto adalah:

1. ISO

ISO dipakai untuk mengukur sensitivitas sensor/film terhadap cahaya. Semakin tinggi nilai angka ISO, maka semakin tinggi kepekaan terhadap cahaya, begitu juga sebaliknya. Namun semakin

(2)

tinggi angka yang digunakan dalam ISO, dapat memberikan resiko

noise (butiran kasar) pada gambar (Abdi 94).

2. Kecepatan Rana

Kecepatan rana (shutter speed) merupakan pengaturan kecepatan tutup jendela kamera yang mengatur cahaya yang masuk ke dalam film.

3. Diafragma

Bukaan diafragma (aperture) adalah lubang dalam lensa yang mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Semakin kecil lubangnya berdampak pada ruang tajam yang luas (Abdi 95). Ukuran bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Ukuran diafragma pada lensa berbanding terbalik, yaitu semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragmanya dan sebaliknya.

4. Eksposur

Eksposur digunakan untuk menentukan pencahayaan pemotretan. Eksposur merupakan hasil pengaturan bukaan difragma dan kecepatan rana. Cara mengatur eksposure adalah melihat pada lightmeter.

5. Arah Pencahayaan

Arah cahaya yang menyinari objek dapat diperoleh dari cahaya matahari atau menggunakan lampu sebagai sumber cahaya. Beberapa jenis pencahayan adalah sebagai berikut :

• Side lighting, sinar datang dari samping objek

• Back lighting, arah datangnya sinar adalah dari belakang objek • Front lighting, sumber cahaya berada di belakang kamera • Overhead lighting, letak lampu atau matahari di atas objek (Soelarko 1975: 28-29)

6. Komposisi

Komposisi adalah penempatan posisi objek foto pada bidang pemotretan sehingga membentuk suatu kesatuan. Komposisi diperlukan untuk menuntun mata menuju titik perhatian yang menyatukan objek foto secara keseluruhan. Dalam menentukan komposisi harus kreatif dalam memperhatikan latar belakang dan

(3)

objek foto sehingga membentuk komposisi yang menarik. Unsur-unsur komposisi terdiri atas warna, bentuk, tekstur, dan garis. (Yozardi dan Wijono 67).

7. Fokus

Untuk memperoleh hasil foto yang tajam dan jelas diperlukan pengaturan fokus yang benar. Dalam mengatur focus dapat menggunakan dua cara, yaitu manual focus dan autofocus.

2.2. Tinjauan Pustaka 2.2.1. Sejarah Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar.

Buku pada awalnya hanya berupa tanah liat yang dibakar, mirip dengan proses pembuatan batu bata di masa kini. Buku tersebut digunakan oleh penduduk yang mendiami pinggir Sungai Euphrates di Asia Kecil sekitar tahun 2000 SM (Patria, par.1).

Penduduk sungai Nil, memanfaatkan batang papirus yang banyak tumbuh di pesisir Laut Tengah dan di sisi sungai Nil untuk membuat buku.Gulungan batang papirus inilah yang melatarbelakangi adanya gagasan kertas gulungan seperti yang kita kenal sekarang ini. Orang Romawi juga menggunakan model gulungan dengan kulit domba. yang disebut parchment (Patria, par.2).

Bentuk buku berupa gulungan ini masih dipakai hingga sekitar tahun 300 Masehi. Kemudian bentuknya berubah menjadi lembar-lembar yang disatukan dengan sistem jahit yang disebut codex, yang merupakan cikal bakal lahirnya buku modern seperti sekarang ini (Patria, par.3).

Pada tahun 105 Masehi, Ts’ai Lun, seorang Cina di Tiongkok telah menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk, kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Setelah dimasukkan ke dalam cetakan, buku di jemur hingga mengering. Setelah mengering, bubur berubah menjadi kertas (Patria, par.4).

Pada tahun 751, pembuatan kertas telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia tengah, dimana beberapa pembuat kertas bangsa Cina diambil sebagai

(4)

tawanan oleh bangsa Arab. Bangsa Arab, setelah kembali ke negrinya, memperkenalkan kerajinan pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol. Tahun 1150, dari Spanyol, kerajinan ini menyebar ke Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di Fabriano, Italia tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391. Berkat ditemukannya pembuatan kertas inilah maka pembuatan buku di beberapa belahan dunia semakin berkembang (Patria, par.5).

2.2.2. Sejarah Fotografi

Fotografi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yang diambil dari kata photos (cahaya) dan graphos (tulisan/gambar) yang artinya adalah menulis atau menggambar dengan cahaya (Perdhana, par.1).

Sejarah fotografi sebenarnya bisa dirunut hingga ke masa sebelum masehi. Pada abad ke-5 SM, seseorang bernama Mo Ti, menemukan sebuah gejala bahwa apabila pada dinding ruangan gelap terdapat sebuah lubang kecil (pinhole, lubang jarum), maka di dinding bagian belakang dalam ruangan itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruangan tersebut secara terbalik melalui lubang tadi. Fenomena ini kemudian dikenal dengan nama camera obscura (Perdhana, par.2).

Istilah camera obscura sendiri diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611. Pada saat itu Johannes Keppler mengembangkan sebuah kamera portabel yang berbentuk seperti sebuah tenda. Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditagkap oleh lensa yang membentuk gambar di luar tenda tersebut ke atas selembar kertas (Perdhana, par.5).

Pada tahun 1824, seorang seniman Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam mengekspos pemandangan dari jendela kamarnya melalui proses yang ia sebut Heliogravure di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil menghasilkan imaji yang agak kabur, namun gambar tersebut berhasil bertahan secara permanen. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya (Perdhana, par.9).

(5)

Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen (Perdhana, par.12).

Setelah itu, teknologi fotografi berkembang dengan sangat cepat. Perkembangan teknologi fotografi modern tersebut dimotori oleh seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto (Perdhana, par.14).

Tahun 1950, mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film (Perdhana, par.15).

Kemajuan teknologi turut memacu perkembangan fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran. Bahkan seiring dengan perkembangan teknologi digital dan komputer, kini kamera dapat menghasilkan bukan saja gambar yang lebih baik, namun juga memudahkan fotografer untuk berkreasi dengan teknologi ini (Perdhana, par.16).

2.3 Tinjauan Fotografi

Fotografi merupakan salah satu cara untuk menyampaikan komunikasi melalui gambar yang diambil menggunakan kamera.

(6)

2.3.1 Peralatan Fotografi 2.3.1.1.Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk merekam gambar suatu objek pada permukaan yang peka cahaya melalui cara kerja optic, yaitu memasukkan cahaya menggunakan lensa sehingga terbentuklah gambar seperti yang tampak pada jendela bidik (Dini Yozardi dan Itta Wijono 13).

2.3.1.2. Lensa

Dalam fotografi, lensa merupakan mata kedua dalam melihat objek. Kualitas warna dan kekontrasan foto juga ditentukan oleh kualitas lensa. Sehingga lensa menjadi bagian penting untuk mendapatkan hasil foto yang baik. (Dini Yozardi dan Itta Wijono 19-23).

a. Lensa Standar

Sudut pandang lensa ini sejajar dengan pandangan mata objek. Lensa standar berukuran 50 mm.

b. Lensa Sudut Lebar (wide lens)

Lensa ini membuat objek terlihat lebih jauh dan lebih kecil. Lensa ini memiliki berbagai ukuran, yaitu 17 mm, 20 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.

c. Lensa Tele

Lensa ini membuat objek terlihat lebih dekat dengan pemotretnya. Lensa tele berukuran 70 mm ke atas.

d. Lensa Zoom

Lensa ini merupakan gabungan dari tiga jenis lensa, yaitu sudut lebar, standar, dan tele.

e. Lensa fix

Lensa fix memiliki ukuran yang kecil dan panjang fokal yang tetap, sehingga tidap dapat di zoom atau zoom out. Lensa fix memiliki berbagai macam panjang fokal, yaitu:

• Lensa fix wideangle (24mm, 35mm) • Lensa fix normal (50mm, 60mm) • Lensa fix telephoto (85mm, 105mm)

(7)

Lensa fix memiliki bukaan diafragma yang besar (f/1.4 atau f/1.8). sehingga dapat membuat blur (out-of-focus) pada background dengan mudah.

2.3.1.3. Tripod

Tripod adalah alat bantu yang digunakan untuk menyangga kamera. Berfungsi untuk membantu mengatasi getaran kamera saat menggunakan kecepatan rana rendah.

2.3.1.4.Lampu Kilat (Flash)

Flash merupakan alat yang dapat membantu pencahayaan pada suatu

objek. Lampu kilat menjadi sumber cahaya utama dalam pemotretan di dalam ruangan yang kurang cahaya. Dalam menggunakan flash, fotografer perlu mengatur kecepatan rana dan bukaan diafragma agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

“Sebagai cahaya buatan, lampu kilat dapat memberikan efek yang berbeda pada setiap objek” (Yozardi dan Itta Wijono 41).

2.4. Istilah Fotografi

Dalam dunia fotografi menurut catatan pribadi dikenal beberapa istilah dalam pengambilan gambar, yaitu :

a. Long Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek kecil, digunakan saat menggambarkan seluruh area dari sebuah aksi.

b. Medium Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek yang terlihat lebih besar dibandingkan pada long shot, digunakan untuk menggambarkan seluruh figure maupun sosok seseorang dari bawah lutut sampai kepala.

(8)

Komposisi yang terlihat hanya objek yang dijadikan point of interest, digunakan untuk menggambarkan sebagai figure, elemen subjek ditampakkan dari bahu sampai kepala.

d. Extreme Close Up

Digunakan untuk menggambarkan detail sebuah subjek yang hanya ditonjolkan elemen objeknya, misalnya mata saja atau hidung saja. e. High Angle

Pemotretan dengan arah pandang objek foto lebih rendah daripada kamera Pemotretan dari atas ke bawah seperti “mata burung”.

f. Low Angle

Pemotretan dengan kamera yang arah pembidikkannya dari bawah ke atas terhadap ibjek foto. Disebut juga dengan sudut pandang “mata kodok”.

g. Ruang Tajam Luas

Objek yang berada di depan lensa sampai dengan objek yang berada di kamera tampak tajam atau jelas semua, hasil ini diperoleh dengan menggunakan bukaan diafragma (f) besar.

h. Ruang Tajam Sempit

Teknik ini bertujuan untuk memberi penonjolan lebih pada objek utama,sehingga tampilan dari teknik ini adalah latar belakang yang blur. Sehingga dapat dipilih objek yang ingin ditonjolkan.

2.5. Tinjauan Buku Fotografi

Kim, John. 40 Teknik Fotografi Digital. Membahas tentang dasar-dasar dalam pemotretan, cara tepat untuk menggunakan fitur untuk kamera, dan membahas cara memotret diberbagai macam keadaan dan objek yang beragam.

Soelarko, R.M. Penuntun Fotografi. Membahas tentang fotografi yang baik.

Yozardi, Dini, dan Itta Wijono. 1 2 3 Klik!: Petunjuk Memotret Kreatif Untuk Pemula. Memberi pembahasan singkat mengenai cara memotret dengan menggunakan fitur yang ada di dalam kamera dengan lengkap dan cara mengambil gambar yang baik.

(9)

Sugiarto, Atok. Jurus Memotret Objek Bergerak. Membahas tentang cara memotret objek yang bergerak, seperti memotret kehidupan masyarakat yang selalu bergerak

Abdi, Yuyung. Photography From My Eyes. Refrensi foto yang ada dalam buku ini memberi insrpirasi.

2.6. Tinjauan Ketak 2.6.1. Ketak

Kerajinan “Ketak” terbuat dari bahan baku tanaman bernama “Ketak”, yaitu sejenis rumput yang banyak ditemui di Lombok. Bentuk rumput “Ketak” panjang sekitar 45 cm dan berwarna kuning muda kecoklatan. Sifatnya yang keras merupakan kelebihan dari rumput “Ketak “untuk diolah menjadi sebuah kerajinan. Masyarakat dapat menemukan dan memetik rumput “Ketak” yang ditemukan di hutan. Setelah dipetik dan dikumpulkan, rumput “Ketak” yang akan digunakan dibelah menjadi enam bagian, kemudian dihaluskan dan digunakan menjadi anyaman bagian luar. Sedangkan tulangannya dipilih rumput yang agak tua. Kerajinan “Ketak” menghasilkan dua warna, yaitu warna natural tanpa proses pemanggangan dan cokelat keemasan yang mengilap diperoleh dari proses pemanggangan atau di oven (Ulung 106).

2.6.2. Sejarah Kerajinan Ketak

Seni anyam merupakan kerajinan kesukuan yang umumnya dilakukan di antara penduduk pedesaan Indonesia. Kerajinan itu telah menyatu dengan kegiatan keseharian masyarakat tradisional dan menghasilkan barang-barang keperluan sehari-hari. Kegiatan menganyam tidak memerlukan peralatan yang rumit dan bahan dasarnya biasanya ditemukan secara berlimpah di sekitar desa (Heritage 28).

Berbagai jenis kerajinan tangan dihasilkan dengan cara menganyam, dan bahan bakunya telah disediakan oleh alam, seperti bambu, rotan, gerabah, dan salah satunya adalah tanaman “Ketak” yang ada di Pulau Lombok.

Propinsi Nusa Tenggara Barat sebagai daerah agraris, beraneka ragam tanaman tumbuh subur, salah satunya adalah tanaman yang oleh masyarakat

(10)

setempat disebut “Ketak” yang dalam bahasa latinnya disebut “Lygodium Circinatun” tanaman ini termasuk paku-pakuan yang menjalar pada tanaman induk atau pokok. Pada saat ini “Ketak” merupakan salah satu bahan baku untuk membuat berbagai bentuk barang melalui proses pengeringan, pembelahan dan pembentukan ( Nizar, par.1).

Dalam perkembangannya sampai dengan sampai dengan tahun 2011, kerajinan anyaman “Ketak” ini terdapat di 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur, dengan sentra 64 sentra (Nizar, par.2).

Anyaman “Ketak” mula-mula berkembang sekitar tahun 1986 di Desa Nyurbaya Gawah Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, karena bahan baku yang berlimpah disana. Pada tahun 1988 pemerintah mulai melakukan pembinaan serta intensif berupa pelatihan keterampilan, pengembangan desain, pameran baik lokal maupun nasional, sehingga produk anyaman ini dapat berkembang mulai dari Lombok Barat, Lombok Tengah ke Lombok Timur (Nizar, par.3).

Produk anyaman “Ketak” merupakan salah satu produk kerajinan yang banyak dipasarkan di Art Shop yang tersebar di daerah wisata Nusa Tenggara Barat maupun Bali. Anyaman “Ketak” ini biasanya dimanfaatkan sebagai barang dekoratif meskipun masih juga melekat fungsi dari produk tersebut (Nizar, par.4).

“Ketak” tidak hanya dipasarkan domestik akan tetapi juga menembus pasar mancanegera seperti German, Inggris, Perancis dan seputaran Asia juga di beberapa Negara berkembang lainnya (Nizar, par.5).

Kerajinan “Ketak”, selain mempunyai nilai seni tinggi juga tidak lepas dari pemanfaatan sehari-hari. Seperti masyarakat Narmada yang merupakan pengrajin “Ketak”, memanfaatkannya sebagai perangkat dalam kehidupan sehari-hari (Nizar, par.6).

2.6.3. Jenis Kerajinan Ketak

Kerajinan anyaman “Ketak” yang saat ini banyak diproduksi oleh masyarakat diantaranya peralatan makan, kotak perhiasan, tas, dan berbagai macam pernik interior lainnya (Ulung 106).

(11)

2.6.4. Proses Pembuatan Ketak

Hasil wawancara dengan pemilik Bapak Awidi, kerajinan “Ketak” terbuat dari bahan baku tanaman “Ketak” dan juga dapat dikombinasikan dengan penjalin, rotan, atau bahan lainnya.

a. Proses pencarian Ketak

Masyarakat mencari “Ketak” di dalam hutan-hutan yang ada di Lombok, khususnya yang berada di daerah Narmada. Kemudian “Ketak” diikat dan dijual kepada para pengrajin “Ketak” dengan jumlah yang dibutuhkan.

b. Proses Menganyam

Masyarakat desa khususnya para wanita menganyam “Ketak” dalam waktu 1 hari untuk mendapatkan 1 buah kerajinan “Ketak”. “Ketak” dipadukan dengan penjalin agar strukturnya menjadi lebih kuat. Penjalin adalah kayu kecil yang menyerupai rotan, diameternya lebih besar dari “Ketak”. Dalam proses menganyam juga digunakan beberapa alat-alat penting, yaitu porotan dan serut untuk merapikan “Ketak”, pisau untuk memotong, dan gunting kuku untuk merapikan bagian “Ketak” yang mencuat.

Gambar 2.1. Proses menganyam Ketak

c. Proses Penjemuran

Proses penjemuran dilakukan oleh pemilik Art Shop Nusa Indah yang merupakan salah satu pengepul kerajinan “Ketak” di desa Karang Bayan. Penjemuran dilakukan dalam waktu 1 hari apabila mendapat

(12)

d. Proses Oven

Proses oven dilakukan untuk mendapatkan warna coklat keemasan pada kerajinan tersebut.

e. Proses Akhir

Kerajinan “Ketak” yang sudah di jemur dan di oven perlu dirapikan dengan cara disikat dan dipotong pada bagian “Ketak” yang tidak rapi.

2.7. Analisis Data

Analisis data melalui pendekatan 5W1H(who, when, where,what, with,

how), yaitu :

a. Who : Perancangan ditujukan kepada pecinta seni kerajinan pada

umumnya, khususunya dan para wisatawan yang berkunjung di Pulau Lombok.

b. What : Perancangan akan dilakukan pada Kerajinan “Ketak”yang

diformulasi jadi buku fotografi.

c. Why : Promosi dilakukan karena Kerajinan “Ketak” belum

dikenal oleh masyarakat sendiri dan belum pernah didokumentasikan melalui media buku dengan baik.

d. Where : Promosi akan dilakukan di Lombok

e. When : Promosi dilakukan pada bulan April 2014

f. How : Promosi dilakukan dengan cara merancang buku fotografi

tentang Kerajinan “Ketak”

2.8. Kesimpulan Analisa Data

Melihat potensi di atas tentang kerajinan “Ketak”, maka dapat disimpulkan bahwa media dalam yang tepat adalah menyusun dan merancang melalui “Buku Fotografi Kerajinan Ketak”. Dengan adanya buku fotografi lebih memudahkan masyarakat lebih mudah mengenal kerajinan Ketak secara singkat dan menarik.

Buku pembahasan mengenai kerajinan “Ketak” jarang dijumpai di toko-toko buku. buku tersebut tidak secara khusus membahas darimana asal kerajinan tersebut dengan lengkap dari proses menganyam hingga menjadi sebuah kerajinan dan keunikan kerajinan “Ketak”.

(13)

Oleh karena itu, media buku dianggap paling efektif untuk membahas tentang kerajinan “Ketak”, karena media tersebut adalah satu-satunya media yang mampu menyajikan pesan secara spesifik dan mendetail, baik pesan visual maupun data-data verbal.

Gambar

Gambar 2.1. Proses menganyam Ketak

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian tentang “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pemberdayaan Home Industri Pengolahan Abon Ikan Terhadap Pendapatan Ibu

Siswa diberi kesempatan untuk menggali pengetahuannya secara aktif yang dapat meningkatkan pemahamannya terhadap konsep-konsep yang dipelajari (Pribadi, 2014:

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten

Waktu awal aplikasi tiga minggu sebelum tanam dan frekuensi aplikasi dua minggu sekali merupakan perlakuan terbaik untuk mempertahankan kualitas visual dan fungsional

Seseorang yang secara genek mempunyai persentase yang nggi dari suatu pe serabut otot, akan unggul dalam olahraga genek mempunyai persentase yang nggi dari suatu

Semua contoh figur Yesus dalam wayang Wahyu yang perupaannya mirip dengan wayang kulit Purwa memang mempunyai perbedaan dalam hal penerapan tatah, sungging, dan atribut

dalam usaha atau tujuan yang tidak diketahui dengan Uang akan lari dari orang yang menginvestasikannya dalam usaha atau tujuan yang tidak diketahui dengan baik, atau tidak