• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agustina, Nani Kurniati, Irwadi Saputra FKIP, Universitas Mataram, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agustina, Nani Kurniati, Irwadi Saputra FKIP, Universitas Mataram, Indonesia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Vol.1 No. 2, Desember 2019

78

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS VIII-D SMPN 3 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Agustina, Nani Kurniati, Irwadi Saputra

FKIP, Universitas Mataram, Indonesia e-mail: tina.matematika16@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar tahun pelajaran 2016/2017 pada pembelajaran matematika materi lingkaran dengan menerapkan model Discovery Learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari tiap siklus dengan skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 7,66 dengan kategori cukup aktif dan pertemuan 2 adalah 9,97 dengan kategori cukup aktif. Kemudian skor aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 adalah 12,98 dan pertemuan 2 adalah 13,31 dengan ketegori aktif. Sedangkan prestasi belajar siswa tiap siklus masing-masing 73,90 dan 79,37 dengan persentase ketuntasan klasikal masing-masing 71,87% dan 87,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery Learning pada materi lingkaran dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, prestasi belajar siswa, dan model Discovery Learning PENDAHULUAN

Pendidikan yang berkualitas sangat tergantung pada proses pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pengembangan dan perbaikan kurikulum, penataran guru, pengadaan buku penunjang, pembenahan metode pembelajaran dan model pembelajaran. Mutu pendidikan di sekolah tidak terlepas dari proses pembelajaran dan interaksi antara guru dangan siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses yang unik karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu cara

yang teratur untuk mencapai tujuan pengajaran dan mengembangkan aktivitas belajar [1].

Dari hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan praktik lapangan (PPL) di SMPN 3 Lingsar, guru matematika di SMPN 3 Lingsar umumnya cenderung menggunakan model pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk ikut berpartisifasi aktif dalam pembelajaran. Guru lebih memfokuskan diri pada upaya pemindahan pengetahuan kepada siswa tanpa memperhatikan kemampuan dan pengetahuan siswa. Selain itu, siswa hanya ditempatkan sebagai objek sehingga siswa menjadi pasif baik dalam bertanya dan berpendapat yang mengakibatkan pembelajaran larut ke dalam kondisi belajar yang kurang merangsang aktivitas belajar. Ini juga mengakibatkan siswa kurang dalam memahami konsep yang diajarkan.Selain metode yang digunakan oleh guru, pasifnya proses pembelajaran di

(2)

Vol.1 No. 2, Desember 2019

79 kelas juga karena siswa merasa bosan dan kesulitan dalam memahami pembelajaran matematika sehingga siswa tidak ada minat dan motivasi untuk belajar matematika, serta siswa bekerja hanya sebatas keharusan dan perintah guru. Kondisi pembelajaran seperti ini juga menyebabkan siswa kurang aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran yang pasif akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar terhadap materi yang dipelajari. Rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai ulangan harian pada materi lingkaran di kelas VIII-D yang hanya mencapai nilai rata-rata 60,87 dengan ketuntasan klasikal 45,83%. Hal tersebut tentu menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelasVIII-D rendah dan belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah.

Dilihat dari masalah pembelajaran yang dihadapi oleh SMPN 3 Lingsar diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengubah peranan siswa dalam pembelajaran dan yang memberikan peluang kepada siswa untuk dapat berperan aktif dalam menemukan dan menjawab pertanyaan melalui pengalamannya, yaitu dengan model Discovery Learning yang bertujuan membantu siswa menemukan serta mengembangkan konsep matematika.

Model Discovery Learning atau belajar penemuan adalah model pembelajaran yang melatih kemampuan seorang anak untuk menemukan sendiri, merumuskan masalah, merencanakan cara pemecahanya, melakukan percobaan, dan akhirnya menemukan penyelesaiannya. Pada penerapan model Discovery Learning, siswa dilatih untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari, sehingga siswa lebih memahami konsep-konsep yang telah dipelajari. Ini berarti konsep yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan siswa, selain itu siswa akan merasa puas karena telah menemukan sendiri konsep dari materi yang diajarkan. Discovery

Learning mendorong siswa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna dan tahan lama dalam ingatan siswa.

Langkah-langkah dalam

pembelajaran Discovery

Learningmeliputi stimulation seperti mengemukakan pertanyaan yang menimbulkan kebingungan siswa agar timbul rasa ingin tahu, problem statement yaitu mengidentifikasi masalah yang telah dipaparkan guru dengan menentukan hipotesis, data collection seperti mengunakan alat peraga, data processing seperti mengisi Lembar kerja kelompok, sedangkan verifiacation adalah mencocokkan data yang diperoleh dengan hipotesis yang dibuatdan generalization adalah membuat kesimpulan akhir [3]. Kelebihan model Discovery Learning yaitu, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk

memecahkan masalah, dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong keterlibatan keaktifan siswa, siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, menimbulkan rasa puas bagi siswa dan melatih siswa belajar mandiri [4]. Dalam kaitannya dengan materi lingkaran, materi ini memiliki banyak konsep yang bisa ditemukan contohnya menemukan nilai phi, menemukan rumus mencari keliling lingkaran, menemukan rumus daerah lingkaran, sehingga sesuai untuk diterapkan model Discovery Learning. Dengan menerapkan model Discovery Learning, dimana siswa dituntut untuk belajar secara aktif untuk mendapat hasil yang paling baik diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa lebih tahan lama sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul ”Penerapan Model Discovery Learning pada Pembelajaran Lingkaran untuk Meningkatkan Aktivitas dan

(3)

Vol.1 No. 2, Desember 2019

80 Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran Lingkaran di kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar Tahun Pelajaran 2016/2017. METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Lingsar dengan subjek penelitian siswa kelas VIII-D semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 32 orang siswa.faktor yang diteliti yaitu faktor siswa dan faktor guru. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dan di akhir pertemuan diadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Sumber data pada penelitian ini berasal dari siswa dan guru kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar sedangkan instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan tes hasil belajar siswa. Analisis data aktivitas belajar siswa menggunakan rumus

𝑋 = ∑ 𝑇𝑖

6

𝑖=1

selanjutnya skor aktivitas guru dianalisis dengan rumus

𝑌 = ∑ 𝑇𝑖

6

𝑖=1

sedangkan analisi hasil belajar siswa menggunakan rumus

𝑣̅ =∑ 𝑥𝑖

𝑛 1−𝑖

𝑛

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila skor aktivitas siswa secara klasikal mengalami peningkatan tiap siklus sedangkan prestasi belajar siswa dikatakan

meningkat apabila ketuntasan klasikal mencapai nilai minimal 85%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari dilakukannya penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar tahun pelajaran 2016/2017 pada materi lingkaran dengan menerapkan model Discovery Learning. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari dua pertemuan.

Pada siklus I pertemuan 1 rata-rata skor aktivitas belajar siswa adalah 7.66 dengan kategori cukup aktif, sedangkan pertemuan 2 rata-rata skor aktivitas belajar siswa adalah 9.97 dengan kategori cukup aktif. Terlihat bahwa aktivitas belajar siswa tidak mengalami peningkatan yang signifikan dan masih berkategori cukup aktif. Walaupun begitu, aktivitas belajar siswa sudah meningkat setelah menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dibandingkan dengan sebelum penerapan model tersebut dimana kategori aktivitas belajar siswa masih kurang aktif pada saat itu. Pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata skor aktivitas belajar siswa yaitu dari 12.98 menjadi 13.31 dengan kategori aktif. Data tersebut menunjukkan bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Penerapan model Discovery Learning dapat langsung meningkatkan aktivitas belajar siswa pada siklus I, meskipun peningkatannya tidak signifikan. Peningkatan yang tidak signifikan ini terjadi karena adanya kesulitan siswa dalam menyesuaikan diri karena pembelajaran yang diterapkan berbeda dengan yang biasa siswa gunakan sebelumnya. Selain itu aktivitas siswa selama pembelajaran menjadi kurang memuaskan, hal ini terlihat dari diskusi kelompok yang kurang optimal, banyak tahapan pembelajaran yang belum dipahami oleh siswa. Akibatnya selama proses pembelajaran siswa lebih memilih

(4)

Vol.1 No. 2, Desember 2019

81 diam dan mengandalkan siswa yang pandai saja. Selain faktor siswa, guru juga belum optimal dalam menerapkan model Discovery Learning. Berdasarkan catatan observer pada lembar aktivitas guru, Guru kurang memperhatikan alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ini dikarenakan guru kurang mampu mengatur waktu sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan guru juga tidak memastikan siswa untuk mencatat kesimpulan hasil belajar.Hal inilah yang kemudian menyebabkan pembelajaran pada pertemuan 1 siklus I menjadi kurang optimal.

Kekurangan-kekurangan ini kemudian diperbaiki sehingga pada pertemuan 2 siklus I, aktivitas siswa meningkat dengan skor 9.97 yang berkategori cukup aktif. Perbaikan-perbaikan atas kekurangan selama pembelajaran yang ada pada siklus I terus dilakukan oleh guru sehingga pada siklus II aktivitas belajar siswa semakin meningkat, dimana pada pertemuan 1 pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi semakin meningkat, dimana pada pertemuan 1 siklus II skor aktivitas siswa mencapai 12.98 dengan kategori aktif dan akhirnya pada pertemuan 2 siklus II skor aktivitas siswa mencapai 13.31 dengan kategori aktif.Jika dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran sebelum penerapan model Discovery Learning, kondisi ini terlihat berbeda. Observasi yang peneliti lakukan selama PPL, memperlihatkan bahwa siswa cenderung pasif selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga arus informasi hanya berjalan satu arah yaitu dari guru kepada siswa. Selain itu model pembelajaran yang diterapkan kurang memanfaatkan diskusi kelompok, sehingga interaksi antar siswa dalam hal materi pelajaran menjadi berkurang. Kurangnya pemanfaatan alat peraga juga menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk menggambarkan secara konkret konsep-konsep abstrak dalam materi pelajaran lingkaran. Model pembelajaran seperti ini tentu akan mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa

untuk menyerap dan memahami materi yang diajarkan yang akan berdampak pada rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dalam pembelajaran materi lingkaran dengan penerapan model Discovery Learning, siswa diberikan kesempatan untuk ikut aktif langsung dalam proses pembelajaran guna menemukan dan mengkonstruksi sendiri konsep-konsep tentang lingkaran melalui pengamatan alat peraga. Hal ini sejalan dengan pendapat Hosnan (2014:282) [4] bahwa model Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Melalui kegiatan ini siswa memanipulasi alat peraga sebagai langkah untuk memunculkan pemahaman-pemahaman konkret terhadap konsep-konsep pada materi lingkaran yang bersifat abstrak. Akibatnya pembelajaran berpusat pada siswa. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, yaitu membimbing, membantu, dan mengarahkan siswa menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Terkait dengan prestasi belajar siswa, berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata prestai belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II setelah diterapkannya model Discovery Learning secara optimal. Pada siklus I rata-rata prestasi belajar siswa mencapai 73.90. Pada siklus I nilairata-rata siswa belum melebihi KKM (75) dan ketuntasan secara klasikal juga masih belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, dimana ketuntasan secara klasikal siklus I baru mencapai 71.87%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penerapan model Discovery Learning pada pembelajaran siklus I masih terdapat kekurangan. Pada siklus I siswa masih belum terbiasa dengan model Discovery Learning, akibatnya banyak siswa yang masih kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran baik ketika melakukan manipulasi alat peraga maupunsaat mengerjakan LKS. Siswa yang tuntas

(5)

Vol.1 No. 2, Desember 2019

82 hanyalah siswa pandai yang saat pembelajaran aktif melakukan kegiatan sesuai petunjuk pada LKS.

Kekurangan-kekurangan pada siklus I ini kemudian diperbaiki pada pelaksanaan siklus II. Hasilnya adalah terjadi peningkatan nilai ratarata hasil belajar dari yang siklus sebelumnya 73.90 menjadi 79.37dan ketuntasan klasikal yang sebelumnya 71.87% meningkat menjadi 87.5%. Data ini menunjukkan indikator kerja yang ditetapkan telah tercapai sehingga penelitian dihentikan.Sejauh pelaksanaan penelitian ini, pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning telah mampu membantu siswa untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, mampu membantu siswa untuk menemukan konsep sendiri, dan dengan alat peraga mampu membantu siswa dalam mengkonkretkan konsep-konsep lingkaran. Akibatnya konsep tersebut akan melekat dan bertahan dalam memori jangka panjang siswa. Hal inilah yang kemudian berimbas pada peningkatan prestasi belajar siswa.Dalam menerapkan model Discovery Learning, dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang terutama dalam mengalokasikan waktu belajar agar pembelajaran berjalan optimal. Hal ini penting dilakukan karena pada dasarnya penerapan model Discovery Learningmembutuhkan waktu yang lama. Selain itu, hal penting yang harus dilakukan oleh guru adalah selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama proses pembelajaran.Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas maka penerapan model Discovery Learning pada pembelajaran lingkaran dapat meningkatkan

aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar tahun pelajaran 2016/2017.

SIMPULAN (PENUTUP)

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Penerapan model Discovery Learning secara optimal pada materi lingkaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-D SMPN 3 Lingsar tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari peningkatan skor aktivitas belajar siswa pada siklus I untuk tiap pertemuan adalah 7.66 dan 9.97 dengan kategori cukup aktif. Sedangkan skor aktivitas belajar siswa pada siklus II untuk tiap pertemuan adalah 12.98 dan 13.31 dengan kategori aktif.2. Penerapan model Discovery Learning secara optimal pada materi lingkaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII D SMPN 3 Lingsar tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari peingkatan rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I dan II masing-masing adalah 73.90 dan 79.37 dengan ketuntasan klasikal pada siklus I dan II masing-masing 71.87 % dan 87.5%. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian ini. Dosen pembimbing, guru kelas, subjek penelitian dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Semoga kontribusi kami dapat mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hamalik, O. 2003. Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. [2] Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik

dan Kontekstual dalam

Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia

[3] Kurniasih, I., dan Sani, B. 2014.

Implementasi Kurikulum 2013

Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

[4] Suherman, E. 2003. Strategi

Pembelajaran Matematika

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambaran keadaan diatas, menunjukkan bahwa dari 48 responden berpengetahuan cukup artinya dari 8 pertanyaan yang diberikan responden sudah mengetahui

untuk mengetahui bagaimana penilaian anggota terhadap pelayanan yang dilakukan Batununggal Indah Club, serta apakah terdapat hubungan antara kualitas pelayanan dengan tingkat

Implementasi pemasaran dalam usaha sate kelinci merupakan tahapan yang akan direalisasikan oleh usaha sate kelinci dengan cara mengambil langkah untuk meningkatkan pendapatan

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, "Adalah Rasulallah

Seperti kasus yang terjadi pada jual beli pulsa elektrik yang telah diuraikan pada bab III di atas yang mana pihak master dealer tidak bisa menyerahkan barang yang dipesan oleh

Dengan berbagai kendala utama yang masih harus dipecahkan bersama-sama bukan hanya diantara pemerintah, pelaksana dan praktisi e-commerce, pebisnis juga rakyat secara menyeluruh,

Orifice plate adalah salah satu alat yang biasa digunakan untuk mengukur laju aliran masa dari aliran, dalam pengujian ini orifice ditempatkan pada posisi yang

(6) Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran pajak yang dikompensasikan ke Utang Pajak melalui potongan SPMKP, KPPN menyampaikan lembar ke-2 SPMKP dan lembar ke-2