GENTA MULIA ISSN: 2301-6671 Volume XI No. 2, Juli 2020
Page : 288-301
META ANALISIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TGT
DAN TSTS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK
SISWA SEKOLAH DASAR
Ika Nuari Fitriani
1) ,Suhandi Astuti
2)1)Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW Salatiga, E-mail 292016029@student.uksw.edu 2)Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW Salatiga, E-mail suhandi.astuti@uksw.edu
Abstrak: Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian meta analisis, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keefektifan yang signifikan pada model pembelajaran TGT dan TSTS dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi pada kelas IV. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis effect size. Rumus effect size yang digunakan adalah formula pengaruh dengan rumus eta kuadrat (ή2). Instrumen0yang dipakai di penelitian ini0adalah lembaran pemberian kode (coding data). Variabel-variabel yang digunakan untuk pemberian kode dalam memperoleh informasi mengenai0besar pengaruh (effect size) pada penelitian0meta-analisis. Hasil penelitian menunjukan model0pembelajaran0Team Games Tournament
--lebih efektif jika dibandingkan dengan model0pembelajaran0Two Stay Two Stray0terhadap0peningkatan kemampuan kolaborasi0siswa. Dapat dilihat dari uji Ancova dari nilai rata-rata skor eksperimen 2 model pembelajaran TGT sebesar 85,3675 lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran TSTS 71,3350. Dapat disimpulkan bahwa perhitungan hipotesis dengan menggunakan uji Ancova menggunakan Univariate yang menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,002 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Dari uji Ancova menunjukkan f hitung > f tabel sebesar 0,002 dan F hitung yang diperoleh adalah 25,370, yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.
Kata Kunci : Meta Analisis, Team Games Tournament, Two Stay Two Stray, Kolaborasi.
PENDAHULUAN
Tahun pelajaran 2013/2014 pemerintah memberlakukan kurikulum baru disebut kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Sejalan dengan berlakunya kurikulum 2013 saat ini yang menerapkan pembelajaran tematik. Menurut Permendikbud NO. 22 Tahun 2016 pembelajaran kurikulum 2013 dilaksanakan secara tematik terpadu. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan menggunakan dan mengaitkan beberapa mata pelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar terhadap siswa. Tema yang diberikan
merupakan inti atau ide yang menjadi topik pembelajaran.
Menururt Trianto (2011:139) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran menggunakan tema yang dikatikan dengan beberapa mata pelajaran dengan masksud memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Menurut Rusman (2016:244) merupakan suatu pembelajaran terpadu pada keterlibatan siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Selama pembelajaran tematik siswa mendapat pengalaman dan berlatih untuk menemukan pengetahuan yang dipelajari secara aktif.
289 Berdasarkan uraian tentang pembelajaran tematik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang memuat beberapa muatan pelajaran yang dirangkai menjadi subtema yang terdapat dalam satu tema. Setiap subtema dilaksanakan dalam waktu satu minggu dan setiap satu hari terdapat satu pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik terpadu yang saling mengkaitkan materi pada satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain mengajarkan siswa lebih aktif dalam mengkaji persoalan yang sering kali dikaitkan dengan kehidupan sehair-hari sehingga proses pembelajaran siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan pelajaran menjadi bermakna.
Lebih lanjut guna mendukung proses pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013, dibutuhkan model pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menjadikan siswa aktif dan dapat bekerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran untuk mengatasi masalah pada proses pembelajaranyaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Rusman (2016:205) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan prestasi siswa, meningkatkan hubungan sosial, dan adanya sikap toleransi serta menghargai pendapat orang lain dan juga mampu melatih siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegari pengetahuan dengan pengalaman. Model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2016:202) adalah upaya pembelajaran dengan cara belajar dalam
kelompok yang terdiri dari 4 – 6 siswa secara kolaboratif dengan anggota yang bersifat heterogen atau campuran meliputi perbedaan tingkat prestasi, jenis kelamin, suku, agama. Model pembelajaran koperatif memiliki banyak tipe. TGT (Team Games Tournament) dan TSTS (Two Stay Two Stray) merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif TGT Team Games Tournament atau biasa disebut dengan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David Vries dan Keath Edward. Slavin (2015:163) mendefinisikan TGT Team Games Tournament adalah tournament akademik yang memakai kuis atau tes dengan sistem skor indidvidu, siswa berlomba sebagai wakil kelompok dengan anggota kelompok yang kemampuan akademik yang sama siswa lain. Menurut Shoimin (2014:203) TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dan melibatkan seluruh siswa tanpa harus melihat perbedaan status, peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan didalamnya, mempererat kekompakan antara siswa karena terdapat kelompok – kelompok belajar sehingga menjadikan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Wina Sanjaya (2013) yang menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mampu mengurangi kecanduan siswa terhadap guru
sehingga mampu mengembangkan
kemampuan dan mengungkapkan pendapat atau gagasan, mendukung siswa lebih bertanggung jawab selama belajar, dan keaktifan siswa meningkat dalam belajar
290 Selain model pembelajaran TGT Team Games Tournament salah satu komponen berpengaruh kesuksesan proses pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran yang relevan. Model pembelajaran yang relevan dalam pembelajaran tematik adalah TSTS Two Stay Two Stray. Model pembelajaran TSTS pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan. Menurut Huda (2014:207) Model pembelajaran TSTS adalah model yang dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Sedangkan menurut Suprijono (2012:93) model TSTS merupakan model kooperatif dengan pembagian kelompok, setelah berkelompok guru memberikan tugas permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi ketamu dan kembali ke kelompok untuk melaporkan informasi yang diperoleh.
Dilihat dari sintaksnya model pembelajaran TGT dan TSTS memang berbeda,namun memiliki satu persamaan yaitu pembelajaran yang menitik beratkan bekerja sama. Mengamati dari beragam kemampuan kedua model pembelajaran hasil penelitian membuktikan kedua model secara empirik. sehingga membuat guru kebingungan dalam menentukan model pembelajaran yang akan dipakai selama proses pembelajaran berlangsung.
Terkait pelaksanaan model pembelajaran TGT dan TSTS berdasarkan penelitian Miroh,S Patonah, U Kaltsum (2019) dengan0judul Pengaruh Model Pembelajaran
Team Games Tournament Terhadap Kemampuan Kolaborasi Siswa di SMP N 5 Ungaran. Menyimpulkan bahwa model pembelajaran TGT memberikan pengaruh terhadap kemampuan kolaborasi siswa di SMP Negeri 5 Ungaran. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest-only control design.
Penelitian Wardani (2016) dengan judul Pengaruh Kolaborasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Kancing Gemerincing Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas VII SMP Kristen Salatiga. Dapat disimpulkan dari penelitian ini model pembelajaran TGT dan Kancing gemerincing dapat berpengaruh untuk terhadap hasil belajar, dilhat dari nilai rata -rata kelas kontrol 70,22 dan kelas eksperimen 83,35.
Adapun terkait penerapan model pembelajaran TSTS dari hasil penelitian yang telah dilakukan Komang adi wijana,Gede raga,Wayan Suwatra (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran TSTS Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V SD di Desa Kaliasem Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Disimpulkan Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TSTS lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dilhat dari hasil skor rata-rata yang dilakukan peneliti kelas eksperimen lebih tinggi dengan hasil 32,54 dan kelas kontrol 18,94
Penelitian yang terdahulu oleh Nunuk Handayani, Slameto, Elvira Hoesein Radia (2018) dengan judul Efektivitas Model
291 Pembelajaran TSTS Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa Kelas V SD pada Mata Pelajaran Matematika. Disimpulkan dari hasil uji t untuk persamaan berarti nilai signifikasn 0,000 < 0,005 dengan hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dapat disimpulkan TSTS lebih efektif daripada model konvensional.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada model pembelajaran TGT dan TSTS belum didapatkan hasil penelitian Efektivitas model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan keterampilan kolaborasi siswa kelas IV SD. Maka terdapat keragu-raguan peneliti antara model pembelajaran TGT dengan model pembelajaran TSTS, manakah yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan keterampilan kolaborasi dalam pembelajaran tematik.
Terdapatnya peluang model pembelajaran untuk diintegrasikan dan menghilangkan adanya keraguan terhadap efektivitas model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap kemampuan keterampilan kolaborasi siswa kelas IV SD. Menjadi dasar dilakukannya penelitian Meta analisis dengan judul “Meta Analisis Efektivitas Model Pembelajaran TGT dan TSTS Terhadap Peningkatan Keterampilan Kolaborasi Siswa Kelas IV SD dalam Pembelajaran Tematik”. Adapun treatment dalam penelitian dilakukan melaui pengolahan data dengan subjek penelitian terdahulu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian meta analisis Meta Analisis merupakan metode telaah yang disertai teknik statistik untuk menghitung kesimpulan beberapa hasil penelitian. Dalam penelitian memanfaatkan buku atau jurnal sebagai sumber. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meta analisis, analisis yang menguraikan sistematik dengan menganalisis hasil penelitian yang sudah diterbitkan secara0nasional dan berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran0TGT dan TSTS terhadap keterampilan kolaborasi siswa SD dalam pembelajaran tematik dalam (Hayat 2015). Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keefektifan yang signifikan pada model pembelajaran TGT dan TSTS dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi pada kelas IV. Penilitian ini dilakukan di Program studi pendidikan sekolah dasar, Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, dengan hasil penelitian dalam bentuk jurnal nasional. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2020.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis effect size. Rumus effect size yang digunakan adalah formula pengaruh dengan rumus eta kuadrat (ή2). Penelitian eksperimen yang hanya melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eskperimen dan kelompok kontrol menggunakan analisis komparasi dengan tekik analisis uji-t. rumus effect size yang digunakan. Instrumen0yang dipakai di penelitian ini0adalah lembaran pemberian kode (coding data).
Variabel-292 variabel yang digunakan untuk pemberian kode dalam memperoleh informasi
mengenai0besar pengaruh (effect size) pada penelitian0meta-analisis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Data artikel diolah dengan cara merangkum atau komparasi antara model pembelajaran TGT dan TSTS kemudian data dilaporkan
kembali. Hasil komparasi model pembelajaran TGT dan TSTS dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1.
Presentase peningkatan model TGT siswa
No KodeData
Presentase %
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Peningkatan
1 A1 73,08 86,32 13,24
2 A2 67,87 83,10 15,23
3 A3 74,52 88,00 13,48
4 A4 81,77 86,05 4,28
Mean 74,31 85,86 11.55
Tabel 2.
Presentase peningkatan model TSTS siswa
No KodeData
Presntase %
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Peningkatan
1 B1 65,95 80,62 14,67
2 B2 51,85 54,1 2,25
3 B3 76,15 84,37 8,22
4 B4 72,5 86,25 13,75
Mean 66,61 76,33 9,72
Hasil presentase pada tabel 2 presentase model pembelajaran TGT menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT mampu meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa sekolah dasar, presentase rata-rata peningkatan model pembelajaran TGT mulai dari yang terendah 4,28% dan
yang tertiggi 15,23% dengan rata-rata 11,55%. Sedangkan nilai presentase model pembelajaran TSTS nilai terendah 2,25% dan tertinggi 14,67% dengan rata-rata 9,72%. Nilai presentase model pembelajaran TSTS lebih kecil dari model pembelajaran TGT.
293 Berdasarkan hasil presentase penggunaan model pembelajaran TGT lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran TSTS. Hal ini ditunjukkan dari hasil komparasi berikut. Dari data hasil komparasi rata-rata
dapat dilihat selisih rata-rata skor pada pembelajaran TGT adalah 11,55 sedangkan selisisih model pembelajaran TSTS adalah 9,72. Berikut ini adalah diagram komparasi data antara model TGT dan TSTS
Gambar 1. Analisis data keefektifan
Gambar 1. Analisis data keefektifan
Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran terhadap peningkatan kolaborasi . Analisis data menggunakan uji prasyarat yang dilakukan melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas. Uji prasyarat ini dilakukan sebelum melakukan uji Ancova. Uji Ancova dilakukan utuk melihat hasil pengaruh perbedaan model pembelajaran yang
digunakan terhadap peningkatan kolaborasi.
Uji Normalitas Uji normalitas adalah bertujuan untuk menentukan apakah sumber relevan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji teknik Shapiro-Wilk berbantuan SPSS 20.00 windows. Berikut tabel hasil pengujian normalitas kolaborasi skor pretest dan Postest model pembelajaran TGT dan TST.
Tabel 3: Uji Normalitas Model Pembelajaran TGT dan TSTS
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
294
TGT Eksperimen 2 ,286 4 . ,936 4 ,629
TSTS Eksperimen 1 ,225 4 . ,920 4 ,537
TSTS Eksperimen 2 ,362 4 . ,764 4 ,052
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari uji normalitas kolaborasi skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 dari model pembelajaran TGT dan TSTS dapat diartikan jika diperoleh nilai signifikasi < 0,05 maka data tidak berdistibusi normal dan jika nilai signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eksperimen 1 model pembelajaran TGT 0,852 > 0,05 yang
artinya nilai berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eksperimen 2 TGT adalah 0,629 > 0,05 artinya nilai berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eskperimen 1 model pembelajaran TSTS 0,537 > 0,05 yang artinya nilai berdistribusi normal. Tingkat signifikasi skor Eksperimen 2 TGT 0,052 > 0,05 artinya nilai berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui aoakah sampel skor artikel yang telah dikumpulkan dari model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki varian yang sama. Hal ini dapat dikatakan data homogen jika nilai
signifikasi > 0,05 dan data tidak homogen jika nilai signifikasi < 0.05. Berikut adalah tabel uji homogenitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 menggunakan SPSS 20.00 for window
Tabel 4. Uji Homogenitas Eksperimen 1 Model Pembelajarn TGT dan TSTS
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig. Kolaborasi Based on Mean 1,236 1 6 ,309 Based on Median 1,035 1 6 ,348
Based on Median and
with adjusted df 1,035 1 4,682 ,359
Based on trimmed mean 1,233 1 6 ,309
Tabel 4. menunjukkan hasik uji homogenitas menggunakan metode Levene’s Test. Dalam interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik yaitu statistik yang dilakukan
dengan rata-rata (Based on Mean). Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan hasil uji homogenitas Eksperimen 1 memperoleh signifikasi 0,309 > 0,05 yang
295 dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TSTS dan TGT memiliki variansi yang sama
atau homogen.
Tabel 5. Uji Homogenitas Eksperimen 2 Model Pembelajarn TSTS dan TGT
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig. Kolaborasi Based on Mean 4,591 1 6 ,076 Based on Median 1,628 1 6 ,249
Based on Median and
with adjusted df 1,628 1 3,193 ,287
Based on trimmed mean 3,796 1 6 ,099
Tabel diatas menunjukkan hasil uji homogenitas menggunakan Livene’s Test. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statisti, yaitu statistik yang dilakukan dengan rata-rata (Based on Mean). Nilai
homogenitas dilihat dari hasil signifikasi yaitu 0,076 > 0,05. Dari haisl tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki variansi yang sama atau homogen
.
Uji Linearitas
Uji linearitas ini adalah uji untuk mengetahui apakah variabel bebas menggunakan model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap variabel terikat meningkatkan kolaborasi mempunyai hubungan linear atau tidak, secara
sinifikan. Dalam penelitian ini menggunakan uji linearitas yaitu SPSS 20.00 for windows, berikut adalah tabel uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model
pembelajaran TGT
Tabel 6. Uji Linearitas Skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Model Pembelajaran TGT
ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. TGT Eksperimen 2 * TGT Eksperimen 1 Between Groups (Combined) 11,033 2 5,517 3,909 ,337 Linearity 2,571 1 2,571 1,822 ,406 Deviation from Linearity 8,463 1 8,463 5,997 ,247 Within Groups 1,411 1 1,411 Total 12,445 3
296 Berdasarkan pada tabel dapat disimpulkan bahwa uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT dilihat dari satu statistik, yaitu yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, berdasarkan tabel diatas menunukkan hasil uji linearitas
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 memperoleh signifikasi 0,247 > 0,05 yang artinya bahwa skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT memiliki hubungan yang linear.
Tabel 7.
Uji Linearitas Skor
Eksperimen 1
dan
Ekperimen 2
Model Pembelajaran
TSTS ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. TSTS Eksperimen 2 * TSTS Eksperimen 1 Between Groups (Combined) 323,970 2 161,985 ,461 ,721 Linearity 280,979 1 280,979 ,799 ,536 Deviation from Linearity 42,991 1 42,991 ,122 ,786 Within Groups 351,655 1 351,655 Total 675,625 3Berdasarkan pada tabel dapat disimpulkan bahwa uji linearitas skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS dilihat dari satu statistik, yaitu yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil uji linearitas
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 memperoleh signifikasi 0,786 > 0,05 yang artinya bahwa skor Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS memiliki hubungan yang linear.
Uji Ancova
Berdasarkan hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji linear, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, homogen dan linear. Setelah melakukan uji prasyarat dapat dilakukan uji Ancova dengan berbantuan SPSS 20.00 for windows. Uji Ancova dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan kolaborasi pembelajaran tematik siswa kelas SD. Berikut tabel hasil dari analisis uji Ancova.
Tabel 8. Hasil Analisis Data Menggunakan Uji Ancova
Descriptive Statistics
297
Model Pembelajaran Mean Std. Deviation N
TGT 85,3675 1,51819 4
TSTS 71,3350 5,36112 4
Total 78,3513 8,34062 8
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji Ancova yang dilakukan pada model pembelajaran TGT dengan jumlah artikel 4 dengan rata-rata 85,3675. Sedangkan pada model pembelajaran TSTS dengan jumlah artikel 4 mempunyai rata-rata 71,3350. Sehingga terdapat perbedaan antara model
pembelajaran TGT dan TSTS dilihat dari peningkatan kolaborasi pembelajaran tematik. Model pembelajaran TGT hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran TSTS.
Tabel 9. Hasil Analisis Uji Ancova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nilai Eksperimen 2
Source Type III Sum of
Squares
df Mean Square F Sig. Partial Eta
Squared Corrected Model 393,822a 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Intercept 49111,347 1 49111,347 3163,726 ,000 ,998 Model_Pembelajaran 393,822 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Error 93,140 6 15,523 Total 49598,309 8 Corrected Total 486,962 7
a. R Squared = ,809 (Adjusted R Squared = ,777) Berdasarkan hasil uji Ancova yang terletak pada kolom model pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa signifikasi pada kolom Sig.
sebesar 0,002 dan F hitung yang diperoleh adalah 25,370.
Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji Ancova kemudian dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak. Berikut adalah hipotesis penelitian :
Ha : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS ditinjau dari peningkatan kolaborasi.
Ho : Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS ditinjau dari peningkatan kolaborasi.
Kriteria dalam pengembalian keputusan : 1. Menggunakan koefisien Sig. dengan
298 a. Jika nilai Sig. Hitung
(Probabilitas) < 0,05 maka Ho ditolak
b. Jika nilai Sig. Hitung (Probabilitas) > 0,05 maka Ho diterima
2. Menggunakan koefisien thitung dengan
ketentuan
a. Jika koefisien f hitung > f tabel maka Ho ditolak
b. Jika koefisien f hitung < f tabel maka Ho diterima
Berdasarkan hasil perhitungan hipotesis dengan menggunakan uji Ancova menggunakan Univariate yang menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,002 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Dari uji Ancova menunjukkan f hitung > f tabel
yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.
Effect Size
Effect size (besaran efek) menunjukkan perbedaan tersandar antara skor dari model pembelajaran TGT dan TSTS. Effect Size merupakan satuan standar artinya dapat dibandingkan antar beberpa skala yang berbeda – beda Effect Size yang dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah Cohen’s d, dapat diartikan bahwa semakin besar nilainya maka semakin besar perbedaan antara model pembelajaran TGT dan TSTS. Berikut ini interpretasi Effect Size sebagai berikut
Tabel 10. Hasil uji Effect Size Menggunakan Uji Ancova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nilai Eksperimen 2
Source Type III Sum of
Squares
df Mean Square F Sig. Partial Eta
Squared Corrected Model 393,822a 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Intercept 49111,347 1 49111,347 3163,726 ,000 ,998 Model_Pembelajaran 393,822 1 393,822 25,370 ,002 ,809 Error 93,140 6 15,523 Total 49598,309 8 Corrected Total 486,962 7
a. R Squared = ,809 (Adjusted R Squared = ,777)
Berdasarkan dari tabel diatas melakukan uji Effect Size menggunakan uji Ancova pada model pembelajaran TGT dan TSTS terdapat hasil yang
tertera pada kolom Correct Model yang diketahui Partical Eta Squared sebesar 0,809 dengan nilai sig 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa model
299 pembelajaran TGT dan TSTS memberikan pengaruh tergolong sedang terhadap peningkatan
kolaborasi
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan model pembelajaran TGT dan TSTS terhadap peningkatan kolaborasi siswa. Penelitian ini termasuk penelitian meta analisis, tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah dan mengumpulkan data peneltian melalui pencarian jurnal elektronik. Berdasarkan hasil penelusuran oleh peneliti mendapatkan 8 artikel yang relevan. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi dengan model pembelajaran TGT dari skor terendah 4,28% dan skor tertinggi 15,23% dengan rata – rata sebesar 11,55 % . Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sebelum menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 74,31%. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sesudah menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 85,86%.
Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi dengan model pembelajaran TSTS dari skor terendah 2,25% dan skor tertinggi 14,67% dengan rata – rata sebesar 9,72 % . Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sebelum menggunakan model pembelajaran TSTS sebesar 66,61%. Presentase rata – rata peningkatan kolaborasi sesudah menggunakan model pembelajaran TSTS sebesar 76,33%.
` Uji prasyarat model pembelajaran TGT dan TSTS memiliki hasil normal, homogen, dan linear. Uji homogenitas menunjukkan bahwa data memiliki hasil homogen dapat dilihat dari data Eksperimen 1 dari model pembelajaran TGT dan
TSTS menunjukkan Sig. sebesar 0,309 > 0.05. sedangkan data Eksperimen 2 dari model pembelajaran TGT dan TSTS Sig. sebesar 0,76 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS berdistribusi homogeny. Uji normalitas menggunakan teknik Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa nilai signifikasi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dan TSTS normal. Uji linearitas dari Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT yang dilakukan dengan Deviation from Linearity, nilai signifikasi 0,247 > 0,05 dapat disimpulkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TGT memiliki hubungan yang linear, sedangkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS menunjukkan sig 0,786 > 0,05 dapat disimpulkan Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 model pembelajaran TSTS memiliki hubungan yang linear.
Uji Ancova dengan berbantuan SPSS 20.00 for windows mendapatkan hasil analisis data pada model pembelajaran TGT sebesar 85, 3675 sedangkan pada model pembelajaran TSTS 71, 3350, dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara model pembelajaran TGT dan model pembelajaran TSTS. Model pembelajaran TGT hasilnya lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran TSTS. Selanjutnya hasil analisis uji ancova nilai signifikasi sebesar 0,002 dan f hitung yang diperoleh adalah 25,370.
300 Uji Hipotesis menggunakan uji ancova yang menggunakan Univariate menunjukkan f hitung > f tabel yaitu 25,370 > 5,79 dan signifikasinya 0,002 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran TGT dan TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.
Effect Size menggunakan uji ancova pada model pembelajaran TGT dan TSTS dari hasil
Correct Model yang diketahui Partical Eta Squared sebesar 0,809 dengan nilai Sig. 0,002. Dapat disimpulkan model pembelajaran TGT dan TSTS memberikan pengaruh tergolong sedang. Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa model pembelajaran dengan menggunakan TGT memiliki skor tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran TSTS.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
0
hasil dan
0
pembahasan yang
sudah dijabarkan, jadi
0
dapat disimpulkan
0
Hasil
penelitian
menunjukan
model
0
pembelajaran
0
Team
Games
Tournament
--
lebih
efektif
jika
dibandingkan
dengan
model
0
pembelajaran
0
Two
Stay
Two
Stray
0
terhadap
0
peningkatan kemampuan
kolaborasi
0
siswa. Dapat dilihat dari uji
Ancova
dari nilai rata-rata skor eksperimen
2 model pembelajaran TGT sebesar
85,3675 lebih tinggi dibandingkan model
pembelajaran
TSTS
71,3350.
Dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
dari kedua model pembelajaran tersebut.
Berdasarkan perhitungan
Effect Size
yang
diketahui
Partial
Eta
Squared
sebesar
,,
0,809 dengan
0
nilai
,,
Sig.
0
sebesar
0,002.
perhitungan
hipotesis
dengan
menggunakan uji Ancova menggunakan
Univariate yang menunjukkan bahwa nilai
signifikasi sebesar 0,002 yang berarti lebih
kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05). Dari uji
Ancova menunjukkan f hitung > f tabel
sebesar 0,002 dan F hitung yang diperoleh
adalah 25,370, yaitu 25,370 > 5,79 dan
signifikasinya
0,002
<
0,05
yang
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dalam
penggunaan model pembelajaran TGT dan
TSTS dalam peningkatan kolaborasi siswa.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas
dapat diketahui model pembelajaran Tgt
lebih efektif daripada model pembelajaran
TSTS dalam meningkatkan kemampuan
kolaborasi, maka peneliti memberikan
referensi agar model pembelajaran TGT
dapat diterapkan dalam pembelajaran
disekolah
dasar
khususnya
untuk
meningkatkan
kemampuan
kolaborasi.
301
DAFTAR PUSTAKA.
Ningrum emi pebrina (2016) Efektivitas Model Pembelajaran Koperatif TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV di SD Negeri. Repository Uksw.
Hamdani 2011 Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia)
Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kemendikbud. 2016. Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2017. Silabus Tematik Revisi 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Laili R, Zelmy A.V (2017) Efektivitas TGT Terhadap Hasil Belajar Matematika Di SD. Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan. Mawardi, M. 2014. Pemberlakuan Kurikulum
SD/MI Tahun 2013 dan Implikasinya Terhadap Upaya Memperbaiki Proses
Pembelajaran Melalui
PTK. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 4(3): 107-121. Miroh,S Patonah, U Kaltsum (2019) Pengaruh
Model Pembelajaran Team Games Tournament Terhadap Kemampuan Kolaborasi Siswa di SMP N 5 Ungaran. Prosiding Seminar Nasional. Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Sani, Ridwan Abdul. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia.
Slameto. 2015. Metodologi Pnenelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press.
Slavin R.E. (2011). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Suprijono, A. 2012. Cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka. Roy H, Theresia S, Wasitohadi (2018) dengan
judul Efektivitas Model Pembelajaran STAD Dengan TGT Ditinjau Dari Keaktifan Belajar Matematika Kelas IV SD. Jurnal Ummat.
Ujiati Cahyaningsih (2017) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD. Jurnal cakrawala pendas.