• Tidak ada hasil yang ditemukan

META ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TGT DAN TSTS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "META ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TGT DAN TSTS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GENTA MULIA ISSN: 2301-6671 Volume XI No. 2, Juli 2020

Page : 288-301

META ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TGT

DAN TSTS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN

KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK

SISWA SEKOLAH DASAR

Ika Nuari Fitriani

1) ,

Suhandi Astuti

2)

1)Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW Salatiga, E-mail 292016029@student.uksw.edu 2)Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW Salatiga, E-mail suhandi.astuti@uksw.edu

Abstrak: Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian meta analisis, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keefektifan yang signifikan pada model pembelajaran TGT dan TSTS dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi pada kelas IV. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis effect size. Rumus effect size yang digunakan adalah formula pengaruh dengan rumus eta kuadrat (ή2). Instrumen0yang dipakai di penelitian ini0adalah lembaran pemberian kode (coding data). Variabel-variabel yang digunakan untuk pemberian kode dalam memperoleh informasi mengenai0besar pengaruh (effect size) pada penelitian0meta-analisis. Hasil penelitian menunjukan model0pembelajaran0Team Games Tournament

--lebih efektif jika dibandingkan dengan model0pembelajaran0Two Stay Two Stray0terhadap0peningkatan kemampuan kolaborasi0siswa. Dapat dilihat dari uji Ancova dari nilai rata-rata skor eksperimen 2 model pembelajaran TGT sebesar 85,3675 lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran TSTS 71,3350. Dapat disimpulkan bahwa perhitungan hipotesis dengan menggunakan uji Ancova menggunakan Univariate yang menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,002 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Dari uji Ancova menunjukkan f hitung > f tabel sebesar 0,002 dan F hitung yang diperoleh adalah 25,370, yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.

Kata Kunci : Meta Analisis, Team Games Tournament, Two Stay Two Stray, Kolaborasi.

PENDAHULUAN

Tahun pelajaran 2013/2014 pemerintah memberlakukan kurikulum baru disebut kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Sejalan dengan berlakunya kurikulum 2013 saat ini yang menerapkan pembelajaran tematik. Menurut Permendikbud NO. 22 Tahun 2016 pembelajaran kurikulum 2013 dilaksanakan secara tematik terpadu. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan menggunakan dan mengaitkan beberapa mata pelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar terhadap siswa. Tema yang diberikan

merupakan inti atau ide yang menjadi topik pembelajaran.

Menururt Trianto (2011:139) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran menggunakan tema yang dikatikan dengan beberapa mata pelajaran dengan masksud memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Menurut Rusman (2016:244) merupakan suatu pembelajaran terpadu pada keterlibatan siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Selama pembelajaran tematik siswa mendapat pengalaman dan berlatih untuk menemukan pengetahuan yang dipelajari secara aktif.

(2)

289 Berdasarkan uraian tentang pembelajaran tematik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang memuat beberapa muatan pelajaran yang dirangkai menjadi subtema yang terdapat dalam satu tema. Setiap subtema dilaksanakan dalam waktu satu minggu dan setiap satu hari terdapat satu pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik terpadu yang saling mengkaitkan materi pada satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain mengajarkan siswa lebih aktif dalam mengkaji persoalan yang sering kali dikaitkan dengan kehidupan sehair-hari sehingga proses pembelajaran siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan pelajaran menjadi bermakna.

Lebih lanjut guna mendukung proses pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013, dibutuhkan model pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menjadikan siswa aktif dan dapat bekerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran untuk mengatasi masalah pada proses pembelajaranyaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Rusman (2016:205) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan prestasi siswa, meningkatkan hubungan sosial, dan adanya sikap toleransi serta menghargai pendapat orang lain dan juga mampu melatih siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegari pengetahuan dengan pengalaman. Model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2016:202) adalah upaya pembelajaran dengan cara belajar dalam

kelompok yang terdiri dari 4 – 6 siswa secara kolaboratif dengan anggota yang bersifat heterogen atau campuran meliputi perbedaan tingkat prestasi, jenis kelamin, suku, agama. Model pembelajaran koperatif memiliki banyak tipe. TGT (Team Games Tournament) dan TSTS (Two Stay Two Stray) merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif TGT Team Games Tournament atau biasa disebut dengan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David Vries dan Keath Edward. Slavin (2015:163) mendefinisikan TGT Team Games Tournament adalah tournament akademik yang memakai kuis atau tes dengan sistem skor indidvidu, siswa berlomba sebagai wakil kelompok dengan anggota kelompok yang kemampuan akademik yang sama siswa lain. Menurut Shoimin (2014:203) TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dan melibatkan seluruh siswa tanpa harus melihat perbedaan status, peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan didalamnya, mempererat kekompakan antara siswa karena terdapat kelompok – kelompok belajar sehingga menjadikan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Wina Sanjaya (2013) yang menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mampu mengurangi kecanduan siswa terhadap guru

sehingga mampu mengembangkan

kemampuan dan mengungkapkan pendapat atau gagasan, mendukung siswa lebih bertanggung jawab selama belajar, dan keaktifan siswa meningkat dalam belajar

(3)

290 Selain model pembelajaran TGT Team Games Tournament salah satu komponen berpengaruh kesuksesan proses pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran yang relevan. Model pembelajaran yang relevan dalam pembelajaran tematik adalah TSTS Two Stay Two Stray. Model pembelajaran TSTS pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan. Menurut Huda (2014:207) Model pembelajaran TSTS adalah model yang dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Sedangkan menurut Suprijono (2012:93) model TSTS merupakan model kooperatif dengan pembagian kelompok, setelah berkelompok guru memberikan tugas permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi ketamu dan kembali ke kelompok untuk melaporkan informasi yang diperoleh.

Dilihat dari sintaksnya model pembelajaran TGT dan TSTS memang berbeda,namun memiliki satu persamaan yaitu pembelajaran yang menitik beratkan bekerja sama. Mengamati dari beragam kemampuan kedua model pembelajaran hasil penelitian membuktikan kedua model secara empirik. sehingga membuat guru kebingungan dalam menentukan model pembelajaran yang akan dipakai selama proses pembelajaran berlangsung.

Terkait pelaksanaan model pembelajaran TGT dan TSTS berdasarkan penelitian Miroh,S Patonah, U Kaltsum (2019) dengan0judul Pengaruh Model Pembelajaran

Team Games Tournament Terhadap Kemampuan Kolaborasi Siswa di SMP N 5 Ungaran. Menyimpulkan bahwa model pembelajaran TGT memberikan pengaruh terhadap kemampuan kolaborasi siswa di SMP Negeri 5 Ungaran. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest-only control design.

Penelitian Wardani (2016) dengan judul Pengaruh Kolaborasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Kancing Gemerincing Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas VII SMP Kristen Salatiga. Dapat disimpulkan dari penelitian ini model pembelajaran TGT dan Kancing gemerincing dapat berpengaruh untuk terhadap hasil belajar, dilhat dari nilai rata -rata kelas kontrol 70,22 dan kelas eksperimen 83,35.

Adapun terkait penerapan model pembelajaran TSTS dari hasil penelitian yang telah dilakukan Komang adi wijana,Gede raga,Wayan Suwatra (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran TSTS Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V SD di Desa Kaliasem Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Disimpulkan Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TSTS lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dilhat dari hasil skor rata-rata yang dilakukan peneliti kelas eksperimen lebih tinggi dengan hasil 32,54 dan kelas kontrol 18,94

Penelitian yang terdahulu oleh Nunuk Handayani, Slameto, Elvira Hoesein Radia (2018) dengan judul Efektivitas Model

(4)

291 Pembelajaran TSTS Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa Kelas V SD pada Mata Pelajaran Matematika. Disimpulkan dari hasil uji t untuk persamaan berarti nilai signifikasn 0,000 < 0,005 dengan hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dapat disimpulkan TSTS lebih efektif daripada model konvensional.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada model pembelajaran TGT dan TSTS belum didapatkan hasil penelitian Efektivitas model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan keterampilan kolaborasi siswa kelas IV SD. Maka terdapat keragu-raguan peneliti antara model pembelajaran TGT dengan model pembelajaran TSTS, manakah yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan keterampilan kolaborasi dalam pembelajaran tematik.

Terdapatnya peluang model pembelajaran untuk diintegrasikan dan menghilangkan adanya keraguan terhadap efektivitas model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap kemampuan keterampilan kolaborasi siswa kelas IV SD. Menjadi dasar dilakukannya penelitian Meta analisis dengan judul “Meta Analisis Efektivitas Model Pembelajaran TGT dan TSTS Terhadap Peningkatan Keterampilan Kolaborasi Siswa Kelas IV SD dalam Pembelajaran Tematik”. Adapun treatment dalam penelitian dilakukan melaui pengolahan data dengan subjek penelitian terdahulu.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian meta analisis Meta Analisis merupakan metode telaah yang disertai teknik statistik untuk menghitung kesimpulan beberapa hasil penelitian. Dalam penelitian memanfaatkan buku atau jurnal sebagai sumber. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meta analisis, analisis yang menguraikan sistematik dengan menganalisis hasil penelitian yang sudah diterbitkan secara0nasional dan berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran0TGT dan TSTS terhadap keterampilan kolaborasi siswa SD dalam pembelajaran tematik dalam (Hayat 2015). Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keefektifan yang signifikan pada model pembelajaran TGT dan TSTS dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi pada kelas IV. Penilitian ini dilakukan di Program studi pendidikan sekolah dasar, Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, dengan hasil penelitian dalam bentuk jurnal nasional. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2020.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis effect size. Rumus effect size yang digunakan adalah formula pengaruh dengan rumus eta kuadrat (ή2). Penelitian eksperimen yang hanya melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eskperimen dan kelompok kontrol menggunakan analisis komparasi dengan tekik analisis uji-t. rumus effect size yang digunakan. Instrumen0yang dipakai di penelitian ini0adalah lembaran pemberian kode (coding data).

(5)

Variabel-292 variabel yang digunakan untuk pemberian kode dalam memperoleh informasi

mengenai0besar pengaruh (effect size) pada penelitian0meta-analisis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Data artikel diolah dengan cara merangkum atau komparasi antara model pembelajaran TGT dan TSTS kemudian data dilaporkan

kembali. Hasil komparasi model pembelajaran TGT dan TSTS dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 1.

Presentase peningkatan model TGT siswa

No Kode

Data

Presentase %

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Peningkatan

1 A1 73,08 86,32 13,24

2 A2 67,87 83,10 15,23

3 A3 74,52 88,00 13,48

4 A4 81,77 86,05 4,28

Mean 74,31 85,86 11.55

Tabel 2.

Presentase peningkatan model TSTS siswa

No Kode

Data

Presntase %

Eksperimen 1 Eksperimen 2 Peningkatan

1 B1 65,95 80,62 14,67

2 B2 51,85 54,1 2,25

3 B3 76,15 84,37 8,22

4 B4 72,5 86,25 13,75

Mean 66,61 76,33 9,72

Hasil presentase pada tabel 2 presentase model pembelajaran TGT menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT mampu meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa sekolah dasar, presentase rata-rata peningkatan model pembelajaran TGT mulai dari yang terendah 4,28% dan

yang tertiggi 15,23% dengan rata-rata 11,55%. Sedangkan nilai presentase model pembelajaran TSTS nilai terendah 2,25% dan tertinggi 14,67% dengan rata-rata 9,72%. Nilai presentase model pembelajaran TSTS lebih kecil dari model pembelajaran TGT.

(6)

293 Berdasarkan hasil presentase penggunaan model pembelajaran TGT lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran TSTS. Hal ini ditunjukkan dari hasil komparasi berikut. Dari data hasil komparasi rata-rata

dapat dilihat selisih rata-rata skor pada pembelajaran TGT adalah 11,55 sedangkan selisisih model pembelajaran TSTS adalah 9,72. Berikut ini adalah diagram komparasi data antara model TGT dan TSTS

Gambar 1. Analisis data keefektifan

Gambar 1. Analisis data keefektifan

Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran terhadap peningkatan kolaborasi . Analisis data menggunakan uji prasyarat yang dilakukan melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas. Uji prasyarat ini dilakukan sebelum melakukan uji Ancova. Uji Ancova dilakukan utuk melihat hasil pengaruh perbedaan model pembelajaran yang

digunakan terhadap peningkatan kolaborasi.

Uji Normalitas Uji normalitas adalah bertujuan untuk menentukan apakah sumber relevan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji teknik Shapiro-Wilk berbantuan SPSS 20.00 windows. Berikut tabel hasil pengujian normalitas kolaborasi skor pretest dan Postest model pembelajaran TGT dan TST.

Tabel 3: Uji Normalitas Model Pembelajaran TGT dan TSTS

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

(7)

294

TGT Eksperimen 2 ,286 4 . ,936 4 ,629

TSTS Eksperimen 1 ,225 4 . ,920 4 ,537

TSTS Eksperimen 2 ,362 4 . ,764 4 ,052

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari uji normalitas kolaborasi skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 dari model pembelajaran TGT dan TSTS dapat diartikan jika diperoleh nilai signifikasi < 0,05 maka data tidak berdistibusi normal dan jika nilai signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eksperimen 1 model pembelajaran TGT 0,852 > 0,05 yang

artinya nilai berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eksperimen 2 TGT adalah 0,629 > 0,05 artinya nilai berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eskperimen 1 model pembelajaran TSTS 0,537 > 0,05 yang artinya nilai berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eksperimen 2 TGT 0,052 > 0,05 artinya nilai berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui aoakah sampel skor artikel yang telah dikumpulkan dari model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki varian yang sama. Hal ini dapat dikatakan data homogen jika nilai

signifikasi > 0,05 dan data tidak homogen jika nilai signifikasi < 0.05. Berikut adalah tabel uji homogenitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 menggunakan SPSS 20.00 for window

Tabel 4. Uji Homogenitas Eksperimen 1 Model Pembelajarn TGT dan TSTS

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig. Kolaborasi Based on Mean 1,236 1 6 ,309 Based on Median 1,035 1 6 ,348

Based on Median and

with adjusted df 1,035 1 4,682 ,359

Based on trimmed mean 1,233 1 6 ,309

Tabel 4. menunjukkan hasik uji homogenitas menggunakan metode Levene’s Test. Dalam interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik yaitu statistik yang dilakukan

dengan rata-rata (Based on Mean). Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan hasil uji homogenitas Eksperimen 1 memperoleh signifikasi 0,309 > 0,05 yang

(8)

295 dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TSTS dan TGT memiliki variansi yang sama

atau homogen.

Tabel 5. Uji Homogenitas Eksperimen 2 Model Pembelajarn TSTS dan TGT

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig. Kolaborasi Based on Mean 4,591 1 6 ,076 Based on Median 1,628 1 6 ,249

Based on Median and

with adjusted df 1,628 1 3,193 ,287

Based on trimmed mean 3,796 1 6 ,099

Tabel diatas menunjukkan hasil uji homogenitas menggunakan Livene’s Test. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statisti, yaitu statistik yang dilakukan dengan rata-rata (Based on Mean). Nilai

homogenitas dilihat dari hasil signifikasi yaitu 0,076 > 0,05. Dari haisl tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki variansi yang sama atau homogen

.

Uji Linearitas

Uji linearitas ini adalah uji untuk mengetahui apakah variabel bebas menggunakan model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap variabel terikat meningkatkan kolaborasi mempunyai hubungan linear atau tidak, secara

sinifikan. Dalam penelitian ini menggunakan uji linearitas yaitu SPSS 20.00 for windows, berikut adalah tabel uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model

pembelajaran TGT

Tabel 6. Uji Linearitas Skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Model Pembelajaran TGT

ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. TGT Eksperimen 2 * TGT Eksperimen 1 Between Groups (Combined) 11,033 2 5,517 3,909 ,337 Linearity 2,571 1 2,571 1,822 ,406 Deviation from Linearity 8,463 1 8,463 5,997 ,247 Within Groups 1,411 1 1,411 Total 12,445 3

(9)

296 Berdasarkan pada tabel dapat disimpulkan bahwa uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT dilihat dari satu statistik, yaitu yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, berdasarkan tabel diatas menunukkan hasil uji linearitas

Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 memperoleh signifikasi 0,247 > 0,05 yang artinya bahwa skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT memiliki hubungan yang linear.

Tabel 7.

Uji Linearitas Skor

Eksperimen 1

dan

Ekperimen 2

Model Pembelajaran

TSTS ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. TSTS Eksperimen 2 * TSTS Eksperimen 1 Between Groups (Combined) 323,970 2 161,985 ,461 ,721 Linearity 280,979 1 280,979 ,799 ,536 Deviation from Linearity 42,991 1 42,991 ,122 ,786 Within Groups 351,655 1 351,655 Total 675,625 3

Berdasarkan pada tabel dapat disimpulkan bahwa uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS dilihat dari satu statistik, yaitu yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil uji linearitas

Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 memperoleh signifikasi 0,786 > 0,05 yang artinya bahwa skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS memiliki hubungan yang linear.

Uji Ancova

Berdasarkan hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji linear, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, homogen dan linear. Setelah melakukan uji prasyarat dapat dilakukan uji Ancova dengan berbantuan SPSS 20.00 for windows. Uji Ancova dilakukan

untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan kolaborasi pembelajaran tematik siswa kelas SD. Berikut tabel hasil dari analisis uji Ancova.

Tabel 8. Hasil Analisis Data Menggunakan Uji Ancova

Descriptive Statistics

(10)

297

Model Pembelajaran Mean Std. Deviation N

TGT 85,3675 1,51819 4

TSTS 71,3350 5,36112 4

Total 78,3513 8,34062 8

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji Ancova yang dilakukan pada model pembelajaran TGT dengan jumlah artikel 4 dengan rata-rata 85,3675. Sedangkan pada model pembelajaran TSTS dengan jumlah artikel 4 mempunyai rata-rata 71,3350. Sehingga terdapat perbedaan antara model

pembelajaran TGT dan TSTS dilihat dari peningkatan kolaborasi pembelajaran tematik. Model pembelajaran TGT hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran TSTS.

Tabel 9. Hasil Analisis Uji Ancova

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Nilai Eksperimen 2

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig. Partial Eta

Squared Corrected Model 393,822a 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Intercept 49111,347 1 49111,347 3163,726 ,000 ,998 Model_Pembelajaran 393,822 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Error 93,140 6 15,523 Total 49598,309 8 Corrected Total 486,962 7

a. R Squared = ,809 (Adjusted R Squared = ,777) Berdasarkan hasil uji Ancova yang terletak pada kolom model pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa signifikasi pada kolom Sig.

sebesar 0,002 dan F hitung yang diperoleh adalah 25,370.

Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji Ancova kemudian dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak. Berikut adalah hipotesis penelitian :

Ha : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS ditinjau dari peningkatan kolaborasi.

Ho : Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS ditinjau dari peningkatan kolaborasi.

Kriteria dalam pengembalian keputusan : 1. Menggunakan koefisien Sig. dengan

(11)

298 a. Jika nilai Sig. Hitung

(Probabilitas) < 0,05 maka Ho ditolak

b. Jika nilai Sig. Hitung (Probabilitas) > 0,05 maka Ho diterima

2. Menggunakan koefisien thitung dengan

ketentuan

a. Jika koefisien f hitung > f tabel maka Ho ditolak

b. Jika koefisien f hitung < f tabel maka Ho diterima

Berdasarkan hasil perhitungan hipotesis dengan menggunakan uji Ancova menggunakan Univariate yang menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,002 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Dari uji Ancova menunjukkan f hitung > f tabel

yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan

Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.

Effect Size

Effect size (besaran efek) menunjukkan perbedaan tersandar antara skor dari model pembelajaran TGT dan TSTS. Effect Size merupakan satuan standar artinya dapat dibandingkan antar beberpa skala yang berbeda – beda Effect Size yang dapat digunakan dalam

penelitian ini adalah Cohen’s d, dapat diartikan bahwa semakin besar nilainya maka semakin besar perbedaan antara model pembelajaran TGT dan TSTS. Berikut ini interpretasi Effect Size sebagai berikut

Tabel 10. Hasil uji Effect Size Menggunakan Uji Ancova

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Nilai Eksperimen 2

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig. Partial Eta

Squared Corrected Model 393,822a 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Intercept 49111,347 1 49111,347 3163,726 ,000 ,998 Model_Pembelajaran 393,822 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Error 93,140 6 15,523 Total 49598,309 8 Corrected Total 486,962 7

a. R Squared = ,809 (Adjusted R Squared = ,777)

Berdasarkan dari tabel diatas melakukan uji Effect Size menggunakan uji Ancova pada model pembelajaran TGT dan TSTS terdapat hasil yang

tertera pada kolom Correct Model yang diketahui Partical Eta Squared sebesar 0,809 dengan nilai sig 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa model

(12)

299 pembelajaran TGT dan TSTS memberikan pengaruh tergolong sedang terhadap peningkatan

kolaborasi

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan kolaborasi siswa. Penelitian ini termasuk penelitian meta analisis, tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah dan mengumpulkan data peneltian melalui pencarian jurnal elektronik. Berdasarkan hasil penelusuran oleh peneliti mendapatkan 8 artikel yang relevan. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi dengan model pembelajaran TGT dari skor terendah 4,28% dan skor tertinggi 15,23% dengan rata – rata sebesar 11,55 % . Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sebelum menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 74,31%. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sesudah menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 85,86%.

Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi dengan model pembelajaran TSTS dari skor terendah 2,25% dan skor tertinggi 14,67% dengan rata – rata sebesar 9,72 % . Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sebelum menggunakan model pembelajaran TSTS sebesar 66,61%. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sesudah menggunakan model pembelajaran TSTS sebesar 76,33%.

` Uji prasyarat model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki hasil normal, homogen, dan linear. Uji homogenitas menunjukkan bahwa data memiliki hasil homogen dapat dilihat dari data Eksperimen 1 dari model pembelajaran TGT dan

TSTS menunjukkan Sig. sebesar 0,309 > 0.05. sedangkan data Eksperimen 2 dari model pembelajaran TGT dan TSTS Sig. sebesar 0,76 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS berdistribusi homogeny. Uji normalitas menggunakan teknik Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa nilai signifikasi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS normal. Uji linearitas dari Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, nilai signifikasi 0,247 > 0,05 dapat disimpulkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT memiliki hubungan yang linear, sedangkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS menunjukkan sig 0,786 > 0,05 dapat disimpulkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS memiliki hubungan yang linear.

Uji Ancova dengan berbantuan SPSS 20.00 for windows mendapatkan hasil analisis data pada model pembelajaran TGT sebesar 85, 3675 sedangkan pada model pembelajaran TSTS 71, 3350, dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara model pembelajaran TGT dan model pembelajaran TSTS. Model pembelajaran TGT hasilnya lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran TSTS. Selanjutnya hasil analisis uji ancova nilai signifikasi sebesar 0,002 dan f hitung yang diperoleh adalah 25,370.

(13)

300 Uji Hipotesis menggunakan uji ancova yang menggunakan Univariate menunjukkan f hitung > f tabel yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.

Effect Size menggunakan uji ancova pada model pembelajaran TGT dan TSTS dari hasil

Correct Model yang diketahui Partical Eta Squared sebesar 0,809 dengan nilai Sig. 0,002. Dapat disimpulkan model pembelajaran TGT dan TSTS memberikan pengaruh tergolong sedang. Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa model pembelajaran dengan menggunakan TGT memiliki skor tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran TSTS.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan

0

hasil dan

0

pembahasan yang

sudah dijabarkan, jadi

0

dapat disimpulkan

0

Hasil

penelitian

menunjukan

model

0

pembelajaran

0

Team

Games

Tournament

--

lebih

efektif

jika

dibandingkan

dengan

model

0

pembelajaran

0

Two

Stay

Two

Stray

0

terhadap

0

peningkatan kemampuan

kolaborasi

0

siswa. Dapat dilihat dari uji

Ancova

dari nilai rata-rata skor eksperimen

2 model pembelajaran TGT sebesar

85,3675 lebih tinggi dibandingkan model

pembelajaran

TSTS

71,3350.

Dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

dari kedua model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan perhitungan

Effect Size

yang

diketahui

Partial

Eta

Squared

sebesar

,,

0,809 dengan

0

nilai

,,

Sig.

0

sebesar

0,002.

perhitungan

hipotesis

dengan

menggunakan uji Ancova menggunakan

Univariate yang menunjukkan bahwa nilai

signifikasi sebesar 0,002 yang berarti lebih

kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Dari uji

Ancova menunjukkan f hitung > f tabel

sebesar 0,002 dan F hitung yang diperoleh

adalah 25,370, yaitu 25,370 > 5,79 dan

signifikasinya

0,002

<

0,05

yang

menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan dalam

penggunaan model pembelajaran TGT dan

TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas

dapat diketahui model pembelajaran Tgt

lebih efektif daripada model pembelajaran

TSTS dalam meningkatkan kemampuan

kolaborasi, maka peneliti memberikan

referensi agar model pembelajaran TGT

dapat diterapkan dalam pembelajaran

disekolah

dasar

khususnya

untuk

meningkatkan

kemampuan

kolaborasi.

(14)

301

DAFTAR PUSTAKA.

Ningrum emi pebrina (2016) Efektivitas Model Pembelajaran Koperatif TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV di SD Negeri. Repository Uksw.

Hamdani 2011 Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia)

Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kemendikbud. 2016. Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2017. Silabus Tematik Revisi 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Laili R, Zelmy A.V (2017) Efektivitas TGT Terhadap Hasil Belajar Matematika Di SD. Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan. Mawardi, M. 2014. Pemberlakuan Kurikulum

SD/MI Tahun 2013 dan Implikasinya Terhadap Upaya Memperbaiki Proses

Pembelajaran Melalui

PTK. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 4(3): 107-121. Miroh,S Patonah, U Kaltsum (2019) Pengaruh

Model Pembelajaran Team Games Tournament Terhadap Kemampuan Kolaborasi Siswa di SMP N 5 Ungaran. Prosiding Seminar Nasional. Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Sani, Ridwan Abdul. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media Group.

Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia.

Slameto. 2015. Metodologi Pnenelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press.

Slavin R.E. (2011). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Suprijono, A. 2012. Cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Trianto. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka. Roy H, Theresia S, Wasitohadi (2018) dengan

judul Efektivitas Model Pembelajaran STAD Dengan TGT Ditinjau Dari Keaktifan Belajar Matematika Kelas IV SD. Jurnal Ummat.

Ujiati Cahyaningsih (2017) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD. Jurnal cakrawala pendas.

Gambar

Tabel 1. Presentase peningkatan model TGT siswa
Gambar 1. Analisis data keefektifan Analisis  Data  Analisis  data
Tabel 4. Uji Homogenitas Eksperimen 1  Model Pembelajarn TGT dan TSTS  Test of Homogeneity of Variance
Tabel 5. Uji Homogenitas Eksperimen 2  Model Pembelajarn TSTS dan TGT  Test of Homogeneity of Variance
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata perbedaan mean antara kedua kelompok kontrol 0,62 dan pada kelompok intervensi 0,46 Dan p value untuk kelompok kontrol dan intervensi untuk variabel usia adalah

Jika petani mendapatkan informasi 3 jenis terkait adanya sosialisasi benih padi varietas Mekongga.. 2) Kemampuan adalah keikutsertaan anggota kelompok tani pada saat

Penelitian meta analisis ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh teman sebaya dan anggota keluarga yang merokok terhadap kebiasan merokok pada remaja.. Subjek dan Metode: Meta

Pembangunan sector tersebut jelas membutuhkan suatu tahapan perencanaan yang Pembangunan sector tersebut jelas membutuhkan suatu tahapan perencanaan yang matang dan benar untuk

Pemberian pupuk organik cair urin sapi untuk pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L) sebanyak 10% dan setara dengan urea.. Saran- saran yang dapat digunakan sebagai

Dari meta-analisis penelitian, dapat kita lihat bahwa efektivitas pembelajaran matematika model Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa memiliki

b) Menentukan Penelitian yang Relevan.. Sebelum melakukan meta-analisis, perlu dipertegas spesifikasi dari literatur yang akan digunakan dalam meta-analisis. Terdapat tiga

Dalam penelitian ini dilakukan meta-analisis terhadap 15 artikel dari jurnal nasional mengenai penerapan model pembelajaran blended learning terhadap hasil belajar, metode