• Tidak ada hasil yang ditemukan

T e m u a n S u r v e i N a s i o n a l : 1 3 F e b r u a r i 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "T e m u a n S u r v e i N a s i o n a l : 1 3 F e b r u a r i 2021"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ASPIRASI PUBLIK TERKAIT UNDANG

-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN PILKADA

T e m u a n S u r v e i N a s i o n a l :

1 – 3 F e b r u a r i 2 0 2 1

(2)

LATAR BELAKANG

Setiap akan menyelenggarakan pemilihan umum, biasa dilakukan

evaluasi terhadap undang-undang pemilihan umum. Menjelang

pemilihan umum 2024 aspirasi untuk melakukan evaluasi dan

melakukan perubahan terhadap Undang-undang pemilihan umum

juga sudah muncul.

Di Komisi II DPR RI yang membidangi masalah ini, sudah diusulkan dan

dibahas bagi kemungkinan “perbaikan” UU untuk pemilu 2024 nanti.

Dalam konteks UU pemilihan umum tersebut yang krusial adalah:

Pertama, sejauh mana pemilhan presiden tetap dilakukan menurut

asas pemilihan langsung oleh rakyat atau lewat wakil-wakil rakyat di

MPR (anggota DPR dan DPD). Isu ini penting karena masih ada

aspirasi agar presiden dipilih oleh MPR meskipun hal itu menuntut

amandemen UUD 1945.

(3)

LATAR BELAKANG

Kedua, aspirasi yang menghendaki agar sistem pemilihan anggota

DPR/DPRD dirubah dari sistem proporsional daftar calon tebuka

sebagaimana berlaku sekarang menjadi sistem proporsional daftar

calon tertutup. Perbedaan dasar kedua varian sistem proporsional ini

adalah bahwa dalam sistem proporsional daftar terbuka nomor urut

calon tidak mutlak menentukan kemenangan kursi dari satu partai di

daerah pemilihan. Yang lebih menentukan dalam perolehan kursi

dan mewakili partai di sebuah Dapil adalah perolehan suara

terbanyak oleh seorang calon berapapun nomor urutnya. Sementara

dalam sistem proporsional dengan daftar calon tertutup nomor urut

calon menentukan kemenangan seorang calon bagi partai di

sebuah daerah pemilihan tertentu, dan yang menentukan nomor

urut adalah petinggi partai.

(4)

LATAR BELAKANG

Ketiga, ada aspirasi untuk merubah terkait keserentakan pemilihan

anggota legislatif dan pemilihan presiden. Dalam UU yang sekarang

pemilihan keduanya dilakukan serentak seperti dilakukan pada pemilu

2019. Berdasarkan evaluasi hasil pemilu 2019 muncul aspirasi agar

pemilihan anggota legislatif dan presiden kembali dipisah waktu

pelaksanaanya. Salah satu pertimbangannya karena keserentakan

tersebut membuat pelaksanaan pemilu kurang terlaksana dengan baik.

Keempat, ada aspirasi agar Pilkada dalam 4 tahun ke depan tidak

diserentakkan tahunnya dengan pemilihan anggota legislatif dan

pemilihan presiden 2024 nanti. Pertimbangan utamanya adalah

mencegah beban berat dalam pelaksanaan pemilu ataupun Pilkada.

Pemilu serentak 2019 dinilai berat dilaksanakan apalagi ditambah

dengan ratusan Pilkada di seluruh tanah air. Di samping itu, di antara

kepala daerah ada yang habis masa jabannya pada 2022 dan 2023,

maka kekosongan jabatan yang cukup lama itu akan diisi oleh PLT yang

tidak punya mandat dari rakyat, dan membuka peluang bagi

kekuasaan pusat memperlemah prinsip otonomi daerah dan demokrasi.

(5)

LATAR BELAKANG

Akuntabilitas kebijakan publik seperti UU terkait pemilu menjadi sebuah

ciri yang khas dalam demokrasi: Sejauh mana UU pemilu itu dapat

dipertanggungjawabkan

kepada

publik

bahwa

UU

tersebut

mencerminkan keinginan publik atau pemilih? Opsi-opsi mana terkait UU

pemilu tersebut yang lebih mencerminkan aspirasi pemilih dan prinsip

demokrasi?

Apakah preferensi-preferensi elite partai di DPR mewakili pandangan

pemilih mereka? Semakin pilihan elite partai mendekati aspirasi pemilih

mereka maka pilihan elite tersebut semakin

accountable

kepada publik

dan kepada pemilih.

Untuk mengetahui akuntabilitas pada pemilih mengenai pilihan-pilihan

tekait UU pemilu dilakukan survei opini publik atau pemilih secara

nasional yang dilakukan pada 1-3 Februari 2021. Survei ini dilakukan

dengan biaya CSR Indikator.

(6)

METODE

Dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, sulit kita mengetahui secara cepat dinamika

persepsi publik atas isu-isu mutakhir dengan mengandalkan survei tatap muka langsung

dengan responden.

Oleh karena itu, survei menggunakan kontak telpon kepada responden adalah cara yang

paling mungkin dilakukan.

Sampel sebanyak 1200 responden dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei

tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018

hingga Maret 2020.

Sebanyak 206.983 responden yang terdistribusi secara acak di seluruh nusantara pernah

diwawancarai secara tatap muka langsung dalam rentang 2 tahun terakhir. Secara

rata-rata, sekitar 70% di antaranya memiliki nomor telpon. Jumlah sampel yang dipilih secara

acak untuk ditelpon sebanyak 7.604 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi

survei yaitu sebanyak 1200 responden.

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki

toleransi kesalahan (

margin of error-

-MoE) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%.

Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

(7)

FLOWCHART PENARIKAN SAMPEL SURVEI TATAP MUKA

Populasi desa/kelurahan (PSU).

Desa/kelurahan (PSU) di tiap Strata dipilih secara

random dengan jumlah proporsional.

Di masing-masing RT/Lingkungan terpilih, dipilih

secara random dua KK.

Di tiap KK terpilih, dipilih secara random satu orang

yang punya hak pilih, laki-laki/perempuan.

PSU-1, PSU-2 … PSU-n

Strata 1

Strata k

RT1

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Di setiap PSU terpilih, dipilih sebanyak 5 RT (satuan

lingkungan terkecil di atas KK) dengan cara

random.

PSU-1, PSU-2 … PSU-n

Strata ….

PSU-X

RT2 RT3 RT4 RT5

(8)

POPULASI, SAMPEL & SAMPEL FRAME SURVEI TELPON

Populasi Nasional.

Survei-survei yang dilakukan dengan wawacara tatap muka langsung kepada responden.

Sampel gabungan dipilah menjadi dua kelompok, kelompok yang memiliki nomor telpon kemudian diacak (stratified random sampling) untuk diwawancarai melalui kontak telpon.

Sampel gabungan dari seluruh survei yang dilakukan.

Survei-4 Survei-1 Survei-2 Survei-3 Survei-n Sampel memiliki nomor telpon Sampel TIDAK memiliki nomor telpon

(9)
(10)

PROFIL DEMOGRAFI: SAMPEL VS POPULASI

KATEGORI

POPULASI

SAMPEL

KATEGORI

POPULASI

SAMPEL

Laki-laki

50.3

50.1

Islam

87.2

87.8

Perempuan

49.7

49.9

Lainnya

12.8

12.2

Pedesaan

50.1

50.5

Jawa

40.2

41.8

Perkotaan

49.9

49.5

Sunda

15.5

15.2

Batak

3.6

2.8

<= 21 tahun

12.7

12.0

Madura

3.0

3.4

22 - 25 tahun

10.1

9.8

Betawi

2.9

2.7

26 - 40 tahun

37.0

37.0

Minang

2.7

2.9

41 - 55 tahun

25.0

25.4

Bugis

2.7

2.6

> 55 tahun

15.2

15.8

Melayu

2.3

2.8

Lainnya

27.1

25.8

GENDER

DESA-KOTA

USIA

AGAMA

ETNIS

(11)

PROFIL DEMOGRAFI: SAMPEL VS POPULASI

KATEGORI POPULASI SAMPEL KATEGORI POPULASI SAMPEL

ACEH 1.8 1.8 NTB 1.9 1.9

SUMATERA UTARA 5.1 5.1 NTT 1.8 1.8

SUMATERA BARAT 1.9 1.9 KALIMANTAN BARAT 1.9 1.9

RIAU 2.0 2.0 KALIMANTAN TENGAH 0.9 0.9

JAMBI 1.3 1.3 KALIMANTAN SELATAN 1.5 1.5

SUMATERA SELATAN 3.1 3.1 KALIMANTAN TIMUR 1.3 1.3

BENGKULU 0.7 0.7 KALIMANTAN UTARA 0.2 0.2

LAMPUNG 3.2 3.2 SULAWESI UTARA 1.0 1.0

KEP. BANGKA BELITUNG 0.5 0.5 SULAWESI TENGAH 1.0 1.0

KEP. RIAU 0.6 0.6 SULAWESI SELATAN 3.2 3.2

DKI JAKARTA 4.1 4.1 SULAWESI TENGGARA 0.9 0.9

JAWA BARAT 17.4 17.4 GORONTALO 0.4 0.4

JAWA TENGAH 14.6 14.6 SULAWESI BARAT 0.5 0.5

D.I. YOGYAKARTA 1.4 1.4 MALUKU 0.7 0.7

JAWA TIMUR 16.2 16.2 MALUKU UTARA 0.4 0.4

BANTEN 4.3 4.3 PAPUA BARAT 0.4 0.4

BALI 1.6 1.6 PAPUA 1.9 1.9

PROVINSI PROVINSI

(12)
(13)

8.5

6.6

71.9

13.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Apapun sistem pemerintahan yang kita anut, demokrasi ataupun otoritarianisme, tidak ada

bedanya

Dalam keadaan tertentu, sistem pemerintahan bukan

demokrasi atau

otoritarianisme bisa diterima untuk negara kita

Walaupun tidak sempurna, Demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik untuk

negara kita

Tidak tahu/jawab

DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM PEMERINTAHAN

Di antara tiga pernyataan berikut ini, manakah yang paling sesuai dengan pendapat Ibu/Bapak?… (%)

(14)

TREN DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM PEMERINTAHAN

Sumber: Indikator, LSI, SMRC

55.6 54.7 53.8 57.6 55.9 58.1 58.6 58.2 57.3 67.3 63.1 65.1 59.6 67.5 62.9 67.3 68.0 74.4 70.0 64.6 70.3 70.9 72.9 71.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Jun'12 Des' 12 Mar '13 Apr '13 Okt'13 Des' 13 Ja n' 14 Apr '14 Jul'14 Okt'14 Jan' 15

Jun'15 Okt'15 Des'

15 Mar '16 Jun'16 Ag s'1 6 Sept' 17 Feb'1 8 Jun'18 Sept' 18 Feb'1 9 Feb'2 0 D es' 20

Walaupun tidak sempurna, demokrasi sistem terbaik

Tidak peduli/tidak ada bedanya

Dalam keadaan tertentu, bukan demokrasi bisa diterima

(15)

1.1

51.9

39.0

3.6

4.4

0 10 20 30 40 50 60

Sangat puas

Cukup puas

Kurang puas

Tidak puas sama

sekali

TT/TJ

KINERJA DEMOKRASI

Seberapa puas atau tidak puaskah Ibu/Bapak terhadap pelaksanaan atau praktik demokrasi di negara kita sejauh ini?… (%)

(16)

TREN KEPUASAN ATAS KINERJA DEMOKRASI

39.4 43.9 51.0 45.3 44.0 61.8 64.2 66.8 71.8 62.8 58.9 64.6 59.2 60.7 66.2 70.4 66.7 65.6 67.6 64.9 60.9 70.7 52.3 50.2 51.0 46.0 54.8 58.0 62.6 61.9 61.0 69.5 75.5 72.3 58.9 57.1 59.8 58.8 52.9 50.9 43.8 46.5 51.8 50.3 52.7 49.6 51.0 58.2 69.5 60.2 63.5 54.3 52.9 62.5 60.7 64.4 65.1 62.5 64.3 69.9 70.1 68.5 70.6 69.5 75.6 49.5 56.4 68.3 53.0 49.3 50.5 43.1 47.0 50.2 32.8 29.6 23.4 21.0 25.2 29.4 20.0 23.3 22.3 24.3 22.2 25.4 28.1 23.6 26.0 31.3 23.5 38.6 38.5 36.7 44.5 34.3 31.2 25.9 25.2 28.0 24.8 17.3 21.5 30.8 30.9 30.0 30.2 36.2 41.0 48.3 41.0 38.3 38.4 37.8 42.4 39.8 34.7 21.4 33.0 23.1 34.5 36.8 29.0 31.2 26.9 25.7 29.0 28.8 26.7 25.0 26.7 22.9 22.7 16.9 37.2 35.6 28.8 42.6 11.3 5.7 5.9 7.7 5.8 5.4 6.1 9.9 7.1 12.0 11.7 15.4 17.5 17.0 9.6 7.4 7.9 6.3 8.8 9.1 7.8 5.8 9.1 11.4 12.3 9.5 10.9 10.8 11.5 12.9 11.0 5.6 7.2 6.3 10.4 12.0 10.2 10.9 10.9 8.1 7.9 12.5 9.9 11.2 9.5 8.0 9.2 7.1 9.1 6.8 13.4 11.1 10.3 8.5 8.1 8.7 9.2 8.5 6.9 3.4 4.9 4.9 6.5 7.7 7.5 13.2 8.0 2.8 4.4 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ap r'0 4 Jun '0 4 Jul_04 Aug_04 Se p_04_I Ok t'04 Ja n'0 5 Jul'05 Sep'0 5 De s'0 5 Ja n'0 6 Mar'06 Aug '0 6_I Aug '0 6_II Se p'0 6 Ok t'06 De s'0 6 Mar'07_I Mar'07_II Ap r'0 7 Jul'07 Sep'0 7 Ja n'0 8 Me i'08_I Me i'08_II Jun '0 8 Se p'0 8 Ok t'08 De s'0 8 Fe b'0 9 Mar'09 Ap r'0 9P os t Jul'09 Po st Se p'0 9 Mar'10 Okt'10 De s'1 0 Me i'11 Jul'11 Des'1 1 Jun '1 2 De s'1 2 Mar'13 Apr'1 3 Ok t'13 De s'1 3 Ja n'1 4 Ap r'1 4 Jul'14 Okt'14 Jan'1 5 Jun '1 5 Ok t'15 De s'1 5 Ja n'1 6 Mar'16 Apr'1 6 Jun '1 6 Ag s'1 6 Se pt'17 Fe b'1 8 Jun '1 8 Se pt'18 Fe b'1 9 Fe b'2 0 Me i'20 Juli'20 Sept'20 Feb'2 1

Sangat+cukup puas Kurang+Tidak puas TT/TJ

Ada kenaikan tingkat ketidakpuasan dengan pelaksanaan demokrasi dalam setahun terakhir Sumber: Indikator, LSI, SMRC

(17)

KINERJA PRESIDEN

Secara umum, apakah sejauh ini Ibu/Bapak sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tidak puas sama sekali dengan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) ?… (%)

11.9 57.6 26.1 2.0 2.3 14.3 52.2 27.4 2.3 3.8 5.1 60.0 29.0 2.1 3.7 2.4 66.0 26.4 2.4 2.8 5.1 57.8 33.0 2.6 1.4 0 10 20 30 40 50 60 70

Sangat puas

Cukup Puas

Kurang puas

Tidak puas sama

sekali

TT/TJ

Feb'20

Mei'20

Juli'20

Sept'20

Feb'21

Mayoritas warga puas dengan kinerja Presiden, tapi dalam setahun terakhir ada kenaikan tingkat ketidakpuasan, dari 28% menjadi 35,6%.

(18)

TREN KEPUASAN TERHADAP KINERJA PRESIDEN

61.7 40.7 53.4 53.0 66.5 59.3 61.7 67.1 67.5 68.3 71.9 71.2 69.8 72.4 72.0 68.1 71.6 71.3 71.0 71.8 69.5 66.5 65.2 68.3 62.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Jan' 15 Jun '15 Ok t'15 D es' 15 Jan' 16 M ar' 16 Ap r'16 Jun '16 Ags'1 6 Sep t'17 Feb'18 Mar' 18 Jul '18 Sep '18 Ok t'18 D es' 18 Feb'19 Mrt '19 Jul '19 Sep t'19

Feb'20 Mei'20 Jul

i'20

Sep

t'20

Feb'21

(19)

TEMUAN

Secara nasional 71,9% warga pada Desember 2020 memilih demokrasi

sebagai sistem politik terbaik dibanding sistem lainnya. Angka ini konsisten

dibanding survei-survei sebelumnya. Ini modal kultural publik untuk

memperkuat atau membuat demokrasi stabil.

Namun demikian, publik Indonesia kritis terhadap pelaksanaan demokrasi.

Yang puas dengan pelaksanaan demokrasi tidak setinggi tingkat dukungan

pada demokrasi itu sendiri sebagai sistem politik terbaik. Yang sangat puas

atau cukup puas hanya 53%. Dalam setahun terakhir tingkat ketidakpuasan

mengalami kenaikan tajam dari 16,9% pada Feb 2020 menjadi 42,6% pada

Februari 2021

Di mata pemilih kita punya persoalan dalam pelaksanaan demokrasi, bukan

dengan demokrasinya sendiri, dan masalah ini semakin banyak warga yang

merasakan.

Tingkat kepuasan pada kinerja presiden masih tinggi (62,9%), namun

dibanding setahun yang lalu (69,5%), tingkat kepuasan tersebut lebih rendah,

atau terendah sejak selesai pemilihan umum 2019.

(20)
(21)

95.4 92.2 81.3 85.6 74.6 74.6 85.5 82.8 74.7 79.4 74.1 63.5 60.1 88.0 79.1 74.7 75.3 68.4 58.5 57.6 89.9 85.8 73.2 72.9 71.3 58.3 89.9 82.0 80.0 74.4 55.7 52.6 47.8 0 20 40 60 80 100 120

Tentara Nasional Indonesia (TNI) Presiden Gubernur Komisi Pemberantasan Korupsi Polisi Kejaksaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Partai Politik

Feb'20

Mei'20

Juli'20

Sept'20

Feb'21

TRUST TERHADAP INSTITUSI

Tolong sebutkan tingkat kepercayaan Ibu/Bapak terhadap lembaga berikut: apakah Ibu/Bapak sangat percaya,

cukup percaya, tidak percaya, ataukah tidak percaya sama sekali?… (%)

[sangat+cukup percaya]

(22)

26.8 25.3 16.5 6.6 6.1 5.7 3.8 3.7 2.2 1.3 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0 5 10 15 20 25 30 PDIP GERINDRA DEMOKRAT NASDEM GOLKAR PKS PAN PKB PPP PSI PERINDO GARUDA BERKARYA HANURA PBB PKPI GELORA Lainnya TT/TJ

PARTY ID

Ada orang yang merasa lebih dekat pada partai politik tertentu dan ada yang tidak. Bagaimana dengan Ibu/Bapak sendiri, apakah ada partai politik yang Ibu/Bapak merasa lebih dekat terhadapnya? … (%)

Kalau ”YA, ada”, sebutkan partai mana itu? ... (%)

Jika “Ya, ada”, seberapa dekat Ibu/Bapak rasakan dengan partai tersebut?… (%)

6.8 92.3 0.9 6.8 50.3 41.6 1.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Ya, ada Tidak ada TT/TJ Sangat dekat Cukup dekat Sedikit dekat TT/TJ

(23)

TEMUAN

Tingkat kepercayaan pada lembaga-lembaga politik/publik adalah ukuran

stabilitas sebuah sistem politik termasuk demokrasi yang kita jalani sekarang.

Secara umum publik percaya pada lembaga-lembaga publik seperti TNI,

Presiden, KPK, Polri, Kejaksaan, DPD, DPR, dan gubernur. Tapi kepercayaan

pada DPR adalah yang terendah dibanding yang lain, dan apalagi

kepercayaan pada partai politik. Kurang dari 50% warga yang percaya pada

partai politik. Partai tidak bisa menjadi modal politik untuk membuat sistem

stabil kalau tingkat kepercayaan publik menjadi ukuran.

Rendahnya kepercayaan pada partai ini lebih memprihatinkan lagi kalau

dilihat dari tingkat ikatan psikologis pemilih dengan partai. Di survei terakhir

hanya 6,8% warga secara nasional yang merasa dekat dengan partai

tertentu. Fakta ini menjelaskan bahwa partai belum bisa dijadikan sandaran

untuk membangun stabilitas politik.

(24)

IDE-IDE TEKAIT UNDANG-UNDANG PEMILIHAN

UMUM

(25)

5.4

90.3

4.3

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

PILPRES TIDAK LANGSUNG VS PILPRES LANGSUNG

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Presiden dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), bukan dipilih langsung oleh rakyat

Pendapat kedua: Presiden dan wakil presiden seperti selama ini tetap dipilih langsung oleh rakyat

Hampir semua warga (90,3%) menginginkan agar pemilihan presiden tetap dilakukan secara langsung oleh rakyat seperti sekarang, bukan oleh anggota MPR.

(26)

11.7

78.2

10.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

HANYA PILIH PARTAI VS PILIH PARTAI DAN CALON

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Dalam pemilihan umum, warga diminta hanya memilih partai. Calon anggota DPR yang mewakili partai tersebut ditentukan oleh pimpinan partai, bukan oleh pemilih langsung

Pendapat kedua: Dalam pemilihan umum, warga diminta memilih partai atau calon, dan calon anggota DPR yang mewakili partai tersebut ditentukan oleh pemilih secara langsung, bukan oleh pimpinan partai

Hampir semua warga (78,2%) ingin agar sistem pemilu proporsional daftar calon terbuka yang sekarang dianut dipertahankan.

(27)

46.0

28.1

25.9

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Lebih merasa diwakili oleh

anggota DPR

partai politik asal anggota

Lebih merasa diwakili oleh

DPR

TT/TJ

DIWAKILI OLEH ANGGOTA DPR VS DIWAKILI OLEH PARTAI

Sebagai pemilih dalam pemilihan anggota DPR, apakah Ibu/Bapak lebih merasa diwakili oleh orang yang Ibu/Bapak pilih sebagai anggota DPR atau lebih merasa diwakili oleh partai politik asal anggota DPR tersebut? … (%)

(28)

36.2

54.3

9.5

0 10 20 30 40 50 60

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

PILEG & PILPRES SERENTAK VS TIDAK SERENTAK

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu bersamaan, baik tanggal, bulan maupun tahun

Pendapat kedua: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu berbeda tapi pada tahun yang sama

(29)

28.9

63.2

7.9

0 10 20 30 40 50 60 70

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

PILEG, PILPRES & PILKADA SERENTAK VS TIDAK SERENTAK

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota yang akan datang dilakukan bersamaan waktunya dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden

Pendapat kedua: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota dilakukan berbeda waktunya dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden

Warga umumnya (63,2%) menghendaki agar pemilihan presiden dan anggota legislatif dipisah waktunya dengan Pilkada

(30)

68.4

31.6

39.5

59.9

0.6

71.8

23.9

4.4

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Ya Tidak Ya, bisa

dimaklumi dimaklumiTidak bisa TT/TJ sebaiknyaYa, dihindari

Tidak perlu TT/TJ

PENGALAMAN PEMILU SERENTAK 2019

Apakah Ibu/Bapak tahu bahwa pada pemilihan umum serentak 2019, memilih presiden dan juga memilih anggota DPR, banyak petugas pemilihan umum meninggal dunia karena beban kerja yang berat? … (%)

Bila ya, apakah itu bisa dimaklumi atau tidak bisa dimaklumi? … (%)

Bila tidak bisa dimaklumi, apakah sebaiknya pemilihan umum dan pemilihan presiden serentak itu dihindari? … (%)

Warga yang tahu dengan banyaknya korban di pihak pelaksana pemilu 2019 umumnya tidak bisa menerima banyak korban tersebut (59,9%), dan dari mereka yang tak menerima tersebut 71,8% menginginkan agar penyatuan pemilihan

(31)

54.8

31.5

13.7

0 10 20 30 40 50 60

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

PILKADA 2022 VS PILKADA SERENTAK 2024

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan karena itu pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama

Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan

presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung

Umumnya warga (54,8%) menginginkan agar Pilkada dilakukan pada 2022 untuk daerah yang kepala daerahnya habis pada 2022

(32)

53.7

32.4

14.0

0 10 20 30 40 50 60

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

PILKADA 2023 VS PILKADA SERENTAK 2024

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan karena itu pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama

Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemiluhan anggota DPR dan pemilihan

presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung

Umumnya warga (53,7%) mengingkan agar Pilkada diadakan pada 2023 yang kepala daerahnya habis masa jabatannya pada 2023

(33)

10.4

79.8

9.7

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

ANGGOTA KPU DARI PARTAI VS ANGGOTA KPU INDEPENDEN

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Partai politik sebagai peserta pemilu juga menjadi penyelenggara pemilu sehingga anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah orang-orang dari partai politik

Pendapat kedua: Partai politik tetap sebagai peserta pemilu sedangkan penyelenggara pemilu adalah KPU yang anggotanya adalah orang-orang independen (bukan orang partai) yang dipilih pemerintah dan DPR seperti selama ini

Hampir semua warga (79,8%) menghendaki agar anggota KPU bukan berasal dari partai politik, seperti sekarang

(34)

33.5

60.7

5.8

0 10 20 30 40 50 60 70

Pendapat pertama

Pendapat kedua

TT/TJ

PILPRES 2 PASANGAN VS LEBIH DARI 2 PASANGAN

Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?

Pendapat pertama: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya dua pasang saja supaya lebih sederhana

Pendapat kedua: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya lebih dari dua pasang untuk menjaring secara lebih terbuka putra-putri terbaik menurut pilihan rakyat

(35)

TEMUAN

Aspirasi rakyat yang mengendaki agar pemilihan presiden tetap langsung

oleh rakyat sangat tinggi. Hampir semua warga menginginkan demikian

(90,3%). Yang punya pandangan agar presiden dipilih anggota MPR tidak

punya dasar pada rakyat.

Warga pada umumnya (78,2%) menginginkan agar sistem pemilihan umum

dengan sistem proporsional daftar calon terbuka sebagaimana diatur dalam

UU sekarang, tetap dipertahankan.

Jauh lebih banyak warga yang merasa diwakili oleh anggota DPR (46%)

dibanding oleh partai politik (28,1%). Karena itu partai tidak bisa mereduksi

keterwakilan

rakyat

sesuai

dengan

keinginan

partai

tanpa

mempertimbangan hubungan unik antara pemilih dan calon.

Ini konsisten dengan kehendak rakyat agar tetap diberlakukan sistem

proporsional daftar calon terbuka, dan tingkat kepercayaan dan ikatan

psikologis pemilih yang rendah pada partai politik.

(36)

TEMUAN

Warga umumnya mengendaki agar bercermin pada pelaksanaan pemilu

2019. Rakyat tidak menerima banyak korban dari pihak pelaksana pemilu

serentak 2019 (59,9%). Pemilih berharap pemilu serentak seperti 2019 tidak

kembali diulang (71,8%).

Karena itu publik juga secara umum tidak setuju pemilu legislatif dan pilpres

dilakukan bersamaan tahunnya dengan Pilkada serentak pada 2024 (63,2%).

Secara lebih spesifik mayoritas publik menginginkan Pilkada 2022 (54,8%) dan

2023 (53,7%) ketika kepala daerah terkait selesai masa tugasnya, dan tidak

setuju diganti PLT yang ditunjuk oleh pemerintah pusat.

(37)

TEMUAN

Dua kali pemilihan presiden jumlah pasangan calon sama, hanya dua

pasangan. Untuk membuka peluang rekrutmen pemimpin nasional secara

lebih terbuka bagi munculnya calon terbaik dari masyarakat maka publik

menghendaki agar pasangan calon lebih dari dua pasang, (60,7%). Ini

mengindikasikan agar sistem pencalonan presiden dibuat sedemikian agar

lebih membuka peluang bagi calon yang lebih banyak. Bentuknya mungkin

syarat pencalonan presiden oleh partai dengan persentase kekuatan partai

lebih rendah dari yang sekarang (20% dari total kursi di DPR).

Publik juga menolak aspirasi yang berkembang agar partai politik menjadi

pelaksana pemilihan umum (79,8%). Publik menghendaki agar pelaksana

pemilu adalah KPU yang isinya orang-orang independen, bukan dari partai

politik.

(38)
(39)

PILPRES TIDAK LANGSUNG VS PILPRES LANGSUNG

MENURUT BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Presiden dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), bukan dipilih langsung oleh rakyat

Pendapat kedua: Presiden dan wakil presiden seperti selama ini tetap dipilih langsung oleh rakyat

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 8.5 87.2 4.3 Gerindra 12.6 6.9 92.1 1.0 PDIP 19.3 4.5 91.8 3.7 Golkar 12.3 6.0 92.8 1.2 NasDem 9.0 6.1 93.9 0.0 PKS 8.2 4.6 89.2 6.2 PPP 4.5 0.0 100.0 0.0 PAN 6.8 0.0 92.9 7.1 Demokrat 7.8 4.5 94.0 1.5 Lainnya 9.7 9.1 90.9 0.0

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 3.7 92.1 4.2 Kurang puas 35.6 8.5 87.6 3.9 TT/TJ 1.4 3.5 79.7 16.8

Pemilih partai manapun hampir semuanya menghendaki pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat, bukan oleh anggta MPR

(40)

HANYA PILIH PARTAI VS PILIH PARTAI DAN CALON

MENURUT BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Dalam pemilihan umum, warga diminta hanya memilih partai. Calon anggota DPR yang mewakili partai tersebut ditentukan oleh pimpinan partai, bukan oleh pemilih langsung

Pendapat kedua: Dalam pemilihan umum, warga diminta memilih partai atau calon, dan calon anggota DPR yang mewakili partai tersebut ditentukan oleh pemilih secara langsung, bukan oleh pimpinan partai

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 12.8 83.0 4.3 Gerindra 12.6 11.8 81.8 6.4 PDIP 19.3 12.4 79.2 8.5 Golkar 12.3 12.0 75.9 12.0 NasDem 9.0 3.0 93.9 3.0 PKS 8.2 15.4 80.0 4.6 PPP 4.5 16.7 83.3 0.0 PAN 6.8 14.3 71.4 14.3 Demokrat 7.8 19.4 77.6 3.0 Lainnya 9.7 25.5 74.5 0.0

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 11.7 77.9 10.3 Kurang puas 35.6 12.3 79.3 8.4 TT/TJ 1.4 0.0 63.5 36.5

Dukungan pada sistem pemilu dengan sistem proporsional terbuka seperti sekarang didukung oleh mayoritas pemilih di semua partai. Artinya ini merupakan aspirasi pemilih lintas partai. Juga ditemukan pada warga baik yang

(41)

DIWAKILI OLEH ANGGOTA DPR VS DIWAKILI OLEH PARTAI

MENURUT BASIS PARTAI

Sebagai pemilih dalam pemilihan anggota DPR, apakah Ibu/Bapak lebih merasa diwakili oleh orang yang Ibu/Bapak pilih sebagai anggota DPR atau lebih merasa diwakili oleh partai politik asal anggota DPR tersebut? … (%)

BASE Oleh anggota DPR Oleh partai politik TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 47.6 26.9 25.5 Kurang puas 35.6 43.8 31.3 24.8 TT/TJ 1.4 30.1 0.0 69.9

BASE Oleh anggota DPR Oleh partai politik TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 55.3 21.3 23.4 Gerindra 12.6 44.8 37.4 17.7 PDIP 19.3 49.0 23.1 27.9 Golkar 12.3 47.0 31.3 21.7 NasDem 9.0 63.6 24.2 12.1 PKS 8.2 38.5 43.1 18.5 PPP 4.5 58.3 25.0 16.7 PAN 6.8 21.4 50.0 28.6 Demokrat 7.8 50.7 31.3 17.9 Lainnya 9.7 26.3 52.2 21.5

(42)

PENGALAMAN PEMILU SERENTAK 2019 MENURUT BASIS PARTAI

Apakah Ibu/Bapak tahu bahwa pada pemilihan umum serentak 2019, memilih presiden dan juga memilih anggota DPR, banyak petugas pemilihan umum meninggal dunia karena beban kerja yang berat? … (%)

Bila ya, apakah itu bisa dimaklumi atau tidak bisa dimaklumi? … (%)

Bila tidak bisa dimaklumi, apakah sebaiknya pemilihan umum dan pemilihan presiden serentak itu dihindari? … (%) BASE Ya Tidak Ya, bisa dimaklumi Tidak bisa dimaklumi TT/TJ Ya, sebaiknya dihindari Tidak perlu TT/TJ BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 68.1 31.9 40.6 59.4 0.0 89.5 10.5 0.0 Gerindra 12.6 73.4 26.6 30.9 69.1 0.0 63.1 32.0 4.9 PDIP 19.3 69.0 31.0 49.8 49.8 .4 72.1 25.4 2.5 Golkar 12.3 77.1 22.9 39.1 60.9 0.0 82.1 15.4 2.6 NasDem 9.0 75.8 24.2 44.0 52.0 4.0 76.9 23.1 0.0 PKS 8.2 64.6 35.4 33.3 66.7 0.0 64.3 28.6 7.1 PPP 4.5 75.0 25.0 55.6 44.4 0.0 75.0 25.0 0.0 PAN 6.8 71.4 28.6 40.0 60.0 0.0 50.0 50.0 0.0 Demokrat 7.8 70.1 29.9 36.2 61.7 2.1 69.0 31.0 0.0 Lainnya 9.7 60.1 39.9 84.8 15.2 0.0 100.0 0.0 0.0

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 67.9 32.1 42.8 56.5 .7 74.4 23.4 2.1

Kurang puas 35.6 69.8 30.2 33.2 66.4 .4 68.4 23.9 7.7

TT/TJ 1.4 54.0 46.0 59.2 40.8 0.0 44.8 55.2 0.0

Pemilih di hampir semua partai umumya berpandangan bahwa banyaknya korban dalam pelaksanaan pemilu serentak 2019 tak bisa ditoleransi, dan pemilu serentak itu harus dihindari.

(43)

PILEG & PILPRES SERENTAK VS TIDAK SERENTAK

MENURUT BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu bersamaan, baik tanggal, bulan maupun tahun

Pendapat kedua: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu berbeda tapi pada tahun yang sama

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 38.3 55.3 6.4 Gerindra 12.6 37.9 57.1 4.9 PDIP 19.3 35.5 54.6 9.9 Golkar 12.3 43.4 50.6 6.0 NasDem 9.0 51.5 48.5 0.0 PKS 8.2 29.2 63.1 7.7 PPP 4.5 50.0 50.0 0.0 PAN 6.8 28.6 57.1 14.3 Demokrat 7.8 41.8 58.2 0.0 Lainnya 9.7 19.5 71.3 9.2

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 37.8 53.0 9.2 Kurang puas 35.6 33.8 57.8 8.5 TT/TJ 1.4 24.1 27.1 48.8

Mayoritas pemilih partai manapun secara umum menolak Pileg dan Pilpres serentak, demikian juga warga yang puas ataupun tidak puas dengan kinerja presiden

(44)

PILEG, PILPRES & PILKADA SERENTAK VS TIDAK SERENTAK

MENURUT BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota yang akan datang dilakukan bersamaan waktunya dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden

Pendapat kedua: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota dilakukan berbeda waktunya dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 29.8 66.0 4.3 Gerindra 12.6 27.6 69.0 3.4 PDIP 19.3 28.5 64.5 7.0 Golkar 12.3 26.5 68.7 4.8 NasDem 9.0 45.5 54.5 0.0 PKS 8.2 18.5 73.8 7.7 PPP 4.5 16.7 83.3 0.0 PAN 6.8 35.7 50.0 14.3 Demokrat 7.8 37.3 61.2 1.5 Lainnya 9.7 43.0 57.0 0.0

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 31.0 60.7 8.3 Kurang puas 35.6 25.5 68.6 5.9 TT/TJ 1.4 23.5 36.1 40.4

Mayoritas pemilih di semua partai menolak Pileg dan Pilpres dilakukan serentak dengan Pilkada

pada tahun yang sama. Demikian juga baik warga yang puas ataupun tidak puas dengan kinerja presiden. Ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap Pilkada Serentak 2024 berasal dari mayoritas pemilih lintas partai.

(45)

PILKADA 2022 VS PILKADA SERENTAK 2024 MENURUT

BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan karena itu pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama

Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan

presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 63.8 29.8 6.4 Gerindra 12.6 55.7 38.4 5.9 PDIP 19.3 56.1 29.6 14.4 Golkar 12.3 61.4 28.9 9.6 NasDem 9.0 63.6 30.3 6.1 PKS 8.2 61.5 29.2 9.2 PPP 4.5 58.3 41.7 0.0 PAN 6.8 71.4 7.1 21.4 Demokrat 7.8 59.7 35.8 4.5 Lainnya 9.7 22.3 60.6 17.1

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 53.6 31.8 14.6 Kurang puas 35.6 57.9 31.9 10.3 TT/TJ 1.4 34.7 9.9 55.4

Mayoritas pemilih semua partai ingin ada Pilkada 2022. Demikian juga yang puas maupun tidak puas dengan kinerja presiden.

(46)

PILKADA 2023 VS PILKADA SERENTAK 2024 MENURUT

BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan karena itu pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama

Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemiluhan anggota DPR dan pemilihan

presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 72.3 21.3 6.4 Gerindra 12.6 52.7 41.4 5.9 PDIP 19.3 54.6 31.0 14.4 Golkar 12.3 61.4 27.7 10.8 NasDem 9.0 60.6 30.3 9.1 PKS 8.2 63.1 29.2 7.7 PPP 4.5 66.7 33.3 0.0 PAN 6.8 64.3 21.4 14.3 Demokrat 7.8 59.7 34.3 6.0 Lainnya 9.7 43.8 39.1 17.1

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 52.2 33.2 14.6 Kurang puas 35.6 57.0 31.8 11.2 TT/TJ 1.4 34.7 9.9 55.4

Mayoritas pemilih semua partai ingin ada Pilkada 2023. Demikian juga yang puas maupun tidak puas dengan kinerja presiden.

(47)

PILPRES 2 PASANGAN VS LEBIH DARI 2 PASANGAN

MENURUT BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya dua pasang saja supaya lebih sederhana

Pendapat kedua: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya lebih dari dua pasang untuk menjaring secara lebih terbuka putra-putri terbaik menurut pilihan rakyat

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 36.7 57.8 5.5 Kurang puas 35.6 28.1 65.9 6.0 TT/TJ 1.4 26.1 57.1 16.8

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 44.7 53.2 2.1 Gerindra 12.6 34.0 63.5 2.5 PDIP 19.3 34.6 59.4 5.9 Golkar 12.3 45.8 49.4 4.8 NasDem 9.0 45.5 54.5 0.0 PKS 8.2 21.5 72.3 6.2 PPP 4.5 50.0 50.0 0.0 PAN 6.8 42.9 50.0 7.1 Demokrat 7.8 31.3 68.7 0.0 Lainnya 9.7 33.8 66.2 0.0

(48)

ANGGOTA KPU DARI PARTAI VS ANGGOTA KPU INDEPENDEN

MENURUT BASIS PARTAI

Pendapat pertama: Partai politik sebagai peserta pemilu juga menjadi penyelenggara pemilu sehingga anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah orang-orang dari partai politik

Pendapat kedua: Partai politik tetap sebagai peserta pemilu sedangkan penyelenggara pemilu adalah KPU yang anggotanya adalah orang-orang independen (bukan orang partai) yang dipilih pemerintah dan DPR seperti selama ini

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

BASIS PARTAI 2019 PKB 9.7 12.8 78.7 8.5 Gerindra 12.6 9.4 85.7 4.9 PDIP 19.3 12.1 78.3 9.6 Golkar 12.3 16.9 74.7 8.4 NasDem 9.0 12.1 84.8 3.0 PKS 8.2 7.7 86.2 6.2 PPP 4.5 8.3 91.7 0.0 PAN 6.8 14.3 71.4 14.3 Demokrat 7.8 10.4 83.6 6.0 Lainnya 9.7 15.6 58.9 25.5

BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ

KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN

Puas 62.9 9.8 80.2 10.0 Kurang puas 35.6 12.0 80.0 8.1 TT/TJ 1.4 0.0 60.0 40.0

Mayoritas pemilih partai manapun menginginkan agar anggota KPU dari independen, bukan orang partai. Demikian juga warga yang puas atau tidak puas dengan kinerja presiden.

(49)

TEMUAN

Partai punya pandangan berbeda-beda terkait dengan UU pemilihan umum,

pemilihan presiden dan Pilkada.

Ada partai yang cenderung punya pandangan agar presiden dipilih oleh

anggota MPR, bukan dipilih oleh rakyat secara langsung. Pandangan ini tak

didukung mayoritas pemilih partai manapun, termasuk PDI Perjuangan.

Pemilih pada umumnya, apapun partai yang dipilihnya, ingin

mempertahankan sistem pemilihan anggota DPR dengan sistem proporsional

daftar calon terbuka seperti dalam UU yang sekarang, termasuk pada

umumnya pemilih PDI Perjuangan.

Pemilih pada umumnya, partai manapun yang mereka pilih pada pemilu

2019, tidak membenarkan pelaksanaan pemilu 2019 yang banyak

menimbulkan korban meninggal maupun sakit karena beban petugas yang

berlipat, dan berharap pemilu serentak itu tidak diulang lagi.

(50)

TEMUAN

Berkaca dari pengalaman pemilu serentak 2019 itu pula pemilih partai pada

umumnya, apapun partainya, tidak mendukung Pileg, Pilpres, Pilkada

serentak pada tahun yang sama 2024. Pemilih PDIP, Gerindra, PKB, Golkar,

PPP, dan PAN umumnya menolak keserempakan tersebut.

Pemilih partai manapun pada pemilu 2019 umumnya menginginkan

pasangan calon presiden-wakil presiden lebih dari dua pasang, supaya ada

kesempatan lebih terbuka untuk mendapat pasangan yang lebih baik.

Di samping itu, anggota pemilih patai manapun ingin agar anggota KPU

bukan dari partai politik.

(51)
(52)

KESIMPULAN

Preferensi publik terhadap demokrasi cukup tinggi (71,9%), namun ada

penurunan kinerja demokrasi sebagaimana terlihat dari penurunan kepuasan

publik terhadap pelaksanaan demokrasi dalam setahun terakhir.

Untuk memperbaiki kinerja demokrasi dalam prakteknya sebagian ditentukan

oleh UU pemilu yang mendukung bagi perbaikan kinerja tersebut: Sejauh

mana UU itu mencerminkan rasa keterwakilan pemilih di tingkat elite politik?

Sejauh mana pandangan dan kebijakan-kebijakan yang diinginkan anggota

DPR dan pemerintah mencerminkan keinginan dari pemilih nasional pada

umumnya?

Di DPR pembuatan UU terkait pemilu sangat ditentukan oleh pandangan dan

sikap partai politik. Sementara itu partai merupakan lembaga yang paling

tidak dipercaya dibanding lembaga-lembaga publik lainnya. Terlalu sedikit

warga yang punya ikatan psikologis yang positif dengan partai politik. Setelah

partai, DPR dan DPD adalah lembaga yang juga kurang dipercaya publik. Ini

merupakan sumber bagi tidak stabil dan tidak baiknya kinerja demokrasi kita.

(53)

KESIMPULAN

Karena tingkat kepercayaan pada partai dan pembuat UU di DPR rendah

maka UU yang dibuat harus memperhatikan apa yang publik inginkan. Tidak

cukup hanya bersandar pada pertimbangan teknokratik para legislator

karena di antara mereka sendiri tidak ada konsensus untuk isu-isu strategis

terkait UU pemilihan umum. Dalam situasi perbedaan pandangan elite ini

maka pandangan publik nasional menjadi mendesak diperhatikan untuk

sejumlah isu dasar dan strategis terkait UU pemilihan umum dan Pilkada.

Paran legislator harus memperhatikan bahwa:

1. Ide di sebagian elite politik agar presiden dipilih MPR bertentangan dengan

aspirasi hampir semua rakyat Indonesia (90,3%).

2. Ide agar sistem pemilu dirubah dari sistem proporsional terbuka menjadi sistem

proporsional tertutup ditentang oleh sebagian besar pemilih nasional (78,2%)

3. Rakyat umumnya lebih merasa terwakili orang (anggota DPR) (46%) dari pada

partai politik (28%). Ini mengindikasikan bahwa hubungan pemilih dengan

orang (anggota DPR) lebih kuat daripada dengan partai.

(54)

KESIMPULAN

4. Rakyat umumnya tidak bisa memaklumi banyak korban di pihak

penyelenggara pemilu serentak 2019 lalu, dan karena itu pemilih umumnya

menolak pemilu memilih anggota legislatif dan pemilihan presiden dilakukan

serentak (54,3%).

5. Pemilih pada umumnya (63,2%) tidak setuju pemilu, pilpres, dan Pilkada

dilakukan serentak dalam tahun yang sama pada 2024

6. Pemilih nasional umumnya (54,8%) ingin ada Pilkada 2022 untuk daerah yang

kepala daerah yang berakhir masa tugasnya pada tahun tersebut.

7. Pemilih nasional umumnya (53,7%) ingin ada Pilkada 2023 untuk daerah yang

kepala daerahnya berakhir pada tahun tersebut.

8. Pemilih pada umumnya (60,7%) berharap pasangan calon presiden lebih dari

dua pasang untuk memperbesar peluang rekrutmen pemimpin nasional lebih

baik. Karena itu

threshold

sebagai syarat pencalonan untuk menjadi calon

presiden oleh partai harus dibuat sesuai dengan tujuan tersebut.

9. Publik umumnya (79,8%) tidak setuju anggota KPU sebagai penyelenggara

Pemilu berasal dari partai politik.

(55)

KESIMPULAN

Sembilan sikap pemilih nasional tersebut di dukung oleh mayoritas pemilih di

semua partai, baik di partai-partai koalisi pendukung pemerintah maupun

partai-partai di luar koalisi tersebut. Artinya semua sikap itu tidak partisan,

melainkan multipartisan.

Kesembilan sikap pemilih itu didukung baik oleh pemilih yang merasa puas

ataupun tidak puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Ini mengindikasikan

bahwa sikap itu tidak dipengaruhi oleh dukungan atau penolakan terhadap

presiden Jokowi.

Dalam kondisi hubungan psikologis antara pemilih dan partai tidak erat, dan

dalam keadaan tingkat kepercayaan pada patai rendah, UU pemilu harus

memperhatikan unsur orang (anggota DPR atau presiden) bukan institusi

(partai) untuk memperkuat keterwakilan rakyat di politik nasional. Bila tidak

demikian, rakyat akan merasa tidak diwakili.

Sumber ketidakpercayaan publik pada partai akibat dari kinerja

masing-masing partai, terutama lemahnya demokrasi di hampir semua internal partai

politik.

(56)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 4, Dapat dike- tahui bahwa pangsa pasar awal susu fer- mentasi bermerek dalam kemasan di Kota Makassar dikuasai oleh Yakult sebesar 44 %, Cimory sebesar 32,5 %

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Banyak diantara kita mengira bahwa penyebab dari bencana ini timbul akibat dari ketidakseimbangan diantara ekosistem yang ada (Rahim dalam Suja’i, 2004). Batang

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Untuk menumbuhkan minat dan motivasi mahasiswa, dosen dapat memberi rangsangan dan dukungan moral dalam belajar writing dengan bantuan media internet yaitu Facebook

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

- iiencaiat liasil rapal yang ada tobungannya dengan aKliviias proyek. - HeiseriKsa/iiiengontrol adijlnislra- s i uiitmi

Perbandingan antara sub rute pendistribusian tabung yang digunakan oleh perusahaan dengan sub rute yang hasil optimasi menggunakan metode nearest neighbour memiliki