• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan sekumpulan kegiatan yang saling berkaitan, dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya membutuhkan berbagai macam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Berikut adalah pengertian proyek menurut beberapa ahli, antara lain:

1. proyek adalah pekerjaan yang memobilisasi sumber daya yang tersedia, sumber daya ini diatur untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu, dan harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan. (Dipohusodo, 1995)

2. Proyek adalah unit yang melaksanakan rencana terbaik untuk kegiatan investasi dan kegiatan terkaitan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tjokroamijojo, 1971)

3. Proyek adalah suatu usaha dalam jangka waktu yang ditentukan dengan sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil yang telah dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek akan dimulai. (Nugraha et al., 1985)

4. Sebuah proyek (konstruksi atau lainnya) adalah sebuah perilaku atau pekerjaan unik yang pada dasarnya memiliki tujuan, mutu atau kualitas, waktu dan harga yang dibutuhkan ditentukan dalam satu bidang atau lebih. (ahuja et al., 1994) Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batas waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu membutuhkan sumber daya (resources) yaitu manusia (man), bahan bangunan (material), peralatan (machine), metode pelaksanaan (method), uang (maney), informasi (information), dan waktu (time). Dalam suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu (Kerzner, 2006).

(2)

6

Menurut Dipohusodo (1996), proyek konstruksi berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia dan kemajuan teknologi. Bidang-bidang kehidupan manusia yang makin beragam menuntut industri jasa konstruksi, membangun proyek-proyek konstruksi sesuai dengan keragaman bidang tersebut yang mana dalam proses konstruksi membutuhkan spesifikasi, keahlian, dan teknologi tertentu. Secara umum, jenis proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 4 kategori berikut:

a. Proyek Konstruksi Bangunan Gedung (Building Construction)

Building construction adalah metode yang paling umum digunakan dalam jenis proyek konstruksi. Jenis bangunan ini mengedepankan pertimbangan konstruksi, teknologi praktis, dan peraturan.

b. Proyek bangunan perumahan atau pemukiman (Residential Construction). Residential construction adalah proyek pembangunan perumahan atau pemukiman yang memberikan infrastruktur pendukung sekaligus sesuai dengan tahap perkembangan. Proyek konstruksi pembangunan perumahan atau pemukiman jenis ini memang membutuhkan perencanaan yang baik dan matang untuk infrastruktur yang ada (seperti jalan, air bersih, listrik dan lain-lain) di lingkungan pemukiman.

c. Proyek Konstruksi Rekayasa Barat (Heavy Engineering Construction)

Heavy engineering construction adalah proses penambahan infrastruktur ke lingkungan binaan (built environment). Pemilik proyek (owner) biasanya adalah pemerintah pusat atau daerah. Dalam proyek ini, pertimbangan elemen desain, keuangan dan hukum tetap menjadi pertimbangan penting, walaupun proyek tersebut bersifat non-profit dan mengutamakan pelayanan publik (public services).

d. Proyek Konstruksi Industri (Industrial Construction)

Jenis proyek konstruksi ini biasanya merupakan proyek industri yang memerlukan spesifikasi dan persyaratan khusus, seperti industri berat/industri dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan implementasi membutuhkan keahlian/teknologi yang tepat dan spesifik.

(3)

7

2.2. Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan

Pembangunan sangat berpengaruh bagi lingkungan dan menimbulkan sejumlah dampak, hal tersebut dapat berdampak positif atau negatif. Dampak dapat diartikan sebagai setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia. Pengertian dampak menurut kamus besar bahasa indonesia adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat yang baik positif atau negatif. Pengaruh adalah suatu kondisi, adanya hubungan timbal balik atau sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dan apa yang dipengaruhi (KBBI Online, 2010). Menurut KBBI Online (2010), dampak dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Dampak Positif

Dampak positif didefinisikan sebagai suatu perubahan akibat konstruksi yang bermanfaat dan menghasilkan nilai guna lebih akibat proyek konstruksi. 2. Dampak Negatif

Dampak negatif didefinisikan sebagai suatu keadaan yang justru lebih buruk atau penurunan nilai guna dibandingkan sebelum adanya proyek konstruksi. Dampak terhadap lingkungan hidup dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada disekitar objek yang dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ruang lingkup lingkungan hidup sangatlah luas. Adapun banyak dampak yang bersifat negatif akibat pelaksanaan proyek bangunan juga meliputi ketiga aspek yang ada dalam ruang lingkup lingkungan hidup meliputi:

1. Lingkungan Fisik dan Kimia

Lingkungan fisik dan kimia yaitu lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti: tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Lingkungan fisik dan kimia ini sangat besar perannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.

2. Lingkungan Biologi

Lingkungan biologi yaitu lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti: manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik.

(4)

8 3. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang diciptakan oleh manusia, dan merupakan sistem nilai, pemikiran, dan kepercayaan tentang perilaku masyarakat sebagai makhluk sosial. Kehidupan komunitas dapat memenuhi aturan, berkat sistem nilai norma yang diakui dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, contohnya yaitu pada lingkungan abiotik merupakan unsur penting dalam kehidupan lingkungan abiotik, khususnya manusia itu sendiri. Lingkungan juga menunjang kehidupan manusia dan sekaligus juga faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses pembangunan.

2.3. Konstruksi Hijau (Green Construction)

Green Construction adalah praktik penataan dan penggunaan proses kondisi lingkungan dan efisiensi sumber daya harus dipertimbangkan sepanjang siklus hidup bangunan (dari lokasi hingga desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi). Green Construction merupakan bagian dari bangunan berkelanjutan (sustainable construction), yang merupakan keseluruhan proses yang bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga keseimbangan antara lingkungan alami dan buatan (Plessis, 2002). Sedangkan menurut Ervianto (2012), green construction didefinisikan suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk minimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.

Green construction atau konstruksi hijau adalah gerakan pembangunan berkelanjutan yang mencita-citakan menciptakan bnagunan konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penggunaan produk bnagunan konstruksi yang ramah lingkungan, hemat energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah (Harimurti, 2012)

(5)

9

Menurut (Glavinich, 2008) dalam (Ervianto, 2009), green construction terjadi hanya jika dipersyaratkan dalam dokumen kontrak. Kontraktor dalam membangun sebuah bangunan berfokus pada pemenuhan apa yang dipersyaratkan dalam rencana proyek dan spesifikasi. Kontraktor sebagai pihak yang mempunyai tanggung jawab sosial dan menjalankan profesinya akan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan green construction dengan alasan:

1. Pengguna jasa mensyaratkan penyedia jasa/pemasok berwawasan terhadap lingkungan dan menyediakan semua bahan dan jasa yang ramah lingkungan, termasuk kontraktor yang produktif bagi lingkungan.

2. Kontraktor di bidang ini termasuk seluruh karyawan memiliki komitmen terhadap perlindungan lingkungan dan mengutamakan cara bekerja yang ramah terhadap lingkungan, sehingga dapat berkontribusi dalam mencari solusi daripada menjadi sumber masalah.

3. Kontraktor bertanggung jawab atas pemenuhan undang-undang lingkungan dan regulasi yang ditetapkan.

4. Kenaikan biaya administrasi (overhead cost) untuk memenuhi peraturan perundang-undangan lingkungan yang diterapkan dengan mengalihkan resiko kepada pihak ketiga/asuransi.

5. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan akan mendorong pemerintah untuk memberlakukan peraturan yang lebih tegas di semua industri, termasuk jasa konstruksi yang tidak aktif terhadap lingkungan.

2.3.1. Konsep Green Construction

Ada beberapa konsep green construction yang dikemukan oleh beberapa ahli, antara lain yaitu:

Glavinich (2008), yaitu menyatakan bahwa konsep green construction mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi, b. Konservesi material,

c. Tepat guna lahan,

(6)

10 e. Penyimpanan dan perlindungan material, f. Kesehatan lingkungan kerja,

g. Menciptakan lingkungan kerja yang ramah lingkungan, h. Pemilihan dan operasional peralatan konstruksi,

i. Dokumentasi.

Sedangkan menurut Kibert (2008), menyatakan bahwa konsep green construction mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Rencana perlindungan lokasi pekerjaan, b. Program kesehatan dan keselamatan kerja,

c. Pengolahan limbah untuk pembangunan atau pembongkaran, d. Pelatihan bagi subkontraktor,

e. Mengurangi jejak ekologis dan proses konstruksi, f. Penanganan dan pemasangan material,

g. Kualitas udara.

Ervianto (2009) menyatakan dengan mengimplementasikan konsep ini, pemilik bangunan dapat merasakan langsung manfaat dari kepemilikan bangunan “green” dibandingkan dengan konvensional, yaitu:

a. Rendahnya biaya operasional, karena penggunaan energi dan air yang efisien, b. Lebih nyaman, karena suhu dan kelembaban ruangan tetap terjaga,

c. Pembangun wajib memberikan perhatian dalam hal pemilihan material yang relatif sedikit mengandung bahan kimia,

d. Sistem sirkulasi udara yang dapat menciptakan lingkungan dalam ruangan yang sehat,

e. Penggantian berbagai komponen bangunan yang mudah dan murah, f. Biaya perawatan dan perbaikan yang relatif rendah.

(7)

11

2.3.2. Kendala Dalam Penerapan Green Construction

Di berbagai negara, penerapan konsep green construction terbukti memberikan manfaat yang positif. Namun di Indonesia masih banyak kendala dalam penerapan konsep green construction, misalnya pemahaman dan kesadaran peserta pembangunan masih berada dalam hal pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Menurut beberapa ahli, hambatan penerapan yang dihadapi dalam konsep green construction adalah :

a. Regulasi

1. Peraturan yang rinci tentang penerapan green construction di Indonesia masih kurang.

2. Belum adanya guideline yang comprehensive dalam penerapan green construction di Indonesia.

b. Pemerintah

1. Kurangnya dukungan dari pemerintah dalam menerapan green construction.

2. Pengaturan wilayah untuk mendukung green construction.

3. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai penghematan sumber energy yang menunjang konstruksi.

4. Kendala prioritas disebabkan oleh tekanan luar yang harus dihadapi oleh pemerintah.

5. Kendala procedural dari institusi atau organisasi. c. Finansial

1. Pembiayaan dan pemeliharaan green construction yang mahal bagi pemilik proyek.

2. Resiko keuangan yang dirasakan terlalu besar bagi pemilik proyek. d. Teknis

1. Sulit untuk mendapatkan sertifikat yang dapat memastikan bahwa material yang digunakan material yang ramah lingkungan.

(8)

12 e. Teknologi

1. Masih kurangnya alternative material dan metode pelaksanaan dalam menerapkan green construction.

f. Pendidikan

1. Kurangnya tenaga ahli di pemerintahan tentang green construction. 2. Kurangnya pengetahuan, pengalaman dan kontraktor tentang green

construction.

3. Kurangnya pengetahuan dan keahlian konsultan mengenai green construction.

4. Kurangnya best pratice dan lessonlearnt mengenai green construction. g. Budaya dan Kebiasaan (Culture and Behaviour)

1. Sikap antisipasi/resisten untuk menerapkan green construction. 2. Kurangnya menyadari manfaat dari green construction.

3. Merasa tidak perlu dengan penerapan green construction.

2.3.3. Strategi Mengatasi Kendala Dalam Menerapkan Green Construction Mengatasi kendala-kendala dalam menerapkan green construction perlu adanya strategi untuk mendorong pengimplementasian green construction. Menurut Bashir et al. (2010), strategi untuk mengimplemantasikan sustainable construction termasuk green construction adalah pendidikan, dimana pendidikan mengenai green construction memegang peran penting dalam mendorong penerapan green construction. Dengan adanya pendidikan mengenai green construction, tentu akan menjadikan wawasan yang menyeluruh guna mengembangkan konsep ini dalam pembangunan berkelanjutan.

Hankinson dan Breytenbach (2012), menyatakan strategi untuk menerapkan green construction yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan tentang green construction. 2. Mendukung kebijakan pemerintah dan menerapkan aturan. 3. Memproduksi alternative bahan yang ramah lingkungan.

4. Menggunakan alat yang dapat menilai obyek untuk green construction. 5. Memberikan edukasi kepada pemilik akan pentingnya green construction.

(9)

13

2.4. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

Masalah lingkungan mempunyai implikasi penting yang terus meningkat perhatian masyarakat yang semakin besar terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan konstruksi. Ternyata perhatian lingkungan dapat memiliki pengaruh positif dan negatif yang cukup luas pada perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Masyarakat menghendaki agar perusahaan konstruksi lebih menaruh perhatian terhadap kegiatan yang dapat meminimalkan polusi dan menggunakan sumber daya alam secara efektif dan efisien (Schaltegger & Synnestvedt, 2002), karena konsumen saat ini tidak hanya berfokus pada harga, kualitas dan pelayanan saja, namun juga pada dampak akibat konstruksi.

Masyarakat juga memiliki perhatian tentang bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya, apakah perusahaan yang berinvestasi di tengah masyarakat peduli dengan masyarakat di sekitarnya, dan apakah perusahaan peduli terhadap lingkungan agar pembangunan berkelanjutannya stabil (Nishitani, 2009). International Organisation for Standardization (ISO) adalah suatu organisasi global yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang beranggotakan tidak kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu organisasi diluar pemerintah (Non-Goverment Organization/NGO) yang berdiri dari sejak tahun 1947 (Suardi, 2003). International Organisation for Standardization telah mengembangkan suatu standar internasional tentang lingkungan, yaitu Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001 yang telah diadopsi oleh berbagai industri di dunia. SML ISO 14001 merupakan bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan lingkungan dan mengelola aspek lingkungannya. SML ISO 14001 dapat pula dikatakan berupa serangkaian unsur yang saling terkait yang digunakan untuk menetapkan kebijakan dan tujuan serta mencapai tujuan tersebut mencakup struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pertanggungjawaban praktik, prosedur, proses sumber daya (SNI 19-14001-2005).

(10)

14

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2011), SML ISO 14001 terdiri dari lima elemen utama, yaitu:

1. Kebijakan lingkungan, 2. Pengkajian manajemen, 3. Perencanaan lingkungan, 4. Pelaksanaan dan pengoprasian, 5. Tindakan pemeriksaan dan perbaikan.

Selain itu, tujuan menyeluruh dari penerapan SML ISO 14001 sebagai standar internasional adalah untuk mencapai keseimbangan antara perlindungan lingkungan dan pencegahan polusi serta kebutuhan sosial ekonomi.

2.4.1. Konsep ISO 14001

Secara umum jika suatu perusahaan memiliki sistem pengelolaan manajemen lingkungan yang baik, maka kinerja perusahaannya juga akan meningkat. Sebenarnya penerapan SML ISO 14001 tidak perlu dimulai dari awal, tetapi bisa dimulai dengan memperbaiki dan mengintegrasikan program-program lingkungan yang ada. Organisasi atau perusahaan yang akan menerapkan SML ISO 14001 perlu mempersiapkan hal-hal berikut:

1. Identifikasi dan Evaluasi

Identifikasi dan evaluasi seluruh aspek dan dampak lingkungan dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. ISO 14001 tidak mengatur standar mengenai cara melakukan identifikasi dan penilaian aspek dan dampak lingkungan, untuk melakukan penilaian aspek dan dampak lingkungan ini diserahkan kepada pemprakasanya sendiri.

2. Kebijakan Lingkungan

Menurut Hardiwiardjo (1997), kebijakan lingkungan merupakan penggerakan dalam pelaksanaan dan peningkatan SML perusahaan sehingga dapat mempertahankan dan kemungkinan meningkatkan kinerja sehingga dapat meningkatkan kinerja lingkungan. Kebijakan tersebut harus mencerminkan komitmen manajemen puncak, dan komitmen karyawan lain untuk mematuhi hukum yang berlaku dan peningkatan berkelanjutan juga harus didukung.

(11)

15 3. Tujuan dan Sasaran Lingkungan

Suatu perusahaan yang menetapkan ISO 14001 harus menentukan tujuan dan sasaran lingkungan. Tujuan dan sasaran lingkungan yang dibuat juga harus sesuai dengan kebijakan lingkungannya. Dalam membuat tujuan dan sasaran lingkungan, suatu perusahaan harus menentukan batasan waktunya.

4. Program-Program Lingkungan

Program lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan sendiri, program lingkungan sebaiknya dibuat secara realistis dan logis serta membuat program yang mungkin untuk dijalankan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang mengembangkan rencana lingkungan di luar kemampuannya dapat merugikan perusahaan itu sendiri, karena rencana ini akan diperiksa secara berkala selama audit.

5. Audit dan Evaluasi Program

Program-program yang sudah dibuat tersebut di atas akan dicek secara berkala melalui program audit lingkungan. Pada saat diaudit semua program yang sudah dituliskan dicek dan dilihat di lapangan apakah program yang dibuat dilaksanakan atau tidak. Program-program yang telah dibuat tidak dapat dilaksanakan. Selain itu, dalam audit lingkungan akan diketahui penyimpangan selama kegiatan berlangsung.

6. Perbaikan Manajamen Secara Berkesinambungan

Tindakan secara berkesinambungan sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, apabila dalam suatu audit diketahui adanya penyimpangan. Karena penyinambungan yang terjadi dapat membahayakan bagi perusahaan itu sendiri. Jadi tindakan perbaikan yang secara berkesinambungan ini adalah merupakan jiwa dari ISO 14001 itu yaitu dalam ISO 14001 adalah suatu pernyataan "continual improvement”. Model SML ISO 14001 yang mencakup persyaratan dijelaskan sebagai berikut.

(12)

16 2.4.2. Manfaat Penerapan SML ISO 14001

Berbagai manfaat dapat diperoleh jika menerapkan ISO 14001 yang sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan. Manfaat yang terpenting daalah perlindungan lingkungan. Memenuhi persyaratan standar juga akan membantu mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif. Manfaat lingkungan lainnya adalah undangan, sistem manajemen yang efektif dan perlindungan sumber daya alam. Misalnya, rencana SML yang baik akan mengurangi penggunaan listrik, gas, dan air. Rencana ini tidak hanya menghemat sumber daya alam, tetapi juga menghemat biaya operasional (Hadiwiardjo, 1997).

Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dengan diterapkannya SML ISO 14001 adalah:

a. Perlindungan lingkungan,

b. Manajemen lingkungan yang lebih baik, c. Mempertinggi daya saing,

d. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, e. Penerapan sistem manajemen yang efektif,

f. Pengurangan biaya,

g. Hubungan masyarakat yang lebih baik, h. Kepercayaan dan kepuasan pengguna jasa.

(13)

17 2.5. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Sumber Referensi Penelitian

Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Assesment Penerapan Sistem

Manajemen Lingkungan Menggunakan ISO 14001 pada Proyek Gresik Icon and Apartment Menuju Green Construction

(Anggreano Berto Mega Putra, 2018)

1. Mengetahui tingkat penerapan green construction.

2. Mengetahui penerapan variabel green construction yang kurang optimal.

3. Memberikan respon terhadap penerapan variabel green construction yang kurang optimal.

Dilakukan dengan identifikasi variabel green construction, penyebaran kuisioner utama, pengujian hasil kuisioner utama dengan validitas dan realibilitas, penyebaran kuisioner utama, penilaian tingkat penerapan variabel dan respon terhadap penerapan green construction. Dengan menggunakan metode severity index.

Dari hasil pengujian validitas dan reliabilitas, didapatkan 28 sub variabel valid yang akan digunakan sebagai kusioner utama, hasil kuisioner utama akan dinilai melalui metode severity index. Dari perhitungan didapatkan 5 variabel green construction yang belom diterapkan secara optimal. Variabel tersebut adalah: (1) Pengurangan limbah beton, (2) penggunaan air secara berulang, (3) penyimpanan dan perlindungan material, (4) pemakaian ulang material, (5) pemeriksaan kadar Co2

(14)

18 Penerapan Sistem Manajemen

Lingkungan (ISO 14001.2004) Pada Proses Konstruksi Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Riau

(Khairul Rizal, Aras Mulyadi, Manyuk Fauzi, 2016)

Untuk mendeskripsikan persepsi dari semua yang terlibat dalam proyek untuk penerapan ISO 14001.2004 dan menganalisis kinerja aplikasi selama konstruksi.

Data primer diambil oleh rentang survei di lokasi proyek, sampel diambil secara purposive sampling dari pemilik, konsultan, dan populasi kontraktor.

Dari hasil analisis yang didapatkan, bahwa 48% responden mengklarifikasi data secara formal sesuai dan memenuhi kriteri dalam menentukan ISO 14001, sementara 46% mengklarifikasi bahwa beberapa perlu ditingkatkan dan 6% responden mengklarifikasi bahwa ada ketidaksesuaian dalam aplikasi. Penerapan Sistem Manajemen

Lingkungan ISO 14001 di PT Sari Husada Unit I Yogyakarta.

(Intan Dwiningtyastuti, 2009)

Untuk mengetahui system manajemen lingkungan ISO 14001 di PT Sari Husada Unit I Yogyakarta berdasarkan Ervironment Management System ISO 14001.

Metode yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran yang jelas dan tepat mengenai penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.

didapatkan hasil yaitu, bahwa Sistem Manajemen Lingkungan PT. Sari Husada I Yogyakarta telah mengacu pada Environment management System ISO 14001. Bentuk dan implementasi ISO 14001 disusun dan dikembangkan perusahaan supaya sesuai dengan sistem dan organisasi yang ada.

(15)

19 An International Review Of

Environmental Initiatives In The Construction Sector.

(Ambika Zutshi, Andrew Creed, 2014)

Untuk mengidentifikasi dampak SML pada operasi konstruksi dan pertumbuhan badan literatur dengan menyajikan tinjauan komprehensif tentang inisiatif lingkungan (SML) secara global.

Metode yang digunakan adalah analisis perkembangan dan inisiatif di seluruh sektor di negara-negara dikelompokkan menjadi daerah

Dari analisis diketahui bahwa pemerintah harus memiliki sektor khusus, pedoman SML yang diberlakukan secara sama untuk perusahaan yang melakukan tender proyek konstruksi, terlepas dari perusahaan induk, untuk memastikan bidang persaingan yang adil. Selanjutnya yaitu perusahaan sektor konstruksi harus melakukan analisis siklus hidup konstruksi proyek. Terakhir, keterlambatan pemangku kepentingan dalam keberhasilan dan penyelesaian proyek konstruksi tidak boleh diabaikan.

Gambar

Tabel 2.1. Sumber Referensi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar dan hasil pengamatan menunjukkan interaksi pemberian pupuk kandang dengan berbagai panjang stek berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan panjang

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan bahwa di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup usaha dari

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

bassiana pada pengamatan ke-5 menunjukkan jumlah suatu famili mendominasi pertanaman yaitu famili Cecidomyiidae dan Syrphidae, sedangkan rendahnya indeks

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut